Anda di halaman 1dari 2

Kaidah dan Faidah dari Kitab At Tadmuriyah karya

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


1. Kewajiban hamba adalah menetapkan untuk Allah apa yang wajib ditetapkan berupa sifat-
sifat yang sempurna. Dan meniadakan dariNya apa yang wajib ditiadakan berupa sifat yang
kurang. Dan dalam hukum-hukumNya seorang hamba wajib menetapkan penciptaan dan
perintahNya, ia wajib beriman kepada ciptaanNya yang mengandung kesempurnaan takdir dan
kehendakNya. Dan ia menetapkan perintahNya yang mengandung penjelasan apa yang Allah
cintai dan ridlai berupa perkataan dan perbuatan. Wajib beriman kepada syari'at dan qadarNya
dengan keimanan yang selamat dari penyimpangan, dan ini mengandung tauhid dalam ibadah
kepadaNya saja.

2. Allah mengutus Rasul-rasulNya dengan membawa penetapan terperinci dan peniadaan yang
global, artinya mereka menetapkan sifat-sifat Allah secara terperinci dan meniadakan sifat-sifat
yang tidak layak bagiNya (secara global), berupa tasybih dan tamtsil (menyerupakan Allah
dengan makhlukNya).

3. Pembicaraan masalah sifat sama dengan pembicaraan masalah Dzat, sebagaimana Dzat Allah
tidak serupa dengan dzat apapun, demikian pula sifatNya. Karena Allah tidak serupa dengan
apapun dalam dzat, nama, sifat dan perbuatanNya. (Sebagai bantahan terhadap jahmiyah dan
mu'tazilah yang menolak sifat Allah).

4. Pembicaraan tentang sebagian sifat sama dengan sifat lainnya.

Penjelasan:
Ini sebagai bantahan untuk kaum asy 'ariyah yang hanya menetapkan 20 sifat dan menolak sifat
lainnya seperti marah, ridla dsb.
Kita katakan kepada mereka: mengapa kalian menolak sifat marah?

Jawab mereka: karena marah adalah bergolaknya darah di hati, dan ini adalah sifat makhluk.

Kita katakan: bukankah kalian menetapkan sifat iradah? Padahal iradah adalah sifat makhluk
juga?

Jawab mereka: iradah yang kami tetapkan sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama
dengan iradah makhluk.

Kita katakan: demikian pula kami menetapkan marah yang sesuai dengan keagungan Allah, dan
tidak sama dengan marahnya makhluk, karena penetapan sebagian sifat adalah sama dengan
sifat lainnya.

5. Para imam salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka mengimani apa yang Allah
kabarkan tentang diriNya dan tentang hari akhirat, disertai keyakinan mereka perbedaan yang
jelas antara apa yang ada di dunia dan apa yang ada di akhirat, maka perbedaan Allah dengan
makhlukNya lebih besar lagi.

Syarah.
Maksudnya bahwa di surga ada nama-nama seperti di dunia, seperti ada pisang, delima, dan
kesenangan lainnya. Namun hakikatnya berbeda, walaupun namanya sama yaitu sama-sama
bernama pisang, namun bentuk dan rasanya jauh berbeda. Delima di dunia amat berbeda
hakikatnya dengan delima di surga, walaupun namanya sama.

Maka perbedaan Allah dengan makhlukNya dari jenis ini bahkan lebih besar lagi, seperti
disebutkan bahwa Allah punya tangan, dan manusia pun punya tangan, namun hakikat tangan
Allah sangat jauh berbeda dengan hakikat tangan manusia, walaupun sama-sama bernama
tangan.
Jadi persamaan nama tidak mengharuskan persamaan hakikatnya. Bila antara makhluk saja
berbeda walaupun namanya sama, bagaimana antara Allah dan MakhlukNya?

6. Allah Ta'ala tidak boleh diberikan perumpamaan yang serupa dengan makhluk, karena Allah
tidak ada yang menyerupaiNya, namun baginya permisalan yang lebih tinggi, maka tidak boleh
menyamakan Allah dan makhlukNya dengan qiyas tamtsil, tidak juga qiyas syumul yang sama
individunya, tapi digunakan permisalan yang lebih tinggi untukNya, yaitu semua sifat makhluk
yang sempurna, maka Allah lebih berhak bersifat dgnnya, dan semua sifat yang tidak baik untuk
makhluk, maka Allah lebih layak utk tidak memilikinya.

Syarah:
Maksud permisalan yang lebih tinggi seperti kita katakan: manusia yang melihat lebih sempurna
dari manusia yang buta. Maka Allah lebih layak untuk bersifat dengannya.
Namun ini disyaratkan harus sempurna dari seluruh sisinya, karena sesuatu yg sempurna utk
makhluk, belum tentu sempurna untuk Allah.

Seperti manusia yang punya anak lebih sempurna dari manusia yang mandul, sifat seperti ini
tidak sempurna bagi Allah, karena manusia butuh kepada anak, sedanngkan Allah tidak
membutuhkan apapun.

Qiyas tamtsil seperti perkataan jahmiyah: kalau Allah bersemayam di atas, berarti Allah
membutuhkan tempat. Ini adalah qiyas yang batil.

Sedangkan qiyas syumul seperti perkataan mereka: semua yang berada di tempat adalah
makhluk, maka jika Allah berada di atas arasy berarti Allah berada di tempat, dan ini sifat
makhluk. Inipun qiyas yang bathil. Karena Allah tidak serupa dengan makhluk.

7. Selayaknya untuk diketahui, bahwa sebatas peniadaan tidak memberikan kesempurnaan dan
tidak juga pujian, kecuali apabila mengandung penetapan.

Syarah:
Meniadakan sifat belum tentu memuji seperti: kamu tidak jelek, tidak berarti cakep. Atau kamu
tidak pendek bukan berarti tinggi dst.

Manhaj al qur'an adalah meniadakaan dari Allah suatu sifat yang kurang untuk menunjukkan
sifat kebalikannya yang sempurna. Seperti firmanNya: "Allah tidak serupa dengan sesuatupun".
Peniadaan keserupaan Allah dengan makhlukNya, menghasilkan sifat yang maha sempurna.

Juga seperti firmanNya: "Dia tidak ditimpa kantuk tidak juga tidur". Karena sifat kantuk dan
tidur menenjukkan kepada kelemahan, maka Allah tiadakan untuk menunjukkan kesempurnaan
kekuatan Allah.

Oleh karena itu, al Qur'an lebih banyak menetapkan sifat dari pada meniadakan sifat, karena
sebatas peniadaan tidak memberikan makna sempurna kecuali bila mengandung penetapan
kebalikannya yang sempurna.

Wallohualam Bishowab

Anda mungkin juga menyukai