LP Anak Sehat
LP Anak Sehat
Oleh
P07120015042
2.2 Reguler
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT
B. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang bisa jadikan acuan anak sehat dan cerdas seperti yang
diharapkan adalah :
1. Faktor lingkungan.
Baik itu lingkungan dari keluarga ataupun lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap sikap, kebiasaan serta bahasa yang digunakan. Jika
lingkungannya keras, maka sifat serta bahasa anak pun juga akan keras. Oleh
karena itu, maka berikanlah serta arahan pada anak supaya bisa memilih sikap yang
baik dimana pun lingkungannya.
2. Faktor makanan serta kesabaran orang tua dalam mendidik anaknya.
Jika makanan yang diberikan pada anak merupakan makanan yang halal dan bersih
dari dosa maka anak pun akan baik hatinya begitu juga perilakunya. Selain itu
asupan nutrisi yang baik pula akan membuat anak sehat dan membiasakan hidup
sehat. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik anak serta memberikan
contoh yang baik padanya.
C. Patofisiologi
Resiko Keterlambatan
Perkembangan Resiko Cedera
Secara sederhana, ciri anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi adalah:
1. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani
yang normal.
2. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar, pikiran
bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain itu, tanda anak yang sehat adalah perkembanganya sesuai dengan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang balita dari dokter jadikanlah alat untuk
memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, jangan tunda konsultasikan
dengan dokter agar segera ditangani.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Kepala
Cara:
a. Lakukan inspeksi daerah kepala.
b. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir
asimetri atau tidak.
Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari.
Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak
tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya
konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak,
tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan
mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan
2. Pemeriksaan Mata
Cara:
3. Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya
baik, kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
4. Pemeriksaan Hidung
Cara:
a. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan
pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
5. Pemeriksaan Mulut
Cara:
a. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
b. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat
dinilai adanya kecacatan kongenital.
c. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut
sebagai Monilia albicans.
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka
kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma,
dan lain-lain.
7. Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung
a. Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
8. Pemeriksaan Abdomen
Cara:
c. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
d. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
Cara:
a. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi
yang cukup bulan).
b. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi
cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk anak sehat adalah :
1. Pemeriksaan antropometri (BB dan TB)
2. Pemeriksaan fisik
G. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA Internasional (2015-2017), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak sehat adalah :
a. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat imunisasi di komunitas
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan sedikitnya rangsangan
yang diterima anak
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk anak sehat :
1. Pemberian imunisasi dasar sesuai dengan waktu pemberian
a. BCG (Bacille Calmette-Guérin)
Manfaat: Mencegah penyakit tuberkulosis atau TB (bukan lagi disingkat
TBC), yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga
kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang
Waktu pemberian: Sejak bayi lahir.
Catatan khusus: Bila mama ketinggalan dan umur si kecil sudah lebih dari 3
bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. Uji ini untuk mengetahui
apakah di dalam tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau tidak.
BCG baru bisa diberikan, bila uji tuberkulin negatif.
b. Hepatitis B
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa menyebabkan
kerusakan pada hati.
Waktu pemberian: Dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
bulan, lalu saat 3 - 6 bulan.
Catatan khusus: Jarak antara pemberian pertama dengan kedua minimal 4
minggu.
c. Polio
Manfaat: Melindungi tubuh terhadap virus polio, yang menyebabkan
kelumpuhan.
Waktu pemberian: Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir.
Selanjutnya, vaksin ini diberikan tiga kali, yakni saat bayi berumur 2, 4, dan 6
bulan.
Catatan khusus: Pemberian vaksin ini harus diulang (boost) pada usia 18 bulan
dan 5 tahun.
d. DTP (Diphteria, Tetanus, Pertussis)
Manfaat: Mencegah tiga jenis penyakit, yaitu difteri (infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan bakteri), tetanus (infeksi bakteri pada bagian
tubuh yang terluka), dan pertusis (batuk rejan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang lama). Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat bayi
berumur lebih dari enam minggu. Pemberian selanjutnya pada usia 4 dan 6
bulan. Catatan khusus: Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun.
Pada usia 12 tahun, vaksin ini diberikan lagi, biasanya di sekolah.
e. Campak
Manfaat: Melindungi anak dari penyakit campak yang disebabkan virus.
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak
kedua diberikan pada saat anak SD kelas 1 (6 tahun).
Catatan khusus: Jika belum mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan, anak
bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman
(MMR atau Measles, Mumps, Rubella) di usia 15 bulan.
1) Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi,
dan lain-lain, serta apakah kehamilannya dipantau berkala. Kehamilan
risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu
tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
2) Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.
3) Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri
yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang
anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan
lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas
tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak
semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara
pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
a) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan
adalaah sebagai berikut:
I. Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan
yang telah ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara
berkala. Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin
atau timbangan injak.
II. Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka
hal tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak
yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk
dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih
dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan
dengan posisi berdiri.
c) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas
tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala
berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva
normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar
kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara
pengukuran lingkar kepala :
i. Siapkan pita pengukur (meteran)
ii. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella
(frontalis) atau supraorbita bagian antrior menuju
oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan
hasilnya
iii. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
e) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada
jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas
biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada
anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
i. Siapkan pita pengukur
ii. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
iii. Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang
disediakan.
4) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca
pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
I. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA Internasional (2015-2017), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak sehat adalah :
a. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat imunisasi di komunitas
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan sedikitnya rangsangan
yang diterima anak
J. Rencana Keperawatan
Menurut Nursing Outcome Classification, (2015) dan Nursing Interventions
Classification (2016), kriteria hasil dan intervensi pada anak sehat adalah sebagai berikut:
Diagnose Tujuan dan Kriteria
No Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan Hasil (NOC)
1 Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Manajemen imunisasi a. Pengetahuan orang tua
berhubungan asuhan keperawatan vaksin akan imunisasi akan
a. Ajarkan pada
dengan selama 3x …. menit membuat anak
orang tua
tingkat diharapkan resiko terhindar dari penyakit
imunisasi yang
imunisasi di cedera anak yang dapat dicegah
direkomendasikan
komunitas berkurang dengan melalui imunisasi
bagi anak, cara b. Riwayat kesehatan
kriteria hasil :
imunisasinya, alas dan alergi penting
1. Pengetahuan :
an dan kegunaan untuk diketahui
keamanan
imunisasi, efek karena dapat
fisik anak
a. Agar samping dan mengetahui tindakan
memiliki reaksi yang yang akan diberikan
banyak mungkin terjadi selanjutnya
b. Catat riwayat c. Imunisasi pokok yang
pengetahu
kesehatan pasien belum dilakukan harus
an tentang
dan riwayat alergi segera dilakukan agar
aktivitas
c. Ingatkan keluarga
anak terhindar dari
yang
ketika ada
penyakit
sesuai
imunisasinya yag d. Dokumentasi tentang
untuk
belum dilakukan vaksinasi akan
tingkat d. Dokumentasikan
digunakan untuk
perkemban informasi
pedoman vaksinasi
gan anak vaksinasi, sesuai
selanjutnya
b. Memeiliki
dengan SOP yang e. Tingkat kenyamanan
strategi
berlaku menjadi indikaor
untuk e. Beritahukan pada
untuk mengetaui
mencegah orang tua untuk
respon anak terhadap
kecelakaan memperhatikan imunisasi yang
bermain tingkat diberikan
c. Memiliki f. Observasi dilakuakn
kenyamanan anak
strategi untuk mengetahui
setelah divakisn
untuk f. Observasi anak efek samping dari
mencegah beberapa waktu vaksinasi
g. Jadwal vaksinasi
jatuh tertentu setelah
dibuat untuk
pemberian vaksin
g. Jadwalkan menghindari penyakit
imunisasi sesuai yang dapat dicegah
tenggang waktu dengan vaksin
h. Imunisasi diberikan
yang ada
h. Berikan imunisasi sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan tubuh pasien
K. Referensi
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
........................................................... .......................................................................
NIP. NIM.
Nama Pembimbing / CT
.....................................................
NIP.