Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arsitektur merupakan produk dari suatu proses yang dilandasi oleh konsep
tertentu. Maka citra suatu arsitektur pun merupakan produk dari suatu proses yang
didasarkan atas konsep tertentu yang diIandasi oleh suatu teori, perubahan, atau
kondisi yang mempengaruhinya. Perubahan atau kondisi tersebut sering
ditransformasikan ke dalam suatu bentukan simbolis yang berupa eleman-eleman
bangunan (atau bangunan seeara keseluruhan) guna menyampaikan maksud atau
ide dari perancang.
Elemen-eleman buatan sangat potensial dalam membangun arti-arti
simbolis bagi para pengamat. Pengenalan dari arti-arti tersebut disadari ataupun
tidak disadari telah memberikan control yang berarti tentang suatu bentukan pada
diri mereka sendiri. Pengenalan atau dalam kata lainnya identifikasi tentang
makna simbolis menjadi suatu eara yang penting dimana pengamat menghasilkan
suatu sense tentang suatu tempat.
Citra dapat membuat pengamat mengingat kembali akan sesuatu hal yang
berkaitan dengan eiri terdahulu yang pernah muneuL Penelitian tentang
pangungkapan citra sering dilihat dari 3 sisi keadaan, dimana salah satu keadaan
ini akan menjadi dominan dalam suatu kondisi atau situasi tertentu, 3 hal keadaan
tersebut antara lain :
1. Pertumbuhan dari sektor ekonomi, industri dan kemampuan dati seorang
desainer dalam mencari ideologi desain-desain dan bentukan yang baru.
2. Tingkat pengenalan simbol-simbol yang telah dibangun pada masa Iampau
oleh pengamat.
3. Keinginan dati klien dan masyarakat akan gaya bangunan dimana mereka
dapat mengenalinya dengan mudah.

1
B. Tujuan & Manfaat

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk melaporkan hasil penelitian mengenai pendekatan komunikasi Citra


Bangunan.
b. Untuk mengetahui komunikasi Citra Bangunan dalam kehidupan sehari-
hari.

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

a. Mahasiswa
 Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai Pendekatan
Komunikasi Citra Bangunan
 Menambah wawasan mahasiswa Arsitektur sehingga dapat menjadi
acuan dalam perancangan bangunan yang memiliki komunikasi Citra
Bangunan.
b. Tim Pengajar
 Mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa tentang pendekatan
komunikasi Citra Bangunan.
 Sebagai referensi kedepannya dalam memberikan mata kuliah
Pengantar Arsitektur.
 Mengetahui arah tugas apakah sudah tepat sasaran atau sebaliknya.
C. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, diperlukan adanya validasi data. Agar
dapat mendapatkan data yang valid, penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif Survei. Lokasi yang digunakan dalam survei adalah Toko “Golden
Bakery” Jl. Touwa, Birobuli Selatan, Kec. Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi
Tengah 94325. Tepatnya lokasi berada dibagian sudut pertigaan antara Jl. Banteng
dengan Jl. Touwa. Dan juga beberapa jurnal dan karya tulis dalam membantu
penulis menyusun makalah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tipe Bangunan
Pada dasarnya toko kue memiliki sebuah tampilan yang dapat menarik
konsumen dalam mendagangkan produk-produknya. Tampilan depan pada toko
kue ini dapat menarik perhatian konsumen dikarenakan kondisi dalam toko
diperlihatkan kepada masyarakat. Dengan tujuan berdagang kue, toko ini memiliki
papan nama didepan toko untuk orang-orang dapat mengenalinya dengan baik.
Selain itu, terdapat kursi & meja yang disediakan oleh toko di bagian selasar toko.
Hal ini juga memudahkan orang-orang dalam mengenali citra bangunan ini.

Lokasi site berada di Jl. Touwa, Birobuli Selatan, Kec. Palu Selatan, Kota
Palu, Sulawesi Tengah 94325. Lokasi site memiliki beberapa keuntungan dalam
fungsinya. Berada di daerah yang ramai dilalui oleh masyarakat, sehingga lokasi
yang cukup strategis dalam fungsi bangunannya, yaitu berdagang. Masyarakat
dapat melihat isi toko melalui dua arah yaitu arah barat dan selatan.
Pada awalnya, bangunan ini merupakan bekas toko yang dahulu digunakan
untuk berdagang alat-alat plastik. Kemudian, diolah kembali menjadi tempat
dagang makanan. Untuk persepsi yang disampaikan oleh bangunan ini, cukup
berkaitan dengan fungsi bangunannya. Toko memiliki spot atau tempat untuk
melihat ke dalam toko tersebut. Sehingga, toko memiliki fungsinya dalam
mempromosikan barang atau produk yang ia tawarkan. Pada kasus seperti ini,

3
toko kue ini mempromosikan kue (produk) kepada masyarakat melalui bentuk
dari fasade pada bangunan, sekaligus pemakaian teknologi bangunan yang sesuai
dengan fungsi pada bangunannya.

B. Tapak
1. Daya Dukung Tanah
Kondisi site memiliki kategori daya dukung tanah yang diatas rata-
rata. Daya dukung tanah yang dihasilkan cukup bagus untuk bangunan berlantai
lebih dari satu. Pada lingkungan site, terdapat beberapa bangunan yang memiliki
kriteria yang cukup sama dengan bangunan yang diteliti. Kondisi site juga
dikategorikan sebagai daerah aman dari rawan gempa setelah kejadian bencana
pada 28 September 2018 silam. Berdasarkan hasil survei dari pihak pemerintah
yang menyangkut dengan peta zonasi bencana, lokasi site berada di daerah Palu
Selatan, dimana lokasi tersebut aman dari zona merah (zona terlarang).
2. Drainase
Pada bangunan ini, toko memiliki aktivitas yang memerlukan sistem
utilitas atau sistem perairan yang baik dan sistematis. Toko menyiapkan beberapa
kue yang mereka olah sendiri dan memerlukan air yang lancar dan tidak
bermasalah. Pemerintah kota telah memfasilitasi daerah sekitar lokasi site dengan
Drainase setempat yang teratur sesuai dengan ketentuan pemerintah, sehingga
menghasilkan sistem utilitas yang baik dan sistematis.
3. Jalan masuk (Entrance)
Setiap bangunan harus memiliki jalan masuk atau akses yang baik.
Kondisi yang dimiliki pada toko ini dapat dikategorikan dalam hal bagus. Karena,
konsumen dapat masuk secara bebas dari arah yang berhadapan dengan jalan.
Beberapa kasus yang terjadi, konsumen yang memiliki kendaraan dapat
mengakses dengan mudah untuk masuk kedalam toko tanpa memiliki pembatas
dibagian depan.
4. Pencapaian
Pencapaian yang dimiliki oleh bangunan ini sedikit tersamar.
Dikarenakan elemen struktur yang berada di bagian selasar, sehingga sedikit

4
menghalangi pencapaian konsumen ke bangunan. Kasus yang terjadi pada
bangunan ini adalah, tidak ada tempat untuk toko dalam menurunkan stok atau
barangnya. Barang diturunkan didepan pintu yang sama dengan konsumen. Hal
ini cukup membuat konsumen kurang nyaman dalam mencapai bangunan jika
dalam kondisi seperti ini. Sehingga dibutuhkan tambahan bukaan yang
mengarahkan langsung barang untuk masuk ke dalam toko tanpa harus
mengganggu konsumen yang datang.
5. Syarat hukum setempat
Bangunan ini memiliki kesesuaian dalam hukum yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Palu yang dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kota Palu Nomor
6 Tahun 2011 mengenai Bangunan Gedung. Dikategorikan kedalam bangunan
gedung umum. Mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan tersebut. Memiliki
daerah parkir yang sesuai dengan ketentuan peraturan daerah tersebut.
6. Vegetasi
Kondisi vegetasi pada bangunan sedang berlangsung. Terdapat pohon
ketapang kencana yang berhadapan dengan pintu masuk, sebagai pohon peneduh
dan penyejuk. Terdapat pula, tanaman-tanaman yang menyerupai ciri-ciri pohon
pisang tetapi, berukuran lebih kecil dari pohon pisang pada umumnya. Ditanami
hanya pada bagian taman di sudut jalan dan sepanjang selasar, tetapi hanya
dibagian barat.
7. Syarat Iklim
Kota Palu memiliki intensitas panas yang cukup tinggi untuk daerah
beriklim tropis. Masyarakatnya tentu memilih tempat yang memiliki kenyamanan
yang cukup. Apalagi dalam berbelanja barang dan sebagainya. Kasus yang terjadi
pada toko ini adalah penggunaan atap kanopi pada daerah parkir sehingga
terlindungi dari terik matahari saat siang hari. Penghawaan buatan dilakukan pada
ruang dalam untuk menjaga kelembaban pada produk sekaligus memberikan
kenyamanan pada pengguna ruang.
8. Pemandangan (View)
Pada kasus ini, site tidak menghasilkan pemandangan yang kurang
baik. Bagi konsumen yang berbelanja sekaligus makan di toko tersebut merasa

5
kurang nyaman dengan view yang dihasilkan. Hanya terdapat bangunan sekitar
site yang lebih dominan dengan bangunan ruko, toko, dan lain-lain.

C. Gaya Arsitek
Gaya Arsitek yang digunakan lebih menjurus ke gaya arsitek modern.
Ditandai dengan penyesuaian terhadap bahan bangunan yang digunakan,
perkembangan budaya, dan wawasan serta gaya hidup konsumen. Konsep
eksterior yang ditantai dengan jendela yang berukuran lebar dan tinggi sesuai
dengan fungsi bangunannya, dekorasi eksterior lebih sederhana dan disesuaikan
dengan kondisi elemen struktur terdahulu. Interior toko yang berkesan sederhana
dengan langit-langit yang bertingkat-tingkat, sehingga menimbulkan kesan
modern.

Bahan bangunan yang dipakai dominan aluminium, kaca, lantai keramik


yang mengkilap, dan bahan lainnya berbahan dasar besi. Bentuk elemen bahan
yang berbentuk kotak, penampilan yang efisien, serta penggunaan aluminium
sebagai pengganti kayu.

D. Pengkajian Lingkungan & Perilaku


Perilaku seorang konsumen dapat kita prediksi sama seperti hal pada
umumnya. Konsumen datang dengan tujuan untuk berbelanja barang atau kue,
kemudian bayar barang dibagian kasir. Kondisi yang terjadi, toko menyediakan
tempat untuk konsumen jika mereka ingin menikmati kue yang mereka beli dari
toko pada saat itu juga. Sehingga memberikan kesan tersendiri kepada tiap

6
konsumen yang datang. Secara pribadi, ide yang ditawarkan oleh pemilik toko
cukup baik. Kita dapat menikmati kue yang baru dibeli tanpa harus pulang ke
rumah masing-masing untuk menikmati kue.

Para pekerja memiliki aktivitas pekerja pada umumnya. Mereka datang,


menyiapkan toko untuk segera dibuka, melayani pelanggan yang datang, dan
bersiap untuk menutup toko. terkadang, pekerja menyiapkan beberapa macam kue
yang biasanya memerlukan bahan tambahan. Sehingga dibutuhkan dapur atau
pantry untuk aktivitas tersebut. Sekaligus rak atau lemari pendingin sebagai
wadah untuk menyimpan bahan atau kue lainnya. Selain itu, para pekerja tentunya
membutuhkan loker atau ruang ganti untuk menyimpan barang mereka sebelum
mereka menyiapkan toko untuk dibuka.

E. Teknologi Bangunan
Teknologi pada bangunan yang digunakan dalam kasus ini adalah
penggunaan jendela kaca (Fixed Glass) sebagai sistem pencahayaan sekaligus
sebagai promosi untuk produk dalam toko. Jendela kaca dengan frame aluminium
dan kaca menjadikan ruangan memiliki suhu panas, sehingga dibutuhkan
penghawaan buatan untuk alasan kenyamanan ruangan. Pengguanaan lampu
sebagai salah satu unsur pada ruang dalam menjadi alasan utama untuk
mempromosikan produk mereka. Walaupun hal tersebut kurang menguntungkan
bagi lingkungan.
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) juga berperan penting
dalam hal ini. Kondisi seperti ini membutuhkan analisa terhadap lingkungan

7
karena aktivitas yang mereka lakukan perlu diantisipasi dengan maksud
memberikan solusi sebelum terjadi masalah terhadap lingkungan. Seperti
membuat penyaringan air bekas pakai sebelum dialirkan ke drainase setempat
untuk mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu, penyediaan
tempat pembuangan yang menjadi permasalahannya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan Komunikasi Citra Bangunan memiliki beberapa kriteria yang
harus dapat dikenali oleh masyarakat. Sebagai contoh, tipe bangunannya. Tipe
bangunan harus memiliki kejelasan agar masyarakat tahu dalam menggunakan
bangunan tersebut. Tetapi, sebagai masyarakat kita juga harus tahu akan fungsi
dari sebuah bangunan. Selain itu, Pengkajian Lingkungan & Perilaku dapat
menjadi hal penting dalam membangun Citra sebuah Bangunan. Perilaku
masyarakat juga dapat mencerminkan sebuah bangunan. Sebuah bangunan tidak
akan bisa memberitahukan kepada masyarakat lain bahwa ia memiliki fungsi
tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai