GAMBARAN GAYA HIDUP MASYARAKAT PESISIR BELAWAN BAHARI
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan
Jl. IAIN. No. 1 Kecamatan Medan Timur, Sumatera Utara
ABSTRAK
Letak abstrak disini
PENDAHULUAN lembaga sosial budaya, beserta latar-
belakangnya. Sosial budaya merupakan paduan dari sistem sosial dan sistem budaya Indonesia dikenal luas sebagai sehingga menjadi suatu sistem bangsa dengan realitas sosial- budaya yang kemasyarakatan yang meliputi hubungan- begitu majemuk. Hubungan sosial antar hubungan sosial yang dengannya manusia masyarakat di Indonesia merupakan produk dalam masyarakat menghasilkan dan sejarah yang panjang, yang dari zaman ke mengembangkan unsur-unsur budaya, zaman mengalami perkenalan dan untuk memenuhi hajat-hajat sosial dan pergaulan dengan bangsa, agama, dan budaya suatu masyarakat dalam kebudayaan dunia. Pengalaman ini melangsungkan dan mengembangkan membentuk nilai-nilai lama dan nilai-nilai kehidupan sosial budayanya. Perkembangan baru dalam masyarakat Indonesia. sosial-budaya sangat berhubungan dengan Sebagian nilai-nilai lama hendak keadaan wilayah dan kewilayahan sosial ditinggalkan atau diperbaharui, sedangkan dan budaya, kependudukan, unsur-unsur nilai-nilai baru yang sesuai dengan kebudayaan, yang mengandung hasil-hasil kebutuhan dan perkembangan peradaban kebendaan (material, tangible goods) dan bangsa pada masa sekarang dan masa pemikiran manusia dalam masyarakat, mendatang harus senantiasa dipahami, organisasi-organisasi sosial dan lembaga- diwujudkan dan diuji dalam pergaulan bahasa utama percakapan keseharian sosial-budaya mereka, namun tidak jarang, bahasa-bahasa lain juga kerap terdengar. Kecamatan Medan Belawan memiliki luas wilayah 21,82 km. Kecamatan Persoalan akan kesehatan masih Medan Belawan adalah daerah pesisir Kota banyak dihadapi oleh para masyarakat di Medan dan merupakan wilayah bahari dan Kelurahan Belawan Bahari. Hal itu terlihat maritim yang berbatasan langsung pada dari minimnya akses kesehatan yang ada. Selat Malaka dengan penduduknya Jumlah Puskesmas yang disediakan oleh berjumlah 95.506 Jiwa. pemerintah terhitung hanya ada satu buah, yaitu unit Balai Pengobatan Umum (BPU) `Kelurahan Belawan Bahari dan delapan unit Posyandu. Jumlah tersebut merupakan salah satu dari 6 kelurahan yang terhitung terlalu sedikit apabila berada di Kecamatan Medan Belawan, dibandingkan dengan jumlah nelayan di memiliki luas 1,03 Km2. Dari luas wilayah Belawan Bahari yang mencapai 10.000 jiwa. tersebut, terhitung sebanyak 10.663 jiwa mendiami wilayah itu. Jumlah penduduk METODE tersebut terbagi menjadi penduduk berjenis Desain dalam penelitian adalah kelamin laki-laki sejumlah 5.310 jiwa dan analisis deskriptif dengan pendekatan study sebanyak 5.353 jiwa berjenis kelamin crosstab mengenai gambaran Gaya Hidup perempuan serta terdapat 2.701 kepala Masyarakat Pesisisr di Belawan Bahari keluarga. Kelurahan Belawan Bahari berasal Tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini dari Suku Bangsa Melayu yang berada di adalah masyarakat yang tinggal di wilayah semenanjung Selat Malaka. Namun dalam pesisir Kelurahan Belawan Bahari perkembangannya, jumlah mereka kini Kecamatan Medan Belawan. Penelitian ini semakin sedikit. Mereka tergerus oleh suku dilaksanakan pada bulan Desember 2019. atau etnis lain di luar Sumatera yang juga Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 menghuni kelurahan tersebut. Banyaknya orang. Responden yang terpilih dilakukan etnis yang menghuni Kelurahan Belawan wawancara dengan menggunakan kuesioner Bahari memberikan konsekuensi bagi penelitian. beragamnya bahasa dan dialek yang digunakan. Bahasa Melayu tetap menjadi Hasil Penelitian ini dilakukan Kelurahan 1 % Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Pegawai 2 2,2% Pensiunan 2 2,2% dengan jumlah responden sebanyak 90 PNS 1 11,1 orang dengan hasil sebagai berikut: 0 % Polisi 3 3,3% Tabel 1. Distribusi Frekuensi Supir 2 2,2% Wiraswast 2 26,7 Karakteristik Responden di Kelurahan a 4 % Belawan Bahari Kecamatan Medan Jumlah 9 100 Belawan Tahun 2019 0 % Suku Variabel N % Mi Ma Mea Jawa 3 34,4 n x n 1 % Jenis Batak 3 36,7 Kelamin 3 % Laki-Laki 5 55,6 Melayu 1 17,8 0 % 6 % Perempuan 4 44,4 Minang 1 11,1 0 % 0 % Jumlah 9 100 Jumlah 9 100 0 % 0 % Pendidika n SD 4 4,4% Dari Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa SMP 1 18,9 responden berjenis kelamin laki-laki 7 % berjumlah 50 orang (55,6%) dan berjenis SMA 5 60% kelamin perempuan berjumlah 40 orang 4 Sarjana 1 16,7 (44,4%). Responden paling banyak 5 % berpendidikan terakhir SMA/SMK yaitu Jumlah 9 100 sebanyak 54 orang (60%), pekerjaan paling 0 % banyak sebagai wiraswasta dengan jumlah Pekerjaan Guru 5 5,6% 24 orang (26,7%), dan suku paling banyak Nelayan 2 23,3 adalah suku batak 33 orang (36,7%). 1 % Pedagang 2 23,3 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku 13-16 6 21,4 Responden di Kelurahan Belawan Bahari Batang % Kecamatan Medan Belawan Tahun 2019 Jumlah 2 100% 1 16 9,3 8 Variabel N % Mi Ma Mea Jenis n x n Rokok Meroko Kretek 2 90,3 k 8 % Ya 3 34,4 Vape 3 9,7% Jumlah 3 100% 1 % Tidak 5 65,6 1 9 % Jumlah 9 100% Dari Tabel 2 diatas menunjukan bahwa 0 hampir seluruh responden tidak berperilaku Umur merokok yaitu 59 orang (65,6%). Umur Pertama merokok responden paling muda pada saat Meroko berumur 14 tahun dan paling tua berumur 30 k 14-18 2 58,8 tahun dan responden pertama kali merokok Tahun 0 % paling banyak pada saat umur 14-18 tahun 19-23 8 23,5 20 orang (58,8%) dengan rata-rata berumur Tahun % 19 tahun . Jumlah rokok yang dikonsumsi 24-28 4 11,8 responden perhari paling banyak 5-8 batang Tahun % 29-33 2 5,9% 9 orang (32,2%) dan 9-12 batang 9 orang Tahun (32,2%) dengan rata-rata 9 batang. Jenis Jumlah 3 100% 14 30 19,3 rokok yang paling sering digunakan adalah 4 kretek sebanyak 28 orang (90,3%) Jumlah Rokok Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut 1-4 4 14,2 Variabel Asupan di Kelurahan Belawan Batang % Bahari Kecamatan Medan Belawan 5-8 9 32,2 Tahun 2019 Batang % 9-12 9 32,2 Variabel N % Batang % Buah Sering 44 48,9% sebanyak 68 orang (75,6%), sedang Kadang-Kadang 29 32,2% responden yang melakukan aktivitas fisik Jarang 17 18,9% Jumlah 90 100% berat sebanyak 22 orang (24,4%). Sayur Sering 67 74,5% Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kadang-Kadang 20 22,2% Pekerjaan Dengan Asupan di Kelurahan Jarang 3 3,3% Jumlah 90 100% Belawan Bahari Kecamatan Medan Ikan Belawan Tahun 2019 Sering 28 31,1% Kadang-Kadang 52 57,8% Varia Asu Jarang 10 11,1% Jumlah 90 100% bel pan Bu Say Ik ah ur an Dari Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa Jenis N % N % N % responden sering mengkonsumsi buah Pekerj sebanyak 44 orang (48,9%) responden juga aan sering mengkonsumsi sayur sebanyak 67 Guru 5 5,6 5 5,6 5 5,6 orang (74,5%) dan responden kadang- % % % Nelaya 21 23, 21 23, 21 23, kadang mengkonsumsi ikan sebanyak 52 n 3% 3% 3% orang (57,8%). Pedaga 21 23, 21 23, 21 23,
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Menurut ng 3% 3% 3%
Pegaw 2 2,2 2 2,2 2 2,2 Variabel Aktivitas Fisik di Kelurahan ai % % % Belawan Bahari Kecamatan Medan Pensiu 2 2,2 2 2,2 2 2,2 Belawan Tahun 2019 n % % % PNS 10 11. 10 11. 10 11. No Variabel N % 1% 1% 1% Aktivitas Fisik Polisi 3 3,3 3 3,3 3 3,3 1 Sedang 68 75,6% 2 Berat 22 24,4% % % % Jumlah 90 100% Supir 2 2,2 2 2,2 2 2,2 % % % Wiras 24 26, 24 26, 24 26, Dari Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa wasta 8% 8% 8% hampir seluruh responden melakukan Jumla 90 100 90 100 90 100 aktivitas fisik dalam tingkat sedang h % % % Dari Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SMA paling Dari Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa banyak mengkonsumsi buah, sayur, dan ikan responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 54 orang (60%). Sedangkan paling banyak mengkonsumsi buah, sayur, responden yang berpendidikan SD yang dan ikan sebanyak 24 orang (26,8%). paling sedikit mengkonsumsi buah, sayur Sedangkan responden yang bekerja sebagai dan ikan 4 orang (4,4%). pegawai, pensiunan dan supir yang paling sedikit mengkonsumsi buah, sayur dan ikan Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pendidikan 2 orang (2,2%). Dengan Perilaku Merokok di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Belawan Tahun 2019 Dengan Asupan di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Variabe Perila Merok Tahun 2019 l ku ok Pendidi Merok Tidak Variab Asu kan ok el pan Terakhi Bu Say Ik r ah ur an N % N % Pendid N % N % N % SD 0 0% 4 6,8 ikan % Terak SMP 8 25,8% 9 15,2 hir % SD 4 4,4 4 4,4 4 4,4 SMA 19 61,3% 35 59,3 % % % % SMP 17 18, 17 18, 17 18, Sarjana 4 12,9% 11 18,7 9% 9% 9% % SMA 54 60 54 60 54 60 Jumlah 31 100% 59 100 % % % % Sarjana 15 16. 15 16. 15 16. 7% 7% 7% Dari Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa Jumla 90 100 90 100 90 100 responden yang berpendidikan SMA paling h % % % banyak berperilaku merokok sebanyak 19 orang (61,3%) dan yang tidak merokok 12 orang (54,5%). Sedang responden yang sebanyak 35 orang (%). Sedangkan bekerja sebagai wiraswasta sering responden yang berpendidikan SD melakukan aktivitas sedang sebanyak 19 seluruhnya tidak berperilaku merokok. orang (28%).
Dengan Aktivitas Fisik Asupan di Salah satu ciri bangsa maju adalah Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, Medan Belawan Tahun 2019 kecerdasan, dan produktivitas kerja yang Variabel Aktivt Fisik tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh as keadaan gizi. Pola makan merupakan Bera Sedan perilaku paling penting yang dapat t g mempengaruhi keadaan gizi individu. Hal Jenis N % N % ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas Pekerjaa makanan dan minuman yang dikonsumsi n Guru 0 0% 5 7,4% akan berpengaruh terhadap asupan zat-zat Nelayan 12 54,5% 9 13,2 gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan % individu dan masyarakat. Sebagai acuan Pedagang 3 13,7% 18 26,5 konsumsi makanan dan minuman yang baik % Pegawai 0 0% 2 2,9% bagi penduduk di Indonesia ada di PGS Pensiun 0 0% 2 2,9% (Pedoman Gizi Seimbang) dan hampir di PNS 0 0% 10 14,7 semua negara sudah memilikinya. PGS % Polisi 0 0% 3 4,4% bertujuan untuk menyediakan pedoman Supir 2 9,1% 0 0% makan dan berperilaku sehat bagi seluruh Wiraswas 5 22,7% 19 28% lapisan masyarakat berdasarkan prinsip ta konsumsi aneka ragam pangan, perilaku Jumlah 22 100% 68 100 hidup bersih, aktivitas fisik dan % mempertahankan berat badan normal. Para pakar menganjurkan untuk mempertahankan Dari Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa berat badan normal agar terhindar dari responden yang bekerja sebagai nelayan berbagai penyakit tidak menular terkait gizi. sering melakukan aktivitas berat sebanyak Kekurangan konsumsi sayur dan buah memang berpengaruh besar terhadap sebagai sumber serat, vitamin dan mineral konsumsi pangan masyarakat. Semakin dapat memicu terjadinya obesitas dan tinggi status sosial masyarakat, semakin kejadian penyakit tidak menular seperti tinggi pula konsumsi pangan masyarakat penyakit jantung dan pembuluh darah, tersebut. kanker kolon, diabetes, hipertensi dan Berdasarkan hasil dari wawancara stroke. Konsumsi sayuran dan buah-buahan dengan responden menyatakan bahwa yang cukup, merupakan salah satu indikator pekerjaan sebagai wiraswastawan memiliki sederhana dari pola makan sehat dengan gizi tingkat yang paling tinggi dalam seimbang. mengkonsumsi pangan berupa buah, sayur A. Gambaran Pekerjaan dengan dan juga ikan yang berjumlah 24 responden Konsumsi Buah, Sayur dan Ikan (26.8%) hal ini dikarenakan kondisi pada Masyarakat Pesisir di perekonomian dari seorang wirausahaan Daerah Belawan Bahari. lebih baik dari padi kondisi perekonomian dari pekerjaan lainnya. Sementara pekerjaan Status sosial ekonomi keluarga meliputi dengan intensitas konsumsi yang paling pendapatan seseorang dan pekerjaan rendah adalah seorang pregawai 2 responden seseorang. Keadaan ekonomi keluarga (2,2%), pensiunan 2 responden (2,2%), dan relatif mudah diukur dan berpengaruh besar juga pekerjaan supir yaitu hanya 2 pada konsumsi pangan hal ini disebabkan responden (2,2%) dan disusul oleh pekerjaan penduduk miskin menggunakan sebagian guru yaitu 5 responden (5,6%). Hal ini besar pendapatannya untuk memenuhi terjadi karena masyarakat yang mengemban kebutuhan makan (Farida B, Dkk,2004:71). pekerjaan tersebut masih memiliki Sedangkan pekerjaan seseorang juga sangat pemikiran yang tabu akan hal tersebut. berpengaruh terhadap pendapatannya sehingga berpengaruh juga terhadap status Menurut Suhardjo (1989:192) tabu sosial ekonomi orang tersebut. Hasil dari berasal dari bahasa Polynesia yang berarti penelitian adalah status sosial pekerjaan suatu larangan yang ditujukan terhadap seseorang sangat berpengaruh terhadap makhluk tertentu atau benda tertentu yang konsumsi ikan, sayur, dan buah seseorang tidak boleh disentuh atau dimakan. Pada dikarenakan pendapatan dan pekerjaan beberapa kelompok penduduk di Indonesia masih ada yang percaya pada tahyul atau hal merupakan salah satu faktor untuk perilaku tabu tentang makanan sehingga masyarakat makan yang sehat. Kurangnya pengetahuan masih beranggapan bahwa beberapa tentang gizi akan menyebabkan seseorang makanan tidak boleh dikonsumsi padahal salah memilih makanan sehingga akan tidak ada alasan yang jelas dan hal ini dapat menurunkan konsumsi makanan sehat dan merugikan kesehatan tubuh manusia. berdampak pada masalah gizi. Hal ini sangat Mereka beranggapan bahwa mengkonsumsi berhubungan erat dengan pendidikan ikan dapat menyebabkan cacingan padahal terakhir seseorang. makan ikan dapat merupakan sumber Berdasarkan table dapat diihat bahwa protein hewani yang baik untuk dikonsumsi banyaknya frekuensi mengkonsumsi gizi oleh tubuh, Hasil dari penelitian adalah tabu seimbang yang datang dari responden berpengaruh terhadap konsumsi ikan, sayur, dengan pendidikan terakhir SMA yaitu dan buah berdasarkan hasil wawancara sebanyak 54 responden (60%), disusul dengan responden hal ini dikarenakan warga dengan responden berpendidikan sarjana dari Belawan Bahari masih memegang teguh yaitu sebesar 15 responden (16,7%), keyakinan adat atau tradisinya. Padahal hal pendidikan terakhir SMP sebanyak 17 yang semacam itu belum tentu benar adanya responden (18,9%) dan pendidikan terakhir karena ikan, sayur, dan buah mengandung SD sebanyak 4 responden (4,4%). Hasil kandungan gizi yang sangat diperlukan oleh penelitian ini sejalan dengan penelitian lain tubuh manusia. yang menyebutkan bahwa terdapat B. Gambaran Tingkat Pendidikan hubungan yang signifikan antara dengan Frekuensi Mengkonsumsi pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi Asupan Buah, Sayur maupun buah dan sayur. Pengetahuan tentang nilai Ikan. gizi dapat mempengaruhi konsumsi buah dan sayur sesorang. Hasil serupa juga Pengetahuan gizi adalah pemahaman didapatkan oleh penelitian lain yang seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta menemukan bahwa frekuensi konsumsi buah interaksi zat gizi terhadap status gizi dan dan sayur lebih besar terdapat pada kesehatan. Pengetahuan tentang makanan mahasiswa gizi (63%) dibandingkan dengan yang sehat menjadi faktor yang penting mahasiswa jurusan lain. Pendidikan dalam pemilihan makanan karena mengenai gizi penting diketahui dalam mewujudkan perilaku memilih makanan mengkategorikan pendidikan terakhir sehat khususnya konsumsi buah dan sayur. menjadi empat kategori yaitu SD, SMP, Pengetahuan gizi merupakan modal utama SMA, dan Sarjana. Penelitian ini sesorang dalam pemilihan makanan. menunjukkan bahwasanya responden yang berpendidikan SMA paling banyak Hal ini menunjukan bahwa semakin baik berperilaku merokok sebanyak 19 orang pengetahuan gizi seseorang, maka semakin (61,3%) dan yang tidak merokok sebanyak baik pula perilaku konsumsi buah dan sayur 35 orang (%), SMP sebanyak 8 orang orang tersebut. Upaya peningkatan (25,8%) yang memiliki perilaku merokok, pengetahuan gizi sesorang dapat dilakukan pendidikan terakhir Sarjana dari 15 melalui pemberian penyuluhan, melalui responden terdapat 4 responden (12,9%) media massa, elektronik, buku, permainan, memiliki perilaku merokok yang aktif dan kerabatan dekat. Peningkatan Sedangkan responden yang berpendidikan pengetahuan gizi tentang konsumsi buah dan SD seluruhnya tidak berperilaku merokok. sayur pada remaja diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku Maka dapat disimpulkan dari penelitian konsumsi buah dan sayur yang lebih baik. ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden yang baik tidak berbanding lurus C. Gambaran Pendidikan Terakhir dengan perilaku merokok. Hal ini dengan Perilaku Merokok dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang Masyarakat Pesisir di Daerah baik tidak selalu mengubah perilaku, akan Belawan Bahari Kecamatan tetapi merupakan kumpulan hal yang positif Medan Belawan. antara perubahan perilaku dan variabel- Pendidikan secara umum adalah usaha variabel lainnya yang dapat mendukung sadar dan terencana untuk mewujudkan perubahan perilaku. Tingkat pengetahuan suasana belajar dan proses pembelajaran seorang perokok mengenai dampak merokok untuk peserta didik agar secara aktif beragam disetiap negara karena dipengaruhi mengembangkan potensi dirinya untuk oleh tingkat pendidikan dan masih kurang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, luasnya kampanye kesehatan. Responden pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dalam penelitian ini yang memiliki tingkat akhlak mulia, serta keterampilan yang pendidikan yang baik namun memiliki diperlukan dirinya dan masyarakat. Peneliti perilaku merokok yang kurang baik dipengaruhi oleh perilaku merokok yang hingga malam dengan membawa mobil sudah menjadi kebiasaan responden. Hasil angkutannya. penelitian yang dilakukan oleh Sirait,dkk Sementara untuk melakukan intensitas menunjukkan bahwa disamping sedang setiap harinya masyarakat belawan pengetahuan yang kurang, juga karena sudah mulai memenuhi hal tersebut, baik pengaruh adiksi dari nikotin yang terdapat seperti berjalan pagi, belari, bersepeda, pada rokok. berjalan saat ingin berbelanja dipasar D. Gambaran Jenis Pekerjaan maupun hanya sekedar mengunjungi rumah terhadap Aktivitas Fisik tetangganya saja. Hal ini terlihat dari Tabel Masyarakat Pesisir di Daerah 8 dimana tdari ketujuh jenis pekerjaan hanya Belawan Bahari. responden berpekerjaan sebagai supir saja yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dalam kegiatan sehari – harinya, intensitas dilakukan dapat diketahui bahwasanya aktivitas fisik sedang paling tinggi dilakukan masyarakat pesisir Belawan bahari sangat oleh responden berperkerjaan sebagai jarang melakukan aktivitas fisik yang berat. wiraswasta yaitu sebanyak 19 responden, Dari 7 jenis pekerjaan yang telah terdata disusul oleh responden berpekerjaan sebagai hanya masyarakat yang memiliki pekerjaan pedagang yaitu sebanyak 18 responden, PNS sebagai Nelayan sebanyak 12 responden, sebanyak 10 responden, Nelayan sebanyak 9 Pedagang sebanyak 3 responden, supir responden, guru sebanyak 5 responden, sebanyak 2 responden dan juga Wiraswasta polisi sebanyak 3 responden, dan terakhir sebanyak 5 responden yang melakukan pegawai dan pensiunan dengan jumlah aktivitas fisik berintensi berat. Hal ini masing masing 2 responden. dikarenakan tuntutan dari pekerjaan yang berat, seperti nelayan yang harus Maka dapat kita lihat bahwasanya mengangkat jala, tong berisi tangkapan ikan kesadaran masyarakat belawan terhadap dan lainnya, serta wiraswasta dan juga pentingnya aktivitas yang dilakukan setiap pedagan yang harus mengangkat dan hari untuk mecapai kesehatan tubuh sudah menyusun barang dagangannya, dan juga cukup baik dan terpenuhi. Dari penelitian ini supir yang harus berpergian dari pagi pagi juga dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan tidak mempengaruhi kesadaran masyarakat akan penting nya beraktivitas fisik dengan dikonsumsi adalah sebanyak 9-12 batang (9 intensitas sedang. Namun hal ini berbanding orang). Berdasarkan hasil wawancara terbalik dengan aktivitas fisik berintensitas menyatakan bahwa wiraswastawan memiliki berat, yang dipengaruhi oleh tipe pekerjaan tingkat yang paling tinggi. Dilihat dari yang sebagian besar dilakukan di luar tingkat pendidikan dengan frekuensi ruangan. Dapat kita lihat bahwasanya area mengkonsumsi asupan buah, sayur maupun pekerjaan sangat mempengaruhi aktivitas ikan yang tinggi datang dari responden fisik berintensitas berat, karena tidak adanya dengan pendidikan terakhir SMA. Dari responden yang bekerja di dalam ruangan penelitian diketahui bahwa gambaran yang melakukan aktifitas fisik berat. pendidikan terakhir dengan perilaku merokok tidak berbanding lurus. Penelitian penelitian ini sejalan dengan penelitian menunjukkan responden berpendidikan yang dilakukan pada PNS di Kantor Dinas SMA merokok sebanyak 19 orang, Kesehatan Provinsi Jawa Timur, yang sedangkan responden berpendidikan terakhir menyatakan tidak adanya hubungan antara SD seluruhnya tidak merokok. Kesadaran aktifitas fisik dengan status gizi, dimana masyarakat belawan terhadap pentingnya dalam penelitian tersebut sebagian besar aktivitas yang dilakukan setiap hari untuk responden yang bekerja didalam ruangan mencapai kesehatan tubuh sudah cukup baik cenderung melakukan aktifitas fisik yang dan terpenuhi. ringan dan juga sedang. SARAN KESIMPULAN Setelah adanya penelitian diharapkan Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Belawan Bahari di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Kecamatan Medan Belawan Medan Belawan dengan responden sebanyak 90 orang menunjukkan bahwa pendidikan Rajin mengkonsumsi Buah-buahan, terakhir SMA/SMK sebanyak 54 orang, Sayur-sayuran, dan juga ikan bukan pekerjaan paling banyak sebagai wiraswasta hanya wiraswasta saja tapi seluruh sebanyak 24 orang dan suku terbanyak masyarakat. adalah batak 33 orang. Hampir seluruh Diharapkan masyarakat berhentinya responden tidak merokok (59 orang) dan perilku merokok masyarakat jumlah rokok yang palinng banyak Belawan Bahari, sehingga Aktivitas Sedentari Mahasiswa meminimalisir kemungkinan Obesitas di Universitas Hasanuddin. terserang penyakit tidak menular. [Skripsi]. Makassar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Diharapkan masyarakat Belawan Masyarakat Universitas Hasanuddin; Bahari selalu melakukan aktivitas 2012. fisik sebagaimana sebelumnya. 5. Farisa S. Hubungan Sikap, Setelah dilakukannya penelitian Pengetahuan, Ketersediaan, dan diharapkan adanya peningkatan Keterpaparan Media Massa dengan kualitas asupan gizi pada masyarakat Konsumsi Buah dan Sayur pada bahari. Siswa SMPN 8 Depok. [Skripsi]. Depok: Program Studi Gizi Fakultas REFERENSI Kesehatan Masyarakat Universitas 1. Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Indonesia; 2012 Pusat Antar Universitas Pangan dan 6. Kistanto. N. 2008. Sistem Sosial Gizi IPB, Bogor. Budaya di Indonesia. Jurnal Kajian 2. Sartika RAD. Pengaruh Pendidikan Kebudayaan. Vol 3 No 2:7-9 Gizi terhadap Pengetahuan dan 7. BPS (Badan Pussat Statstik) Kota Perilaku Konsumsi Serat pada Siswa. Medan. Kecamatan Medan Belawan Jurnal Ilmu Pendidikan. 2011; 17(4): dalam Angka-2012 322- 330. 8. Sirait, A, M, Pradono, Y., Toruan, 3. Khatima H, Jafar N, Salam A. IL., Perilaku Merokok di Indonesia, Hubungan Perilaku dan Preferensi Buletin Penelitian Kesehatan, dengan Konsumsi Sayut dan Buah Vol/No: 30(3), pp. 139-152, 2002. Pada Remaja SMPN 1 Kesu di 9. Notoatmodjo, S., Pendidikan dan Kabupaten Toraja Utara. [Skripsi]. Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Makassar: Program Studi Ilmu Gizi Jakarta, 2003. Fakultas Kesehatan Masyarakat 10. Ningsih, T, S., Gambaran Universitas Hasanuddin; 2015. Pengetahuan dan Perilaku Merokok 4. Irfan, Bahar B, Hendrayati. Pola Pada Penderita Hipertensi di RW 09 Konsumsi Sayur, Buah, dan Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler Universitas Indonesia, Depok, 2012. 11. Abadini, D. & Wuryaningsih, C. E. Determinan Aktivitas Fisik Orang Dewasa Pekerja Kantoran di Jakarta Tahun 2018. J. Promosi Kesehat. Indones. 14, 15–28 (2019).