Anda di halaman 1dari 35

MODUL BELAJAR

Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal
DOSEN PEMBIMBING:
JULIETTA HUTABARAT, SST, M.KEB

Penyusun :
1. Anggy Wijayanti ( P07424417003 )
2. Ayinun Fitriani Barus ( P07524417005)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan


Prodi D-IV Jurusan Kebidanan T.A
2018/2019
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat Rahmad dan HidayahNyalah kami dapat
menyelesaikan modul ini. Penyusunan modul ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Selain itu, penyusunan modul ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pelaksanaa
kegawatdaruratan pada kasus hipoglikemia, hiperbilirubinemia,
kejangdan infeksi neonatal. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Julietta Hutabarat SST,M.Keb selaku dosen
pembimbing mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal yang telah membimbing kami dalam penyelesaian
modul ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa modul ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan modul
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga modul ini bermanfaat untuk
kami dan untuk pembaca.

Medan, 21 Februari 2019

Penyusun,
Kelompok 14

2
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

DAFTAR IS I

K a t a P e n g a n t a r ...........................................................................................................2
D a f t a r I s i ......................................................................................................................3
Pendahuluan(deskripsi singkat,tujuan pembelajaran dan petunjuk
b e l a j a r ) .............................................................................................................................4
Pengantar.................................................................................5
Indikator pembelajaran...............................................................6
Uraian materi…........................................................................
A . H i p o g l i k e m i a .....................................................................................................7
B . H i p e r b i l i r u b i n .................................................................................................1 0
C . K e j a n g ................................................................................................................1 5
D . I n f e k s i / s e p s i s ..................................................................................................2 0
C o n t o h k a s u s d e n g a n m e t o d e S O A P .................................................................2 4

R a n g k u m a n ...............................................................................................................2 9
S o a l L a t i h a n .............................................................................................................3 1
K u n c i J a w a b a n S o a l L a t i h a n ..........................................................................3 4
D a f t a r P u s t a k a ........................................................................................................3 5

3
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

DESKRIPSI SINGKAT

M
odul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mampu
menguraikan konsep penangan kasus kegawatdaruratan pada BBL dan
Neonatus kasus Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia, Kejang dan Infeksi
Neonatus, mampu membuat dokumentasi dan mendiagnosa
kegawatdaruratan pada BBL dan Neonatus kasus Hipoglikemia,
Hiperbilirubinemia, Kejang dan Infeksi Neonatus.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah membaca modul ini mahasiswa diharapkan dapat menguraikan


konsep penangan, membuat dokumentasi dan mendiagnosa
kegawatdaruratan pada BBL dan Neonatus kasus Hipoglikemia,
Hiperbilirubinemia, Kejang dan Infeksi Neonatus.

PETUJUK BELAJAR

 Bacalah doa terlebih dahulu sesuai dengan ,keyakinanmu agar diberikan kemudahan
dalam mempelajari materi ini.
 Bacalah materi ini dengan seksama, sehingga isi materi ini dapat dipahami dengan baik.
 Buat dan isilah rencana pembelajaran yang terdapat dalam modul agar dapat
mengkonsultasikannya apabila mendapat kesulitan.
 Kerjakan lembar kegiatan siswa yang sudah disediakan dengan sungguh-sungguh.

4
Asuh P
an E
ASUHAN K E G A W A T Dkega
N
ARURATAN MATERNAL NEONATAL
G
watd A
arura N
T
tan
A
pada R
BBL
dan
Neon
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan
atus sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera
kasu
guna menyelamtkan jiwa/nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
s
Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir yang apabila tidak segara
Hipo
ditangani akan berakibat pada kematian bayi.
glike
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru
mia, lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
Hiper
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau,
biliru
2006).
bine
Kegawatdaruratan maternal perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan
dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan,
persalinan, postpartum, hematoma, dan koagulopati obstetric.

5
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

INDIKATOR PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu menguraikan konsep penangan kasus kegawatdaruratan


pada BBL dan Neonatus kasus Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia, Kejang
dan Infeksi Neonatus.
2. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kegawatdaruratan pada BBL
dan Neonatus kasus Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia, Kejang dan Infeksi
Neonatus.
3. Mahasiswa mampu mendiagnosa sedini mungkin mengenai
kegawatdaruratan pada BBL dan Neonatus kasus Hipoglikemia,
Hiperbilirubinemia, Kejang dan Infeksi Neonatus.

6
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

URAIAN MATERI

Asuhan kegawatdaruratan pada BBL dan Neonatus kasus Hipoglikemia,


Hiperbilirubinemia, Kejang, Infeksi Neonatus

A. HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi dimana konsentrasi darah bayi lebih rendah disbanding
kondisi glukosa darah rata-rata pada populasi bayi dengan usia atau berat badan yang sama
(<30 mg% pada bayi cukup bulan dan <20mg pada bayi BBLR). Hipoglikemia sering
terjadi pada BBLR karena cadangan glukosa rendah yang dapat menimbulkan kejang dan
penyebab hipoksia otak. Jika hipoglikemia tidak dikelola dengan baik, menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat, bahkan dapat menimbulkan kematian (Depkes RI,
2008).

B. Etiologi

Hipoglikemia semestara yang terjadi pada neonates, sering disertai komplikasi


perinatal oleh karena sekresi insulin yang berlebihan, ibu yang menderita diabetes atau
eritroblastosis. Hipoglikemia yang berlangsung lama karena penimbunan glikogen yang
tidak memadai dapat terjadi setelah hari pertama kelahiran, dan sering disertai oleh keadaan
hipoksia dan gangguan pertumbuhan intrauterine. Kelainan bawaan pada susunan saraf
pusat atau jantung dapat menyebabkan hipoglikemia, kemudian dapat timbul keadaan
sepsis dan hipokalsemia.
Pada bayi, dapat terjadi hipoglikemia pada tahun pertama setelah kelahiran, yang
disebabkanoleh gangguan penimbunan karbohidrat dan glikogen yang diturunkan,
gangguan metabolism asam amino serta asam organic dan ganggauan endokrin. Pemberian
protein pada penderita dengan hipersentivitas terhadap leusin idiopatik (idiophatic
sensitivity) dan gangguan metabolism asam amino sertaasam organic, dapat menyebabkan
hipoglikemia yang timbul dengan cepat. Asupan laktosa dapat merangsang timbulnya
hipoglikemia yang disertai galaktosemia sedangkan asupan sukrosa dapat menimbulkan
ketotik, atau keadaan lain yang lebih jarang yaitu defesiensi hormonal, hiperinsulinisme,
penyakit penimbunan glikogen (glikogen stroge disease), atau diifesiensi fruktosa 1,6-
difosfastase 9 (FD Pase). Pada anak-anak yang belum sekolah dan anak-anak sekolah dasar
dapat timbul gejala-gejala hipoglikemia setelah berpuasa yang lama, sebagai respon
fisiolofis terhadap kelaparan . pada penderita lain, hipoglikemia dapat terjadi karena racun
dan toksin.

7
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

 
C. Patofisiologi hipoglikemi

  Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar dapatme
mberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa dari berbagai sumberseperti
: pemasukan makanan, pemecahan glikogen, glukoneogenesis memacu terjadinyarespon
insulin. Orang sehat akan segera memproduksi Hormon insulin untuk menurunkankembali
kadar gula darah ke level yang normal.Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi
Insulin, sehingga Glukosa tidak bisadimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh
darah sehingga menimbulkanHiperglikemia. Untuk menurunkan kadar gula darah biasanya
diberikan Insulin, namunkarena dosis yang kurang tepat bisa menimbulkan penurunan
glukosa darah yang cepat.Efek dari penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia,
dengan gejala yangringan sampai berat.
Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar glukosa darah menurun,sistem syaraf
simpatis akan terangsang. Terjadi pelimpahan adrenalin ke dalam darahmenyebabkan
gejala : perspirasi, tremor, takhikardia, palpitasi, gelisah dan rasa lapar.Pada Hipoglikemia
Sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otaktidak memperoleh cukup
bahan bakar dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistemsyaraf pusat mencakup
ketidakmampuanberkonsentrasi,sakitkepalavertigo,
konfusio, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tid
akterkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.Pada
Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami gangguan yangsangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasiHipoglikemia yang
diderita, gejalnya: Disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan daritidur, kehilangan
kesadaran.Terjadi hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap penurunan kadar glukosa serum, k
arenaglukosa merupakan sumber energi utama. Otak tidak dapat menggunakan sumber
energi lain (ketone, lemak) kecuali glukosa. Sebagai konsekwensi penurunan kadar
glukosa, maka akanmempengaruhi aktivitas sistem saraf.

D. Tanda dan Gejala

Gejala:
1. Tremor (jiterineaa)
2. Bayi lemah, apatis, letargi, dan berkeringat dingin.
3. Sianosis.
4. Kejang.
5. Apnea atau napas lambat dan tidak teratur.
6. Tangisan melengking atau lemah merintih.
7. Hipotomia.
8. Masalah minum.
9. Nistagmus, gerakan involunter pada mata.

8
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

Tanda dan gejala

1. Bayi dari ibu yang mengalami diabetes militus, peridiabetes mellitus, dan bayi dengan
eritroblastosis berat. Bayi dengan kelainan ini memperlihatkan keadaan yang terjadi
Karen hiperinsulinisme, mempunyai sejumlah glikogen dan deposit lemak.
Hipoglikemia ini terjadi pada jam-jam pertama sesudah lahir.
2. Bayi yang mengalami gangguan nutrisi atau kurang gizi intrauterine. Misalnya, ibu
dengan toksemia, bayi dengan kelainan plasenta, dan bayi kembar yang kecil.
3. Bayi yang sangat imatur, rentan terhadap komplikasi sindrom gangguan pernafasan
atau asfiksia, dan membutuhkan metabolism yang lebih tinggi daripada kemampuan
bayi tersebut.
4. Bayi dengan galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen, kepekaan terhadap leusin.
Insulinisme, dan gangguan metabolic atau gangguan anatomis lainnya.

 
E. Diagnosa

1. Amamnesis riwayat penyakit ditunjukkan pada perjalanan hipoglikemianya.


a. Umur mulai timbulnya dan sifat hipoglikemianya. Sebaiknya ditanyakan dengan
teliti sesuai dengan tanda-tanda dan gejalanya yang ada seperti pusing, muntah,
gangguan pertumbuhan, perubahan mental, cengeng, hilang kesadaran, dan
kejang, membaik pada pemberian glukosa (glikogen), atau keadaan yang
membaik sementara setelah mendapat asupan makanan.
b. Kelainan-kelainan pada masa perinatal dan riwayat kejang hipoglikemia,
gangguan pertumbuhan serta kematian pada usia muda dalam keluarga
sebaiknya disingkirkan, jika ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
hipoglikemia, maka keadaan hipoglikemia.
c. Riwayat kelainan metabolism glukosa dalam keluarga, misalnya diabetes atau
hipoglikemia.
d. Obat-obat yang diminum belum lama.
2. Pemeriksaan fisiksebaiknya ditunjukan pada keseimbangan hemodimanik:
a. Keseimbangan jalan nafas, ventilasi dan sirkulasi sebaiknya di periksa.
b. Keadaan mental, pembesaran atau gagal hati, dan sekuele penyakit tertentu,
sebaiknya juga diperhatikan.
3. Pemeriksaan penunjang digunakan untuk menentukan derajat hipoglikemia:
a. Pemeriksaan laboratorium harus dapat memberikan keterangan yang cepat.
b. Terapi percobaan pertama-tama ditunjukkan pada pemberian glukosa parenteral,
lalu diamati respon yang terjadi. Perhatikan yang khusus ditunjukan untuk
menyingkirkan diagnosis banding yang ada.

9
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

F. Penatalaksanaan
a. Tindakan ABC
b. Airway
c. Melihat apakah terdapat sesuatu yang menghalangi jalan napas, apabila ada
bersihkanlah.
d. Breathing
Periksa pernapasan dengan look,listen, and feel untuk mengetahui ada
gangguan pada pernapasan atau tidak.
e. Circulation
f. Melihat adakah perdarahan dan capiler refill time.2. Penatalaksanaan
hipoglikemia.

B. HIPERBILIRUBINEMIA

Ikterus dan Hiperbilirubinemia sering ditemukan pada masa neonatus dan terjadi
apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Istilah ikterus biasanya lebih banyak
dipakai untuk menggambarkan keadaan yang fisiologik atau ringan, sedangkan
Hiperbilirubinemia menggambarkan proses yang lebih berat dan penanganan yang benar.

A. Pengertian Hiperbilirubinemia
• Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin dalam darah (wong, 2004)
• Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih
normal, biasanya terjadi pada bayi baru lahir. (Suriadi, 2001)
• Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern-ikterus bila tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan patologis. Brown
menetapkan 12mg% pada bayi cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan.
Sedangkan uteli menetapkan 10mg% dan 15mg %. (Harison, et all, 2000)

B. Etiologi
Penyebab dari Hiperbilirubinemia antara lain :

10
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

1. Penghancuran sel darah merah (hemolisi sel darah merah)


Misalnya : pada anak ketidak selarasan golongan darah rhesus dan ABO
(inkompatibilitas),defenisi G6PD, sepsis.
2. Metabolisme bilirubin yang terganggu.
Misalnya : prematur, cepalenhepar belum dtaang, hiperprotein/albumin.
3. Ekskresi bilirubin yang terganggu.
4. Lebam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat timbul dalam
proses persalinan.
a) Lebam terjadi karena penumpukan darah beku dibawah kulit kepala.
b) Secara alamiah tubuh akan menghancurkan bekuan ini sehingga bilirubin juga akan
keluar yang mungkin saja terlalu banyak untuk dapat ditangani oleh hati sehingga
timbul kuning.
5. Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi kuning.

C. Patofisiologis
Sel-sel darah merah yang sudah tua dan rusak akan dipecah/ dihidrolisis menjadi ilirubin
(pigmen warna kuning), yang oleh hati akan dimetabolisme dan dibuang melalui feses.
Didalam usus juga terdapat banyak bakteri yang mampu mengubah bilirubin sehingga
mudah dikeluarkan bersama feses. Hal ini terjadi secara normal pada orang dewasa. Pada
bayi baru lahir,jumlah bakteri pemetabolisme bilirubin ini masih belum mencukupi
sehingga ditemukan bilirubin ini masih beredar dalam tubuh tidak dibuang bersama feses.
Begitu pula dalam usus bayi terdapat enzim glukoronil transferase yang mampu mengubah
bilirubin dan menyerap kembali bilirubin ke dalan darah sehingga makin memperparah
akumulasi bilirubin dalam badannya. Akibatnya pigmen tersebut akan disimpan dibawah
kulit, sehingga kulit bayi menjadi kuning. Biasanya dimulai dari wajah, tungkai,dada,
tungkai, dan kaki menjadi kuning. Biasanya Hiperbilirubinemia dan sakit kuning akan
menghilang setelah minggu pertama. Kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa disebabkan
oleh pembentukan yang berlebihan atau gangguan pembuangan bilirubin. Kadang pada bayi
cukup umur yang diberi susu ASI, kadar bilirubin meningkat secara progresif pada minggu
pertamam keadaan ini disebut jaundience ASI. Penyebabnya tidak diketahui dan hal ini
tidak berbahaya. Jika kadar bilirubin sangat tinggi mungkin perlu dilakukan terapi, yaitu
terapi sinar atau transfusi tukar.

11
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

D. Tanda dan Gejala neonatus dengan Hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut :


1. Kulit jaundice (kuning)
2. Sklera ikterik
3. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 Mg% pada nenatus yang cukup bulan
dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan
4. Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 jam yang disebabkan oleh rendahnya
intake kalori.
5. Asfiksia
6. Hipoksia
7. Sindrom gangguan pernafasan
8. Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang buncit.
9. Feses berwarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologist dapat ditemukan adanya
kejang.
10. Epistotonus (posisi tubuh bayi melengkung)
11. Terjadi pembesaran hati
12. Tidak mau minum ASI
13. Latergi
14. Refleks Moro lemah atau tidak ada sama sekali.

E. Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dnegam cara sebagai berikut :
1. Anamnesis
a. Riwayat ibu hamil: adanya infeksi, golongan darah ibu.
b. Riwayat anak terdahuly :adakah yang kuning pasa masa bayi
c. Riwayat obat-obatan : oksitosin, jamu, memakai kamfer.
d. Riwayat partus dengan tindakan, infeksi inpartu
e. Riwayat kelahiran : adakah asfiksia
f. Riwayat penyakit: kapan mulai kuning, gejala infeksi: muntah, mencret, malas
minum, sesak.

12
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

2. Pemeriksaan Klinis
a. Periksalah keadaan umum bayi, berat bada, suhu.
b. Adakah gejala iritabel, gelisah, kejang terutama meliuk liuk.
c. Adakah gejala malas minum, tidur terus.
d. Apakah berat bayi berkurang banyak? Nilailah tugor dan tenus
e. Adakah sefalhematom, jejas vakum, bercak perdarahan.
f. Selain kuning, apakah bayi nampak pucat? Rabalah hepar dan lien/limpa. periksalah
sejauh mana bayi tampak kuning.

3. Laboratorium
a. Kadar bilirubin total pada minggu pertama kehidupan.
b. Bila umur bayi diatas 1 minggu, sebaiknya diperiksa juga bilirubin direj untuk
melihat gangguan fungsi ekskresi hati.
c. Darah rutin untuk mengetahui adanya hemolisi/sepsis.
d. Tergantung indikasi : Tes Coomb, G6PD, kultur darah.

F. Penatalaksanaan
1. Nasehat untuk ibu
a. Pada waktu hamil, ibu hamil sebaiknya tidak minum obat, ramuan, atau jamu-
jamuan yang diketahui sering berakibat kuning pada bayi.
b. Jika bayi yang dilahirkan normal, maka ibu harus mengusahakan agar bayinya
menerima cukup asupan kalori dan cairan. Dirumah bersalin/rumah sakit agar
diusahakan ruang bayi cukup mendapatkan sinar matahari pagi.
c. Pada saat memulangkan bayu pada umur 3-4 hari, nasehat yang diberikan adalah
menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin dan menjemur bayi pada pagi
hari selama 30 menit , tanpa baju, sampai bayi berumur 10-14 hari. Ibu diberitahu
untuk tidak memberi kamfer ke rumah sakit.
d. Ibu diberitahukan bahwa semua bayi yabg kuning pada hari pertama harus dirujuk ke
rumah sakit.

13
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

e. Bayi yang sudah banyak menyusu dan dijemur namun masih nampak kuning, ibu
dianjurkan untuk membawa bayi kepuskesmas/dokter/rumah sakit.
f. Ibu diberitahukan tentang terapi sinar yang diberikab bioa kadar bilurubin total lebih
dari 12mg% dan trnasfuse tukar bila kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg%.
g.Bayi yang pada umur 2-3 minggu masih kuning tapi tidak begitu tinggi,
kemungkinan bayi mengalami gangguan metabolik, kelainan hepar atau kuning karena
ASI. maka ibu dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter.

2. Penatalaksanaan Umum
a. Tentukan jenis ikterus : fisiologis atau patologis
b. Penatalaksanaan pada bilirubin indirek :
• 10-12mg% adalah fototerapi
• 12-15mg% adalah fototerapi
• bila protein rendah diberikan albumin atau plasma
• kalori cukup
c. Tanggulangi penyakit penyerta (sepsis/dehidrasi)
d. Bila kadar bilirubin lebih daei 20mg% (bayi cukup bulan) atau kadar bilirubin 18mg
% (bayi premature) dilakukan transfusi tukar.

3. Rekomendasi AAP ( The American Academia Of Paediatric)


Tentang Penatalaksanaan Hiperbilirubinemiapada bayi cukup bulan(1994 diperbaharui
2000).
a. Perlu dilakukan testing prenatal care termasuk ABO dan Rhesus D dan screening
antibody isoimun.
b. Bila belum melakukan seperti tersebut diatas atau ibu rhesus negative, bayi harus
diperikasa golongan darah, tes comb direct, Rhesus D dari darah tali pusat.
c. Cobtoh darah tali pusat disimpan terutama bbilagolongan darah ibu O, untuk
pemeriksaan apabila sewaktu waktu dibutuhkan.
d. Bila ada riwayat kekurangan enzim G6PD, bayi diperiksa kadarnya
e. Bila ikterus terjadi dalam 24 jam pertama, maka bilirubin total mutlak harus
diperiksa.

14
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

f. Pemeriksaan ikterus secara klinik harus dibawah sinar lampu yang terang.
Peningkatan bilirubin serum dapat diperkirakan dengan melasnya kekuningan
darinkepala meluas kebagian bawah. Pemeriksaan dengan ikterometer juga dilakukan.
g. Bayi yang dipulangkan sbeelum 48 jam, harus diperiksa oleh tenaga kesehatan klinik
3 hari berturut -turut
h. Bila ibu melaporkan kencing berwarna kecoklatan, buang air besar berwarna pucat
seperti dempul, periksa bilirubin direct
i. Bila ikterus tidak hilang selama 3 minggu, periksa kadar bilirubin urine, total dan
bilirubin direct
j. Evaluasi bila bayi mengalami malas minum, apnea, suhu tidak normal, perubahan
keadaan.

C. INFEKSI/SEPSIS

A. Defenisi
Infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri, yang bisa berasal organ-organ dalam
tubuh seperti paru-paru, usus, saluran kemih atau kulit yang menghasilkan toksin/ racun
yang menyebabkan system kekebalan tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.

Sepsis dapat mengenai orang dari usia berapapun, tetapi paling sering pada :
Bayi di bawah 3 bulan, system kekebalan tubuhnya belum cukup matang untuk
melawan infeksi yang berat.
1. Orang lanjut usia
2. Orang dengan penyakit kronik
3. Orang dengan gangguan system kekebalan tubuh, seperti dengan infeksi HIV.

B. Etiologi

15
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

1) Pengantar :
a. Sepsis pada bayi baru lahir hamper selalu di sebabkan oleh bakteri, seperti E.Coli,
listeria monocytogenes, Neisseria meningitides, streptokokus pneumonia,
haemophilus influenza tipe b, salmonella dan streptokokus grup B adalah penyebab
sepsis pada bayi baru lahir dan bayi < 3 bulan.
b. Bayi premature dalam perawatan intensif lebih rentan untuk mengalami sepsis
karena sistem kekebalan tubuhnya belum teebentuk sempurna dan mereka mendapat
perawatan invasif, seperti infus, kateter selang pernafasan (ventilator)
c. Tempat masuk infus atau kateter sapat menjadi jalan masuk bakteri yang normalnya
hidup dipermukaan kulit untuk masuk kedalam tubuh dan menyebabkan infeksi.
d. Pada bayi baru lahir, sepsis terjadi apabila bakteri masuk kedalam tubuh bayi dari
ibu selama kehamilan, persalinan.
2) Beberapa komplikasi selama kehamilan yang meningkatkan resiko sepsis pada bayi
baru lahir :
a. Demam pada ibu sewaktu persalinan
b. Infeksi pada uterus atau plasenta
c. Ketuban pecah dini (sebelum usia 37 minggu atau 18 jam sebelum dimulainya
persalinan)
d. Bakteri seperti streptokokus grup B dapat menginfeksi bayi baru lahir dalam proses
persalinan (sekitar 15-30% Perempuan hamil Membawa bakteri strepkokus grup B
divagina atau rektum yang dapat ditransmisikan dari ibu ke bayi selama persalianan).

C. Tanda dan Gejala

1. Tidak mau minum ASI atau muntah


2. Suhu tubuh > 38C
3. Lemas dan tidak responsive
4. Perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis kemudian pelan pada sepsis
lanjutan)
5. Bernafas sangat cepat atau kesulitan bernafas
6. Ada saat bayi henti nafas lebih dari 10 detik
7. Perubahan warna kulit (pucat dan biru)
8. Kuning pada kulit dan mata
9. Ruam kemerahan
10. Kurang produksi urin.

16
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

D. Diagnosis Dan Tatalaksana


1) Gejala sepsis sering kalu tidak khas pada bayi, maka diperlukan bantuan pemeriksaan
laboratoriun untuk menegakkan atau menyingkirkan diangnosis sepsis:
a. Tes darah (termasuk hitung sel darah putih) dan kultur darah untuk menentukan
apakah ada bakteri didalan darah. Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ
tubuh seperti hati, ginjal.
b. Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urin dibawah microskop dan
kultur urin untuk mengetahui ada tidaknya bakteri.
c. Pungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk mengetahui
apakah bayi terkena meningitis
d. Rontgen, terutama paru -paru, untuk memastikan ada tidaknya pneumonia
e. Jika bayi menggunakan perlengkapan medis ditubuhnya sepeti infus, kateter, maka
cairan dalam perlengakapan medis tersebut akan diperiksa ada tidaknya tanda -tanda
infeksi

2) bayi yang sepsis atau sicurigai mengalami sepsis akan ditatalaksana dirumah sakit,
tempat dokter dapat memantau keadaanya dan memberikab pengobatan untuk melawan
infeksi. Bila bayi di diagnosis sepsis maka dokter dapat memberikan cairan infus,
mengukur tekanan darah dan pernafasan dan memberikan antibotik.

E. Penatalaksanaan
1. Kaji riwayat maternal, identifikasi bayi terkena infeksi.
2. Cegah transmisi infeksi:
a) Teknik cuci tangan
b) Personil dengan penyakit infeksi hindari berhubungan dengan bayi
c) Ajarkanpada orangtua/ orang lain yang masuk ruang rawat
d) Pertahankan teknik terilitas pada tiap tindakan
e) Tingkat kebersihan lingkungan perawatan
f) Observasi bayi.

17
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

3. Observasi :
a) Kelemahan, penurunan aktivitas dan melemahnya rtonus otot.
b) Minum sedikit
c) Perubahan ttv
d) Kondisi warna kulit.
e) Perubahan suhu (terutama hipotermi)
f) Intake output
g) Amati setiap sistem tubuh
4. Konsisten dalam merencanakan perawatan terhadap bayi (catat pola perilaku).
5. Lapor dokter bila ada gejala
6. Observasi tanda-tanda komplikasi, seperti :
a) Meningitis
b) Infeksi saluran perkemihan
c) Pneumonia
7. Observasi adanya sesak nafas dan kenali gejala yang merangsang pernafasan :
a) Observasi bayi terhadap apnea/ tempatkan bayi dengan monitor pernafasan.
b) Rangsang bayi ketika terjadi apnea.
c) Laporkan frekuensi apnea pada dokter
d) Laporkan lamanya periode apnea dan respon yang timbul.
8. Observasi bayi terhadap kejang yang menyertai sepsis:
a) Segera lapor dokter bila terjadu kejang.
b) Bayi jangan ditinggal
c) Suction bila ada secret
d) Miringkan kepala ke samping berlawanan arah dengan radiasi panas inkubator.
f) Berikan oksigen bila sianosis atau distress pernafasan, berikan pengobatan yang
perlu jika terjadi kejang.
g) Catat lama dan tipe kejang, bagian tubuh yabg kejang, penampilan sebelum dan
selama dan selama kejang, respon setelah diberi terapi.
g) Pastikan evaluasi tes diagnostik tepat dan benar :
i. Tes harus lengkap terutama terhadap sensitivitas antibiotika
ii. Sejak terjadi infeksi (kultur darah untuk mencari antibiotika yang tepat)
iii. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan kalorinya.

18
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

9. Fase akut :
a. Bayi tidak toleransi terhadap makanan oral, monitor pemberian cairan intravena ngt
untuk mencegah distensi abdomen.
b. Kondisi baik berikan makanan per oral :
i. Pemberian mulai dari jumlah kecil (lihat dari reaksinya : muntah, distensi
abdomen, kemampuan menghisap), asi, secara teratur tambah jumlah minuman
(jangan di paksa karena bisa memicu muntah)
ii. Buat jadwal minum sesuai kemampuan menerima minuman.
c. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal:
i. Ukur suhu bayi tiap jam.
ii. Pertahankan suhu 36,5-37,5 c
iii.saat diletakkan tempat tidur terbuka tapi tetap diberi selimut.
iv. Lapor jika terjadi hipotermi ataupun hiperternia
d. Beri terapi antibiotika untuk mengontrol infeksi
e. Waspadai pengaruh dan efek samping
f. Observasi respon
g. Transfusi (jika syok)
h. Observasi kejadian sepsis syok :
i. Monitor denyut nadi perifer
ii. Monitor output urine tiap jam (untuk mengetahui fungsi ginjal)
i. Berikan kehangatan dan kebutuhan emosi pada bayi :
i. Tempatkan ditempat terang.
ii. Bicarakan sentuhan dan tenang saat bayi menangis.
iii. Berikan sentuhan dan tepukan saying.
iv. Anjurkan orangtua mendampingi bayi sesering mungkin.

19
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

D. KEJANG

A. Pengertian Kejang

Kejang merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sering di temukan dalam


praktik sehari-hari dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Kejang pada bayi
sering tidak terkendali karena bentuknya beda dengan kejang pada anak/orang dewasa.
Pada prinsipnya, kejang pada bayi baru lahir berlangsung jika terjadi gerakan yang tidak
biasa pada bayi secara berulang atau periodic.
Kejang merupakan keadaan darurat atau tanda bahaya yang sering terjadi pada
neonates karena kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipoksiaotak yang sangat
berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau mengakibatkan gejala sisa di kemudian hari.
Termasuk di dalam kelompok ini adalah spasme dan tidak sadar atau penurunan kesadaran.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh asfiksia neonatorum dan hipoglikemia, atau merupakan
tanda meningitis atau masalah susunan saraf (JNPKKR-KR,2008).

B. Etiologi

1. Gangguan metabolism, seperti hipoglikemia, hipomagnesemia,


hiperbilirubinemia, dll.
2. Infeksi seperti meningitis, meningoensefalitis, dll.
3. Perdarahan intracranial akibat trauma lahir atau hipoksia.
4. Kelainan susunan saraf pusat.
5. Ketergantungan obat.
6. Penyebab yang tidak diketahui.

C. Tanda dan gejala

1)      Kejang umum dengan gejala:


a)      Gerakan wajah dan ekstremitas yg teratur dan berulang
b)      Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun tidak
sinkron
c)      Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap bangun tetapi
responsif/apatis)

20
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

d)     Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik).

2)      Kejang subtle dengan gejala:


a)      Gerakan mata berkedip berputar dan juling yang berulang,
b)      Gerakan mulut dan lidah berulang
c)      Gerakan tungkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh sepeda
d)     Apnea

D. Diagnosis
1. Anamnesa:
a) Anamnesa lengkap mengenai keadaan ibu mengenai keadaan ibu pada saat
hamil.
b) Obat yang diminum oleh ibu saat hamil.
c) Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan.
d) Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dll.
e) Riwayat persalinan
f) Riwayat imunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan.
g) Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional.
h) Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut,
lidah, eksremitas.
i) Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstermitas, otot mulut dan perut.
j) Kejang di picu kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan.
k) Riwayat bayi malas minumsesudah dapat minum normal.
l) Adanya factor resiko infeksi.
m) Riwayat ibu mendapat obat.
n) Riwayat perubahan warna kulit (kuning).
o) Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk mengetahui tanda-tanda adanya kejang spasme dan
infeksi tali pusat, denga kriteria masing-masing sebagai berikut:
a) Kejang:
I. Gerakan norma pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas.
II. Ekstensi atau fleksi tonik pada ekstremitas, gerakan seperti
mangayuh sepeda, mata berkedip berputar, juling.
III. Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti.
IV. Perubahan status kesadaran, apnea, icterus, ubun-ubun besar
menonjol. Suhu tidak normal.
b) Spasme:
i. Bayi tetap sadar, menangis kesakitan.

21
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

ii. Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi


otot, tidak terkendali dipicu oleh kebisingan, cahaya atu prosedur
diagnostic.
iii. Infeksi tali pusat.

3. Pemeriksaan laboratorium :
Gula darah, kalsium, fosfor, magnesium, natrium bilirubin, fungsi lumbal,
darah tepi, kalau mungkin biakan darah dan cairkan serebrospinal foto kepala dan
EEG, pemeriksaan sedapat mungkin terarah.

DIAGNOSIS BANDING KEJANG, SPASME, DAN TIDAK


SADAR.

TEMUAN TEMUAN DIAGNOSIS KEMUNGKINAN


ANAMNESIS PEMERIKSAAN LAIN YANG DIAGNOSIS
SUDAH
DIKET

Timbul pada saat  Kejang, Kadar Hipoglikemia


lahir sampai tremor, glukosa darah
dengan hari ke-3 letargi, atau kurang dari
tidak sadar 45 mg/dl (2,6
 Bayi kecil
mmol/L)
 Bayi sangat
besar
 Ibu tidak Spasme Infeksi tali Tetanus neonatorum
imunisasi pusat
toksoid
tetanus
 Bayi malas
minum
setelah
minum
sebelumnya
 Timbul
pada hari
ke 3-14
 Bayi lahir
dirumah
dengan
lingkungan
yang
kurang
higenis

22
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

 Pengolesan
bahan tidak
steril pada
tali pusat
Timbul pada hari  Kejang Sepsis Dugaan meningitis
ke 2 atau lebih atau tidak
sadar
 Uub
menonjol
 Letargi
 riwayat  kejang atau Asfiksia
resusitasi tidak sadar neonaturum
pada saat  layuh atau dan/atau trauma
lahir atau letargi
bayi tidak  gangguan
bernafas nafas
minimal 1  suhu tidak
menit normal
setelah lahir  mengantuk
 timbul pada atau
hari ke 1-4 aktifitas
 persalinan menurun
dengan  iritabel
penyulit atau rewel
(partus
lama atau
gawat
janin)
 timbul pada  kejang atau Perdarahan
hri ke-1 tidak sadar intraventricular
sampai ke-7  bayi kecil
 kondisi  gangguan
bayi nafas berat
mendadak
memburuk
 mendadak
pucat
 belum
mendapat
injeksi vit
K
 icterus  kejang Hasil tes Ensefalopati
hebat  opistotonus coombs bilirubin/kernicterus
timbul pada positif
hari ke-2
 esafalopi
timbul pada

23
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL
R
A
hari ke-3 N
sampai ke-7
 icterus G
hebat yang K
tidak U
diobati atau
terlambat M
diobati A
N

Contoh kasus dengan metode SOAP

Hipoglikemia
1. Seorang bayi laki- laki lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3500 gr, PB
49 cm. Lahir spontan langsung menangis. Pada 3 jam perawatan bayi tampak
pucat tidak mau menetek kemudian kejang dan sianosis. Bayi ini anak pertama
dan tidak ada riwayat diabetes pada ibu.
a. Subjekif:
Ibu mengatakan bayinya tidak mau menetek
Ibu mengatakan bayinya kelihatan pucat
b. Obyektif :
 Keadaan umum : kejang, sianosis
 Kesadaran umum : bayi tidak sadar
 Suhu badan : 36,1 C
 Nadi : 128 x/mnt
 Ditemukan adanya frontal bossing dan mikropesis
 Pemeriksaan Laboratorium :
- Pemeriksaan gula darah 25mg/Dl
- Keton urin dan keton darah positif
- Laktat dan serta korisol normal
- Ph darah dalam batas normal
- Kortisol
- Free fatty acid (FFA) rendah
- Insulin normal
 Fungsi liver normal
c. Assement
Bayi laki laki lahir normal, cukup bulan, dengan hipoglikemia tipe ketosis ec curiga
defisiensi growth hormon.
d. Planning :

24
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

 Berikan Dekstose 10% IV sebanyak 2 ml/kgBB selama 1 menit secara pelan


dilanjutkan maintenance infus dekstrose 10%
 Pertahankan suhu optimal 37,2 C
 Atasi kejang jika timbul kejang lagi
 Kadar gula darah pertahankan lebih dari 45 mg/Dl
 Berikan ASI setelah gejala hilang
 Monitor kadar gula

Evaluasi :
Setelah dilakukan tindakan pemberian Dekstose 10% IV dilakukan penilain fisik
dan laboratorium (follow up) sesuai kemampuan dan fasiltas rumah sakit.

Hiperbilirubin

Bayi Ny.N lahir diRS assalam gemolong sragen,lahir spontan dengan BB 3800 gr, PB 49
cm, berumur ssatu hari. Ny. Nmerasa cemas dan mengatakan bahwa bayinya malas minum
dan bayinya sudah disibin oleh bidan. Ibu mengatakan bayinya BAB senyak 2x berwarna
kecoklatan dan BAK sebnyak 6x warna kuning jernih.

a. Subjekif:
Ibu mengatakan bayinya malas minum
Ibu mengatakan bayinya sudah disibin oleh bidan.
b. Obyektif :
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran umum : sadar penuh
 Suhu badan : 36,1 C
 Nadi : 128 x/mnt
 Pernafasan : 44x/mnt
 BB : 3800 gr
 Terpasang infus D 5 ¼ NS ( mikodrip) 10 tetes/ mntdi kaki sebelah kiri dan
terpasang sonde no 8 diludang hidung disebelah kiri.
 Pemeriksaan Laboratorium :
- Biilirubin direk 0,96 mg%
- Bilirubin indirec 10,55 mg%
- Bilirubin total 11,70 mg%

 Reflek menghisap dan menelan lemah


 Dirawat dalam inkubator dengan suhu 28 C
 Kepala, leher, badan, paha sampai lutut tampak kuning

25
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

 BAB : 2x warna hitam kecoklatandan konsistensinya lembek, BAK : 6x warna


kuning jernih

c. Assement
Bayi Ny. N lahir normal, cukup bulan umur 2 hari dengan hiperbilirubin derajat III

d. Planning :
 Mengobservasi keadaan umu setiap 8 jam
 Mengkaji refleks menghisap setiap 3 jam
 Mengobservasi BAK dan BAB setiap 8 jam
 Memberikan ASI setiap 3 jam sebanyak 80 cc dengan sonde
 Mengobservasi tetesan infus
 Mengambil sampel darah untuk mengetes kadar bilirubin
 Melanjut kan advis dokter spesialis anak yaitu injeksi lagofox 2x 150 mg,
otogenta 2x10 m, Neo K 1x 0,5 (selama 2 hari) dan fototerapi sinar.

KEJANG

Bayi Ny. R adalah anak pertama dari Ny. R dan Tn. Y. berusia 4 hari , lahir spontan
pervaginam pada usia kandungan 38 minggu, datang ke bidan dengan keluhan
kejang.

a. Subjekif:
Ibu mengatakan bayinya kejang.

b. Obyektif :
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran umum : tidak sadar
 Suhu badan : 36 C
 Nadi : 128 x/mnt
 Pernafasan : 44x/mnt
 BB : 2800 gr
 Dj : 98x/mnt
 Apgar score : 5/8
 Refleks moro : tidak ada
 Tonik keak : tidak ada
 Palmargrap : tidak ada

26
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

 Pada pemeriksaan inspeksi ditemukan bayi tampak kejang, mata berputar-


putar, sianosis, ekskemitas kaku, tremor, bayi mengalami asfiksia ringan, sulit
bernafas karena jalan nafas tersumbat oleh lender.

c. Assement
bayi Ny. Rina lahir spontan cukup bulan pervaginam cukup bulan sesuai masa
kehamilan dengan kejang.

d. Planning :
a) Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya bahwa bayinya
mengalami kejang, dan harus segera dilakukan pengobatan. Ibu dan keluarga
telah mengetahui kondisi bayinya.
b) Melakukan inform consent dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Inform consent dari kolaborasi telah
dilakukan.
c) Mengobati kejaang.
d) Pasang infus intravena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki dan kepala
jika bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit diabetes mellitus pemasangan
infus melalui vena umbilikostik.
e) Beri obat anti kejang yaitu: diazepam 0,5/kg, suspositiria IM sampai kejang
teratasi.
f) Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dekstrose 10% dengan kecepatan 60ml/kg
BB/hari.
g) Melakukan pembebasan jalan nafas.
h) Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan hidung dan mulut bayi
secara zig-zag dengan kasa steril.
i) Meletakkan bayi dengan terlentang atau miring, dengan leher agak ekstensi atau
mengadah dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung ke bawah
bahu, sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
j) Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan dan lender dari mulut dan
hidung menggunakan slim zulnger. Hisap dari mulut terlebih dahulu, kemudian
dari hidung.
k) Mempertahankan suhu tubuh bayi.
l) Melakukan perawatan tali pusat.
m) Menggunakan rangsangan taktil.
n) Melakukan penilaian bayi:
I. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi.
II. Menilai warna kulit bayi.

o) Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi selama 6
bulan, mengancurkan ibu tetap memberikan asi walau bayi sedang sakit. Ibu
mau melakukan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.

27
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

p) Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dalam merawat
bayinya.
q) Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi sayuran hijau seperti bayam, daun
katu, daun singkong serta kacang-kacangan seperti penambah zat gizi pada ASI
yang diminum oleh bayi.

INFEKSI
Bayi I, berusia 14 hari, berjenis kelamin perempuan. Dibawa orang tuanya ke rumah sakit
mitra sehat pada tanggal 01 mei 2018. Ibu mengatakan anaknya mencret dan demam sejak
2 hari yang lalu. Fases cair tanpa mengandung darah. Bayi I sering munah dan tidak mau
menyusui. Mukosa bibir terlihat kering. Tugor kering bayi I terlihat rewel. Dari hasil
pemeriksaan tanda tanda vital diperoleh data HR130x/mnt, RR 60x/mnt, T 38C, bayi I
didiagnosa diare epidemik akibat salmonelosis.

a. Subjekif:
 Ibu mengatakan bayinya mencret sejak 2 hari yang lalu,feses cair tanpa
ampas, berwarna kuning da berbau khas.
 Ibu mengatakan bayinya demam sejak 2 hari yang lalu.
 Ibu mengatakan bayinya muntah dan tidak mau meminum susu.

b. Obyektif :
 Keadaan umum : lemah
 Kesadaran umum : sadar
 Suhu badan : 38 C
 Nadi : 130 x/mnt
 Pernafasan : 60x/mnt
 BB : 2800 gr
 Konjungtiva pucat
 Pemeriksaan Laboratorium :
- Biilirubin 7,9 mg%
- Glukosa : 69 mg/dl
- Haemoglobin :13,5 gr%
- Erytricit : 3,72
- Mikrobiologi biakan feses: salmonelosis (+)
 Reflek menghisap dan menelan lemah

28
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

 Bising usus >18x/mnt


 BAB : 5x warna kuning dan konsistensinya cair,

c. Assement
Bayi Ny. N lahir normal, cukup bulan umur 14 hari dengan diare epidemik akibat
salmonelosis.
d. Planning :
 Inj viccillin 100 mg/12 jam
 Inj cefotaxim 100 mg/12 jam
 Foto therapy continue sejak tanggal 30 april 2018

RANGKUMAN
1. Hipoglikemia adalah kondisi dimana konsentrasi darah bayi lebih rendah disbanding
kondisi glukosa darah rata-rata pada populasi bayi dengan usia atau berat badan
yang sama (<30 mg% pada bayi cukup bulan dan <20mg pada bayi BBLR).
Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR karena cadangan glukosa rendah yang
dapat menimbulkan kejang dan penyebab hipoksia otak. Jika hipoglikemia tidak
dikelola dengan baik, menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat, bahkan
dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2008).

2. Tanda dan Gejala hipoglikemia


 Tremor (jiterineaa)
 Bayi lemah, apatis, letargi, dan berkeringat dingin.
 Sianosis.
 Kejang.
 Apnea atau napas lambat dan tidak teratur.
 Tangisan melengking atau lemah merintih.
 Hipotomia.
 Masalah minum.
 Nistagmus, gerakan involunter pada mata.

3. Ikterus dan Hiperbilirubinemia sering ditemukan pada masa neonatus dan terjadi
apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Istilah ikterus biasanya lebih
banyak dipakai untuk menggambarkan keadaan yang fisiologik atau ringan,
sedangkan Hiperbilirubinemia menggambarkan proses yang lebih berat dan
penanganan yang benar.

29
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

4. Infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri, yang bisa berasal organ-organ
dalam tubuh seperti paru-paru, usus, saluran kemih atau kulit yang menghasilkan
toksin/ racun yang menyebabkan system kekebalan tubuh menyerang organ dan
jaringan tubuh sendiri.
Sepsis dapat mengenai orang dari usia berapapun, tetapi paling sering pada :
Bayi di bawah 3 bulan, system kekebalan tubuhnya belum cukup matang untuk
melawan infeksi yang berat.
a. Orang lanjut usia
b. Orang dengan penyakit kronik
c. Orang dengan gangguan system kekebalan tubuh, seperti dengan infeksi
HIV.

5. Kejang merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sering di temukan dalam


praktik sehari-hari dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Kejang pada
bayi sering tidak terkendali karena bentuknya beda dengan kejang pada anak/orang
dewasa. Pada prinsipnya, kejang pada bayi baru lahir berlangsung jika terjadi
gerakan yang tidak biasa pada bayi secara berulang atau periodic.
Kejang merupakan keadaan darurat atau tanda bahaya yang sering terjadi pada
neonates karena kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipoksiaotak
yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau mengakibatkan gejala
sisa di kemudian hari. Termasuk di dalam kelompok ini adalah spasme dan tidak
sadar atau penurunan kesadaran. Keadaan ini dapat disebabkan oleh asfiksia
neonatorum dan hipoglikemia, atau merupakan tanda meningitis atau masalah
susunan saraf (JNPKKR-KR,2008).

30
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

SOAL LATIHAN

1. Ny Lani hamit anak yang pertama, umur kehamilan 8 bulan datang ke BPS yakni
dengan keluhan nyeri kepala, pandangan kabur, sakit daerah ulu hati. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan bidan didapati hasil TD 160/110 mmHg, Suhu 37°C,
Nadi 88 x/mnt, RR 20 x/mnt.
Sesuai dengan diagnosis yang ditemukan pada Ny Lani, masalah potensial yang
dapat terjadi adalah...
a.      Kejang
b.      Impanding Eklampsia
c.      Kesadaran menurun
d.      Gangguan pernafasan
e.      Epilepsi

2. Ny. S P1A0 usia 28tahun, mengatakan telah melahirkan 4 hari yang lalu, datang ke
BPM dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan hasil Suhu : 38,5ͦC, Tekanan darah : 20/90 mmHg, Inspeksi : Lochea rubra, dan
berbau busuk.
Dari data diatas, diagnosa untuk kasus tersebut adalah ....
a. Letagis
b. Sepsis puerpuralis
c. Hipospodia
d. Epilepsi

31
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

e. Kesadaran menurun

3. Seorang bayi lahir preterm 3 hari yang lalu di Rumah Sakit. Hasil pemeriksaan
kesadaran composmentis, BB 1950 gr, bayi tampak kuning pada muka, leher dan dada,
reflek hisap kuat. Pemeriksaan laborat kadar bilirubin indirect 6,3 mg/dl, albumin 3,7
g/dl. Apakah jenis ikhterik pada kasus tersebut?
a. Ikhterik patologis
b. Ikhterik fisiologis
c. Ikhterik neonatorum
d. Hiperbilirubin
e. Ikhterik hiperbilirubin

4. Menurut Wirastari penyebab hiperbilirubin pada hari ke 1 adalah:


a. Ikterus
b. Hiperbilirubinemia
c. Politsemia
d. Sepsis
e. Infeksi bakteri
5. Terjadi peningkatan kadaar bilirubin dalam darah mencapai lebih dari 10 mg%
disebut
a. Ikterus
b. Hiperbilirubinemia
c. Sepsis
d. Politsemia
e. Infeksi bakteri
6. Etiologi kejang neonatus adalah
a. Ensefalopati iskemik hipoksik
b. Hipoglikemi
c. Hiponatermi
d. Hipernatermi
e. Semua benar
7. Salah satu tanda dan gejala infeksi/sepsis adalah....
a. Demam

32
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

b. Gerakan wajah dan ekstremitas yg teratur dan berulang


c. Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun tidak
sinkron
d. Perubahan status kesadaran
e. Muntah
8. Salah satu tanda dan gejala hipogilkemia adalah....
a. Bayi dari ibu yang mengalami diabetes militus
b. Bayi dari ibu hipertensi
c. Bayi dari ibu obesitas
d. Bayi dari ibu anemia
e. Bayi dari ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung
9. Apabila kita menemui bayi tampak kuning, refleks moro lemah,tidak mau menyusu
termasuk dalam tanda dan gejala ....
a. Hipoglikemi
b. Hiperbilirubin
c. Kejang
d. Infeksi
e. asfiksia
10. Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 6 hari ke BPM mengatakan anaknya
malas menyusu. Hasil pemeriksaan bayi tampak kuning didaerah kepala dan leher.
Apakah asuhan yang tepat untuk kasus diatas....
a. Rujuk
b. Terapi
c. Transfusi darah
d. Jemur disinar matahari
e. Observasi kadar bilirubin

33
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

KUNCI JAWABAN

1. A
2. B
3. E
4. E
5. B
6. E
7. A
8. A
9. B
10. D

34
ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani Anik, Nurhayati. 2009.Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada


Neonatus. Jakarta: CV. Trans Info Media
Lisnawati Lilis.2013.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Terkini. Jakarta : Trans Info Media
Marie Tando Naomi.2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta
: Buku Kedokteran EGC
Maryunani Anik, Puspita Eka. 2013.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: CV. Trans Info Media
http://mustikalembayung.blogspot.com/2015/06/konsep-dasar-kegawatdaruratan-
maternal.html

35

Anda mungkin juga menyukai