Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI KOPERASI
PERAN DUAL IDENTITIY DALAM KEANGGOTAAN KOPERASI

Dosen Pengampu :

Drs. Siti maro’ah

OLEH :

DHALIA VELATI 20191221160

TANIA PITALOKA 20191221161

FEBRINNA DORENZA 20191221108

ZIYAD IRSYADI 20191221208

NUR FAHREZA A. 20191221042

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdiulilah, segala puji dan syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT. Atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasululullah
Muhammad SAW. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang
segala ucappannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas mandiri yang berjudul Peran Dual Identitity dalam
keanggotaan Koperasi.

Makaalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Ekonomi
Koperasi, selain itu makalah ini juga sebagai sarana penyusun untuk memperdalam mata
kuliah Ekonomi Koperasi tentang Peran Dual Identity dalam Keanggotaan Koperasi pada
semester gasal.

Surabaya, 5 Maret 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar    ……………………………………………………………..
Daftar Isi   ……………………………………………………………………  
Bab I PENDAHULUAN   ………………………………………………........
          1.1  Latar Belakang  …………………………………………………...
          1.2  Rumusan Masalah …………………………………………………
Bab II PEMBAHASAN  …………………………………………………......
          2.1  Pengertian Peran dual identity dalam keanggotaan koperasi...........
Bab III    PENUTUP  ………………………………………………………. ..
          3.1  Kesimpulan  ………………………………………………………..
          3.2  Saran  ………………………………………………………………. 
Daftar Pustaka   ……………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi dikenal sebagai organisasi usaha yang bersama berjuang dalam bidang ekonomi
dengan jalan yang tepat untuk membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan
ekonomi dalam memperoleh suatu kesejahteraan. Koperasi lahir dengan nilai-nilai dan jati
diri yang tidak memfokuskan pada individu dan laba semata namun lebih kepada
kebersamaan karena rasa senasib sepenanggungan untuk sama-sama mencapai suatu
kesejahteraan yang menjadi ciri self help dari koperasi. Undang-undang Dasar 1945 pasal 33
ayat 1 beserta penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari penjelasan tersebut koperasi merupakan
yang paling sesuai dengan apa yang disiratkan dalam pasal tersebut, koperasi mempunyai
peran yang sangat strategis sebagai gerakan ekonomi rakyat juga sebagai soko guru
perekonomian.Menurut undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian,koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa koperasi profesional yang nantinya akan menghasilkan suatu
keuntungan untuk anggotanya, selanjutnya koperasi bukan kumpulan modal melainkan
kumpulan orang seorang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang bekerja
berdasarkan prinsip koperasi. Dengan demikian koperasi sebagai badan usaha memiliki
karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha lainnya, namun bukan berarti
antara koperasi dengan badan usaha lainnya memiliki kesamaan dalam segala hal. Kesamaan
yang terlihat antara koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu sama-sama bertujuan untuk
memperoleh laba, akan tetapi koperasi memiliki ciri yang sangat khas yaitu anggota koperasi
memiliki dual identity, sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa.
Identitas ganda inilah yang menjadi kekuatan koperasi. Anggota sebagai pemilik diharapkan
dapat memberi kontribusi pada koperasi baik berupa modal, pelaksanaan program ataupun
pengawasan demi kemajuan suatu koperasi. Peran anggota sebagai pelanggan dapat
memanfaatkan berbagai pelayanan usaha koperasi.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh pengaruh peran Dual Identity dalam keanggotaan koperasi?
b. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintahterhadap peran Dual Identity dalam
keanggotaan koperasi?
c. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan kebijakan pemerintah terhadap peran Dual
Identity dalam keanggotaan koperasi?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha seperti badan usaha lainnya yang perlu dikelola secara
idenrintas ganda peran dalam keanggotaan koperasi. Abstrak Dalam organisasi koperasi,
anggota berstatus sebagai pemilik sekaligus sebagai karyawan (dua identitas) maka
konsekuensinya memerlukan bantuan aktif dalam keusahaan, kepengurusan, dan agar dapat
digunakan untuk mencari promosi anggota. Koperasi sebagai organisasi ekonomi berwatak
sosial yang mendanai pengelolaan usahanya, mengelola melalui kebersamaan, kekeluargaan,
dan keterbukaan kompilasi mengelola usahanya.

Oleh karena itu koperasi dikenal sebagai badan usaha yang memiliki ciri: dari, oleh, untuk
anggota dalam hubungan kausalitas antara partisipasi kontribusi dan partisipasi insentif maka:
(a). Anggota akan terdorong untuk memberikan lebih banyak pendapat tentang pengurus
prestasi kerja yang memuaskan anggota, (b). Pengurus akan dapat bekerja dengan maksimal.
Memberi tahu secara sadar tentang cara kerja sama dengan koperasi.

Partisipasi anggota koperasi adalah anggota dalam organisasi dan perusahaan koperasi, baik
di kedudukannya sebagai pemilik maupun sebagai pelanggan. Dalam kehidupan sehari-hari,
koperasi dari banyak pihak dengan moto dari, oleh dan untuk anggota. Meskipun moto ini
diucapkan oleh hampir semua orang, belum tentu dipahami makna dan latar
belakangnya. Dengan menerjemahkan moto tersebut ke dalam identitas anggota sebagai
pemilik dan koperasi, maka moto tersebut dapat membahas makna dari dan oleh anggota
berarti anggota adalah pemilik koperasi. Sementara koperasi untuk anggota kursi kedudukan
sebagai anggota koperasi. dengan demikian yang mempertanyakan peran ganda dalam
koperasi adalah peran yang diambil anggota dalam bantuan yang diberikan atas hak untuk
dipromosikan oleh koperasi melalui pelayanan-kementerian barang / jasa yang
diselenggarakan oleh koperasi.
Suatu organisasi yang menjalankan prinsip-prinsip koperasi serta ada dua prinsip
identitas maka organisasi tersebut merupakan koperasi yang sesungguhnya. Sementara itu,
organisasi yang ada di sini tidak melaksanakan prinsip-prinsip koperasi dan tidak ada prinsip
identitas ganda, maka organisasi ini jelas bukan koperasi. Dua hal yang membuat keraguan
adalah suatu organisasi yang melaksanakan prinsip-prinsip koperasi tetapi tidak
mengembangkan prinsip identitas ganda dalam kehidupan koperasi; dan lainnya adalah
organisasi yang tidak melaksanakn. 

Menurut Ropke (1988) organisasi bisnis yang merupakan pemilik utama, maka
perusahaan dapat diidentifikasikan sebagai koperasi. Jadi pemilik dan pelanggan / pemakai
jasa pelayanan unit bisnis koperasi adalah individu-individu yang sama yaitu anggota
koperasi itu sendiri. Undang-undang RI No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dalam pasal
17 telah disetujui pula oleh anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna layanan
koperasi. Dengan demikian sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota dituntut
untuk meminta bantuan aktif dalam kegiatan koperasi. Baik partisipasi sebagai kontribusi
maupun insentif. Koperasi dapat pula memberikan layanan kepada anggota sesuai dengan
sifat kegiatan usahanya, sepanjang tidak membahayakan kepentingan anggota. Maksud
layanan ini seyogianya harapan untuk menarik mereka yang belum menjadi anggota agar mau
bergabung dalam kemitraan. 

Prinsip: ANGGOTA = PEMILIK = PELANGGAN Prinsip ganda identitas anggota


dapat dibuat sebagai ciri pembeda yang hakiki dari koperasi terhadap bentuk organisasi /
perusahaan non koperasi. Seperti yang digambarkan Ariffin (2003) membedakan kedudukan
anggota dua organisasi yang memiliki ciri berbeda

ABCDABCD (pemilik) (pemilik) AEBC Perusahaan Koperasi FG Perusahaan


Kapitalistik DH Pelanggan = Pemilik (bukan pemilik) Pelanggan = pasar Dari gambar di atas
terlihat di perusahaan koperasi, pemilik dan pelanggan adalah yang terkait. Posisi pelanggan
tergantung pada sistem organisasi, namun tentu saja tergantung pada jenis
koperasinya. Dalam koperasi konsumsi anggota sebagai pembeli yang diundang sebagai
pemasok / pembeli; dalam koperasi simpan pinjam dan anggota dalam koperasi produksi
maka sebagai pemilik identik dengan pengelola. Jadi dalam organisasi koperasi, mereka yang
berstatus sebagai pemilik, pemodal, pengelola, pengawas dan sekaligus juga adalah anggota. 
Dampak dari posisi anggota koperasi yang menyatu dengan kegiatan / usaha
organisasi adalah adanya efisiensi
 Biaya
 perbaikan harga
 Memperbaiki Biaya
 Peningkatan skill anggota
 inovasi; juga
 naik pasar . 
Di dalam organisasi non koperasi (perusahaan kapitalistik) pelanggan adalah bukan pemilik
perusahaan. Para pelanggannya berada di pasar, yaitu di luar sistem organisasi atau
perusahaan. Misalnya dari sisi permodalan, dalam perusahaan terbatas (PT) yang sudah go
public maka umumnya perusahaan modal dihimpun dari saham yang dijual di pasar
modal. Pemilik perusahaan tidak tahu siapa sebenarnya pemegang saham perusahaan,
sedangkan bagi pemilik perusahaan yang dimaksud adalah dengaan modal tersebut
diupayakan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. 

Di sisi lain untuk para pemegang saham yang diutamakan ada capital gain di samping
yang memberikan pembagian deviden yang makin tinggi dan memuaskan. Para pemegang
saham tidak dituntut untuk aktif dalam perusahaan pengelola, bahkan sebaliknya yang tidak
diinginkan oleh perusahaan manajeman. Anggota koperasi yang juga sebagai pemilik,
menentukan gerakan dan Arah organisasi koperasi. Karena itu keputusan anggota dalam
forum rapat anggota merupakan pemeegang tertinggi dari organisasi ini. 

Di dalam dewan anggota menetapkan norma-norma koperasi (anggaran dasar dan


anggaran rumah tangga) dan berbagai peraturan lain yang merupakan kebijakan dasar dan
harus dijalankan oleh manajemen / pengurus koperasi. Jika norma-norma baku sudah
ditentukan, maka rapat anggota membahas dan menetapkan:
1. Susunan pengurus dan pengawas
2. Diterima atau ditolak, hasil kerja pengurus dan pengawas
3. Rencana kerja sama dengan anggarannya
4. Berbagai keputusan terkait dengan kepentingan organisasi, anggota koperasi dan pihak lain
yang terkait. 

Kualitas partisipasi anggota dalam rapat anggota koperasi sangat berbeda, tergantung pada
tingkat heterogenitas keanggotaan koperasi. Meski demikian semakin banyak disetujui maka
semakin tinggi kualitas rapat anggota tersebut. Tapi tidak jarang terjadi dialog atau
pembahasan materi rapat anggota oleh dewan kecil anggota dan keputusan rapat lebih
diwarnai oleh keinginan kelompok kecil tersebut. Lebih jauh lagi sering terjadi pada siapa
yang akan berbicara kemudian akan muncul sebagai pemimpin koperasi, berdasarkan hasil
pemilihan dalam rapat anggota. 

Anggota koperasi sabagai pelanggan, menyelenggarakan program pengurus acara yang harus
disesuaikan dengan kepentingan para anggotanya. Program-program tersebut diputuskan,
dimodali, dan dibiayai oleh anggota selanjutnya untuk menyelamatkan selaku pemegang
mandat untuk mengelola organisasi koperasi yang sesuai dengan kebutuhan
anggota. Bagaimana manajemen koperasi dapat mencari tahu apa yang menjadi kepentingan
anggota serta meningkatkan kualitas yang diperlukan anggota? Maka Ropke (2000) meminta
agar manajemen selalu mencari informasi yang diperlukan untuk menyesuaikan pelayanan
yang akan diberikan koperasi dengan kebutuhan anggotanya. Karena kebutuhan anggota
relatif berubah, sebagian besar karena tantangan persaingan, maka pelayanan koperasi harus
disesuaikan terus menerus; Informasi ini juga harus diberikan oleh pesertaan (anggota
koperasi).

Terkait alur partisipasi anggota dalam memberikan dan menikmati pelayanan


menggambar sbb Kebutuhan (kepentingan) Pemilik = Pengguna Partisipasi dalam (Pemilik)
(Pengguna) memberikan dan menikmati pelayanan Kebutuhan / Pergantian Kepentingan
yang mengubah-ubah Kekuatan Kompetitif (Persaingan) anggota koperasi. Keputusan-
keputusan yang diambil oleh manajemen koperasi harus sesuai dengan kebutuhan nyata
anggota koperasi. Namun dalam lingkungan dunia usaha yang serba kompetitif maka
pengaruhnya akan sampai juga pada perubahan kebutuhan atau kepentingan anggota
koperasi. Untuk itu maka manajemen koperasi harus memperhatikan masukan yang diberikan
kepada anggota koperasi. Mengajak anggota untuk meminta bantuan atau mengkritik atas
manajemen agar dapat menghasilkan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota

Moto: DARI, OLEH, UNTUK Anggota Koperasi Di Indonesia, bantu harapan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota. Dua hal yang dilakukan guna mencapai tujuan tersebut
adalah menempatkan koperasi sebagai badan hukum yang berdiri sendiri dan di sisi lain
terletak subyek hukum anggota. Koperasi sebagai badan hukum yang berdiri sendiri, menurut
Draheim dan Dulfer (1974) menegaskan bahwa dalam koperasi dapat diberlakukan dua
identitas yaitu:
1. Hubungan yang memiliki sifat ganda yaitu sebagai hubungan ekonomi dan sekaligus
sebagai sosial; 151 Di Indonesia, bantu harapan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota. Dua hal yang dilakukan guna mencapai tujuan tersebut adalah menempatkan
koperasi sebagai badan hukum yang berdiri sendiri dan di sisi lain terletak subyek hukum
anggota.

2. Sebagai organisasi yang tergabung dalam double interprise, yaitu perusahaan koperasi dan
perusahaan / usaha anggota yang berintegrasi di dalam satu kesatuan sistem. 

Sebagai wadah ekonomi yang berwatak sosial, koperasi merupakan wadah senasib
sepenanggungan, hidup dalam kebersamaan, didasarkan pada prinsip solidaritas dalam ikatan
derajat (Egualitas) dan pengelolaan sepenuhnya didukung. Adanya karakteristik ganda di
dalam koperasi yang dirancang seperti halnya kerja sama yang khas dimana partisipasi
anggota merupakan inti dari kekhasannya. Koperasi sebagai organisasi ekonomi, di sana ada
perusahaan yang menjalankan sebagai alat untuk menjalankan kegiatan
ekonomi. Pelaksanaan dari ekonomi membutuhkan modal dan biaya, selain faktor-faktor
produksi lainnya. Anggota yang bertanggung jawab untuk maju atau mundurnya koperasi
dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap modal dan biaya yang diperlukan tersebut,
baik terdiri atas persetujuan simpanan pokok, wajib juga menyediakan modal pinjaman. 

Pada prinsipnya dalam organisasi koperasi harus ada langkah keserasian antara pengelola,
pengurus dan anggota. Karena ada keserasian di antara ketiga itu maka akan tercipta
kesesuaian antara perusahaan, kepengurusan, dan keanggotaan. Penentu gerak dan arah
organisasi koperasi dari anggota yaitu hasil keputusan rapat anggota. Selanjutnya anggota
mendelegasikan wewenangnya kepada pengurus untuk melakukan kegiatan usaha koperasi. 

Dalam melaksanakan tugasnya pengurus dituntut selalu berorientasi pada peningkatan


kesejahteraan anggota dan peningkatan koperasi. Hanel (1992) menyatakan bahwa anggota
koperasi memiliki persyaratan untuk:
1. Merumuskan tujuan koperasi sesuai dengan yang diminta oleh anggota
2. Menetapkan program kerja sama sebagai wujud dari langkahlangkah yang harus diambil
koperasi, sesuai dengan tujuan yang dirumuskan
3. Memodali dan membiayai koperasi agar program-program yang telah ditentukan dapat
dilaksanakan oleh manajemen koperasi
4. Mengawasi jalannya koperasi agar selalu sesuai dengan norma, nilai, prinsip, program
kerja dan keputusan-keputusan rapat anggota. 

Lebih lanjut lagi pasal 20 UU Republik Indonesia No. 25 tahun 1992:


1. Setiap anggota berhak:
a. Keputusan Anggaran Dasar dan Anngaran Rumah Tangga serta keputusan yang
telah disetujui dalam Rapat Anggota
b. Terkait dengan kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi
c. mengembangkan dan meningkatkan kebersamaan berdasarkan asas
kekeluargaan. 152

2. Setiap anggota memiliki hak:


a. menghadiri, mengumumkan, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota; 
b. memilih, dan / atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas
c.  Meminta pertemuan anggota sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar; 
d. mengemukakan pendapat atau saran untuk pengurus di luar rapat anggota 
e. Memperoleh koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota; 
f. mendapatkan keterangan tentang pengembangan koperasi menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar. 

Untuk menjalankan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan pengurus, maka dipilih
pengawas sebagai perangkat organisasi oleh anggota dalam forum rapat anggota. Anggota
perangkat organisasi ini harus mewakili anggota koperasi yang diharapkan dapat mewakili
anggota anggota untuk mengaktifkan fungsinya dengan baik demi kepentingan anggota
pula. Dalam perdebatan dengan aspek anggota, Teko Sumodimedjo (Swasono, 1985)
menyatakan bahwa mendukung organisasi koperasi sangat ditentukan oleh kesiapan dan
kemampuan anggota koperasi atau mendukung koperasi tergantung pada kualitas para
anggotanya. Selanjutnya Ropke (2000) mempertegas partisipasi tanpa partisipasi maka
meningkatkan anggapan efisiensi dan efektifitas yang rendah dalam mencapai peningkatan
koperasi, akan lebih besar Berpartisipasi benar-benar mewakili hak dan sekaligus mewakili
anggota untuk menjadi pemilik sekaligus pelanggan koperasi. 

Partisipasi Kontribusi dan Insentif Anggota Koperasi Partisipasi berperan penting dalam
pengelolaan dan pengembangan koperasi. Partisipasi meminta kontribusi anggota aktif atau
memberikan materi moral untuk koperasi. Dengan bermodalkan disetujui anggota ini
koperasi dikembangkan menjadi badan usaha yang siap melayani kebutuhan-kebutuhan
anggota. Selanjutnya anggota harus aktif mendukung untuk menyediakan layanan yang
disediakan koperasi untuk kepentingan ekonominya, sehingga mendukung upaya koperasi
dapat mengamankan. Partisipasi tidak dapat diasumsikan sebagai suatu yang diberikan atau
sesuatu yang demikian saja terjadi otomatis setelah sebuah koperasi didirikan, Anggota bebas
koperasi itu sendiri yang memotivasi diri sendiri dan membuat partisipasi partisipatif dalam
kehidupan berorganisasi.

Hanel (1989) membagi partisipasi anggota menjadi dua jenis yaitu:

1.Partisipasi Kontribusi. Partisipasi anggota membahas dengan status sebagai pemilik


koperasi disebut dengan partisipasi kontribusi. 
Di antara wujud yang berpartisipasi ini antara lain:
a. Memberikan kontribusi dalam pembentukaan dan pertumbuhan perusahaan dalam
bentuk kontribusi keuangan (penyertaan modal, simpanan dll)
b. Terkait bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan, dan dalam proses
pengawasan terhadap tata kehidupan koperasi, misalnya keputusan rapat anggota dsb. 
2. Partisipasi Insentif. Partisipasi insentif terkait dengan penempatan kursi pelanggan atau
pemakai yang berhak menggunakan berbagai layanan dan peluang yang menunjang
kepentingan perbaikan ekonomi. 
Penggunaan terminologi hak berkonotasi dapat digunakan dan dapat juga digunakan oleh
yang berhak. Seandainya semua anggota atau sebagian anggota tidak mau menggunakan
haknya, lalu untuk siapa pelayananpelayanan tersebut diselenggarakan? Sementara layanan-
layanan yang diadakan itu merupakan hasil keputusan para anggota sendiri? Dengan
demikian apa yang disebut hak tersebut pada akhirnya lebih tepat disebut sebagai anggota
koperasi sehingga tujuan organisasi yang dapat diterima. Terkait dengan partisipasi yang
menyalurkan perhatian dengan partisipasi. Hubungan tersebut dapat dirumuskan oleh
Ariffin (2003: 88)
BAB III
PENUTUPAN

I = f (K) atau K = f (I) Fungsi hubungan I = f (K) akan menghasilkan koperasi yang akan
menghasilkan pendapatan-manfaat ekonomi bagi anggota yang telah memperoleh hasil
yang dibutuhkan penuh. Fungsi hubungan ini mencerminkan anggota sebagai pemilik
koperasi yang bertanggung jawab terhadap maju atau mundurnya koperasi. Sementara itu,
hubungan K = f (I) yang membahas tentang pelanggan, anggota koperasi akan membahas
setiap pengorbanan yang diberikan pada koperasi dengan besar atau kecilnya, atau peluang
untuk memperoleh keuntungan dari koperasi. 
Dari sekilas pembahasan yang telah diungkap dapat disimpulkan:
1.Dalam organisasi koperasi anggotanya berstatus sebagai pemilik sekaligus sebagai
pelanggan, sehingga memiliki kaitan dengan melalukan peran aktif dalam kegiatan
koperasi. 
Agar dapat 154 Fungsi hubungan ini mencerminkan anggota sebagai pemilik koperasi
yang bertanggung jawab terhadap maju atau mundurnya koperasi. Sementara hubungan
K = f (I) mempertanyakan sebagai pelanggan, anggota koperasi akan mempertimbangkan
setiap pengorbanan yang diberikan pada koperasi dengan jumlah besar atau kecilnya,
untuk memperoleh manfaat dari koperasi. Dari sekilas pembahasan yang telah diungkap
dapat disimpulkan: Mewujudkan yang lebih baik dari hari kemarin, maka anggota harus
ikut serta dalam menentukan gerak dan arah organisasi; semua yang disetujui; dan selalu
menyediakan layanan yang diselenggarakan koperasi. 
2. Koperasi sebagai organisasi ekonomi berwatak sosial yang mendanai pengelolaan
usaha. Akan diwujudkan melalui kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan kompilasi
usahanya. Kegiatan yang dilakukan koperasi berdasarkan atas kehendak dan keputusan
anggota. Para anggota memegang kendali tertinggi; memodali; mengelola usaha; serta
mengelola pengawasan atas kinerja manajemen. Akhirnya hasil usaha yang berhasil
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama pula. Dengan demikian koperasi selalu dikenal
sebagai bentuk badan usaha yang memiliki ciri: dari, oleh, untuk anggota.
3. Dalam hubungan kausalitas antara partisipasi kontribusi dan partisipasi insentif dapat
disimpulkan bahwa:
a. Anggota akan terdorong untuk mendapatkan lebih banyak dalam koperasi Makin
baik layanan yang diberikan pengurus kepada anggotanya maka semakin tinggi pula
semangat anggota untuk kemajuan koperasi. 
b Pengurus akan dapat digunakan secara maksimal dan disetujui oleh anggota, baik
kontribusi moral maupun materi. Makin tinggi kontribusi anggota maka dapat
diharapkan hasil yang lebih memuaskan dari anggota koperasi.

 
DAFTAR PUSTAKA
Ariffin, Ramudi (2003): Ekonomi Koperasi Ikopin Press. Bandung Departemen
Koperasi dan PPK (1995): Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian. Dep. Koperasi dan PPK, Dirjen Pembinaan Koperasi
Perkotaan ,. Jakarta Dulfer, Eberhard (1974): Efisiensi Operasional Koperasi Pertanian
di Negara Berkembang. Makalah Pembangunan Pertanian, FAO. Roma. Hanel, Alfred
(1089): Organisasi Koperasi, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan
Kebijakan Pengembangannya di Negara- Negara Berkembang. Unpad. Bandung ...
(1992): Aspek Dasar Organisasi Koperasi dan Kerjasama Swadaya Koperasi di Negara
Berkembang. Marburg. Jerman. 155 Efisiensi Operasional Koperasi Pertanian di Negara
Berkembang. Makalah Pembangunan Pertanian, FAO. Roma. Hanel, Alfred (1089):
Organisasi Koperasi, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan
Kebijakan Pengembangannya di Negara- Negara Berkembang. Unpad. Bandung ...
(1992): Aspek Dasar Organisasi Koperasi dan Kerjasama Swadaya Koperasi di Negara
Berkembang. Marburg. Jerman. 155 Efisiensi Operasional Koperasi Pertanian di Negara
Berkembang. Makalah Pembangunan Pertanian, FAO. Roma. Hanel, Alfred (1089):
Organisasi Koperasi, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan
Kebijakan Pengembangannya di Negara- Negara Berkembang. Unpad. Bandung ...
(1992): Aspek Dasar Organisasi Koperasi dan Kerjasama Swadaya Koperasi di Negara
Berkembang. Marburg. Jerman. 155 Ropke, Jochen (1988): Nilai-Nilai Budaya dan
Efektivitas Partisipasi dalam Koperasi Indonesia. Unpad. Bandung .... (2000): Ekonomi
Koperasi: Teori dan Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Rozi dan Etha (2002):
Ekonomi Koperasi.Bintang. Surabaya Swasono, Sri-Edi (1985): Koperasi Di Dalam
Orde Ekonomi Indonesia. UI Tekan. Jakarta. 156

Anda mungkin juga menyukai