Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah Agroekologi

KEANEKARAGAMAN DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM


LADANG

Disusun oleh :
Addieva Anil Haqq 20190210017
Sofiamika Hadi Carpury 20190210024
Habib Syaefullah 20190210032
Nabila Izmain Nisa 20190210034
Anggi Rama Putra 20190210040

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
MARET, 2020
Keanekaragaman dan Analisis Agroekosistem
Ladang

Agroekosistem adalah ekosistem yang proses pembentukannya terdapat campur tangan


manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka memenuhi
kebutuhan/tuntutan manusia. Menurut (Coen, Hawerkort, & Bayer, 1992) agroekosistem
merupakan kesatuan komoditas tumbuhan dan hewan serta lingkungan kimia dan fisiknya
yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan
produk lainnya bagi konsumsi dan pengolahan umat manusia. Agroekosistem dapat dipandang
sebagai sistem ekologi pada lingkungan pertanian.

Ekosistem memiliki analisis sifat yang terdiri atas produktivitas (productivity), stabilitas
(stability), kemerataan (equability), dan keberlanjutan (sustainability). Salah satu contoh
agroekosistem adalah ladang. Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam
pengelolaan hama dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan
terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan
pertaniannya (Mangan, 2002).

A. Pengertian Ladang
Ladang adalah jenis tanah tidur yang digunakan untuk tempat bercocok tanam
yang tidak diairi air dengan komoditi umumnya yaitu palawija karena tanaman
palawija tahan terhadap cuaca yang cenderung kering. Tanah ladang dikelola dan
seringkali dilengkapi dengan nutrisi buatan, misalnya pupuk. Ladang terbagi menjadi
dua jenis, yaitu ladang berpindah dan ladang tetap.
a. Ladang berpindah
Ladang berpindah dilakukan dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lain dan penanganannya masih sangat sederhana. Ladang berpindah
dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami
untuk beberapa masa tanam. Apabila tanahnya sudah tidak subur lagi, petani akan
membuka lahan baru di tempat lain yang lebih subur.
b. Ladang Tetap
Jenis ladang pertanian ini banyak diterapkan oleh masyarakat Jawa
dikarenakan lahan pertanian di Jawa yang semakin sempit, sehingga tidak
memungkinkan untuk membuka lahan baru.

B. Fungsi Ladang
Fungsi dari ladang yaitu sebagai penyedia lahan pertanian untuk bercocok
tanam tanaman pangan, seperti palawija (tanaman yang memberikan hasil kedua
setelah padi) serta dapat memaksimalkan lahan yang kecil menjadi lebih berpotensi.

C. Komponen yang terdapat dalam Agroekosistem


a. Komponen Biotik
1) Tanaman Utama : Jagung
2) Tanaman Pendukung : Ubi jalar, pisang, uwi, talas
3) Gulma : Rumput liar
4) Hama : Belalang, kepik
5) Serangga/hewan lain : Lebah
b. Komponen Abiotik
1) Temperatur : 29° C
2) Intensitas Cahaya : 8.577 lux
3) Sistem atau sumber air : Tadah hujan
Analisis Agroekisistem Ladang

1. Produktivitas (Productivity)
Produktivitas ladang di Desa Bangunjiwo Bantul tinggi karena ditanami
tanaman pangan pengganti padi, yaitu tanaman palawija seperti jagung dan umbi-
umbian sehingga nilai ekonomisnya tinggi.

2. Stabilitas (Stability)
Stabilitas ladang tinggi karena ditanami jenis tanaman yang bervariasi dengan
menggunakan sistem tumpang sari (intercropping). Tumpang sari merupakan
salah satu cara pola tanam yang melakukan penanaman lebih dari satu tanaman,
baik dalam arti umur sama ataupun umur tanaman berbeda (Aak, 1993). Sehingga
pada saat mengalami gagal panen pada salah satu jenis tanaman, petani masih
memiliki jenis tanaman pengganti (cadangan).

3. Kemerataan (Equitability)
Kemerataan ladang cukup tinggi karena ditanami berbagai jenis tanaman palawija,
yaitu jagung, ubi jalar, talas dan uwi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
nantinya akan dijual kepada konsumen. Selain dijual, hasil panen tanaman juga
dapat dikonsumsi sendiri oleh pemilik ladang sehingga dapat mengurangi
pengeluaran rumah tangganya.

4. Keberlanjutan (Sustainability)
Ladang memiliki keberlanjutan tinggi karena penggunaan sistem tumpang
sari yang membuat Unsur hara akan jauh berguna karena dalam satu areal dapat
terserap oleh tanaman secara baik dan tidak terbuang. Selain itu, hama dan gulma
yang terdapat di ladang jumlahnya sedikit sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman produksi.
Daftar Pustaka

Aak. (1993). Jagung. Yogyakarta: KANISIUS.


Coen, R., Hawerkort, B., & Bayer, W. A. (1992). Pertanian Masa Depan. Yogyakarta:
KANISIUS.
Mangan, J. (2002). Pedoman SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPM-SECP. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai