Anda di halaman 1dari 15

makalah hukum mendel

Mengidentifikasi Kode Genetik( Hukum Mendel)


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IKD III

Dosen Pembimbing : Septi Kurniawati, SST

Disusun Oleh :
Kelompok 1

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D-III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
              2015
DAFTAR ISI
JUDUL
NAMA KELOMPOK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2  Tujuan..................................................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................................1
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Latar Belakang Hukum Mendel..........................................................................................2
2.2    Hipotesis Mendel.................................................................................................................2
2.3    Pengertian Hukum Mendel..................................................................................................2
2.4    Pembagian Hukum Mendel.................................................................................................3
2.5    Macam-Macam Persilangan pada Hukum Mendel.............................................................14
2.6    Penyimpangan Semu Hukum Mendel.................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan..........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari pewarisan sifat dan variasi yang diwariskan.
Teori pewarisan sifat atau biasa disebut hukum hereditas pertama kali dicetuskan oleh Gregor
Johann Mendel. Ia berpendapat bahwa sifat-sifat dapat diturunkan dari generasi ke generasi
melalui factor penentu. Mandel menemukan prinsip dasar tentang pewarisan sifat dengan cara
membiakkan ercis kebun dalam percobaan yang dirancang secara hati-hati. Mendel
mengembangkan teori pewarisan sifatnya beberapa dasawarsa sebelum kromosom terlihat
dengan mikroskop. Dan nilai penting kromosom dipahami. Sejak itu teori mendel belum diakui
dan baru diakui saat ia sudah meninggal seiring dengan perkembangan jaman. Hukum pewarisan
mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat, pada organisme yang dijabarkan oleh Greger
Johann Mendel dalam karyanya “ Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman”.
Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum permisahan ( Segregation ) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan hokum dipasangkan secara bebas ( independent
assortment ) dari Mendel, juga dikena sebagai hokum kedua Mendel. Prinsip-prinsip yang
ditemukan oleh Mendel, diterima secara umum, namun penelitian-penelitian berikutnya sering
menemukan perbandingan Fenotip yang aneh, seakan-akan tidak mengikuti hukum Mendel.
Untuk menemukan apa yang sebenrnya terjadi, maka disusunlah makalah ini.

1.1  Tujuan
           1.1.1 Umum
Mampu mengidentifikasi kode genetik ( Hukum Mendel ).
  
           1.1.2Khusus
1.      Memahami latar belakang Hukum Mendel.
2.      Memahami hipotesis Hukum Mandel.
3.      Memahami Pengertian Hukum Mendel.
4.      Memahami Pembagian Hukum Mendel.
5.      Memahami Macam-macam Persilangan Hukum Mendel.
6.      Memahami Penyimpangan Semu Hukum Mende
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Latar belakang Hukum Mendel
1)      Hukum mendel berasal dari pendeta austria bernama greor mendel, tahun 1858 sampai 1866.
Mendel bekerja di kebun gerejanya di kota brunn, bertanam ercis, dan memeriksa keturunan-
keturunanya.
2)      Pilihan atas ercis tepat benar karena terdapat banyak varietas yang berlainan secara nyata.
3)      Beberapa menghasilkan biji keriput dan biji yang lain mulus.
4)      Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis mendel ini, yakni ukuran daun dan ukuran
bunga.
2.2  Hipotesis Mendel
1)      Pada setiap organisme, ada sepasang faktor yang mengendalikan munculnya sifat tertentu
(faktor ini dinamai gen).Organisme tersebut mendapat faktor-faktor ini dari induknya, satu dari
masing-masing
2)      Setiap faktor ini diteruskan sebagai unit tersendiri lagi tidak berubah (biji keriput pada generasi
F2 tidak kurang keriputnya dari pada yang dihasilkan generasi P, kedatipun faktor-faktor yang
mengendalikan sifat ini telah dilakukan pada generasi f1 biji bulat)
3)      Bilamana sel-sel reproduktif (sperma atau telur) dipersiapkan, faktor-faktor itu berpisah dan
disebarkan sebagai unit-unit pada setiap gamet. Pernyataan ini sering disebut hukum mendel
yang pertama, hukum segregasi.
4)      Jika suatu organisme mempunyai dua faktor beebeda untuk ciri tertentu, satu organisme
mungkin dinyatakan untuk peniadaan sama skali yang lainya. Kini, istilah yang dipakai ialah
“alela” untuk memperjelas bentuk alternatif satu gen yang mengendalikan sifat tertentu.

2.3  Pengertian Hukum Mendel


Hukum Mendel, merupakan salah satu materi mengenai pewarisan sifat organisme pada
pembelajaran Biologi. Yang dimaksud dengan Hukum pewarisan Mendel adalah hukum
mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam
karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

a.       Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel,
b.      Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Kedua Mendel.
2.4  Pembagian Hukum Mendel
a.       Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel.
HUKUM MENDEL 1
1)      “Pada waktu pembentukan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari
diploid menjadi haploid”.
2)      Disebut juga Hukum segregasi atau kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet

Secara garis besar hukum pertama ini memiliki tiga bagian pokok yaitu:

(1) Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini
adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan
dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
(2) Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di
sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).
(3) Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar alel dominan (S
atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang
tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
b.         Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau
lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi.
Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga
suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi. Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat
1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah).
Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk
jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).
Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan
tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet
ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3
dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR ,
(berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara
fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat
dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat
dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan
disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal
sebagai dihibrid, dan seterusnya.
 Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS
dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan
genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk
betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat gambar 2.

Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb
(semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu
keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu
yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut:
pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil
warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah
12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb:
ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1. 
Selain dari contoh diatas “Waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi
bebas, akan bergabung secara bebas membentuk genotif dengan kombinasi2 alel yang berbeda.
Disebut juga Hukum penggabungan secara bebas (the Mendelian law of independent
assortment).

Contoh:
P: Ayah normal heterozigot x Ibu albino
G: A, a X a, a
F1: Aa, Aa, aa, aa

P: Ayah gol darah A homozigot X Ibu golongan darah B heterozigot


G: A, A X B, O
F1: AB, AO, AB, AO

2.5  Macam- macam persilangan pada Hukum Mendel


A.    Persilangan Monohibrid atau Monohibridisasi ialah suatu persilangan persilangan sederhana
dengan satu sifat beda.
Contoh persilangan antara :
Mawar merah bergenotif  (MM) dan Mawar putih bergenoti
Persilangan monohibrid dengan kasus intermediet. Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat,
jadi tidak ada yang dominan atau reserif.

Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih

b.      Persilangan dihibrid atau dihibridisasi ialah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat
beda.    Contoh persilangan antara :
Kacang ercis bulat kuning (BBKK),Gen B (bulat) dominan terhadap gen b (kisut)
Kacang ercis kisut hijau   (bbkk). Gen K (kuning) dominan terhadap gen k (hijau)
c.       Persilangan Trihibrid atau lebih adalah persilangan antar induk yang memiliki tiga atau lebih
sifat beda.
Misalnnya, persilangan dua organisme dengan genotif AaBbCc. Kita dapat menentukan bahwa
peristiwa tersebut merupakan 3 persilangan monohybrid yang terpisah ,yaitu Aa >< Aa,Bb ><
Bb,dan Cc >< Cc. Hasil persilangan trihibrid dapat dijelaskan dengan prinsip segresi dan
kombinasi alel – alelnya.
d.      Persilangan Resiprok atau persilangan tukar kelamin adalah persilangan ulang dengan jenis
kelamin yang dipertukarkan. Misalnya pada perkawinan monohybrid tanaman jantannya berbiji
bulat, sedangkan tanaman betina berbiji keriput. Maka pada perkawinan resiproknya adalah
tanaman jantannya berbiji keriput dan tanaman betinanya berbiji bulat.
   contoh dapat digunakan percobaan Mendel lainnya sebagai berikut:
                        H : gen yang menentukan buah polong berwarna hijau
                        h : gen yang menentukan buah polong berwarna kuning
                        contoh : Persilangan resiproknya
                        P ♀  hh  ><  ♂ HH                              P ♀  HH ><    ♂ hh                                
                      Kuning          hijau                              hijau           kuning
                        F1           Hh                                  F1             Hh      
                         hijau                                                  Hijau
                        serbuk sari : H dan h                       Serbuk sari : H dan h
                        sel telur : H dan h                           Sel telur : H dan h
                        F2        HH : polong hijau                 F2           HH : polong hijau
Hh  : polong hijau                                Hh : polong hijau
Hh  : polong hijau                                Hh : polong hijau
            hh  : polong kuning                             hh : polong kuning
e.       Backcross atau persilangan kembali Ialah persilangan antara hibrid F1 dengan induknya jantan
atau betina
Contoh persilangan pada  marmot.
                        B : gen untuk warna hitam
                        b : gen untuk warna putih
                        Contoh :
                         P                     ♂ BB        ><       ♀ bb
                                                 Hitam                   Putih                                                    
                        F1                  Bb (hitam)
                        “backcross”    ♂  BB         ><        ♀Bb          
                        F2                       Hitam                 Hitam 
                        
B



B BB
Hitam

B BB
Hitam

f.       Persilangan testcrossatau uji silang Ialah persilangan antara hibrid F1 dengan individu yang
homozigotik resesif. Jika digunakan induk seperti pada contoh, hibrid .
                     F1 disilangkan dengan induk betina (homozigotik resesif)
Uji silang monohibrid ini menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip maupun genotip
1:1
                        P                    ♂ BB        ><       ♀ bb
                                               Hitam                     Putih                                            
                         F1                 Bb (hitam)
                        Uji silang       ♂  Bb        ><        ♀ bb
                                              Hitam                    putih             
                                

B b

♂        

b Bb bb
hitam putih
50% 50%

2.6 PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL


Hukum I dan II  Mendel yang telah dipelajari sebelumnya pada persilangan monohybrid
heterozigot akan menghasilkan perbandingan fenotip 3:1, sedangkan persilangan dihibrid
heterozigot menghasilkan perbandingan fenotip 9:3:3:1. Pada kenyataannya, kebanyakan sifat
yang diturunkan dari induk kepada keturunannya tidak dapat dianalisis dengan cara Mendel yang
sederhana.
a.       EPISTASIS dan HIPOTASIS
Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi
pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang
ditutupi disebut hipostasis.
Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning.

P    :    hitam        x        kuning

HHkk                 hhKK

F1  :    HhKh = hitam                                        

Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter yang muncul
adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning hipostasis (ditutupi)
terhadap hitam.

P2        :    HhKk        x        HhKk

F2        :    9 H-K-    : hitam

3 H-kk    : hitam

3 hhK-    : kuning

1 hhkk    : putih

Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

b.      POLIMERI           
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi
karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan, maka sifat
karakternya makin kuat.

Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih

P    :    gandum berkulit merah    x         gandum berkulit putih

M1M1M2M2                             m1m1m2m2
F1     :   M1m1M2m2 = merah muda

P2    :    M1m1M2m2        x        M1m1M2m2

F2    :    9 M1- M2 -          : merah – merah tua sekali

3 M1- m2m2        : merah muda – merah tua

3 m1m1M2 -        : merah muda – merah tua

1        m1m1m2m2     : putih

Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama berpengaruh
terhadap warna merah gandum. Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna
gandum.

o 4M = merah tua sekali

o 3M = merah tua

o 2M = merah

o M = merah muda

o m = putih

Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh:

Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1


c.       KRIPTOMERI
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila
berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya.
Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel
berada bersama.

Contoh: persilangan Linaria maroccana

A    : ada anthosianin            B    : protoplasma basa

a    : tak ada anthosianin       b    : protoplasma tidak basa

P    :      merah          x        putih


 AAbb                     aaBB

F1    :    AaBb    = ungu     -     warna ungu muncul karena A dan B berada bersama

P2    :    AaBb        x        AaBb

F2    :    9 A-B-     : ungu

3 A-bb    : merah

3 aaB-    : putih

1 aabb   : putih

Rasio fenotif F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

d.      ATAVISME atau INTERAKSI ALEL


Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi antar gen
dominan maupun antar gen resesif Contoh: mengenai pial/jengger pada ayam

R-pp     : pial Ros/Gerigi                     rrP- : pial Pea/Biji

R-P-     : pial Walnut/Sumpel              rrpp : pial Single/Bilah

P    :    Ros        x        Pea

R-pp                rrP-

F1    :    RrPp    : Walnut

P2    :    RrPp    X RrPp

F2    :    9 R-P-    : Walnut

3 R-pp    : Ros

3 rrP-     : Pea

1 rrpp     : Single

Pada contoh di atas ada 2 karakter baru muncul:

                     Walnut : muncul karena interaksi 2 gen dominan


                     Singel : muncul karena interaksi 2 gen resesif
Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1
e.       KOMPLEMENTER
Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling melengkapi untuk
memunculkan suatu karakter.

Contoh: perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli

P    :    bisu tuli       x       bisu tuli

DDee                  ddEE

F1  :    DdEe = normal

D dan E berada bersama bekerjasama memunculkan karakter normal. Bila hanya memiliki salah
satu gen dominan D atau E saja, karakter yang muncul adalah bisu tuli.

P2    :    DdEe    X    DdEe

F2     :    9 D-E-    : normal

3 D-uu    : bisu tuli

3 ppE-    : bisu tuli

1 ppuu   : bisu tuli

f.       Tautan
            Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Tautan pada
kromosom tubuh disebut tautan autosomal atau tautan non-kelamin. Sedangkan tautan kelamin
disebut juga tautan seks.
Misal: AaBbCcDDee, gen A dan B saling bertautan. berapa kemungkinan gamet yang dapat
dibentuk?
kemungkinan gamet yang dapat dibentuk = jumlah kemungkinan gamet/jumlah gen yang tertaut.
f.1 Tautan Autosomal
      Tautan autosomal merupakan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama, tidak dapat
bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama. Penelitian mengenai tautan
dilakukan secara intensif oleh Thomas Hunt Morgan. Beliau adalah orang pertama yang
menghubungkan suatu gen tertentu dengan kromosom khusus. Bukti gen tertaut dapat ditemukan
pada Drosophila yang di testcross antara lalat buah yang dibedakan dalam dua karakter, yaitu
warna tubuh dan ukuran sayap.

f.2 Tautan Kelamin


Gen tertaut kelamin (sex linked genes) adalah gen yang terletak pada kromosom
kelamin dan sifat yang ditimbulkan gen ini diturunkan bersama dengan jenis kelamin.
Kromosom kelamin terdiri dari kromosom X dan kromosom Y. Perempuan memiliki susunan
XX dan laki-laki XY.
Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X
              Gen tertaut kromosom Y adalah gen yang terdapat pada kromosom Y
Dari setiap persilangan, anak jantan akan menerima kromosom X dari induk betinanya.
Sedangkan anak betina akan menerima kromosom X dari kedua induknya.

g.      Pindah Silang


                Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersama-sama pada saat
pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang tertaut tersebut dapat
mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen
suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Suatu organisasi dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat
homozigot terhadap alelnya. Sedangkan, satu dengan alel yang lainya, sebagai heterozigot. Pada
heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainya (dominasi) atau kedua
alel tersebut dapat berpengaruh terhadap fenotipenya (dominasi tak lengkap). Bilamana sel-sel
reproduktif (sperma atu telur) dipersiapkan, maka faktor-faktor itu berpisah dan disebarkan
sebagai unit-unit pada setiap gamet. Pernyataan ini sering disebut hukum mendel yang pertama,
hukum segregasi. Mendel menemukan bahwa pewarisan satu pasangan gen sama skali tidak
bergantung pada pewarisan pasangan lainya (hukum penilaian bebas). Bila kedua pasangan gen
yang bersangkutan terdapat pada kromosom-kromosom terpisah atau agak berjauhan pada
kromosom yang sama Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel.
Pewarisan poligenik atau faktor berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat sebagai
contoh: berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari satu ekstrem
kepada yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotipe diantara ektrem-
ekstremnya.
 

Anda mungkin juga menyukai