Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT

Oleh

Ni Made Dessy Wulandari

P07120015042

2.2 Reguler

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT

I. Konsep Dasar Anak Sehat


A. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badan
serta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992,
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Badan Kesehatan
Dunia/ World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera secara
fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat.
Dari ketiga definisi sehat diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat
melakukan aktivitas secara optimal
Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis. Kesehatan
seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat diterapkan
dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan
yang sehat dan teratur. (Soegeng, Santoso. 2008)
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah tumbuh
dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif /
gesit dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak
segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. (Soegeng, Santoso. 2008)

B. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang bisa jadikan acuan anak sehat dan cerdas seperti yang
diharapkan adalah :
1. Faktor lingkungan.

Baik itu lingkungan dari keluarga ataupun lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap sikap, kebiasaan serta bahasa yang digunakan. Jika
lingkungannya keras, maka sifat serta bahasa anak pun juga akan keras. Oleh
karena itu, maka berikanlah serta arahan pada anak supaya bisa memilih sikap yang
baik dimana pun lingkungannya.
2. Faktor makanan serta kesabaran orang tua dalam mendidik anaknya.

Jika makanan yang diberikan pada anak merupakan makanan yang halal dan bersih
dari dosa maka anak pun akan baik hatinya begitu juga perilakunya. Selain itu
asupan nutrisi yang baik pula akan membuat anak sehat dan membiasakan hidup
sehat. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik anak serta memberikan
contoh yang baik padanya.

C. Patofisiologi

Resiko Keterlambatan
Perkembangan Resiko Cedera

Sedikitnya rangsangan yang Kurang Pengawasan


diterima anak dari pengasuh Orangtua

D. Tanda dan Gejala ANAK SEHAT


Menurut Departemen Kesehatan RI ciri anak sehat ada 9, yaitu:
1. Ciri anak sehat ia akan tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat
dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
2. Tampak aktif atau gesit dan gembira.
3. Mata bersih dan bersinar.
4. Anak sehat nafsu makannya baik.
5. Bibir dan lidah tampak segar.
6. Pernapasan tidak berbau.
7. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.
8. Ciri anak sehat lainnya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
9. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.

Umur Perkembangan Anak


1 bulan Tangan dan kaki bergerak aktif
Kepala menoleh kesamping kanan kiri
Bereaksi terhadap bunyi lonceng
Menatap wajah ibu atau pengasuh
2 bulan Mengangkat kepala ketika tengkurap
Bersuara ooooooo........oooooo
Tersenyum spontan
3 bulan Kepala tegak ketika didudukan
Memegang makanan
Tertawa dan berteriak
Memandang tangan
4 bulan Tengkurap
Terlentang sendiri
5 bulan Meraih, menggapai sesuatu yang diberikan
Menoleh kesuara
Merah mainan
6 bulan Duduk tanpa berpegangan
Memasukan benda ke mulut
7 bulan Mengambil dengan tangan kanan ataupun kiri
Bersuara ma.ma atau pa.pa
8 bulan Berdiri berpegangan
9 bulan Menjimpit, menmbalik tangan
10 bulan Memukul mainan dengan kedua tangan
Bertepuk tangan
11 bulan Memanggil papa dan mama
Menunjuk dan meminta
12 bulan Berdiri tanpa berpegangan
Memasukan mainan ke cangkir
Bermain dengan orang lain
14 bulan Berjalan jalan
Mulai berbicara satu atau dua kata
Gigi mulai tumbuh
Dapat minum menggunakan gelas
15 bulan Berjalan
Mencoret-coret sekeliling
Berbicara dua kata
Dapat minum menggunakan gelas
1,5 tahun Lari
Menumpuk mainan
Berbicara
Makan mengunakan sendok
Menyuapi boneka
2 tahun Menendang bola
Menumpuk empat mainan
Menumpuk gambar
Melepaskan pakaian
Memakai pakaian
Menyikat gigi dengan sendirinya
2,5 tahun Melompat
Menunjuk bagian tubuh
Mencuci tangan
Mengeringkan tangan
3 tahun Menggambar garis tegak
Menyebut warna benda
Menyebut nama teman
3,5 tahun Naik sepeda roda tiga
Menggambar lingkaran
Bercerita singkat
Menyebutkan penggunaan benda
Memakai baju kaos
4 tahun Menggambat tanda tambah
Mengenakan baju tanpa bantuan

Secara sederhana, ciri anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi adalah:
1. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani
yang normal.
2. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar, pikiran
bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain itu, tanda anak yang sehat adalah perkembanganya sesuai dengan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang balita dari dokter jadikanlah alat untuk
memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, jangan tunda konsultasikan
dengan dokter agar segera ditangani.

E. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Kepala
Cara:
a. Lakukan inspeksi daerah kepala.
b. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
 Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir
asimetri atau tidak.

 Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari.

 Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak
tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya
konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak,
tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan
mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan

 Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang


menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak
tegas sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, scring diraba terjadi
fiuktuasi dan edema.

 Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan.


Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan
fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.(Wong, DL, 1996)

2. Pemeriksaan Mata

Cara:

a. Lakukan inspeksi daerah mata.


b. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :
 Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara
menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.

 Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.

 Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.

 Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.


 Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

3. Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya
baik, kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.

4. Pemeriksaan Hidung
Cara:
a. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan
pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.

5. Pemeriksaan Mulut
Cara:
a. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
b. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat
dinilai adanya kecacatan kongenital.

c. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut
sebagai Monilia albicans.

d. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.

6. Pemeriksaan Pada Leher

Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka
kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma,
dan lain-lain.
7. Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung

a. Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:

1) Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,


paresis diafragma atau hernia diafragmatika.

2) Pernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen


bergerak secara bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60
kali per menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat
periodic breathing di mana pola pernapasan pada neonatus terutama pada
prematur ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara
berkala.

3) Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur


klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi
jantung.

4) Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop


untuk menilai frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi
denyut jantung antara 120-160 kali per menit. Suara bising sering
ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada daerah dada
menunjukkan adanya hernia diafragmatika.

8. Pemeriksaan Abdomen
Cara:

a. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan


disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya
kembung.
b. Lakukan auskultasi adanya bising usus.

c. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.

d. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.

9. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas


Cara:
a. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk
mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan
lain-lain.
b. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan,
dan kelainan bentuk jari.

10. Pemeriksaan Genetalia


Cara:
a. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio
mayora, lubang uretra dan lubang vagina.
b. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, seperti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).

11. Pemeriksaan Anus dan Rektum


Cara:
a. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani
atau posisi anus.
b. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila
ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium
plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

12. Pemeriksan Kulit

Cara:

a. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi
yang cukup bulan).
b. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi
cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk anak sehat adalah :
1. Pemeriksaan antropometri (BB dan TB)
2. Pemeriksaan fisik

G. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA Internasional (2015-2017), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak sehat adalah :
a. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat imunisasi di komunitas
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan sedikitnya rangsangan
yang diterima anak

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk anak sehat :
1. Pemberian imunisasi dasar sesuai dengan waktu pemberian
a. BCG (Bacille Calmette-Guérin)
Manfaat: Mencegah penyakit tuberkulosis atau TB (bukan lagi disingkat
TBC), yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga
kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang
Waktu pemberian: Sejak bayi lahir.
Catatan khusus: Bila mama ketinggalan dan umur si kecil sudah lebih dari 3
bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. Uji ini untuk mengetahui
apakah di dalam tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau tidak.
BCG baru bisa diberikan, bila uji tuberkulin negatif.
b. Hepatitis B
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa menyebabkan
kerusakan pada hati.
Waktu pemberian: Dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
bulan, lalu saat 3 - 6 bulan.
Catatan khusus: Jarak antara pemberian pertama dengan kedua minimal 4
minggu.
c. Polio
Manfaat: Melindungi tubuh terhadap virus polio, yang menyebabkan
kelumpuhan.
Waktu pemberian: Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir.
Selanjutnya, vaksin ini diberikan tiga kali, yakni saat bayi berumur 2, 4, dan 6
bulan.
Catatan khusus: Pemberian vaksin ini harus diulang (boost) pada usia 18 bulan
dan 5 tahun.
d. DTP (Diphteria, Tetanus, Pertussis)
Manfaat: Mencegah tiga jenis penyakit, yaitu difteri (infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan bakteri), tetanus (infeksi bakteri pada bagian
tubuh yang terluka), dan pertusis (batuk rejan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang lama). Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat bayi
berumur lebih dari enam minggu. Pemberian selanjutnya pada usia 4 dan 6
bulan. Catatan khusus: Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun.
Pada usia 12 tahun, vaksin ini diberikan lagi, biasanya di sekolah.
e. Campak
Manfaat: Melindungi anak dari penyakit campak yang disebabkan virus.
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak
kedua diberikan pada saat anak SD kelas 1 (6 tahun).
Catatan khusus: Jika belum mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan, anak
bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman
(MMR atau Measles, Mumps, Rubella) di usia 15 bulan.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok entries,
Jenis kelamin, Agama, Tanggal wawancara.
b. Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang
akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan
terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat
memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu,
perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum
diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin
tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat,
hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan
anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan
panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai
petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi. Riwayat penyakit dahulu
mencangkup :
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
e. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan
terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga
yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan
bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami
sakit.
f. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat
imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya
sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
g. Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada
sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada
anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami
pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk
mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum
begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.

2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data
yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses
imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam
melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal
penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar
pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip
yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
i. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya
memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan
peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
ii. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar
anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan
tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga
memudahkan pemeriksaan.
iii. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
iv. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif
sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
v. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada
anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila
mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan
vi. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
vii. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat
merangsang anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
viii. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya
mengetahui nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga


memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan
kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah
melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah

1) Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi,
dan lain-lain, serta apakah kehamilannya dipantau berkala. Kehamilan
risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu
tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
2) Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.
3) Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri
yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang
anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan
lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas
tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak
semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara
pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
a) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan
adalaah sebagai berikut:
I. Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan
yang telah ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara
berkala. Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin
atau timbangan injak.
II. Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka
hal tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak
yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk
dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih
dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan
dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

i. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat


pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
ii. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila
menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam
gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri
di atas timbangan injak tanpa dipegangi.
iii. Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan
petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk
mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
iv. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk
menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak
digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih antara berat
badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri
menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
v. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk
pada timbangan
vi. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai
dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi
anak normal, kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat
badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva
KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva
berwarna hijau, kuning, atau merah.

b) Tinggi Badan (TB)


Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya
dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2
tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang
dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
i. Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat
digunakan pita pengukur (meteran).
ii. Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan
lutut sampai menempel pada meja (posisi
ekstensi).Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah
kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu
ukur sesuai dengan skala yang tertera.
iii. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur
harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak
kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara
kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2


tahun atau lebih adalah sebagai berikut :

i. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak,


sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung, dan
bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal
dan menempel pada alat pengukur.
ii. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki
menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal
dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang
tertera.

c) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas
tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala
berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva
normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar
kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara
pengukuran lingkar kepala :
i. Siapkan pita pengukur (meteran)
ii. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella
(frontalis) atau supraorbita bagian antrior menuju
oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan
hasilnya
iii. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

d) Lingkar Lengan Atas (lila)


Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara
pengukurannya perlu diketahui :
i. Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran
dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan
pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut
dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih
pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih
stabil.
ii. Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan
yang diukur saat pengukuran.
iii. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang
tertera pada pita pengukur.
iv. Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
atau status anak.

e) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada
jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas
biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada
anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
i. Siapkan pita pengukur
ii. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
iii. Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang
disediakan.

4) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca
pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).

h. Data Kebutuhan Bio-Psiko-Sosio dalam sehari-hari


a. Bernafas
Pada pola ini, kaji anak mengenai :
1) Apakah anak mengalami kesulitan bernafas ?
Jika iya apa kesulitan yang dirasakan ?
2) Bagaimana suara napas anak ?
b. Makan dan Minum
Pada pola ini kaji anak mengenai :
Pada bayi :
1) Berapa kali sehari anak diberikan ASI ?
2) Sampai umur berapa anak diberikan ASI ?
3) Apakah ada makanan pendamping ASI ?
Jika ada makanan apa yang diberikan ?
4) Umur berapa mulai diberikan makanan cair (air buah/sari buah) ?
5) Umur berapa diberikan bubur susu ?
6) Umur berapa anak mulai diberi nasi tim saring ?
7) Umur berapa anak diberi nasi tim ?
8) Berapa kali sehari anak diberi makan ?
Pada anak-anak :
1) Bagaimana nafsu makan anak sehari-hari ?
2) Apa jenis makanan pokok, lauk, sayuran, dan jenis buah anak ?
3) Apakah anak memiliki kebiasaan jajan ?
c. Eliminasi (BAB/BAK)
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Apakah anak bisa memberitahu jika ingin BAB/BAK ?
2) Apakah anak melakukan BAB/BAK sendiri/ditolong ?
3) Berapakali anak BAB/BAK dalam sehari ?
4) Bagaimana bau, warna, dan konsistensi feses dan urine anak ?
d. Aktifitas
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Apakah anak suka bermain ?
2) Apa permainan yang disukai anak ?
3) Apakah anak memiliki teman bermain ?
4) Apa mainan yang dimiliki anak ?
e. Rekreasi
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Apakah anak pernah/jarang/sering melakukan rekreasi ?
2) Jenis rekreasi apa yang disukai anak ?
f. Istirahat dan Tidur
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Bagaimana kebiasaan istirahat anak ?
2) Bagaimana kebiasaan tidur anak (mencuci kaki sebelum tidur,
mengompol, mengorok, mengigau, sering terjaga atau kebiasaan tidur
lain)?
3) Jam berapa anak mulai tidur malam dan bangun pagi ?
4) Apakah anak tidur sendiri atau ditemani?
5) Apakah anak biasa tidur siang ? berapa jam ?
g. Kebersihan Diri
Pada pola ini kaji anak mengenai:
1) Apakah anak mandi sendiri atau dibantu ?
2) Dimana anak mandi ?
3) Dikeringkan dengan handuk atau tidak ?
4) Apakah anak gosok gigi sendiri atau ditolong ?
5) Kapan anak menggosok gigi ? apakah menggunakan pasta gigi ?
h. Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pola ini kaji anak mengenai pengaturan suhu tubuhnya
i. Rasa Nyaman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami nyeri atau tidak
j. Rasa Aman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami ketakutan atau kecemasan
k. Belajar (anak dan orang tua)
Pada pola ini kaji anak dan orangtua mengenai pengetahuan tentang
mkanan, kesehatan lingkungan, personal hygiene, tumbuh kembang anak
l. Prestasi
Pada pola ini kaji anak mengenai apa kepandaiannya sekarang dan apa
prestasi yang dimiliki anak
m. Hubungan Sosial Anak
Pada pola ini kaji anak mengenai hubungan anak dengan inter keluarga
(hubungan paling dekat, orang yang dominan, orang yang disegani,
hubungan, komunikasi anak dan orang tua, serta anggota keluarga lain)
n. Melaksanakan Ibadah
Pada pola ini kaji anak mengenai bagaimana kebiasaan sembahyang anak
dan bantuan yang diperlukan Selama anak sakit

I. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA Internasional (2015-2017), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak sehat adalah :
a. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat imunisasi di komunitas
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan sedikitnya rangsangan
yang diterima anak

J. Rencana Keperawatan
Menurut Nursing Outcome Classification, (2015) dan Nursing Interventions
Classification (2016), kriteria hasil dan intervensi pada anak sehat adalah sebagai berikut:
Diagnose Tujuan dan Kriteria
No Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan Hasil (NOC)
1 Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Manajemen imunisasi a. Pengetahuan orang tua
berhubungan asuhan keperawatan vaksin akan imunisasi akan
a. Ajarkan pada
dengan selama 3x …. menit membuat anak
orang tua
tingkat diharapkan resiko terhindar dari penyakit
imunisasi yang
imunisasi di cedera anak yang dapat dicegah
direkomendasikan
komunitas berkurang dengan melalui imunisasi
bagi anak, cara b. Riwayat kesehatan
kriteria hasil :
imunisasinya, alas dan alergi penting
1. Pengetahuan :
an dan kegunaan untuk diketahui
keamanan
imunisasi, efek karena dapat
fisik anak
a. Agar samping dan mengetahui tindakan
memiliki reaksi yang yang akan diberikan
banyak mungkin terjadi selanjutnya
b. Catat riwayat c. Imunisasi pokok yang
pengetahu
kesehatan pasien belum dilakukan harus
an tentang
dan riwayat alergi segera dilakukan agar
aktivitas
c. Ingatkan keluarga
anak terhindar dari
yang
ketika ada
penyakit
sesuai
imunisasinya yag d. Dokumentasi tentang
untuk
belum dilakukan vaksinasi akan
tingkat d. Dokumentasikan
digunakan untuk
perkemban informasi
pedoman vaksinasi
gan anak vaksinasi, sesuai
selanjutnya
b. Memeiliki
dengan SOP yang e. Tingkat kenyamanan
strategi
berlaku menjadi indikaor
untuk e. Beritahukan pada
untuk mengetaui
mencegah orang tua untuk
respon anak terhadap
kecelakaan memperhatikan imunisasi yang
bermain tingkat diberikan
c. Memiliki f. Observasi dilakuakn
kenyamanan anak
strategi untuk mengetahui
setelah divakisn
untuk f. Observasi anak efek samping dari
mencegah beberapa waktu vaksinasi
g. Jadwal vaksinasi
jatuh tertentu setelah
dibuat untuk
pemberian vaksin
g. Jadwalkan menghindari penyakit
imunisasi sesuai yang dapat dicegah
tenggang waktu dengan vaksin
h. Imunisasi diberikan
yang ada
h. Berikan imunisasi sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan tubuh pasien

a. Jika anak bermain


tanpa pengawasan
2. Pengajaran akan berbahaya bagi
keselamatan : anak anak
a. Instruksikan b. Mencegah anak untuk
orangtua/pengasuh melakukan tindakan
untuk mengawasi melempar dan
anak diluar ruangan memukul
b. Instruksikan c. Mencegah anak
orangtua/pengasuh terkena sengatan
untuk mendidik anak listrik dan benda-
mengenai bahaya benda berbahaya
d. Jika anak bermain
melempar dan
dijalan ada bahaya
memukul
c. Instruksikan tertabrak kendaraan
e. Mainan yang sesuai
orangtua/pengasuh
umur bik untuk anak
untuk menjauhkan
dan mengurangi
anak dari stop kontak,
resiko bahaya
kabel, listrik, senjata
tajam, dan benda-
benda berbahaya
lainnya
d. Instruksikan
orangtua/pengasuh
untuk
mengistruksikan anak
bahaya jalan
e. Instruksikan
orangtua/pengasuh
untuk memilih mainan
sesuai rekomendasi
umur dari pabriknya

2 Resiko Setelah dilakukan 1. Peningkatan a. Jika anak memiliki


keterlambatan asuhan keperawatan perkembangan anak rasa kepercayaan pada
a. Bangun hubungan
perkembangan selama 3x… menit perawat atau orang tua
saling percaya
diharapkan resiko maka akan lebih
denngan anak
keterlambatan mudah melakukan
b. Lakukan interaksi
perkembangan anak pendekatan dengan
personal dengan
berkurang dengan anak
anak
b. Perkembangan anak
kriteria hasil : c. Damping anak
dapat diketahui
a. Anak dapat untuk
melalui interaksi
berkembang menyadarkan anak
personal
sesuai usia bahwa anak
c. Untuk membuat anak
b. Orang tua
adalah pribadi
merasa penting
mampu
yang penting d. Pengetahuan orang tua
mengetahui d. Ajarkan orang tua
tenttang tingkat
tentang mengenai tingkat
perkembangan anak
perkembangan perkembangan
sangat penting untuk
anaknya normal dari anak
membantu
dan perilaku yang
perkembangan anak di
berhubungan
rumah
e. Demonstrasikan
e. Orang tua dapat
pada orang tua
melakukan kegiatan-
kegiatan yang
kegiatan untuk
dapat mendukung
mendukung
tumbuh kembang perkembangan anak
anak dirumah
f. Sediakan aktivitas f. Interaksi antara anak-
yang mendukung anak akan mendukung
interaksi diantara perkembanngan anak
anak-anak

K. Referensi
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Hidayat, A.A.A.2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medika

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Riyadi, S. Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha


Ilmu
............................ , ..........................................

Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

........................................................... .......................................................................

NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

.....................................................

NIP.

Anda mungkin juga menyukai