Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyusun tugas makalah yang mengangkat tentang KEMOTERAPI.
Dalam proses penyusunan tugas makalah ini, tentu saja kami kelompok 3
mengalami banyak kendala dan permasalahan. Namun berkat kekompakan dari anggota
kelompok dengan disertai berbagai sumber materi yang ada, akhirnya tugas makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih
belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika penulisannya maka dari itu kelompok 3
berterima kasih apabila ada kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Farmasi di Stikes Muhammadiya Kudus.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................
4.2 Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
b) Merawat kanker
Kemo dapat menghambat penyebaran lebih jauh dari sel kanker dengan cara
mengecilkan pertumbuhannya. Bagaimanapun, pada beberapa kasus, tindakan ini
hanya bekerja selama pasien tersebut melakukannya secara berkelanjutan. Saat
perawatan berhenti, sel-sel kanker dapat tumbuh lagi.
2) Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme,
yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor yang tumbuh
lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang
termasuk golongan ini:
1. Actinomicin D
2. Mithramicin
3. Bleomicin
4. Mitomicyn
5. Daunorubicin
6. Mitoxantron
7. Doxorubicin
8. Epirubicin
9. Idarubicin
3) Antimetabolit
Golongan ini menghambat sintesa asam nukleat. Beberapa antimetabolit memiliki struktur
analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel, beberapa yang
lain menghambat enzym yang penting untuk pembelahan.Secara umum aktifitasnya
meningkat pada sel yang membelah cepat. Yang termasuk golongan ini:
1. Azacytidine
2. Cytarabin
3. Capecitabine
4. Fludarabin
5. Mercaptopurin
6. Fluorouracil
7. Metotrexate
8. Luekovorin
9. Mitoguazon
10. Capecitabine
4) Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi
struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara lain:
1. Plakitaxel
2. Vinorelbin
3. Docetaxel
4. Vindesine
5. Vinblastin
6. Vincristin
5) Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses
transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain:
1. Irinotecan
2. Topotecan
3. Etoposit
6) Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain:
1. Adrenokortikosteroid
a. Prednison
b. Metilprednisolon
c. Dexametason
2. Adrenal inhibitor
a. Aminoglutethimide
b. Anastrozole
c. Letrozole
d. Mitotane
3. Androgen
4. Antiandrogen
5. LHRH
6. Progestin
7) Cytoprotektive Agents
Macam- macamnya antara lain:
1. Amifostin
2. Dexrazoxan
8) Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya relatif rendah.
Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat pula digabungkan
dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu. Macam - macamnya antara lain:
1. Rituximab
2. Trastuzumab
9) Hematopoietic Growth Factors
Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yang menunjukan
peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lain:
1. Eritropoitin
2. Coloni stimulating factors (CSFs)
3. Platelet growth Factors
1. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya rendah
2. Keadaan umum yang buruk
3. Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati , ginjal dan jantung
4. Penderita yang tidak kooperatif
5. Dimensia
6. Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi
7. Pasca pembedahan atau operasi
8. Tumor yang resisten terhadap obat
9. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
1) Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam
pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2) Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3) Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4) Effek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan
psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
1. Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi
sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual,
muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya
timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi
24 jam.
2. Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah
putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia),
supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau
kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit
mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu
sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang
yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada
minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian
naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia
dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang
terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
3. Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan
otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi
anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat
mengakibatkan terjadinya kanker baru.
4. Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian
besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya iireversibel,
kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena
banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus
dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
BAB III
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara
sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local
maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena
bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui
infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker
stadium lanjut local. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-
sel kanker.
4.2. SARAN
Kemoterai adalah salah satu pengobatan untuk penyakit kanker, tetapi kemoterapi
tidak bisa menghilangkan sel – sel kanker semuanya. Kemoterapi dalam pengobatan
kanker hanya sebagai penghilang sel – sel kanker saja, tetapi tidak menutup kemungkinan
akan terkena dan sel kanker akan meyebar ke jaringan yang lainnya. Jangan terlalu dalam
menggunakan terapi kemoterapi karena ada efek negative dari sinar yang digunakan untuk
kemoterapi.