Anda di halaman 1dari 49

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. LANDASAN TEORI

Agar dapat menjelaskan pembahasan modifikasi pada CCR, maka

sangatlah diperlukan teori – teori dasar yang mendukung rangkaian yang akan

penulis sajikan. Dalam tinjauan teori nanti terdapat pembahasan komponen –

komponen yang akan diinginkan dalam rangkaian yang berupa uraian yang akan

digunakan dalam rangkaian modifikasi.

1. Visual Ground Aids

Visual Ground Aids merupakan salah satu alat navigasi udara, diperlukan

untuk membantu navigasi pesawat dalam bentuk bantuan sigma, lampu , warna

dan tanda – tanda yang digunakan sebagai alat bantu pendaratan dalam membantu

pilot pada saat tauke off , landing dan taxi pesawat terbang dalam kondisi cuaca

buruk atau pada malam hari. Visual Ground Aids diklasifikasikan menjadi :

a. Landing And Take Off Lighting

Alat bantu pendaratan visual guna mendukung kegiatan operasional

pesawat terbang pada saat tinggal landas maupun mendarat di suatu bandara

dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1) Approach Light

Approach Light adalah instalasi penerangan bagi rancangan

pendaratan yang dipasang pada perpanjangan landasan pacu menurut

kebutuhan operasional bandar udara. Approach Light terdiri dari :


a) Approach Lighting System

Approach Lighting System adalah konfigurasi susunan lampu –

lampu yang terpasang simetris, dari ujung perpanjangan landasan pada

approach area sampai dengan thresohold memberikan informasi

visual arah menuju landasan, untuk mendukung pendaratan secara

presisi atau akurat, dengan ketinggian dan jarak pada saat terakhir

pesawat akan mendarat (final approach).

Gambar 2.1 Konfigurasi Approach Lighting System


(Sumber : ADB A Siemens Company)

b) Visal Approach Slope Indicator System (VASIS)

Digunakan untuk memberitahukan panduan melalui pancaran

cahaya kepada pilot apakah sudut pendekatan pada pendaratan sudah

tepat atau tidak. Sesuai dengan rekomendasi ICAO sejak tahun 1995,

diganti demam PAPI.


c) Precision Approach Path Indicator (PAPI)

Precision Approach Path Indicator (PAPI) terdiri dari 4 (empat)

unit lampu terpasang pada posisi kiri landasan dilihat dari arah

pesawat. Setiap unit PAPI memancarkan sinar berwarna putih dan

merah dengan batas horizontal. Pemasangan unit- unit PAPI didesain

sedemikian sehingga bagi penerbang akan melihat kombinasi warna

yang dipancarkan, dan memberikan petunjuk pada setiap posisi

pesawat terbang.

Gambar 2.2 Lampu PAPI


(Sumber : ADB A Siemens Company)
2) Runway Light

Runway Light adalah rambu penerangan landasarn pacu yang

berfungsi sebagai alat bantu pendaratan pesawat terbang. Terdiri dari

lampu – lampu yang terpasang pada jarak tertentu ditepi kiri dan kanan

landasan pacu untuk memberikan tuntunan kepada penerbang pada tahap

akhir pendaratan, serta ketika pesawat terbang menyentuh pada landasan

terdiri dari :
a) Rumway Edge Light

Rumway Edge Light adalah lampu untuk menunjukkan batas sisi

kanan atau kiri landasan pacu dan berwarna clear. Rumway Edge

Light berfungsi sebagai alat bantu pendaratan pesawat pada waktu

cuaca gelap atau malam hari.

Gambar 2.3 Runway Edge Light


(Sumber : ADB A Siemens Company)

b) Runway Threshold / Runway End Lighting

Rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang

batas landasan. Dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan

menggunakan filter hijau dan merah.


(a) (b)
Gambar 2.4
(a) Lampu Merah (Runway End)
(b) Lampu Hijau (Threshold)
(Sumber : ADB A Siemens Company)

c) Runway Center Line Lighting

Runway Center Line Lighting berfungsi untuk menunjukkan

Center Line landasan. Warna Clear terpasang secara inset pada

landasan.

d) Runway Touch Down Zone Light

Runway Touch Down Zone Light adalah lampu untuk

menunjukkan lokasi pertama kalinya roda pendaratan menyentuh


landasan. Terpasang secara inset pada permukaan dengan warna

lampu clear.

e) Turning Area Light

Turning Area Light adalah lampu yang terpasang melingkar di

kiri dan kanan ujung runway dengan jarak tertentu yang setiap 5

lampu di kiri dan kanan yang memancarkan cahaya biru berguna

membimbing penerbang mengemudikan pesawat untuk berputar di

ujung runway.

b. Taxiway Light

Alat bantu pendaratan visual guna memberikan bimbingan kepada

penerbangan untuk mengemudikan pesawatnya dari runway ke apron untuk

posisi parkir dan sebaliknya. Dengan demikian, kegunaannya hanya untuk

pesawat telah atau meluncur di daratan. Adapun peralatannya sebagai berikut :

1) Taxiway Edge Light

Taxiway Edge Light adalah lampu menunjukkan sisi kiri dan kanan

taxiway, cahaya lampu berwarna biru.


Gambar 2.5 Guidance System Light
(Sumber : ADB A Siemens Company)

2) Taxiway Center Line Light

Taxiway Center Line Light adalah lampu untuk menunjukkan

sumbu taxiway, terpasang inset berwarna hijau.

3) Taxiway Guindance System Light

Taxiway Guindance System Light adalah lampu – lampu yang

menunjukkan titik tujuan rute dan persilangan cabang terpasang 20

meter dari sisi landasan taxiway atau belokan pertemuan antara

landasan dan taxiway.

4) Stop Bars Light

Stop Bars Light adalah lampu untuk menunjukkan tanda berhenti

dan posisi harus berhenti, terpasang pada taxi holding position.

c. Lampu – Lampu Lainnya

Pada bagian ini terdiri dari intruction dan sigma Lamp seperti :

1) Apron Flood Light

Apron Flood Light adalah penerangan yang digunakan pada daerah

parkir pesawat untuk mendukung sistem pengaman, kegiatan naik

turun penumpang, bongkar muat barang/pos, pengisian bahan bakar

dan perawatan pesawat terbang, terutama pada malam hari.

2) Rotating Beacon
Rotating Beacon adalah lampu petunjuk lokasi bandara yang

teridiri dari dua rambu sumber cahaya bertolak belakang yang

dipasang pada as yang dapat berputar, pada umumnya dipasang diatas

tower.

Gambar 2.6 Rotating Beacon


(Sumber : ADB A Siemens Company)

2. Teori Umum Constant Current Regulator (CCR)

Pada Airport Lighting System yang digunakan sebagai alat bantu secara

Visual, berfungsi untuk memberikan tanda kepada penerbang mulai dari

pendekatan (Approach) sampai ke Apron.

Sehingga untuk mendapatkan intensitas cahaya yang sama perlu adanya

Teknik Instalasi. Instalasi ini tersambung secara seri dan catu dayanya dari

sumber arus konstan dalam hal ini adalah CCR.

Tujuan utama pemasangan instalasi secara seri adalah untuk mendapatkan

arus yang sama besar pada tiap – tiap beban lampu, sehingga mendapatkan

intensitas cahaya yang sama pada setiap lampu.

Intensitas cahaya pada setiap lampu ini merupakan syarat penting bagi alat

bantu secara visual pada suatu bandar udara.


Prinsip kerja dari alat pencatu tegangan yaitu CCR dapat dibagi menjadi

beberapa macam yaitu :

a. Moving Coil Regulator (Constan Current Regulator)

b. Ampliflier Magnetic CCR (AM-CCR)

c. Frequency Resonance CCR (FR-CCR)

d. Thyristor Current Regulator (TCR)

CCR berfungsi sebagai pengatur arus tetap khusus didesain untuk

memenuhi kebutuhan catu daya rangkaian lampu penerangan airport lighting

system seperti : runway light, taxiway light, PAPI light, approach light. Dengan

berbagai macam tingkatan intensitas cahaya (brightnes), model dasar alat ini

didesain dengan memberikan 5 (lima) step pilihan tingkat arus antara lain : step 1

dengan arus 2.8 Ampere, step 2 dengan arus 3,4 Ampere, step 3 dengan arus 4,1

Ampere, step 4 dengan arus 5,2 Ampere, step 5 dengan arus 6,6 Ampere.

Nilai tegangan yang ada di sisi sekunder Power transformator tergantung

pada banyaknya beban isolating transformer yang terpasang.

a. Mikroprosesor Current Regulator

MCR adalah Constant Current Regulator (CCR) yang akan dikontrol

dengan mikroprosesor dan dirancang khusus untuk kebutuhan series loops lampu

bandara pada berbagai macam intensitas. MCR terdiri dari satu cashing yang

didalamnya terpasang modul board logic, user interface (dalam unit tegangan

rendah), coil transformer dan fuse input switch (dalam unit tegangan tinggi).

Regulator yang teridiri sendiri telah dilengkapi dudukan roda dan baut

untuk dudukan tetap di atas plat/fondasi dan dapat digantikan dengan standar
lifting lugs (baut dinaset/dina bolt). CCR tipe MCR terdiri dari beberapa

komponen diantaranya : PCB – Power supply of the logic (PSL), PCB – Thyristor

Block Module (TBM), PCB – Current Control Logic (CCL), PCB – (Optional)

Multi – Wire Boards (MW1, MW2, Ana MW3), PCB – (Optional) Circuit

Selector Interface.

Gambar 2.7 Constant Current Regulator (CCR)


(Sumber : ADB A Siemens Company)

b. Komponen – komponen yang digunakan

1) AI (drum switch) berfungsi sebagai switch ON – OFF, switch

operasional posisi lokal serta remote, dan kontrol regulator pada

posisi 1-2-3-4-5 sesuai dengan arus yang ditentukan.

2) CB1, CB2, CB3, CB4, dan CB5 adalah kontaktor yang berfungsi

sebagai step brightness 1 sampai 5 dan berfungsi juga untuk interlock

brightness.

3) CG adalah kontaktor utama yang berfungsi sebagai penghubung

tegangan ke beban.

4) FU1 – FU2 adalah fuse utama yang berfungsi sebagai pengaman

beban.

5) FU3 – FU4 adalah fuse tambahan yang berfungsi sebagai pengaman

pada rangkaian kontrol.


6) P375 (PCB atau Printed Circuit Board) yaitu sebagai tempat dudukan

relay – relay dan kontrol utama regulator.

c. Keterangan pada terminal – terminal

1) E1 – E2 Tegangan masukan utama 220 Volt.

: Tegangan masukan pada kontrol 220 Volt AC.

2) E3 – E4 Sumber tegangan hasil regulator yang menuju ke

: beban.

3) S1 – Sumber tegangan tambahan untuk sirkuit selektor

S2 : kabinet.

Menghitung ke selektor kabinet sebagai interlock

4) U’ – N’ pada penggunaan beban, bila tidak ada selektor

: harus di hubungkan langsung.

Sebagai tanda untuk operator bahwa regulator ON.

5) RV – DV Common atau sumber tegangan negatif untuk

: kontrol remote.

Sumber tegangan untuk relay – relay yang

dioperasikan secara remote.

6) CS – LT Selektor switch untuk pemulihan operasional

: remote atau local.

7) CC Kontrol untuk pemulihan step brightness secara

: remote.

8) G

:
9) A1

10) B1 – B2 – B3

– : B4 – B5

3. Sistem kerja dari CCR

a. Lokal

Lokal adalah sistem kontrol yang dilakukan dengan cara mensaklar catu

daya beban secara langsung oleh operator di lapangan. Sistem kontrol ini biasanya

dilaksanakan pada bandara perintis dimana secara teknis tidak terlalu

mempengaruhi operasi penerbangan, atau untuk memudahkan kegiatan perawatan

oleh para teknisi listrik bandara udara, serta sebagai by-pass kondisi darurat, saat

operasi penerbangan sedang berlangsung.

Sistem kontrol CCR pada posisi lokal adalah sebagai berikut : Asumsi

pertama sebelum peralatan dioperasikan drum switch A1 pada posisi 0. Awal

pengoperasiannya drum switch dialihkan pada salah satu pilihan posisi 1sampai 5

sesuai dengan brightness yang diinginkan (Untuk step brightness 1).

Sisi primer transformator T1 disupply dengan tegangan 220 dan 240 Volt

pada terminal b11 terhubung ke E3 melalui RV – DV dan kontak 2 – 2’ dari drum

switch A1, terminal b12 terhubung ke E4 melalui kontak 3 – 3’ dan kontak 1 – 1’

dari drum switch A1. Sehingga sisi sekunder transformator T1 mengeluarkan


tegangan AC lalu disearahkan rectifier RD2 dan sisi positif terhubung ke kaki coil

D hingga ON setelah melalui kontak normaly Close relay A pada kontak A 6 – 5.

Ketika relay D – ON, maka coil A – ON setelah kontak D 6 – 7 dari relay

D, dan relay D kembali ON setelah kontak A berubah pada posisi 6 – 7.

Ketika kontak A 1 – 3 dan D 9 – 11 menutup coil dari konduktor utama

CG hingga ON dan regulator switch ON. Switch OFF relay D tertunda oleh

kapasitor C1.

Output dari current transformes TS disearahkan oleh RD1 untuk

mempertahankan relay D agar tetap ON.

Brightness kontaktor CB1 disupply satu sisi dari kontak A1 2 – 2’ dan sisi

lain dari kontak 1 – 1’ dari drum switch A1 melalui kontak 11 – 11’ dan melalui

kontak – kontak dari kontaktor CB2, CB3, dan CB4.

Pergantian pada brightness step 1 ke 2 dan selanjutnya tinggal memutar

drum switch A1 dari posisi 1 ke posisi 2 sehingga melepaskan kontaktor CB1

bergantian pada kontaktor CB2.

b. Remote

Kontrol melalui panel kontrol remote umumnya jenis ini digunakan pada

bandar udara yang operasi penerbangannya padat sehingga cukup komplek,

dimana bertujuan untuk menyesuaikan kondisi sekitar saat ini, atau dapat juga atas

permintaan penerbang untuk membantu pergerakan pesawat. Pada kondisi

demikian yang paling memungkinkan melaksanakan adalah Air Traffic Controller

yang bekerja di tower bandar udara, sehingga di tower dibuatkan sebuah panel

control yang dapat mengontrol peralatan – peralatan ALS, panel.


Sistem kontrol CCR pada posisi remote adalah sebagai berikut :

Pengoperasian pertama menghidupkan relay utama G, ketika drum switch

A1 diposisikan remote maka supply transformator T1 tidak dapat melalui b12

tetapi melalui kontak G 8 – 6, terminal a16 dan kontak 1 – 1’ pada drum switch

A1. Proses selanjutnya sama seperti kontrol lokal.

Step switch brightness menghubungkan 8 – 6 dari relay B1, sehingga

kontaktor CB1 mendapat supply tegangan satu sisi dari kontak A1 2 – 2’ dan sisi

lain melalui kontak 13 – 13’, 8 – 6 dan kontaktor CB2, CB3 dan CB4.

c. Proteksi Rangkaian Terbuka

Bila rangkaian pada beban terjadi open circuit maka current transformer

TS tidak mengeluarkan tegangan dan relay D OFF. Sehingga kontaktor utama CG

juga OFF akibat dari kontak D 9 – 11 yang terputus. Relay A tetap ON karena

kontak A 6 – 7 terhubung.

Jika rangkaian pada beban terputus secara permanen kemudian

tersambung lagi kontaktor utama akan tetap OFF. Hanya bisa dioperasikan lagi

bila CCR dimatikan melalui drum switch A1 diposisikan 0 pada kontrol lokal atau

mematikan relay G melalui switch remote kontrol.

4. Power Line Carrier

PLC singkatan dari Power Line Carrier, PLC merupakan teknologi yang

menggunakan koneksi kabel listrik pada jaringan listrik yang telah ada untuk

memberikan pasokan energi listrik. Dan disaat bersamaan juga dapat digunakan
untuk mentransfer data dan transmisi suara. Kecepatan maksimal yang bisa diraih

menggunakan teknologi ini kurang lebih mendekati kecepatan koneksi transmisi

data menggunakan fiber optic, mulai dari 256 Kbit/s sampai 45 Mbit/s. Teknologi

PLC menjanjikan adanya pertumbuhan yang sangat pesat dalam pelayanan

telekomunikasi. Pada dasarnya PLC hanya menumpangkan sinyal informasi dan

sinyal pembawa pada kawat listrik. sehingga ada sistem ini tegangan listrik

diblokir oleh rangkaian koupling tetapi yang diloloskan adalah sinyal – sinyal

yang dikehendakinya saja.

Selanjutnya sinyal – sinyal tersebut akan dipisahkan antara sinyal

informasi dengan sinyal pembawanya.

a. Prinsip Dasar Power Line Carrier

Prinsip dasar PLC adalah suatu pemanfaatan distribusi komunikasi suara

dan data melalui media jaringan kabel listrik tegangan rendah. Energi listrik

ditransmisikan malalui saluran tegangan menengah, selanjutnya didistribusikan

oleh trafo distribusi menjadi saluran tegangan rendah 3 fasa, yaitu R, S, T.

Tegangan fasa ke netral adalah 220 Volt, yaitu nilai tegangan yang tersedia untuk

perumahan dan perkantoran. Ilustrasi ini ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut ini :
Gambar 2.8 Rangkaian Ilustrasi Power Line Carrier

Bagian utama sistem komunikasi menggunakan Power Line Carrier adalah

sebagai berikut :

1) Bagian pemancar (transmitter)

Sinyal informasi berupa sinyal analog maupun digital ditumpang ke

sinyal pembawa malalui teknik modulasi sehingga dihasilkan sinyal

pembawa termodulasi (sinyal lolos pita), kemudian diperkuat untuk

dipancarkan malalui media transmisi saluran distribusi daya.

2) Rangkaian gandengan (line coupling)

Rangkaiain gandengan terdiri atas kapasitor gandengan yang

berfungsi untuk mengisolasi peralatan kemunikasi dari tegangan jala – jala

listik. Fungsi ini dipenuhi dengan memberikan impedansi rendah ke

frekuensi pembawa dan memberikan impedansi tinggi pada frekuensi jala

– jala listrik. Rangkaian yang kedua berupa penala jalur yang berfungsi

mengkompensasi reaktan kapasitif dan sebagai penyusuaian impedansi

antara saluran daya atau jala – jala listrik dengan peralatan komunikasi.

3) Media transmisi
Berupa kabel saluran transmisi daya atau jala – jala listrik yang

digunakan sebagai antena pada sistem komunikasi malalui saluran

distribusi daya.

4) Bagian penerima (receiver)

Melakukan penguraian atau pendemodulasian sinyal pembawa

termodulasi yang diterima dimana teknik yang digunakan sama dengan di

pemancar serta melakukan sinkronsasi antara pemancar dan penerima

dengan jalan pemulihan sinyal pembawa yang diterima sehingga diperoleh

kembali sinyal informasi yang dikirimkan. Dalam distribusi daya yang

perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menyalurkan energi listrik

dengan rugi – rugi sekecil mungkin, sedangkan dalam sistem komunikasi

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana informasi yang dikirim dapaat

diterima dengan kualitas yang baik.

b. Komunikasi Digital dan Analog

Terdapat dua jenis sinyal informasi yatu analog atau kontinyu, dan sinyal

diskontinyu atau distrit, yang umumnya dalam bentuk pulsa atau digital. Sistem

digital merupakan bentuk sampling dari system analog. Digital pada dasarnya di

code-kan dalam bentuk biner atau hexa. Besarnya jumlah bit juga sangat

mempengaruhi nlai akurasi sistem digital. Contoh kasus ada sistem digital dengan

lebar 1 byte (8 bit). Maka nilai – nilai yang dapat dikenali oleh sistem adalah

bilangan bulat dari 0 – 255 (256 nilai : 2 pangkat 8).

Pada sistem analog, terdapat amplifier di sepanjang jalur transmisi. Setiap

amplifier menghasilkan penguatan (gain), baik menguatkan sinyal pesan maupun


noise tambahan yang menyertai di sepanjang jalur transmisi. Pada sistem digital,

amplifier digantikan regeneratif repeter. Fungsi repeter selain menguatkan sinyal,

juga memberikan sinyal tersebut dari noise. Pada sinyal “Unipolar Baseband”,

sinyal input hanya mempunyai dua nilai 0 atau 1. Jadi reoeter harus memutuskan

mana dari kedu kemungkinan tersebut yang boleh ditampilkan pada interval

waktu.

c. Modulasi

Modulasi adalah Proses dimana beberapa karateristik dari gelombang

dengan frekuensi relatife tinggi, yang dinamakan pembawa (carrier), berubah

sehubungan dengan harga sesaat dar gelombang frekuens rendah yang dinamakan

gelombang pemodulasi. Dimana gelombang informasi ditumpangkan pada

gelombang radio frekuensi. Misalnya dalam konteks radio siaran sinyal yang

menumpang adalah sinyal suara, sedangkan sinyal yang ditumpangi adalah

gelombang radio frekuensi atau sinyal pembawa (Carrier).

Dengan proses modulasi, suatu informasi yang biasanya berfrekuensi

rendah bisa dimasukan ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa

gelombang sinusoidal yaitu : amplitudo, fase, dan frekuensi.

Ketiga parameter tersebut dapat dimodiikasi sesuai dengan sinyal

informasi (berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi.

Peralatan untuk melakukan proses modulasi disebut modutor, sedangkan peralatan

untuk memperoleh informasi – informasi awal (kebalikan dari proses modulasi)

disebut demodulator dan peralatan yang melaksanakan keduanya disebut modem.


Informasi yang dikirim bisa berupa data analog digital sehingga terdapat dua jenis

modulasi yaitu modulasi analog dan modulasi digital.

5. Visual Basic

Visual Basic adalah suatu program yang dikeluarkan oleh perusahaan

Microsoft yang digunakan sebagai bahasa pemograman. Visual Basic merupakan

bahasa pemograman yang berbentuk orientasi objek untuk membangun aplikasi

dalam lingkungan windows. Dalam merancang aplikasi Visual Basic

menggunakan pendekatan visual bagi pada programmer dalam bentuk form,

sedangkan untuk kodingnya digunakan bahasa basic. Yang cenderung mudah

dipelajari.

a. IDE Visual Basic

IDE (Integrated Development Enviroment) Visual Basic merupakan

lingkungan pengembangan terpadu bagi programmer dalam mengembangkan

suatu aplikasi. Dengan menggunakan IDE programmer dapat membuat user

interface, melakukan koding melakukan testing dan debungging serta

mengkomplikasi program menjadi eksekutabel. Untuk menjalankan IDE Visual

Basic dapat memilih project, bisa membuat yang baru dengan memilih new, atau

memilih recent untuk membuka file yang terakhir dibuka.

IDE Visual Basic menggunakan Multiple Document Interface (MDI) yang

berupa jendela – jendela, tetapi pada saat kita membuka Visual Basic hanya

beberapa jendela saja yang ditampilkan. Untuk membuka jendela yang lainnya

kita dapat membuka dengan menu view.


Gambar 2.9 IDE Visual Basic

(Sumber: Microsoft Visual Basic 6.0 untuk Pemula, hal 7)

Tampilan IDE (Integrated Development Enviroment) Microsoft Visual

Basic 6.0 tampak seperti gambar di atas dengan bagian – bagian antara lain :

1) Baris Menu

Baris menu terletak paling atas pada IDE. Menu merupakan kumpulan

perintah – perintah yang dikelompokkan dalam kriteria operasi yang

dihasilkan.

2) Toolbar

Kehadiran tombol – tombol speed pada toolbar akan mempercepat

akses perintah (yang bisa jadi tersembunyi di dalam tingkat – tingkat

hierarki). Sebab tombol speed berfungsi sama dengan perintah yang

tersedia (dan tersembunyi) di dalam menu.

Untuk mengetahui nama tombol yang sebenarnya suatu perintah,

cukup dengan meletakkan pointer pada tombol yang bersangkutan selama

beberapa saat.
Gambar 2.10 Tampilan Toolbar

(Sumber: Microsoft Visual Basic 6.0 untuk Pemula, hal.8)

3) Form

Form adalah bahan untuk membuat window. Kita meletakkan kontrol

pada form.

Untuk mengaktifkan Form, ada beberapa cara yaitu :

 Klik tombol view objek pada window.

 Dari menu view klik perintah objek.

 Tekan tombol Shift + F7 pada keyboard.

4) Window Code

Window Code adalah wondow tempat kita menuliskan program. Jika

kita malakukan klik ganda pada sebuah objek yang berupa kontrol atau

form mala Window Code ini akan langsung aktif dan membawa kita ke

tempat penulisan program yang terkait dengan obyek tersebut. Tempat

penulisan berada di antara kata Private Sub dan End Sub.

5) Toolbox
Toolbox adalah tempat penyimpanan kontrol yang akan kita gunakan

pada program yang dipasangkan pada form Microsoft Visual Basic 6.0

menyediakan 21 kontrol.

Gambar 2.11 Tampilan Toolbox

(Sumber: Microsoft Visual Basic 6.0 untuk Pemula, hal.9)

6) Project Explorer

Project Explorer berfungsi sebagai sarana pengakses bagian – bagian

pembentuk project. Pada window ini berisi tiga tombol pengaktif untuk

windows code, Window object, dan toggle folder juga terdapat diagram

yang menampilkan susunan folder penyimpanan file – file project.

7) Window Properties

Merupakan daftar properti – properti object yang sedang dipilih. Pada

property ini dapat merubah property object yang kita gunakan sesuai

dengan kebutuhan kita.


8) Window Form Layout

Bisa digunakan untuk mengatur tata letak form pada layar monitor

9) Window Immediate

Berguna untun mencoba beberapa instruksi program pada Window ini.

Pada saat menguji program, Window ini bisa anda gunakan sebagai

Windowdebug.

10) Langkah – langkah Pembuatan Program Aplikasi Visual Basic.

Tahapan dalam pembuatan program adalah sebagai berikut :

a) Membuka Interface

Tahapan pertama ini adalah proses yang melibatkan unsur – unsur

visual. Kita akan menata tampilan program kita, dengan unsur

berupa kontrol yang dipasangkan pada Form.

b) Mengatur Properti

Setelah menyusun interface, selanjutnya kita menentukan properti

masing – masing objek yang kita pakai sebagai elemen interface.

c) Menulis Kode

Setelah menyelesaikan urusan visual, sekarang menuliskan kode

agar program kita dapat melaksanakan fungsi tersebut.

11) Menjalankan Program Aplikasi Visual Basic 6.0


Jalankanlah Program aplikasi yang telah kita buat dengan memilih

menu Run lalu Start atau tekan tombol F5. Kita juga dapat menjalankan

program aplikasi dengan mengklik icon Start.

Pada saat program berjalan anda dapat juga melakukan penghentian

program untuk sementara waktu dengan meng-klik icon Break atau tekan

Ctrl+Break. Disamping itu kita juga dapat menghentikan pelaksanaan

program di tengah jalan dengan cara meng-klik icon End.

12) Menyimpan Program Aplikasi

Suatu program yang telah dibuat tentu harus didokumentasikan

(disimpan) agar dapat digunakan pada kesempatan lain. Mengingat

aplikasi program yang dibuat Visual Basic 6.0 basi terdiri dari beberapa

file yang berbeda – beda, dan semuanya disatukan oleh sebuah file proyek.

Jika program Visual Basic yang kita buat hanya terdiri dari satu Form

maka hasil penyimpanan file programnya menjadi dua file :

 File Project

File Project adalah file utama yang disimpan dengan

akhiran .vbp.

 File Form

File Form adalah file yang berisi desain tampilan pada Form

dan disimpan dengan akhiran .frm


Setealah menyelesaikan desain program baik yang berbentuk tampilan

pada Form maupun kode – kode program, selanjutnya anda dapat

menyimpan programnya yaitu Klik menu File dan pilih Save project.

Gambar 2.12 Kotak Dialog Save File As


(Sumber: Microsoft Visual Basic 6.0 untuk Pemula, hal.35)

a) Pada kotak dialog Save File As, ketik nama file Form (.frm) pada

kotak isian File Name dan klik tombol Save.

b) Selanjutnya pada kotak dialog yang sama ketik nama file proyek

(.vbp) pada kotak isian File Name dan klik ulang tombol Save.

6. Mikrokontroller

a. Pengenalan Mikrokontroller

Mikrokontroller adalah sebuah system mikroprosesor lengkap yang

terkandung didalam sebuah chip yang mempunyai masukan dan keluaran serta

kendali dengan program yang biasa ditulis dan dihapus dengan cara yang khusus.

Cara kerja mikrokontroller sebenarnya hanya membaca dan menulis data, sebagai
contoh bayangkan diri kita saat mulai belajar membaca dan menulis, ketika kita

sudah biasa melakukan hal itu makakita dapat membaca tulisan apapun baik buku,

cerpen, artikel, dan sebagainya, dan kita juga dapat menulis hal – hal sebaliknya.

Apabila kita sudah mahir membaca dan menulis data maka kita dapat membuat

program untuk suatu system pengaturan otomatis menggunakan mikrokontroller

sesuai keinginan kita.

Mikrokontroller berbeda dari mikroprosesor serba guna yang digunakan

di dalam sebuah PC, karena sebuah mikrokontroller umumnya telah berisi

konponen – komponen pendukung, seperti : Prosesor, memori, dan I/O. Namun

secara analogi mikrokontroller merupakan komputer didalam chip yang

digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang ditekankan untuk efisiensi

dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya juga disebut Pengendali Kecil dimana

komponen – komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat diperkecil

dan akhirnya terpusat serta dikendalikan ileh mikrokontroller ini.

Dengan penggunaan mikrokontroller ini maka :

1) Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas

2) Tingkat keamanan dan akurasi yang lebih baik

3) Rancangan bangun system elektronik akan lebih cepat kaena sebagian

besar dari system adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi

4) Kemudahan dalam penggunaannya untuk system yang berbasis

mikrokontroller

5) Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang

nampak
Namun demikian tidak sepenuhnya mikrokontroller dapat mereduksi

komponen IC TTL dan CMOS karena seringkali masih diperlukan untuk aplikasi

kecepatan tinggi dan menambah jumlah saluran dan keluaran (I/O). Beberapa

peripheral yang langsung dapat dimanaatkan, misalnya port paralel, port seria,

komparator, konversi digital ke analog (DAC), konversi analog ke digital dan

sebagainya hanya menggunakan system minimum yang tidak rumit dan kompleks.

Agar sebuah mikrokontroller dapat berfungsi, maka mikrokontroller

tersebut memerlukan komponen eksternal yang kemudian disebut dengan sistem

minimum. Untuk membuat sistem minimum paling tidak dibutuhkan sistem clock

dan reset, walaupun pada beberapa mikrokontroller sudah menyediakan sistem

clock internal, sehingga rangkaian eksternal tanpa rangkaian pun mikrokontroller

dapat beroperasi.

Untuk merancang sebuah sistem berbasis mikrokontroller, kita

memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu sistem minimum

mikrokontroller, software pemrograman dan kompliler, serta downloader. Yang

dimaksud dengan sistem minimum adalah sebuah rangkaian mikrokontroller yang

sudah dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi. Sebuah IC

mikrokontroller tidak akan berarti bila hanya berdiri sendiri. Pada dasarnya,

sebuah sistem minimum mikrokontroller AVR memiliki prinsip dasar yang sama

dan terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1) Prosesor, yaitu mikrokontroller itu sendiri

2) Rangkaian reset agar mikrokontroller dapat menjalankan program mulai

dari awal
3) Rangkaian clock, yang digunakan untuk memberi detak pada CPU

4) Rangkaian catu daya, yang digunakan untuk memberi sumberdaya

Pada mikrikontroller jenis – jenis tertentu (misaknya AVR), poin 2 dan 3

sudah tersedia di dalam mikrokontroller tersebut dengan frekuensi yang telah

diatur oleh produsen (umumnya 1Mhz, 2Mhz, 4Mhz, dan 8Mhz), sehingga

pengguna tidak memerlukan rangkaian tambahan. Namun bila pengguna ingin

merancang sistem dengan spesifikasi tertentu (misalnya komunikasi PC atau

Handphone), ala pengguna harus menggunakan rangkaian clock yang sesuai

dengan karakteristik PC atau HP tersebut, biasanya menggunakan kristal 11,0592

Mhz, untuk menghasilkan komunikasi yang sesuai dengan baud rate piranti yang

dituju.

b. Manfaat Mikrokontroller

Manfaat sistem mikrikontroller banyak sekali apabila hanya mendengar

penjelasan dari teori, maka batasnya hanya sampai kepada imajinasi kita. Oleh

kerana itu kita harus mempraktekannya kedalam kehidupan sehari – hari seperti

mengendalikan suatu perangkat elektronik denan berbagai sensor dan kondisi

sepert cahaya, dingin, panas, getaran, lembab dan lain – lain.

Sekedar contoh sederhana penggunaan mikrokontroller, dapat kita lihat

di sekitar lingkungan ada toaster, mesin cuci, microwave, magic com, lampu lalu

lintas, kemudian didunia pertanian kita dapat membuat kontrol kelembaban untuk

budidaya jamur, di dunia perikanan kita dapat mengendalikan suhu air kolam.

Bahkan kita membuat PABX mini, SMS Gateway, atau kearah militer kita

mampu menciptakan radio militer frekuensi hopping (radio komunikasi anti sadap
dengan lompatan frekuensi 100 kali dalam 1 detik), sistem pemantau cuaca dalam

menggunakan balon udara, AutomaticVehciel Locator (menggunakan GPS) dan

sebagainya. Semua itu sekedar contoh, masih banyak lagi yang bisa kita

kembangkan dengan mirokontroller.

Sebagai prospek, arah perkembangan dunia elektronikas saat ini adalah

embedded sistem (sistem tertanam) atau embedded electronic (elektronik

tertanam) dan salah satunya dengan menggunakan mikrokontroller, adi apabila

kita belajar dan menguasai mikrokontroller maka kita sudah berada pada jalur

yang tepat.

Sifat spesial dari mikrokontroller adalah kecil dalam ukuran, hemat daya

listrik serta fleksibilitasnya menyebabkan mikrokontroller sangat cocok untuk

dipakai sebagai pencatat/perekam data pada aplikasi yang tidak memerlukan

kehadiran operator.

Mikrokontroller tersedia dalam beberapa pilihan, tergantung dari

keperluan dan kemampuan yang diinginkan. Kita dapat memilik miktrokontroller

dengan kemampuan komunikasi serial, penanganan keyboard, pemroses sinyal,

pemroses video, dan lain – lain.

c. Prinsip Kerja Mikrokontroller

Prinsip kerja mikrokontroller adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan nilai yang berada pada register Program Counter,

mikrokontroller mengambil data pada ROM dengan alamat yang tertera

pada register program counter. Selanjutnya isi dari register program

counter ditambah dengan satu (increment) secara otomatis. Data yang


diambil pada ROM merupakan urutan instruksi program yang telah dibuat

dan diisikan sebelumnya oleh pengguna.

2) Instruksi yang di ambil tersebut kemudian diolah dan dijalankan oleh

mikrokontroller. Proses pengerjaan bergantung dengan pengubahan data.

3) Program counter telah berubah nilainya. Selanjutnya yang dilakukan

mikrokontroller adalah mengulang kembali siklus ini pada langkah perama

dan demikian seterusnya hingga catu daya dimatikan.

Pada dasarnya kinerja sistem mikrokontroller sangat bergantung pada

urutan instruksi yang dijalankan, yaitu program yang ditulis dalam ROM. Dan

jika dikaitkan dengan embedded sistem, mikrokontroller bertugas utnuk membagi

kerja dari sistem yang ditambahkan berdasarkan cara kerja sistem tersebut.

Sehingga walau telah ditabahkan sistem atau proses yang lain, sistem yang ada

sebelumnya tetap dapat melakukan proses sebagaimana mestinya seperti yang

diatur mikrokontroller.

d. Pemilihan Memori Mikrokontroller

1) EEPROM – Electrically Erasable Programable Read Only Memoy

Beberapa mikrokontroller memiliki EEPROM yang terintegerasi pada

chipnya. EEPROM ini digunakan untuk menyimpan sejumlah kecil parameter

yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Jenis memori ini bekerja relatif

pelan, dan kemampuan untuk dihapus/tulis nya juga terbatas.

2) FLASH (EPROM)

FLASH memberikan pemechan yang lebhi baik dari EEPROM ketika

dibutuhkan sejumlah besar memori non-volatile untuk program. FLASH ini

bekerja leibh cepat dan dapt dihapus/tulis lebih sering dibanding EEPROM.
3) Battrey backed-up static RAM

Memori ini sangat berguna ketika dibutuhkan memori yang besar

untuk menyimpan data dan program. Keunggulan utama dari RAM statis

adalah sangat cepat dibanding memori non-validate dan jga tidak terdapat

keterbatasan kemampuan hapus/tulis sehingga sangat cocok untuk menyimpan

dan manipulasi data secara lokal.

4) Field programming/reprogramming

Dengan menggunakan memori non-validate untuk menyimpan

program akan memungkinkan mikrokontroller tersebut untuk diprogram

ditempat, tanpa melespaskan dari sistem yang dikontrolnya. Dengan kata lain

mikrokontroller tersebut dapat diprogram setelah dirakit di PCBnya.

5) OTP – One Time Programable

Mikrokontroller OTP adalah mikrokontroller yang hanya dapat

diprogram satu kali saja dan tidak dapat dihapus atau dimodifikasi. Biasanya

digunakan untuk produksi dengan jumlah terbatas. OTP menggunakan

EPROM standart tetapi tidak memiliki jendela menghapus programnya.

6) Software protection

Dengan “encryption” atau proteksi fuse, software yang telah

diprogramkan akan terlindungi dari pembajakan, modifikasi atau rekayasa

ulang. Kemampuan ini hanya dipunyai oleh komponen OTP atau komponen
yang dapat diprogram ulang. Pada komponen jenis Mask ROM tidak

diperlukan proteksi, hal ini dikarenakan untuk membajak isi programnya

seseorang harus membacanya (visual) dari chip nya dengna menggunakan

mikroskop elektron. Walaupun demikian pabrik mikrokontroller masih dapat

membaca isi program guna memastikan bahwa mikrokontroller diprogram

dengan tepat, atau biasa disebut “test mode”. Test mode hanya dapat

dilakukan pada komponen Mask ROM.

e. Input/Output Mikrokontroller

1) UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter)

Adapter serial port adapter untuk komunikasi serial asinkron

2) USART (Universal Synchronous/Asynchronous Receiver Transmitter)

Merupakan adapter serila port untuk komunikasi serial sinkron dan

asinkron. Komunikasi serial sinkron tidak memerlukan start/stop bit dan

dapat beroperasi pada click yang lebih tinggi dibanding asinkron.

3) SPI (serial peripheral interface) Merupakan port komunikasi serial sinkron

4) SCI (serial communication interface) merupakan enchanced UART

(asynkronous serial port)

5) 12C bus (Inter-Integrated Circuit bus)

Merupakan antarmuka serial 2 kawat yang dikembangkan oleh Philips.

Dikembangkan untuk aplikasi 8 bit an bnyak digunkan pada costumer

electronics, automtive dan industri. 12C bus ini berfungsi sebagai antarmuka

jaringan multi-master, multi-salve dengan dekteksi tabrakan data. Jaringan


dapat dipasangkan hingga 128 titik dalam jarak 10 meter. Setiapp titik dalam

jaringan dapat mengirim dan menerima data. Setiap titik dalam jaringan harus

memiliki alamat yang unik.

6) Analog to Digital Conversion (A/D)

Fungsi ADC adalah merubah besaran analog (biasanya tegangan) ke

bilangan digital. Mikrookontroller dengan fasilitas ini dapat digunakan untuk

aplikasi – aplikasi yang memerlukan informasi analog (misalnya voltmeter,

pengukur suhu dan lain – lain).

Terdapat beberapa tipe dari ADC sebagai berikut:

- Succesive Approximation A/D converters

- Single Slope A/D converters

- Delta – Sigma A/Ds converters

- Flash A/D

7) Comparator

Mikrokontroller tertentu memiliki sebuah atau lebih koomparator.

Komparator ini bekerja seperti IC komparator biasa tetapi sinyal

input/outputnya terpasang pada bus mikrokontroller.

f. Spesifikasi Mikrokontroller

Di dunia mikrokontroller, secara teknis hanya ada 2 jenis mikrokontroller

yaitu RISC dan CISC dan masing – masing mempunyai keturunan atau keluarga

sendiri.
1) RISC, saat ini kecenderungan insdustri untuk menggunakan desain

mikrokontroler RISC (Reduced Instruction Set Computer). Dengan

menggunakan jumlah instruksi yang lebih sedikit, memungkinkan lahan

pada chip (silicon realastate) digunakan untuk meningkatkan kemampuan

chip. Keuntungan dari RIS adalah kesederhanaan desain, ship yang lebih

kecil, jumlah pin sedikit dan sangat mengkonsumsi daya.

2) CISC, saat ini hampir semua mikrokontroller adalah mikrokontroller CISC

(Complete Instruction Set Computer). Biasanya memiliki leibh dari 80

instruksi. Keunggulan dari CISC ini adalah adanya instruksi yang bekerja

seperti sebuah makro, sehingga memungkinkan programmer untuk

menggunakan sebuah instruksi menggantikan beberapa instriksi sederhana

lainnya.

Jenis mikrokontroller banyak sekali ada keluarga Motorolla dengan seri

68xx, keluarga MCS51 yang diproduksi Atmel, Dallas, Philip, keluarga PIC dari

Microchip, Zilog, Renesas. Masing – masing keluarga juga masih terbagi lagi

dalam beberapa tipe. Sulit sekali untuk menghitung berapa tepatnya jumlah

mikrokontroller.

g. Bahasa Pemograman Mikrokontroller

1) Bahasa Mesin dan Assembler

Bahasa mesin adalah satu – satunya bahasa yang dimengerti oleh

mikrokontroller. Bahasa ini tidak mudah untuk dimengerti oleh manusia.

Sedangkan bahasa assembly adalah suatu bentuk bahasa mesin yang bisa

dimengerti oleh manusia. Setiap pernyataan dari bahasa assembly


menggambarkan satu pernyataan bahasa mesin. Sebagai contoh instruksi JMP

(asal kata JUMP) akan leibh mudah dimengerti dibandingkan instruksi B3H.

Pemrograman dengan menggunakan bahasa assembly/mesin menghasilkan

program yang kecil dan cepat. Hal ini dekarenakan kita sepenuhnya

mengontrol kerja dari program, tetapi tentu saja jika kita membuat program

yang bertele tele dan berkait akan menyebabkan program berjalan lambat.

Untuk orang yang pertama kali mempelajari mikrokontroller, akan lebih baik

jika mempelajari assembler terlebih dahulu sebelum mempelajari bahasa

pemrograman lainnya (mis: C). Dengan membuat program dengan assembler

akan membimbing kita memahami arsitektur dari mikrokontroller tersebut.

2) KOMPILER

Kompiler adalah penerjemah untuk bahasa pemrograman tingkat tinggi.

Bekerja dengan cara menterjemahkan (mis pada PC) langsung ke bahasa mesin

yang dimengerti oleh mikrokontroller.

7. Komunikasi Data Serial

Serial Port merupakan hal yang paling penting dalam mikrokontroler,

karena dengan serial port kita dapat dengan mudah menghubungkan

mikrokontroler dengan komputer atau perangkat lainnya, serial port pada

mikrokontroler terdiri atas dua pin yaitu RXD dan TXD, RXD berfungsi untuk

menerima data dari komputer / perangkat lainnya, standar komunikasi serial untuk

komputer ialah RS-232, RS-232 mempunyai standar tegangan yang berbeda

dengan serial port mikrokontroler, sehingga agar sesuai dengan RS-232 maka

dibutuhkan suatu rangkaian level converter, IC yang digunakan bermacam –


macam, tetapi yang paling mudah ialah IC MAX232/HIN232. Pada

mikrokontroler AT89S52, P3.0 dan P3.1 digunakan untuk komunikasi serial

USART (Universal Synchronous and Asynchronous Serial Receiver and

Transmitter) yang mendukung komunikasi full duplex komunikasi 2 arah.

Komunikasi data serial ini sangat berbeda dengan format pemindahan data

paralel. Disini, pengiriman bit – bit tidak dilakukan sekaligus melalui saluran

paralel, tetapi satiap bit dikirim satu persatu malalui saluran tunggal.

Antar muka kanal serial memang lebih kompleks dibandingkan dengan

antarmuka melaui kanal paralel, hal ini disebabkan karena :

a. Dari segi perangkat keras : adanya proses konversi data paralel menjadi

serial atau sebaliknya menggunakan piranti tambahan yang disebut UART

(Universal Asynchronous Serial Receiver and Transmitter)

b. Dari segi perangkat lunak : lebih banyak register yang digunakan atau

terlibat.

Disisi lain antar mukan kanal serial menawarkan berapa kelebihan

dibandingkan secara paralel, antara lain :

1) Kabel untuk komunikasi serial bisa lebih panjang dibandingkan dengan

paralel, data – data dalam komunikasi serial dikirimkan untuk logika ‘1’

sebagai tegangan -3 s/d -25 volt dan untuk logika ‘0’ sebagai tegangan +3

s/d +25 volt, dengan demikian tegangan dalam komunikasi serial memiliki

ayunan tegangan maksimum 50 volt, sedangkan pada komunikasi paralel

hanya 5 volt. Hal ini menyebabkan gangguan pada kabel – kabel panjang

lebih mudah diatasi dibandingkan pada paralel.


2) Jumlah kabel serial lebih sedikit, komunikasi serial ini bisa

menghubungkan dua perangkat komputer yang berjauhan dengan hanya 3

kabel untuk null modem, yaitu TXD (saluran kirim), RXD (saluran terima)

konfigurasi dan Ground, jika digunakan teknik paralel akan terdapat 20 –

25 kabel.

3) Untuk teknologi embedded system, banyak mikrokontroler yang

dilengkapi dengan komunikasi serial (baik seri RISC maupun CISC) atau

Serial Communication Interface (SCI). Dengan adanya SCI yang terpadu

pada IC mikrokontroler akan mengurangi jumlah pin keluaran, ground.

Sehingga hanya dibutuhkan 2 pin utama yaitu TXD dan RXD.

Dalam pengiriman data secara serial harus ada sinkronisasi atau

penyesuaian antara pengirim dan penerima agar data yang dikirimkan dapat

diterima dengan tepat dan benar oleh penerima. Salah satu mode transmisi dalam

komunikasi serial adalah mode asyncronous. Transmisi serial mode ini digunakan

apabila pengiriman data dilakukan satu karakter tiap pengiriman. Antara satu

karakter dengan yang lainnya tidak ada waktu antara yang tetap. Karakter dapat

dikirmkan sekaligus ataupun beberapa karakter kemudian berhenti untuk waktu

yang tidak tentu, kemudian dikirimkan sisanya. Dengan demikian bit – bit data ini

dikirimkan dengan periode yang acak sehingga pada sis penerima data akan

diterima kapan saja.

Adapaun sinkronisasi yang terjadi mode transmisi ini adalah dengan

memberikan bit – bit penanda awal dari data dan penanda akhir dari data pada sisi

pengirim maupun dari sisi penerima. Format data komunikasi serial terdiri dari
parameter – parameter yang dipakai untuk menentukan bentuk data serial yang

dikomunikasikan, dimana elemen – elemennya terdiri dari :

a) Kecepatan mobilisasi data per bit (baut rate)

b) Jumlah bit data per karakter (data length)

c) Parity yang digunakan

d) Jumlah stop bit dan start bit

Dan dibawah ini adalah beberapa parameter yang ditetapkan EIA

(Electronics Industry Association)/standart international untuk komunikation

serial antara lain :

a) Sebuah ‘spasi’ (logika 0) antara tegangan +3 s/d +25 volt

b) Sebuah ‘tanda’ (logika 1) antara tegangan -3 s/d -25 volt

c) Daerah tegangan antara +3 s/d -3 volt tidak didefinisikan (underfined)

d) Tegangan rangkaian terbuka tidak boleh lebih dari 25 volt (dengan acuan

ground)

e) Arus hubung – singkat rangkaian tidak boleh lebih dari 500 mA. Sebuah

penggerak (driver) harus mampu menangangi arus ini tanpa mengalami

kerusakan

8. Teori Komponen

a. Resistor

Kebanyakan rangkaian listrik dalam penyambungan berbagai komponen

dengan menggunakan kawat-kawat tembaga. Hal ini disebabkan karena tembaga

adalah sebuah bahan konduktor listrik yang sangat rendah. Akan tetapi, sejumlah

sambungan pada rangkaian membutuhkan tahanan listrik yang lebih besar dari

pada yang dapat di berikan oleh kawat tembaga. Inilah alasan kita menggunakan
Resistor. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk

membatasi atau menghambat arus listrik yang melewatinya dalam suatu

rangkaian. Sesuai dengan nama dan kegunaanya maka resistor mempunyai sifat

resistif (menghambat) yang umunya terbuat dari bahan karbon.Kemampuan

resistor untuk menghambat disebut juga resistansi atau hambatan listrik. Dari

hukum Ohm di jelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah

arus yang melaluinya. Maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah

resistor dinyatakan dalam satuan Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω

(Omega). Untuk menggambarkanya dalam suatu rangkaian dilambangkan dengan

huruf R, karena huruf ini merupakan standart internasional yang sudah disepakati

bersama untuk melambangkan sebuah komponen resistor dalam sebuah rangkaian.

1) Cincin warna resistor

Tiga buah cincin berwarna dipergunakan untuk mengindikasi nilai tahanan

sebuah resistor tetap. Cincin ini ditempatkan saling berdekatan di salah satu ujung

badan resistor. Warna tiap-tiap cincin mempresentasikan sebuah bilangan.

Membaca kode warna ini dari ujung resistor terdekat, kita dapat mengetahui

warna-warna tersebut memiliki arti :

Cincin Pertama Digit pertama dari nilai tahanan.

Cincin Kedua Digit kedua dari nilai tahanan.

Cincin Ketiga Faktor pengali sebuah nilai pengangkatan

bilangan 10, atau kebanyakan angka nol di belakang kedua

digit pertama.
Gambar 2.9 Resistor

Contoh 1 :

Warna cincin-cincin pada badan resistor adalah Kuning, Hijau dan Jingga.

Kuning berarti’4’, Hijau berarti’5’, Jingga berarti’3’ tuliskan ‘4’, kemudian’5’

selanjutnya ikuti kedua angka ini dengan tiga buah angka nol. Hasil yang

didapatkan adalah 45000 Ω.

2) Jenis Resistor

a. Resistor Biasa (tetap nilainya) adalah sebuah resistor penghambat gerak

lurus yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan).

b. Resistor Berubah (Variabel) adalah sebuah resistor yang nilainya dapat

berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle, sehingga nilai

resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan.

c. Resistor NTC dan PTC. Resistor NTC (Negative Temperature Coefficient)

adalah resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu
panas. Resistor PTC (Positive Temperature Coefficient) adalah resistor

yang nilainya bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin.

d. LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor yang berubah

hambatanya karena pengaruh cahaya. Bila gelap nilai tahanannya menjadi

besar, sedangkan bila cahaya terang nilainya menjadi semakin kecil.

b. Dioda

Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai

penyearah. Bahan tipe-p menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n menjadi

katode. Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, diode bisa

berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan

tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku

sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif

sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya

pada diode ideal-konseptual. Pada diode faktual (riil), perlu tegangan lebih besar

dari 0,7V (untuk diode yang terbuat dari bahan silikon) pada anode terhadap

katode agar diode dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini

disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage). Diode yang terbuat dari bahan

Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V.

Gambar 2.10 Dioda dan arah jalan elektron-proton


1) Forward bias

Tegangan maju (forward bias)dapat dibentuk dengan memberi tegangan

yang lebih positif pada kaki anoda dan tegangan negatif pada kaki katoda. Pada

kondisi ini akan terjadi tolak menolak antara elektron dari kutub negatif baterai

dengan elektron didalam semi konduktor tipe N. Dengan demikian elektron dari

semikonduktor tipe N akan terdorong ke bahan semikonduktor tipe P.

Gambar 2.11 Kondisi saat dioda diberikan Tegangan Maju

Keadaan di atas terjaditerus menerus sehingga terjadi arus elektron dari kaki

katoda ke kaki anoda pada diode. Dalam kondisi ini diode disebut conduct. Pada

saat conduct maka diode memiliki hambatan yang sangat kecil. Tegangan yang

drop di diode pun menjadi sangat kecil yaitu sekitar 0,3 volt untuk germaniumdan

0,7 untuk silicon.

2) Reverse Bias

Tegangan mundur (reverse bias) merupakan kebalikan dari tejangan maju.

Polaritas tegangan DC diberikan terbalik. Kaki anoda diberi tegangan negatif

sementara kaki katoda diberi muatan positif. Kondisi ini akan menyebabkan

muatan positif serta muatan negatif pada kaki-kaki diode serta kutub-kutub batere

akan saling tarik menarik. Di antara bahan semikonduktor tipe N dan tipe P akan
terbentuk lapisan yang disebut barrier layer. Akibat dari kondisi ini yaitu tidak

adanya arus yang mengalir kedalam rangkaian. Pada saat ini tahanan pada diode

mencapai tak terhingga.

Gambar 2.12 Kondisi saat Dioda diberikan Tegangan Mundur

Karakteristik diode dengan beda tegangan antara kedua ujung diode. Karakteristik

tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah. Terlihat bahwa arus diode akan nol

apabila tegangan sama dengan nol. Bila tegangan diode diberikan tegangan maju

yaitu tegangan anodanya lebih positif dibandingkan dengan tegangan katodanya,

maka akan terjadi alairan arus namun sangat kecil.

c. Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang digunakan untuk menyimpan

muatan listrik, dan secara sederhana terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan

oleh bahan penyekat (bahan dielektrik) tiap konduktor di sebut keping. Kapasitor

atau disebut juga kondensator adalah alat (komponen) listrik yang dibuat

sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan muatan listrik untuk sementara

waktu. Pada prinsipnya sebuah kapasitor terdiri atas dua konduktor (lempeng

logam) yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator). Isolator penyekat ini

sering disebut bahan (zat) dielektrik


Gambar 2.13 kapasitor

1) Kapasitor Elektrolit

Kapasitor elektrolit merupakan jenis kapasitor yang dibentuk dengan

mengoksidasi salah satu pelat aluminium, adan kemudian menggantikan medium

elektrisnya dengan bahan elektolit borak. Kekurangan utama kapasitor jenis ini

adalah kapasitansinya hanya diperoleh dalam satu arah. Simbol grafis dari

kapasitor elektrolit dapat dilihat pada gambar 2.14

Gambar 2.14 Simbol Kapasitor Elektolit

2) Kapasitor Non Elektolit

Kapasitor non elektolit adalah kapasitor dimana dielektriknya terbuat dari

foil aluminium atau perak yang tipis. Foil ini digulung dan dipisahkan oleh kertas

lilin, polithene, film, policarbonat, atau polyester. Kemudian diletakkan dalam

suatu wadah plastic atau metal. Kapasitor jenis ini dalam rangkaian dapat dibolak

balik.
d. Transformator

Transformator dalam bidang elektronika pada umumnya disebut trafo.

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah berdasarkan prinsip induksi dari

kumparan primer kepada kumparan sekunder. Lilitan ( kumparan) merupakan

salah satu bagian dari transformator. Semakin banyak jumlah lilitan ada bagian

kumparan sekundernya (Ns), maka semakin besar tegangan listrik yang dihasilkan

oleh lilitan sekunder tersebut. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

perbandingan besar tegangan yang diberikan kepada lilitan primer dan tegangan

yang dihasilkan oleh lilitan sekunder adalah sebanding dengan perbandingan

lilitan primer dengan jumlah lilitan sekunder.

Gambar 2.15 Bagan Transformator

Ep : Es = Np : Ns atau Ep/Es = Np/Ns

Dimana :

Es = Besarnya tegangan pada lilitan sekunder

Np = Jumlah lilitan primer


Ns = Jumlah lilitan sekunder

Secara umum transformator memiliki beberapa maca jenis antara lain

transformator daya, Transformator tegangan dan transformator arus.

Transformator tersebut dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penggunaaan dari

transformator tersebut.

e. Integrated Circuit Regulator (IC Regulator)

Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan

keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC

Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.

Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripplenya kecil,

tetapi ada masalah stabilitas. Jika tengangan PLN naik/turun, maka tegangan

outputnya juga akan naik/turun, jka arus semakin besar ternyata tegangan DC

keluarannya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini

cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi

tegangan keluaran ini menjadi stabil.

Beberapa alasan yang mungkin diperlkannya sebuah regulator yaitu :

1) Fluktuasi tegangan jala – jala

2) Perubahan tegangan akibat beban (loading)

3) Perlu pembatasan arusdan tegangan untuk keperluan tertentu

Kereana regulasi veltase untuk catu daya seringkali dibutuhkan, maka

tersedia berbagai jenis IC yang memenuhi kebutuhan ini. Salah satu IC adalah seri

78xx, dimana xx menunjukkan voltase keluaran dari IC tersebut. IC 78xx


mempunyai tiga kaki, satu untuk Vin satu untuk Vout. Dan satu untuk GND.

Dalam IC ini selain rangkaian regulasi juga sudah terdapat rangkaian pengaman

yang melindungi IC dari arus atau daya yang terlalu tinggi. Terdapat pembatasan

arus yang mengurangi voltase keluaran kalau batas arus terlampaui. Besar dari

batas arus ini tergantung dari voltase pada IC sehingga arus maksimal lebih kecil

kalau selisih voltase antara Vin dan Vout lebih besar. Juga terdapat pengukuran

suhu yang mengurangi arus maksimal kalau suhu IC menjadi terlalu tinggi.

Dengan rangakaian – rangkaian pengaman IC terlindung dari kerusakan sebagai

akibat beban yang terlalu besar.

Gambar 2.16 Regulasi voltase menggunakan IC 78xx

8. Catu Daya

Arus listrik searah atau DC adalah arus listrik yang bernilai konstan dan

mengalir dari potensial tinggi ke potensial yang rendah. Besar arus listrik searah

yang sering kita temukan berkisar antara 1.5 hingga 24 volt DC. Arus listrik

searah biasa digunakan pada baterai, dinamo arus searah dan aki sumber tegangan

searah merupakan sumber tegangan yang tidak mengalami perubahan terhadap

waktu.
Rancangan ini menggunakan catu daya yang constan yaitu menggunakan

aki kering 12 volt DC, dalam hal ini rangkaian diatas menggunakan tegangan 5

volt DC. Oleh sebab itu diperlukan rangkaian yang menurunkan tegangan menjadi

5 volt yaitu sebagai berikut:

12 V dc 5 V dc

Gambar 2.17 Catu Daya Menggunakan IC 7805

B. KERANGKA BERPIKIR

Perkembangan teknologi mengalami perkembangan yang sangant pesat

khususnya dalam bidang instrumentasi elektronika yang sudah memasyarakat dan

bukanlah sesuatu hal yang asing lagi. Kemajuan teknologi elektronika ini mampu

mengatasi masalah – masalah yang rumit sekalipun, dengan ketelitian dan

kecepatan yang sangat tinggi.

Berdasarkan kondisi yang ada pada saat ini, penulis berpendapat bahwa

untuk mengoptimalkan pemahaman tentang penerangan bandara yang dipelajari

di mata kuliah Air Filed Lighting (AFL) system maka diperlukan alat bantu berupa

indikasi balik penerangan Visual Aids sebagai pembelajaran para taruna/i ATKP

Medan. Berdasarkan uraian diatas dan tinjauan teori yang ada maka penulis

berfikir untuk menambahkan alat bantu pembelajaran berupa indikasi balik Air
Field Lighting (AFL) System menggunakan Power Line Carrier. Oleh karena itu,

dibuatlah indikasi indikasi balik Air Field Lighting (AFL) System sebagai sarana

praktek taruna yang belum tersedia. Dengan adanya alat ini agar kiranya dapat

menunjang kegiatan praktek taruna untuk mempelajari ilmu tenang Air Field

Lighting.

Anda mungkin juga menyukai