0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
77 tayangan3 halaman
SOP ini memberikan pedoman untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi miliaria yang ditandai dengan timbulnya vesikel atau bintik-bintik kemerahan pada kulit akibat retensi keringat. Terdapat beberapa jenis miliaria yang dibedakan berdasarkan tampilan klinisnya. Penatalaksanaan meliputi modifikasi gaya hidup, pemberian obat topikal atau sistemik, serta konseling untuk mencegah kekambuhan.
SOP ini memberikan pedoman untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi miliaria yang ditandai dengan timbulnya vesikel atau bintik-bintik kemerahan pada kulit akibat retensi keringat. Terdapat beberapa jenis miliaria yang dibedakan berdasarkan tampilan klinisnya. Penatalaksanaan meliputi modifikasi gaya hidup, pemberian obat topikal atau sistemik, serta konseling untuk mencegah kekambuhan.
SOP ini memberikan pedoman untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi miliaria yang ditandai dengan timbulnya vesikel atau bintik-bintik kemerahan pada kulit akibat retensi keringat. Terdapat beberapa jenis miliaria yang dibedakan berdasarkan tampilan klinisnya. Penatalaksanaan meliputi modifikasi gaya hidup, pemberian obat topikal atau sistemik, serta konseling untuk mencegah kekambuhan.
PALABUHANRATU NIP.196602271988031001 1. Pengertian Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat. 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mendiagnosa dan melakukan terapi pada kasus miliaria. 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Palabuhanratu Nomor 103 Tahun 2017 tentang Layanan Klinis 4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5. Prosedur 1. Keluhan: gatal yang disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan berupa papul atau vesikel, terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali pada miliaria profunda. 2. Faktor risiko: a. Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi. b. Pemakaian baju terlalu ketat. 3. Pemeriksaan Fisik: tampilan klinis tergantung dari jenis miliaria. Klasifikasi miliaria : a. Miliaria kristalina: terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam beberapa hari. Predileksi pada badan yang tertutup pakaian. Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan. b. Milaria rubra: Jenis tersering, terdiri atas vesikel miliar atau papulo vesikel di atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret. Gejala subjektif gatal dan pedih pada di daerah predileksi. c. Miliaria profunda: Merupakan kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul. Predileksi pada badan dan ekstremitas. d. Miliaria pustulosa: berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi pustul. 4. Pemeriksaan Penunjang: tidak diperlukan 5. Diagnosis a. Diagnosis Klinis: ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik. b. Diagnosis Banding: campak / morbili, Folikulitis, Varisela, Kandidiasis kutis, Erupsi obat morbiliformis c. Komplikasi: infeksi sekunder 6. Penatalaksanaan: Prinsipnya adalah mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi keringat. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah: a. Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu: Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat. Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan Menjaga kebersihan kulit Mengusahakan ventilasi yang baik b. Memberikan farmakoterapi, seperti: Topikal o Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. o Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2% sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi sebagai antipruritus untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya miliaria profunda. Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan) o Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari o Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari. 7. Konseling dan Edukasi Edukasi dilakukan dengan memberitahu keluarga agar dapat membantu pasien untuk: a. Menghindari kondisi hidrasi berlebihan atau membantu pasien untuk memakai pakaian yang sesuai dengan kondisinya. b. Menjaga ventilasi udara di dalam rumah. c. Menghindari banyak berkeringat. d. Memilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup. e. Mandi air dingin dan memakai sabun. 8. Kriteria Rujukan: tidak ada indikasi rujukan 8. Diagram Alir
Keluhan + Faktor Resiko
(contoh: bintik-bintik di daerah predileksi keringat)
Pemeriksaan Fisik
Jenis miliaria kristalina, rubra,
profunda, atau pustulosa
Pemeriksaan Fisik
Jenis miliaria kristalina, rubra,
profunda, atau pustulosa
Tatalaksana
Topikal (bedak kocok, lanolin
topikal, atau bedak salicyl 2%) Sistemik (bila lesi luas atau sangat gatal): antihistamin sedatif (chlorpheniramine maleat cetirizine) atau non- sedatif (loratadin)
Konseling dan edukasi
7.Hal-hal yang - harus diperhatikan 8. Unit Terkait Pendaftaran Rawat Jalan ( poli umum, apotik)
9. Dokumen Rekam Medis
Terkait 10. Rekaman NO Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai Diberlakukan Historis Perubahan