Materi Sosialisasi Saluran Irigasi Modular PDF
Materi Sosialisasi Saluran Irigasi Modular PDF
RPT1:Pd T-XX-2017-A
Rancangan 1
PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
ii
Daftar gambar
iii
Daftar tabel
iv
Prakata
Pedoman pekerjaan saluran irigasi beton pracetak modular ini disusun berdasarkan hasil
kegiatan penelitian Balai Litbang Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PU-PR
bekerjasama sama dengan BBWS C3 (Cidanau-Ciujung-Cidurian). Uji coba penerapan
dilakukan di petak tersier KS 7 Ki, DI Ciujung, Kabupaten Serang, Banten. Pedoman ini
menguraikan prosedur pelaksanaan pembuatan lining beton pracetak untuk desain,
pembuatan, pengangkatan dan pemasangan modul beton.
Pedoman ini disusun oleh Komite Teknis (91-01) Bahan Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil pada Subkomite Teknis (91-01/S1) Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja
Balai Hidrologi dan Tata Air, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Direktorat Irigasi dan Rawa.
Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 08:2016 dan akan dibahas pada rapat gugus
kerja 18 April 2017 dengan melibatkan narasumber terkait.
v
Pendahuluan
Tindakan rehabilitasi pun umumnya terkendala karena keseragaman kualitas bahan yang
sulit dikontrol dan kebutuhan pengerjaan yang relatif lama. Hal ini dapat dihindari salah
satunya dengan menggunakan teknologi lining beton pracetak modular.
Beton pracetak sebagai material lining saluran irigasi menjadi salah satu pilihan
karena berdasarkan kajian dan pengalaman, memiliki keunggulan antara lain:
a) Mempercepat dan mempermudah proses pelaksanaan;
b) Menjaga mutu dan kualitas pekerjaan; dan
c) Memperbaiki estetika;
d) Kuat;
e) Pemeliharaan lebih mudah.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa lining modular memerlukan biaya investasi awal yang
lebih tinggi walaupun dalam jangka panjang teknologi tersebut memiliki kelayakan
finansial yang lebih baik dibandingkan lining pasangan konvensional (pasangan batu kali,
batu bata). Penerapan teknologi ini secara lebih luas perlu didukung olah inovasi
teknologi untuk mempermudah pemasangan dan pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan tenaga kerja.
vi
Pedoman pekerjaan saluran irigasi beton pracetak modular
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan prosedur pekerjaan saluran irigasi berbahan beton pracetak
modular untuk pembangunan baru, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi meliputi
uraian tentang struktur beton lining saluran, detail beton pracetak, persyaratan bahan,
peralatan, persiapan kerja, persyaratan campuran, pelaksanaan dan pengendalian
mutu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, detil desain, pelaksanaan (pembuatan beton,
pemasangan), pengujian, dan SMK3.
2 Acuan normatif
Dokumen referensi di bawah ini digunakan untuk melaksanakan pedoman ini.
SNI 2531:2015, Metoda uji densitas semen hidraulis
SNI 4810:2013, Metode pembuatan dan perawatan spesimen uji beton di lapangan
SNI 6818:2013,Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat mengeras, dalam
kemasan untuk perbaikan beton
SNI 1974:2011, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang dicetak
SNI 1965:2008, Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan
SNI 2828:2008, Cara uji berat jenis tanah
SNI 1966:2008, Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah
SNI 03-1968-1990, Analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03-3423-1994, Analisis ukuran butiran tanah dengan alat Hidrometer
SNI 2813:2008, Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase
SNI 2828:2011, Metoda uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir
SNI 1742:2008, Cara uji kepadatan ringan untuk tanah
SNI 1743:2008, Cara uji kepadatan berat untuk tanah
SNI 1969:2008, Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar
SNI 1970:2008, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 1972:2008, Cara uji slump beton
SNI 2417:2008, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
SNI 4817:2008, Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton
SNI 6817:2002, Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 6820:2002, Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran
dengan bahan dasar semen
SNI 6898:2002, Tata cara pelaksanaan pengambilan dan pengujian kuat tekan beton inti
SNI 03-2834-2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 4804:1998, Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 4433:1997, Spesifikasi beton siap pakai
SNI 4430:1997, Metode pengujian elemen struktur beton inti dengan alat palu beton tipe
N dan NR
SNI 2495:1991, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
3.1
modul dinding/lantai
suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai modul dinding
dan lantai
1 dari 24
3.2
modul siku
suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai pengunci
antara modul dinding dan lantai
3.3
modul penutup atas (capping)
suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai pengunci
antar modul siku
3.4
mortar perekat sambungan
suatu bahan mortar terdiri dari semen perekat dan pasir silika, filler, aditif polimer, dengan
pelarut air 20% sampai dengan 40% dari berat total campuran
3.5
Pondasi
suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai pengaku
modul dan penyalur beban ke tanah
4.1 Umum
Lingkup dari pelaksanaan lining saluran irigasi berbahan beton pracetak modular akan
meliputi semua pekerjaan yang berkaitan sebagai berikut:
a) Pembersihan lokasi;
b) Galian dan timbunan;
c) Desain beton pracetak;
d) Pembuatan beton pracetak;
e) Pemasangan beton pracetak;
f) Pengujian.
4.3.1 Galian
a) Galian dilakukan sepanjang saluran sesuai hasil pengukuran elevasi dan dimensi
yang direncanakan.
b) Lebar galian dibuat lebih lebar ≥ 10 cm dari dimensi saluran beton pracetak, untuk
memberi ruang sehingga mempermudah pada saat peletakan modul beton pracetak.
2 dari 24
4.3.2 Timbunan dan pemadatan
Timbunan dan pemadatan dilakukan pada daerah yang elevasinya belum memenuhi
sesuai desain rencana.
a) Tanah timbunan diambil dari hasil tanah galian, dipilih yang memiliki kualitas baik
atau menggunakan bahan timbunan campuran pasir dan kerikil.
b) Pada dasar saluran, pekerjaan timbunan dilakukan lapis demi lapis, dengan tebal 10
cm perlapis, selanjutnya dipadatkan dengan cara manual atau dengan mesin
pemadat/stamper.
c) Pada sisi luar saluran, terutama bekas galian untuk ruang peletakan modular (≥ 10
cm), pekerjaan timbunan dilakukan bertahap dengan elevasi urugan yang sama pada
kedua sisi saluran, selanjutnya dipadatkan dengan cara manual.
d) Untuk mengetahui nilai daya dukung tanah saluran, diperlukan pengujian
laboratorium dan lapangan sesuai standar yang dipersyaratkan antara lain :
1) Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan (SNI 1965:2008).
2) Cara uji berat jenis tanah (SNI 2828:2008).
3) Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah (SNI 1966:2008)
4) Analisis saringan agregat halus dan kasar (SNI 03-1968-1990)
5) Analisis ukuran butiran tanah dengan alat Hidrometer (SNI 03-3423-1994)
6) Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase (SNI
2813:2008).
7) Cara uji kepadatan berat untuk tanah (SNI 1743:2008).
8) Cara uji kepadatan ringan untuk tanah (SNI 1742:2008).
9) Metoda uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir (SNI
2828:2001).
Selain pengujian tersebut di atas, dilakukan juga jenis pengujian lain untuk mendukung
analisa sehingga didapatkan nilai derajat kepadatan tanah (D).
3 dari 24
Modul Penutup
atas/ capping
Modul Dinding/lantai
(tipe S)
Modul Siku
Modul lantai
(tipe T)
Pondasi
4 dari 24
4.4.3 Tipe modul
a) Modul dinding/lantai (Tipe T)
Modul dinding/lantai tipe T terbuat dari beton pracetak, pada ketiga sisi bagian tepi
dibentuk profil dengan ukuran 1 x 1 cm (a). Tebal 8 cm dan lebar modul 50 cm.
Dapat dilihat pada Gambar 2.
(a)
5 dari 24
b) Modul dinding/lantai (Tipe S)
Modul dinding/ lantai tipe S terbuat dari beton pracetak, pada kedua sisi bagian tepi
dibentuk profil dengan ukuran 1 x 1 cm (a), tebal modul 8 cm dan lebar 50 cm.
Dapat dilihat pada Gambar 3.
(a)
6 dari 24
c) Modul siku
Modul siku berfungsi sebagai pengunci antara modul dinding dan lantai. pada satu sisi
bagian tepi dibentuk profil dengan ukuran 1 x 1 cm (a). Tebal modul 8 cm dan lebar 50
cm.
Dapat dilihat pada Gambar 4.
(a)
7 dari 24
d) Modul penutup atas/capping
Modul penutup atas digunakan sebagai pengunci antar modul siku. pada kedua sisi
bagian tepi dibentuk profil dengan ukuran 1 x 1 cm (a). Tebal modul 8 cm dan lebar 50
cm.
Dapat dilihat pada Gambar 5.
(a)
Gambar 6 - Pondasi
f) Modul tambahan
1) Pada ujung saluran, modul disesuaikan dimensinya agar rapi, dan mudah untuk
dipasang pasangan penutup (bata, batu, atau beton) agar terhindar dari gerusan
akibat aliran air (a).
9 dari 24
Contoh penyesuian dimensi pada ujung saluran dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
2) Apabila desain saluran terdapat tikungan atau daerah perpotongan (lubang inlet/
outlet), maka bentuk modul perlu dicetak khusus sesuai dengan kondisi
dilapangan.
10 dari 24
Peletakan mortar pada sambungan dapat dilihat pada gambar 8.
11 dari 24
Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 - Konfigurasi modul dengan debit
Modul dinding /
Debit Modul lantai Modul penutup
Konfigurasi
(m3/s) siku atas / Capping
Tipe T Tipe S
0.5 0–2 2 0 0 2
1 1–2 2 1 2 2
2 1–4 2 1 4 2
3 2–4 2 1 5 2
4 1–6 2 1 6 2
5 2–4 2 1 7 2
12 dari 24
j) Setelah umur beton ± 24 jam, cetakan dapat dibongkar dan dipasang kembali untuk
pencetakan beton selanjutnya.
13 dari 24
(b)
(a)
l) Selanjutnya pasang modul dinding/lantai tipe S (a), modul dinding/lantai tipe T (b),
modul penutup atas/capping (c). Posisi modul diletakkan tidak sejajar/ segaris (2
modul siku dijepit 1 modul dinding/ lantai di atasnya.
Dapat diihat pada gambar 11.
14 dari 24
(c)
(a)
(b)
15 dari 24
4.7 Pengujian
16 dari 24
c) Kondisi aliran (ada aliran balik atau tidak).
d) Kecepatan aliran.
Apabila terjadi masalah atau kerusakan saluran pada saat pengaliran berlangsung,
secepatnya dilakukan perbaikan.
17 dari 24
b) Alat
1) Hand mixer untuk adukan mortar.
2) Meteran.
3) Waterpass.
4) Bambu/ Kayu balok.
5) Tali tambang.
6) Linggis.
7) Cangkul.
8) Sendok semen.
9) Ember.
10) Alat bantu lainnya.
5.4 Pengujian
Pengujian dilakukan sebagai kontrol kualitas bahan modul baik di laboratorium maupun di
lapangan, antara lain:
a) Pengujian laboratorium
1) Bahan
(a) Tanah.
(b) Semen, agregat halus, agregat kasar.
(c) Air.
2) Alat
(a) Alat uji fisik dan mekanik tanah.
(b) Alat uji fisik dan mekanik beton.
b) Pengujian lapangan
1) Bahan
(a) Tanah.
(b) Beton.
(c) Air.
2) Alat
(a) Alat konus pasir untuk Sand cone.
(b) Alat kerucut Abrams untuk uji Slump.
(c) Core drill.
(d) Hammer test.
(e) Tongkat pemadat.
(f) Alat pengukur debit.
18 dari 24
1) Pemakaian sarung tangan agar tangan tidak terkena langsung adukan beton.
2) Pemakaian kacamata agar tidak terkena percikan air semen.
3) Pemakaian sepatu safety agar kaki aman apabila tertimpa benda keras.
c) Pengangkutan modul
1) Pemakaian safety helm agar terhindar dari benturan benda keras dan terjatuh
dari ketinggian.
2) Pemakaian sarung tangan agar tidak terjepit.
3) Pemakaian sepatu safety agar kaki aman apabila tertimpa benda keras
d) Pengangkatan dan pemasangan modul
1) Pemakaian sarung tangan agar tidak terjepit.
2) Pemakaian sepatu safety tangan agar tidak tertimpa benda keras.
19 dari 24
Lampiran A
(normatif)
Diagram alir
20 dari 24
Lampiran B
(informatif)
Gambar-gambar
21 dari 24
Gambar B.3 - Posisi modul
22 dari 24
Gambar B.5 - Pekerjaan finishing
23 dari 24
Bibliografi
[2] Surat Edaran Ditjen Sumber Daya Air Nomor :04/SE/D/2017 tentang Pedoman
Penggunaan Beton Pracetak pada Saluran Irigasi.
24 dari 24
Informasi pendukung terkait perumus pedoman teknis
i
7.7.1. pemadat adukan beton...................................................................................... 10
7.8. Alat pengukur kerataan ................................................................................ 10
7.9. Alat perawatan panel beton pracetak .......................................................... 10
7.10. Alat pembongkar cetakan ............................................................................. 10
7.11. Alat penandaan ............................................................................................. 11
7.12. Pengangkut panel beton pracetak ............................................................... 11
7.13 Penyimpanan panel beton pracetak ............................................................ 11
7.14. Peralatan-peralatan lain ................................................................................ 11
8. Persyaratan Kerja .................................................................................................. 11
8.1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)....................................................... 11
8.2. Pertemuan sebelum pelaksanaan ............................................................... 12
9. Perancangan dan Persyaratan Campuran Beton ............................................ 12
9.1. Rancangan campuran .................................................................................. 12
9.2. Persyaratan sifat campuran ......................................................................... 12
9.3. Campuran percobaan (trial mix) .................................................................. 12
10. Pelaksanaan Pembuatan Panel Lining Beton Pracetak .................................. 12
10.1 Tempat pencetakan ...................................................................................... 12
10.2 Cetakan untuk beton pracetak (formwork) .................................................. 12
10.3 Pelaksanaan produksi panel pracetak ........................................................ 13
10.3.1. toleransi dimensi panel pracetak ..................................................................... 13
10.3.2. titik angkat (lifting point) ................................................................................... 14
10.3.3. pengecoran beton pracetak .............................................................................. 14
10.3.4. selimut beton..................................................................................................... 15
10.3.5. pekerjaan penyelesaian akhir .......................................................................... 15
10.3.6. perawatan ......................................................................................................... 15
10.4. Penanganan, pengangkutan dan penyimpanan ......................................... 16
10.4.1. penanganan (penandaan, pembongkaran cetakan, pengangkatan panel dan
perbaikan) ......................................................................................................... 16
10.4.1.1. penandaan ..................................................................................................... 16
10.4.1.2. pembongkaran cetakan (formwork removal) ................................................ 16
10.4.1.3. pengangkatan panel ...................................................................................... 16
10.4.1.4 perbaikan ....................................................................................................... 17
10.4.2. pengangkutan ................................................................................................... 18
10.4.3. penyimpanan panel beton pracetak ................................................................. 18
10.5. Percobaan penempatan panel di lapangan (placement field trials) .......... 18
10.6. Pelaksanaan pemasangan panel beton pracetak ...................................... 19
10.6.1. persiapan pelaksanaan .................................................................................... 19
10.6.3. penempatan panel ............................................................................................ 19
10.6.3.1. persiapan penempatan panel ....................................................................... 19
ii
10.6.3.2. penempatan panel ......................................................................................... 19
10.7. Sambungan (joint) ........................................................................................ 20
10.7.1. sambungan memanjang (longitudinal joints) ................................................... 20
10.7.2. sambungan muai (expansion joints) ................................................................ 20
10.7.2.1. Sambungan muai melintang dan sambungan peringan (transverse
expansion joints dan relief joints).................................................................. 20
10.7.2.2. sambungan kontraksi melintang (transverse contraction joints) .................. 21
10.7.3. Sambungan berupa takikan/aluran (formed joint) ........................................... 21
10.7.5. Sambungan panel beton pracetak dengan beton lama ................................... 22
11. Pengendalian mutu ............................................................................................... 22
11.1. Pengujian sifat kemudahan pengerjaan ...................................................... 22
11.2. Pengujian kekuatan ...................................................................................... 22
11.3. Penerimaan panel pracetak ......................................................................... 22
11.4. Penerimaan unit-unit .................................................................................... 22
11.5. Penerimaan sebelumnya.............................................................................. 22
11.6. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan ........... 22
11.7. Uji pengaliran ................................................................................................. 22
12. Pembayaran ........................................................................................................... 23
iii
Prakata
Pedoman pelaksanaan lining saluran beton pracetak ini disusun berdasarkan hasil uji
coba Balai Irigasi, Balitbang, Kementerian PUPR dan pengalaman pelaksanaan
pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi di beberapa B/BWS, antara
lain BBWS Citarum, BBWS Pemali Juana dan BBWS Brantas serta BWS Kalimantan
II, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Pedoman ini menguraikan prosedur pelaksanaan pembuatan lining beton pracetak untuk
pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi tipe pasang, pancang dan
profil. Prosedur tersebut dimaksudkan untuk menjamin bahwa pelaksanaan pekerjaan
pembuatan lining beton pracetak memenuhi persyaratan bahan, mutu, perakitan dan
penutupan sambungan yang sesuai dengan rencana.
Pedoman ini dipersiapkan oleh Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat membawa manfaat
dalam melaksanakan tugas pembangunan dan rehabilitasi irigasi.
iv
Pendahuluan
Beton pracetak sebagai material lining saluran irigasi menjadi salah satu pilihan
karena berdasarkan kajian dan pengalaman, memiliki keunggulan antara lain:
a) Mempercepat dan mempermudah proses pelaksanaan;
b) Menjaga kualitas pekerjaan; dan
c) Memperbaiki estetika;
Kesalahan yang biasa ditemukan pada saat pelaksanaan pekerjaan lining saluran
beton pracetak, baik berbentuk panel yang disusun menjadi profil saluran atau beton
pracetak yang sudah berbentuk profil saluran:
a. Mutu panel beton pracetak yang tidak memenuhi syarat sehingga mudah terjadi
kerusakan seperti: pecah, retak, gompal (spall), rongga berbentuk sarang tawon
(honey comb) dan tidak dilakukan penolakan (reject);
b. Tidak adanya pondasi dan rangka beton sebagai tumpuan dan pengikat panel-panel
beton pracetak, sehingga lining beton pracetak tidak dapat dipertahankan kekokohan
dan kerapihan setelah terpasang beberapa lama;
c. Kurang sempurnanya sambungan beton pracetak yang berbentuk panel pada
saluran:
1) ketidaktepatan memadukan tepi-tepi panel, yang berakibat timbulnya beda tinggi
antara panel yang satu dengan panel lainnya sehingga diperlukan
penggerindaan (grinding);
2) jarak sambungan yang tidak teratur dan terlalu lebar sehingga memerlukan
penyambungan dengan bahan mortar pengisi celah yang lebih banyak, yang
rentan terhadap kebocoran;
3) kualitas bahan mortar p e n g i s i c e l a h / s a m b u n g a n yang tidak baik
sehingga mengakibatkan kebocoran pada sambungan.
v
PEDOMAN PELAKSANAAN LINING SALURAN IRIGASI BERBAHAN BETON
PRACETAK MODULAR
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan prosedur pelaksanaan lining saluran irigasi berbahan beton
pracetak modular untuk pembangunan baru, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi
meliputi uraian tentang struktur beton lining saluran, detail beton pracetak,
persyaratan bahan, peralatan, persiapan kerja, persyaratan campuran, pelaksanaan
dan pengendalian mutu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, detil desain, pembuatan, dan pelaksanaan di
lapangan.
2 Acuan normatif
Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk
melaksanakan pedoman ini.
SNI 1969:2008, Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar
SNI 1970:2008, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 4804:1998, Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 2417:2008, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
SNI 2495:1991, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 2834:2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 4433:1997, Spesifikasi beton siap pakai
SNI 1972:2008, Cara uji slump beton
SNI 6817:2002, Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 4810:1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan
SNI 6812:2002, Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan
beton.
SNI 4817:2008, Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton
SNI 6818:2013, Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat mengeras, dalam
kemasan untuk perbaikan beton
SNI 6820:2002, Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran
dengan bahan dasar semen
SNI 4431:2011, Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan
SNI 1974:2011, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang dicetak
SNI 6898:2002, Tata cara pelaksanaan pengambilan dan pengujian kuat tekan beton inti
SNI 4430:1997, Metode pengujian elemen struktur beton inti dengan alat palu beton tipe
N dan NR
1
3 Istilah dan Definisi
Untuk tujuan penggunaan pedoman ini, istilah dan definisi berikut digunakan.
3.1
Modul dinding/ lantai
Suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai modul
dinding dan lantai.
3.2
Modul siku
Suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai modul siku
dan menjadi pengunci antara modul dinding dan lantai. Pada bagian tepi bagian atas dan
bawah dibentuk profil huruf L dan dilengkapi pengait dari baja dan ditempatkan di dua titik
profil bagian dalam. Sedangkan untuk tepi bagian samping dibentuk profil L dan tanpa
pengait baja.
3.3
Modul penutup atas (Capping)
Suatu komponen yang terbuat dari beton pracetak yang digunakan sebagai pengunci
antara modul siku. Pada bagian tepi bagian bawah dibentuk profil huruf double L (L
bertingkat) dan dilengkapi pengait dari baja.
3.4
Batang pengunci
Sebuah batang baja polos berdiameter Ø 8 mm dibentuk huruf U sebagai pengunci antar
modul.
3.5
Bahan penutup sambungan
Suatu bahan mortar terdiri dari semen perekat dan pasir dengan komposisi 1:2 dengan
pelarut air 20 – 40% dari berat total campuran.
2
4 Persyaratan
4.1 Persyaratan Panel Beton Pracetak
metode pelaksanaan pekerjaan, misal jenis dan bentuk saluran, kondisi tanah dan
pengeringan;
a) Tanah dasar
Timbunan untuk tanah dasar harus rata sesuai persyaratan yang ditentukan.
5 Perencanaan
5.1 Lining Saluran Beton Pracetak
5.1.1. Umum
Beton pracetak adalah elemen struktur beton yang dibuat dicetakan dengan ukuran yang
sudah ditentukan atau disesuaikan dengan profil saluran, proses pembuatan dan
perawatan (curing) tidak dilakukan dimana elemen itu dipasang, melainkan di tempat lain
baik di workshop (precast plant) maupun di lapangan (precast on site). Ada 3 jenis modul
sebagai penyusun utama pada profil lining saluran seperti: Modul dinding/lantai, modul
siku, dan modul penutup atas (capping). Dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Modul
Penutup
atas
Modul
Dinding
Modul
Siku
Modul
Lantai
(a
)
(b
)
4
b) Modul Dinding/ lantai
Modul siku berfungsi sebagai pengunci antara modul dinding dan lantai. Pada
bagian tepi bagian atas dan bawah dibentuk profil huruf L dan dilengkapi pengait dari
baja dan ditempatkan di dua titik profil bagian dalam (a). Sedangkan untuk tepi
bagian samping dibentuk profil L dan tanpa pengait baja (b). Dapat dilihat pada
Gambar 3.
(a
)
(b
)
(a
)
Gambar 4. Modul Penutup Atas/ Capping
d) Batang Pengunci
Untuk memperkuat sambungan antar modul, maka pada bagian sambungan
tersebut dipasang batang pengikat terbuat dari baja polos berdiameter Ø 8 mm dan
dibentuk huruf U (a). Dapat dilihat pada Gambar 5.
5
(a
)
campuran beton disesuaikan dengan SNI 03-2834 tentang Tata cara pembuatan
rencana campuran beton normal.
a. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak, bahan-bahan organik
lainnya, karat, kerak, atau gabungannyan yang mempengaruhi ukuran serta sifat
fisik harus dibersihakan sesuai yang disyaratkan SNI 03-6812 tentang Spesifikasi
anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton.
6
1) Harus terbuat dari batang baja polos/ulir dengan diameter minimum sesuai
dengan SNI 03-6812 tentang Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas
untuk tulangan beton;
2) Tie bar harus dilapisi bahan perekat beton sesuai dengan ketentuan;
3) Batang pengikat dipasok dalam bentuk ikatan dengan panjang tertentu sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan, dalam kondisi baik dan bebas dari bahan
pengotor, misal : karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak, gemuk, cat,
lumpur, atau bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki;
Bahan yang berbentuk lembaran untuk menutup permukaan panel beton pracetak
sesuai dengan SNI 4817.
Bahan penutup sambungan (joint sealant) harus dapat dituangkan dalam keadaan
panas, dapat menutup seluruh celah dan kedap air. Tata cara pemrosesan dan
pelaksanaan harus sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik;
Seluruh panel harus dilengkapi kait pengangkat (lifting point) sesuai dengan keperluan.
Kait pengangkat tidak diizinkan menggunakan sambungan dengan pengelasan. Batang
horizontal kait pengangkat mempunyai jarak (30 - 40) mm dari dasar panel, dan
bagian atas kait yang melengkung mempunyai jarak minimum 32 mm dari permukaan
atas panel.
a. Kait pengangkat untuk setiap panel harus digambar sesuai dengan ketentuan.
Slot kait pengangkat harus dirancang dan ditempatkan dengan toleransi ± 50mm
dari titik yang sesuai dengan perhitungan, yaitu untuk mengangkat panel ke atas.
Sambungan melintang jenis lidah alur harus memerinci hal-hal sebagai berikut:
1) Dimensi lidah alur melintang dan perkuatannya digambarkan secara rinci seperti
dalam Gambar 5.
2) Lokasi lidah alur harus dilekatkan atau disambung dengan perekat epoksi untuk
beton pracetak.
7
a. Dimensi sambungan lidah-alur
a. Semua tepi panel harus diperkuat dengan tulangan, tetapi tulangan tidak boleh
dilas. Tebal penutup beton pracetak minimal 30 mm dari permukaan panel dan 38
mm dari bagian bawah panel harus disediakan untuk semua bentuk perkuatan;
b. Tulangan yang diperlukan untuk perkuatan panel yang aman harus dirancang oleh
produsen panel dan harus ditunjukkan dengan jelas pada gambar pelaksanaan;
c. Pertimbangan khusus harus diberikan pada panel berbentuk unik, misalnya bentuk
panel yang bersambungan dengan manhole dan belokan.
d. Panel pracetak harus dirancang untuk dapat menahan beban selama tahap
pemasangan.
7. Persyaratan Peralatan
7.1. Umum
8
7.2. Cetakan panel beton pracetak
Cetakan untuk mencetak panel beton pracetak harus kaku dan terbuat dari besi
dengan tebal (minimum 5 mm) agar tidak terjadi deformasi serta mempunyai tinggi
sesuai dengan tebal panel yang direncanakan. Dinding cetakan harus dilengkapi dengan
penyangga besi yang dilaskan pada dinding luar cetakan. Tepi cetakan bagian atas
harus rata dan memudahkan untuk meratakan permukaan panel. Bentuk lidah-alur,
penirusan, dan bentuk lainnya harus disesuaikan dengan cetakannya.
Alat pencampur di lapangan yang digunakan untuk membuat panel beton pracetak,
harus menggunakan Unit penakaran (batching plant) yang terdiri atas bak-bak atau
ruangan-ruangan terpisah untuk setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus
dilengkapi dengan bak penimbang (weighting hoppers), timbangan, dan pengontrol
takaran (batching controls).
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan sekali
menimbang. Alat tersebut harus dapat menimbang semua bahan secara teliti. Ketelitian
timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala dikalibrasi oleh
lembaga yang berwenang. Untuk mengkalibrasi timbangan selama pelaksanaan,
gunakan batu timbangan 5 kg dan 10 kg, kemudian buat grafik hubungan antara
timbangan standar dan skala timbangan.
Kapasitas alat pencampur harus sesuai dengan kapasitas alat pengecoran beton
pracetak agar tidak terjadi keterlambatan pengecoran dan tidak terjadi waktu tunggu di
tempat pengecoran melebihi 30 menit.
Kapasitas alat pengangkat panel beton pracetak harus sesuai dan lebih besar sekitar
1,5 kali beban panel yang akan diangkat. Pengangkatan panel dapat dilengkapi
dengan pin yang sesuai yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan kait
pengangkat yang telah disiapkan pada panel dalam lubang yang tersedia.
9
Apabila digunakan truk mixers atau truk agitators, rentang waktu pengangkutan dapat
diizinkan hingga 60 menit untuk adukan beton normal. Akan tetapi, waktu pengangkutan
harus lebih pendek lagi untuk adukan beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur
beton 30C.
Adukan beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis. Ada dua pilihan, yaitu:
Alat pengukur kerataan permukaan panel pada saat pembuatan panel beton pracetak
pracetak, dapat menggunakan, benang atau kawat (string) yang direntangkan.
Untuk mempercepat produksi panel beton pracetak di pabrik, alat steam curing,
termasuk blower dan termometer, merupakan peralatan utama yang harus disiapkan.
Peralatan termasuk bahan pelindung permukaan panel beton pracetak yang kedap air,
serta penyangga agar bahan pelindung permukaan panel beton pracetak tidak
bersentuhan langsung dengan permukaan panel beton pracetak.
Peralatan untuk membongkar cetakan adalah yang tidak merusak permukaan panel
beton pracetak.
10
7.11. Alat penandaan
Peralatan untuk menandai identitas setiap panel dapat menggunakan cat berwarna
mencolok yang kuat, kuas ukuran 1,25 cm (½ inci), atau bila menggunakan cat
semprot dapat menggunakan cetakan huruf atau angka yang cukup besar.
Penandaan dapat pula dibuat menggunakan batang besi diameter 8 mm, dengan
cara menuliskan identitas yang diperlukan yang ditulis dengan rapi dan jelas, pada
saat beton dalam kondisi plastis dan belum mengeras,
Alat angkut panel beton pracetak harus menggunakan truk flat-bed berukuran panjang
yang sesuai dengan dimensi panel.
Panel beton pracetak yang diambil dari tumpukan, dapat dipindahkan dengan
bantuan alat pengangkat manual atau mekanis (Crane).
7.13 Penyimpanan panel beton pracetak
Balok kayu ukuran (5 x 7) cm yang kuat dan lurus dengan panjang minimal sama
dengan lebar panel, untuk dua tumpuan pada penyimpanan panel beton pracetak di
gudang atau di lapangan.
Peralatan-peralatan lain yang termasuk dalam daftar berikut ini harus disediakan dalam
jumlah yang cukup seperti:
a. Gergaji beton;
b. Bor beton diameter 12,5 mm;
c. Gerinda untuk meratakan perbedaan tinggi tepi panel beton pada sambungan;
d. Tangki air;
e. Alat perata dengan tangan;
f. Penghalus permukaan dari kayu;
g. Burlap atau geotextile;
h. Hammer drill.
i. Peralatan manual lainnya
8. Persyaratan Kerja
11
8.2. Pertemuan sebelum pelaksanaan
a. Seluruh unsur terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan beton
pracetak harus hadir, pada waktu dan lokasi yang disepakati bersama, untuk
membahas metode pelaksanaan pekerjaan;
b. Seluruh peserta dan unsur terkait dalam pertemuan harus menandatangani daftar
hadir yang telah disediakan;
c. Konsultan supervisi harus melakukan pelatihan khusus tentang teknik pelaksanaan.
Pelatihan ini harus dihadiri oleh seluruh unsur yang terkait dalam pelaksanaan
pekerjaan, seperti : pengawas, mandor, pelaksana, surveyor, operator peralatan dan
pengatur panel dan lainnya.
Persyaratan rancangan campuran beton dan persyaratan jumlah semen harus sesuai
dengan SNI 2834.
Beton pracetak harus mempunyai suatu kuat lentur dan kuat tekan karakteristik minimum
sesuai dengan SNI 1972 tentang Cara uji slump beton, SNI 1974 tentang Cara uji kuat
tekan beton dengan benda uji silinder yang dicetak dan SNI 4431 tentang Cara uji kuat
lentur.
9.3. Campuran percobaan (trial mix)
Sebelum melakukan pengecoran, harus dibuat campuran percobaan (trial mix) sesuai
dengan rancangan campuran yang dihasilkan oleh laboratorium. Apabila hasil kuat
tekan beton pracetak pada umur 7 hari menghasilkan kuat tekan lebih kecil dari 85%
terhadap nilai kuat tekan yang disyaratkan, maka harus dilakukan penyesuaian
campuran dan dicari penyebab ketidaksesuaian tersebut yang dipersyaratkan.
Lokasi tempat pencetakan bisa di pabrik atau disekitar lokasi pekerjaan dan harus
dipertimbangkan untuk dapat diakses dengan mudah ke lokasi pekerjaan.
a. Cetakan dapat dibuat dari pelat baja dan rangka baja yang dilas atau papan dan
rangka kayu yang diperkuat dan terbuat dari bahan nonabsorben serta harus cukup
kedap untuk mencegah kebocoran mortar. Untuk pekerjaan berskala besar (volume
12
beton lebih besar dari 1000 m 3), harus digunakan cetakan dari pelat baja tebal
minimum 5 mm.
b. Cetakan harus dibuat rata, datar dan halus;
c. Dinding cetakan harus memiliki lebar dasar flens (flange braces) yang cukup untuk
menjaga kestabilan. (Gambar 6)
d. Batang flens (flange braces) harus dilebihkan keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3
tinggi cetakan. Bagian dasar cetakan harus melekat pada dasar atau fondasi dengan
cara dipasak pada setiap jarak (1 – 2) m, untuk mencegah kemungkinan bagian
dasar bergerak dari tempatnya.
e. Bagian atas cetakan harus lurus dan rata. Kerataan bagian atas tidak boleh
berbeda lebih dari 3 mm untuk setiap panjang 3 m. Acuan ini harus dilengkapi
dengan pengunci di ujung-ujung bagian yang bersambungan.
f. Bagian ujung cetakan harus terkunci sehingga kaku, untuk mencegah agar cetakan
tidak terpisah ketika beton segar ditempatkan.
g. Beton dicorkan dalam cetakan yang kaku dan mampu menjaga toleransi dimensi
yang ditentukan sesuai dengan gambar.
h. Cetakan untuk beton pracetak harus kuat terhadap pendistribusian beton segar ke
seluruh cetakan sehingga tulangan, ruji, angkur dan panel tidak bergeser atau lepas.
i. Semua cetakan yang rusak, yang menyebabkan penyimpangan atau kerusakan pada
beton pracetak akibat pemindahan cetakan atau hal lainnya harus diperbaiki atau
diganti sebelum digunakan kembali.
j. Cetakan harus dikontrol setiap saat akibat pembongkaran cetakan selama
mengeluarkan panel beton pracetak dari cetakan.
Pelaksanaan produksi panel pracetak harus sesuai dengan dimensi dan detail sesuai
dengan dimensi serta mengikuti persyaratan dalam Tabel 5. Pelaksanaan juga harus
memenuhi persiapan termasuk persetujuan kekuatan beton pracetak dan prosedurnya.
13
Tabel 5 - Toleransi dimensi panel beton pracetak
Pada setiap panel harus disediakan minimal 2 titik angkat yang terdiri atas perkuatan
baja dan ditempatkan sesuai detail gambar rencana.
14
d. Pemampatan dan pemadatan beton
1) Vibrator tidak boleh digunakan untuk memindahkan beton ke dalam cetakan;
2) Sebuah penempa bergetar (screed vibrasi) harus digunakan untuk memberikan
kerataan yang tepat di permukaan panel;
3) Untuk mengisi bidang yang rendah, tambahan mortar beton setinggi minimal
25 mm harus disediakan di atas permukaannya sehingga setelah screed
vibrator melintasinya akan membentuk permukaan yang merata;
4) Perataan permukaan harus dilakukan sebelum lelehan air mengumpul di
permukaan panel. Semua tepi panel harus dihaluskan untuk mencegah
terkelupas selama pemasangan panel;
5) Pemampatan atau pemadatan dan penyelesaian beton pracetak harus
memperhatikan kerataan permukaan, kerataan tepi dan tebal bagian tengah.
Tebal selimut beton dari baja tulangan minimum 3,0 cm. dan harus ditambah 1,5 cm
untuk beton yang kontak langsung dengan permukaan tanah.
a. Sebelum dilakukan pekerjaan penyelesaian akhir, pada waktu beton dalam cetakan
masih plastis, harus dilakukan pemeriksaan terhadap kerataan tepi, kerataan dan
tebal bagian tengah. Bila kerataan tidak memenuhi persyaratan maka harus segera
diperbaiki;
b. Semua permukaan beton harus bebas dari penyimpangan dan warnanya seragam;
c. Permukaan bawah, samping dan atas harus halus;
d. Produsen panel pracetak harus membuat dua contoh tekstur yang identik (minimal
ukuran 0,6 m x 0.6 m) akan disimpan untuk jaminan mutu seluruh proses produksi.
10.3.6. perawatan
15
1) Penutupan dengan lembaran plastik, harus tertambat kokoh terhadap tiupan
angin di permukaan serta mempunyai sambungan tumpang tindih sekurang-
kurangnya 300 mm dan dipasang hingga kadar air di bawahnya tidak menguap
ke luar;
2) Karung goni atau geotekstil yang digunakan sebagai penutup harus lembap;
3) Perawatan harus dimulai segera setelah beton cukup mengeras untuk mencegah
kerusakan permukaan oleh bahan penutup yang lembap;
4) Bahan penutup harus terjaga tetap dalam keadaan lembap paling tidak
sampai 70% kekuatan beton yang disyaratkan tercapai.
10.4.1.1. penandaan
Setiap panel beton pracetak harus diberi tanda di sisi panel dengan label yang jelas
menunjukkan:
Untuk beton pracetak menggunakan cetakan permanen, cetakan tidak boleh dibongkar
dan diangkat sampai beton yang baru dicor telah mengeras dan sesudah dilakukan
pemindahan. Cetakan tersebut harus dibongkar secara hati-hati untuk menghindari
kerusakan pada beton.
Panel diangkat dari cetakannya menggunakan kait yang ada pada alat pengangkat
(mekanik ataupun manual) melalui titik angkat yang tersedia. Sudut antara permukaan
atas panel dan garis pengangkatan atau sling pengangkat harus tidak kurang dari 60
derajat.
16
10.4.1.4 perbaikan
Perbaikan kerusakan panel selama produksi dan mobilisasi harus ditangani kasus per
kasus. kerusakan dalam batas yang dapat diterima harus diperbaiki. Kerusakan yang
berulang-ulang pada panel akan menyebabkan penghentian operasi produksi sampai
penyebab kerusakan dapat diperbaiki.
Lubang pada permukaan dengan diameter lebih dari 15 mm dan kedalaman yang
lebih dari 6 mm, panel dianggap cacat.
a. Rongga berbentuk sarang tawon (honey combing) dengan panjang kurang dari
300 mm dan lebar kurang dari 75 mm, pecah tepi (spalls) kurang dari 300 mm
dan luas kurang dari 75 mm 2;
b. Rongga di permukaan memiliki dimensi tidak lebih besar dari 300 mm dan
kedalaman kurang dari 6 mm diukur sepanjang garis lurus dan tidak mengekspos
baja tulangan;
c. Cacat minor harus diperbaiki dengan melepas semua bahan yang tidak kokoh dari
daerah yang rusak dan menambal dengan bahan yang baik;
d. Perbaikan harus selesai dipulihkan sebelum panel dipasang;
e. Setiap tambalan parsial yang dalam, yang dilakukan pada panel yang cacat harus
tahan terhadap pukulan palu berat 454 g. Pukulan harus menghasilkan suatu cincin
yang tajam yang mengindikasikan bahwa ikatan pada perbaikan adalah sudah
tepat.
a. Rongga berbentuk sarang tawon yang lebih panjang dari 300 mm atau lebar lebih
dari 75 mm;
b. Spalls yang mengekspos baja tulangan; panjang spalls lebih besar dari 300 mm
atau lebar lebih besar dari 75 mm;
c. Rongga di permukaan dengan dimensi lebih besar dari 300 mm atau lebih dalam
dari 6 mm, diukur sepanjang garis lurus;
d. Retak yang meluas ke tepi panel dengan lebar retak lebih besar dari 1 mm;
dan total cacat ringan lebih dari 5 persen dari luas permukaan unit;
e. Setiap saat harus dievaluasi semua cacat dan menentukan kategori cacat seperti
disebutkan di atas berlaku.
Bila cacat pada panel beton pracetak memenuhi salah satu krtiteria diatas, maka panel
beton pracetak tidak dapat diterima sehingga harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
17
10.4.2. pengangkutan
Setelah pemindahan dan sebelum panel beton pracetak dikirim ke lokasi pekerjaan,
produsen panel beton pracetak harus memeriksa bentuk, volume dan mutu beton
pracetak sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang disyaratkan.
a. Penyimpanan panel beton pracetak harus bebas dari kontak langsung dengan
permukaan tanah, ditempatkan pada penyangga kayu dengan ukuran yang seragam
yaitu balok kayu ukuran penampang minimum 7cm x 5cm yang kuat dan lurus
dengan panjang sesuai dengan lebar panel, di atas dasar yang stabil sehingga
tidak turun baik musim hujan maupun kemarau akibat beban dari unit-unit tersebut.
b. Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka jumlah panel tidak
boleh melebihi dari 5 unit panel dalam satu tumpukan, disusun masing-masing
dengan penyangga balok kayu yang dipasang di antara tiap lapisan. Penyangga
untuk setiap lapisan harus dipasang pada titik tertentu (lifting point) sesuai dengan
perencanaan untuk menghindari patah. Setiap penyangga harus diletakkan tepat di
bawah kait pengangkat panel yang ada dan di atas dasar permukaan yang rata dan
stabil.
c. Cara penyimpanan harus memperhatikan pula nomor-nomor panel yang telah
disusun dan posisi panel-panel yang akan dipasang secara berurutan untuk
mempermudah operasi perakitan di lapangan.
d. Penyimpanan panel-panel sementara di lapangan harus memperhatikan ruang
bebas untuk manuver lengan Crane dalam radius yang cukup untuk
memindahkan panel dari atas truk ke tempat penyimpanan dan sebaliknya.
Penghalang seperti cabang pohon, bangunan utilitas seperti kabel listrik dan kabel
telepon yang merentang di atas lokasi pekerjaan harus diamankan.
e. Transportasi panel ke lapangan untuk pemasangan harus memakai metode FIFO
(first in first out). Panel yang diproduksi terdahulu harus diangkut ke lapangan
lebih dahulu. Masa tenggang waktu antara FIFO adalah paling tidak dua minggu.
18
10.6. Pelaksanaan pemasangan panel beton pracetak
Penerimaan panel-panel dilakukan di lokasi pekerjaan dan setiap panel yang tidak
memenuhi persyaratan strukturalnya harus ditolak.
19
e. jalan kerja yang sudah disiapkan harus kuat menahan beban Crane
f. Bila panel-panel diambil dari atas truk, posisi truk pengangkut dapat diletakkan di
samping-belakang mobil Crane. Bila panel-panel sudah siap di lokasi pekerjaan,
Crane dapat langsung diposisikan di samping-belakang panel-panel tersebut.
g. Panel diangkat menggunakan Crane kemudian dipindahkan ke lokasi panel di atas
fondasi yang telah disiapkan.
h. Bila panel mempunyai lidah atau alur yang harus dipasangkan sebagai sambungan
melintang, permukaan bidang yang mempunyai lidah dan alur harus diberi bahan
pengisi.
20
10.7.2.2. sambungan kontraksi melintang (transverse contraction joints)
a. Sambungan ini terdiri atas bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan
pada permukaan sisi panel sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana;
b. Pada lining beton pracetak, sambungan antarpanel yang dipasang secara
memanjang harus rata dan seragam dan bila celahnya tidak rata harus dicor dengan
mortar tahan susut. Sambungan harus dibersihkan dan diisi dengan bahan
penutup;
Pada panel yang dipasang secara memanjang, takikan pada sambungan yang baru
dicor dengan mortar tahan susut dapat dibuat dengan menekankan alat misalnya
tripleks atau yang sejenis dengan kedalaman 1/3 tebal panel dan panjang selebar
panel, ke dalam mortar tahan susut yang masih plastis. Alat tersebut harus tetap
ditempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian
harus dilepas tanpa merusak sambungan, kemudian segera diisi dengan joint sealant,
kecuali bila alat tersebut sebagai sealant yang dirancang tetap terpasang pada
sambungan.
21
10.7.5. Sambungan panel beton pracetak dengan beton lama
a. Permukaan atas beton pracetak harus rata dengan permukaan beton lama;
b. Sambungan-sambungan tersebut harus diisi dengan sealant.
Satu atau lebih pengujian kelecakan (slump), harus dilaksanakan untuk setiap takaran
beton yang dihasilkan.
11.2. Pengujian kekuatan
Pengujian kekuatan harus dilaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kekuatan
untuk setiap 20 meter kubik beton atau sebagian dari beton yang dicor. Setiap
pengujian harus termasuk pembuatan tiga contoh masing-masing untuk diuji pada
umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari.
Ketinggian (levelling) dasar panel diukur dengan mistar perata (straight edge), benang
atau kawat (string) yang direntangkan searah memanjang panel dan diagonal panel.
Setiap panel beton pracetak yang diukur paling sedikit pada tiga titik atau posisi yang
berseberangan secara acak.
Bilamana unit-unit panel pracetak dipabrikasi di luar tempat kerja, maka harus
diperiksa mutu dan kondisi pada saat barang tiba di tempat dan harus dicatat untuk
setiap cacat atau kerusakan.
Bilamana panel pracetak yang akan digunakan telah diuji sebelumnya, maka contoh
uji tidak perlu diuji kembali asalkan tidak terdapat perubahan dalam bahan, rancangan
atau rincian yang sebelumnya telah baik.
Perbaikan dan penggantian komponen yang rusak atau hal-hal lainnya yang tidak
sempurna harus dilakukan.
Persyaratan kemiringan permukaan dan tidak terjadi kebocoran harus dilakukan diuji
setelah pelaksanaan pemasangan beton pracetak selesai, dan sebelum berakhirnya
masa pemeliharaan.
22
12. Pembayaran
23
FORUM BISNIS
TEKNOLOGI
LINING SALURAN MODULAR
13 September 2017
LATAR BELAKANG
TERIMA KASIH