Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia merupakan program studi yang saya tempuh pada
jenjang strata satu di FKIP Universitas Jember. Memilih program studi yang sama untuk jenjang
magister adalah pilihan yang tepat. Sebab, saya memiliki dasar keilmuan pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia. Dengan memilih program yang serupa, saya tidak perlu belajar mulai awal.
Saya dapat memanfaatkan pengetahuan yang saya punya untuk menambah wawasan tentang
Perguruan tinggi yang saya pilih untuk melanjutkan studi adalah Universitas Negeri Surabaya
(UNESA). Ada beberapa alasan yang membuat saya memilih kampus tersebut sebagai tempat
untuk menimba ilmu. Pertama, beberapa dosen pada jenjang S1 menyarankan untuk meneruskan
studi di UNESA lantaran sistem pendidikannya bagus. Kedua, UNESA mempunyai program
studi yang dapat mengembangkan bakat dan minat saya dalam bidang kesenian, yakni
pendidikan seni drama, tari, dan musik. Program studi tersebut mungkin dirasa sedikit
melenceng dari pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Namun, sebenarnya ada kaitannya.
Yakni, pembelajaran drama. Dengan berkunjung dan berdiskusi dengan pelaku seni, saya bisa
mengembangkan bakat di bidang sastra. Ketiga, saya memiliki beberapa teman yang sedang
menempuh pendidikan di UNESA sehingga hal itu memudahkan saya untuk beradaptasi di
kampus tersebut. Namun, alasan yang paling utama adalah ibu saya. UNESA adalah satu-satunya
kampus yang memiliki program magister pendidikan bahasa dan sastra yang dekat dengan
kampung halaman saya. Yakni, Ambulu, Jember. Jika terjadi apa-apa dengan keluarga,
khususnya ibu, saya bisa segera pulang. Sebab, ibu adalah segalanya bagi saya.
Terdapat tiga elemen yang saling berkaitan dalam program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia. Yakni, pendidikan (kegiatan belajar dan mengajar), kebahasaan, dan kesusastraaan.
Program magister pendidikan bahasa dan sastra di UNESA merupakan tempat yang tepat untuk
magister sastra Indonesia atau program magister ilmu linguistik, selain tidak linier dengan
program studi awal, saya hanya akan mendapatkan salah satu disiplin keilmuan di antara
ketiganya. Dengan menempuh program magister pendidikan bahasa dan sastra, saya bisa
mempelajari ketiganya sekaligus. Terlebih, dasar keilmuan saya adalah pendidikan. Jadi, sudah
Sayang, program magister pendidikan bahasa dan sastra Indonesia ’’belum’’ ada di
Universitas Jember. Karena itu, saya ingin berperan dalam pembentukannya. Semakin banyak
alumnus yang melanjutkan studi jenjang magister, hal itu akan memotivasi kampus untuk
membuka program lanjutan. Terutama program magister pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Sementara itu, ada hal menarik yang bisa diteladani sekaligus dimanfaatkan dari keilmuan
pendidikan bahasa dan sastra untuk bangsa Indonesia. Pertama, bidang pendidikan. Dengan
mempelajari cara mendidik yang baik dan benar di jenjang strata satu dan magister, saya bisa
menerapkannya saat mengajar nanti. Misalnya, cara mengondisikan kelas (siswa) sekaligus
menyampaikan materi pembelajaran yang baik dan benar. Dengan demikian, peserta didik dapat
belajar dengan baik pula. Kedua, bidang kebahasaan (linguistik). Bahasa Indonesia merupakan
bahasa ibu. Saya bercita-cita menjadi pengajar. Dengan begitu, saya berperan melestarikan
bahasa Indonesia. Ketiga, bidang kesusastraan. Ilmu sastra (puisi, prosa, drama) sangat menarik
untuk diajarkan, baik teori maupun penerapannya. Sebab, di dalamnya memuat fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan. Salah satunya hubungan manusia dengan manusia.
Dengan belajar sastra, peserta didik bisa mempelajari karakter seseorang dalam sebuah karya
sastra. Misalnya, peserta didik memerankan tokoh dalam pementasan drama. Mereka harus
mempelajari secara detail tokoh itu. Tujuannya, supaya bisa memerankannya dalam pementasan
drama sekaligus menerapkan nilai-nilai positif di dalam kehidupan sehari-hari. Nah, ketiga
bidang itu dapat terwujud dengan pemilihan program yang bernar, yakni program magister
Sebagai tambahan, saya pernah bekerja di salah satu LBB di Jember (lembaga bimbingan
belajar) setelah lulus kuliah. Di sana, saya menjadi tentor bahasa Indonesia dan mengasah
keterampilan dalam hal mengajar. Setelah itu, saya pernah bekerja di salah satu media cetak di
Surabaya dan belajar ilmu kebahasaan (linguistik) dalam mengedit sebuah naskah berita.
Sementara itu, untuk bidang kesusastraan, saya telah belajar ilmu sastra di salah satu UKM teater