Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN PEMBERIAN RANSUM

FORMULASI PAKAN UNTUK TERNAK SAPI POTONG

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas B

FEBYLIYA SALSADIAN 200110170030


RINTO 200110170039
AGUNG MUHAMMAD FIRDAUS 200110170203
REVIN ANINDIYA PUTRI 200110170208

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA


DAN KIMIA MAKANAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Pemberian Ransum yang

berjudul “Formulasi Pakan Untuk Ternak Sapi Potong” ini dengan baik. Tujuan

praktikum adalah memperluas ilmu dan memperdalam pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih pada Dr. H. Rahmat Hidayat, S.Pt.,

M.Si. selaku dosen mata kuliah Bahan Pakan dan Pemberian Ransum Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah membimbing kami dalam

praktikum ini. Dengan bantuannya tersebut penyusun berharap laporan ini dapat

bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun pada bidang pengetahuan ini.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan

akhir praktikum ini, dari sisi sistematika penulisan maupun dari sisi isi laporan.

Berdasarkan hal tersebut penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Sumedang, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................ iv
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ........................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah ..................................................... 1
1. 3 Maksud dan Tujuan ................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 3
2. 1 Konsentrat .................................................................. 3
2. 2 Bahan Pakan .............................................................. 4
III METODE PRAKTIKUM ................................................... 13
3. 1 Waktu dan Tempat ................................................... 13
3. 2 Bahan ......................................................................... 13
3. 3 Alat ............................................................................ 13
3. 4 Prosedur ..................................................................... 14
3. 5 Tabel Pengamatan ..................................................... 15

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ............. 16


4. 1 Hasil Pengamatan ...................................................... 16
4. 2 Pembahasan ............................................................... 17
V PENUTUP ............................................................................ 19
5. 1 Kesimpulan ................................................................ 19
5. 2 Saran .......................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 20

LAMPIRAN ......................................................................... 21

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1.1 Tabel Pengamatan Bahan Pakan .................................................. 11
1.2 Tabel Pengamatan Kandungan Nutrisi ......................................... 11
2.1 Hasil Pengamatan Bahan Pakan .................................................... 12
2.2 Hasil Pengamatan Kandungan Nutrisi .......................................... 12

iv
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak sebagai pahlawan protein hewani yang kemudian dipelihara untuk

dimanfaatkan tenaga atau diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya

sehingga dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Untuk memenuhi

kebutuhan hidup pokok dan produksinya, tentunya ternak sangat memerlukan

aspek kebutuhan nutrisinya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik

untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan

menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi

lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Ternak

yang sehat dan terpenuhi kebutuhan nutrisinya dapat tumbuh dan berproduksi

optimal, hal ini juga berkaitan dengan jenis pakan yang diberikan pada ternak

harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada

ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).

Oleh karena hal tersebut, para peternak harus bisa jeli di dalam

menentukan bahan pakan yang sekiranya bisa diberikan pada ternaknya. Di dalam

menentukan bahan pakan, selain jumlah nutrisi yang ada di dalamnya juga harus

mempertimbangkan harga dari bahan pakan tersebut supaya di dalam usaha

peternakannya tersebut tidak mengalami kerugian.

1.2 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana cara pengadukan bahan pakan.

(2) Bagaimana teknik sampling yang dilakukan dalam formulasi pakan.

(3) Bagaimana kandungan nutrisi dari setiap bahan pakan.


2

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui cara pengadukan bahan pakan.

(2) Mengetahui teknik sampling yang dilakukan dalam formulasi pakan.

(3) Mengetahui kandungan nutrisi dari setiap bahan pakan.


3

II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsentrat

Istilah concentrates digunakan untuk menerangkan bahan makanan yang

serat kasarnya rendah dan tinggi daya cernanya. Bahan penyusunnya biji-bijian

dan sebagian besar hasil ikutannya (Anggorodi, 1994). Konsentrat merupakan

pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya akan karbohidrat dan

protein, seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum, dan bungkil-bungkilan.

Konsentrat untuk ternak ruminansia umumnya disebut pakan penguat atau bahan

baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18 persen dan

mudah dicerna (Murtidjo, 1993).

Tujuan pemberian konsentrat dalam pakan ternak ruminansia adalah untuk

meningkatkan daya guna pakan, menambah unsur pakan yang defisien, serta

meningkatkan konsumsi dan kecernan pakan. Dengan pemberian konsentrat,

mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih 8

dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar

yang ada. Dengan demikian mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat

berkembang populasinya (Murtidjo, 1993).

Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis

menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok

oleh protein mikroba rumen. (Anggorodi, 1994) menyebutkan hampir sekitar 70

% kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen. Namun, (Murtidjo,

1993) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi,

khususnya pada fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa pertumbuhan awal,
4

bunting dan awal laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi kebutuhan

ternak, sehingga ternak memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang

lolos fermentasi di dalam rumen.

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan

pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan

dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau

pakan pelengkap (Anggorodi, 1994). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

dedak halus, bungkil kelapa dan tepung ikan. Kualitas pakan konsentrat komersial

buatan pabrik berupa pellet memiliki kandungan protein yang tinggi (Anggorodi,

1994).

2.2 Bahan Pakan

Pakan merupakan bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, dan

hasil industri yang mengandung nutrisi dan layak dipergunakan sebagai pakan,

baik yang diolah maupun yang belum diolah (Anggorodi, 1985). Bahan pakan

diklasifikan menjadi 8 kelas di antaranya yaitu :

(1) Bahan Pakan Hijauan Kering dan Jerami

Hijauan umumnya terdiri dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan

hasil ikutan pertanian, rumput jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis

leguminosa. Hijauan tersebut merupakan bahan pakan yang kandungan serat

kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan yang sudah tua mengandung serat kasar

yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua tersebut kurang bermutu.

Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Kandungan protein leguminosa lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari

10%. Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu
5

(Sudarmono, 2003). Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang

sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (Sudarmono, 2003).

Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas

kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai

22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami

sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang

rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya telah mengalami

lignifikasi tingkat lanjut dan tingginya kandungan silikat (Anggorodi, 1985).

(2) Bahan Pakan Hijauan Segar

Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan

dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, leguminosa segar

dan silage. Makanan kasar ialah bahan makanan yang mempunyai kadar serat

kasar yang tinggi. Bahan ini umumnya terdiri dari makanan huijauan yang berupa

rumput atau leguminosa dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah

diawetkan seperti silage atau hay (Sudarmono, 2003). Hijauan segar adalah semua

bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang

dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung

oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari

rumputrumputan, tanaman biji-bijian atau jenis kacang-kacangan (Sudarmono,

2003).

(3) Bahan Pakan Silase

Silase merupakan awetan hijauan yang disimpan dalam silo yang tertutup

rapat dan kedap udara. Kondisi anaerob tersebut akan mempercepat pertumbuhan

bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat. Bahan pakan yang diawetkan
6

berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami

lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu (Mugiawati, 2013).

(4) Bahan Pakan Sumber Energi

Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama. Zat karbohidrat

ini bisa berupa gula, pati atau serat kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak

mengandung gula dan pati. Hijauan merupakan sumber karbohidrat, apalagi

makanan penguat seperti jagung dan sorghum (Sudarmono, 2003). Umbi-umbian

tumbuh banyak di daerah tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian yang

paling banyak di daerah tropis adalah ketela pohon, ubi, ketela ranbat, talas dan

garut, mempunyai nilai kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi

(Anggorodi, 1994). Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari

menir dan lebih sedikit mengandung kulit dan selaput putih serta berwarna agak

kecoklatan (Murtidjo, 1993).

Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi

dibandingkan zat – zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10%

(Sudarmono, 2003).

(5) Bahan Pakan Sumber Protein

Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang

mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan atau

tanaman).Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:

1. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-

daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat,

ganggang dan bungkil)

2. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi

kaliandra, gamal dan sentero.


7

3. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung

tulang dan sebagainya) (Sudarmono, 2003)

(6) Bahan Pakan Sumber Mineral

Bahan pakan sumber mineral umumnya terdapat pada pakan berbutir dan

hasil ikutannya serta hijauan. Pakan berbutir kaya akan unsur P, sedangkan

hijauan kaya Ca, tetapi unsur P- nya kurang, kecuali hijauan jenis leguminosa.

Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan kapur (giling) merupakan sumber

Ca yang paling bagus dan harganya pun murah (Sudarmono, 2003). Feed

supplemen mineral lainnya adalah bahan makanan yang memiliki zat mineral

seperti bahan makanan yang terdapat dalam jenis makanan yang menyimpan

unsur zat Mg (Magnesium) yaitu: jenis kacang- kacangan (Murtidjo, 1993). Salah

satu jenis batu kapur yang disebut batu bintang (watu lintang) adalah salah satu

sumber mineral Ca yang baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak.

(7) Bahan Pakan Sumber Vitamin

Vitamin A dibentuk dari pro vitamin A (karoten). Warna kuning pada

umbi-umbian dan butir-butiran hijau sebagai provitamin A, oleh dinding usus

halus diubah menjadi vitamin A. Apabila sebagian besar daun pada hiajauan

masih berwarna hijau, berarti provitamin-A nya masih tetap bertahan. Hijauan

yang dipanen pada saat masih muda, provitamin A-nya lebih tinggi dibandingkan

dengan hijauan yang tua (Sudarmono, 2003). Vitamin B12 dibutuhkan untuk

merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya tetas, meningkatkan resistan

embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B12

terdapat pada tepung ikan (Murtidjo, 1993).

Vitamin K banyak terdapat pada berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah

senyawa mempunyai aktivitas seperti vitamin K, dan yang digunakan sebagai


8

standar normal adalah yang disebut menadion. Ada tersedia beberapa derivat larut

air yang berbeda yang diperdagangkan sebagai sumber vitamin K. Dua di

antaranya yang umum digunakan adalah meradion sodium bisulfite dan menadion

dimethilpyrimedinol bisulfite (Anggorodi,1994). Vitamin D berguna untuk

metabolisme dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P dalam tubuh, lebih-

lebih untuk pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan

bantuan sinar matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang

apabila kena sinar pagi akan terbentuk vitamin D (Sudarmono, 2003).

(8) Feed Additif

Penggunaan antibiotika dalam usaha peternakan ayam dewasa ini semakin

populer. Penggunaan antibiotika dirasakan mempunyai peranan penting dalam

merangsang pertunbuhan ayam dan sekaligus memperbaiki efisiensi dalam

penggunaan makanan. Penggunaan euramian, telah terbukti sanggup memperbaiki

pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen, efisiensi makanan sebesar tiga

persen dan kasus penyakit berak darah berkurang tiga persen sampai enam persen

(Murtidjo, 1993).

2.2.3 Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan sisa hasil proses pengolahan kedelai

yang sudah diambil minyaknya sehingga tersisa hanya bungkilnya yang masih

mempunyai nilai gizi (Mathius dan Sinurat, 2001). Bungkil Kedelai menjadi

sumber protein yang dominan, mengingat kandungan proteinnya sebesar 40 - 48%

dan energi metabolismenya 2330 kkal/kg, namun bungkil kedelai ini mempunyai

keterbatasan karena kandungan asam amino methionin. Bungkil kedelai

merupakan bahan yang penting untuk menyusun ransum pakan karena nilai

nutrisinya cukup tinggi antara lain protein kasar (PK) 39,6%, lemak kasar (LK)
9

14,3%, serat kasar (SK) 2,8%, karbohidrat 29,5%, abu 5,4% dan air 8,4%

(Tillman, 1991).

2.2.4 Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah hasil sisa atau limbah industri dari pembuatan

ekstrasi minyak kelapa yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan

terlebih dahulu (Walsh et al., 2008). Bungkil Kelapa mempunyai kandungan

protein sebesar 20 -21%, serat kasar 12 -18% dan energi metabolismenya sebesar

1540 kkal/kg sehingga bahan baku ini mempunyai pengaruh baik untuk

meningkatkan kualitas pakan ternak yang baik. Kandungan nutrien bungkil kelapa

berdasarkan 100% BK adalah abu 6,4%, protein kasar (PK) 21,6%, lemak kasar

(LK) 10,2%, serat kasar (SK) 12,1%, BETN 49,7%, Ca 0,21 dan P 0,65%

(Tillman, 1991).

2.2.5 Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang

sangat baik untuk ternak khususnya ayam broiler. Secara umum tepung ikan

memiliki kandungan protein yang tinggi antara 50-70%. Kandungan protein

tepung ikan memang relatif tinggi, protein hewani tersebut disusun oleh asam

asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino Lisin dan

Methionin. Disamping itu, juga mengandung mineral Calsium dan Phospor serta

vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 (Murtidjo, 1993).

Tepung ikan dapat juga digunakan sebagai kalsium. Kandungan protein

tepung ikan sangat dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan dalam proses

pembuatannya. Pemanasan yang berlebih akan membuat tepung ikan menjadi

berwarna cokelat dan kadar proteinnya cenderung menurun atau bisa menjadi

rusak (Tillman, 1991).


10

2.2.6 Onggok

Onggok merupakan hasil ikutan proses pengolahan singkong atau ubi kayu

menjadi tepung tapioka menghasilkan 40 – 70 % bagian dari bahan yang mentah

(Murtidjo, 1993). Kandungan nutrien yang terdapat pada onggok yaitu 1,7%

protein kasar, 1,6% serat kasar, 0,25% lemak kasar, 1,15% abu, 0,31 Ca, 0,05 P

dan 81,10% BETN (Tillman, 1991). Keuntungan dari onggok antara lain sebagai

bahan perekat sehingga menyatukan antara bahan satu dengan bahan yang lain.

2.2.7 Ampas Kecap

Ampas kecap adalah limbah dari proses pembuatan kecap berbahan dasar

kedelai yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Untuk menjadi

bahan baku dalam pakan terlebih dahulu perlu diolah menjadi tepung dengan cara

menjemur atau oven. Nilai gizi yang terkandung dalam ampas kecap yaitu PK

10,32%, LK 6,93%, dan Abu 6,72% (Anggorodi, 2005).

2.2.8 Pollard

Pollard atau yang lebih dikenal dengan dedak gandum merupakan salah

satu hasil ikutan dari proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu

(Anggorodi, 2005). Pollard merupakan sumber serat pakan dan juga mengandung

protein, lemak, mineral dan vitamin. Semakin tinggi tingkat substitusi pollard

maka akan cenderung meningkatkan kadar abu karena mengandung kadar abu

22,25% selain itu pollard mengandung unsur mineral (Anggorodi, 2005).

Kandungan nilai nutrisi pada pollard dalam 100% BK adalah serat kasar (SK)

8,81%, protein kasar (PK) 16,9%, lemak kasar (LK) 5,1%, Bahan Ekstrak Tanpa

Nitrogen (BETN) 45,0% dan abu 24,1% (Tillman, 1991).


11

2.2.9 Dedak

Dedak padi merupakan salah satu dari limbah hasil pertanian yang

ketersediaannya cukup banyak dan mudah untuk didapatkan. Selain harga dedak

padi yang relatif murah, menjadi salah satu pertimbangan penggunaan dedak

sebagai pakan ternak. (Anggorodi, 1994), dedak padi mengandung nutrisi bahan

kering 88,93%, protein kasar 12,39%, serat kasar 12,59%, kalsium 0,09% dan

posfor 1,07%. (Anggorodi, 1994) menyatakan bahwa dedak padi selain

mengandung serat kasar yang tinggi, juga mengandung asam fitat yang cukup

tinggi yaitu 2,42% yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak.

2.2.10 Molases

Tetes atau molases merupakan larutan coklat kental yang mengandung

gula dan mineral hasil dari ikutan proses pengolahan tebu (Anggorodi, 2005).

Tetes digunakan dalam ransum sapi, kuda dan domba untuk memperbaiki

palatabilitas ransum, meningkatkan aktivitas mikroba rumen dan sebagai sumber

energi (Cullison dan Lowrey, 2001). Kandungan nutrien tetes masih terbilang baik

karena termasuk zat additif dengan nilai nutrisinya antara lain protein kasar (PK)

3,5%, serat kasar (SK) 0,38%, lemak kasar (LK) 0,08%, abu 8%, BETN 64%, Ca

0,66% dan P 0,08% (Tillman, 1991).

2.2.11 CaCO3

Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak berbau,

tak berasa, terurai pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas

CO2, dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu

gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3.MgCO3).

Mineral sangat dibutuhkan meski tidak terlalu banyak karena mineral


12

mempunyai senyawa anorganik dalam tubuh sehingga dibutuhkannya hanya 0,2%

(Anggorodi, 1994). Kandungan nutrisi yang terkandung dalam kalsium karbonat

terdiri dari bahan kering (BK) sebesar 99% dengan kalsium (Ca) sebesar 40%.
13

III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum bahan pakan dan pemberian ransum dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Rabu, 15 Mei 2019

Waktu : 12.30 – 14.30 WIB

Tempat : Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia

Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas

Padjadjaran, Sumedang

3.2 Bahan Praktikum

(1) Bungkil kedelai

(2) Bungkil kelapa

(3) Tepung ikan

(4) Onggok

(5) Ampas kecap

(6) Pollard

(7) Dedak

(8) Molases

(9) 𝐶𝑎𝐶𝑂3

3.3 Alat Praktikum

(1) Wadah
14

Fungsi: sebagai tempat untuk bahan pakan saat ditimbang dan sebelum

dicampurkan.

(2) Terpal

Fungsi: sebagai alas untuk pencampuran bahan pakan.

(3) Timbangan

Fungsi: untuk menimbang bahan pakan sesuai dengan berat yang

dibutuhkan.

(4) Plastik

Fungsi: sebagai tempat sampel yang akan diuji dengan analisis proksimat.

3.4 Prosedur Kerja

(1) Siapkan bahan-bahan pakan yang akan dicampur sebagai konsentrat

(2) Ambil bahan-bahan dengan wadah yang telah disediakan

(3) Bahan-bahan tersebut ditimbang sesuai dengan ketentuan yang telah

ditentukan sebelumnya

(4) Setelah itu, bawa bahan pakan dan kumpulkan bahan tersebut sampai

bahan yang dibutuhkan lengkap

(5) Setelah bahan pakan lengkap, bahan tersebut dicampurkan diatas terpal

(6) Proses pencampuran dimulai dengan mencampurkan bahan yang

penggunaannya sedikit terlebih dahulu

(10) Pertama, campurkan 𝐶𝑎𝐶𝑂3 dengan molases

(11) Lalu, campurkan dengan tepung ikan sampai homogen

(12) Setelah itu, campurkan bahan-bahan lainnya yaitu bungkil kedelai, bungkil

kelapa, ampas kecap, onggok, pollard, dan dedak


15

(13) Semua bahan dicampurkan sampai halus tidak ada gumpalan atau

homogen.

(14) Setelah semua homogen, konsentrat tersebut diambil sampelnya untuk

pengujian kandungan nutrisi

(15) Sampel diambil dengan sistem quadran, kosentrat dibagi menjadi bagian

dimana setiap bagian diambil dengan berat yang sama

(16) Sampel diambil sebanyak 250 gram.

3.5 Tabel Pengamatan

3.5.1 Bahan Pakan

Tabel 1.1 Bahan Pakan


Jumlah yang Digunakan
No Bahan Pakan
(kg)

Tabel 1.2 Kandungan Nutrisi


Jumlah Kandungan
No Kandungan Nutrisi Nutrisi dalam Konsentrat
(%)
16

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Bahan Pakan


Jumlah yang Digunakan
No Bahan Pakan
(kg)
1 Bungkil Kedelai 0,5
2 Bungkil Kelapa 4,71
3 Tepung Ikan 0,5
4 Onggok 0,5
5 Ampas Kecap 3,13
6 Pollard 4,73
7 Dedak 6,06
8 Molases 0,75
9 CaCO3 0,42

Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi


Jumlah Kandungan
No Kandungan Nutrisi Nutrisi dalam Konsentrat
(%)
1 Air 13,21
2 Abu 9,85
3 Serat Kasar 16,49
4 Lemak Kasar 8,02
5 Protein Kasar 14,51
17

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengadukan Bahan Pakan

Bahan pakan yang digunakan pada praktikum ini adalah bungkil kedelai

0,5 kg, bungkil kelapa 4,71, tepung ikan 0,5 kg, onggok 0,5 kg, ampas kecap 3,13

kg, pollard 4,73 kg, dedak 6,06 kg, molases 0,75 kg, dan CaCO3 0,42 kg. Bahan

pakan yang sudah ditimbang tersebut dicampur. Dalam pencampuran, bahan

pakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu bahan pakan yang dibutuhkan dalam

jumlah sedikit (mikro) dan bahan pakan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak

(makro). Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa

pencampuran konsentrat dimulai dari bahan yang paling sedikit porsinya. Cara

bertahap ini dimaksudkan agar tiap bahan makanan tercampur homogen ditiap

bagiannya.

Pertama bahan pakan yang jumlahnya sedikit yaitu CaCO3 dan tepung ikan

dicampurkan dengan bahan pakan yang cair yaitu molases. Kedua bahan pakan

tersebut dicampur hingga homogen dan menjadi campuran 1. Lalu bahan pakan

yang jumlahnya banyak dihomogenkan menjadi campuran 2.

Campuran 2 dibuat dengan mencampurkan onggok dan bungkil kedelai

hingga homogen. Lalu ditambahkan ampas kecap dan dihomogenkan. Lalu

ditambahkan bungkil kelapa dan dihomogenkan. Kemudian ditambahkan pollard

dan dihomogenkan. Ditambahkan dedak padi halus dan dihomogenkan. Terakhir

campuran 1 dan campuran 2 dihomogenkan. Pencampuran secara bertahap ini

bertujuan agar semua bahan pakan tercampur merata.

4.2.2 Teknik Sampling

Pada saat praktikum dilakukan sampling yaitu mengambil sebagian

konsentrat (sampel) yang dianggap dapat mewakili seluruh konsentrat (populasi)


18

dari konsentrat yang telah dibuat untuk dilakukan analisis proksimat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Purwanto (2009) bahwa sampling merupakan kegiatan

mengambil sebagian dari populasi yang akan diteliti dengan cara tertentu yang

dapat dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang diambil mewakili

populasinya. Analisis proksimat disini bertujuan untuk mengidentifikasi

kandungan nutrisi dari konsentrat tersebut. Teknik sampling yang digunakan yaitu

dengan menghamparkan konsentrat di atas terpal yang datar dengan membentuk

segi empat kemudian dibagi menjadi empat bagian lalu dari setiap bagian diambil

63 gr konsentrat untuk dijadikan sampel yang akan diuji proksimat.

4.2.3 Kandungan Nutrisi

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data hasil analisis proksimat yang

menyatakan bahwa konsentrat yang dibuat merupakan konsentrat sumber energi

karena memiliki kandungan protein kasar 14,51% dan serat kasar 16,49%. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Tillman dkk., (1991) bahwa konsentrat yang memiliki

kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%

merupakan konsentrat sumber energi. Konsentrat sumber energi ini sangat cocok

untuk sapi perah karena mengandung glukosa yang berperan dalam produksi susu.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ramadhan dkk., (2013) bahwa konsentrat

dapat berperan sebagai sumber karbohidrat mudah larut, sumber glukosa untuk

bahan baku produksi susu dan sebagai sumber protein lolos degradasi.
19

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

(1) Pencampuran atau pengadukan bahan pakan dimulai dari bahan yang

paling sedikit porsinya. Cara bertahap ini dimaksudkan agar tiap bahan

makanan tercampur homogen ditiap bagiannya.

(2) Teknik sampling yang dilakukan yaitu dengan menghamparkan konsentrat

di atas terpal yang datar dengan membentuk segi empat kemudian dibagi

menjadi empat bagian lalu dari setiap bagian diambil 63 gr konsentrat

untuk dijadikan sampel yang akan diuji proksimat.

(3) Telah diketahui kandungan nutrisi dari konsentrat yang dibuat yaitu,

kandungan airnya 13,21 %, abu 9,85 %, serat kasar 16,49 % , lemak kasar

8,02% , dan protein kasarnya 14,51%

5.2 Saran

Lebih baik sebelum ditentukan bahan dan beratnya terlebih dahulu

diberitahu alasan bahan tersebut dipilih dan mengapa beratnya harus seperti itu
20

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R., 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta

____________.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.
____________.2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta.

Mathius, I. W., dan Sinurat. A. P. 2001. Pemanfaatan bahan pakan inkonvensional


untuk ternak. Wartazoa 11 (2): 20–31.

Mugiawati, R.E. 2013. Kadar Air dan pH Silase Rumput Gajah pada Hari ke-21
dengan Penambahan Jenis Additive dan Bakteri Asam Laktat. Jurnal
Ternak Ilmiah. 1 (1): 201-207

Murtidjo, AB. 1993. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta.

Perry TW, Cullison AE, Lowrey RS. 2003. Feed and Feeding. 6 th Ed. Prentice
Hall inc. New Jersey.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.

Ramadhan B. G., T. H. Suprayogi dan A. Sustiyah. 2013. Tampilan Produksi Susu


dan Kadar Lemak Susu Kambing Peranakan Ettawa Akibat Pemberian
Pakan Dengan Imbangan Hijauan dan Konsentrat yang Berbeda. Fakultas
Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro, Semarang.

Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Rawlinson A, Pollington S, Walsh TF, et al. Efficacy of two alcohol free


cetylpyridinium chloride mouthwashes – a randomized double-blind
crossover study. J Clin Periodontol 2008; 35: 230-5

Sudarmono.2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius.


Yogyakarta.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S.


Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah
Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
21

LAMPIRAN

NAMA NPM KETERANGAN

FEBYLIYA 200110170030 BAB IV HASIL

SALSADIAN PENGAMATAN &

PEMBAHASAN 4.2.1

RINTO 200110170039 BAB I, BAB II & PRINT

AGUNG MUHAMMAD 200110170203 BAB IV PEMBAHSAN


FIRDAUS 4.2.2 & 4.2.3

REVIN ANINDIYA 200110170208 BAB III, BAB V &

PUTRI EDITING

Anda mungkin juga menyukai