Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 7, No. 1, hal. 5-8, 2009


ISSN 1412-5064

Analisis Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel Ikan dan Kerang


secara Spektrofotometri Serapan Atom
Supriatno1, Lelifajri2*
1
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh 23111
2
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh 23111
*
E-mail: lelyfajri_daud@yahoo.com

Abstract

The analysis of heavy metals Pb and Cd concentrations in fish and oyster have been carried
out by atomic absorption spectrophotometer (AAS) method. The wet digestion method was
used for preparation sample prior to AAS detection. Sample was collected from three different
location rivers at Lamnyong, Pantee Pirak and Lumbago. The result showed that the Pb and
Cd concentration in fish and oyster at difference location were obtained not difference
significantly. Pb and Cd contents in fish and oyster were found below lethal concentration. The
AAS instrument was still valid to use as the instrument which is obtained of accuration of
0.65% and precise of 0,019 ppm still lower than threshold value of 1% and 0.04 ppm.

Keywords: atomic absorbance spektrophootometry, fish, kerang, heavy metal

1. Pendahuluan pukan yang terjadi pada organ target dari


logam berat akan melebihi daya toleransi dari
Pencemaran perairan di sekitar Kota Banda biotanya dan hal ini menjadi penyebab dari
Aceh dapat terjadi disebabkan oleh banyak kematian biota terkait (Palar, 1994). Hutaga-
hal, diantaranya adalah limbah rumah tang- lung (1997) menyatakan bahwa peningkatan
ga, pembuangan limbah pasar, perkotaan kadar logam berat dalam air akan menga-
dan proses erosi. Menurut Alaerts (1984) air kibatkan logam berat yang semula dibu-
tawar mengandung logam yang berasal dari tuhkan untuk berbagai proses metabolisme
buangan air limbah, erosi, dan dari udara akan berubah menjadi racun bagi organisme.
secara langsung. Air tawar mengandung Selain bersifat racun logam berat juga akan
material anorganik dan organik yang lebih terakumulasi dalam sedimen dan biota
banyak daripada air laut. Material tersebut melalui proses gravitasi, biokonsentrasi, bio-
mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi akumulasi dan biomagnifikasi oleh biota air.
logam, sehingga pencemaran logam pada air
tawar lebih mudah terjadi. Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam
pengendalian dan pemantauan dampak ling-
Logam berat pada umumnya mempunyai kungan adalah melakukan analisis unsur-
sifat toksik dan berbahaya bagi organisme unsur logam berat seperti Pb dan Cd dalam
hidup, walaupun beberapa diantaranya biota air tawar. Kemampuan biota air menga-
diperlukan dalam jumlah kecil. Beberapa lo- kumulasi logam esensial dan non esensial
gam berat banyak digunakan dalam ber- secara biologis sudah terbentuk dengan baik.
bagai kehidupan sehari-hari. Secara langsung Jenkins (1980) melaporkan bahwa terdapat
maupun tidak langsung toksisitas dari polu- biokonsentrasi dan bio- akumulasi beberapa
tan itulah yang kemudian menjadi pemicu logam di dalam tumbuhan dan hewan. Menu-
terjadinya pencemaran pada lingkungan rut Wright (1978) dan Phillips (1980), faktor
sekitarnya. Apabila kadar logam berat sudah kepekatan (perbandingan kepekatan logam
melebihi ambang batas yang ditentukan da- pada hewan, μg/kg, terhadap air sekeliling,
pat membahayakan bagi kehidupan (Koes- μg/L) untuk beragam jenis makhluk air ber-
toer, 1995). kisar antara 102 dan 106. Callahan (1979)
menyatakan bahwa bioakumulasi merupakan
Logam berat dalam konsentrasi yang tinggi proses yang menentukan keberadaan logam
dapat mengakibatkan kematian beberapa tertentu di dalam biota. Beberapa jenis logam
jenis biota perairan. Disamping itu, dalam yang dapat terlibst dalam proses bioakumu-
konsentrasi yang rendah logam berat dapat lasi adalah As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, dan Zn.
membunuh organisme hidup dan proses ini
diawali dengan penumpukan logam berat da- Salah satu bioindikator pencemaran di ling-
lam tubuh biota. Lama kelamaan, penum- kungan perairan adalah analisis kandu- ngan
6 Supriatno, Lelifajri / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 1

logam berat yang terakumulasi di dalam bio- 2.2 Uji kepekaan dan Presisi Alat Uji
ta air di perairan tersebut. Ikan dan kerang AAS
adalah biota air yang dapat digunakan
sebagai bioindikator tingkat pencemaran air Uji kepekaan dan presisi alat uji AAS
sungai. Kerang dapat digunakan sebagai dilakukan dengan mengukur serapan larutan
indikator yang baik dalam memonitor suatu standar 2 ppm dengan 3 kali pengukuran,
pencemaran lingkungan disebabkan oleh sedangkan presisi alat uji ditentukan dengan
sifatnya menetap dalam suatu habitat ter- menghitung simpangan baku dari pengu-
tentu. Jika di dalam ikan dan kerang telah kuran 6 kali serapan larutan standar ter-
terkandung kadar logam yang tinggi dan sebut.
melebihi batas normal yang telah ditentukan
dapat dijadikan indikator terjadinya suatu 2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi
pencemaran dalam lingkungan. Banyaknya
logam berat yang terserap dan terdistribusi Kurva kalibrasi standar untuk penentuan
pada ikan bergantung pada bentuk senyawa logam Cd dan Pb diperoleh dengan mengu-
dan konsentrasi polutan (Darmono, 1995). kur serapan larutan standar masing-masing
unsur pada kondisi optimum unsur. Kisaran
Mengantisipasi pengaruh negatif yang larutan standar Pb adalah 0,1 – 2,5 mg/L,
ditimbulkan terhadap masyarakat sekitarnya, sementara Pb dan Cd dibuat dengan
maka perlu dilakukan penelitian untuk memvariasikan konsentrasinya dalam ren-
analisis kadar logam Pb dan Cd dalam ikan tang 0,01 – 1,5 mg/L. Kurva kalibrasi dipe-
dan kerang yang terdapat di perairan kota roleh dengan membuat kurva antara konsen-
Banda Aceh. Analisis kadar logam Pb dan Cd trasi terhadap serapan masing-masing un-
dilakukan dengan metoda spektrofotometer sur.
serapan atom dengan teknik preparasi des-
truksi basah. Pemilihan metode spek- tro- 2.4 Perlakuan Sampel
fotometer serapan atom karena mem- punyai
sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu
cepat, dan cuplikan yang diper- lukan sedikit 10oC selama 24 jam dan didinginkan di
serta tidak memerlukan pemisahan pendahu- dalam desikator, kemudian sampel di-
luan (Khopkar, 2002). timbang sebanyak 2 g yang dimasukkan
dalam wadah tertutup, selanjutnya di tam-
bahkan 1,5 mL HClO4 pekat dan 3,5 mL
2. Metodologi HNO3 pekat ditutup dan dibiarkan selama 24
jam. Selanjutnya larutan yang diperoleh di-
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian panaskan di atas penangas air pada suhu 60
ini adalah botol, labu ukur 100 mL, gelas - 70oC selama 2 - 3 jam (sampai larutan jer-
kimia, cawan porselen, oven, desikator dan nih).
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
(Simadzu AA 6200). Bahan-bahan yang di- Bila sampel tidak semua larut ditambahkan
gunakan adalah sampel biota air (ikan, lagi HClO4 pekat dan HNO3 pekat, lalu
kerang), HNO3, H2SO4, HClO4, aquades, ser- ditambahkan 3 mL aquades, dipanaskan
buk Cd dan Pb. Bahan kimia tersebut dipe- kembali hingga larutan hampir kering. Didi-
roleh secara komersial dari Wako Ltd, Japan. nginkan pada suhu ruangan dan ditambah-
kan 1 mL HNO3 pekat dan diaduk pelan-pe-
2.1 Metode Pengambilan Sampel lan, kemudian ditambahkan 9 mL aquades.
Sampel siap diukur dengan AAS mengguna-
Sampel yang digunakan pada penelitian ini kan nyala udara-asetilen.
adalah sampel biota air kerang dan ikan
(insang, hati dan isi perut) yang diambil 3. Hasil dan Pembahasan
pada aliran sungai di kawasan Lambaro,
Lamnyong dan Pantee Pirak. Sampel Beberapa parameter yang perlu mendapat
diambil pada 3 titik sampling pada setiap perhatian pada analisis logam berat dalam
sungai dan setiap dari tiga titik sampling sampel ikan dan kerang adalah linearitas
dijadikan satu (komposit). Pengambilan kurva kalibrasi dan kelayakan alat uji AAS
sampel dilakukan selama tiga bulan. yang digunakan berupa kepekaan dan presisi
alat uji. Kelayakan alat uji yang memenuhi
persyaratan dengan memperoleh kepekaan
<0,040 ppm dan presisi alat <1 %.
Supriatno, Lelifajri / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 7

Berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh, paling tinggi diperoleh pada sampel yang
koefisien korelasi (R2) logam Pb dan Cd berasal dari lokasi Lamnyong. Hal ini diduga
adalah sebesar 0,9999 dan 0,9987. Hal ini karena adanya batas muara sungai flood way
memenuhi syarat uji linieritas larutan dimana Krueng Aceh dengan laut. Kandungan logam
uji linieritas terpenuhi bila harga koefisien di daerah dekat muara sungai lebih tinggi
korelasi mendekati nilai 1.
Harga kepekaan alat uji AAS pada penelitian Tabel 1. Rata-rata hasil analisis kandungan
ini diperoleh dengan mengukur larutan logam berat Pb dalam biota air.
standar Cd dengan konsentrasi 2 ppm Kadar logam Pb (µg/kg)
Lokasi sampel
dengan 3 kali pengukuran. Berdasarkan data Ikan Kerang
serapan yang diperoleh dihitung kepekaan Lambaro 0,1327 0,0165
alat uji (S) dengan formula S = 0,0044 Lamnyong 0,1509 0,0279
(C1/A1), C1 dan A1 masing-masing adalah
Pantee Pirak 0,1390 0,0194
konsentrasi dan serapan standar Cd yang
dipilih. Nilai presisi alat uji (s) diperoleh
dengan mengukur serapan larutan standar Tabel 2. Rata-rata hasil analisis kandungan
Cd konsentrasi 2 ppm dengan 6 kali logam berat Cd dalam biota air.
pengukuran. Data serapan yang diperoleh, Kadar logam Cd (µg/kg)
Lokasi Sampel
Ikan Kerang
dihitung presisi alat uji (s) dengan formula s
Lambaro 0,0485 0,0117
= (A-B)x0,04, dengan A = nilai serapan
Lamnyong 0,0522 0,0492
tertinggi dan B = nilai serapan terendah dari Pantee Pirak 0,0406 0,0120
6 nilai serapan yang diperoleh.

Berdasarkan perhitungan diperoleh data dari pada daerah laut lepas. Hal ini
kepekaan dan presisi alat AAS masing- disebabkan dalam perjalanannya air
masing adalah 0,019 ppm dan 0,65 %. mengalami kontaminasi, baik karena erosi
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maupun pencemaran dari sepanjang tepi
dapat disimpulkan bahwa alat uji AAS masih sungai. Namun demikian berdasarkan data-
layak digunakan dengan kepekaan dan data dari Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa
presisi yang masih berada di bawah batas kadar logam Pb dan Cd dalam ikan dan
persyaratan. kerang pada ketiga lokasi yang berbeda
belum melebihi ambang batas maksimum
Analisis kadar logam Pb dan Cd pada ikan yang diperbolehkan yaitu di bawah
dan kerang dilakukan dengan menggunakan konsentrasi 2,0 μg/L dan 1,0 μg/L sesuai
metode serapan sampel, kemudian Keputusan Dirjen POM Republik Indonesia
diintrapolasikan ke dalam kurva kalibrasi (Dartius, 1996).
standar masing-masing unsur sehingga akan
diperoleh konsentrasi regresi masing-masing
unsur. Kadar unsur dihitung menggunakan 4. Kesimpulan
rumus sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Creg  P  V dilakukan maka dapat disimpulkan:
Kadar  mg/kg (1)
G 1. Kadar logam Pb dan Cd dalam sampel
ikan dan kerang belum melebihi batas
dengan Creg = konsentrasi regresi yang ditetapkan oleh Dirjen POM
P = faktor pengenceran Republik Indonesia.
V = volume pelarutan 2. Kandungan logam Pb dan Cd
G = berat sampel ditemukan pada ikan dan kerang yang
hidup pada aliran sungai Lambaro,
Hasil analisis kandungan rata-rata logam Pb Lamyong dan Pantee Pirak dengan
dan Cd dalam sampel ikan dan kerang pada konsentrasi yang berbeda-beda untuk
tiga titik sampling yang berbeda dengan tiga setiap logam, namun perbedaannya
kali pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1 tidak signifikan.
dan Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel 1
dan Tabel 2, setelah dilakukan uji anova
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan Daftar Pustaka
signifikan untuk kadar Pb dan Cd pada kedua
jenis biota air dan diantara ketiga lokasi Alaert (1984) Metode Penelitian Air. Usaha
sampel. Data-data pada Tabel 1 dan 2 Nasional, Jakarta.
menunjuk bahwa kandungan rata-rata logam Callahan, M. A. (1979) Water-related
Pb dan Cd pada sampel ikan dan kerang environmental fate of 129 priority
8 Supriatno, Lelifajri / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 1

pollutans vol. 1; Introduction and National Technical Informational Service


Technical Background, Metals and P1381-103483.
Inorganics, Pesticides and PCBs. EPA- Khopkar (2002) Konsep Dasar Kimia Analitik,
440/4-79-029A. UI Press, Jakarta.
Darmono (1995) Logam dalam Sistem Koester, Y. (1995) Kimia dan Ekotoksikologi
Biologi Mahluk Hidup, Edisi pertama, UI Pencemaran, Terjemahan dari Chemistry
Press, Jakarta. and Ecotoxicology of Pollution oleh D.W.
Dartius (1996) Kandungan Logam Berat Da- Connel, UI Press, Jakarta.
lam Kerang di Muara Sungai Asahan. Palar, H. (1994) Toksikologi Logam Berat,
Artikel Lingkungan dan Pembangunan 16, Rinekacita, Jakarta.
1. Phillips, D. J. H.(1980) Quantitative Aquatic
Hutagalung, H. P. (1997) Metode Analisis Air Biological Indicators. Applied Science
Laut, Sedimen dan Biota, Pusat Penelitian Publishers, London
dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta. Wright, D. A. (1978) Heavy metals accumu-
Jenkins, D. (1980) Biological monitoring of lation by aquatic invertebrates, Applied
toxic trace metal Vol. 1 & 2, Toxic Trace Biology, 3, 331.
Metals in Plant and Animal of The World.

Anda mungkin juga menyukai