Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH

ALKOHOL ETER DAN FENOL

OLEH:

NAMA : FITRI NUR AWALIYAH FAHMI

STAMBUK : 15020190057

KELAS : C3

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................. iError! Bookmark not defined.


BAB I PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
A. Alkohol .......................................................................................................................... 2
a. rumus umum ............................................................................................................... 2
b. tatanama alkohol ......................................................................................................... 2
c. klasifikasi alkohol ....................................................................................................... 3
d. sifat alkohol ................................................................................................................. 4
B. Eter ................................................................................................................................. 5
a. Rumus umum .............................................................................................................. 5
b. tatanama eter ............................................................................................................... 5
c. sifat eter ....................................................................................................................... 5
d. Reaksi eter ................................................................................................................... 6
e. fungsi eter .................................................................................................................... 7
C. fenol .............................................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah senyawa karbon itu sangat banyak, sehingga untuk memudahkannya senyawa-
senyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan sifat khas yang dimiliki oleh senyawa-senyawa
tersebut. Misalnya saja senyawa karbon alkohol dan eter. Cara pengelompokkan itu dapat dilihat
dari sudut pandang tentang ketatanamaan senyawa karbon tersebut atau dilihat juga dari sifatnya,
baik sifat secara fisik maupun kimia.

Kimia senyawa karbon tersebut sebenarnya meliputi hampir setiap aspek kehidupan kita.
Misalnya saja dalam dunia medis, makanan, bahkan bahan bakar pun banyak yang terbuat dari
senyawa-senyawa karbon tersebut. Sehingga banyak manusia yang tidak memperhatikan dan
menyadari akan adanya senyawa-senyawa karbon tersebut.

Alkohol (R-OH) dan eter (R-O-R) begitu erat hubungannya dengan kehidupan manusia
sehari-hari sehingga orang awam pun kenal akan istilah-istilah dietil eter (eter) digunakan
sebagai pematirasa (anestetik).. 2-propanol (isopropil alkohol atau alkohol gosok) digunakan
sebagai bakterisid,dan masih benyak senyawa alkohol dan eter lainnya. Sedangkan Fenol (Ar-
OH) merupakan senyawa dengan gugus fungsi OH yang terikat dengan cincin aromatik. Dimana
gugus OH merupakan activator kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik.

Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol atau air. Kekuatan asam fenol
kira-kira ditengah antara etanol dan asam asetat. Ion fenoksida merupakan asam yang lemah
dibandingkan OH, oleh karena itu,fenoksida dapat diolah dengan seuatu fenol dan NaOH dalam
air.reaktifitas ini sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat lebih asam
dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan oleh resonansi,dengan muatan negatifnya
disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik.
Alkohol dan fenol adalah asam-asam lemah, alkohol 10-1000 kali lebih lemah dari air,
fenol 10 kali lebih lemah dari air. Tentang keasaman ini dapat diketahui dengan penambahan
karbonat dan bikarbonat membentuk CO2 yang ditunjukan dengan adanya gelembung –
gelembung gas. Alkohol bereaksi dengan logam seperti natrium atau kalium dengan membentuk
hidrogen bebas dan alkoksida. Alkoksida logam yang larut dalam alkoholnya merupakan basa
kuat, sama halnya dengan natrium hidroksida dalam air adalah basa kuat (alkoksida lebih basa
dibandingkan dengan hidroksida karena keasaman alkohol lebih lemah daripada air). Sebaliknya
fenol (yang lebih asam dari air) dengan natrium atau kalium membentuk fenoksida yang sifat
basanya lebih lemah.

2 R- -ONa + H2
2 Ar- -ONa + H2

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alkohol

Alkohol R-OH dapat dianggap hidrolisis dari alkana R-H, maupun sebagai turunan alkali
dari air H-OH. Sebagai turunan alkana maupun air, sifat alcohol dapat menyerupai sifat air
karena kesamaan gusus fungsi keduanya. Alkohol rantai rendah (Cl-C5) mempunyai sifat
yang menyerupai sifat air karena gugus hidroksil (-OH) mengambil bagian yang lebih besar
dalam molekulnya, sedangkan alkohol yang lebih tinggi dari (C6 ke atas) terutama
mempunyai sifat alkana, hanya sedikit yang larut dalam iar, tetapi mudah larut dalam pelarut
organik. Sifat lain dari alkohol dapat ditentukan oleh letak gugus hidroksil pada atom C, yang
dikenal sebagai alkohol primer (R-OH), alkohol sekunder R2CHOH dan alkohol tersier
(R3C-OH).

Perbedaan masing-masing alkohol tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa pereaksi


seperti Lucas dan anhidrat. Suatu senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang sama dengan
alkohol seperti fenol, dimana gugus fungsi tersebut melekat pada suatu cincin aromatik (Ar-
OH = Ph-OH = C6H6OH) dalam banyak hal mempunyai kesamaan sifat yang besar,
terutama sifat fisiknya.

a. Rumus Umum

Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan senyawa alkana yang satu atom H–
nyadiganti dengan gugus –OH (hidroksil). Sehingga seperti terlihat pada tabel 4.1 rumus
umumsenyawa alkohol adalah R–OH dimana R adalah gugus alkil. Untuk itu rumus
umumgolongan senyawa alkohol juga dapat ditulis CnH2n+1 – OH

b. PENAMAAN

1. Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan akhiran "e"
dan diganti dengan "ol", contohnya metana menjadi
metanol dan etana menjadi etanol. Ketika dibutuhkan, posisi dari gugus hidroksil
dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan "ol": 1-propanol untuk CH3
CH2CH2OH, 2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus fungsi yang lebih
tinggi (seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka awalannya adalah
"hidroksi", contohnya: 1-hidroksi-2-propanon (CaH3COCH2OH).

2
2. Dengan sistem Trivial yaitu dengan menyebutkan nama gugus alkilnya diikuti kata
alkohol.

Alkana Alkohol

Rumus Nama Rumus Nama IUPAC Nama Trivial


Molekul molekul

CH4 Metana CH3 – OH Metanol Metil alkohol


C2H6 Etana C2H5 – OH Etanol Etil alkohol
C3H8 Propana C3H7 – OH Propanol Propil alkohol
C4H10 Butana C4H9 – OH Butanol Butil alkohol

c. Klasifikasi alkohol

Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus –OH pada atom C. Alkohol


dibedakanmenjadi tiga yatiu :
1. Alkohol primer yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C primer (atom C yang
mengikat 1 atom C yang lain secara langsung )
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – OH n. Butanol

2. Alkohol sekunder yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang
mengikat secara langsung dua atom C yang lain).
Contoh :
CH3–CH2–CH–CH3 2. Butanol
|
OH

3. Alkohol tersier yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C tersier ( atom C yang
mengikat secara langsung tiga buah atom C yang langsung )
Contoh :
CH3
|
CH3 – C – CH3 2 Metil 2 Propanol
|
OH

3
d. Sifat sifat alkohol

1. Sifat fisik

 Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam
air dengan semua perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna
(jernih) dan berbau khas.
 Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr
alkanol.

2. Sifat Kimia
 Ikatan Hidrogen
Antarmolekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen.
 Kepolaran
Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus OH. Kepolaran alkohol akan
makin kecil jika suhunya makin tinggi.
 Reaksi Dengan Logam
Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.
 Oksidasi
Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan
oksidator, tetapi alkohol tersier tidak.

B. Eter

Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat
berupa alkil maupun aril.Contoh senyawa eter yang paling umum
dalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum
ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus
penghubung pada senyawakarbohidrat dan lignin.

Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar 140
pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi
oksigen pada senyawa eter adalah sp3.

Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi
alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau
demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton.

Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada sistem
romatik. Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat
dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
 Ester R-C(=O)-O-R
 Asetal R-CH(-O-R)-O-R

4
 Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
 Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R

a. Rumus umum
Eter atau alkoksi alkana adalah golongan senyawa yang mempunyai dua gugus
alkil yang terikat pada satu atom oksigen. Dengan demikian eter mempunyai rumus
umum :
R–O–R1
dimana R dan R1 adalah gugus alkil, boleh sama boleh tidak
Contoh :
CH3–CH2–O–CH2–CH3 R = R1 (eter homogen)
CH3–O–CH2–CH2–CH3 R ¹ R1 (eter majemuk)

b. Tatanama eter
Ada dua cara penamaan senyawa-senyawa eter, yaitu :
1. Menurut IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan awalan “ alkoksi
“dengan ketentuan sebagai berikut :
– rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi –O– ditetapkan
sebagai gugus fungsi
alkoksinya.
– rantai karbon yang lebih panjang diberi nama sesuai senyawa alkananya
2. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai berikut : menyebutkan nama kedua
gugus alkil yang mengapit gugus –O– kemudian diberi akiran eter.

Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial

CH3–CH2–O–CH2–CH3 Etoksi etana Dietil eter / etil etil eter


CH3–O–CH2–CH2–CH3 Metoksi propana Metil propil eter
CH3–CH2–O–CH2–CH2–CH3 Etoksi propana Etil propil eter

c. Sifat-sifat fisika
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga
mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan
dengan alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol
C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun
tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan
elektron menyendiri pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan
molekul air.Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom
oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya.

5
Beberapa alkil eter
Eter Struktur Titik Titidk Kelarutan Momen
lebur didih dalam 1 L dipol
(°C) (°C) H2 O (D)
Dimetil eter CH3-O- -138,5 -23,0 70 g 1,30
CH3
Dietil eter CH3CH2- -116,3 34,4 69 g 1,14
O-CH2CH3
Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 Larut pada 1,74
semua
perbandingan
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 Larut pada 0,45
semua
perbandingan

d. Reaksi eter

Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih
reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.]
 Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam
mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-. Beberapa jenis
eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam beberapa
kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida.
Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan
berbagai jenis reagen seperti basa kuat.

 Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan
oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam,
dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini,
diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.

 Sebagai basa Lewis


Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat
dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter
dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat
(BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalamreagen Grignard. Polieter
(misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.
 Sintesis eter
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:

6
Dehidrasi alkohol
Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:
2 R-OH → R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 °C). Reaksi ini
dikatalisis nya asam sulfat. Metode ini efektif untukn menghasilkan eter simetris,
namun tidak dapat digunakan untuk menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter
dihasilkan dari etanol menggunakan metode ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan
menggunakan metode ini.
Sintesis eter Williamson
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil
halida olehalkoksida
R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan
penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh
adisi pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas(R-X). Gugus lepas
tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupunsulfonat. Metode ini biasanya tidak
bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini
menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida sekunder
dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan
dengan anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi
nukleofilik -X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol.
Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena fenol
bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida,
membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X
pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya
melalui mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- → C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X → C6H5OR
e. Fungsi eter
Dimetil eter Merupakan propelan pada aerosol. Merupakan bahan bakar alternatif
yang potensial untuk mesin diesel karena mempunyai
bilangan cetan sebesar 56-57.
Dietil eter Merupakan pelarut umum pada suhu rendah (b.p. 34.6°C), dan
dulunya merupakan zatanestetik. Digunakan sebagai cairan starter
kontak pada mesin diesel.
Dimetoksimetana(DME) Pelarut pada suhu tinggi (b.p. 85°C):
Dioksana Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu tinggi (b.p. 101.1°C).
Tetrahidrofuran(THF) Eter siklik, salah satu eter yang bersifat paling polar yang digunakan
sebagai pelarut.
Anisol(metoksibenzena) Merupakan eter aril dan komponen utama minyak esensial pada
biji adas manis.
Eter mahkota Polieter siklik yang digunakan sebagai katalis transfer fase.
Polietilen Merupakan polieter linear, digunakan
glikol(PEG) padakosmetik dan farmasi.

7
C. Fenol

Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol atau air. Kekuatan asam
fenol kira-kira ditengah antara etanol dan asam asetat. Ion fenoksida merupakan asam yang
lemah dibandingkan OH, oleh karena itu,fenoksida dapat diolah dengan seuatu fenol dan
NaOH dalam air.reaktifitas ini sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat lebih
asam dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan oleh resonansi,dengan muatan
negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik.
Perbedaan mendasar antara alkohol dengan fenol adalah :

 Fenol bersifat asam sedangkan alkohol bersifat basa

 Gugus OH pada alkohol dapat disubsitusi sedangkan pada fenol tidak dapat
disubsitusi karena terikat pada cincin aromatik.
 Sifat asam dari fenol dapat dijelaskan dengan pasangan elektron bebas dari atom
oksigen tertarik ke dalam inti benzen dan berdistribusi merata keseluruh molekul,
akibatnya atom oksigen bermuatan positif dan segerah melepaskan proton. Lagi
pula ion fenolat yanterbentuk distabilkan oleh resonanmsi, sehingga reaksi
cenderung ke kanan.

8
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. ALKOHOL
Menurut ketatanamaannya alkohol dibagi menjadi 2 cara, yaitu cara IUPAC dan cara
trivial. Dalam cara IUPAC, nama alkohol diturunkan dari nama alkana, dengan kahiran –a
diganti dengan –ol. Sedangkan, dalam cara trivial nama alkohol selalu diawali dengan nama alkil
diikuti kata alkohol. Gugus fungsi alkohol adalah –OH dengan menambahkan alkil pada
rantainya maka terbentuklah rumus umum alkohol yaitu R-OH. Alkohol memiliki 2 sifat yaitu
sifat fisik dan sifat kimia. Alkohol dapat digunakan sebagai bahan pelarut, disinfektan, dan bahan
bakar.
2. ETER
Menurut ketatanamaannya eter dibagi menjadi 2 cara, yaitu cara IUPAC dan cara trivial.
Tata nama menurut IUPAC dilakukan dengan menetapkan alkil yang lebih kecil sebagai alkoksi
dan alkil yang lebih besar sebagai alkana. Sedangkan, dalam tata nama dengan nama trivial
dilakukan dengan menyebutkan nama alkil sesuai urutan abjad dan diakhiri eter. Jika kedua alkil

9
sama digunakan awalan –di. Gugus fungsi eter adalah -O- dengan menambahkan alkil pada
rantainya maka terbentuklah rumus umum eter yaitu R-O-R’. Eter memiliki 2 sifat yaitu sifat
fisik dan sifat kimia. Eter dapat digunakan sebagai pelarut dan pengganti TEL.

1.2 Saran
Laporan hasil diskusi ini masih belum mencapai sempurna, sehingga pembaca dapat
menambahkan atau menghapus bagian yang kurang

10
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, 1991., Kimia Organik Edisi Ketiga., Erlangga., Jakarta.Ikhsan, jaslin.

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I JURUSAN KIMIA FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO 2016

11
1. Manakah di bawah ini yang merupakan alkohol sekunder….
a. CH3OH
b. CH3CH2OH
c. CH3CH(Cl)OH
d. CH3CH(CH3))OH
e. CH3C(CH3)2OH

2. Dietil eter adalah pelarut organik yang sangat fungsional karena sangat tidak
reaktif dan mudah diuapkan setelah selesai digunakan. Nama IUPAC untuk senyawa
ini yang tepat adalah … .
a. Etil etil eter
b. Sudah tepat di etir
c. Etoksi etana
d. Etil etoksida
e. Tidak ada pilihan yang tepat

3. Bila n-butanol direaksikan dengan asam sulfat, maka akan dihasilkan …


a. . Butane
b. . Butanaldehid
c. . Butanon
d. . 1-butena
e. . 2-butena

4. Suatu metanol dapat dibuat dari reaksi antara … .


a. Klorometana dengan NaOH
b. Metana dengan NaOH dan UV
c. Klorometana dengan asam sulfat
d. Metana dengan air, sinar UV de

5. Alkohol digunakan sebagai zat anti septik, pembersih luka, serta pensteril alat-alat
kedokteran dan industri adalah...
a. Metanol d. Gliserol

b. Etanol e. Glikol

c. Spirtus

6. Senyawa organik dengan rumus molekul C5H12O yang merupakan alkohol tersier
adalah….
a. 3-pentanol d. 2-metil-2-butanol

b. 2-metil-3-butanol e. trimetil karbinol

c. 3-metil-2-butanol

12
7. Suatu senyawa dengan rumus molekul CH3C(CH3)2OH memiliki nama IUPAC
adalah…
a. Butanol d. 2-metil-2-butano

b. Sek-butanol e. 2-metil-2-propanol

c. Tert-butanol

8. Rumus umum eter adalah…


a. -R-O-R’- d. -C=C

b. -CHO- e. –OH

c. -NH2-

9. Rumus bangun alkohol sekunder ditunjukkan oleh :


a. CH3(CH2)4OH d. CH3CH2C(CH3)2OH

b. (CH3)2CHOH e. (CH3)2CH(CH2)2OH

c. (CH3)2COH

10, Produk apakah yang akan dihasilkan dari reaksi antara n-propanol dengan natrium
iodida?
a. propena d. n-propanol

b. 1-iodopropana e. Natrium propoksida

c. 2-iodopropana

ESSAY 1

1. Apa yang dimaksud dengan eter?


Eter adalah senyawa yang memiliki dua residu hidrokarbon yang dapat sama atau berbeda

2. . Tuliskan pengertian alkohol.


Jawab : Alkohol adalah suatu senyawa yang mengandunggugus hidroksil, -OH. (Muhaidah
Rasyid. 2006. Kimia Organik I. Badan Penerbit UNM. Hal. 125

3. 4. 2-propanol digunakan sebagai…


Jawab: Sebagai zat pembunuh kuman (bakteriosida). (

4. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol?

13
a. Alkohol bersifat lebih polar karena ada gugus –OH. Artinya, alkohol bisa bercampur
dengan air. Kepolaran itu dipengaruhi oleh panjang pendeknya rantai karbon suatu
monoalkohol. Semakin panjang rantai karbonnya, semakin menurun kelarutan atau
kepolarannya.
b. . Alkohol dapat bereaksi dengan logam aktif, seperti Na dan K, membentuk senyawa
alkoksida logam. Reaksi tersebut disertai pelepasan gas hydrogen
c. Titik didih alkohol lebih tinggi daripada turunan alkana lain, seperti eter. Hal itu karena
alkohol memiliki ikatan hidrogen antarmolekulnya. Titik didih tersebut bisa meningkat
seiring peningkatan jumlah atom C pada rantainya.

5. . Berikanlah nama alkohol berikut menurut sistem IUPAC. ClCH2CH2OH


Jawab : 2-kloroetanol (nomor mulai dari karbon yang mengandung gugus hidroksil)

14

Anda mungkin juga menyukai