Makalah Hukum Mendel
Makalah Hukum Mendel
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1.1 Tujuan
1.1.1 Umum
Mampu mengidentifikasi kode genetik ( Hukum Mendel ).
1.1.2Khusus
1. Memahami latar belakang Hukum Mendel.
2. Memahami hipotesis Hukum Mandel.
3. Memahami Pengertian Hukum Mendel.
4. Memahami Pembagian Hukum Mendel.
5. Memahami Macam-macam Persilangan Hukum Mendel.
6. Memahami Penyimpangan Semu Hukum Mende
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar belakang Hukum Mendel
1) Hukum mendel berasal dari pendeta austria bernama greor mendel, tahun 1858 sampai 1866.
Mendel bekerja di kebun gerejanya di kota brunn, bertanam ercis, dan memeriksa keturunan-
keturunanya.
2) Pilihan atas ercis tepat benar karena terdapat banyak varietas yang berlainan secara nyata.
3) Beberapa menghasilkan biji keriput dan biji yang lain mulus.
4) Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis mendel ini, yakni ukuran daun dan ukuran
bunga.
2.2 Hipotesis Mendel
1) Pada setiap organisme, ada sepasang faktor yang mengendalikan munculnya sifat tertentu
(faktor ini dinamai gen).Organisme tersebut mendapat faktor-faktor ini dari induknya, satu dari
masing-masing
2) Setiap faktor ini diteruskan sebagai unit tersendiri lagi tidak berubah (biji keriput pada generasi
F2 tidak kurang keriputnya dari pada yang dihasilkan generasi P, kedatipun faktor-faktor yang
mengendalikan sifat ini telah dilakukan pada generasi f1 biji bulat)
3) Bilamana sel-sel reproduktif (sperma atau telur) dipersiapkan, faktor-faktor itu berpisah dan
disebarkan sebagai unit-unit pada setiap gamet. Pernyataan ini sering disebut hukum mendel
yang pertama, hukum segregasi.
4) Jika suatu organisme mempunyai dua faktor beebeda untuk ciri tertentu, satu organisme
mungkin dinyatakan untuk peniadaan sama skali yang lainya. Kini, istilah yang dipakai ialah
“alela” untuk memperjelas bentuk alternatif satu gen yang mengendalikan sifat tertentu.
a. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel,
b. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Kedua Mendel.
2.4 Pembagian Hukum Mendel
a. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel.
HUKUM MENDEL 1
1) “Pada waktu pembentukan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari
diploid menjadi haploid”.
2) Disebut juga Hukum segregasi atau kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet
Secara garis besar hukum pertama ini memiliki tiga bagian pokok yaitu:
(1) Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini
adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan
dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
(2) Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di
sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).
(3) Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar alel dominan (S
atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang
tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
b. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau
lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi.
Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga
suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi. Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat
1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah).
Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk
jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).
Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan
tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet
ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3
dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR ,
(berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara
fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat
dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat
dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan
disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal
sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS
dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan
genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk
betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat gambar 2.
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb
(semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu
keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu
yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut:
pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil
warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah
12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb:
ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.
Selain dari contoh diatas “Waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi
bebas, akan bergabung secara bebas membentuk genotif dengan kombinasi2 alel yang berbeda.
Disebut juga Hukum penggabungan secara bebas (the Mendelian law of independent
assortment).
Contoh:
P: Ayah normal heterozigot x Ibu albino
G: A, a X a, a
F1: Aa, Aa, aa, aa
b. Persilangan dihibrid atau dihibridisasi ialah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat
beda. Contoh persilangan antara :
Kacang ercis bulat kuning (BBKK),Gen B (bulat) dominan terhadap gen b (kisut)
Kacang ercis kisut hijau (bbkk). Gen K (kuning) dominan terhadap gen k (hijau)
c. Persilangan Trihibrid atau lebih adalah persilangan antar induk yang memiliki tiga atau lebih
sifat beda.
Misalnnya, persilangan dua organisme dengan genotif AaBbCc. Kita dapat menentukan bahwa
peristiwa tersebut merupakan 3 persilangan monohybrid yang terpisah ,yaitu Aa >< Aa,Bb ><
Bb,dan Cc >< Cc. Hasil persilangan trihibrid dapat dijelaskan dengan prinsip segresi dan
kombinasi alel – alelnya.
d. Persilangan Resiprok atau persilangan tukar kelamin adalah persilangan ulang dengan jenis
kelamin yang dipertukarkan. Misalnya pada perkawinan monohybrid tanaman jantannya berbiji
bulat, sedangkan tanaman betina berbiji keriput. Maka pada perkawinan resiproknya adalah
tanaman jantannya berbiji keriput dan tanaman betinanya berbiji bulat.
contoh dapat digunakan percobaan Mendel lainnya sebagai berikut:
H : gen yang menentukan buah polong berwarna hijau
h : gen yang menentukan buah polong berwarna kuning
contoh : Persilangan resiproknya
P ♀ hh >< ♂ HH P ♀ HH >< ♂ hh
Kuning hijau hijau kuning
F1 Hh F1 Hh
hijau Hijau
serbuk sari : H dan h Serbuk sari : H dan h
sel telur : H dan h Sel telur : H dan h
F2 HH : polong hijau F2 HH : polong hijau
Hh : polong hijau Hh : polong hijau
Hh : polong hijau Hh : polong hijau
hh : polong kuning hh : polong kuning
e. Backcross atau persilangan kembali Ialah persilangan antara hibrid F1 dengan induknya jantan
atau betina
Contoh persilangan pada marmot.
B : gen untuk warna hitam
b : gen untuk warna putih
Contoh :
P ♂ BB >< ♀ bb
Hitam Putih
F1 Bb (hitam)
“backcross” ♂ BB >< ♀Bb
F2 Hitam Hitam
B
♂
♀
B BB
Hitam
B BB
Hitam
f. Persilangan testcrossatau uji silang Ialah persilangan antara hibrid F1 dengan individu yang
homozigotik resesif. Jika digunakan induk seperti pada contoh, hibrid .
F1 disilangkan dengan induk betina (homozigotik resesif)
Uji silang monohibrid ini menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip maupun genotip
1:1
P ♂ BB >< ♀ bb
Hitam Putih
F1 Bb (hitam)
Uji silang ♂ Bb >< ♀ bb
Hitam putih
B b
♂
♀
b Bb bb
hitam putih
50% 50%
HHkk hhKK
Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter yang muncul
adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning hipostasis (ditutupi)
terhadap hitam.
3 H-kk : hitam
3 hhK- : kuning
1 hhkk : putih
b. POLIMERI
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi
karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan, maka sifat
karakternya makin kuat.
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih
M1M1M2M2 m1m1m2m2
F1 : M1m1M2m2 = merah muda
Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama berpengaruh
terhadap warna merah gandum. Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna
gandum.
o 3M = merah tua
o 2M = merah
o M = merah muda
o m = putih
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh:
F1 : AaBb = ungu - warna ungu muncul karena A dan B berada bersama
3 A-bb : merah
3 aaB- : putih
1 aabb : putih
R-pp rrP-
3 R-pp : Ros
3 rrP- : Pea
1 rrpp : Single
DDee ddEE
D dan E berada bersama bekerjasama memunculkan karakter normal. Bila hanya memiliki salah
satu gen dominan D atau E saja, karakter yang muncul adalah bisu tuli.
f. Tautan
Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Tautan pada
kromosom tubuh disebut tautan autosomal atau tautan non-kelamin. Sedangkan tautan kelamin
disebut juga tautan seks.
Misal: AaBbCcDDee, gen A dan B saling bertautan. berapa kemungkinan gamet yang dapat
dibentuk?
kemungkinan gamet yang dapat dibentuk = jumlah kemungkinan gamet/jumlah gen yang tertaut.
f.1 Tautan Autosomal
Tautan autosomal merupakan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama, tidak dapat
bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama. Penelitian mengenai tautan
dilakukan secara intensif oleh Thomas Hunt Morgan. Beliau adalah orang pertama yang
menghubungkan suatu gen tertentu dengan kromosom khusus. Bukti gen tertaut dapat ditemukan
pada Drosophila yang di testcross antara lalat buah yang dibedakan dalam dua karakter, yaitu
warna tubuh dan ukuran sayap.