Laporan Pratikum Well Test Nando New
Laporan Pratikum Well Test Nando New
PENDAHULUAN
Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hydrocarbon, atau yang telah
dikenal luas dengan sebutan “Well Testing” adalah untuk menentukan
kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Seorang reservoir
engineer harus memiliki informasi yang cukup tentang kondisi dan karakteristik
reservoir, baik untuk menganalisis kinerja reservoir yang memadai dan untuk
meramalkan produksi masa depan dalam berbagai macam pengoperasian.
Production engineer juga harus mengetahui kondisi sumur produksi dan sumur
injeksi untuk menghasilkan kinerja terbaik dari reservoir.
Apabila pengujian ini dirancang secara baik dan memadai, kemuadian
hasilnya dianalisa secara tepat, maka akan banyak sekali informasi-informasi yang
sangat berharga akan didapatkan seperti :
1. Permeabilitas efektif
2. Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang diuji
3. Tekanan reservoir
4. Bentuk radius pengurasan
5. Keheterogenan suatu lapisan
Tekanan merupakan data yang paling berharga dan berguna dalam teknik
reservoir. Baik secara langsung atau tidak langsung, tekanan diperlukan pada
semua perhitungan di teknik reservoir sehingga penentuan parameter reservoir
yang akurat sangat penting. Secara umum, analisis uji sumur minyak dilakukan
untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut:
………....................................................(2.1)
………………………………………….(2.2)
Apabila fluidanya multifasa yang terdiri dari minyak, gas dan air maka
persamaannya
……………………………………………(2.3)
……………………………………….(2.4)
………………………………………………………………………………..(2.5)
2. Variabel-variabel yang tidak berdimensi
Didalam penyelesaian persamaan untuk analisa tekanan akan lebih mudah
dan umum apabila solusinya dinyatakan dengan variabel-variabel yang tidak
berdimensi. Pada dasarnya variabel yang paling umum digunakan adalah:
…………………………………………………………(2.6)
……………………………..(2.7)
………………………………………………………………...(2.8)
………………………………………(2.9)
……………………………………………………...(2.10)
……………………………………………...(2.11)
Atau
……………………………………………...(2.12)
1. Solusi untuk Reservoir Silindris yang tidak terbatas (line source well).
Dibandingkan dengan radius reservoir yang tidak terhingga, maka ukuran
lubang bor dapat diabaikan atau mendekati radius sama dengan nol. Oleh sebab
itu didalam reservoir yang silindris tersebut lubang bor ini kelihatannya hanya
berupa garis. Itulah sebabnya hal ini dikenal sebagai line-source well. Dengan
anggapan bahwa sumur tersebut diproduksikan dengan laju produksi yang
konstan sebesar qB, radius sumur mendekati nol, tekanan awal diseluruh titik di
reservoir sama dengan Pi dan sumur tersebut menguras area yang tak terhingga
besarnya, maka solusi persamaan 2.1. adalah:
.…………………………………….(2.13)
Dimana
………………………………………………………..(2.14)
………………………………………...(2.15)
Persamaan 2.13 diatas dikenal sebagai solusi disaat kondisi reservoir bersifat
“infinite acting”. Digunakan untuk mendapatkan fungsi Ei (-x). Untuk x < 0.02,
Ei(-x) dapat didekati dengan ketelitian < 0.6% oleh persamaan :
……………………………………………………..(2.15)
Gambar 2.1. Values of exponential integral
Terlihat bahwa Tabel 2.1. dapat digunakan untuk 0.02 < x < 10.9, untuk x 0.02
kita menggunakan persamaan 2.14 dan untuk x > 10.9 maka Ei(-x) dapat
dikatakan sudah sama dengan nol untuk tujuan-tujuan praktis.
2.3. Data Analisa dan Perhitungan
2.3.1. Data Analisa
Parameter Nilai Un it
Qb 20 STB/D
µ 0.748 cp
k 0.148 md
Ct 0.000015 psi^-1
Pi 3000 psi
re 3000 ft
rw 0.5 ft
Bo 1.401 RB/STB
h 150 ft
Ø 0.248
s 0
r (a) 1 ft
r (b) 10 ft
r (c) 100 ft
t 7 hour
2.3.2. Perhitungan
a. Mengecek rumus Ei-Function bisa digunakan atau tidak dengan rumus
<t<
Keterangan :
Ø : Porositas
µ : Viskositas
Ct : Compresibilitas total
rw : Jari-jari sumur
k : Permeabilitas
<t<
Keterangan :
Ø : Porositas
µ : Viskositas
Ct : Compresibilitas total
r : Jari-jari sumur
k : Permeabilitas
t : Waktu
Keterangan :
P : Tekanan t : Waktu
Pi : Tekanan awal reservoir
q : Laju produksi
µ : Viskositas
Bo : Factor volume formasi minyak
k : Permeabillitas
h : Ketebalan formasi produktif
r : Jari-jari percobaan
Ct : Compresibillitas total
d. Menghitung tekanan pada jari-jari 1 ft :
Mencari nilai Ei (-x) pada jari-jari 1 ft
= -0.00283
Dengan hasil nilai Ei (-x) diatas , maka berlaku ketentuan x ≤ 0.02 , maka
nilai Ei (-x) = ln(1.78(x))
Menghitung tekanan pada jari-jari 1 ft
= -0.2833
Dengan hasil nilai Ei (-x) diatas , maka berlaku ketentuan 0.02 < x <10.9 ,
maka nilai Ei (-x) menggunakan tabel dengan interval 0.1
Interpolasi : 0.0148
-2
0.28 = 1.69x10 x
0.2833 =?
0.29 = 1.48x10-2 0.0169
= -28.34
Dengan hasil nilai Ei (-x) diatas , maka berlaku ketentuan 10.9 < x , maka
nilai Ei (-x) = 0
Menghitung tekanan pada jari-jari 100 ft
2.4. Pembahasan
Pada bab Ei Function ini kita akan menghitung tekanan pada jari-jari yang
berbeda yaitu jari-jari 1 ft, 10 ft, 100 ft , sebelum menghitung tekanan pada jari-
jari percobaan kita akan melihat apakah rumus Ei Function bisa digunakan dengan
menghitung = 1.98 < 7 < 178539.7 , setelah mendapatkan pembuktian kita
kemudian hitung tekanan pada masing jari-jari, pada jari-jari 1 ft mendapatkan
nilai Ei (-x) sebesar -0.00283, hasil Ei (-x) < 0.02 sehingga untuk menghitung
tekanan kita menggunakan Ei (-x) = ln (1.78(0.00283) sehingga didapatkan
tekanan sebesar . Pada jari-jari 10 ft didapatkan nilai Ei (-x)
sebesar -0.2833 dimana nilai 0.02 < Ei (-x) < 10.9 , sehingga untuk menghitung
nilai Ei (-x) diperlukan interpolasi, dari interpolasi didapatkan nilai Ei (-x)
functionnya sebesar , sehingga didapatkan tekanan sebesar
. Dan pada jari-jari 100 ft dipatkan nilai Ei (-x) sebesar -28.34 ,
nilai Ei (-x) > 10.9 sehingga nilai Ei (-x) functionnya sebesar 0 sehingga
didapatkan nilai tekanan , dan pada jari-jari 100 ft adalah
.
2.5. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas atau dari hasil pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan :
1. Rumus Ei – function dapat digunakan jika ketentuan x1 < t < x2 atau dalam
nilai : 1.98 < 7 < 178539.7
2. Jika nilai (-x) ≤ 0.02 maka nilai Ei (-x) nya adalah ln (1.78(-x)
3. Jika nilai (-x) diantara 0.02 dan 10.9 maka perhitungan nilai Ei (-x)
menggunakan tabel 2.1. Values of exponential integral
4. Jika nilai (-x) > 10.9 maka nilai Ei (-x) nya adalah 0
5. Semakin besar nilai jari-jari percobaan, maka tekanannya semakin besar atau
sama dengan nilai Pressure Initial
BAB III
DIETZ SHAPE FACTOR
, ( ) - ........................(3-1)
Keterangan :
Pins : Tekanan awal reservoir, psi
Pwf : Tekanan alir sumur, psi
q : Laju alir, bbl/day
µ : Viskositas, cp
B : Faktor volume formasi, RB/STB
k : Permeabilitas, md
h : Ketebalan formasi, ft
A : Luas Area, ft2
CA : Konstanta Dietz
rw : Jari-jari sumur, ft
S : Faktor skin
Secara teoritis aliran steady state terjadi pada harga t yang sangat besar
(sumur telah diproduksikan sangat lama) pada suatu sistem reservoir dengan
kondisi batas luar reservoir berupa tekanan konstan dan laju produksi dilubang
sumur konstan (constant production rate).
Periode transient, Pseudosteady state dan steady state tersebut diatas dapat
diobservasi melalui plot
Jadi, dengan adanya tabulasi dari Dietz ini, maka dapat ditentukan waktu
yang dibutuhkan oleh sumur yang diproduksikan untuk mencapai kondisi tertentu
berdasarkan bentuk geometri reservoirnya dan letak sumurnya. Adapun
perhitungan waktu (t) sumur untuk mencapai kondisi tertentu adalah sebagai
berikut
………………………………………………………….(3-2)
Bentuk Reservoir :
Keterangan :
tDA Infinite Acting Reservoir = 0.09
tDA ketelitian 1% = 0.25
tDA PSS Exact = 0.25
CA = 12.9851
3.3.2. Perhitungan
Persamaan
Keterangan :
Ø : Porositas
µ : Viskositas
Ct : Compresibilitas total
r : Jari-jari sumur
k : Permeabilitas
t : Waktu
t = 120,548 hours
t = 93.76 hours
t = 267.884 hours
d. Menentukan J dan laju produksi (q) dengan ̅ -Pwf = 5000 Psia
( )
Sedangkan,
q = 174.5 STB/Day
3.4. Pembahasan
Pada bab Diezt Shape factor ini kita akan menghitung t ( waktu ) pada
beberapa tDA , yaitu tDA pada infinite acting, tDA pada PSS ketelitian 1 %, dan
tDA pada PSS Exact . Setelah menghitung tDA kita menghitung nilai J dan q
dengan ̅ -Pwf = 5000 Psia . Pada saat menghitung nilai t dengan tDA infinite
acting saya mendapatkan nilai t sebesar 120,548 hours, pada saat menghitung
nilai t dengan menggunakan tDA PSS ketelitian 1% saya mendapatkan nilai t
sebesar 93.76 hours, dan pada saat menghitung nilai t dengan menggunakan tDA
PSS exact saya mendapatkan nilai t sebesar 267.884 hours. Setelah menghitung
nilai t pada beberapa tDA saya menghitung nilai J, pada saat saya menghitung
nilai J saya mendapatkan nilai dan setelah itu saya menghitung nilai q,
dan saya mendapatkan nilai q sebesar 174.5 STB/Day
3.5. Kesimpulan
1. Pada tDA infinite acting mendapatkan nilai t sebesar 120,548 hours
2. Pada tDA PSS ketelitian 1% mendapatkan nilai t sebesar 93.76 hours
3. Pada tDA PSS Exact mendapatkan nilai t sebesar 267.884 hours
4. Pada hasil hitungan didapatkan nilai J sebesar
5. Pada hasil hitungan didapatkan nilai q sebesar 174.5 STB/Day
BAB IV
PRESSURE BUILD-UP TESTING
Gambar 4.2. Idealized rate and pressure history for a Pressure Buildup Test
Dasar analisa PBU ini diajukan oleh Horner, yang pada dasarnya adalah
memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Tetapi sebelum membicarakan
lebih lanjut, perlu kiranya kita mengetahui suatu prinsip yang mendasari analisa
ini yaitu terkenal dengan prinsip superposisi (superposition principle).
Gambar 4.3. Production history of a well showing both rate and bottom hole
flowing pressure as function of time
[ ( ) ] ……………….....(4-1)
Keterangan :
P = Tekanan, psia
Pi = Tekanan mula-mula reservoir, psia
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia
qn = Laju produksi pada waktu tertentu, bbl/day
µ = Viskositas fluida, cp
B = Faktor volume formasi, bbl/STB
k = Permeabilitas, mD
h = Ketebalan formasi produktif, ft
ϕ = Porositas
Ct = Kompresibilitas total, psi-1
rw = Jari-jarisumur, ft
tn = Waktu tertentu untuk sumur diproduksikan, hour
Jika dilakukan plot Pws vs. {(tp+ t)/ t}, akan diperoleh garis lurus dengan slope
“m”. Di mana:
Jika garis lurus tersebut diekstrapolasi sampai harga t =0 atau (tp+t)/t= 1, akan
diperoleh harga Pi.Skin factor dapat dihitung dengan persamaan:
S=1.151[{(P1hr-Pwf)/m}-log{k/(ct2rw2)}-3.23] ………………………..(4.5)
Pada test sumur yang aktual, penutupan sumur dilakukan di X-mas tree,
sehingga ada aliran masuk ke dalam lubang bor (wellbore storage).
Kurva yang di dapat dari plot Pws vs. {(tp+ t)/ t} tidak berupa garis lurus
akibat:
1. Konsep radius of investigation.
2. Adanya wellbore storage (afterflow).
3. Kerusakan formasi.
Berdasarkan konsep radius of investigation, kurva PBU dibagi menjadi 3 daerah
(region):
1. Early time region (ETR). Radius of investigation merambat di formasi di
dekat sumur, di mana fluida masih mengalir ke dalam sumur, di samping itu,
disekitar sumur paling mengalami kerusakan formasi.
2. Middle time region (MTR). Perambatan radius of investigation sudah di luar
pengaruh kerusakan formasi, dan afterflow sudah berhenti mempengaruhi
kurva PBU. Garis sudah lurus dengan slope sebanding dengan k.
3. Late time region (LTR). Radius of investigation sudah mencapai batas
pengurasan sumur. Ulah tekanan dipengaruhi oleh konfigurasi boundary,
pengaruh sumur-sumur dekat, heterogenitas reservoir yang signifikan.
Secara fisik, pengaruh skin dan pskin dapat dinyatakan dalam bentuk flow
efficiency (FE) sebagai berikut:
4.3.2. Perhitungan
1. Berdasarkan data-data PBU test tabulasi yang menghubungkan harga Pws
terhadap horner time (tp+∆t)/∆t
2. Plot harga-harga Pws vs (tp+∆t)/∆t pada kertas semilog
4000
3977.73 Daerah Pengamatan
3900
Log. (Daerah
Pengamatan)
3800 Log. (Daerah
Pengamatan)
3700
y = -10.06ln(x) + 4009.7
R² = 0.988
3600
3500
100000 10000 1000 100 10 1
dengan dt = x =1
k =
=
= 51.889 mD
S= * +
= * +
= 16.943
………………………………………...(4.9)
J ideal =
= 1.5271 bbl/day/psi
………………………………………………………....(4.10)
J nyata =
= 0.4251 bbl/day/psi
10. Tentukan besarnya Flow Efficiency (FE)
FE =
= 0.27842 x 100%
= 27.8 %
ri =√ …………………………………………………….(4.11)
ri =√
= 520.920 ft
4.4. Pembahasan
Pada bab PBU saya akan menghitung mencari (tp+∆t)/∆t untuk melengkapi
data pada tabel. Setelah itu plotkan pada grafik, dimana titit X di isi dengan nilai
(t) waktu dan nilai Y diisi dengan Pws. Setelah itu mencari nilai slope dengan x =
1 dan x = 10, yang dimana didapat persamaan dari grafik y = -10.0 ln (x) + 4009,
dimana didapatkan hasil X1 = 4009 dan X10 = 3985.974 , kemudian mencari nilai
m = X(1) – X (10) dan didapatkan hasil slope (m) adalah 23.02585 , setelah itu
mencari nilai horner dengan menggunakan rumus (tp+∆t)/∆t dan didapatkan nilai
horner sebesar 165, kemudian mencari lagi P 1 jam dengan persamaan y = -10.0
ln (x) + 4009, dimana nilai x diisi dengan nilai horner, sehingga akan didapatkan
hasil P1 jam sebesar 3957.940 psi
Kemudian menghitung nilai (k) Permeabilitas dan didapat k = 51.889 md.
Dan kemudian mencari nilai skin, dengan hasil skin = 16.943 . ∆skin dicari
dengan rumus ∆skin = 0.87 S (m), hasilnya didapat 339.940. Untuk mencari FE
maka kita mencari Jnyata dan Jideal dimana hasil FE didapat 27.8 %. Setelah itu
mencari ri dengan hasil 520.920 ft.
4.5. Kesimpulan
5.2.4. Penentuan Bentuk Reservoir Dari Data PDD Berdasarkan PSS dan
Periode Transient
Pada umumnya, persamaan aliran pada periode semi steady state untuk
setiap bentuk reservoir adalah :
Dengan mengkombinasikan persamaan sebelumnya dengan persamaan diatas
maka diperoleh :
Dimana P int adalah :
m* dan P int didapat dari plot Pwf vs t yaitu m* adalah kemiringan dan P int
didapat dengan mengekstrapolasikan garis liniernya ke t = 0. Selanjtnya bentuk
reservoir diperkirakan dari nilai tDA PSS
5.3 Data Analisa dan Perhitungan
5.4.1 Data Analisa
Data-data reservoir sumur “X” sebagai berikut :
Laju Produksi (Qo) : 200 bbl/day
Tekanan awal (Pi) : 4600 psi
Jari-jari sumur : 0.5 ft
Porositas : 0,244
Ketebalan formasi produktif : 6.09756098 ft
Viskositas minyak : 1,5 cp
Kompresibilitas total (Ct) : 0.0000082 psi-1
Factor Volume Formasi Minyak : 1,2 RB/STB
Temperature : 220°F
4400
4200
t vs Pwf
4000
transient
Log. (transient)
3800
3616
y = -40.57ln(x) + 3671.6
3600 R² = 0.9973
3593
3400
1 10 100 1000
a. Buat grafik dengan plot nilai t vs Pwf pada kertas semi log
b. Dari grafik di dapatkan :
Persamaan garis y = 40.5 ln (x) + 3671
R2 = 0.997
c. Hitung nilai X1, X10, dan slope (m) dengan menggunakan persamaan
garis yang didapat :
x=1 - 40.5 x ln (1) + 3671 = 3671
x = 10 - 40.5 x ln (10) + 3671 = 3577.745
m = x1 – x10 = 3671 – 3577.745
= 93.255 psi/cycle
d. Setelah mendapatkan nilai slope hitung P 1 hr dengan rumus :
P 1 hr = -40.5 ln (1) + 3671
P 1 hr = 3671 psia
md
S = * +
= * +
]
= 5.718
g. Kemudian buat P iterasi, dengan cara melihat tekanan pada t awal late
transient sampai akhir PSS, kemudian buat data dengan beberapa titik
tekanan antara awal late transient sampai akhir PSS
Tabel 2.1. mencari P iterasi
100 Series1
Series2
Series3
Series4
10 Series5
Series6
1
0 20 40 60 80 100 120
i. Maka dari grafik didapatkan P iterasi sebesar 3477 psi dan nilai b adalah
100 didapakan dari extrapolasi garis pada grafik penentuan P iterasi.
j. Hitung β dengan rumus :
β = 1/ ( t akhir transient – t awal PSS)
β = 1/ ( 185- 8.32)
β = 0.005659
k. Hitung permeabilitas (k) pada keadaan late transient :
md
l. Hitung t pss = t trakhir PSS – t terakhir late transient
t Pss = 460 – 107
t Pss = 353 jam
re =√
re =√
re = 3247.491 ft
res/ bbl
o. Hitung factor skin (s) pada keadaan late transient dengan menggunakan
rumus :
S = * + * +
= * + * +
= 1.75048
p. Setelah itu buat grafik baru dengan plot nilai t vs Pwf kembali sehingga
akan didapat grafik t vs Pwf , tarik garis lurus didaerah yang linier pada
grafik dan tentukan batas awalnya, setelah itu lakukan trendline sehingga
didapat dari grafik persamaan garis keadaan PSS
Grafik 5.3. t vs Pwf pada keadaan Pss
4600
4400
4200
t vs Pwf
4000 PSS
Linear (PSS)
3800 Linear (PSS)
res/ bbl
CA = ( )
CA = ( )
CA = 55.456
u. Dengan mengetahui nilai (t DA) dan CA kita menentukan bentuk
reservoirnya :
Bentuk Reservoirnya :
5.7 Pembahasan
Dari data yang diketahui buat grafik dengan mem-plot antara t vs pwf.
Kemudian mengubah format pada aksis X menjadi log. Dari grafik diatas dapat
ditentukan aliran Trancient berdasarkan garis linier yang terbentuk (t 4.01- t
8.32). Selain itu dari grafik tersebut didapatkan persamaan garis y = -40.5 ln (x)
+3671, ketika nilai x = 1, y = 3671 sedangkan ketika x = 10 nilai y = 3577.745.
nilai m merupakan hasil dari pengurangan X1 dengan X10 yang hasilnya adalah
93.2547. Berdasarkan data tersebut, nilai permeabilitias pada late Trancient adalah
sebesar 102.943 md, dan nilai Skin adalah 5.815.
Untuk menentukan batas antara aliran Late Trancient dengan Pseudo Steady
State dengan cara mem-plot t vs pwf kemudian mencari garis yang linier untuk
menentukan Pseudo Steady State ( t 51.5 – t 4560) kemudian buat tabel P (late
trancient) dengan P iterasi berdasarkan batas pwf pada PSS awal ( 3532 psi )
hingga PSS akhir ( 3429 psi). Setelah didapatkan nilai P iterasi dengan 5 sample
yang diambil ( P = 3530, 3520, 3510, 3500, 3490, 3480, 3470 ) . Setelah itu mem-
plot hasil P iterasi vs t Late Trancient. Ambil hasil grafik yang apling linier untuk
menentukan nilai b = 100, P iterasi = 3477, β = 0.005659, t = 353 jam. Dari data
tersebut didapatkan nilai k = 70.0214 md, re = 3247.491 ft, Vp =
res/bbl, S = 1.75048 .
Pada Pseudo Steady State, didapatkan nilai Vp = res/ bbl,
(tDA)pss = dan CA = 55.456 berdasarkan data yang didapatkan
sebelumnya. Untuk menentukan CA, data yang dibutuhkan adalah m* yang
didapatkan dari persamaan pada grafik yang kedua = 0.22, P int didapatkan dari
menarik garis linier sampai ke nilai pwf sehingga didapatkan P int = 3477.
Berdasarkan nilai tDA dan CA yang mendekati ( tabel Dietz Shape), didapatkan
bentuk reservoir adalah bulat/ lingkaran.
5.8 Kesimpulan
1. Nilai permeabilitas pada lairan trancient dan late trancient berbeda, k
trancient = md sedangkan k pada late trancient = 70.0214
md.
2. Selain daripada nilai k yang berbeda, niali Skin yang didapatkan juga
berbeda, yakni S pada trancient = 5.718, sedangkan S pada Late
Trancient = 1.75048
3. Berdasrkan hasil perhitungan nilai Vp pada keadaan late transient dan
PSS berbeda yaitu Vp late transient = res/bbl dan Vp
PSS = res/ bbl
4. Dari hasil tDa dan CA diketahui bentuk reservoirnya adalah bulat/
lingkaran