Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hydrocarbon, atau yang telah
dikenal luas dengan sebutan “Well Testing” adalah untuk menentukan
kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Seorang reservoir
engineer harus memiliki informasi yang cukup tentang kondisi dan karakteristik
reservoir, baik untuk menganalisis kinerja reservoir yang memadai dan untuk
meramalkan produksi masa depan dalam berbagai macam pengoperasian.
Production engineer juga harus mengetahui kondisi sumur produksi dan sumur
injeksi untuk menghasilkan kinerja terbaik dari reservoir.
Apabila pengujian ini dirancang secara baik dan memadai, kemuadian
hasilnya dianalisa secara tepat, maka akan banyak sekali informasi-informasi yang
sangat berharga akan didapatkan seperti :

1. Permeabilitas efektif
2. Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang diuji
3. Tekanan reservoir
4. Bentuk radius pengurasan
5. Keheterogenan suatu lapisan

Tekanan merupakan data yang paling berharga dan berguna dalam teknik
reservoir. Baik secara langsung atau tidak langsung, tekanan diperlukan pada
semua perhitungan di teknik reservoir sehingga penentuan parameter reservoir
yang akurat sangat penting. Secara umum, analisis uji sumur minyak dilakukan
untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut:

1. Untuk mengevaluasi kondisi sumur dan karakteristik reservoir;


2. Untuk mendapatkan parameter reservoir dalam mendeskripsi reservoir;
3. Untuk menentukan kedalaman sumur minyak yang akan di bor yang
merupakan zona produktif
4. Untuk memperkirakan faktor skin atau pengeboran dan komplesi terkait
kerusakan sumur minyak. Berdasarkan besarnya kerusakan, keputusan
tentang stimulasi juga dapat dibuat.

Sebenarnya prinsip dasar pengujian ini sangat sederhana yaitu kita


memberikan suatu gangguan keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji.
Ini dilakukan baik dengan memproduksi dengan laju alir yang konstan
(drawdown) atau penutupan sumur (buildup). Dengan adanya gangguan ini imuls
perubahan tekanan (pressure transient) akan disebarkan keseluruhan reservoir dan
ini diamati setiap saat dengan mencatat tekanan lubang bor selama pengujian
berlangsung. Apabila perubahan tekanan tadi diplot dengan suatu fungsi waktu,
maka akan dianalisa pola aliran yang terjadi dan juga besaran-besaran dan
karakteristik formasi yang telah disebutkan diatas.
Sebagai titik tolak, akan dibahas persamaan-persamaan dasar yang
menerapkan aliran fluida dimedia berpori yang akan menjadi basis transien
tekanan. Selanjutnya akan dibahas cara-cara pengujian dan analisanya seperti
pressure build up, pressure drawdown, type curve matching dan lain sebagainya.
Perolehan data dan program analisis dari sebuah uji sumur minyak yang
efisien membutuhkan perencanaan, pelaksanaan, rancangan dan evaluasi yang
matang serta upaya tim yang terkoordinasi dengan baik melalui pendekatan
terintegrasi. Pengukuran analisa core dari sampel yang dipilih oleh para geologist
menyediakan data sebagai identifikasi awal dari jenis batuan reservoir. Hasil uji
sumur menggunakan berbagai teknik yang masuk akal bila dibandingkan dengan
data geologi dan data core. Studi dari uji sumur ini membantu dalam mengenali
flow barrier, rekahan, dan berbagai macam permeabilitas. History matching dari
produksi sebelumnya dan pressure performance terdiri dari penyesuaian
parameter reservoir sampai contoh stimulasi.
Aliran dalam media berpori adalah fenomena yang sangat kompleks dan
tidak dapat digambarkan secara eksplisit sehingga digambarkan sebagai aliran
pada pipa atau saluran. Hal ini lebih mudah untuk menghitung panjang, diameter
pipa dan menghitung kapasitas aliran sebagai fungsi dari tekanan dalam media
berpori.
Analisis aliran fluida dalam media berpori telah berkembang selama
bertahun-tahun dengan dua bidang yaitu eksperimen dan analitis. Fisikawan,
engineer, hydrologists, dan yang lainnya telah bereksperimen dengan berbagai
sifat dari fluida ketika mengalir pada media berpori dari sand packs sampai
menyentuh dengan pyrex. Berdasarkan analisis mereka, mereka telah berusaha
untuk merumuskan hukum dan korelasi yang kemudian dapat digunakan untuk
membuat prediksi analitis pada sistem serupa.
BAB II
EI-FUNCTION

2.1. Tujuan Analisa


1. Menentukan pressure pada infinite acting pada waktu pengujian
selama 7 jam.
2. Mengetahui pengaruh jari-jari terhadap nilai tekanan reservoir.
3. Mengetahui tekanan reservoir pada radius ( r = 1, r = 10, r = 100) dan
waktu tertentu.

2.2. Teori Dasar


Konfigurasi lubang bor menembus formasi serta geometrid an karakteristik
reservoirnya menyebabkan pola aliran yang berbeda-beda. Pola aliran radial
paling lazim digunakan untuk menggambarkan aliran fluida di media berpori. Ini
diawali oleh solusi Van Everdingen dan Burst pada tahun 1949. Kemudian
berkembang model-model lainnya untuk lebih dapat mempresentasikan kondisi
reservoir yang sebenarnya.
Dari pola-pola aliran tersebut kemudian diturunkan persamaan-persamaan
matematis yang dapat digunakan menganalisa transient tekanan direservoir.
Berhubung aliran radial ini paling umum digunakan maka pembahasan pada bab
ini akan ditekankan pada pola aliran radial dan penyelesain persamaannya.
1. Idealisasi reservoir dengan pola aliran radial
Untuk memulai suatu analisa atau perencanaan pertama-tama kita harus
membuat penyederhanaan atas pemodelan suatu reservoir. Pada reservoir
dengan pola aliran radial ini persamaan diferensialnya diturunkan berdasarkan
hal-hal sebagai berikut ini:
a. Hukum kekekalan massa
b. Aliran mengikuti hukum Darcy
c. Persamaan keadaan

Maka persamaan differensial untuk aliran fluida yang radial adalah

………....................................................(2.1)

Persamaan ini lebih dikenal dengan nama diffusivity equation sedangkan


konstanta Ø µ C/ 0.000264 k dikenal sebagai “hydraulic diffusivity”. Bagaimana
kita sampai dipersamaan 2.1 dari hukum kekekalan massa, hukum darcy dan
persamaan keadaan. Untuk gas yang bersifat tidak ideal persamaannya adalah

………………………………………….(2.2)

Dimana z adalah super compressibility gas.

Apabila fluidanya multifasa yang terdiri dari minyak, gas dan air maka
persamaannya

……………………………………………(2.3)

Dimana Ct menggambarkan compressibility gas total.

……………………………………….(2.4)

Sedangkan λt adalah mobilitas yaitu

………………………………………………………………………………..(2.5)
2. Variabel-variabel yang tidak berdimensi
Didalam penyelesaian persamaan untuk analisa tekanan akan lebih mudah
dan umum apabila solusinya dinyatakan dengan variabel-variabel yang tidak
berdimensi. Pada dasarnya variabel yang paling umum digunakan adalah:

…………………………………………………………(2.6)

……………………………..(2.7)

………………………………………………………………...(2.8)

………………………………………(2.9)

……………………………………………………...(2.10)

Sebagai contoh, apabila persamaan 2.1. ditransformasikan ke dalam parameter-


parameter yang tidak berdimensi tersebut.

……………………………………………...(2.11)

Atau

……………………………………………...(2.12)

3. Solusi Persamaan Diffusivitas untuk Pola Aliran Radial


Ada lima solusi persamaan 2.1 yang sangat berguna didalam analisa transien
tekanan atau well testing yaitu:
a. Solusi untuk reservoir yang tidak terbatas (line source solution)
b. Solusi untuk reservoir yang terbatas
c. Solusi untuk keadaan pseudo steady state
d. Solusi untuk reservoir dengan tekanan tetap pada batasnya (constant
pressure at outer boundary)
e. Solusi dengan memadukan efek dari wellbore storage dan skin

Sebelumnya, untuk mengingatkan kembali atas persamaan 2.1. , asumsi-


asumsi yang digunakan adalah : reservoir bersifat homogen dan isotropic dengan
ketebalan yang seragam, sifat-sifat batuan dan fluidanya bukan merupakan fungsi
dari tekanan, gradient tekanan dianggap keci, hukum Darcy dapat digunakan
(biasa disebut aliran laminar) dan gaya gravitasi dapat diabaikan.

1. Solusi untuk Reservoir Silindris yang tidak terbatas (line source well).
Dibandingkan dengan radius reservoir yang tidak terhingga, maka ukuran
lubang bor dapat diabaikan atau mendekati radius sama dengan nol. Oleh sebab
itu didalam reservoir yang silindris tersebut lubang bor ini kelihatannya hanya
berupa garis. Itulah sebabnya hal ini dikenal sebagai line-source well. Dengan
anggapan bahwa sumur tersebut diproduksikan dengan laju produksi yang
konstan sebesar qB, radius sumur mendekati nol, tekanan awal diseluruh titik di
reservoir sama dengan Pi dan sumur tersebut menguras area yang tak terhingga
besarnya, maka solusi persamaan 2.1. adalah:

.…………………………………….(2.13)

Dimana

………………………………………………………..(2.14)

………………………………………...(2.15)
Persamaan 2.13 diatas dikenal sebagai solusi disaat kondisi reservoir bersifat
“infinite acting”. Digunakan untuk mendapatkan fungsi Ei (-x). Untuk x < 0.02,
Ei(-x) dapat didekati dengan ketelitian < 0.6% oleh persamaan :

……………………………………………………..(2.15)
Gambar 2.1. Values of exponential integral

Terlihat bahwa Tabel 2.1. dapat digunakan untuk 0.02 < x < 10.9, untuk x 0.02
kita menggunakan persamaan 2.14 dan untuk x > 10.9 maka Ei(-x) dapat
dikatakan sudah sama dengan nol untuk tujuan-tujuan praktis.
2.3. Data Analisa dan Perhitungan
2.3.1. Data Analisa

Parameter Nilai Un it

Qb 20 STB/D
µ 0.748 cp
k 0.148 md
Ct 0.000015 psi^-1
Pi 3000 psi
re 3000 ft
rw 0.5 ft
Bo 1.401 RB/STB
h 150 ft
Ø 0.248
s 0
r (a) 1 ft
r (b) 10 ft
r (c) 100 ft
t 7 hour

2.3.2. Perhitungan
a. Mengecek rumus Ei-Function bisa digunakan atau tidak dengan rumus

<t<

Keterangan :
Ø : Porositas
µ : Viskositas
Ct : Compresibilitas total
rw : Jari-jari sumur
k : Permeabilitas
<t<

= 1.98 < 7 < 178539.7

b. Menghitung nilai Ei (-x) pada masing-masing jari dengan


menggunakan rumus :

Keterangan :
Ø : Porositas
µ : Viskositas
Ct : Compresibilitas total
r : Jari-jari sumur
k : Permeabilitas
t : Waktu

c. Setelah menghitung nilai Ei (-x), kemudian hitung nilai tekanan


masing- masing jari dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
P : Tekanan t : Waktu
Pi : Tekanan awal reservoir
q : Laju produksi
µ : Viskositas
Bo : Factor volume formasi minyak
k : Permeabillitas
h : Ketebalan formasi produktif
r : Jari-jari percobaan
Ct : Compresibillitas total
d. Menghitung tekanan pada jari-jari 1 ft :
Mencari nilai Ei (-x) pada jari-jari 1 ft

= -0.00283
Dengan hasil nilai Ei (-x) diatas , maka berlaku ketentuan x ≤ 0.02 , maka
nilai Ei (-x) = ln(1.78(x))
Menghitung tekanan pada jari-jari 1 ft

e. Menghitung tekanan pada jari-jari 10 ft :


Mencari nilai Ei (-x) pada jari-jari 10 ft

= -0.2833
Dengan hasil nilai Ei (-x) diatas , maka berlaku ketentuan 0.02 < x <10.9 ,
maka nilai Ei (-x) menggunakan tabel dengan interval 0.1

Interpolasi : 0.0148
-2
0.28 = 1.69x10 x
0.2833 =?
0.29 = 1.48x10-2 0.0169

0.29 0.2833 0.28


Dengan mengetahui nilai dari x = 0.014941, maka nilai Ei (-x) = -
0.014941, selanjutnya adalah mencari takanan pada jari-jari 10 ft

f. Mencari nilai Ei (-x) pada jari-jari 100 ft

= -28.34
Dengan hasil nilai Ei (-x) diatas , maka berlaku ketentuan 10.9 < x , maka
nilai Ei (-x) = 0
Menghitung tekanan pada jari-jari 100 ft
2.4. Pembahasan
Pada bab Ei Function ini kita akan menghitung tekanan pada jari-jari yang
berbeda yaitu jari-jari 1 ft, 10 ft, 100 ft , sebelum menghitung tekanan pada jari-
jari percobaan kita akan melihat apakah rumus Ei Function bisa digunakan dengan
menghitung = 1.98 < 7 < 178539.7 , setelah mendapatkan pembuktian kita
kemudian hitung tekanan pada masing jari-jari, pada jari-jari 1 ft mendapatkan
nilai Ei (-x) sebesar -0.00283, hasil Ei (-x) < 0.02 sehingga untuk menghitung
tekanan kita menggunakan Ei (-x) = ln (1.78(0.00283) sehingga didapatkan
tekanan sebesar . Pada jari-jari 10 ft didapatkan nilai Ei (-x)
sebesar -0.2833 dimana nilai 0.02 < Ei (-x) < 10.9 , sehingga untuk menghitung
nilai Ei (-x) diperlukan interpolasi, dari interpolasi didapatkan nilai Ei (-x)
functionnya sebesar , sehingga didapatkan tekanan sebesar
. Dan pada jari-jari 100 ft dipatkan nilai Ei (-x) sebesar -28.34 ,
nilai Ei (-x) > 10.9 sehingga nilai Ei (-x) functionnya sebesar 0 sehingga
didapatkan nilai tekanan , dan pada jari-jari 100 ft adalah
.

2.5. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas atau dari hasil pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan :
1. Rumus Ei – function dapat digunakan jika ketentuan x1 < t < x2 atau dalam
nilai : 1.98 < 7 < 178539.7
2. Jika nilai (-x) ≤ 0.02 maka nilai Ei (-x) nya adalah ln (1.78(-x)
3. Jika nilai (-x) diantara 0.02 dan 10.9 maka perhitungan nilai Ei (-x)
menggunakan tabel 2.1. Values of exponential integral
4. Jika nilai (-x) > 10.9 maka nilai Ei (-x) nya adalah 0
5. Semakin besar nilai jari-jari percobaan, maka tekanannya semakin besar atau
sama dengan nilai Pressure Initial
BAB III
DIETZ SHAPE FACTOR

3.1. Tujuan Analisa


1. Mengetahui nilai PI dan Q konstan dengan bentuk reservoir segitiga.
2. Mengetahui fungsi dari dietz shape.
3. Mengetahui lamanya waktu yang diperlukan berbagai geometri
reservoir pada infinite acting reservoir, Pseudo Steady State less than +
1% dan Pseudo Steady State Exact.

3.2. Teori Dasar


Pada perhitungan persamaan aliran sebelumnya, hanya membahas bentuk
geometri reservoir berupa silinder terbatas. Namun dalam kenyataan dilapangan
tidak selamanya kita dapat menemukan bentuk geometri reservoir kita berupa
silinder terbatas. Untuk itu perlu suatu perhitungan persamaan aliran dalam bentuk
geometri yang lainnya.
Untuk itu Odeh telah menurunkan persamaan aliran terhadap bentuk
geometri reservoir-reservoir non-silindris pada kondisi pseudo steady state, yaitu

, ( ) - ........................(3-1)

Keterangan :
Pins : Tekanan awal reservoir, psi
Pwf : Tekanan alir sumur, psi
q : Laju alir, bbl/day
µ : Viskositas, cp
B : Faktor volume formasi, RB/STB
k : Permeabilitas, md
h : Ketebalan formasi, ft
A : Luas Area, ft2
CA : Konstanta Dietz
rw : Jari-jari sumur, ft
S : Faktor skin

Secara teoritis aliran steady state terjadi pada harga t yang sangat besar
(sumur telah diproduksikan sangat lama) pada suatu sistem reservoir dengan
kondisi batas luar reservoir berupa tekanan konstan dan laju produksi dilubang
sumur konstan (constant production rate).
Periode transient, Pseudosteady state dan steady state tersebut diatas dapat
diobservasi melalui plot

Gambar 3.1. Tiga regional aliran selama Pressure Drawdown

Dietz shape factor (CA) adalah suatu konstanta yang dimasukkan ke


dalam persamaan solusi Pseudosteady State agar persamaan tersebut cocok
atau berlaku untuk bentuk luas daerah pengurasan sumur (drainage area).
Berdasarkan bentuk-bentuk geometri reservoir yang lain, akhirnya
konstanta Dietz shape factor dikembangkan berdasarkan bentuk geometri
reservoir yang lain dan letak sumurnya, adapun pengembangan konstanta
ini dapat dilihat pada tabulasi berikut.
Gambar 3.2. Shape factors for various single well drainage areas
Gambar 3.4. Shape factors for various single well drainage areas

Jadi, dengan adanya tabulasi dari Dietz ini, maka dapat ditentukan waktu
yang dibutuhkan oleh sumur yang diproduksikan untuk mencapai kondisi tertentu
berdasarkan bentuk geometri reservoirnya dan letak sumurnya. Adapun
perhitungan waktu (t) sumur untuk mencapai kondisi tertentu adalah sebagai
berikut
………………………………………………………….(3-2)

3.3. Data Analisa dan Perhitungan


3.3.1. Data Analisa

Data Reservoir Nilai Unit


A 17420000 ft2
Bo 1.501 BBL/STB
 0.201 -
 1.01 cp
k 100.01 md
Ct 0.00001 psi-1
̅ -Pwf 500 psi
h 10 ft
rw 0.3 ft2
S 3 -

Bentuk Reservoir :

Keterangan :
tDA Infinite Acting Reservoir = 0.09
tDA ketelitian 1% = 0.25
tDA PSS Exact = 0.25
CA = 12.9851
3.3.2. Perhitungan
Persamaan
 

Keterangan :
Ø : Porositas
µ : Viskositas
Ct : Compresibilitas total
r : Jari-jari sumur
k : Permeabilitas
t : Waktu

a. Menentukan t dalam infinite acting reservoir dengan tDA = 0.09

t = 120,548 hours

b. Menentukan t dalam PSS dengan ketelitian 1%, tDA = 0.07

t = 93.76 hours

c. Menentukan t dalam PSS Exact dengan tDA = 0.2

t = 267.884 hours
d. Menentukan J dan laju produksi (q) dengan ̅ -Pwf = 5000 Psia

( )

Sedangkan,

q = 174.5 STB/Day

3.4. Pembahasan
Pada bab Diezt Shape factor ini kita akan menghitung t ( waktu ) pada
beberapa tDA , yaitu tDA pada infinite acting, tDA pada PSS ketelitian 1 %, dan
tDA pada PSS Exact . Setelah menghitung tDA kita menghitung nilai J dan q
dengan ̅ -Pwf = 5000 Psia . Pada saat menghitung nilai t dengan tDA infinite
acting saya mendapatkan nilai t sebesar 120,548 hours, pada saat menghitung
nilai t dengan menggunakan tDA PSS ketelitian 1% saya mendapatkan nilai t
sebesar 93.76 hours, dan pada saat menghitung nilai t dengan menggunakan tDA
PSS exact saya mendapatkan nilai t sebesar 267.884 hours. Setelah menghitung
nilai t pada beberapa tDA saya menghitung nilai J, pada saat saya menghitung
nilai J saya mendapatkan nilai dan setelah itu saya menghitung nilai q,
dan saya mendapatkan nilai q sebesar 174.5 STB/Day
3.5. Kesimpulan
1. Pada tDA infinite acting mendapatkan nilai t sebesar 120,548 hours
2. Pada tDA PSS ketelitian 1% mendapatkan nilai t sebesar 93.76 hours
3. Pada tDA PSS Exact mendapatkan nilai t sebesar 267.884 hours
4. Pada hasil hitungan didapatkan nilai J sebesar
5. Pada hasil hitungan didapatkan nilai q sebesar 174.5 STB/Day
BAB IV
PRESSURE BUILD-UP TESTING

4.1. Tujuan Analisa


1. Untuk mengetahui nilai permeabilitas formasi.
2. Untuk menentukan adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan
formasi (faktor skin).
3. Untuk menentukan produktivitas formasi (PI).
4. Untuk menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-rata (Paveg)
reservoir.

4.2. Teori Dasar


Pressure Build-Up Testing adalah suatu teknik pengujian transien tekanan
yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian
dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur suatu selang waktu tertentu
dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersrbut. Penutupan
sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu.Dari
data yang didapat, kemudian dapat ditentukan permeabilitas formasi, daerah
pengurasan saat itu, adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi, batas
reservoir bahkan keheterogenan suatu formasi.
Gambar 4.1. Idealized rate and pressure history for a Pressure Buildup Test

Gambar 4.2. Idealized rate and pressure history for a Pressure Buildup Test

Dasar analisa PBU ini diajukan oleh Horner, yang pada dasarnya adalah
memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Tetapi sebelum membicarakan
lebih lanjut, perlu kiranya kita mengetahui suatu prinsip yang mendasari analisa
ini yaitu terkenal dengan prinsip superposisi (superposition principle).
Gambar 4.3. Production history of a well showing both rate and bottom hole
flowing pressure as function of time

Secara matematis, teori yang mendasari prinsip ini menyatakan bahwa


penjumlahan dari solusi-solusi individu suatu persamaan diferensial linier berorde
dua adalah juga merupakan solusi dari persamaan tersebut.
Untuk menentukan tekanan lubang sumur (Pwf) pada saat tn sewaktu laju
tertentu qn, dapat dipakai prinsip superposisi dengan metode sebagai berikut:
q1 dianggap berproduksi selama tn
q2 dianggap berproduksi selama tn-t1
q3 dianggap berproduksi selama tn-t2
q4 dianggap berproduksi selama tn-t3

qn dianggap berproduksi selama tn-tn-1

[ ( ) ] ……………….....(4-1)

Keterangan :
P = Tekanan, psia
Pi = Tekanan mula-mula reservoir, psia
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia
qn = Laju produksi pada waktu tertentu, bbl/day
µ = Viskositas fluida, cp
B = Faktor volume formasi, bbl/STB
k = Permeabilitas, mD
h = Ketebalan formasi produktif, ft
ϕ = Porositas
Ct = Kompresibilitas total, psi-1
rw = Jari-jarisumur, ft
tn = Waktu tertentu untuk sumur diproduksikan, hour

PBU dapat dilakukan saat periode pengeboran maupun selama periode


produksi. PBU yang dilakukan saat pengeboran biasanya dalam jangka waktu
pendek, sehingga kurang teliti. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. sumur ditutup tepat di depan perforasi.
b. tidak ada aliran masuk ke dalam sumur.
c. fluida di dalam reservoir mengalir menuju sekeliling sumur sampai tekanan
di seluruh reservoir sama.

4.2.1. Ideal PBU Test


Asumsi-asumsi:
1. Sumurdiproduksi dari infinite acting reservoir yang horizontal, ketebalan
konstan, seluruh ketebalan diperforasi.
2. Batuan homogen, isotropic.
3. Fluida satu fasa, slightly compressible, dengan sifat-sifat konstan.
4. Berlaku pendekatan pseudo producing time (Horner). Jika periode produksi
yang telah berlangsung= tp, laju produksi konstan= q, dan waktu berjalan
sesudah penutupan sumur= t, dengan menggunakan prinsip superposisi,
diperoleh persamaan:

Pws = Pi – 162.6 (qB/kh) log [(tp+ t)/ t] ………………………………..(4-2)


Keterangan :
Pws = tekanan dasar sumur setelah ditutup, psi
Pi = tekanan awal reservoir, psi
h = tebal reservoir, ft

Jika dilakukan plot Pws vs. {(tp+ t)/ t}, akan diperoleh garis lurus dengan slope
“m”. Di mana:

m = - 162.6 (qB/k) ………………………………………………………(4-3)

Untuk perhitungan harga k (permeabilitas), diambil harga mutlak m, sebagai


berikut:

k = 162.6 (qB/mh) ……..………………………………………………(4-4)

Jika garis lurus tersebut diekstrapolasi sampai harga t =0 atau (tp+t)/t= 1, akan
diperoleh harga Pi.Skin factor dapat dihitung dengan persamaan:

S=1.151[{(P1hr-Pwf)/m}-log{k/(ct2rw2)}-3.23] ………………………..(4.5)

Gambar 4.4. Rate history for ideal pressure Buildup Test


Gambar 4.5. Plotting technique for pressure Buildup test

Gambar 4.6. Actual Buildup test graph

4.2.2. Actual PBU Test

Pada test sumur yang aktual, penutupan sumur dilakukan di X-mas tree,
sehingga ada aliran masuk ke dalam lubang bor (wellbore storage).
Kurva yang di dapat dari plot Pws vs. {(tp+ t)/ t} tidak berupa garis lurus
akibat:
1. Konsep radius of investigation.
2. Adanya wellbore storage (afterflow).
3. Kerusakan formasi.
Berdasarkan konsep radius of investigation, kurva PBU dibagi menjadi 3 daerah
(region):
1. Early time region (ETR). Radius of investigation merambat di formasi di
dekat sumur, di mana fluida masih mengalir ke dalam sumur, di samping itu,
disekitar sumur paling mengalami kerusakan formasi.
2. Middle time region (MTR). Perambatan radius of investigation sudah di luar
pengaruh kerusakan formasi, dan afterflow sudah berhenti mempengaruhi
kurva PBU. Garis sudah lurus dengan slope sebanding dengan k.
3. Late time region (LTR). Radius of investigation sudah mencapai batas
pengurasan sumur. Ulah tekanan dipengaruhi oleh konfigurasi boundary,
pengaruh sumur-sumur dekat, heterogenitas reservoir yang signifikan.

Afterflow dapat menyebabkan:


1. Keterlambatan MTR sehingga susah dikenali.
2. MTR kurang berkembang akibat afterflow terlalu panjang dan efek
boundary terlalu dini.
3. Ketidakpastian dalam penarikan garis lurus (MTR).

Pengaruh kerusakan formasi:


Terjadi penambahan penurunan tekanan (pskin) di sekeliling sumur pskin dapat
dihitung dengan persamaan:

pskin = 141.2 (qB/kh) S ………………………….......................................(4-6)


atau:

pskin = 0.869 mS …………………………………………………………...(4-7)

Secara fisik, pengaruh skin dan pskin dapat dinyatakan dalam bentuk flow
efficiency (FE) sebagai berikut:

FE = Jaktual/Jideal ,J = productivity index ……………………...........................(4-8)


4.3. Data Analisa dan Pengamatan
4.3.1. Data Analisa
Data-data analisa sebagai berikut :
Laju produksi (Qo) : 200 BBL/D
Tekanan alir dasar sumur (Pwf) : 3538.63 psi
Jari-jari sumur (rw) : 0.4538 ft
Porositas : 0.101
Ketebalan formasi produktif : 45.93 ft
Viskositas minyak : 1.35 cp
Kompresibilitas total (ct) : 0.00035 psi-1
Factor volume formasi minyak (Bo) : 1,25 RB/STB
Sumur Diproduksikan, (tp) : 164 jam

Table 2.1. Data Tekanan dan Waktu Test PBU

dt, Pws, 0.78 3869.224 211.25641


(tp+dt)/dt
Jam Psi 1.1132 3908.672 148.32303
0 3538.627 1.4535 3930.481 113.8311
0.01 3547.811 16401 1.7886 3942.82 92.691826
0.0186 3555.552 8818.2043 2.5525 3957.012 65.250735
0.0291 3564.654 5636.7388 3.3328 3963.639 50.207873
4.8993 3970.802 34.47417
0.0496 3581.853 3307.4516
7.8719 3977.73 21.833598
0.0707 3598.713 2320.6605
10.2784 3981.07 16.955791
0.082 3607.355 2001
12.6481 3983.433 13.966374
0.1009 3621.213 1626.3717 15.5641 3985.566 11.537069
0.1357 3645.29 1209.5483 17.0114 3986.425 10.640594
0.1937 3681.137 847.67011
20.9334 3988.282 8.83437
0.2764 3724.555 594.34298
28.1549 3990.609 6.8249186
0.361 3761.139 455.29363
33.6344 3991.826 5.8759603
0.4713 3799.697 348.97369
48 3993.833 4.4166667
0.5974 3833.473 275.52293

4.3.2. Perhitungan
1. Berdasarkan data-data PBU test tabulasi yang menghubungkan harga Pws
terhadap horner time (tp+∆t)/∆t
2. Plot harga-harga Pws vs (tp+∆t)/∆t pada kertas semilog

Grafik 4.1. (tp+dt)/dt vs Pws


4100
(tp+dt)/dt vs Pws

4000
3977.73 Daerah Pengamatan

3900
Log. (Daerah
Pengamatan)
3800 Log. (Daerah
Pengamatan)
3700
y = -10.06ln(x) + 4009.7
R² = 0.988
3600

3500
100000 10000 1000 100 10 1

3. Dari grafik didapatkan persamaan gari y = -10.0 ln(x) + 4009


4. Tentukan harga slope (m) pada bagian garis yang lurus grafik tersebut
x=1 - 10.0 x ln (1) + 4009 = 4009
x = 10 - 10.0 x ln (10) + 4009 = 3985.794
m = x1 – x10 = 4009 – 3985.794
= 23.025 psi/cycle

5. Tentukan harga nilai Horner dengan menggunakan rumus (tp+∆t)/∆t,

dengan dt = x =1

Nilai Horner = ( 164 + 1)/ 1 = 165

6. Hitunglah P 1 jam dengan rumus persamaan garis, dengan nilai x = nilai


Horner
P 1 jam = -10.0 ln(165) + 4009 = 3957.940545 psi
7. Tentukan nilai permeabilitas (k) pada keadaan transient dengan rumus :

k =
=

= 51.889 mD

8. Menentukan harga factor skin pada keadaan transient dengan rumus :

S= * +

= * +

= 16.943

6. Menentukan harga P* dengan rumus persamaan garis, pada P = 1


P* = (Pada P = 1)
= 4009 psi
7. Tentukan ΔPskin dan J ideal
∆P skin =
=
= 339.410 psi
8. Menentukan J Ideal dengan rumus :

………………………………………...(4.9)

J ideal =

= 1.5271 bbl/day/psi

9. Tentukan J nyata dengan rumus :

………………………………………………………....(4.10)

J nyata =

= 0.4251 bbl/day/psi
10. Tentukan besarnya Flow Efficiency (FE)

FE =

= 0.27842 x 100%
= 27.8 %

11. Tentukan besarnya Radius of Investigation (ri)

ri =√ …………………………………………………….(4.11)

ri =√

= 520.920 ft

4.4. Pembahasan
Pada bab PBU saya akan menghitung mencari (tp+∆t)/∆t untuk melengkapi
data pada tabel. Setelah itu plotkan pada grafik, dimana titit X di isi dengan nilai
(t) waktu dan nilai Y diisi dengan Pws. Setelah itu mencari nilai slope dengan x =
1 dan x = 10, yang dimana didapat persamaan dari grafik y = -10.0 ln (x) + 4009,
dimana didapatkan hasil X1 = 4009 dan X10 = 3985.974 , kemudian mencari nilai
m = X(1) – X (10) dan didapatkan hasil slope (m) adalah 23.02585 , setelah itu
mencari nilai horner dengan menggunakan rumus (tp+∆t)/∆t dan didapatkan nilai
horner sebesar 165, kemudian mencari lagi P 1 jam dengan persamaan y = -10.0
ln (x) + 4009, dimana nilai x diisi dengan nilai horner, sehingga akan didapatkan
hasil P1 jam sebesar 3957.940 psi
Kemudian menghitung nilai (k) Permeabilitas dan didapat k = 51.889 md.
Dan kemudian mencari nilai skin, dengan hasil skin = 16.943 . ∆skin dicari
dengan rumus ∆skin = 0.87 S (m), hasilnya didapat 339.940. Untuk mencari FE
maka kita mencari Jnyata dan Jideal dimana hasil FE didapat 27.8 %. Setelah itu
mencari ri dengan hasil 520.920 ft.
4.5. Kesimpulan

1. Dari hasil pressure buid up di atas didapatkan nilai permeabilitas


sebesar 51.889 mD
2. Dari data perhitungan pressure build up test, didapatkan nilai factor
skin = 16.943, bernilai positif menunjukkan adanya kerusakan
formasi(damaged) / penurunan nilai permeabilitas.
3. Dari data perhitungan produktivitas index, PI ideal =1,667 bbl/day/psi
dan PI nyata = 0.4251 bbl/day/psi.
4. Dari data perhitungan, nilai flow efficiency = 27.8 %.
5. Nilai radius of investigation dari analisa diatas sebesar 520.920 ft.
BAB V

ANALISA PRESSURE DRAWDOWN TESTING

5.1. Tujuan Analisa


1. Untuk menentukan permeabilitas formasi
2. Untuk menentukan faktor skin (S)
3. Untuk menentukan Volume pori-pori yang berisi fluida (Vp)

5.2. Dasar Teori


Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang dilaksanakan
dengan jalan membuka sumur dan memepertahankan laju produksi tetap selama
pengujian berlangsung. Sebagai syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut,
tekanan hendaknya seragam diseluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur
sementara waktu agar tercapai keseragaman tekanan direservoirnya.
Mengingat hal tersebut diatas, waktu yang paling ideal untuk melakukan
pressure drawdown test adalah pad saat-saat pertama suatu sumur berproduksi.
Namun tentu saja dasarnya, pengujian ini dapat dilakukan pada :
1. Sumur baru
2. Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir
3. Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan buidup test, si empunya
sumur akn sangat rugi.

Apabila didesain secara memadai, perolehan dari pegujian ini mncakup


banyak informasi yang berharga sepertipermeabilitas formasi, factor skin dan
volume pori-pori yang berisi fluida.
Apabila suatu sumur diproduksikan dengan laju alir yang tetap, tiga rejim
aliran akan terjadi yaitu : periode transient, periode late transient, dan PSS (preudo
steady state).
5.2.1. Analisa Pressure Drawdown pada Periode Transient
Apabila suatu sumur diproduksikan dengan laju aliran tetap dan ekanan awal
reservoirnya = Pi, maka persamaan tekanan pada lubang bor (rD=1) yang
dinyatakan didalam variable-variable yang tidak berdimensi adalah : Setelah
tD/rD2 > 100 dan setelah efek wellbore storage menghilang : Dari persamaan
diatas terlihat bahwa plot antara Pwf vs Log (t) merupakan garus lurus dengan
kemiringan : Dala dunia perminyakan orang biasanya memilih waktu t = 1 jam
dan mencatat Pwf pada saat itu sebagai P 1 hr. dengan menggunakan konsep ini
kita dapat menentukan “S” dengan menggunakan persamaan berikut :
Ada dua grafik yang selalu harus dilakukan didalam menganalisa PDD pada
periode infinite acting ini, yaitu :

1. Log-log Plot untuk menentukan wellbore storage


Grafik ini, log (Pi-Pwf) vs log (t) digunakan untuk menentukan kapan saat
berakhirnya efek dari wellbore storage. Kemudian saat mencapai garis lurus
semi log dapat diperkirakan dengan :
Dari log-log ini pun dapat diperkirakan besarnya cs (bbl/psi) yaitu dengan
menggunakan persamaan :
Dimana delta t dan delta P adalah harga yang dibaca dari suatu titik garis lurus
unit slope tersebut.

2. Semilog Plot untuk menentukan karakteristik formasi


Grafik ini adalah semi log antara Pwf vs log (t). dengan membaca kemiringan
(m) maka permeabilitas formasi dapat ditentukan dari persamaan :
M akan bernilai negative sehingga menghasilkan permeabilitas yang positif
kemudian factor skin dapat dihitung.

5.2.2. Analisa PDD pada periode late transient


Jika garis lurus telah didapatkan dari grafik maka permeabilitas dapat
dihitung dengan persamaan :
“b” adalah titik potong terrhadap sumbu tegak :
Volume pori-pori sejauh daerah pengurasan (drainage volume) sumur yang
diujikan kemudian dapat diperkirakan :
Tentukan slope (β) terlebih dahulu
Faktor skin dapat pula ditentukan :
Menentukan radius of investigasi :

5.2.3. Analisa PDD pada PSS (periode semi steady state)


Pengujian ini terutama untuk menentukan volume reservoir yang
berhubungan dengan sumur yang diuji oleh sebab itu disebut reservoir limit
testing.
Dapat dilihat bahwa Pwf vs t merupakan garis lurus dengan kemiringan :
Kemudian dengan mengetahui kemiringan ini, drainage volume dapat ditentukan .

5.2.4. Penentuan Bentuk Reservoir Dari Data PDD Berdasarkan PSS dan
Periode Transient
Pada umumnya, persamaan aliran pada periode semi steady state untuk
setiap bentuk reservoir adalah :
Dengan mengkombinasikan persamaan sebelumnya dengan persamaan diatas
maka diperoleh :
Dimana P int adalah :
m* dan P int didapat dari plot Pwf vs t yaitu m* adalah kemiringan dan P int
didapat dengan mengekstrapolasikan garis liniernya ke t = 0. Selanjtnya bentuk
reservoir diperkirakan dari nilai tDA PSS
5.3 Data Analisa dan Perhitungan
5.4.1 Data Analisa
Data-data reservoir sumur “X” sebagai berikut :
Laju Produksi (Qo) : 200 bbl/day
Tekanan awal (Pi) : 4600 psi
Jari-jari sumur : 0.5 ft
Porositas : 0,244
Ketebalan formasi produktif : 6.09756098 ft
Viskositas minyak : 1,5 cp
Kompresibilitas total (Ct) : 0.0000082 psi-1
Factor Volume Formasi Minyak : 1,2 RB/STB
Temperature : 220°F

Tabel 5.1. Data Tekanan dan Waktu PDD

29.8 3549 1051


t Pwf ΔP
35.8 3544 1056
jam psi psi 43 3537 1063
0 4412 188 51.5 3532 1068
0.12 3812 788 61.8 3526 1074
1.94 3699 901 74.2 3521 1079
2.79 3653 947 89.1 3515 1085
4.01 3616 984 107 3509 1091
4.82 3607 993 128 3503 1097
5.78 3600 1000 154 3497 1103
6.94 3593 1007 185 3490 1110
8.32 3586 1014 222 3481 1119
14.4 3573 1027 266 3472 1128
17.3 3567 1033 319 3460 1140
20.7 3561 1039 383 3446 1154
24.9 3555 1045 460 3429 1171
5.4.2 Perhitungan
Transient :
Grafik 5.1. t vs Pwf (transient)
4600

4400

4200

t vs Pwf
4000
transient
Log. (transient)
3800
3616
y = -40.57ln(x) + 3671.6
3600 R² = 0.9973
3593

3400
1 10 100 1000

a. Buat grafik dengan plot nilai t vs Pwf pada kertas semi log
b. Dari grafik di dapatkan :
Persamaan garis y = 40.5 ln (x) + 3671
R2 = 0.997
c. Hitung nilai X1, X10, dan slope (m) dengan menggunakan persamaan
garis yang didapat :
x=1 - 40.5 x ln (1) + 3671 = 3671
x = 10 - 40.5 x ln (10) + 3671 = 3577.745
m = x1 – x10 = 3671 – 3577.745
= 93.255 psi/cycle
d. Setelah mendapatkan nilai slope hitung P 1 hr dengan rumus :
P 1 hr = -40.5 ln (1) + 3671
P 1 hr = 3671 psia

e. Hitung permeabilitas (k) dalam keadaan transient dengan rumus :

md

f. Hitung factor skin (S) dengan rumus :

S = * +

= * +

]
= 5.718

g. Kemudian buat P iterasi, dengan cara melihat tekanan pada t awal late
transient sampai akhir PSS, kemudian buat data dengan beberapa titik
tekanan antara awal late transient sampai akhir PSS
Tabel 2.1. mencari P iterasi

t 3490 3477 3465 3440 3445 3430


14.4 83 96 108 133 128 143
17.3 77 90 102 127 122 137
20.7 71 84 96 121 116 131
24.9 65 78 90 115 110 125
29.8 59 72 84 109 104 119
35.8 54 67 79 104 99 114
43 47 60 72 97 92 107
51.5 42 55 67 92 87 102
61.8 36 49 61 86 81 96
74.2 31 44 56 81 76 91
89.1 25 38 50 75 70 85
107 19 32 44 69 64 79
h. Setelah mendapatkan data plot buat grafik semi log t vs tekanan pilih garis
yg paling lurus atau linier sehingga didapat P iterasi dari grafik
Grafik 5.2. menentukan P iterasi
1000

100 Series1
Series2
Series3
Series4

10 Series5
Series6

1
0 20 40 60 80 100 120

i. Maka dari grafik didapatkan P iterasi sebesar 3477 psi dan nilai b adalah
100 didapakan dari extrapolasi garis pada grafik penentuan P iterasi.
j. Hitung β dengan rumus :
β = 1/ ( t akhir transient – t awal PSS)
β = 1/ ( 185- 8.32)
β = 0.005659
k. Hitung permeabilitas (k) pada keadaan late transient :

md
l. Hitung t pss = t trakhir PSS – t terakhir late transient
t Pss = 460 – 107
t Pss = 353 jam

m. Hitung re dengan menggunakan rumus :

re =√

re =√

re = 3247.491 ft

n. Hitung Vp pada late transient dengan rumus :

res/ bbl

o. Hitung factor skin (s) pada keadaan late transient dengan menggunakan
rumus :

S = * + * +

= * + * +

= 1.75048

p. Setelah itu buat grafik baru dengan plot nilai t vs Pwf kembali sehingga
akan didapat grafik t vs Pwf , tarik garis lurus didaerah yang linier pada
grafik dan tentukan batas awalnya, setelah itu lakukan trendline sehingga
didapat dari grafik persamaan garis keadaan PSS
Grafik 5.3. t vs Pwf pada keadaan Pss

4600

4400

4200
t vs Pwf

4000 PSS
Linear (PSS)
3800 Linear (PSS)

3600 y = -0.2224x + 3531.1


3503 R² = 0.9998
3472
3400
0 100 200 300 400 500

q. Maka dari grafik akan didapat nilai m* sebesar 0.22


r. Hitunglah Vp PSS dengan menggunakan rumus :

res/ bbl

s. Hitunglah (t DA) PSS dengan menggunakan rumus :

t. Setelah itu hitunglah CA dengan menggunakan rumus :

CA = ( )

CA = ( )

CA = 55.456
u. Dengan mengetahui nilai (t DA) dan CA kita menentukan bentuk
reservoirnya :
Bentuk Reservoirnya :

5.7 Pembahasan
Dari data yang diketahui buat grafik dengan mem-plot antara t vs pwf.
Kemudian mengubah format pada aksis X menjadi log. Dari grafik diatas dapat
ditentukan aliran Trancient berdasarkan garis linier yang terbentuk (t 4.01- t
8.32). Selain itu dari grafik tersebut didapatkan persamaan garis y = -40.5 ln (x)
+3671, ketika nilai x = 1, y = 3671 sedangkan ketika x = 10 nilai y = 3577.745.
nilai m merupakan hasil dari pengurangan X1 dengan X10 yang hasilnya adalah
93.2547. Berdasarkan data tersebut, nilai permeabilitias pada late Trancient adalah
sebesar 102.943 md, dan nilai Skin adalah 5.815.
Untuk menentukan batas antara aliran Late Trancient dengan Pseudo Steady
State dengan cara mem-plot t vs pwf kemudian mencari garis yang linier untuk
menentukan Pseudo Steady State ( t 51.5 – t 4560) kemudian buat tabel P (late
trancient) dengan P iterasi berdasarkan batas pwf pada PSS awal ( 3532 psi )
hingga PSS akhir ( 3429 psi). Setelah didapatkan nilai P iterasi dengan 5 sample
yang diambil ( P = 3530, 3520, 3510, 3500, 3490, 3480, 3470 ) . Setelah itu mem-
plot hasil P iterasi vs t Late Trancient. Ambil hasil grafik yang apling linier untuk
menentukan nilai b = 100, P iterasi = 3477, β = 0.005659, t = 353 jam. Dari data
tersebut didapatkan nilai k = 70.0214 md, re = 3247.491 ft, Vp =
res/bbl, S = 1.75048 .
Pada Pseudo Steady State, didapatkan nilai Vp = res/ bbl,
(tDA)pss = dan CA = 55.456 berdasarkan data yang didapatkan
sebelumnya. Untuk menentukan CA, data yang dibutuhkan adalah m* yang
didapatkan dari persamaan pada grafik yang kedua = 0.22, P int didapatkan dari
menarik garis linier sampai ke nilai pwf sehingga didapatkan P int = 3477.
Berdasarkan nilai tDA dan CA yang mendekati ( tabel Dietz Shape), didapatkan
bentuk reservoir adalah bulat/ lingkaran.

5.8 Kesimpulan
1. Nilai permeabilitas pada lairan trancient dan late trancient berbeda, k
trancient = md sedangkan k pada late trancient = 70.0214
md.
2. Selain daripada nilai k yang berbeda, niali Skin yang didapatkan juga
berbeda, yakni S pada trancient = 5.718, sedangkan S pada Late
Trancient = 1.75048
3. Berdasrkan hasil perhitungan nilai Vp pada keadaan late transient dan
PSS berbeda yaitu Vp late transient = res/bbl dan Vp
PSS = res/ bbl
4. Dari hasil tDa dan CA diketahui bentuk reservoirnya adalah bulat/
lingkaran

Anda mungkin juga menyukai