KONTRASEPSI ALAMI
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
BAB 2 : PEMBAHASAN..............................................................................................................7
2.4.1 Pengertian..................................................................................................................8
2.4.2 Manfaat......................................................................................................................8
2.4.3 Keuntungan................................................................................................................9
2.4.4 Keterbatasan..............................................................................................................9
2.4.5 Efektifitas...................................................................................................................9
2.5.1 Pengertian................................................................................................................12
2.5.2 Manfaat....................................................................................................................13
2.5.3 Efektifitas.................................................................................................................13
2.5.5 Keuntungan..............................................................................................................13
2.5.6 Keterbatasan............................................................................................................14
2.6.1 Pengertian................................................................................................................15
2.6.2 Kegunaan.................................................................................................................15
2.6.4 Efektifitas.................................................................................................................16
2.6.5 Keuntungan..............................................................................................................16
2.6.6 Kelemahan...............................................................................................................16
2.6.7 Manfaat....................................................................................................................16
2.6.8 Keterbatasan............................................................................................................16
2.7.1 Pengertian................................................................................................................17
2.7.3 Manfaat....................................................................................................................17
2.7.4 Keterbatasan............................................................................................................17
2.8 KONDOM.......................................................................................................................19
2.9 DIAFRAGMA................................................................................................................20
BAB 3 : PENUTUP......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan
KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat
desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi.
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang dibagi menjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang
menghambat penyebarluasan program KB di Indonesia antara lain budaya, agama, tingkat
pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebaluasan
program KB antara lain adanya komitmen politis, dukungan pemerintah, dukungan tokoh
agama atau tokoh masyarakat dan dukungan masyarakat terkait masalah kependudukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kontrasepsi alami?
2. Bagaimana metode kontrasepsi alami/sederhana?
3. Apa saja jenis kontrasepsi alami/sederhana?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kontrasepsi alami/sederhana, metodenya, dan jenis-jenisnya.
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI KONTRASEPSI
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha’-usaha itu dapat bersifat sementara atau permanen. Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinyas sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur
yang telah dibuahi ke dinding rahim.
2.2 KONTRASEPSI SEDERHANA
Metoda kontrasepsi sederhanas terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi sederhana dengan alat. Metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat antara lain : Metoda Amenorhoe Laktasi(MAL), Coitus Interuptus, Metoda
kalender, Metoda lender serviks, metoda suhu basal badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lender serviks. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragmas, cup serviks, dan spermisida.
2.3 METODE AMENORE LAKTASI
Metode amenore laktasi adalah metode kontrasepsi efektif pada ibu yang
menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama postpartum. Pengaturan jarak ke-
lahiran dengan menggunakan kontrasepsi postpartum merupakan faktor penting bagi
kesehatan ibu dan bayi.bSebagai metode kontrasepsi awal bagi ibu menyusui, me-tode
amenore laktasi tidak mengganggu laktasi atau ber-pengaruh negatif terhadap kehamilan
selama enam bulan postpartum. Efektivitas yang tinggi dan pemanfaatan jangka panjang
menjadikan metode kontrasepsi ini aman bagi ibu menyusui. Beberapa penelitian
menemukan bukti kuat bahwa metode amenore laktasi efektif sebagai metode kontrasepsi
postpartum dan menyusui serta faktor utama yang memengaruhi kesuburan. Menyusui
dengan durasi yang penuh selama amenore laktasi setara dengan proteksi kehamilan
sekitar 98% pada enam bulan pertama postpartum. Peningkatan kadar prolaktin selama
menyusui menghambat sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari
hipotalamus serta menghambat sekresi estrogen dan ovulasi.
Keberhasilan metode amenore laktasi sangat tergantung pada pemberian ASI
yang meliputi pemberian ASI secara eksklusif sedini mungkin, serta pemberian sesuai
kebutuhan bayi, tanpa tambahan pemberian susu formula atau makanan tambahan.
Pemberian ASI eksklusif menjamin kesinambungan sekresi prolaktin yang merupakan
hormon antagonis terhadap ovulasi.1 Perilaku pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor
predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor predisposisi meliputi pengetahuan,
kepercayaan, nilai, dan sikap berhubungan dengan motivasi individu yang merupakan
kelompok dalam masyarakat. Faktor pendukung terwujud dalam bentuk fasilitas
pelayanan kesehatan. Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku orang lain
seperti petugas kesehatan dan perilaku pemberian ASI masyarakat sekitar.
2.3.1 Keuntungan Metode Amenore Laktasi
1. keuntungan kontrasepsi yang segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada
efek samping secara sistemis, tidak perlu pengawasan medis, serta tidak perlu obat
atau alat dan tanpa biaya
2. Selain itu, keuntungan nonkontrasepsi bagi bayi meliputi mendapatkan kekebalan
pasifsumber asupan gizi terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi, terhindar
dari keterpaparan kontaminasi air, susu lain, atau alat minum yang dipakai.
3. Keuntungan bagi ibu meliputi penurunan risiko perdarahan pasca persalinan,
penurunan risiko anemia, serta peningkatan hubungan psikologis ibu dan bayi
2.3.2 Kekurangan metode amenore laktasi meliputi
1. Memerlukan persiapan yang panjang, yaitu semenjak perawatan kehamilan yang
bertujuan biar ibu sanggup segera menyusui dalam setengah jam (30 menit) pasca
persalinan.
2. Mungkin sulit dilaksanakan alasannya kondisi sosial.
3. Efektifitas tinggi hanya hingga kembalinya haid atau hingga dengan 6 bulan.
2.4 METODE KALENDER
2.4.1 Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau pada
masa subur atau ovulasi.
2.4.2 Manfaat
• Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi
• Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
• Dapat di gunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan
hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil.
2.4.3 Keuntungan
• Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
• Dapat digunakan oleh wanita yang sehat.
• Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapan nya.
• Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
• Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
• Tidak memerlukan biaya.
• Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
2.4.4 Keterbatasan
a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksualsetiap saat.
d. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
e. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
2.4.5 Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson
dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
2.4.6 Cara KB Kalender
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita
dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya
terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel
telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama 48-72 jam, jadi suatu
konsepsi mungkin akan terjadi kalau koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi. Hendaknya
sebelum memakai cara para pemakai harus diberikan penerangan medik yang jelas
tentang cara ini. Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga
tahapan:
1) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2) Fertility phase (masa subur).
3) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu
21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal
enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data
yang telah dicatat.Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang
berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode
kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan
suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada masa subur.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus
mengetahui massubur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu
pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan
menghitung masa subur:
1) Bila siklus haid teratur (28 hari) :
a. Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1.
b. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
Contoh:
Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh
pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga
tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh
bersanggama. Jika ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama
terputus (senggama dimana tidak mengeluarkan sperma didalam).
2) Bila siklus haid tidak teratur :
a. Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus
haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid
berikutnya, catat panjang pendeknya.
b. Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi
18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
c. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur
Contoh :
Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari dan siklus
terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya)
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-
8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh
bersanggama. Jila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama
terputus.
Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari risiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga yang kesulitan untuk
mendapatkan alat kontrasepsi sangat cocok untuk menggunakan metode kontrasepsi ini
selain tidak memerlukan biaya juga tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi.
Menggunakan sistem kalender perlu kerjasama yang baik antara suami istri karena
metode ini perlu kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. Masa
berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak bisa menanti sehingga
melakukan hubungan pada waktu masih berpantang. Tapi bukan masalah bila saja
pasangan membiasakan menggunakan kondom pada saat subur.
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam
saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak
subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan
jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan
menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
2.4.7 Efek Samping
1. Kemungkinan gagal cukup besar, terutama jika terjadi perubahan siklus dan ovulasi.
2. Tidak bisa berhubungan badan sewaktu-waktu karena sudah ditentukan hari yang
aman dan tidak untuk hubungan badan. pada beberapa pasangan hal ini akan
mengganggu spontanitas dalam hubungan.
3. Butuh komitmen bersama dengan pasangan, demi suksesnya metode kalender.
2.5 METODE SUHU BASAL
2.5.1 Pengertian
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan
ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi
progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung
setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum
berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron.
Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
2.5.2 Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
Manfaat konsepsiMetode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.Manfaat kontrasepsi, Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.
2.5.3 Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap
akurat bila terdeteksi pada saatovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal
sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100wanita per tahun. Secara teoritis angka
kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.Metode suhu basal tubuh
akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lainseperti
kondom, spermisida ataupun metodekalender atau pantang berkala (calender method or
periodic abstinence).
2.5.6 Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stres, penggunaan narkoba
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.
2.6.2 Kegunaan
a. Suami istri dapat merencanakan atau menunda kehamilan
b. Menentukan waktu yang dikendaki untuk hamil
c. Menentukan jenis kelamin anak yang diinginkan.
2.6.5 Keuntungan
a. Tidak memiliki resiko kesehata
b. Disetujui agama
c. Metode ini cukup berhasil bila suami istri memiliki motivasi
d. Membuat wanita lebih waspada dan mengenal siklus haidnya.
2.6.6 Kelemahan
Memerlukan ketelitian dan harus mengikuti langkah-langkah untuk
memperkirakan terjadinya ovulasi. Pasangan suami istri harus mempunyai motivasi yang
kuat. Karena siklus menstruasi dan masa subur sangat bervariasi, metode ini memerlukan
penyesuaian.
2.6.7 Manfaat
a. Kontrasepsi
1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
3) Tidak ada efek samping sistemik
4) Murah tau tanpa biaya.
b. Non kontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2) Menambang pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.
3) Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui peningkatan komunikasi suami
istri.
2.6.8 Keterbatasan
a. Kontrasepsi
1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
3) Tidak ada efek samping sistemik
4) Murah tau tanpa biaya.
b. Non kontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2) Menambang pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.
3) Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui peningkatan komunikasi suami
istri.
2.7 COITUS INTERUPTUS
2.7.1 Pengertian
Metode koitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik
ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang
pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk
kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya pembuahan (kehamilan)
bisa dikurangi.
2.7.2 Cara Kerja
Alat kelamin pria dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
2.7.3 Manfaat
a. Efektif bila digunakan dengan benar.
b. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
c. Dapat digunakan setiap waktu
d. Tidak membutuhkan biaya.
e. Tidak membutuhkan obat atau alat sehingga relatif sehat untuk perempuan
f. Tidak mengganggu produksi ASI
g. Tidak ada efek samping
h. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana.
i. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat
dalam.
2.7.4 Keterbatasan
Beberapa penelitian menyatakan resiko kegagalan teknik ini cukup tinggi. Ini
disebabkan karena kontrol teknik ini sepenuhnya diserahkan pada pihak pasangan. Ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang pria untuk merasakan tanda ejakulasi dan
kecepatannya untuk menarik penis dan mendapatkan orgasme di luar vagina.
Keterbatasan metode ini adalah :
a. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus
setiap melaksanakannya.
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekap pada penis.
c. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
2.7.5 Pasangan Yang Cocok Memakai Metode Coitus Interuptus
a. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
b. Pasangan yang tidak ingin menggunakan metode KB lainnya
c. Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi dengan segera.
d. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lainnya
e. Pasangan yang memerlukan metode pendukung
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual secara tidak teratur.
2.7.6 Pasangan Yang Tidak Cocok Memakai Metode Coitus Interuptus
a. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
b. Pria yang sulit melakukan senggama terputus
c. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerjasama
d. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
e. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.