Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mall Adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa
departement store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan
dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau
pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah pusat perbelanjaan (mall),
dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya
interaksi antar pengunjung dan pedagang (Maitland dalam Marlina, 2008:215).

Studi Perancangan Mall Berikut dijelaskan mengenai aspek teknis tentang


mall yang mengarah langsung pada perancangan mall sebagai sebuah produk
arsitektur yang berupa bangunan. Elemen-elemen dalam Mall Sebagai landasan
dasar, perlu diketahui apa saja yang menjadi elemen dalam ruang mall. Aji Bangun
dan Harvey M. Rubenstein dalam Nurrachman (2011:10-12) menyebutkan bahwa
elemen-elemen yang terdapat dalam mall dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Atrium Atrium merupakan ruang kosong (void) yang secara horisontal diapit
oleh lapisanlapisan lantai di lantai kedua atau lebih sisi-sisinya, dengan
ketinggian dua lapis lantai atau lebih yang mendapat terang alami siang hari dan
menjadi pusat orientasi bangunan.
b. Magnet primer Magnet merupakan transformasi dari ‟node‟ kota, yang
berfungsi sebagai titik konsentrasi, dapat juga sebagai landmark. Perwujudannya
dapat berupa crowd atau plaza. Penempatan magnet primer atau anchor mall
terletak pada setiap pengakhiran koridor sedangkan pada plaza ditekankan di
lantai atas dan basement dalam hubungan vertikal. Magnet mall dalam istilah
lain juga disebut generator.
c. Magnet Sekunder Toko merupakan salah satu bagian terpenting dari Mall yang
dapat dianggap sebagai ‟distrik‟ pada pusat perbelanjaan. Penempatan toko erat

I-1
Pendahuluan I-2

kaitannya dengan magnet primer (crowd dan ruang publik terbuka) sebagai daya
tarik utama dalam pusat perbelanjaan tersebut.
d. Koridor Merupakan ruang yang digunakan untuk berjalan kaki. Koridor terbagi
menjadi dua macam, antara lain :
1. Koridor Utama yang merupakan orientasi dari toko-toko yang ada di
sepanjang toko- toko tersebut dengan lebar sekitar 15 meter untuk koridor
outdoor.
2. Koridor Tambahan (Sekunder) yang merupakan koridor yang terletak pada
sepanjang koridor utama dengan lebar minimal untuk koridor sekunder
adalah 6 meter untuk koridor outdoor. e. Street Furniture Merupakan elemen
desain yang melengkapi keberadaan suatu jalan, yang berintegrasi dengan
pohon, antara lain berupa lampu jalan, patung, desain grafik, kolam, tempat
duduk, pot taman, tempat sampah dan lain-lain.
Lokasi Mall Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lokasi
merupakan kunci sukses suatu pusat perbelanjaan termasuk mall sehingga dengan
demikian pemilihan lokasi harus benar- benar diperhatikan. Pemilihan Lokasi
Marlina (2008:204) menyatakan bahwa pilihan tujuan berbelanja akan tergantung
pada nilai keuntungan yang didapat konsumen bila berbelanja ke tempat yang
ditujunya. Pada sumber yang sama juga dijelaskan teori tentang berbelanja
tersebut. Berikut rangkuman dari teori tersebut :
a. Spatial Interaction Theory (Teori Interaksi Ruang) Jarak pengunjung ke
lokasi mall merupakan faktor penghambat sementara daya tarik mall
merupakan faktor pendorong sehingga dapat dianalisa ketentuan antara
jarak dan daya tarik.
b. Behaviour Theory (Teori Perilaku Individu) Keputusan konsumen dalam
memilih dipengaruhi oleh keadaan konsumen tersebut terhadap fasilitas
yang ada. Setiap konsumen memiliki karakter yang berbeda sehingga perlu
dianalisa karakter-karakter konsumen yang akan berkunjung. Berdasarkan
sumber ini, maka dapat dikatakan bahwa sem akin jauh jarak mall dengan
pusat keramaian maka semakin banyak pula hal/fasilitas menarik yang harus
disediakan untuk menarik pengunjung atau dengan menyediakan potongan

M.Firdaus N K/183050032/Plambing/2020/Dini Faini, ST.


Pendahuluan I-3

harga yang cukup menjanjikan. Namun bukan berarti karena jaraknya dekat
menjadikan mall minim fasilitas dan fitur menarik lainnya.
Pemilihan Tapak Marlina (2008:208) menjelaskan pertimbangan pemiilihan
tapak untuk sebuah pusat perbelanjaan dapat dilakukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a. Tapak yang dipilih memungkinkan untuk dibangun dan terletak di dalam
kawasan perdagangan yang direkomendasikan dalam analisis pasar.
b. Tapak yang dipilih mempunyai ukuran yang cukup luas dan bentuk yang sesuai
untuk rancangan area perdagangan dengan segala kelengkapannya, termasuk
ruang parkir yang cukup.
c. Aturan-aturan pemanfaatan ruang pada lahan yang dipilih tidak menghambat
pembangunan yang akan dilakukan.
d. Lokasi tapak mudah dicapai, terutama dari fasilitas umum seperti bandara dan
stasiun.
e. Harga tanah harus disesuaikan dengan jumlah modal dan uang sewa yang
mungkin diperoleh.
f. Ketersediaan jaringan utilitas yang memadai sesuai jenis pusat perbelanjaan
yang direncanakan.
g. Kondisi geologi dan hidrologi tanah untuk analisis jenis pondasi yang
digunakan.
Berdasarkan sumber ini maka dapat disimpulkan bahwa persyaratan lokasi
yang terbaik adalah kedekatan dengan pemukiman yang juga berimbas pada
akses.Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung.
Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing harus sesuai
dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri. Dengan
memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi
gedung serta peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut yang termasuk ke
dalam sistem plambing. Yang termasuk ke dalam sistem plambing adalah alat
plambing (fixture), peralatan (equipment) dan aksesorisnya. Selain itu, desain atau
rancangan instalasi dan pemeliharaan juga termasuk dalam sistem plambing.

M.Firdaus N K/183050032/Plambing/2020/Dini Faini, ST.


Pendahuluan I-4

Fungsi dari sistem plambing dan alat plambing adalah pertama untuk
menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang
cukup dan yang kedua membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa
mencemari bagian penting lainnya. Fungsi pertama dilaksanakan oleh sistem
penyediaan air bersih dan sistem kedua oleh sistem pembuangan.
Pada masa lalu, tujuan sistem penyediaan air adalah untuk menyediakan air
yang cukup berlebihan. Tetapi pada masa kini pembatasan dalam jumlah air yang
dapat diperoleh karena pertimbangan penghematan energi dan adanya keterbatasan
sumber air.
Meskipun sistem plambing adalah sarana yang paling tepat dan dikenal
banyak orang tetapi bukan tidak mungkin untuk merancang dan melaksanakannya
tanpa menggunakan bahan komputer. Walaupun demikian kesalahan dalam
perancangan, pemasangan dan perawatan dari peralatan plambing dapat
membahayakan jiwa manusia. Kenyataannya banyak kecelakaan yang fatal telah
terjadi dan banyak yang terkena penyakit akibat ke-salahan pemasangan instalasi
plambing. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa instalasi plambing tidaklah
semudah sebagaimana tampaknya dari luar, sehingga dibuat undang-undang
peraturan pedoman pelaksanaan (code of practice) standar dan sebagainya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari tugas sistem plambing ini adalah :
a. Merupakan penetapan dan pengembangan dari studi mata kuliah Plambing,
Instrumentasi dan Peralatan Instalasi.
b. Sebagai salah satu sarana pelatihan kepada mahasiswa dalam perancangan
sistem plambing.
Tujuan dari perencanaan sistem plambing ini yaitu untuk merencanakan
sistem perpipaan gedung, dalam hal ini yaitu untuk merencanakan sistem perpipaan
rumah susun serta menyediakan air bersih ke tempat-tempat tertentu. Selain itu,
akan dilaksanakan sistem plambing air kotor atau air buangan beserta pipa-pipa vent
nya serta sistem sprinkler untuk pencegahan bahaya kebakaran bangunan, untuk
mengetahui kapasitas air yang tersedia dan yang diperlukan, jumlah alat plambing
yang diperlukan serta penempatannya.
M.Firdaus N K/183050032/Plambing/2020/Dini Faini, ST.
Pendahuluan I-5

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam tugas plambing meliputi :
a. Penentuan kebutuhan air bersih dan volume reservoir yang digunakan
b. Penentuan kebutuhan alat plambing dan perletakannya
c. Menggambar dengan baik sesuai dengan kaidah
d. Perencanaan dan perhitungan untuk pipa air bersih, pipa air minum, pipa air
buangan dan pipa vent.

1.4 Metode Perencanaan


Adapun metode perencanaan yang dilakukan adalah :
1. Studi pustaka atau studi literatur untuk mempelajari teori yang mendukung
dalam melakukan analisa dan pertimbangan terhadap perencanaan instalasi
plambing air bersih, sprinkler, hidran, air buangan, dan talang hujan sesuai
dengan undang-undang, peraturan pedoman (code of practice), standar dan
sebagainya yang menyangkut peralatan dan instalasi plambing tersebut di
Indonesia yang telah disiapkan SNI 8153-2015 sebagai acuannya.
2. Pengolahan data yang akan dilakukan antara lain :
a. Penempatan fixture unit
b. Penempatan instalasi plambing air bersih, air minum, air buangan, vent,
sprinkler (pencegah kebarakan)
c. Penyusunan laporan
d. Pengumpulan laporan

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dibahas dalam tiap bab yakni, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
metode perencanaan, dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM

M.Firdaus N K/183050032/Plambing/2020/Dini Faini, ST.


Pendahuluan I-6

Membahas sistem penyediaan air bersih, data teknis gedung, dan


peruntukan bangunan, ketinggian bangunan, luas masing-masing
unit, jumlah unit serta masing-masing penghuni.
BAB III PERENCANAAN SISTEM PLAMBING AIR BERSIH
Berisikan tentang sistem penyediaan air bersih, perancangan sistem
air bersih yang terdiri dari sistem pipa penaksiran laju aliran air dan
penentuan ukuran pipa, peralatan penyediaan air bersih yang terdiri
dari jenis peralatan, penentuan kapasitas alat, kehilangan tenaga,
tekanan sisa dan penentuan kapasitas daya pompa. Perhitungan
plambing air bersih yang terdiri dari kebutuhan air gedung,
kebutuhan alat plambing, perhitungan dimensi pipa distribusi air
bersih, penentuan kapasitas tangki air, pipa cabang mendatar air
bersih, sisa tekanan penentuan kapasitas daya pompa air bersih.
BAB IV PERENCANAAN SISTEM PLAMBING AIR PANAS
Berisikan tentang sistem penyediaan air panas, cara pemanasan yang
terdiri dari temperatur air panas dan laju aliran air panas. Perencanaan
sistem air panas terdiri dari sistem pipa penentuan ukuran pipa dan
ketentuan kapasitas pompa sirkulasi, peralatan penyediaan air panas
terdiri dari jenis peralatan perhitungan plambing air panas tersebut
meliputi kebutuhan air panas gedung.
BAB V PERENCANAAN SISTEM PENCEGAH KEBAKARAN
Berisikan tentang sistem pencegah kebakaran, klasifikasi pencegah
kebakaran, bahaya kebakaran, jenis-jenis pipa tegak dan selang
kebakaran, jenis-jenis sistem sprinkler. Persyaratan kebutuhan air
untuk sistem sprinkler, kapasitas atau volume penyediaan air untuk
kebakaran serta perhitungan-perhitungan diameter pipa cabang
sprinkler.
BAB VI PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
Berisikan tentang konsep sistem air buangan, penentuan diameter
pipa, hal-hal mendasar dalam sistem vent yang termasuk didalamnya

M.Firdaus N K/183050032/Plambing/2020/Dini Faini, ST.


Pendahuluan I-7

perhitungan-perhitungan diameter pipa vertikal dan pipa horizontal


serta perhitungan air buangan pada gedung atau bangunan tersebut.
BAB VII PEMASANGAN, PENGUJIAN DAN PEMELIHARAAN ALAT
PLAMBING
Berisikan tentang pemasangan alat plambing, pengujian sistem air
bersih, air buangan, sistem pemadam kebakaran dan sistem air panas
yang telah direncanakan dan pemeliharaan terhadap sistem alat
plambing.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

M.Firdaus N K/183050032/Plambing/2020/Dini Faini, ST.

Anda mungkin juga menyukai