Anda di halaman 1dari 4

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI SPECIES KUTU KEBUL

(Bemisia tabaci Spp.) SECARA MORFOLOGI


DI BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN
( BBUSKP )

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh:
Ryan Wahidin Nawawi
NIM 41035003161023

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bekerja di sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Salah satu subsektor
pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan yaitu hortikultura
yang meliputi komoditas buah-buahan, sayuran, biofarmaka (obat-obatan), dan
tanaman hias. Hal tersebut terlihat dari kontribusi holtikultura terhadap
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) untuk peningkatan devisa negara salah satu-
nya adalah buah manggis.
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah yang berasal
dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara
Malaysia atau Indonesia. Di luar negeri manggis dijuluki sebagai “Quen of the
Tropical Fruit” yang merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam manis yang
tidak di miliki oleh buah lain-nya. (Jose Pedraze et al., 2008). Di Indonesia
manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa
Barat), Manggis (Jawa), Manggusto (Sulawesi Utara), Mangustang (Maluku) dan
Manggih (Sumatera Barat). (Prihatman, 2000).
Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama (prime
mover) perekonomian nasional dan perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat
melalui peranannya dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), perolehan
devisa, penyedia lapangan kerja dan bahan baku industri, pengentas kemiskinan,
dan peningkatan pendapatan masyarakat. Secara tidak langsung sektor pertanian
mempunyai efek penggandaan (multiplier effect) kedepan dan kebelakang yang
cukup besar ke sektor-sektor lainnya seperti; sektor industri, konsumsi, dan
investasi (Subari, 2009).
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bekerja di sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Salah satu subsektor
pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan yaitu hortikultura
yang meliputi komoditas buah-buahan, sayuran, biofarmaka (obat-obatan), dan
tanaman hias. Hal tersebut terlihat dari kontribusi holtikultura terhadap
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) untuk peningkatan devisa negara salah satu-
nya adalah buah manggis.
Salah satu kendala dalam kegiatan lalu lintas impor, ekspor dan antar area
yaitu adanya Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) yaitu slah satunya Kutu
Putih (Pseudococcus spp.), Tungau (Tetranychus spp.), Thrip (Scirtothrips sp.),
Penyakit Getah Kuning, dll. OPT ini memiliki resiko terhadap masuknya
organisme pengganggu tumbuhan/organisme pengganggu tumbuhan karantina
(OPT/OPTK). Oleh karena itu, perlu tindakan karantina untuk menanggulangi
resiko. Tindakan karantina tersebut mencakup tindakan yang dapat dilakukan
pada saat OPTK belum masuk, pada saat masuk maupun jika terjadi
masuknya OPTK ke wilayah Republik Indonesia dengan tujuan keamanan
maksimal dalam langkah cegah tangkal OPTK.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia membentuk Badan Karantina
Pertanian yang merupakan garda terdepan dan memiliki peran strategis dalam
mencegah masuk dan tersebarnya OPT/OPTK baik untuk impor, ekspor maupun
antar area di dalam wilayah Republik Indonesia. Untuk merealisasikannya, maka
dikeluarkanlah Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
51/Permentan/KR.010/9/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina.
Berdasarkan uraian diatas, maka magang tentang identifikasi lalat buah di
lingkungan BBUSKP perlu dilaksanakan guna mempermudah mengetahui species
lalat buah apa yang ada di Balai Besar Uji Standar Karantina Petanian ini.
Dengan tindakan antisipatif ini diharapkan produk yang dihasilkan memiliki daya
saing dengan mutu hasil yang terjamin untuk pasar lokal maupun pasar
internasional.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) ini yaitu:
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya mengenai hama kutu kebul.
2. Untuk mengetahui species kutu kebul yang sering di Uji di laboratorium
Entomologi Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP).
3. Untuk mengetahui perbedaan ciri morfologi antara beberapa species kutu
kebul yang telah diidentifikasi sebelumnya.

1.3. Waktu dan Tempat PKL


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilakukan pada semester VI selama 40
hari kerja, mulai dari tanggal 2 Maret - 30 April 2020. Kegiatan PKL dilaksanakan
setiap hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-16.00 dan hari Jum’at mulai pukul
08.30-16.30.
Tempat Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Entomologi
Balai Besar Uji Standar Karantina Petanian (BBUSKP) Rawamangun ,Jakarta
Timur, Jakarta Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai