Biology Makalah Endoskopi - A

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu dan teknologi yang terus berkembang pesat di bidang kedokteran


telah menghasilkan sebuah prosedur diagnostik yang cepat dan tepat, serta
metode penyembuhan penyakit dalam tanpa melakukan operasi.

Pemeriksaan saluran pencernaan dengan menggunakan alat yang


menyerupai endoskop untuk pertama kalinya dilakukan pada abad ke-18. Pada
saat itu, pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip melalui suatu tabung
yang dimasukkan ke dalam rectum penderita dengan penerangan lilin agar
dapat melihat keadaan di dalam rectum. Cara ini kemudian berkembang
dengan pemakaian alat dari logam yang pemakaiannya masih memberikan
penderitaan bagi pasien. Baru pada tahun 1932, diperkenalkan suatu gastroskop
setengah lentur yang mempunyai lapang pandang yang lebih luas, lebih praktis
dan aman. Alat ini kemudian dilengkapi dengan kamera dan forsep untuk
biopsi. Endoskop menjadi lebih baik saat prinsip-prinsip optic serat atau fiber
optic diterapkan pada alat endoskop.

Dewasa ini dokter telah menjadikan alat endoskopi sebagai alat diagnostik
dan terapeutik yang handal, sehingga mampu menyederhanakan beberapa
tindakan terapi operatif. Hampir setiap Rumah Sakit besar memiliki dan
menjadikan alat endoskopi sebagi sarana penunjang yang menjanjikan pada
pasien yang akan menjalankan pemeriksaan kolonoskopi. Kemudahan yang
didapat dengan tindakan endoskopi menjadikan diagnosis berbagai penyakit
saluran cerna dapat ditegakkan dengan lebih akurat serta, memudahkan
pengobatan dan mempercepat masa penyembuhan pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan endoskopi?

1
2. Mengapa seseorang melakukan endoskopi?

3. Apa saja macam-macam endoskopi?

4. Bagaimana tahapan endoskopi?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian endoskopi.

2. Mengetahui tujuan dilaksanakannya endoskopi.

3. Mengetahui jenis-jenis endoskopi.

4. Mengetahui tahapan dan proses endoskopi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Endoskopi

Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah


suatu prosedur untuk melihat bagian dalam tubuh dengan menggunakan
instrument endoscope yang bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan
saluran pencernaan atas meliputi kerongkongan, lambung, dan duodenum
(NDDIC, 2009). Secara harfiah, endoskopi artinya adalah melihat kedalam,
yang dalam hal ini dapat dimaksudkan untuk melihat keadaan pada bagian
dalam tubuh manusia untuk suatu alasan medis. Endoscopy merupakan salah
satu prosedur untuk mendiagnosa etiologi dispepsia. Tanpa pemeriksaan
endoscopy, dokter kesulitan menentukan apakah pasien memiliki tukak
lambung, ulkus duodenum, atau tidak ada ulkus hanya berdasar atas gejala dan
pemeriksaan fisik saja (Santacroce et al., 2012).

Menurut dr. Ariyando H. Saragih, endoskopi ialah suatu tindakan yang


memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam saluran atau bagian dalam
tubuh, melakukan proses pemeriksaan terhadap struktur internal dengan
menggunakan suatu alat yang fleksibel. Selama endoskopi, dokter
memasukkan alat yang disebut endoskop ke dalam tubuh seseorang. Endoskop
dimasukkan lewat celah tubuh yang terbuka seperti mulut atau vagina.
Endoskopi digunakan untuk diagnosis organ yang berongga. Organ dapat
diambil gambarnya dan biopsi (pembuangan contoh jaringan yang kecil untuk
analisis mikroskop).

Kebanyakan endoskopi menggunakan tabung tipis dengan cahaya yang


kuat dan kamera kecil di ujungnya. Panjang dan fleksibilitas endoskop (suatu
alat yang digunakan untuk memeriksa organ dalam tubuh manusia, dapat
secara visual dengan mengintip menggunakan alat tersebut (rigid/ fiber –
scope) atau langsung melihat pada layar monitor (evis scope), sehingga
kelainan yang ada pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas (Agus

3
Priyanto, 2009 :13)) tergantung pada bagian tubuh yang perlu dilihat dokter.
Sebagai contoh, endoskop lurus membantu dokter melihat persendian.
Sementara itu, yang fleksibel membantu dokter melihat bagian dalam usus
besar.

B. Tujuan Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi betujuan untuk menentukan penyebab dari


keluhan yang dialami pasien, serta mendeteksi lokasi ganggguan yang terjadi
di dalam tubuh dan untuk mengevaluasi gejala yang ditimbulkan akibat
kelainan pada organ. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, peradangan, atau
kanker. Melalui prosedur endoskopi, dokter juga dibantu untuk mengambil
sampel jaringan (biopsi). Beberapa gejala yang mungkin membutuhkan
endoskopi untuk menunjang diagnosis, antara lain:

a) Keluhan saluran pencernaan, seperti BAB atau muntah darah, diare atau
muntah terus menerus, penyakit asam lambung (GERD), penyakit radang
usus, batu empedu, pankreatitis, berat badan menurun, disfagia, pendarahan
saluran cerna, kesulitan menelan, sembelit kronis, serta rasa panas di ulu
hati.

b) Gangguan pada saluran napas, meliputi batuk berdarah, batuk kronis,


hambatan jalan napas, sesak napas, tumor paru, dan benda asing di saluran
napas.

c) Gangguan pada saluran kemih, meliputi batu saluran kemih atau kandung
kemih, tumor kandung kemih, kencing berdarah, inkontinensia urine, dan
cedera atau luka pada saluran kemih.

d) Gangguan pada organ reproduksi, meliputi pendarahan vagina, radang


panggul, sering keguguran, infertilitas, miom dan kista rahim, kanker rahim,
dan kelainan bentuk rahim.

Berikut manfaat dari pemeriksaan menggunakan endoskopi:

4
1. Mengetahui bagaimana keadaan bagian dalam seperti saluran cerna
(apakah ada luka, daging tumbuh, kelainan bentuk saluran cerna, dan lain-
lain).

2. Dapat menggantikan fungsi tindakan operasi, lebih nyaman, biaya lebih


murah dan efisien.

3. Dapat digunakan untuk memeriksa organ dalam tubuh.

4. Untuk memberikan terapi tertentu seperti terapi later, ablasi microwave,


terapi fotodinamik, dan lainnya.

Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan guna menentukan langkah pengobatan


pada penyakit tertentu. Berikut ini hal yang perlu diketahui tentang
pemeriksaan endoskopi:

a) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi


penyebab dispepsia. Kondisi ini merupakan sekumpulan gejala yang
menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada perut bagian atas. Biasanya, perut
kembung dan sakit perut menjadi gejalanya.

b) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi


penyebab disfagia. Kondisi ini merupakan istilah medis untuk
menggambarkan seseorang yang memiliki kesulitan dalam menelan.

c) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi


penyebab muntah persisten. Muntah ini merupakan muntah yang seringkali
terjadi pada seseorang.

d) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi


penyebab dari penurunan berat badan secara signifikan.

e) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui lokasi akurat dari


pendarahan yang terjadi pada saluran pencernaan.

f) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui lokasi tukak


lambung pada seseorang.

5
g) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui lokasi terjadinya
pelebaran pembuluh darah kerongkongan dan lambung.

h) Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui luasnya luka akibat


menelan zat korosif yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
pernapasan, kulit, atau sistem pencernaan.

Beberapa jenis gangguan yang dapat dilihat dengan endoskopi antara lain:

a) Abses

b) Sirosis biliaris

c) Perdarahan

d) Bronkhitis

e) Kanker

f) Kista

g) Batu empedu

h) Tumor

i) Polip

j) Tukak

k) Sembelit kronis

l) Kolitis ulseratif

m) Hernia hiatus

n) Ulkus lambung

o) Pankreatitis, dan lain-lain.

Endoskopi juga sangat berperan dalam menentukan penyebab


pendarahan saluran cerna yang sulit ditentukan berdasarkan pemeriksaan
radiologis. Beberapa lesi (terlihat putih atau pucat) yang tak terlihat pada
pemeriksaan radiologis dapat diketahui dengan pemeriksaan endoskopi.

6
Endoskopi tidak hanya berfungsi sebagai alat periksa tetapi juga untuk
melakukan tindakan medis seperti pengangkatan polip dan penjahitan. Selain
itu, endoskopi juga dapat digunakan untuk mengambil sampel jaringan jika
dicurigai jaringan tersebut terkena kanker atau gangguan lainnya.

Dokter juga dapat melakukan tindakan seperti biopsi, memperbaiki


kerusakan pada sendi, membuang batu empedu, atau memasang stent pada
saluran empedu atau pankreas yang menyempit, menghancurkan batu saluran
kemih dan memasang stent pada ureter, menyumbat perdarahan pada penderita
tukak lambung, mengangkat usus buntu yang mengalami peradangan pada
penderita penyakit usus buntu, mengangkat benjolan yang dicurigai tumor,
miom, atau kista, serta melakukan sterilisasi (kontrasepsi permanen). Hasil
biopsi tersebut nantinya akan dijabarkan dalam laporan patologi kanker.

C. Jenis-jenis Endoskopi

Berdasarkan fungsinya endoskopi terbagi dua yaitu endoskopi diagnostik


dan endoskopi terapeutik. Endoskopi diagnostik berperan dalam menentukan
penyebab pendarahan dan lokasi lesi yang terjadi, sedangkan endoskopi
terapeutik berperan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi. Endoskopi
diagnostik dibagi berdasarkan organ tubuh yang diamati. Berikut adalah
beberapa contoh pembagian endoskopi diagnostik.

a) Laparoskopi atau operasi lubang kunci adalah prosedur bedah minimal


invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dinding perut.
Laparoskopi dilakukan dengan bantuan alat berbentuk tabung tipis bernama
laparoskop. Alat ini dilengkapi dengan kamera dan cahaya di ujungnya.
Prosedur laparoskopi dilakukan untuk keperluan diagnosis atau pengobatan.
Melalui metode ini, dokter akan mampu melihat sejumlah kelainan, seperti
infeksi, kista, fibroid, dan perlengketan, di dalam organ perut atau panggul.
Selain itu, prosedur ini juga bisa diterapkan untuk keperluan pengambilan
sampel jaringan dalam pemeriksaan biopsi.

7
b) Thorakoskopi adalah tindakan operasi rendah risiko yang dilakukan
pada paru-paru untuk mendiagnosa masalah, terutama pada daerah rongga
pleura. Tindakan ini adalah cara alternatif untuk meminimalisir risiko
daripada torakotomi, dan dapat dilakukan baik sebagai tindakan diagnostik
atau terapeutik, bahkan keduanya. Mediastinoskopi untuk pemeriksaan
mediastinum dan perikardium (bagian-bagian paru-paru dan jantung).
Mediastinoskopi sering digunakan untuk menentukan stadium kelenjar
getah bening kanker paru-paru atau untuk mendiagnosis kondisi lain yang
mempengaruhi struktur di mediastinum seperti sarkoidosis atau limfoma.

c) Sigmoidoskopi adalah sebuah tes untuk memeriksa bagian ujung usus


besar, yang terdiri dari rektum, kolon sigmoid, dan anus. Pemeriksaannya
dilakukan dengan sebuah alat yang disebut bowel scope dengan bentuk
tabung panjang, tipis, namun fleksibel dengan kamera terpasang diujungnya
untuk mengirimkan gambar keadaan usus ke monitor secara real-time. Agar
terlihat jelas, di ujung bowel scope juga terdapat sumber cahaya.

d) Laringoskopi (untuk memeriksa laring), rhinoskopi (untuk memeriksa


hidung), dan bronkoskopi (untuk memeriksa trakea dan bronkus, melalui
bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur diagnostik dan terapi penyakit
paru).

e) Gastroskopi (esofagogastroduodenoskopi) atau endoskopi saluran


pencernaan bagian atas (upper gastrointestinal endoscopy) yaitu suatu
tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara peneropongan ke dalam
saluran cerna mulai dari kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), sampai
usus 12 jari (duodenum) dengan menggunakan alat skup EGD. Gastroskopi
umumnya digunakan untuk keperluan pemeriksaan dan mendiagnosis gejala
yang dialami pasien, seperti gangguan pencernaan, heartburn yang
berulang, nyeri di perut bagian atas, mual dan muntah berlebihan, atau sulit
menelan. Prosedur ini juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
mengatasi kondisi tertentu, seperti perdarahan pada tukak lambung dan
peradangan lambung, serta mengangkat polip atau tumor.

8
f) Sistoskopi atau ureteroskopi untuk memeriksa saluran kencing, kandung
kemih, dan prostat melalui uretra yang berfungsi untuk mendiagnosa
penyakit tertentu seperti infeksi saluran kemih atau bahkan kanker.

g) Kolposkopi untuk memeriksa vulva, vagina, dan serviks, histeroskopi


untuk memeriksa rahim, dan falloposkopi untuk memeriksa tuba fallopi.

h) Kolonoskopi (usus besar) merupakan pemeriksaan melalui peneropongan


dengan menggunakan alat (skup) untuk melihat langsung keadaan
sebenarnya bagian dalam saluran cerna bagian bawah (SCBB).
Peneropongan SCBB, meliputi: anus, rektum, sigmoid, kolon desenden,
fleksura lienalis, kolon asendens, caecum, muara apendiks dan ileum
terminalis.

i) Artroskopi adalah sebuah prosedur bedah keyhole atau pembedahan


dengan membuat lubang sayatan sebesar lubang kunci untuk memasukkan
artroskop. Prosedur ini bertujuan untuk melihat, mendiagnosis, dan
menangani sejumlah gangguan sendi.

j) Rektoskopi (rektum) merupakan endoskopi pada bagian rectum.


Anoskopi adalah pemeriksaan menggunakan alat kaku, dengan instrumen
tubular kecil disebut anoskop (juga disebut spekulum anal). Alat ini
dimasukkan beberapa inci ke dalam anus untuk mengevaluasi masalah
lubang anus.

k) Enteroskopi (usus kecil) untuk memeriksa organ usus halus.

l) Otoskopi untuk memeriksa telinga.

m) Neuroendoskopi dilakukan menggunakan endoskop yang dimasukkan


lewat hidung atau mulut hingga mencapai bagian dalam tengkorak.
Diterapkan untuk mendiagnosis adanya tumor secara visual dan mengambil
sampel jaringan, serta mengangkat tumor.

n) ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography), yaitu


prosedur tindakan untuk mendiagnosis dan mengobati kelainan atau
gangguan yang terjadi pada pankreas, saluran empedu, dan kandung

9
empedu. ERCP merupakan kombinasi dari dua jenis pemeriksaan, yaitu
endoskopi dan foto Rontgen.

o) Dan lain-lain.

Dalam praktiknya, prosedur yang dimulai sebagai endoskopi diagnostik


dapat menjadi endoskopi terapeutik tergantung pada temuan, seperti dalam
kasus perdarahan gastrointestinal bagian atas, atau temuan polip selama
kolonoskopi. Jenis-jenis endoskopi terapeutik yaitu:

a) Ligasi varises esofagus (LVE) adalah suatu tindakan untuk mengikat


pembuluh darah vena (balik) yang melebar dengan menggunakan bahan
gelang karet sebagai pengikut dengan bantuan alat teropong (endoskopi).
Skleroterapi endoskopi (STE) varises esofagus adalah suatu tindakan
menyuntikan obat tertentu ke dalam pembuluh darah vena (balik) yang
melebar (varises esofagus) dengan bantuan alat teropong (endoskop).
Tujuan LVE atau STE adalah untuk Mencegah kemungkinan perdarahan
atau perdarahan berulang akibat pecahnya pembuluh darah.

b) Hemoklip merupakan tindakan hemostatik endoskopi terapeutik yang


menggunakan prinsip memberikan tekanan mekanik dengan menutup
pembuluh darah, tanpa harus mengganggu proses penyembuhan jaringan.

c) Polipektomi endoskopi telah dilakukan sejak awal tahun 1970-an oleh


pengangkatan snare endoskopik dan fulgurasi polip dengan forsep biopsi
panas. Contohnya seperti polipektomi usus besar (pengangkatan polip dari
lapisan dalam usus besar).

d) Injeksi histoakril, yaitu suatu tindakan menyuntikan pembuluh dara


vena (balik) yang melebar (varises) menggunakan bahan tertentu dengan
bantuan alat teropong (endoskopi).

e) Ekstraksi benda asing. Benda asing dalam saluran cerna merupakan


kegawatan endoskopi saluran cerna kedua setelah perdarahan saluran cerna.
Benda asing yang tertelan pada anak berupa mainan, krayon, kancing, pin,
uang logam, perhiasan, baterai, dan lain-lain. Sedang pada penderita dewasa

10
lebih bervariasi seperti koin, gigi protese, pin, duri ikan, tusuk gigi, silet,
serta bezoar (gumpalan benda asing pada lambung).

f) Dan lain-lain.

Jenis-jenis alat endoskop, meliputi:

a) Endoskop kaku (rigidscope).

b) Endoskop lentur (fiberscope).

c) Video endoscope (evis scope).

d) Endoskop kapsul (capsule endoscope).

D. Tahapan Endoskopi

Tahapan endoskopi secara umum terdiri dari:

 Persiapan Endoskopi
Persiapan endoskopi berbeda-beda, tergantung kepada jenis
endoskopi yang akan dijalani. Beberapa prosedur endoskopi memerlukan
pasien untuk berpuasa setidaknya 12 jam sebelum dilakukan. Selain itu,
dokter juga dapat memberikan pencahar atau obat pencuci perut untuk
mengosongkan saluran pencernaan dari feses dan sisa makanan. Tahapan
persiapan ini penting diperhatikan dan dipersiapkan dengan baik demi
kelancaran tindakan endoskopi nanti. Berikut ini adalah beberapa
persiapan yang harus dilakukan sebelum tindakan endoskopi:
1. Pemberian obat antibiotik
Pada beberapa kasus, Anda harus meminum obat antibiotik. Hal ini
dikarenakan efek samping endoskopi bisa menyebabkan infeksi
sehingga dengan minum obat antibiotik maka risiko infeksi bisa
dikurangi.
2. Pengosongan
Anda mungkin akan diminta dokter untuk tidak makan dan minum
selama beberapa jam sebelum tindakan endoskopi dilakukan. Hal ini

11
penting untuk membuat perut Anda bersih terutama endoskopi di
bagian lambung dan usus.
Selain itu, untuk kolonoskopi, Anda mungkin akan diminta untuk
menggunakan pencahar agar usus menjadi bersih saat endoskopi
dilakukan. Hal ini juga berlaku untuk sigmoidoskopi yang memeriksa
rektum.
3. Pemberian obat penenang atau obat bius
Sebagian besar jenis endoskopi menyediakan obat penenang bagi
para pasien. Obat penenang ini berfungsi untuk memberikan
kenyamanan pasien selama endoskopi berlangsung. Pemberian obat
penenang dilakukan melalui injeksi atau suntikan ke pembuluh darah.
Biasanya, setelah pemberian obat penenang, pasien akan tertidur
ringan dan terbangun setelah satu jam kemudian. Pemberian obat bius
lokal juga terkadang dilakukan pada beberapa kasus. Pada kondisi
tertentu seperti pada pasien anak-anak atau pada endoskopi yang
kompleks, pasien akan menerima suntikan obat bius.
Pasien harus memberitahukan kondisi medis secara rinci kepada
dokter sebelum menjalani endoskopi. Jika sedang mengonsumsi obat
antikoagulan, seperti warfarin, dokter akan meminta pasien
menghentikan konsumsi obat tersebut untuk mencegah perdarahan,
terutama bila akan dilakukan biopsi jaringan. Jika diperlukan, dokter
akan memberikan antibiotik untuk dikonsumsi sebelum dan sesudah
endoskopi untuk mencegah infeksi

 Prosedur Endoskopi

Pasien akan diberikan obat bius (biasanya lokal), tergantung jenis


endoskopi yang dilakukan, untuk membuat daerah tindakan mati rasa.
Bila diberikan obat bius (anestesi) lokal, dapat diberikan dalam bentuk
semprotan untuk membuat daerah yang akan dilakukan tindakan
menjadi baal. Jika diperlukan, dokter akan memberikan obat penenang
(sedatif) untuk membantu pasien rileks selama menjalani prosedur ini.

12
Beberapa jenis endoskopi, seperti laparoskopi atau mediastinoskopi,
memerlukan bius umum dalam tindakannya.

Setelah bagian tubuh yang akan diperiksa endoskopi mati rasa,


endoskop dimasukkan ke dalam tubuh secara hati-hati. Endoskop dapat
dimasukkan melalui lubang yang ada di tubuh, seperti tenggorokan,
anus, atau uretra. Pada jenis endoskopi yang tidak dapat dilakukan
melalui lubang tubuh, seperti laparoskopi atau artroskopi, dokter dapat
membuat sayatan kecil dari kulit sebagai jalan masuk endoskop ke
dalam tubuh.

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan endoskopi bervariasi,


tergantung organ yang diperiksa, serta ada tidaknya tindakan
pengobatan yang dilakukan. Waktu yang dibutuhkan bisa sebentar yaitu
sekitar 15 menit, atau lama sampai 3 jam. Setelah prosedur endoskopi
selesai, pasien mungkin diperbolehkan pulang dan beraktivitas seperti
biasa, atau mungkin juga dianjurkan untuk rawat inap, tergantung jenis
endoskopi yang dilakukan. Bila diperbolehkan pulang, pasien tidak
diijinkan untuk menyetir sendiri sampai efek obat bius menghilang.

Jika pasien menjalani endoskopi yang memerlukan sayatan, dokter


akan menjahit sayatan tersebut dan menutupnya dengan perban steril
untuk mencegah infeksi. Dokter juga akan memberikan arahan kepada
pasien bagaimana menjaga lukanya tetap bersih dan steril.

Untuk saluran pencernaan, teknologi terbaru memungkinkan


melihat saluran pencernaan tanpa perlu memasukkan selang endoskop.
Hal ini dilakukan dengan menelan kapsul yang dipasang kamera untuk
melihat kondisi saluran pencernaan. Gambar yang ditangkap oleh
kamera akan otomatis dipindahkan ke komputer, secara nirkabel,
sehingga dapat dilihat melalui monitor komputer. Kapsul tersebut akan
terbuang secara alami saat pasien buang air besar. Risiko yang
terjadipun lebih ringan dibanding endoskopi dengan selang, walaupun
tidak tertutup kemungkinan kapsul dapat menyumbat di saluran
pencernaan, bila ada penyempitan.

13
 Setelah Endoskopi

Setelah endoskopi selesai dilakukan, dokter akan meminta pasien


untuk beristirahat selama beberapa jam hingga efek sedatif dan anestesi
menghilang. Pasien akan diperbolehkan untuk pulang, namun harus
diantar oleh teman atau kerabat terdekat. Rasa tidak nyaman seperti
sakit tenggorokan setelah gastroskopi atau bronkoskopi serta BAK
berdarah selama 24 jam setelah sistoskopi atau uteroskopi dapat
dirasakan oleh pasien.

Pasien dianjurkan untuk makan makanan yang lembut selama


kerongkongannya masih nyeri. Bila darah pada urine masih muncul
setelah 24 jam pasca sistoskopi atau ureteroskopi, hendaknya segera
hubungi dokter terkait.

Bila saat endoskopi dilakukan tindakan biopsi, hasilnya akan


keluar dalam beberapa hari, setelah dianalisis di laboratorium.

Berikut adalah beberapa cara kerja endoskopi secara spesifik:

1. Laparoskopi

 Sebelum laparoskopi

Laparoskopi dilakukan oleh dokter ahli bedah dengan


bantuan dokter spesialis anestesi. Satu jam sebelum operasi
dilakukan, pasien akan diminta buang air kecil untuk
mengosongkan kandung kemih. Asupan cairan dan obat penenang
(sedatif) akan diberikan melalui infus yang disuntikkan ke
pembuluh darah di lengan.

Dokter akan mengambil darah pasien sebagai sampel.


Beberapa pemeriksaan lainnya mungkin akan dilakukan, misalnya
elektrokardiogram (EKG), foto Rontgen, pemeriksaan fungsi paru-
paru, dan lainnya. Jenis tes yang dilakukan akan disesuaikan
dengan usia dan kondisi kesehatan pasien saat akan dioperasi.

14
Dokter spesialis anestesi akan membius pasien dengan
suntikan agar tertidur. Ada beberapa prosedur yang dilakukan
dokter setelah pasien dibius, antara lain:

 Memangkas bulu kemaluan.


 Membersihkan bagian perut dengan larutan antisepik khusus.
 Memasang alat bantu pernapasan melalui tenggorokan.
 Kateter juga mungkin akan dimasukkan ke dalam kandung
kemih melalui saluran kencing (uretra).

Pada pasien perempuan, dokter akan melakukan


pemeriksaan panggul terlebih dulu sebelum memasukkan tabung
tipis yang disebut kanula ke dalam rahim melalui vagina. Kanula
tersebut digunakan untuk menggerakkan atau menggeser rahim dan
kandung telur, agar tidak menghalangi lapangan pandang ke rongga
perut pada waktu pemeriksaan.

 Prosedur laparoskopi

Bedah laparoskopi diawali dengan membuat sayatan kecil


(sekitar 5-10 mm) di dinding perut sebagai jalan masuk laparoskop.
Dokter bisa membuat lebih dari satu sayatan untuk memasukkan
alat lain ke dalam perut. Prosedur ini umumnya berlangsung selama
30-90 menit, tergantung pada kondisi pasien.

Setelah sayatan dibuat, dokter akan memasukkan gas ke


dalam perut dengan bantuan alat medis semacam jarum yang
memiliki rongga di tengahnya. Gas ini digunakan untuk memompa
agar dinding perut terangkat dan menjauhi organ-organ di
dalamnya, sehingga dokter bisa melihat isi perut dengan jelas.
Setelah itu, dokter akan menggunakan laparoskop dan beberapa
peralatan medis lainnya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi,
mengambil sampel jaringan, atau untuk mengangkat tumor dan
kista. Terkadang, laser juga sering ditempelkan dengan laparoskop
untuk mendukung operasi.

15
Setelah operasi selesai, alat laparoskopi ditarik keluar dan
gas yang tadi dipompa akan dikeluarkan dari dalam perut. Sayatan
yang dibuat pada awal perosedur juga akan ditutup dengan jahitan,
lalu dibalut perban. Sayatan ini meninggalkan bekas yang sangat
kecil, dan akan hilang dengan sendirinya seiring waktu.

 Setelah laparoskopi

Setelah operasi, pasien akan menjalani masa pemulihan


singkat di ruang rawat selama dua sampai empat jam. Dokter
akan memeriksa tekanan darah pasien, suhu tubuh, kadar oksigen,
dan irama jantung. Jika kondisi sudah stabil dan aman, pasien
diizinkan untuk pulang dan beraktivitas seperti semula. Untuk
mempercepat penyembuhan luka, pasien dianjurkan untuk
menghindari aktivitas berat selama seminggu setelah operasi.

2. Gastroskopi atau esofagogastroduodenoskopi (EGD)

 Sebelum Gastroskopi
Pasien akan diminta untuk berpuasa selama 4-8 jam
sebelum gastroskopi untuk mengosongkan lambung dan usus.
Pasien masih diperbolehkan untuk mengonsumsi air putih 2-3 jam
sebelum prosedur. Ikuti saran dokter untuk menghentikan obat-
obatan agar terhindar dari efek samping dan komplikasi.
Pasien akan diminta untuk melepaskan kacamata, lensa
kontak, dan gigi palsu sebelum prosedur dilakukan. Pihak rumah
sakit juga akan memberikan pakaian khusus dan penahan mulut
untuk digunakan.
 Prosedur Gastroskopi
Dokter penyakit dalam konsultan saluran pencernaan
(KGEH) akan merebahkan pasien dan memberikan semprotan
anestesi lokal ke dalam mulut pasien untuk membuat tenggorokan
menjadi baal. Jika diperlukan, pasien akan diberikan suntikan obat
penenang, terutama pada anak-anak.

16
Pasien dibaringkan di atas meja pemeriksaan dengan posisi
tubuh miring ke arah kiri dan dokter akan memasukkan endoskop
ke dalam tenggorokan. Pasien akan diminta untuk menelannya agar
dapat terdorong ke dalam kerongkongan. Pasien mungkin akan
merasa tidak nyaman pada tahap ini, namun rasa tersebut akan
mereda saat alat mulai terdorong ke dalam.
Dokter kemudian akan memeriksa jika terdapat kelainan di
sekitar kerongkongan, lambung, hingga usus dua belas jari melalui
pemindaian kamera yang tersambung pada layar monitor. Apabila
ditemukan kelainan tertentu, dokter akan merekamnya untuk
menentukan diagnosis dan tindakan lebih lanjut. Saat ini dokter
dapat memasukkan udara untuk mempermudah pemeriksaan.
Pasien mungkin akan merasa kembung dalam proses ini, tetapi
akan membaik sesaat setelah prosedur dilakukan. Jika diperlukan,
akan diambil sampel jaringan esofagus, lambung atau usus 12 jari,
untuk diperiksa di laboratorium.
Seperti telah dikatakan, gastroskopi juga dapat dilakukan
untuk mengatasi penyakit tertentu. Misalnya untuk mengangkat
polip, atau mengikat pembuluh darah dan menyuntikan zat kimia
(sclerotherapy) untuk menghentikan perdarahan. Jika pasien
mengalami penyempitan pada kerongkongan, dokter akan
memasukkan balon atau stent melalui endoskop pada
kerongkongan untuk melebarkannya.
Setelah prosedur selesai, dokter akan mengeluarkan
endoskop secara perlahan melalui mulut pasien. Secara umum,
prosedur gastroskopi memerlukan waktu 15-30 menit, tergantung
dari jenis pemeriksaan dan tindakan lanjutan yang dilakukan.
 Sesudah Gastroskopi
Umumnya pasien diperbolehkan untuk pulang dan
beraktivitas seperti biasa setelah menjalani prosedur gastroskopi.
Namun, akan dipertimbangkan juga kondisi kesehatan pasien
sebelum melakukan gastroskopi. Misalnya pasien yang mengalami

17
muntah darah akan disarankan menjalani rawat rawat inap untuk
menstabilkan kondisi akibat kehilangan darah. Bagi pasien yang
diberikan suntikan obat penenang, pasien tidak diperbolehkan
untuk mengendarai kendaraan, mengoperasikan alat berat, atau
mengonsumsi alkohol selama 24 jam setelah prosedur. Disarankan
untuk menghubungi keluarga atau kerabat untuk menemani dan
mengantarkan pulang.
Hasil pemindaian umumnya akan diberitahukan pada
pasien dalam hitungan jam. Namun, jika diperlukan analisa
mendalam, pasien akan diminta untuk menemui dokter yang
merujuknya setelah beberapa hari untuk membicarakan hasil
pemeriksaan dan diagnosis lebih lanjut.
Pasien mungkin akan merasakan kembung, kram perut,
atau nyeri tenggorokan selama beberapa jam atau beberapa hari
setelah prosedur gastroskopi. Ini merupakan kondisi normal dan
akan mereda dengan sendirinya. Pola makan juga akan disesuaikan
agar dapat mempercepat proses pemulihan. Jika efek samping
memburuk atau Anda mengalami efek samping yang lain, segera
konsultasikan dengan dokter.

3. Kolonoskopi

 Sebelum Kolonoskopi

Pemeriksaan kolonoskopi dapat berjalan dengan baik jika


dinding usus dapat terlihat dengan jernih dan jelas. Untuk itu, perlu
dipastikan bahwa kondisi usus sudah bersih dari feses (tinja) yang
dapat mengganggu pandangan saat pelaksanaan kolonoskopi.
Beberapa cara yang dilakukan untuk membersihkan usus, antara lain:

a) Mengonsumsi obat pencahar berupa pil atau cairan. Obat


pencahar dikonsumsi malam sebelum pelaksanaan kolonoskopi
atau ditambah lagi saat pagi di hari tindakan.

18
b) Menjalalankan diet khusus dengan menghindari makanan padat
dan hanya minum air putih sehari sebelum kolonoskopi, serta
berpuasa setelah tengah malam pada hari pelaksanaan kolonoskopi.
c) Pasien harus memastikan agar ada yang mengantar atau
menemani saat tindakan, karena setelah tindakan pasien masih
dalam pengaruh anestesi atau obat penenang sehingga tidak aman
untuk berkendara sendiri.
 Prosedur Kolonoskopi

Pelaksanaan kolonoskopi diawali dengan pemberian


anestesi atau obat bius pada pasien melalui pembuluh darah. Obat
bius ini akan membuat pasien tenang dan terkadang mengantuk.
Selanjutnya, pasien akan dibaringkan dengan posisi menghadap
samping dan lutut diangkat ke dada.

Pemeriksaan kemudian dilakukan dengan alat kolonoskop,


berupa selang lentur berdiameter kira-kira 1,5 cm yang dilengkapi
dengan kamera untuk melihat kondisi usus besar. Alat tersebut
dimasukkan melalui dubur hingga menuju usus besar. Pada tahap ini,
udara digunakan untuk mengembangkan usus sehingga dinding usus
dapat terlihat jelas. Pasien akan merasa sedikit kram pada perut,
namun bisa diredakan dengan menarik napas yang panjang. Saat
melaksanakan kolonoskopi, dokter juga dapat mengambli sampel
jaringan dari usus untuk dianalisis lebih lanjut (biopsi). Pelaksanaan
kolonoskopi berlangsung selama 30 menit hingga satu jam.

 Sesudah Kolonoskopi

Setelah pelaksanaan prosedur kolonoskopi, pasien harus


tetap di rumah sakit selama 1-2 jam atau hingga pengaruh anestesi
berkurang. Pada tahap ini, pasien dapat merasa sedikit kram pada
perut dan kembung, namun akan mereda dengan sendirinya. Setelah
dinyatakan pulih, pasien dapat pulang ke rumah.

19
Pasien tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan
yang membutuhkan konsentrasi seperti menyetir selama 24 jam
pasca prosedur. Pasien dapat kembali makan dan minum seperti
biasa segera setelah tindakan dan dapat melakukan kegiatan setelah
beristirahat selama satu hari pasca kolonoskopi. Jika prosedur
kolonoskopi diikuti dengan pengangkatan polip atau biopsi jaringan,
maka pasien dapat mengalami perdarahan dari dubur selama satu
hingga dua hari setelah pelaksanaan kolonoskopi.

Pasien akan dibuatkan janji kembali oleh dokter dalam


beberapa hari untuk mendiskusikan hasil dari kolonoskopi, dan
biopsi jaringan bila dilakukan. Jika kualitas hasil pemeriksaan
diragukan, maka dokter dapat menyarankan pemeriksaan
kolonoskopi ulang.

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)

 Sebelum Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography


(ERCP)
Sebelum menjalani prosedur ERCP, dokter akan
menjelaskan secara detail tentang tahapan prosedur yang akan dilalui
pasien, tujuan, serta risiko komplikasi yang mungkin terjadi.
Selanjutnya, dokter akan memberikan formulir untuk ditandatangani
pasien, sebagai pernyataan bahwa pasien telah memahami prosedur
yang akan dilakukan dan setuju untuk menjalani prosedur tersebut.

Selanjutnya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan pasien


sebelum menjalani prosedur ERCP, antara lain:

a) Memberi tahu dokter jika sedang dalam masa kehamilan.


Paparan radiasi foto Rontgen dapat memicu gangguan pada kondisi
janin.
b) Memberi tahu dokter jika memiliki alergi atau sensitif terhadap
obat-obatan tertentu, anestesi, pewarna kontras, iodium, atau lateks.

20
c) Memberi tahu dokter jika memiliki gangguan jantung atau paru,
penyakit ginjal, atau sudah menjalani cuci darah.
d) Memberi tahu dokter jika memiliki gangguan katup jantung atau
menggunakan katup jantung buatan. Dokter mungkin akan
memberikan antibiotik sebelum menjalani prosedur.
e) Memberi tahu dokter jika sedang menderita diabetes atau
menjalani pengobatan dengan insulin. Dokter akan menganjurkan
pasien untuk menambah dosis insulin sebelum menjalani prosedur
ERCP. Pasien juga dianjurkan untuk membawa obat-obatan diabetes
untuk digunakan setelah menjalani prosedur.
f) Memberi tahu dokter jika memiliki riwayat gangguan
pembekuan darah atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah
(antikoagulan) dan aspirin. Dokter akan meminta pasien untuk
menghentikan penggunaan obat-obatan tersebut selama beberapa
waktu sebelum prosedur.
g) Memberi tahu dokter tentang obat-obatan dan produk herba
yang sedang dikonsumsi.

Dokter juga akan menganjurkan beberapa hal kepada


pasien sebelum menjalani prosedur ERCP, antara lain:

a) Menjalani puasa selama 8 jam sebelum menjalani prosedur


ERCP. Dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk menjalani
diet khusus selama 1-2 hari sebelum prosedur.
b) Dokter akan menganjurkan pasien untuk ditemani oleh anggota
keluarga selama dan setelah prosedur, serta untuk mengantarkan
pasien pulang.
c) Pasien akan diminta untuk melepaskan seluruh benda atau
perhiasan yang dapat mengganggu atau memengaruhi hasil foto
Rontgen, sebelum menjalani prosedur.
 Prosedur Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography
(ERCP)

21
Prosedur ERCP dapat dilakukan terhadap pasien rawat
jalan atau sebagai bagian dari pemeriksaan terhadap pasien rawat
inap. Prosedur ini membutuhkan waktu 15 menit hingga lebih dari 1
jam tergantung kondisi pasien dan tujuan prosedur. Langkah-langkah
prosedur ERCP adalah sebagai berikut:

1. Persiapan.

Pasien akan dibaringkan di atas meja sinar-X dengan posisi


tubuh miring. Alat pengukur saturasi oksigen akan ditempatkan di
jari pasien untuk memantau kadar oksigen dan denyut jantung.
Selang oksigen ditempatkan di lubang hidung pasien untuk
membantu asupan oksigen ke dalam tubuh. Jarum dan selang infus
ditempatkan di lengan atau tangan pasien untuk menyalurkan obat
penenang. Penyangga mulut akan ditempatkan di antara gigi bagian
atas dan bawah untuk melindungi gigi dan agar pasien tidak
menggigit alat endoskopi.

2. Anestesi.

Dokter akan menyuntikkan obat penenang dan pereda rasa


sakit ke pembuluh darah melalui infus. Obat ini akan membuat
pasien lebih tenang dan mengantuk, namun tidak membuat pasien
tertidur. Dokter akan menyemprotkan obat bius ke tenggorokan.
Obat ini akan menyebabkan tenggorokan mati rasa dan mencegah
agar pasien tidak tersedak ketika endoskop dimasukkan ke dalam
tenggorokan

3. Endoskopi.

Setelah tenggorokan pasien mati rasa, dokter penyakit


dalam konsultan saluran cerna (KGEH) akan memasukkan endoskop
melalui mulut, menyusuri tenggorokan, lalu ke dalam lambung, dan
masuk ke duodenum yang terdapat lubang keluar saluran empedu
dan pankreas. Dokter akan memompa udara ke dalam lambung

22
melalui endoskop, sehingga memudahkan alat tersebut masuk ke
duodenum dan melihat lubang tersebut.

4. Katerisasi dan pemberian kontras.

Selang kecil atau kateter dimasukkan melalui endoskop


menuju lubang tersebut, serta berakhir di pankreas dan kandung
empedu. Pewarna kontras akan disuntikkan melalui kateter, sehingga
saluran empedu dan pankreas dapat terlihat lebih jelas pada saat foto
Rontgen

5. Foto Rontgen.

Setelah zat kontras disuntikkan, akan dilakukan foto


Rontgen. Foto Rontgen mampu menunjukkan secara detail saluran
empedu dan pankreas, serta kelainan yang mungkin terjadi, seperti
penyempitan saluran yang mungkin disebabkan oleh batu empedu
atau tumor.

6. Fluoroskopi.

Untuk beberapa kasus, kelainan atau gangguan dapat


ditangani dan diobati selama prosedur ERCP dengan teknik
fluoroskopi. Fluoroskopi merupakan kombinasi penggunaan foto
Rontgen dan pewarna kontras yang disuntikkan melalui kateter,
sehingga mampu menghasilkan rangkaian gambar nyata dan detail
kondisi bagian dalam saluran empedu maupun saluran pankreas, dari
waktu ke waktu, sehingga nampak seperti video. Beberapa tindakan
pengobatan yang mungkin dilakukan, antara lain:

a) Sphincterotomy. Tindakan memotong sfingter (katup otot)


pada pembukaan saluran empedu dan pankreas untuk
mengeluarkan benda yang menyumbat saluran tersebut,
misalnya batu empedu.
b) Penempatan stent. Stent adalah tabung plastik yang dapat
ditempatkan di saluran empedu atau pankreas yang
mengalami penyempitan, untuk menahan agar saluran
23
empedu atau pankreas tetap terbuka, sehingga cairan empedu
atau pankreas dapat mengalir.
 Setelah Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography
(ERCP)

Setelah prosedur ERCP selesai dilakukan, pasien akan


ditempatkan di ruang pemulihan selama 1-2 jam hingga pengaruh
obat penenang dan bius hilang. Dokter juga akan memantau atau
melakukan observasi terhadap kondisi pasien selama proses
pemulihan.

Setelah dokter memastikan tekanan darah, denyut jantung,


dan pernapasan pasien stabil, pasien diperbolehkan untuk pulang.
Dalam kondisi tertentu, pasien dapat dianjurkan untuk menginap
semalam di ruang perawatan.

Pasien mungkin akan merasa pusing dan sulit


berkonsentrasi setelah menjalani prosedur ERCP. Pastikan pasien
didampingi oleh anggota keluarga untuk mengantarkan pulang dan
menemani pasien beristirahat di rumah setidaknya 24 jam setelah
prosedur

Dokter mungkin memberikan obat untuk menurunkan


risiko pankreatitis, serta mengajurkan pasien untuk menghindari
berbagai aktivitas berat, dan mengonsumsi makanan yang bersifat
ringan hingga fungsi menelan pasien kembali normal. Pasien dapat
kembali menjalani aktivitas secara normal pada keesokan harinya.

Hasil pemeriksaan ERCP biasanya telah tersedia sesaat


setelah prosedur selesai dilakukan. Dokter akan mendiskusikan hasil
pemeriksaan setelah pasien sepenuhnya sadar. Jika hasil ERCP
menunjukkan bahwa pasien membutuhkan penanganan medis, maka
dokter akan menentukan jenis pengobatan yang akan dilakukan
selanjutnya.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Endoskopi adalah prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat


kondisi organ tubuh tertentu secara visual, dengan alat khusus yang disebut
endoskop. Selain itu, endoskopi juga dapat digunakan sebagai prosedur
pembedahan. Alat berupa selang lentur yang dilengkapi dengan kamera pada
ujungnya ini akan dimasukkan ke dalam tubuh melalui lubang dari saluran,
seperti mulut, anus, serta lubang kencing atau melalui sayatan kulit yang dibuat
khusus untuk endoskopi. Endoskopi utamanya digunakan dalam mendiagnosis
dan merawat gangguan pencernaan. Penyakit yang memengaruhi saluran
pencernaan biasanya memengaruhi beberapa organ lainnya, dimulai dari mulut
sampai ke anus. Tindakan Endoskopi sendiri dilakukan saat kondisi pasien :

25
a) Memiliki keluhan saluran cerna yang berulang (kronis atau berat),
maka dilakukan tindakan gastroskopi.
b) Mengalami pendarahan saluran cerna atas (muntah darah dan
buang air besar berwarna hitam), maka dilakukan tindakan
gastroskopi.
c) Mengalami pendarahan saluran cerna bawah, maka dilakukan
kolonoskopi.
d) Adanya perubahan kebiasaan pada waktu buang air besar, maka
dilakukan tindakan kolonoskopi.
e) Dan lain-lain.

B. Saran

Setelah mengetahui kegunaan dan pentingnya endoskopi, pemerintah


diharapkan lebih memperhatikan pentingnya fasilitas peralatan endoskopi
dengan menyediakan atau menambah alat endoskop dalam rangka endoskopi
diagnostik ataupun terapeutik di berbagai Rumah Sakit di Indonesia untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah sebagai pusat rujukan endoskopi
yang cukup canggih dan handal.

26
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ACER/Downloads/279803311-Endoskopi.pdf

file:///C:/Users/ACER/Downloads/410237352-endoskopi.pdf

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/endoskopi/

https://www.alodokter.com/endoskopi-ini-yang-harus-anda-ketahui

file:///C:/Users/ACER/Downloads/318454781-makalah-endoscopy.pdf

https://www.alodokter.com/endoskopi-melihat-kondisi-tubuh-dari-dalam

https://doktersehat.com/endoskopi/

https://www.honestdocs.id/endoskopi

27
https://www.halodoc.com/8-hal-yang-perlu-diketahui-tentangpemeriksaan-
endoskopi

https://rsudkendal.kendalkab.go.id/unggulan/detail/endoscopy

https://www.medicalnewstoday.com/articles/153737.php#procedure

https://www.cancer.net/navigating-cancer-care/diagnosing-cancer/tests-and-
procedures/types-endoscopy

https://en.wikipedia.org/wiki/Therapeutic_endoscopy

LAMPIRAN

Gambar 1 Proses endoskopi

28
Gambar 2 Gastroskopi

Gambar 3 Laparoskopi

Gambar 4 Kolonoskopi

29
Gambar 5 ERCP

Gambar 6 Alat Endoskopi

30

Anda mungkin juga menyukai