Anda di halaman 1dari 1

DM merupakan salah satu penyakit metabolik dengan tanda utama adalah hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kerja insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM
ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena
(Perkeni, 2015).
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti (Perkeni, 2015):
 Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Pada DM, dapat terjadi kerusakan pada sel – sel saraf dan pembuluh darah. Kerusakan ini
diakibatkan adanya stress oxidative pada endotel akibat tingginya gula darah. Endotel dalam
keadaan normal bisa menghasilkan nitric oxide (NO) yang berguna untuk melebarkan pembuluh
darah termasuk pembuluh darah di penis. Dalam keadaan rusaknya pembuluh darah, nitric oxide
(NO) tidak dihasilkan sehingga pembuluh darah penis sulit melebar sehingga aliran darah ke
organ erektil berkurang sehingga terjadilah disfungsi ereksi (Dodie et. al., 2013).
Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan merupakan
akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan problem psikis. DE dapat didiagnosis dengan
menilai 5 hal yaitu : fungsi ereksi, fungsi orgasme, nafsu seksual, kepuasan hubungan seksual,
dan kepuasan umum, menggunakan instrumen sederhana yaitu kuesioner IIEF-5 (International
Index of Erectile Function 5). Apabila diagnosis DE telah ditegakkan, perlu dipastikan apakah
penyebab DE merupakan masalah organik atau masalah psikis. Upaya pengobatan utama adalah
memperbaiki kontrol glukosa darah senormal mungkin dan memperbaiki faktor risiko DE lain
seperti dislipidemia, merokok, obesitas dan hipertensi (Perkeni, 2015).
 Perlu diidentifikasi berbagai obat yang dikonsumsi pasien yang berpengaruh terhadap
timbulnya atau memberatnya DE.
 Pengobatan lini pertama adalah terapi psikoseksual dan medikamentosa berupa obat
penghambat phosphodiesterase tipe 5 (sildenafil, taldanafil, dan vardenafil). Apabila
belum memperoleh hasil memuaskan, dapat diberikan injeksi prostaglandin intrakorporal,
aplikasi prostaglandin intrauretral, dan penggunaan alat vakum, maupun prostesis penis
pada kasus dimana terapi lain tidak berhasil.

Dodie, N. J., Tendean, L., Wantouw, B. 2013. Pengaruh Lamanya Diabetes Melitus Terhadap
Terjadinya Disfungsi Ereksi. Jurnal e-Biomedik Vol : 1
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia
2015. Jakarta : PB Perkeni

Anda mungkin juga menyukai