Anda di halaman 1dari 5

MASUKNYA FIRMAN TUHAN MEMBERI TERANG

Orang-orang Kristen seringkali menjumpai banyak masalah. Ini membuktikan bahwa di dalam
kita masih terdapat kegelapan dan ketidakjelasan. Padahal Allah tidak menghendaki apabila
selalu ada masalah di dalam kita, apabila kita selalu berada dalam kegelapan. Lalu, bagaimana
supaya di dalam kita jelas?

Ibrani 4:12 memberitahukan, ketika firman Tuhan masuk ke dalam diri manusia, ia dapat
membedakan yang berasal dari roh dan jiwa. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk sangat dalam sampai memisahkan
jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup menilai pikiran dan niat hati kita." Perbedaan
ini dapat diketahui bukan karena usaha bertanya kepada diri sendiri atau introspeksi. Bertanya
kepada diri sendiri hanya akan membuat kita semakin kacau, semakin memperbanyak masalah
dan semakin gelap. Namun jika Firman Allah yang masuk ke dalam kita, semuanya menjadi
sangat jelas.

Mazmur 119:130a memberitahukan, begitu firman Allah masuk , tersingkap di dalam kita, maka
timbullah terang. "Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang” Firman Allah bukan
sekadar abjad di Alkitab yang bisa dibaca begitu saja, namun perlu Roh Allah di dalam kita
untuk mengubahnya menjadi hayat. Sebab Firman ini harus menjadi hidup, berguna, dan bisa
memisahkan roh dan jiwa kita. Boleh jadi kita sudah membaca buku yang mendefinisikan ihwal
perbuatan rohani dan jiwani, lalu kita bertindak berdasarkan buku itu, namun hasilnya tetap saja
jiwani. Tentu sangat berbeda apabila Firman Allah yang masuk ke dalam kita dan memberi
terang, maka ia akan membedakan jiwa dan roh, bahkan sendi-sendi dan sumsum pun akan
terlihat semua, lantas kita tahu dengan sangat jelas kesalahan dan kebenaran kita tanpa perlu lagi
bertanya-tanya. Karena di dalam kita sudah ada terang maka kita dapat melihat.

Ada orang yang selalu bertanya, Sesungguhnya saya ini untuk Tuhan atau diri sendiri? Apakah
perkara ini sesuai dengan maksud Tuhan atau menurut diriku sendiri?. Dua hal ini memang
paling sukar dibedakan sebab opini atau pendapat sendiri dan kemauan kita sangat mudah
menipu diri kita. Namun begitu Firman masuk, semua nampak benderang dan sangat jelas, ia
dapat memisahkan pikiran hati kita dengan kemauan kita, sehingga kita akan segera nampak
bahwa angan-angan kita yang ini jahat dan tidak riil, sementara pikiran kita yang itu bersifat
egoistis, dan kemauan kita yang ini lahir karena ketakutan, dan yang itu demi melindungi diri
sendiri.
Menganalisis diri sendiri tidak dapat memberi kita terang, malahan dapat menipu diri sendiri.
Semakin kita menganalisis diri sendiri, kita semakin tertipu dan masuknya Firman Allah ke
dalam kita semakin terhalang. Ketika di dalam kita ada pertanyaan, perlu firman Allah
menerangi kita, sehingga kita tidak tertipu.

Banyak anak Allah yang berdasarkan hati nurani menentukan benar atau salah. Tetapi kita harus
tahu, hati nurani manusia masih merupakan suatu benda yang sangat dangkal; hayat jauh lebih
dalam daripada hati nurani. Sering kali hati nurani dapat melewatkannya, tetapi hayat belum
tentu mau melewatkannya. Dalam hal merokok, mungkin hati nurani kita dapat melewatkannya,
namun Firman yang memberikan hayat dan terang tidak bisa melewatkannya. Tidak cukup hanya
hati nurani, kita perlu hayat dan terang dari Firman.
Adakalanya setelah kita melakukan suatu petualangan, hati nurani kita merasa damai, kita
bersyukur kepada Allah; kalau hati nurani tidak tenang, kita mohon pengampunan Allah. Ini baru
dapat diketahui benar salahnya setelah pekerjaan itu selesai. Tetapi kita harus tahu, di dalam kita
ada satu hayat, ketika firman Allah masuk ke dalam kita, hayat itu akan memberi terang,
sehingga sejak dari permulaan pekerjaan itu, dalam batin kita sudah jelas. Firman Allah di dalam
kita memberi terang sehingga kita tahu apa itu roh, apa itu jiwa. Dengan sendirinya ketika kita
bersentuhan dengan roh, kita merasakan itu roh; bersentuhan dengan jiwa, kita merasakan itu
jiwa. Begitu bersentuhan, kita sudah tahu dengan jelas. Ini bukan masalah luaran, melainkan
masalah di batin. Bukan berdasarkan luaran membedakan roh dengan jiwa, melainkan di dalam
batin jelas. Sampai pada taraf ini, kita baru dapat dengan riil mengenal Allah, dapat dengan jelas
mengetahui jalan mana yang harus kita tempuh. Kita perlu membiarkan Firman Tuhan masuk
untuk memberi kita terang.

#renungan #arushayat

jangan ragu.. Percaya saja!


#quoteoftheweek #arushayat

Haleluya! Kita adalah milik-Nya!


#quoteoftheweek #arushayat

Penghukuman Bagi yang Membenarkan Diri

Seorang Farisi dan pemungut cukai pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Sembari berdiri si Farisi berdoa, ”Ya
Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu karena aku tidak seperti yang lain: bukan perampok, orang
lalim, pezinah, dan juga tidak seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu dan
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” Si pemungut cukai berdiri jauh-jauh. Ia tidak
berani menengadah ke langit, bahkan memukuli dirinya sendiri sembari berkata, “Ya Allah, kasihanilah
aku orang berdosa ini.” Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Lukas 18 : 10 – 14)

Kita melihat dua orang yang sedang berdoa mendekati Allah. Tindakannya sama, namun status dan
manusianya berbeda. Yang satu orang Farisi, lainnya pemungut cukai. Orang Farisi adalah orang yang
bermartabat tinggi, sedangkan pemungut cukai adalah orang yang dipandang hina. Orang Farisi ini
memang tidak sedang berpidato membenarkan dirinya sendiri di hadapan manusia melainkan
membenarkan dirinya sendiri ketika berdoa di hadapan Allah. Pada dasarnya melalui doa itu ia ingin
Tuhan berterima kasih kepadanya. Ia tengah membenarkan dirinya sendiri dengan berkata, ” Aku tidak
seperti orang lain. Aku tidak seperti kolegaku yang sedang duduk di depanku. Aku tidak sama dengan
teman - teman sekelasku yang duduk di sebelahku. Aku tidak seperti dosen yang tinggal di sebelah
rumahku.”

Hampir semua agamawan adalah orang yang membenarkan diri sendiri, demikian juga dengan hampir
semua moralis. Orang Farisi mewakili kedua kelompok ini, agamawan dan moralis. Ia berpuasa dua kali
seminggu, dan memberikan persepuluhannya. Ia bukan pezina ataupun pemeras. Ini perkara moral. Jadi
kita melihat bahwa orang Farisi ini adalah agamawan palsu dan moralis palsu.
Namun di sisi lain kita melihat ada orang yang sangat merendahkan diri, yaitu pemungut cukai, ketika
dia datang berdoa. Ia berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit, melainkan memukuli
dirinya dan berkata, "Ya Allah, kasihanilah aku orang yang berdosa ini." Inilah kondisi pemungut cukai
yang mau bertobat, mengaku dirinya orang berdosa, dan dia mau merendahkan dirinya.

Bagaimana hasil dari yang membenarkan diri dan yang merendahkan diri? Orang yang merendahkan
dirinya dan mengakui dosanya dibenarkan oleh Tuhan sebab memberikan Allah kesempatan untuk
mengaruniakan belas kasihan kepadanya. Sedangkan orang Farisi yang membenarkan dirinya dihukum
sebab membenarkan diri justru menutup belas kasihan dari Allah.

Rendah hati adalah tangga untuk naik, tinggi hati adalah tangga untuk turun. Semoga kita selalu
merendahkan diri kita di hadapan Tuhan. Kita mau mengakui segala dosa dan kekurangan kita, dan kita
mau memohon belas kasih dan pengampunan dari Tuhan, sehingga kita akan dibelaskasihani , diangkat,
dan ditinggikan oleh Tuhan sendiri. Semoga sikap rendah hati ini dimiliki kita sekalian sebagai anak-anak
Allah.
#renungan #arushayat

Dan kepada Petrus

"Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu
ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (Markus
16:7). Setelah kebangkitan Tuhan Yesus malaikat menyuruh beberapa perempuan untuk memberitakan
kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus. Frase "Dan kepada Petrus" ini membuat
kita sangat terharu. Mengapa ?

Tiga hari sebelum peristiwa ini, Petrus telah berbuat satu dosa besar yang membuat Tuhan Yesus tidak
dapat mengakuinya di hadapan malaikat-malaikat Bapa. Petrus telah menyangkal Tuhan di hadapan
manusia, di hadapan seorang hamba perempuan, diremehkan oleh orang-orang pada masa itu.
Seandainya ada dari kita mempunyai pengalaman seperti Petrus, mungkin akan berpikir demikian: "Oh,
aku adalah Petrus, aku telah jatuh. Apa yang telah kuperbuat bukanlah dosa biasa." Mungkin Petrus
masih ingat, dia pernah berkata kepada Tuhan bahwa Dia adalah Mesias dan Dialah Anak Allah. Petrus
juga pernah berkata kepada Tuhan di dalam Matius 26:33, "Biarpun mereka semua terguncang imannya
karena Engkau, aku sekali-kali tidak." Mungkin dalam telinga Petrus masih terngiang-ngiang perintah
Tuhan di dalam Matius 26:41, "Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan." Akan tetapi keadaannya jauh berbeda dengan tuntutan Allah, bagaimana sekarang dia
berani menghampiri Tuhan?

Ketika Petrus menyatakan kerelaannya untuk mati bagi Tuhan, Dia berkata, Sebelum ayam berkokok dua
kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Saat itu Petrus masih mengira bahwa Tuhan telah
menyalahpahaminya. Ketika Dia ditangkap, Petrus telah menetakkan telinga seorang hamba Imam Besar
dengan sebilah pedang sehingga putus. Petrus masih mengira, ia dapat mengasihi Tuhan dengan berani.

Ternyata ia dapat jatuh. Ia tidak jatuh di hadapan seorang Imam Besar yang mempunyai kuasa besar;
juga tidak jatuh di hadapan Pilatus yang berwewenang itu, namun ia jatuh hanya karena sebuah
pertanyaan seorang hamba perempuan. Ia sekali menyangkal Tuhan, dua kali menyangkal Tuhan, hingga
akhirnya mengutuk dan bersumpah menyangkal Tuhan. Oh, sungguh dosa yang teramat besar!
Barangkali Petrus berkata, “Apa yang dapat kuperbuat sekarang? Aku tidak berani menghampiri-Nya
lagi.”
Meskipun Dia mengasihi Petrus tetapi ia takut menghampiri-Nya sebab ada satu dosa yang menyekat
Petrus dengan Dia. Mungkin sejak kini ia tidak dapat mendekati-Nya lagi.

Tetapi Tuhan telah bangkit. Beberapa perempuan membawa kabar dan Tuhan dengan jelas menyebut
untuk memberi tahu Petrus secara khusus. Oh, meskipun ia telah menyangkal Tuhan tiga kali, Tuhan
tidak menolaknya. Dia tidak benci atau marah kepadanya. Tuhan menyuruh malaikat menyebut nama
Petrus secara khusus., Tuhan tidak membuangnya. Inilah Injil!

Tahukah kita, sekali Tuhan menyelamatkan kita, Dia akan menyelamatkan kita sampai kekal. Meskipun
mungkin kita telah putus asa, namun selamanya Tuhan tidak putus asa. Dia tidak mempedulikan
kegagalan kita. Mengapa kita tidak mau melupakannya?

Renungkanlah, karena kasih-Nya yang besar kepada kita, Dia rela tersalib demi kita, apakah sekarang Ia
tidak mengasihi hanya karena kita gagal, tersandung dan jatuh? Hari ini mudah bagi kita untuk tidak
mengasihi-Nya, tidak mendekati-Nya, dan tidak kembali kepada-Nya; tetapi menyuruh-Nya tidak
mengasihi kita, melupakan kita, menolak kita, ini tidak mungkin.

Tiga hari setelah kematian Tuhan, Petrus diam seribu bahasa karena dia telah jatuh, tetapi Tuhan tidak
melupakannya. Sebab itu, jika kita tidak mempunyai kekuatan untuk datang kepada Tuhan, asal kita mau
percaya pada firman-Nya, Dia segera memberi kekuatan kepada kita untuk datang kepada-Nya.

Semoga hari ini kita tidak salah paham terhadap hati Tuhan. Kita telah mendengar suara yang
mengatakan dan kepada Petrus, maka kita harus tahu bahwa Tuhan tidak membuang Petrus, Tuhan juga
tidak membuang kita.

Hallelluya, Dan kepada Petrus juga berarti dan kepada kita. Kita, ya Kita! yang telah gagal seperti Petrus.
Semoga kita nampak bagaimana hati Tuhan dan kasih Tuhan terhadap kita semua.

Domba yang Hilang

"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di
antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari
yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas
bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangga
serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang
itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu
orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan." (Lukas 15:3-7)

Manusia tidak hanya diciptakan oleh Allah tetapi juga digembalakan dan dipelihara oleh Allah seperti
domba di bawah pemeliharaan seorang gembala. Allah adalah gembala manusia, jadi Allah adalah tuan
atas manusia. Namun begitu dilahirkan manusia telah hilang. Sepertinya manusia mengetahui segala
sesuatu namun sesungguhnya manusia justru tidak tahu dari mana asal usul dirinya, ke mana nanti dia
akan pergi atau dirinya ini milik siapa. “Siapakah tuan kita?”

Segala sesuatu seharusnya memiliki tuan. Kita mungkin orang besar namun kita tidak tahu kita milik
siapa. Manusia hilang karena manusia telah berbuat dosa. Manusia dilahirkan, bertumbuh dan hidup
dalam dosa. Karena itu manusia benar-benar telah hilang. Manusia hilang karena manusia telah
kehilangan Allah. Manusia diciptakan oleh Allah dan digembalakan oleh Allah tetapi karena manusia
telah kehilangan Allah maka manusiapun hilang. Meskipun manusia tidak tahu bahwa dirinya telah
hilang, ia juga tidak memiliki hasrat untuk mencari Allah. Namun Allah datang. Allah datang mencari
manusia. Cara Allah mencari manusia adalah Dia sendiri datang sebagai juru selamat manusia. Allah
berinkarnasi menjadi manusia, Yesus-lah nama-Nya, dari Nazaret.

Yesus tidak hanya sebagai juruselamat namun juga sebagai gembala manusia. Allah mencari manusia
melalui Tuhan Yesus di atas salib. Tuhan Yesus menemukan manusia dan membawa kembali manusia.
Manusia hilang dalam dosa tetapi di atas salib Tuhan telah membereskan dosa manusia. Ia telah
menemukan manusia. Melalui mati dan bangkit Tuhan Yesus memberikan hayat-Nya. Demikianlah Dia
membawa kembali manusia kepada Allah. Karena hayat kebangkitan akan membawa manusia kembali
kepada Allah.

Kini saatnya menerima pencarian Allah. Akuilah bahwa diri kita telah hilang; telah kehilangan Allah; lalu
bertobatlah, berpalinglah kepada Allah. Saat ini juga mari kita terima Kristus dan penebusan-Nya.
Tinggalkanlah dosa dan tempat di mana kita terhilang. Terimalah hayat Allah dan kembalilah kepada
Allah.
#renungan #arushayat

Anda mungkin juga menyukai