Anda di halaman 1dari 8

Deswita

Safitri
1912011127
TUGAS HUKUM ADMINISTRASI
H.Soerya Tisnanta, S.H., M.Hum.


Penyelenggaraan pemerintahan


Kewenangan (Bevogheid) Diberikan Dalam Rangka Menjalankan
Tugas-Tugas Pemerintahan (Bestuurzorg) Untuk Kepentingan
Pelayanan Administrasi Pemerintahan. Sedangkan Hak (Recht)
Diberikan Dalam Rangka Menikmati Kebendaan Atau Menikmati
Hal Keperdataan Tertentu. Oleh Karena Itu Jelas Dalam Hal Ini
Ketika Pemerintah Bertindak Dalam Rangka Mempertahankan
Hak-Haknya Maka Ia Tunduk Pada Hukum Keperdataan Dan
Menjadi Subjek Pada Hukum Perdata. Namun Jika Ia Bertindak
Atas Nama Kewenangan Maka Ia Tunduk Pada Hukum Publik Dan
Menjadi Subjek Pada Hukum Administrasi.

SEGI TINDAKAN PEMERINTAHAN (BESTUUR HANDELINGEN)
Tindakan Pemerintahan Dapat Dibagi Menjadi Dua Bentuk Yakni
Tindakan Faktual (Feitelijk Handelingen) Dan Tindakan Hukum
(Rechtshandelingen). Berikut Adalah Pembagiannya:

Feitelijk Handelingen (Biasa Disebut Tindakan Material[4], Atau
Tindakan Faktual / Perbuatan Konkret –Vide Pasal 1 Angka 8 Jo.
Pasal 87 UU Administrasi Pemerintahan). Tindakan Faktual
(Feitelijk Handelingen) Akan Selalu Bersegi Satu (Eenzijdige)
Karena Bersifat Sepihak Saja; Dan
Rechtshandelingen (Tindakan Hukum). Tindakan Hukum
(Rechtshandelingen) Inilah Yang Secara Teori Memiliki Implikasi
Hukum Secara Administrasi. Tindakan Hukum (Rechtsandelingen)
Ini Ada Yang Bersegi Satu (Eenzijdige) Karena Bersifat Sepihak
Saja, Dan Ada Yang Bersegi Dua (Tweezijdige Atau Meerzijdige).
Tindakan Hukum Pemerintahan (Rechtshandelingen) Dapat
Dibagi Menjadi :

Tindakan Hukum Administrasi Pemerintahan Bersegi Satu
(Eenzijdige Publiekrechtelijk Handelingen);
Tindakan Hukum Administrasi Pemerintahan Bersegi Dua
(Tweezijdige Atau Meerzijdige Publiekrechtelijk Handelingen).
Sedangkan Tindakan Faktual (Feitelijk Handelingen) Akan Selalu
Bersegi Satu (Eenzijdige) Karena Bersifat sepihak saja



Feitelijk Handelingen (Tindakan Faktual)
Tindakan Faktual (Istilah Yang Akan Digunakan Seterusnya)
Merupakan Tindakan Nyata Atau Fisik Yang Dilakukan Oleh
Pemerintahan. Tindakan Ini Tidak Hanya Terbatas Pada Tindakan
Aktif Saja Namun Juga Perbuatan Pasif. Yang Dimaksud
Perbuatan Pasif Dalam Hal Ini Adalah Pendiaman Akan Sesuatu
Hal. Contoh Dari Perbuatan Aktif Dari Tindakan Faktual Adalah
Pembangunan Gedung Pemerintahan. Sedangkan Contoh
Pendiaman / Perbuatan Pasif Adalah Membiarkan Jalan Rusak.
Untuk Tindakan Faktual Yang Bersifat Aktif Ia Biasanya Selalu
Didahului Oleh Penetapan Tertulis, Sedangkan Untuk Perbuatan
Pasif Tidak. Tindakan Faktual (Feitelijk Handelingen) Akan Selalu
Bersegi Satu (Eenzijdige) Karena Bersifat Sepihak Saja. Oleh
Karenanya Segala Jenis Feitelijk Handelingen Masuk Ke Dalam
Ranah Hukum Publik.

Rechtshandelingen (Tindakan Hukum)
Sebagaimana Telah Dijelaskan Sebelumnya, Bahwa Tindakan
Hukum Ini Ada Yang Bersegi Satu (Eenzijdige) Dan Ada Yang
Bersegi Dua (Tweezijdige Atau Banyak Meerzijdige). Indroharto
Menyatakan Bahwa Bestuur Handelingen Atau Tindakan
Administrasi Pemerintahan Haruslah Selalu Bersifat Sepihak Dan
Bersegi Satu[6] Oleh Karena Yang Masuk Ke Dalam Ranah Hukum
Administrasi (TUN) Hanya Tindakan Hukum Sepihak Dan Bersegi
Satu. Sedangkan Tindakan Hukum Yang Bersegi Dua Maka Masuk
Ke Dalam Perbuatan Hukum Perdata (Atau Campuran Publik-
Perdata).

Tindakan Hukum Bersegi Satu (Eenzijdige Publiek
Rechtshandelingen)
Sesuai Dengan Tugas Administrasi Yakni “Mengatur” Dan
“Mengurus”, Maka Bentuk Dari Tindakan Administrasi
Pemerintahan Dapat Berupa Pengaturan (Regeling, Pseudo-
Wetgeving), Atau Keputusan/Penetapan (Beschikking, Plan).
Setidaknya Dalam Terminologi Administrasi Kontemporer Kedua
Istilah Inilah Yang Sering Dibahas. Sebetulnya Secara Umum,
Terminologi Keputusan Dalam Doktrin Administrasi Klasik Dapat
Diartikan Sebagai Besluit Atau Beslissing (Keputusan Dalam Arti
Luas).

Konsep Besluit Ini Dalam Terminologi Hukum Administrasi Di
Indonesia Pernah Digunakan Untuk Keputusan Termasuk
Keputusan Presiden. Dahulu Semua Produk Norma Baik
Berbentuk Regeling (Pengaturan) Maupun Beschikking
(Penetapan) Yang Dibuat Presiden Adalah Berbentuk “Keputusan
Presiden” / KEPPRES (Sebagai Besluit). Namun Di Masa Sekarang
Terminologi Keppres Ini Sudah Disempitkan Menjadi Bentuk
Beschikking (Keputusan/Penetapan) Saja, Sedangkan Untuk Yang
Berbentuk Peraturan Disebut Dengan “Peraturan Presiden”
(PERPRES). Selain Bentuk Regeling (Atau Regering Besluit) Dan
Beschikking, Adapula Bentuk Lainnya Seperti Pseudo Wetgeving
(Perundangan Semu -Salah Satunya Adalah Beleidsregel),
Concrete Normgeving (Norma Jabaran), Dan Plan (Rencana).
Kesemuanya Akan Tunduk Pada Kaidah Hukum Publik Karena
Secara Karakteristik Sepihak Dan Bersegi Satu (Eenzijdige).



Tindakan Hukum Bersegi Dua (Tweezijdige Publiek
Rechtshandelingen)
Tindakan Bersegi Dua Ini Adalah Tindakan Yang Dibuat Oleh
Pemerintah Tidak Sepihak, Artinya Melibatkan Pihak Lain.
Contoh Konkret Dari Tindakan Ini Adalah Kontrak Antara
Pemerintah Dengan Pihak Swasta (Warga Masyarakat). Tindakan
Hukum Bersegi Dua Inilah Yang Tunduk Dan Masuk Ke Dalam
Ranah Pengaturan Hukum Keperdataan Yang Tunduk Pula Pada
Asas Kebebasan Berkontrak (Contract Vrijheid). Bentuk-Bentuk
Kontrak Pemerintah Ini Antara Lain[7]:

Kontrak Biasa;
Kontrak Adhesi Atau Kontrak Standar (Dengan Klausula Baku);
Kontrak Mengenai Wewenang Yakni Pemerintah Mengadakan
Perjanjian Untuk Melimpahkan Pelaksanaan Tugas Pemerintahan
Kepada Pihak Lain;
Kontrak Mengenai Kebijaksanaan Pemerintah
(Beleidsovereenkomst) Yakni Pemerintah Memperjanjikan
Kewenangan Diskresionernya (Freies Ermessen) Kepada Pihak
Lain.
Kontrak Pemerintah Dengan Swasta Yang Lainnya.






Wewenang

Pengertian wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. Ada dua pandangan
mengenai sumber wewenang, yaitu formal serta penerimaan.


Ridwan HR dalam buku Hukum Administrasi Negara (hal. 101-102).
Ridwan menjelaskan bahwa seiring dengan pilar utama negara
hukum, yaitu asas legalitas, maka berdasarkan prinsip ini tersirat
bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-
undangan, artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah
peraturan perundang-undangan. Secara teoritik, kewenangan yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh
melalui tiga cara,yaitu :
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh
pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.
atribusi bersifat asli berasal dari peraturan perundang-undangan.
Dengan kata lain, organ pemerintahan memperoleh kewenangan
secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam hal atribusi, penerima wewenang
dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang
yang sudah ada.
Contoh :
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam
melaksanakanpenyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.

b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu
organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.
Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, yang ada hanya
pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat
lainnya. Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi
delegasi, tetapi beralih pada penerima delegasi.

Contoh :
pemberian kewenangan dari Kepala Daerah kepada Kepala
Dinas atau Camat dalam melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan
kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.
Sementara pada mandat, penerima mandat hanya bertindak untuk
dan atas nama pemberi mandat, tanggung jawab akhir keputusan
yang diambil penerima mandat tetap berada pada pemberi mandat.
Contoh :
ketika kepala daerahmemerintahkan bawahannya mengeluarkan
uang daerah untuk suatu kepentingan, maka konsekuensitanggung
jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat (kapala
daerah).


Lebih lanjut, Ridwan HR (hal. 105) menjelaskan bahwa
wewenang yang diperoleh secara atribusi bersifat asli berasal
dari peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, organ
pemerintahan memperoleh kewenangan secara langsung dari
redaksi pasal tertentu dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam hal atribusi, penerima wewenang dapat menciptakan
wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada.

Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, yang ada hanya
pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat
lainnya. Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi
delegasi, tetapi beralih pada penerima delegasi.

Sementara pada mandat, penerima mandat hanya bertindak
untuk dan atas nama pemberi mandat, tanggung jawab akhir
keputusan yang diambil penerima mandat tetap berada pada
pemberi mandat.

Perbedaan Delegasi dan Mandat
Ridwan HR (hal. 107) menjelaskan bahwa Philipus M. Hadjon
membuat perbedaan delegasi dan mandat sebagai berikut:


Diskresi
Sedangkan mengenai diskresi, menurut Pasal 1 angka 9 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (“UU 30/2014”), diskresi adalah keputusan
dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh
pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang
dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal
peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak
mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.

Pejabat pemerintahan yang melakukan diskresi di sini adalah
unsur yang melaksanakan fungsi pemerintahan, baik di
lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara
lainnya.[1]

Contoh sederhana dari diskresi yang jelas dan dapat kita lihat di
kehidupan sehari-hari adalah seorang polisi lalu lintas yang
mengatur lalu lintas di suatu perempatan jalan, yang mana hal ini
sebenarnya sudah diatur oleh lampu pengatur lalu lintas (traffic
light). Menurut Undang Undang Lalu Lintas, polisi dapat
menahan kendaraan dari satu ruas jalan meskipun lampu hijau
atau mempersilakan jalan kendaraan meskipun lampu merah.
Demikian contoh yang disebut dalam laman resmi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Penjelasan lebih lanjut mengenai diskresi polisi ini dapat Anda
simak pula dalam artikel Penegakan Aturan Lalu Lintas dan
Diskresi Polisi.

Anda mungkin juga menyukai