DISUSUN OLEH :
GOLONGAN I
KELOMPOK 10
1. TUJUAN
1.1 Mengetahui prinsip pemisahan dan identifikasi menggunakan Kromatografi Gas.
1.2 Mengetahui cara preparasi sampel yang akan dipisahkan dan diidentifikasi
menggunakan metode Kromatografi Gas.
1.3 Menetapkan kadar metanol dan etanol dari sampel arak bali menggunakan metode
Kromatografi Gas.
1.4 Untuk melakukan Quality Control (QC) terhadap sampel minuman beralkohol.
2. PRINSIP ANALISIS
Pemisahan dengan kromatografi gas dilakukan untuk pemisahan senyawa yang mudah
menguap dan stabil terhadap panas yang bermigrasi melalui kolom yang mangandung fase
diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya terhadap fase gerak
gas sebagai pembawa berdasarkan afinitas sampel terhadap kedua fase yaitu fase diam
berupa kolom dan fase gerak. Senyawa yang memiliki afinitas lebih tinggi ke fase gerak
akan tertahan lebih lama pada fase gerak sebelum menuju detector (Moffat et al., 2011).
Praktikum kali ini digunakan ionisasi nyala (FID) merupakan detektor yang paling
populer karena memiliki sensitifitas tinggi, serta responsif untuk melacak hamper semua
senyawa organic. FID adalah jenis detektor ion yang melacak gas yang terionisasi dan
electron yang dihasilkan selama pembakaran melewati suatu elektroda berbentuk silinder.
Elektroda mengatur arus dalam partikel yang terionisasi dan sebuah electrometer memonitor
arus ini untuk mendapatkan suatu ukuran konsentrasi komponen. FID berdasarkan prinsip
ionisasi dari suatu senyawa yang terbakar di daam nyala. Apabila konsentrasi senyawa yang
dibakar di dalam nyala semakin besar, maka ion-ion yang dihasilkan di dalam FID akan
semakin besar (Dean, 1995).
3. PERSIAPAN ALAT
Disiapkan alat Kromatografi Gas; disiapkan Kolom Kapiler; disiapkan fase diam
polietilenglikol, disiapkan Detektor FID; disiapkan Syringe, disiapkan alat Destilasi;
digunakan botol vial 10 mL; disiapkan pipet tetes; digunakan labu ukur 5 mL dan 10 mL;
digunakan pipet ukur 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 25 mL; disiapkan Bulb Filler; digunakan
thermometer.
4. PERSIAPAN BAHAN
a. Larutan Baku Etanol dan Metanol
2
4.1.1 Larutan Baku Etanol 100 %v/v
Bahan yang disiapkan untuk membuat larutan baku etanol 100%v/v
adalah etanol (p.a). Dalam praktikum ini diperlukan larutan baku etanol
100%v/v sebanyak 10 mL. Maka volume etanol (p.a). yang akan dipipet
adalah sebagai berikut:
Diketahui :
Konsentrasi Stok Etanol = 100%v/v
Konsentrasi Baku Etanol = 100%v/v
Volume baku = 10 mL
Ditanya : Volume stok yang dipipet?
Jawab :
V1 =
V1 = 0,5 mL
Jadi, volume larutan baku Etanol 100%v/v dipipet sebanyak 0,5 mL.
2) Larutan Seri Metanol 0,005%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
0,1 %v/v x V1 = 0,005%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 0,25 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,25 mL.
b. Pembuatan Larutan Seri Campuran II
1) Larutan Seri Etanol 20%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100%v/v x V1 = 20%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 1 mL
Jadi, volume larutan baku Etanol 100%v/v dipipet sebanyak 1 mL.
2) Larutan Seri Metanol 0,0075%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
0,1 %v/v x V1 = 0,0075%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 0,375 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,375 mL.
5
c. Pembuatan Larutan Seri Campuran III
V1 =
V1 = 1,5 mL
Jadi, volume larutan baku Etanol 100%v/v dipipet sebanyak 1,5 mL.
2) Larutan Seri Metanol 0,01%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
0,1 %v/v x V1 = 0,01%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 0,5 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,5 mL.
d. Pembuatan Larutan Seri Campuran IV
1) Larutan Seri Etanol 40%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100%v/v x V1 = 40%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 2 mL
Jadi, volume larutan baku Etanol 100%v/v dipipet sebanyak 2 mL.
2) Larutan Seri Metanol 0,0125%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
0,1 %v/v x V1 = 0,0125%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 0,625 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,625 mL.
e. Pembuatan Larutan Seri Campuran V
1) Larutan Seri Etanol 50%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100%v/v x V1 = 50%v/v x 5 mL
6
V1 =
V1 = 2,5 mL
Jadi, volume larutan baku Etanol 100%v/v dipipet sebanyak 2,5 mL.
2) Larutan Seri Metanol 0,015%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
0,1 %v/v x V1 = 0,015%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 0,75 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,75 mL.
4.1.5 Larutan Uji
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan uji berupa larutan
baku etanol 100% v/v dan larutan baku metanol 0,1% v/v. Dalam
praktikum ini diperlukan larutan uji dengan konsentrasi etanol 30% v/v
dan metanol 0,01% v/v sebanyak 25 mL. Maka volume larutan yang
digunakan sebanyak :
Diketahui :
Konsentrasi larutan baku etanol = 100%v/v
Konsentrasi larutan baku metanol = 0,1%v/v
Konsentrasi larutan uji: Etanol 30%v/v dan Metanol 0,01%v/v (BPOM,
2016).
Volume larutan uji yang dibuat = 5 mL
Ditanya : Volume larutan yang digunakan untuk larutan uji?
Jawab :
1) Larutan Uji Etanol 30%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100%v/v x V1 = 30%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 1,5 mL
7
Jadi, volume larutan baku Etanol 100%v/v dipipet sebanyak 1,5 mL.
2) Larutan Uji Metanol 0,01%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
0,1 %v/v x V1 = 0,01%v/v x 5 mL
V1 =
V1 = 0,5 mL
Jadi volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,5 mL.
5. PROSEDUR KERJA
5.1 Pembuatan Larutan Baku Etanol 100 %v/v
Dipipet 10 mL larutan stok Etanol 100%v/v berderajat pro analisis (p.a).
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberi label.
5.2 Pembuatan Larutan Standar Metanol 1%v/v
Dipipet 0,1 mL larutan stok Metanol 100%v/v berderajat pro analisis
(p.a). Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan water for
injection (WFI) hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen.
Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
5.3 Pembuatan Larutan Baku Metanol 0,1%v/v
Dipipet 1 mL larutan standar Metanol 1%v/v yang telah dibuat.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan water for injection
(WFI) hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen. Dimasukkan
ke dalam botol vial dan diberi label.
5.4 Pembuatan Larutan Seri Campuran Etanol dan Metanol
a. Seri I (Etanol 10%v/v dan Metanol 0,005%v/v)
Dipipet larutan baku Etanol 100%v/v sebanyak 0,5 mL lalu dimasukkan
ke dalam labu ukur 5 mL. Dipipet larutan baku Metanol 0,1%v/v sebanyak
0,25 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan
water for injection (WFI) hingga tanda batas kemudian digojog hingga
homogen. Larutan dipindahkan ke dalam botol vial dan diberi label.
b. Seri II (Etanol 20%v/v dan Metanol 0,0075%v/v)
Dipipet larutan baku Etanol 100%v/v sebanyak 1 mL lalu dimasukkan
ke dalam labu ukur 5 mL. Dipipet larutan baku Metanol 0,1%v/v sebanyak
8
0,375 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL yang sama.
Ditambahkan water for injection (WFI) hingga tanda batas kemudian
digojog hingga homogen. Larutan dipindahkan ke dalam botol vial dan
diberi label.
c. Seri III (Etanol 30%v/v dan Metanol 0,01%v/v)
Dipipet larutan baku Etanol 100%v/v sebanyak 1,5 mL lalu dimasukkan
ke dalam labu ukur 5 mL. Dipipet larutan baku Metanol 0,1%v/v sebanyak
0,5 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan
water for injection (WFI) hingga tanda batas kemudian digojog hingga
homogen. Larutan dipindahkan ke dalam botol vial dan diberi label.
d. Seri IV (Etanol 40%v/v dan Metanol 0,0125%v/v)
Dipipet larutan baku Etanol 100%v/v sebanyak 2 mL lalu dimasukkan
ke dalam labu ukur 5 mL. Dipipet larutan baku Metanol 0,1%v/v sebanyak
0,625 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL yang sama.
Ditambahkan water for injection (WFI) hingga tanda batas kemudian
digojog hingga homogen. Larutan dipindahkan ke dalam botol vial dan
diberi label.
e. Seri V (Etanol 50%v/v dan Metanol 0,015%v/v)
Dipipet larutan baku Etanol 100%v/v sebanyak 2,5 mL lalu ke dalam
labu ukur 5 mL. Dipipet larutan baku Metanol 0,1%v/v sebanyak 0,75 mL
lalu dimasukkan dalam labu ukur yang sama. Ditambahkan water for
injection (WFI) hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen.
Larutan dipindahkan ke dalam botol vial dan diberi label.
5.5 Pembuatan Larutan Uji
Dipipet larutan baku Etanol 100%v/v sebanyak 1,5 mL lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur 5 mL. Dipipet larutan baku Metanol 0,1%v/v sebanyak 0,5 mL lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan water for injection
(WFI) hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen. Larutan dipindahkan
ke dalam botol vial dan diberi label. Larutan uji kemudian didestilasi dengan
perlakuan yang sama dengan sampel.
5.6 Preparasi sampel
Dipipet arak bali sebanyak 25 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu alas
bulat yang telah berisi WFI (water for injection) sebanyak 25 mL. Atur suhu
sulingan hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan. Didestilasi hingga
9
diperoleh destilat lebih kurang 2 mL lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet.
Ditambahkan WFI secukupnya hingga volume sama dengan volume cairan uji
(Kemenkes RI, 2014). Suhu penyulingan yang digunakan yaitu 78oC karena etanol
memiliki titik didih 78OC (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan metanol memiliki titik
didih 64,5-65,5oC (Depkes RI, 1979).
5.7 Penetapan Kadar Etanol dan Metanol pada Sampel Arak Bali dengan Metode
Kromatografi Gas
1. Optimasi Kromatografi Gas
Sebelum melakukan pengukuran sampel dilakukan optimasi dan validasi
terhadap kondisi gas chromatography. Kondisi analisis disesuaikan dengan kondisi
operasi GC 6890 N yaitu suhu injektor 2500C, suhu detektor 3000C, dengan split
rasio 20. Suhu awal kolom 500C ditahan dua menit pada suhu tersebut, ditingkatkan
secara bertahap sebesar 100C/menit sampai suhu mencapai 2200C dan ditahan
selama lima menit. Laju alir dari kolom yang terpilih 0,7 mL/menit. Laju gas helium
40 mL/menit, laju alir nitrogen 50 mL/menit dan laju udara sebagai pengoksida 450
mL/menit (Astuti, 2018).
2. Pengukuran Larutan Seri
Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, ditunggu hingga
pada software muncul kata “ready”, kemudian pilih “run sequence”. Dipipet larutan
seri dari konsentrasi terendah ke konsentrasi terbesar dengan menggunakan
microliter syringe sebanyak 1 μL, pastikan tidak ada gelembung yang masuk dalam
syringe. Larutan dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan, dan ditekan
pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan secara perlahan-lahan pada
injektor. Ditekan tombol “start” pada instrument kromatografi gas. Ditunggu
beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software. Dibuat persamaan regresi
linier dan ditentukan nilai r2 (koefisien korelasi).
3. Pengukuran Larutan Uji
Setelah dipilih dan diperoleh kondisi kromatografi gas, larutan uji (campuran
metanol dan etanol) diinjeksikan ke dalam injektor Gas Chromatography sebanyak
1,0 μL. Diamati peak-peak nya dan dihitung konsentrasi dan percent recovery.
4. Penetapan kadar Sampel
Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, tunggu hingga
pada software muncul kata “ready”, kemudian pilih “run sequence”. Dipipet larutan
sampel dengan menggunakan microliter syringe sebanyak 1 μL, pastikan tidak ada
10
gelembung udara yang masuk dalam syringe. Larutan dimasukkan tegak lurus pada
injector secara perlahan-lahan. Ditekan pilihan “start” pada software, larutan
diinjeksikan perlahan-lahan pada injector. Ditekan tombol “start” pada instrument
kromatografi gas. Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software.
5. Coolling Gas Cromatography
Dilakukan Coolling pada perangkat GC dengan cara mengatur suhu semua
komponen GC (injektor, kolom dan detektor) menjadi 30ºC pada File template.
6. SKEMA KERJA
11
6.4 Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol dengan Berbagai
Konsentrasi
a. Larutan Seri I (Etanol 10% v/v dan Metanol 0,005% v/v)
Dipipet larutan baku etanol 100% v/v sebanyak 0,5 mL dan larutan baku
metanol 0,1% v/v sebanyak 0,25 mL ke dalam labu ukur 5 mL
c. Larutan Seri III (Etanol 30% v/v dan Metanol 0,01% v/v)
Dipipet larutan baku etanol 100% v/v sebanyak 1,5 mL dan larutan baku
metanol 0,1% v/v sebanyak 0,5 mL ke dalam labu ukur 5 mL
12
Ditambahkan WFI hingga tanda batas lalu digojog hingga homogen
Dipipet larutan baku etanol 100% v/v sebanyak 2,5 mL dan larutan baku
metanol 0,1% v/v sebanyak 0,75 mL ke dalam labu ukur 5 mL
Dipipet larutan baku etanol 100% v/v sebanyak 1,5 mL dan larutan baku
metanol 1% v/v 0,5 mL. Dimasukkan ke labu ukur 5 mL yang sama
Diatur suhu sulingan hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan.
Didestilasi hingga diperoleh destilat lebih kurang 2 mL lebih kecil dari
volume cairan uji yang dipipet.
13
Ditambahkan WFI secukupnya hingga volume sama dengan volume cairan
uji
Suhu penyulingan yang digunakan yaitu 78oC karena etanol memiliki titik
didih 78oC .Sedangkan metanol memiliki titik didih 64,5-65,5oC
6.7 Penetapan Kadar Etanol dan Metanol pada Sampel Arak Bali dengan
Kromatografi Gas
a. Optimasi Kromatografi Gas
Sebelum melakukan pengukuran sampel dilakukan optimasi dan validasi
terhadap kondisi gas chromatography
Suhu awal kolom 500C ditahan dua menit pada suhu tersebut, ditingkatkan
secara bertahap sebesar 100C/menit sampai suhu mencapai 2200C dan
ditahan selama lima menit. Laju alir dari kolom yang terpilih 0,7
mL/menit. Laju gas helium 40 mL/menit, laju alir nitrogen 50 mL/menit
dan laju udara sebagai pengoksida 450 mL/menit
14
Lalu dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan, dan ditekan
pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan perlahan-lahan pada
injektor
15
`e. Coolling Gas Cromatography
7. HASIL PENGAMATAN
7.1 Data Hasil Larutan Seri Metanol
Konsentrasi
No. Nama Larutan AUC tR (Menit)
(% v/v)
1 Seri 1 0.005 9896433 1.9
2 Seri 2 0.0075 16913123 2
3 Seri 3 0.01 22107565 1.8
4 Seri 4 0.0125 27656765 2.1
5 Seri 5 0.015 32011321 2.2
20000000
AUC
15000000
Series1
10000000 Linear (Series1)
5000000
0
0 0.005 0.01 0.015
Konsentrasi
300000000
Linear (Series1)
200000000
100000000
0
0 20 40 60
Konsentrasi
Gambar 2. Gambar Kurva Kalibrasi Larutan Seri Etanol
8. PERHITUNGAN HASIL
8.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Metanol
Pembuatan kurva kalibrasi metanol menggunakan 3 data yaitu seri 2,3 dan 4.
Sehingga didapatkan persamaan regresi linier sebagai berikut :
r = 0,9998183264
17
a = 738533,6667
b = 2148728400
y = 2148728400 x + 738533,6667
Interpretasi : Validasi metode linieritas diterima karena koefisien korelasi r ≥ 0,98
(Kemenkes RI, 2014)
8.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etanol
Pembuatan kurva kalibrasi etanol menggunakan hubungan antara nilai AUC
masing-masing konsentrasi seri etanol dengan konsentrasi seri etanol. Sehingga
didapatkan persamaan regresi linier sebagai berikut :
r =1
a = 11124024.20
b = 9605407.86
y = 9605407.86x + 11124024.20
Interpretasi : Validasi metode linieritas diterima karena koefisien korelasi r ≥ 0,98
(Kemenkes RI, 2014).
8.3 Perhitungan LOD dan LOQ Metanol
Diketahui : Konsentrasi seri 2 = 0,0075 % v/v
Konsentrasi seri 3 = 0,01 % v/v
Konsentrasi seri 4 = 0,0125 % v/v
AUC seri 2 = 16913123
AUC seri 3 = 22107565
AUC seri 4 = 27656765
y = 2148728400 x + 738533,6667
Ditanya : Nilai LOD dan LOQ Metanol ?
Jawab :
- Seri 2
y = 2148728400 x + 738533,6667
y’ = 2148728400 (0,0075) + 738533,6667
= 16853996,67
- Seri 3
y = 2148728400 x + 738533,6667
y’ = 2148728400 (0,01) + 738533,6667
= 22225817,67
- Seri 4
18
y = 2148728400 x + 738533,6667
y’ = 2148728400 (0,0125) + 738533,6667
= 27597638,67
a. Simpangan Baku Residual
C (% Y y” (y-y”)2
v/v)
0,0075 16913123 16853996,67 3495922899
0,01 22107565 22225817,67 1,3983 x 1010
0,0125 27656765 27597638,67 3495922899
Σ (y-y’)2 2,0975 x 1010
Ʃ (y-y")2
Sy/x =√
n-2
2,0975 x 1010
Sy/x =√
3-2
Sy/x = 144827,4836 %v/v
Sy
3X
x
b. LOD = b
3 x 144827,4836
= 2148728400
19
AUC seri 5 = 490465547
r =1
y = 9605407.86x + 11124024.20
Ditanya : Nilai LOD dan LOQ Etanol?
Jawab :
- AUC Seri 1
y = 9605407.86x + 11124024.20
y” = 9605407.86(10) + 11124024.20
= 107178102.8
- AUC Seri 2
y = 9605407.86x + 11124024.20
y” = 9605407.86(20) + 11124024.20
= 203232181.4
- AUC Seri 3
y = 9605407.86x + 11124024.20
y” = 9605407.86(30) + 11124024.20
= 299286260
- AUC Seri 4
y = 9605407.86x + 11124024.20
y” = 9605407.86(40) + 11124024.20
= 395340338.6
- AUC Seri 5
y = 9605407.86x + 11124024.20
y” = 9605407.86(50) + 11124024.20
= 491394417.2
- Simpangan Baku Residual
C (%
y y” (y-y”)2
v/v)
10 112160689 107178102.8 24826165240430.50
20 192561141 203232181.4 113871103218432.00
30 304751712 299286260 29871165564304.00
40 396492211 395340338.6 1326810025881.71
50 490465547 491394417.2 862799848448.02
Σ (y-y”)2 170758043897496.00
20
Ditanya : Nilai Simpangan Baku (Sy/x ) ?
Jawab :
Ʃ (y-y")2
Sy/x =√ n-2
170758043897496.00
Sy/x =√ 5-2
Sy/x = 7544491,233
- LOD
3 Sy / x
LOD =
Slope (b)
3 × 7544491,233
LOD = 9605407.86
SD
RSD = x 100%
x̅
3,6632 x 10-5
= x100%
9,9243 x 10-3
= 3,6911 x 10-5
kadar terukur
% recovery = kadar sebenarnya x 100 %
9,9243 x 10−3
= x 100 %
0,01
= 99,243 %
Interpretasi : Berdasarkan nilai perolehan kembali (% Recovery) rata-rata
larutan uji methanol yaitu 99,243%, maka metode yang digunakan sudah valid,
karena berada pada rentang yang telah ditetapi Farmakope Indonesia edisi V yiatu
95-105 %. Berdasarkan nilai RSD yaitu 3,6911 x 10-5%, maka metode yang
digunakan sudah valid, karena nilai RSD yang didapat kurang dari 2%.
22
8.6 Perhitungan Kadar Larutan Uji Etanol
Diketahui : AUC Uji 1 = 305665634
AUC Uji 2 = 303755764
AUC Uji 3 = 305067855
y = 9605407.86x + 11124024.20
Kadar sebenarnya = 30 % v/v
Ditanya : Kadar larutan uji etanol ?
Jawab :
- Kadar Larutan Uji 1
y = 9605407.86x + 11124024.20
305665634 = 9605407.86x + 11124024.20
x = 30,664 % v/v
- Kadar Larutan Uji 2
y = 9605407.86x + 11124024.20
303755764 = 9605407.86x + 11124024.20
x = 30,465 % v/v
- Kadar Larutan Uji 3
y = 9605407.86x + 11124024.20
305067855 = 9605407.86x + 11124024.20
x = 30,602 % v/v
- Kadar Rata-Rata Larutan Uji
Xa + Xb + Xc
Kadar rata-rata = 3
30,664 % v/v+ 30,465 % v/v+30,602 % v/v
= 3
= 30,577 % v/v
- Perolehan Kembali Rata-Rata Larutan Uji
30,577% v/v
% Recovery = = 101,923 %
30%𝑣/𝑣
23
∑ (x-x̅ )2 0.020738
SD =√ = √ = 0.1018
n-1 2
SD
RSD = x 100%
x̅
0,1018
=30,577 𝑥 100%
= 0,333 %
Interpretasi : Berdasarkan validasi metode akurasi diperoleh persen
recovery diantara 95%-105% maka validasi metode sudah valid.
Berdasarkan validasi metode presisi diperoleh %RSD yaitu 0,333% atau
kurang dari 2% sehingga validasi metode sudah valid.
8.7 Perhitungan Kadar Sampel
Diketahui : AUC sampel Metanol = 2978921
AUC sampel Etanol = 445775461
Regresi linier Metanol = 2148728400 x + 738533,6667
Regresi linier Etanol = 9605407.86x + 11124024.20
Ditanya: Kadar metanol dan etanol dalam minuman arak bali ?
Jawab :
- Kadar Metanol dalam Sampel
y = 2148728400 x + 738533,6667
2978921 = 2148728400 x + 738533,6667
x = 0,00695 % v/v
- Kadar Etanol dalam Sampel
y = 9605407.86x + 11124024.20
445775461 = 9605407.86x + 11124024.20
x = 30,674 % v/v
9. PEMBAHASAN
Praktikum analisis farmasi kali ini bertujuan untuk melakukan Quality Control (QC)
sampel minuman arak bali untuk mengetahui kadar etanol dan metanol apakah sesuai
dengan yang ditetapkan untuk menghindari penyalahgunaan sehingga menentukan
kelayakan konsumsi dimana kadar etanol yang masih diizinkan adalah tidak kurang dari
30% v/v dan kadar metanol yang masih diizinkan tidak lebih dari 0,01% v/v (Suaniti dkk.,
2012). Apabila jumlah metanol masuk ke dalam tubuh lebih dari batas yang telah
ditentukan akan menimbulkan toksisitas dan akan menyebabkan metabolisme asidosis
metabolitnya yaitu formaldehid dan asam format yang menyebabkan kerusakan pada hati.
24
Formaldehid dan asam format merupakan senyawa yang bersifat asam. Di dalam tubuh,
metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh.
Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). (BPOM RI,
2010).
Penetapan kadar etanol dan pengotor etanol yang terdapat di dalam sampel Arak Bali
menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, penetapan kadar etanol dapat dilakukan dengan
dua metode yaitu metode dengan cara destilasi dan cara kromatografi gas cair (Depkes RI,
1995). Penetapan kadar etanol dan metanol dalam praktikum ini dilakukan melalui dua
tahap dimana tahap pertama yaitu preparasi sampel dengan metode destilasi untuk
memisahkan etanol dan metanol dengan kandungan lain yang terdapat dalam sampel arak
bali dan langkah kedua yaitu penetapan kadar etanol dan metanol dengan menggunakan
kromatografi gas. Menurut Ganjar dan Rohman (2007) prinsip kromatografi Gas yaitu
teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap dan stabil terhadap panas
bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang
tergantung pada rasio distribusinya. Alasan pemilihan metode kromatografi gas ini
dikarenakan dapat memisahkan dan mengidentifikasi suatu senyawa organik yang mudah
menguap serta dapat melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa pada suatu
campuran dalam waktu singkat (Winarno, 2002). Penetapan kadar etanol dan metanol
dalam sampel minuman Arak Bali pada praktikum kali ini dilakukan dengan
menggunakan GC-FID (Gas Cromatography - Flame Ionization Detector). GC-FID
merupakan suatu metode analisis kromatografi gas yang menggunakan detektor FID
(Flame Ionization Detector). Pada detektor FID ini, senyawa organik (sampel) apabila
dibakar akan terurai menjadi pecahan sederhana bermuatan positif yang biasanya terdiri
atas satu karbon (C+). Sampel yang dibawa oleh gas pembawa mengalir ke dalam nyala
dan diuraikan menjadi ion. Ion ini akan meningkatkan daya hantar dan karenanya akan
meningkatkan arus listrik yang mengalir di dua elektrode (Gandjar dan Rohman, 2007).
Analisa sampel dengan menggunakan metode kromatografi gas harus dilakukan
preparasi sampel dengan metode destilasi karena alat kromatografi gas yang sangat sensitif
dan mudah rusak apabila langsung dimasukkan oleh sampel arak bali yang masih
mengandung banyak matriks didalamnya. Metode ini dipilih karena analit yaitu etanol dan
metanol memiliki kemampuan mudah menguap. Selain itu pemilihan preparasi sampel
menggunakan destilasi juga untuk memisahkan etanol dan metanol dari komponen-
komponen lainnya seperti gula, air, dan zat pengotor lainnnya. Prinsip destilasi adalah
25
perbedaan titik didih dimana yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu (Sudjadi, 1986).
Larutan yang dibuat yaitu larutan baku, larutan seri dan larutan uji. Larutan baku
digunakan untuk membuat larutan uji dan larutan seri yang terdiri dari berbagai variasi
kosentrasi. Larutan seri berfungsi untuk menentukan persamaan regresi linier yang akan
digunakan untuk menentukan kadar sampel, membuat kurva baku yang menentukan
validasi metode linearitas dan penghitungan kadar sampel; penentu nilai batas deteksi
(LOD) dan batas untuk ditentukan kadarnya (LOQ). Sementara, larutan uji digunakan
untuk menentukan akurasi metode yang dilakukan dengan menentukan nilai persen
perolehan kembali atau nilai % recovery. Pembuatan larutan seri etanol dan larutan seri
metanol dengan berbagai macam konsentrasi didasarkan atas rentang perkiraan kadar
etanol dan metanol yang terdapat dalam sampel yaitu 50-150 % dari larutan sampel.
Pembuatan larutan seri ini bertujuan agar kurva yang didapatkan membentuk suatu garis
linear dengan persamaan y = bx + a sehingga diperoleh linearitas yang baik dalam
menentukan validitas suatu metode yang digunakan. Melalui kurva kalibrasi akan dapat
diketahui kadar etanol dan metanol yang terkandung dalam sampel arak bali (Gandjar dan
Rohman, 2007). Pembuatan larutan dalam praktikum ini digunakan campuran metanol,
etanol, dan aquadest. Larutan baku, larutan seri, dan larutan uji seharusnya menggunakan
pelarut WFI (Water for Injection). Menurut USP 1995, WFI adalah air yang telah
dimurnikan dengan destilasi atau reverse osmosis dan tidak mengandung substansi
tambahan. Dibandingkan dengan akuades, WFI memiliki kemurnian yang lebih tinggi
sehingga dalam analisis dengan menggunakan kromatografi gas tidak akan mengganggu
pemisahan dan merusak kolom kromatografi gas.
Tahap preparasi sampel dengan menggunakan destilasi dengan tujuan untuk
memisahkan etanol dan metanol dari komponen-komponen lainnya seperti gula, air, dan
zat pengotor lainnnya sehingga pemisahan yang terjadi lebih optimal serta untuk
memurnikan suatu sampel yang akan di uji dengan destilat yang akan disaring dengan
mikrofilter untuk menghilangkan pengotor yang ada pada destilat hingga terlihat lebih
jernih. Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan
bila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan titik didih cukup tinggi dan perbedaan
tekanan uap. Senyawa dengan titik didih paling rendah akan menguap terlebih dahulu
daripada komponen dengan titik didih yang lebih tinggi. Suhu pemanasan pada saat
destilasi disesuaikan dengan titik didih senyawa yang akan didestilasi. Suhu yang
26
digunakan digunakan adalah titik didih etanol yang memiliki titik didih lebih besar
daripada metanol yaitu 78,4ºC dimana titik didih metanol yaitu sebesar 64-65oC. Hal ini
bertujuan untuk menjamin agar kedua senyawa yang diinginkan dapat menguap dan
mengembun melalui kondensor sehingga diperoleh destilat berupa etanol dan metanol
(Depkes RI, 1995). Etanol yang telah menguap tersebut akan menuju ke kondensor yang
berfungsi untuk mengkondensasi uap menjadi titik-titik air yang kemudian akan
tertampung dalam labu alas bulat sebagai suatu destilat. Destilat disaring dengan
menggunakan mikrofilter bertujuan untuk menghilangkan zat yang bertindak sebagai
pengotor yang dapat menggangu pemisahan pada kolom kromatografi gas. Destilasi
dilakukan dengan memipet 25 mL sampel minuman, kemudian ditambahkan dengan 25
mL WFI dan didestilasi hingga diperoleh volume destilat sebanyak 12,5 mL. Destilasi
dapat dihentikan pada volume destilat maksimal sebanyak 12,5 mL karena diasumsikan
bahwa pada volume tersebut senyawa metanol dan etanol sudah tertampung dalam labu
destilat dimana menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indoensia, arak
Bali termasuk pada minuman beralkohol golongan C yang kadar alkoholnya 37-50%
sehingga dari 25 mL sampel minuman arak yang akan didestilasi, diasumsikan bahwa 50%
dari sampel tersebut adalah kandungan alkohol (metanol dan etanol). Tujuan dilakukan
penambahan aquadest yang fungsinya digantikan dengan WFI adalah untuk menjaga
volume di dalam labu agar tidak terjadi kekosongan akibat menguapnya sampel yang dapat
menyebabkan labu tersebut pecah (BPOM RI, 2016).
Penetapan kadar etanol dan metanol dalam arak Bali, menggunakan instrument
kromatografi gas dengan gas pembawa yang digunakan adalah helium. Sedangkan gas
pembakar yang digunakan adalah hidrogen. Gas pembakar ini berfungsi untuk membakar
sampel sehingga akan terurai menjadi ion yang dapat meningkatkan daya hantar dan arus
listrik diantara dua elektroda. Sedangkan helium merupakan gas pembawa yang berfungsi
untuk membawa sampel menuju ke kolom. Kolom yang digunakan yaitu kolom kapiler
yang didalamnya mengandung fase diam yang bersifat polar yaitu polietilenglikol yang
berbentuk semipadat. Kolom kapiler lebih dipilih dalam metode kromatografi gas karena
memiliki resolusi yang tinggi dan memiliki kemampuan memberikan harga jumlah
lempeng teori (N) yang besar (>300.000 lempeng) (Gandjar dan Rohman, 2007)
Proses analisis dengan kromatografi gas dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
pengkondisian (conditioning), analisis, dan pendinginan (cooling). Proses conditioning
dikatakan selesai setelah muncul tampilan steam ready pada layer komputer. Proses
conditioning dilakukan untuk mengkondisikan instrumen dalam kromatografi gas sesuai
27
yang diharapkan untuk proses analisis. Selain itu, fungsi dari conditioning adalah untuk
menghilangkan sisa-sisa sampel yang mungkin masih ada dari analisis sebelumnya
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Kondisi analisis yang dipergunakan yaitu suhu injektor 250°C, suhu detektor 300°C,
dengan split rasio 20. Suhu awal kolom 50°C ditahan dua menit pada suhu tersebut,
ditingkatkan secara bertahap sebesar 10°C/menit sampai suhu mencapai 220°C dan
ditahan selama lima menit. Suhu pada sistem injeksi, kolom, dan detektor harus tetap
dijaga agar tidak mengalami penurunan pada saat pemisahan, karena selain dapat
mengganggu proses pemisahan, hal ini juga dapat merusak alat kromatografi. Pemisahan
dengan suhu terprogram mampu meningkatkan resolusi komponen-komponen dalam
suatu campuran yang mempunyai titik didih pada kisaran yang luas serta mampu
mempercepat keseluruhan waktu analisis, karena senyawa-senyawa dengan titik didih
tinggi akan terelusi dengan cepat (Gandjar dan Rohman, 2007). Suhu kolom lebih kecil
dari suhu injektor dan suhu injektor lebih kecil dari suhu detektor. Suhu injektor harus
cukup tinggi untuk menguapkan analit dengan cepat sehingga tidak menghilangkan
keefisienan yang disebabkan oleh cara penyuntikan. Sebaliknya, suhu kolom harus lebih
rendah rendah untuk mencegah peruraian akibat panas. Suhu detektor minimal harus
125°C agar cuplikan tidak mengembun yang mengakibatkan FID berkarat atau kehilangan
sensitifitasnya. Adanya pelebaran peak dan menghilangnya peak komponen merupakan
ciri khas pengembunan (Rizalina, dkk, 2018).
Pemisahan sampel menggunakan metode GC yakni langkah pertama yang dilakukan
menyuntikan larutan seri, uji dan sampel pada ruang suntik secara bergantian dengan
menggunakan micro syringe yang mana sampel yang berupa cair tersebut akan diubah
dalam bentuk gas dan terbawa oleh gas pembawa. Kemudian, tiap senyawa dalam sampel
akan berinteraksi dengan fase diam dalam kolom yang akan menghasilkan waktu retensi
yang berbeda untuk tiap senyawa. Pada proses inilah terjadinya proses pemisahan. Gas
pembawa yang mengandung analit yang telah keluar akan masuk ke detektor. Pada
detektor sinyal gas pembawa yang mengandung komponen-komponen tertentu akan
diubah menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik ini akan dikuatkan oleh amplifier
sehingga dapat dibaca pada komputer. Komputer akan menampilkan kromatogram dan
informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna. Dari sinilah diperoleh
data waktu retensi, spektrum, dan AUC sampel sehingga dapat menetapkan kadar analit
dalam sampel. Jumlah komponen yang ada dalam suatu sampel akan terlihat dari jumlah
peak yang dihasilkan. Setiap peak akan menghasilkan nilai AUC tersendiri (Gandjar dan
28
Rohman, 2007). Pada tahap terakhir adalah proses cooling. Pada proses ini terjadi
penurunan suhu instrumen kromatografi gas secara bertahap setelah proses analisis selesai.
Hal ini dilakukan untuk pemeliharaan alat agar dapat digunakan kedepannya serta
mencegah kerusakan pada alat.
Diperoleh nilai AUC tiap komponen dalam larutan seri yang digunakan pada analisis
metanol dan etanol dalam sampel minuman arak bali adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Larutan Seri Metanol.
1 Seri 1 3 10 112160689
2 Seri 2 3.4 20 192561141
3 Seri 3 3.2 30 304751712
4 Seri 4 3.1 40 396492211
5 Seri 5 3.2 50 490465547
Dengan metode kromatografi gas terhadap pemisahan sampel arak bali didapatkan
hasil yaitu AUC pada tiap konsentrasi yang dibuat. Dari hubungan antara kosentrasi dan
AUC diperpleh persamaan regresi linear. Data yang diperoleh dibuat persamaan regresi
linier y=bx + a, koefisien determinasinya. r2 ≥ 0,95 maka metode tersebut memenuhi
parameter linieritas (Astuti, dkk, 2018). Dipilih beberapa konsentrasi seri untuk membuat
kurva kalibrasi, digunakan 3 larutan seri yaitu, seri 2, seri 3, dan seri 4 untuk seri metanol
dan untuk seri etanol digunakan 5 larutan seri yaitu, seri 1, seri 2, seri 3, seri 4, dan seri 5.
Bedasarkan perhitungan, didapat data AUC metanol dan etanol dari kurva kalibrasi
tersebut dengan persamaan regresi liniernya untuk metanol yaitu y = = 2148728400 x +
738533,6667; dimana y = AUC dan x = kadar (%) dengan nilai koefisien regresi linier (r2)
= 0,9998183264. Pada seri etanol, diperoleh persamaan regresi yang diperoleh dari kurva
kalibrasi adalah y = 9605407.86x + 11124024.20; dengan nilai koefisien regresi linier (r2)
29
= 1. Sehingga sudah memenuhi syarat validasi metode linieritas karena mendekati 1
(Kemenkes RI, 2014).
15000000
Series1
10000000
Linear (Series1)
5000000
0
0 0.005 0.01 0.015
Konsentrasi
300000000
Linear (Series1)
200000000
100000000
0
0 20 40 60
Konsentrasi
30
LOD dan LOQ etanol sebesar 2,356 % v/v dan 7,854 v/v. Dilihat dari nilai LOD dan LOQ
yang diperoleh maka kadar terendah sampel etanol yang dapat dideteksi dan dapat
dikuantifikasi adalah sebesar 2,356 % v/v dan 7,854 v/v. LOQ metanol diperoleh sebesar
6,7401 x 10-4 % v/v. Dilihat dari nilai LOQ yang diperoleh maka kadar terendah sampel
metanol yang dapat dideteksi dan dapat dikuantifikasi adalah 6,7401 x 10-4% v/v.
Parameter akurasi ini menggunakan tiga larutan uji konsentrasi sama sebagai acuan
untuk mendapatkan parameter akurasi karena larutan uji sudah diketahui kadarnya
sehingga diuji kembali apakah kadar yang didapat sesuai dengan kadar yang dibuat
(akurat). Menurut Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2016 tentang “Standar
Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol” bahwa pada sampel arak kadar etanol tidak
kurang dari 30% v/v dan kadar metanol tidak lebih dari 0,01% v/v (BPOM RI, 2016).
Parameter ini dinyatakan dalam persentase recovery atau perolehan kembali. Larutan uji
yang digunakan yaitu tiga larutan etanol konsentrasi 30% dan tiga larutan metanol
konsentrasi 0,01%. Ratarata persentase recovery yang didapat dari larutan uji etanol yaitu
108,3333 % dan larutan uji metanol yaitu 99,243%. Dilihat dari kedua persentase larutan
uji, parameter akurasi dari larutan uji etanol lebih akurat daripada larutan uji metanol
karena persentase recovery larutan uji etanol lebih dari 100%. Karena persentase
perolehan kembali yang diperoleh berada pada rentang 95%-105%, maka validasi metode
parameter akurasi sudah valid (Kemenkes RI, 2014).
Parameter presisi atau keterulangan dihitung dari tiga larutan uji yang dideteksi
apakah menghasilkan data yang terulang dengan baik atau tidak. Larutan uji etanol yang
dipakai untuk parameter presisi yaitu tiga larutan uji konsentrasi 30% dan larutan uji
metanol yaitu tiga larutan uji konsentrasi 0,01%. Nilai RSD yang diperoleh dari larutan
uji etanol yaitu 0,333 % dan metanol yaitu 3,6911 x 10-5 yang artinya parameter presisi
dapat diterima karena nilai RSD berapa dibawah persyaratan yaitu harus dibawah 2%,
tetapi nilai RSD uji etanol tidak valid dikarenakan diatas persyaratan yang harus dibawah
2% (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kadar metanol dalam arak Bali setelah dianalisis menggunakan kromatografi gas
diperoleh kadar sebesar 0,00695 % v/v. Sedangkan kadar etanol yang diperoleh sebesar
30,674 % v/v. Persyaratan kadar metanol tidak lebih dari 0,01% v/v, dan kadar etanol tidak
kurang dari 30% v/v, dihitung terhadap volume produk. Sehingga sampel arak
mengandung etanol dan metanol yang diuji sudah memenuhi persyaratan BPOM dan aman
untuk dikonsumsi. Etanol dimetabolisme oleh enzim alkohol dehidrogenase atau ADH
menjadi asetaldehid yang bersifat toksik, karsinogenik, sangat reaktif, dan menyebabkan
31
kecanduan. Etanol bila dikonsumsi dalam jumlah kecil (kurang dari 15% kalori dalam
makanan) digunakan secara efisien untuk menghasilkan ATP (Zakhari, 2006). Sedangkan
metanol dimetabolisme di dalam organ hepar dimana jalur terakahir yaitu metanol akan
berubah menjadi formaldehid. Kemudian enzim aldehid dehydrogenase memetabolisme
formaldehid menjadi asam format. Asam format yang selain dapat menyebabkan asidosis
metabolik juga dapat menyebabkan kebutaan permanen (Darmono,2006).
10. KESIMPULAN
1) Metode kromatografi gas didasarkan pada prinsip teknik pemisahan yang mana
solut-solut yang mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui
kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung
pada rasio distribusinya.
2) Praktikum ini adalah metode destilasi. Prinsip pemisahan dari destilasi adalah
berdasarkan perbedaan titik didih dan tekanan uap dari sampel yang akan
dipisahkan.
3) Kadar metanol yang diperoleh melalui analisis kuantitatif dengan metode GC
untuk metanol sebesar 0,00695% v/v, dan untuk etanol sebesar 30,674% v/v.
Analisis ini memenuhi validasi metode linearitas, LOD, LOQ, akurasi, dan
presisi untuk kedua jenis senyawa yaitu metanol dan etanol.
4) Berdasarkan kadar metanol dan etanol yang diperoleh dapat dilakukan quality
control terhadap arak bali, yang mana kadar etanol yang masih diizinkan adalah
tidak kurang dari 30% v/v dan kadar metanol yang masih diizinkan tidak lebih
dari 0,01% v/v (BPOM, 2016). Kadar metanol dalam arak Bali setelah
dianalisis menggunakan kromatografi gas diperoleh kadar sebesar 0,00695%,.
Sedangkan kadar etanol yang diperoleh sebesar 30,674% v/v. Persyaratan
kadar metanol tidak lebih dari 0,01% v/v, dan kadar etanol tidak kurang dari
30% v/v, dihitung terhadap volume produk. Sehinga sampel arak mengandung
etanol dan metanol yang analisis sudah memenuhi persyaratan BPOM dan
aman untuk dikonsumsi.
32
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, W., N. M. Suaniti, dan I. G. Mustika. 2018. Validasi Metode Dalam Penentuan
Kadar Etanol Pada Arak Dengan Menggunakan Kromatografi Gas Detektor Ionisasi
Nyala. Jurnal Kimia. 11 (2) : 128-133.
BPOM RI. 2010. Siker Informasi Keracunan (SIKer) Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan Untuk Rumah Sakit. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
BPOM, RI. 2016. Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol. Jakarta: Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Darmono. 2006. Toksikologi Narkoba Dan Alkohol Pengaruh Neorotoksisitasnya Pada
Saraf Otak. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
Dean, J. 1995. Analytical Chemistry Handbook. New York : Mcgraw-Hill, Inc.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kemenkes, RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Moffat, A. C., David, O., and Brian, W.. 2011. Clarke’s Analysis of Drug and Poisons.
Noida: Pharmaceutical Press.
Suaniti,N.M.,dkk. 2012. Deteksi Etanol Setelah Konsumsi Arak Dalam Urin Dengan Gas
Chromatography.Jurnal Kimia. 6(2): 123-126.
USP. 1995. The United States Pharmacopeia Convention. USA : Twinbrook Park Way
Rockville.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zakhari, S. 2006. Overview: how is alcohol metabolized by the body ?. Bethesda: National
Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA).
33
17