Anda di halaman 1dari 34

PENUNTUN

PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN


FARMASI
NAMA :

NIM :

KELAS :

PENYUSUN
TIM DOSEN ANALISIS SEDIAAN FARMASI

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
PENUNTUN ANALISIS SEDIAAN FARMASI

Disusun Oleh :

1. Aminah, S.Farm.,M.Sc.
2. apt., Muzakkir Baits, S.Si., M.Si.
3. apt., Rahmawati, S.Si., M.Sc.
4. apt., Harti Widiastuti, S.Farm.,M.Farm.
5. apt., Asriani Suhaenah, S.Si., M.Kes.
6. Andi Trihadi Kusuma, S.Farm., M.Si.

i
VISI & MISI
Visi dan Misi Universitas Muslim Indonesia
Visi UMI
“Mewujudkan Universitas Muslim Indonesia sebagai lembaga pendidikan dan dakwah
termasyhur berkelas dunia, dengan melahirkan manusia berilmu amaliah, beramal ilmiah,
dan berakhlakl karimah serta berdaya saing tinggi”

Misi UMI
1 Membentuk manusia yang berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan berakhlakul
karimah, adaptif, transformatif dan inovatif
2 Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dalam rangka syiar
islam, serta memperjuangkan kepentingan umat secara global sebagai wujud
pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Visi dan Misi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
Visi FF-UMI
“Terwujudnya Fakultas Farmasi yang unggul, professional dan berdaya saing nasional
dalam menghasilkan tenaga kefarmasian melalui pendidikan, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat berbasis nilai-nilai keislaman tahun 2021”

Misi FF-UMI
1 Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
dalam menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan khususnya bidang kefarmasian
2 Mendidik tenaga kefarmasian yang memiliki integritas kepribadian yang islami,
menjunjung tinggi etika profesi, memiliki keunggulan kompetensi pada profesinya,
berwawasan luas, memiliki kepekaan sosial, pengabdi yang mandiri dalam
mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan seni di bidang kefarmasian
3 Menghasilkan tenaga kefarmasian yang menpunyai peran esensial sebagai “The
Sevent-Star Pharmacist”
4 Menghasilkan tenaga kefarmasian yang handal, mandiri, dan kompetitif dalam skala
nasional
Visi dan Misi Program studi Sarjana Farmasi FF-UMI
Visi PSSF-FF-UMI
“Menjadi program studi yang menghasilkan Sarjana Farmasi yang islami dan unggul di
bidang kefarmasian serta berdaya saing nasional pada tahun 2021 ”

Misi PSSF-UMI
1 Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berbasis capaian
pembelajaran (Learning outcome) sesuai KKNI, yang ditunjang dengan SDM dan
sarana prasarana yang lengkap
2 Meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta publikasi
ilmiah yang bermutu dan memenuhi tuntutan masyarakat pengguna jasa
kefarmasian
3 Membangun dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
penerapan dan pengembangan ilmu kefarmasian
4 Meningkatkan kecerdasan spiritual yang berakhlakul kharimah melalui program
pencerahan Qalbu dan mata kuliah ciri khusus UMI

ii
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LABORATORIUM KIMIA
A. Aturan kerja di laboratorium
1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang mengawasi.
2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.
3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja, jenis
percobaan, jenis bahan, jenis peralatan, dan cara membuang limbah sisa percobaan.
4. Dilarang makan, minum, dan merokok di laboratorium.
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan
dengan lap basah.
6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
7. Catatlah data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya.
8. Berdiskusi adalah hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut percobaan
yang dilakukan.
B. Persiapan kerja di laboratorium
1. Gunakan perlatan kerja sesuai dengan keperluan, seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian, dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.
2. Dilarang mengenakan perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
3. Dilarang mengenakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita yang berambut panjang harus diikat.
5. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
6. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar. Lakukan
tindakan seperti yang tercantum dalam buku MSDS.
7. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan segera pada
asisten atau laboran, agar mendapatkan pertolongan secepatnya secara benar.
C. Teknik kerja di laboratorium
Bekerja aman dengan bahan kimia
1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
2. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau
gatal).
D. Memindahkan bahan Kimia
1. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
E. Memindahkan bahan Kimia cair
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak memercik.
F. Memindahkan bahan Kimia padat
1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.

iii
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori
bahan tersebut.
G. Cara memanaskan larutan menggunaka
1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
melukai orang lian maupun diri sendiri.
H. Cara memanaskan larutan menggunakan gelas kimia
1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas kimia tersebut.
2. Letakkan batang pengaduk atau batu didih dalam gelas kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.
3. Jika gelas kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air maksimum
seperampatnya.
I. Kebersihan laboratorium kimia
1. Gunakan alat pelindung diri yang diperlukan.
2. Benda-benda yang tidak lagi digunakan dikeluarkan dan dibuang.
3. Bila benda yang akan dibersihkan sangat kotor, bersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan alat seperti sapu atau sulak (kemoceng) sesuaii dengan benda yang
akan dibersihkan.
4. Siapkan lap dan air sabun dalam ember, gunakan sarung tangan karet
5. Bersihkan benda yang akan dibersihkan dengan prinsip sebagai berikut :
a. Dimulai dari yang atas kemudian ke bawah.
b. Gerakan mengelap dilakukan dengan cara satu arah (tidak bolakbalik).
c. Jika lap telah kotor, cuci dengan air sabun dan dikucek, kemudian diperas.
d. Jika air sabun telah kotor, gantilah dengan air sabun yang baru.
6. Setelah selesai, bersihkan semua alat yang telah digunakan dan simpan dengan
rapi.
J. Penanganan tumpahan bahan kimia
1. Untuk asam/basa : cek pH awal tumpahan dengan kertas pH universal, netralkan
dengan NaHCO3 (untuk asam) dan HCl 2N (untuk basa), catat pH akhir tumpahan,
dan bersihkan dengan tisu.
2. Untuk bahan oksidator (K2Cr2O7) : beri 3 tetes H2SO4, Tambahkan FeSO4.7H2O
sampai warna hijau, cek pH-nya, netralkan dengan NaOH, dan cek pH akhirnya,
kemudian bersihkan dengan tisu.
3. Untuk KCN : basakan dengan NaOH padat, serap dengan tisu, masukkan ke dalam
gelas piala, dan tambahkan FeSO4.7H2O sampai terbentuk endapan hijau, diamkan
1 jam, dan buanglah.
4. Untuk alkohol/eter : serap tumpahan dengan tissu, masukkan ke dalam gelas piala,
uapkan dalam almari asam kurang lebih 3 menit, bakar.
K. Keamanan kerja di laboratorium
1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Gunakan perlatan kerja sesuai dengan keperluan seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian, dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita yang berambut panjang harus diikat.
5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.

iv
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan
dengan lap basah.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar. Lakukan
tindakan seperti yang tercantum dalam buku MSDS.
10. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada saat sebelum dan
sesudah praktikum selesai.
L. Penanggulangan keadaan darurat
Terkena bahan kimia
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada di dekat anda.
3. Lihat data MSDS.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan)
5. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar
6. Bawa ke tempat yang cukup oksigen.
7. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).
M. Kebakaran
1. Jangan panik
2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari menghirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.
N. Gempa bumi
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung di bagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur,
lemari
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.
O. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan pertama adalah tindakan perawatan darurat yang ditujukan untuk
korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan oleh dokter atau
petugas kesehatan lainnya. Prinsip pokok pada tindakan pertolongan pertama pada
kecelakaan adalah :
1. Jangan panik : berarti tidak boleh lamban tetapi bertindak cekatan, tetapi tetap
tenang.
2. Perhatikan pernafasan korban : bila pernafasan terhenti, segera dilakukan
pernafasan buatan dari mulut ke mulut.
3. Hentikan pendarahan : darah yang keluar dari pembuluh-pembuluh besar, dapat
membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Pada luka yang mengeluarkan darah

v
ditekan dengan menggunakan sapu tangan atau kain yang bersih. Bagian tubuh
yang terluka diletakkan pada bagian yang lebih tinggi.
4. Perhatikan tanda-tanda shock : jika korban mengalami shock, korban ditelentangkan
dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya
5. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru : korban tidak boleh dipindahkan
dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis serta keparahan cederanya kecuali
jika tempat kecelakaan tidak memungkinkan seperti kebakaran.
Petunjuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
1. Luka bakar
a. Untuk luka bakar asam pekat, cukup diguyur dengan air mengalir atau dengan
larutan soda kue 5 %.
b. Untuk basa pekat, diguyur dengan air dan beri juga larutan cuka dapur untuk
menetralkan basa penyebabnya.
2. Luka di mata
a. Lakukan investigasi awal kepada korban mengenai zat kimia yang terkena
sambil usahakan menenangkannya.
b. Bagian mata yang terkena segera disiram dengan air bersih sebanyak
mungkin.
c. Jika korban terkena percikan zat kimia namun tidak menemukan teman yang
bisa menolong. Maka segera mata ditutup kemudian cari tempat air untuk segera
membasuh matanya. Lakukan dengan hati-hati.
3. Menghirup gas beracun
a. Lakukan evakuasi terhadap korban ke lingkungan luar yang sejuk dengan hati-
hati.
b. Korban ditelentangkan dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya.
c. Periksa pernafasan korban, dan denyut nadinya.
d. Jika telah siuman segera beri minum susu untuk menetralkan racunnya.
e. Jika shock berlanjut segera hubungi rumah sakit terdekat.
4. Menghirup gas beracun
a. Lakukan evakuasi terhadap korban ke lingkungan luar yang sejuk dengan hati-
hati.
b. Korban ditelentangkan dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya.
c. Periksa pernafasan korban, dan denyut nadinya.
d. Jika telah siuman segera beri minum susu untuk menetralkan racunnya.
e. Jika shock berlanjut segera hubungi rumah sakit terdekat.
5. Luka tersayat
a. Lakukan pencucian luka dengan air bersih dan antiseptik untuk membuang
kalau ada zat kimia yang ikut masuk ke dalam luka.
b. Jika keluar darah, ambil perban dan pada bagian luka ditekan untuk
mengurangi pendarahan.
c. Angkat bagian luka ke posisi yang lebih tinggi.
d. Perban dengan diberi obat antiseptik.
6. Jas laboratorium kebakar
a. Segera jas laboratorium yang terbakar dilepas.
b. Korban segera mengguling-guling di lantai untuk mematikan api yang mungkin
masih ada.

vi
c. Salah seorang penolong mengambil handuk basah dan segera dibungkuskan
kepada korban.
d. Jika luka bakar kecil segera diberi obat luka bakar.
e. Pastikan penyebab kebakarannya telah padam dan ruangan telah aman
kembali.
7. Luka tulang retak akibat terpeleset
a. Lakukan pertolongan awal dengan memindahkan korban ke tempat yang
tenang.
b. Jangan menarik atau mencoba untuk memijat tangan yang terluka.
c. Segera tangan yang terluka dibalut dengan perban yang telah dijepitkan
dengan kayu untuk menahan agar tangan tidak berpindah tempat.
d. Segera korban dibawa ke poliklinik terdekat untuk pertolongan lebih lanjut.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan seru
sekalian alam. Salawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Sallahu
Alaihi Wasallam yang semoga berkah dan syafaatnya tercurahkan kepada ummatnya
hingga akhir zaman, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan penuntun
praktikum Analisis Sediaan Farmasi ini dengan baik.
Adapun tujuan dari pembuatan penuntun ini adalah untuk membantu para
mahasiswa yang akan menjalani praktikum Analisis Sediaan Farmasi baik secara
laring maupun daring sehingga dapat melaksanakan praktikum dengan baik.
Penuntun ini memuat alat dan bahan serta prosedur kerja laboratorium yang
dibutuhkan.
Namun demikian, tim penyusun menyadari apa yang ada dalam penuntun ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat
membantu dalam penyempurnaan penuntun ini. Akhirnya tim penyusun berharap
semoga penuntun ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Makassar, Agustus 2021

Tim Penyusun

viii
DAFTAR ISI

Sampul i
Tim penyusun ii
Visi misi iii
Keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium iv
Kata pengantar ix
Daftar isi x
Percobaan I : Analisis Kadar Asetaminofen Pada Sediaan Tablet 1
Percobaan II : Analisis Kadar Mebendazol Pada Sediaan Suspensi Oral 6
Percobaan III : Analisis Kadar Asam Salisilat Pada Sediaan Salep 11
Percobaan IV : Analisis Sediaan Steril Injeksi Vitamin C(Asam Askorbat) 17

ix
PERCOBAAN PERTAMA
ANALISIS KADAR ASETAMINOFEN PADA SEDIAAN TABLET

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang analisis kadar Asetaminofen pada sediaan
tablet secara Diazotasi
B. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang analisis kadar Asetaminofen(Parasetamol) pada
sediaan tablet secara Diazotasi
C. TEORI
1. Asetaminofen (Parasetamol)
Asetaminofen (parasetamol) merupakan salah satu obat analgesic-antipiretik yang
sangat popular. Asetaminofen dapat tersedia dalam berbagai macam sediaan seperti tablet,
kapsul, sirup, eliksir, suspense dan suppositoria. Asetaminofen pada umumnya diberikan dalam
bentuk tablet yang mengandung 500 mg bahan aktif, bahkan seringkali dikombinasikan dengan
bahan obat lainnya dalam satu formulasi.

Asetaminofen dapat ditentukan kadarnya dengan cara titrimetri dengan metode Diazotasi
maupun metode N,N-dibromodimetilhidantoin, spektrofotometri UV-Vis, dan dengan teknik
berdasar kromatografi.
Untuk sediaan tablet, sampel tidak bisa langsung dititrasi, tetapi harus dilakukan
preparasi sampel yang bertujuan untuk mengisolasi zat aktif dari bahan pembawa/pengikatnya.
Tablet paracetamol dalam hal ini terlebih dahulu direfluks untuk mengisolasi zat aktif dari
sediaannya sebelum dititrasi.
2. Diazotisasi
Titrasi Diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa antibiotic sulfonamide dan juga anestetika local golongan asam amino
benzoate. Titrasi ini disebut juga dengan Nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara
kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasari reaksi antara
amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam yang membentuk garam
diazonium.
1
Penentuan titik akhir titrasi pada metode diazotasi dapat menggunakan indicator luar,
dalam dan secara potensiometri. Indicator luar
menggunakan pasta kanji-iodida atau kertas
kanji-iodida, Indicator dalam menggunakan
campuran tropeolin OO dan metilen blue, dan
potensiometri menggunakan electrode kolomel-platina. Pada indicator luar rekasi yang terjadi
dapat dituliskan sebagai berikut:
Asetaminofen memiliki gugus amin
aromatik sekunder yang jika di refluks dengan
suatu asam kuat akan membentuk gugus amin
aromatic primer.

D. PROSEDUR KERJA
1. Alat
Alat: timbangan analitik, alat destilasi refluks, labu alas bulat, erlenmeyer, gelas ukur,
corong, thermometer, pipet skala, statif dan klem, buret, tabung reaksi, rak tabung, dan
pipet tetes.
2. Bahan
Bahan: Sediaan tablet parasetamol mengandung 500 mg, asam sulfat 10%, asam klorida
pekat, air,Larutan Baku NaNO2 0,1N, kertas kanji-iodida, ammonium molibdat 0,1 M,
FeCl3 0,1 M, Na1,2-naftokuinon-4-sulfonat 0,02% dan es batu.
3. Preparasi Sampel
a. Larutan uji untuk analisis kualitatif
Sampel tablet yang mengandung Asetaminofen(Parasetamol) ditimbang seksama sejumlah
tertentu serbuk tablet yang setara dengan kurang lebih 500 mg paracetamol dan direfluks
selama 1 jam dengan 30 mL asam sulfat 10% (b/b). larutan dipindahkan dengan bantuan
sejumlah air ke dalam wadah penampung.
b. Larutan uji untuk analisis kuantitatif
Sampel tablet yang mengandung Asetaminofen(Parasetamol) ditimbang seksama sejumlah
tertentu serbuk tablet yang setara dengan kurang lebih 500 mg paracetamol dan direfluks
selama 1 jam dengan 30 mL asam sulfat 10% (b/b). larutan dipindahkan dengan bantuan
sejumlah air ke dalam labu titrasi yang sesuai, lalu ditambah dengan 10 mL HCl pekat. Suhu
larutan diatur 15oC, lalu natrium nitrit 0,1 N ditambahkan tetes demi tetes dengan pengocokan
secara terus-menerus.
2
4. Identifikasi Hasil Pemisahan
Sampel hasil preparasi (b) dilakukan beberapa pengidentifikasian diantaranya, yakni :

a. Pada tabung reaksi berisi 1 mL hasil ekstrak refluks, tambahkan beberapa tetes pereaksi
FeCl3 0,1M, diamati perubahan yang terjadi. Reaksi positif memberikan warna ungu.
b. Pada tabung reaksi berisi 1 mL hasil ekstrak refluks, tambahkan 1 mL Amonium
molibdat dan beberapa tetes asam kuat (asam sulfat pekat), diamati perubahan yang
terjadi. Reaksi positif memberikan warna molibdenum biru.
c. Pada tabung reaksi berisi 1 mL hasil ekstrak refluks, tambahkan 1 mL Na1,2-
naftokuinon-4-sulfonat 0,02% dalam air disiapkan baru setiap saat dan beberapa tetes
basa kuat (NaOH pekat), diamati perubahan yang terjadi. Reaksi positif memberikan
warna violet kemerahan (merah-kuning).
5. Analisis Kadar
Larutan uji untuk analisis kuantitatif (poin 1b), Ketika mendekati titik akhir titrasi, penambahan
larutan titran dilakukan setelah diuji dengan indicator kertas kanji-iodida yang menunjukkan
bahwa reaksi yang disebabkan oleh penambahan sebelumnya adalah sempurna. Titik akhir
titrasi tercapai jika muncul WARNA BIRU SEGERA pada kertas kanji-iodida setelah
penambahan satu tetes titran.
Tiap mL Natrium nitrit 0,1 N setara dengan 15,116 mg C8H9NO2

Mekanisme reaksi
6. Perhitungan
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 10 𝑇𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 =
10

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 = x Berat Rata-rata
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡

𝑣𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝐵𝑆𝑇 (𝑚𝑔)


% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
x 100

3
7. Video Simulasi (Khusus Daring)
Lakukan rekaman video terkait preparasi sampel dengan durasi waktu ± 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen RI, 2014, “Farmakope V” Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. Gandjar, I.G, Rohman, A, 2012. Kimia Farmasi Analisis, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, Hal. 164-166.
3. Sudjadi, Rohman, A, 2012, Analisis Farmasi, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
Hal.12-21.
4. Sudjadi, Rohman, A, 2008, Analisis kuantitatif obat, Penerbit Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, Hal.48-55.

4
LEMBAR KERJA
ANALISIS KADAR ASETAMINOFEN(PCT) PADA SEDIAAN TABLET

Nama sampel :

Berat sampel :

Nama larutan baku :

Normalitas larutan baku :

Berat setara :

Volume titran yang digunakan :

Kadar :

Perhitungan :

Mekanisme Reaksi :

5
PERCOBAAN KEDUA
ANALISIS KADAR MEBENDAZOL PADA SEDIAAN SUSPENSI ORAL

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang analisis kadar Mebendazol pada sediaan suspensi
oral secara spektrofotometri UV-Vis
B. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang analisis kadar Mebendazol pada sediaan suspensi oral
secara spektrofotometri UV-Vis
C. TEORI
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat) yang terlarut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling bercampur. Oleh karena itu
molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan
sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik jika larutan tersebut diencerkan atau dicampur. Suspensi merupakan bentuk
sediaan larutan oral yang digunakan secara luas untuk memudahkan pasien menelan obat, terutama
bagi pasien yang memiliki kesulitan menelan bentuk sediaan padat. Sehingga jika suatu bahan
aktif obat tersebut tidak larut atau sangat sukar larut, sediaan suspensi merupakan jalan keluar
terbaik.

Antelmintik (obat anticacing) adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan berbagai
jenis penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing (helmin). Obat yang digunakan untuk
memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Mebendazol (versed,
vermona, vermoran, vermex) turunan benzimidasol adalah antelmintik dengan spectrum luas,
sangat berguna untuk pengobatan infeksi campuran. Nama kimianya ialah N-(5-benzoil-2-
benzimidaazolil) karbamat dengan rumus kimia sebagai berikut :

Mebendazol berupa bubuk berwarna putih kekuningan, tidak bersifat higroskopis sehingga
stabil dalam keadaan terbuka rasanya enak. Merupakan senyawa benzimidazol sintetik, efektif

6
terhadap berbagai nematoda. Merupakan obat pilihan untuk pengobatan cacing cambuk, cacing
kremi, cacing tambang dan cacing gelang. Bekerja mengikat dan mengganggu sintesis
mikrotubulus parasit dan juga menurunkan ambilan glukosa. Parasit yang terpapar dikeluarkan
bersama feses. Mebendazol hampir tidak larut dalam air, dan dari dosis oral (yang dikunyah)
sedikit diabsorbsi tubuh kecuali jika bersama makanan yang mengandung lemak tinggi. Karena
itu obat ini relatif tidak mempunyai efek toksik, meskipun pasien ada yang mengeluh sakit perut
dan diare.

Suspensi oral Mebendazol adalah mebendazol dalam pembawa air. Mengandung


Mebendazol, C16H13N3O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.

Spektrofotometri UV-VIS adalah teknik analisis yang menggunakan sumber radiasi


elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur besarnya
energy yang diabsorbsi/diteruskan. Jika radiasi yang monokromatik melewati larutan yang
mengandung zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan dipantulkan, diabsorbsi oleh zatnya
dan sisanya ditransmisikan. Spektrofotometri UV-VIS dapat digunakan untuk aspek kualitatif dan
aspek kuantitatf. Untuk analisa kuantitatif dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pembuatan spektrum serapan


2. Pembuatan kurva kalibrasi
3. Pembuatan larutan standar dan pengenceran sampel.
Pembuatan spectrum serapan bertujuan untuk memperoleh panjang gelombang maksimum dari
senyawa tersebut.

D. PROSEDUR KERJA
1. Alat : pipet skala, labu takar/ tentukur, pipet volume, hotplate, corong pisah, Erlenmeyer,
lampu spiritus, timbangan, oven, corong, kuvet dan alat Spektrofotometer UV-Vis.
2. Bahan : Mebendazol, asam format 96%, kloroform, asam klorida 1 N, isopropyl alcohol P.
3. Preparasi Sampel
a. Isolasi Sampel (FI V; 814-815)

7
1) Ukur seksama sejumlah volume suspensi oral setara dengan lebih kurang 1000 mg
mebendazol, kemudian masukkan kedalam labu tentukur 100 mL, encerkan dengan
asam format 96% sampai tanda dan campur.
2) Pipet 10 mL larutan kedalam labu tentukur 100 mL kedua, tambahkan 40 mL asam
format 96% dan panaskan didalam tangas air pada suhu 500C selama 15 menit.
3) Dinginkan, tambahkan air sampai tanda, kocok dan saring melalui penyaring kaca
masir dengan porositas sedang.
4) Pipet 10 mL filtrat kedalam corong pisah 250 mL, tambahkan 50 mL air dan 50 mL
kloroform P, kocok selama lebih kurang 2 menit.
5) Biarkan memisah dan pindahkan lapisan koroform ke dalam corong pisah 250 mL
kedua, cuci lapisan air dua kali tiap kali dengan 10 mL Kloroform P, tambahkan
cucian kloroform kedalam corong pisah kedua, buang lapisan air.
6) Cuci gabungan lapisan kloroform dengan campuran 4 mL asam klorida 1 N dan 50 mL
larutan asam format 96% dalam air (1:10), dan pindahkan lapisan kloroform kedalam
labu tentukur 100 mL
7) Ekstraksi air cucian dua kali, tiap kali dengan 10 mL kloroform P, tambahkan ekstrak
gabungan kloroform kedalam labu tentukur diatas, tambahkan 2 mL asam format 96%
dan 7 mL isopropyl alcohol P, encerkan dengan kloroform P sampai tanda, kocok
8) Pipet 5 mL larutan kedalam labu tentukur 100 mL, encerkan dengan isopropyl alcohol
P sampai tanda.
b. Analisis Kadar
1) Penyiapan Larutan
a) Larutan baku : timbang seksama lebih kurang 10 mg Mebendazol BPFI, masukkan ke
dalam labu tentukur 100 mL dan tambahkan 90 mL kloroform P, 7 mL isopropyl
alcohol P dan 2 mL asam format 96%. Kocok sampai larut, tambahkan isopropyl
alcohol P sampai tanda. Pipet 5 mL larutan kedalam labu tentukur 100 mL kedua,
encerkan dengan isopropyl alcohol P sampai tanda. Larutan mengandung mebendazol
lebih kurang 5 µg per mL.
NB : Mebendazol BPFI, terlebih dahulu dilakukan pengeringan pada suhu 105 0 selama
4 jam sebelum digunakan, disimpan dalam wadah tertutup rapat.

8
b) Larutan blangko : campur 90 mL kloroform P dengan 2 mL asam format 96% dalam
labu tentukur 100 mL, tambahkan isopropyl alcohol P sampai tanda dan kocok. Pipet
5 mL larutan ke dalam labu tentukur 100 mL yang kedua, encerkan dengan isopropyl
alcohol P sampai tanda
2) Penentuan panjang gelombang maksimum
Lakukan pengukuran larutan baku pada rentang panjang gelombang 200-400 nm,
panjang gelombang dimana serapannya maksimal adalah panjang gelombang
maksimum (λ maks FI 247 nm)
3) Pengukuran larutan uji dan larutan baku
Ukur serapan larutan baku dan larutan uji pada panjang gelombang maksimum
menggunakan larutan blangko.
4) Analisis Data
Hitung jumlah dalam mg mebendazol, C16H13N3O3, dalam suspensi oral yang
digunakan dengan rumus :
𝐴𝑢
200𝐶 ( )
𝐴𝑠

Keterangan :

C = kadar mebendazol BPFI dalam µg per mL

Au = Serapan larutan uji

As = Serapan larutan baku

5) Video Simulasi (Khusus Daring)


Lakukan rekaman video terkait preparasi sampel dengan durasi waktu ± 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen RI, 2014, “Farmakope V” Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Hal 814
2. Ganiswarna., 2002., Farmakologi dan terapi, Edisi 4., Jaya Baru., Jakarta
3. Harmita., 2006., Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi., Edisi Pertama,
Departemen Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia.
4. Mycek., Mary J., 2001., Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi 2., Widya Medika

9
LEMBAR KERA

ANALISIS KADAR MEBENDAZOL PADA SEDIAAN SUSPENSI ORAL

A. Pengumpulan data dan Informasi


1 Bentuk Sediaan
2 Termasuk golongan obat
3 Larutan Baku yang digunakan
4 Panjang gelombang maks. FI.V
5 Pelarut yang digunakan
6 Metode pemisahan sampel
7 Metode analisis
8 Konsentrasi awal larutan uji
9 Konsentrasi pengenceran ke-2 larutan uji
10 Konsentrasi pengenceran ke-3 larutan uji
11 Konsentrasi larutan uji yang diukur
12 Konsentrasi awal larutan baku
13 Konsentrasi larutan baku yang diuji
14 Rumus penetapan kadar

B. Hitung berapa jumlah mg mebendazol pada suspensi oral Mebendazol, jika diketahui serapan
larutan baku 0,467 dan serapan larutan uji 0,477
Jawab :

Memenuhi/Tidak memenuhi persyaratan mebendazol (coret yang tidak perlu)

Alasannya :

10
PERCOBAAN KETIGA
ANALISIS KADAR ASAM SALISILAT PADA SEDIAAN SALEP
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang analisis kadar Asam salisilat pada sediaan salep
secara alkalimetri
B. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang analisis kadar Asam salisilat pada sediaan salep
secara alkalimetri
C. TEORI
1. Asam salisilat
Salep asam salisilat bermanfaat sebagai keratolitikum. Salep ini biasa digunakan pada kulit
yang mengalami penebalan, jerawat dan infeksi kuku.
Rumus struktu asam salisilat :

Untuk sediaan salep, sampel tidak bisa langsung dititrasi, tetapi harus dilakukan preparasi
sampel yang bertujuan untuk mengisolasi zat aktif dari basis salepnya. Salep adalah sediaan
setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :
a. Dasar salep senyawa karbon
b. Dasar salep serap
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
d. Dasar salep larut dalam air
Basis salep biasanya mengandung bahan yang sukar larut dalam air sehingga harus dipisahkan dari
zat aktif agar tidak mengganggu pada saat analisis. Untuk memisahkan zat aktif dengan basis salep,
bisa dengan cara mengekstraksi zat aktif yang mana pelarut yang digunakanhanya dapat
melarutkan zat aktifnya tetapi tidak dapat melarutkan basis salep ataupun sebaliknya.
Menggunakan pelarut yang melarutkan basis salep tetapi tidak dapat melarutkan zat aktifnya.

11
Asam salisilat dapat ditentukan kadarnya menggunakan beberapa metode, yaitu metode titrasi
(kovensional), spektrofotometri UV-Vis dan kromatografi cair kinerja tinggi (instrumentasi).
Metode yang paling sederhana digunakan adalah titrasi.

2. Titrasi/Volumetri

Istilah titrimetri digunakan untuk analisis kuantitatif suatu senyawa menggunakan metode
titrasi. Pelaksanaan metode ini harus ditunjang oleh ketersediaan larutan baku (larutan yang telah
diketahui kadarnya dengan pasti), larutan sampel (larutan yang akan dianalisis), indikator (larutan
yang membantu menentukan titik akhir titrasi). Alat-alat yang digunakan berupa buret (tempat
titran/larutan baku dan erlenmeyer (tempat larutan sampel, klem dan statif.
Teknik titrasi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan cara titrasinya, yaitu :
a) Titrasi langsung : sampel langsung dititrasi dengan larutan baku. Cara ini cepat, mudah
dan sederhana.
b) Titrasi tidak langsung : sampel ditambahkan larutan baku dalam jumlah berlebih,
kemudian kelebihan larutan baku dititrasi dengan larutan baku kedua. Cara ini biasanya
digunakan bila reaksinya berjalan lambat. Untuk meminimalkan terjadinya kesalahan,
seringkali dilakukan titrasi blanko, yaitu titrasi larutan tanpa zat aktif.
Teknik titrasi dapat dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan reaksi kimianya, yaitu :
a) Reaksi asam-basa (netralisasi)
Berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau basa, baik dalam
lingkungan air maupun bebas air. Contoh : asidimetri, alkalimetri, titrasi bebas air.
b) Reaksi oksidasi reduksi (redoks)
Berdasarkan pada perpindahan elektron. Contoh : metode permanganometri, serimetri,
iodo-iodimetri, bromometri.
c) Reaksi pengendapan
Berdasarkan pada pembentukan endapan yang sukar larut. Contoh : argentometri.
d) Reaksi pembentukan kompleks
Berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks yang mantap dari reaksi antara zat
pembentuk kompleks organik dengan ion logam. Contoh : kompleksometri.

12
Tabel indikator asam-basa dilengkapi trayek pH dan perubahan warna

Asam salisilat bersifat asam lemah, sehingga metode titrasi yang paling sesuai adalah titrasi
alkalimetri. Alkalimetri adalah metode titrasi untuk sampel yang bersifat asam dan dititrasi
menggunakan larutan baku yang bersifat basa, seperti natrium hidroksida dan kalium hidroksida.
Reaksi antara asam salisilat dengan natrium hidroksida :

Pada penetapan kadar asam salisilat, alkohol digunakan sebagai pelarut karena asam salisilat
hampir tidak larut dalam air. Alkohol bersifat asam lemah dan jumlah asam dalam alkohol
bervariasi disebabkan oleh terbukanya alkohol oleh oksidasi. Oleh karena itu, alkohol harus
dinetralkan terhadap indikator yang digunakan supaya tidak bereaksi dengan natrium hidroksida
ketika titrasi berlangsung. Sebaiknya digunakan natrium hidroksida bebas karbonat untuk
menghindari kesalahan pada titik akhir titrasi dengan terlepasnya kabon dioksida.
13
D. PROSEDUR KERJA
1. Alat : Buret, Cawan porselin, Corong kaca, Erlenmeyer, Gelas kimia, Gelas ukur,
Klem+statif, Penangas air, Pipet tetes, Sendok tanduk/stainless, Timbangan analitik.
2. Bahan : Akuades, Aluminium foil, Baku asam salisilat, Es batu, Etanol 96%, Ferri klorida
(FeCl3), Indikator fenolftalein, Kertas saring, Kertas timbang, Larutan baku natrium
hidroksida 0,1 N, Sampel salep asam salisilat.
3. Preparasi Sampel
a. Larutan uji untuk analisis kualitatif
Sampel salep/krim yang mengandung asam salisilat ditimbang sebanyak 1,00 g. Masukkan ke
dalam gelas kimia, larutkan dalam 10 mL etanol sambil dipanaskan di atas penangas air. Aduk
hingga homogen, tutup dengan alumunium foil. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring
menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh ditampung dalam gelas kimia, diuapkan pelarut
etanolnya pada tangas air hingga kering.
b. Larutan uji untuk analisis kuantitatif
Sampel salep ditimbang setara dengan 500 mg asam salisilat. Masukkan ke dalam gelas kimia,
larutkan dalam 10 mL etanol netral (sudah dinetralkan dengan natrium hidrokdisa 0,1 N) sambil
dipanaskan di atas penangas air. Aduk hingga homogen, tutup dengan alumunium foil. Dinginkan
dalam es selama 15 menit dan saring menggunakan kertas saring. Filtrat ditampung dalam
erlenmeyer.
4. Identifikasi Hasil Pemisahan
Uji Warna (kualitatif) :
Sampel hasil preparasi (b) ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl 3, diamati perubahan yang
terjadi. Reaksi positif memberikan warna ungu.

5. Analisis Kadar
Larutan uji untuk analisis kuantitatif (poin 1b), tambahkan indikator fenolftalein LP dan titrasi
dengan natrium hidroksida 0,1 N LV hingga terbentuk warna merah muda.
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H603

asam salisilat + natrium hidroksida ------- natrium salisilat + air

14
6. Perhitungan
𝑣𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑆𝑇 (𝑚𝑔)
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = x 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

7. Video Simulasi (Khusus Daring)


Lakukan rekaman video terkait preparasi sampel dengan durasi waktu ± 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen RI, 2014, “Farmakope V” Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. Hadisoebroto, G. dan Budiman, S., 2019, Penetapan Kadar Asam Salisilat pada Krim Anti
Jerawat yang Beredar di Kota Bandung dengan Metode Spektrotometri Ultra Violet, J.
Kartika Kimia, 2, (1), 51-56.
3. Sudjadi, Rohman, A, 2018, Analisis kuantitatif obat, Penerbit Gadjah Mada University
Press, hal.7-8.

15
LEMBAR KERJA
ANALISIS KADAR ASAM SALISILAT PADA SEDIAAN SALEP

Nama sampel :
Berat sampel :
Nama larutan baku :
Normalitas larutan baku :
Berat setara :
Volume titran yang digunakan :
Kadar :

Perhitungan :

Mekanisme Reaksi :

16
PERCOBAAN KEEMPAT
ANALISIS KADAR VITAMIN C(ASAM ASKORBAT) PADA SEDIAAN STERIL
INJEKSI

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang analisis kadar Asam Askorbat (Vit.C) pada
sediaan steril secara HPLC/KCKT(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
B. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang analisis kadar Asam Askorbat (Vit.C) pada sediaan
steril secara HPLC/KCKT(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
C. TEORI
1. Asam Askorbat
Asam askorbat atau acidum ascorbicum merupakan Hablur atau serbuk; putih atau
agak kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan
kering, stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang
1900. Kelarutan mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan benzene. (FI V)

Asam Askorbat
Injeksi Asam askorbat adalah larutan steril asam askorbat dalam air atau injeksi,
yang dibuat dengan penambahan Natrium Hidroksida, Natrium Karbonat atau natrium
bikarbonat; mengandung asam askorbat.C6H8O6, tidak kurang dari 90% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Syarat PH untuk injeksi asam askorbat
adalah 5,5-7,0(FI V).
Produk farmasetik dan sediaan kosmetik asam askorbat seringkali mengandung
banyak eksipien untuk melindungi asam askorbat dari oksidasi dan menghindari aktivitas
mikroba yang dapat menjadi penggannggu dalam analisis. Dilihat dari stabilitas asam
askorbat yang rentan teroksidasi, produk degradasi asam askorbat berpotensi menjadi
senyawa pengganggu (Mitic,kostic,Naskovic-Dokic, and Mitic,2011).

17
Penggunaan KCKT dapat meningkatkan spesifitas dan sensitivitas analisis, serta
memerlukan waktu yang relative lebih singat, juga selektif dan dapat digunakan untuk
evaluasi stabilitas asam askorbat dalam sediaan farmasetis dan kosmetik.
2. HPLC/ KCKT
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan
awal tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara
luas untuk analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik.
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya,
setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak
menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.(hendayana,2006)
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat
untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, dan suatu komputer atau
integrator atau perekam. Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :

1. Wadah Fase gerak dan Fase gerak


Wadah Fase Gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong
ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak
atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang
secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan
resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan
sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar
daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari pada

18
fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut
(Rohman,2007).
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai
syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni:
- pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk
pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam.
- Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai
5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3
mL/menit.
- Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk
menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel,
konstan, dan bebas dari gangguan.
Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan
pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase
gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa
dengan tekanan konstan. (Munson: 1981)
3. Tempat penyuntikan sampel
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi
dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.

Posisi pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel

19
4. Kolom dan Fase diam
Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk
berlangsungnya proses pemisahan solut/analit. Ada 2 jenis kolom pada HPLC
yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Fase diam pada HPLC berupa
silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silica yang tidak dimodifikasi, atau
polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan
sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat
dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti
klorosilan (Mulja,1995).
5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detector
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan
tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri
massa dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan 14 mendeteksi analit
secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan
elektrokimia (Rohman,2007).
6. Pengolah Data
Pengolah data menampilkan output visual hasil analisis yang terbaca oleh
detektor dalam bentuk kromatogram. Kromatogram menggambarkan jumlah
komponen pada sampel dilihat dari jumlah puncak (peak) yang dihasilkan.
Konsentrasi komponen yang hendak dianalisis dapat dihitung dengan
membandingkan luas area peak komponen dengan luas area peak serta
konsentrasi standar (Mulja,1995).
Akhir akhir ini, untuk pemurnian senyawa organik sekala besar, teknik HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) lebih sering digunakan. Beberapa kelebihan
yang dimiliki HPLC (High Performance Liquid Chromatography) sehingga
menjadikannya sebagai pilihan yang tepat dalam dunia penentuan atau pemisahan ion
ataupun logam diantaranya (Ardianingsih, 2009):
a. Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal
analisis ion yaitu untuk mengurangi biaya, bisa menghasil kan data yang akurat dan cepat
dan bisa mengurangi limbah yang dihasilkan dari penggunaan eluen

20
b. Sensitivitasnya tinggi. Perkembangan teknologi mikro prosessor yang dikombinasi dengan
efisiensi kolom pemisah, mulai ukuran diameter dalam millimeter sampai skala mikro
membuat pendeteksian ion dalam sampel menjadi lebih baik meskipun jumlah sampel yang
diinjeksikan kedalam kolom pemisah sangat sedikit
c. Selektivitasnya tinggi sehingga dapat menganalisis senyawa organik maupun senyawa
anorganik d. Teknik pendeteksiannya secara serempak untuk memperkecil jumlah limbah
yang dihasilkan, memperpendek waktu analisis serta memaksimalkan hasil yang
diinginkan
e. Kolom pemisahnya stabil Keterbatasan metode HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) dihubungkan dengan spektrofotometer massa (MS).

Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik
sulit diperoleh. Instrumental HPLC (High Performance Liquid Chromatography) .(Rohman,
2007).

Analisis dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) , fasa gerak yang
digunakan harus bebas dari gas, sehingga perlu dilakukan proses penghilangan gas (degassing)
terlebih dahulu sebelum proses pemisahan. Penghilangan gas ini diperlukan untuk
menghindari noise pada detektor terutama fasa organik berair. Proses penghilangan gas ini
diperlukan juga untuk menghindari gelembung udara jika pelarut yang berbeda dicampurkan.
Degassing dapat dilakuikan dengan beberapa cara seperti pemakuman diatas fasa gerak,
pemanasan sambil diaduk, ultarassonic danlainnya (Poole, 1994).

D. PROSEDUR KERJA
1. Alat : HPLC, tabung reaksi, mikropipet, pipet tetes, labu ukur, oven, sonikator, PH Meter
2. Bahan : Sediaan Injeksi vitamin C (1000mg/5 ml), Asam klorida, Metilen Blue, Natrium
fosfat, Kalium Fosfat, asam fosfat, aquades, larutan baku asam askorbat, kertas pH

21
3. Preparasi Sampel
a) Identifikasi (FI V)
1. Pada sejumlah volume injeksi setara dengan 40 mg asam askorbat, tambahkan 4 ml
asam klorida 0,1N kemudian 4 tetes biru metilen LP , hangatkan hingga suhu 40oC.
warna biru tua berubah menjadi lebih muda atau hilang dalam waktu 3 menit.
2. Waktu retensi puncak utama
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
3. Uji PH
Dipipet 3 ml Larutan uji, kemudian diukur PH nya dengan menggunakan PH meter/
kertas PH
b) Penetapan Kadar Dengan HPLC (FI V)
1. Pembuatan Fase Gerak
Larutkan 15,6 g natrium fosfat dibasa P dan 12,2 g kalium fosfat monobasa P dalam
2000 ml air, atur pH hingga 2,5+0,05 dengan penambahan asam fosfat P
2. Pembuatan Larutan Baku Vitamin C(Asam Askorbat)
Ditimbang 5 mg asam askorbat dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, kemudian
dicukupkan volumenya dengan menggunakan fase gerak sehingga diperoleh larutan
stok dengan konsentrasi 500 ppm. (Catatan Simpan dalam lemari pendingin dan
terlindung cahaya hingga saat digunakan. Larutan stabil selama 24 jam. Suntikkan
dalam waktu 3 jam setelah diambil dari lemari pendingin)
3. Pembuatan Larutan Uji (injeksi asam askorbat) 0,5 ppm
Sediaan injeksi vitamin C pada label mengandung asam askorbat 1000 mg/5 ml dipipet
sebanyak 25µg, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dicukupkan
volumenya dengan menggunakan fase gerak sehingga diperoleh konsentrasi 0,5 ppm.(
(Catatan Simpan dalam lemari pendingin dan terlindung cahaya hingga saat digunakan.
Larutan stabil selama 24 jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam setelah diambil dari lemari
pendingin)

22
4. Prosedur kerja pengukuran dengan KCKT (HPLC)
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 4 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
utama. Hitung jumlah dalam mg asam askorbat dengan rumus:

Dimana :
C= kadar Asam Askorbat baku dalam mg per ml Larutan baku; D adalah faktor
pengenceran;
ru = respons puncak Larutan uji
rs = Respon puncak Larutan baku.
5. Video Simulasi (Khusus Daring)
Lakukan rekaman video terkait preparasi sampel dengan durasi waktu ± 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ardianingsih, R., 2009, Penggunaan High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)
Dalam Proses Analisa Deteksi Ion, Penelitian Bidang Dirgantara, Pusterapan, Lapan. Hal 101-
104
2. Farmakope Indonesia Edisi V, Tahun 2014, Kementrian Kesehatan RI
3. Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. PP 31-60
4. Mitic, S.S., Kostic, D.A.,Naskovic-Dokic, D.C., and Mitic, M.N.,2011, Rapid and reliable,
HPLC Method for the Determination of Vitamin C In Pharmaceutical Samples, Tropical
Journey of Pharmaceutical Research, PP.105-111
5. Mulja, M., Suharman, 1995, Analisis Instrumen, Cetakan 1, 26-32, Airlangga University
Press, Surabaya
6. Munson, J.W., 1981, Phrarmaceutical Analysis: Modern Methods, Part A and B,
diterjemahkan oleh Harjana dan Soemadi, Airlangga University Press, Surabaya.
7. Poole, C. F., dan S. K., Poole, 1994, Chromatography Today Edisi Pertama, Elsevier Science
B.V., Netherlands, PP-545-550.
8. Rohman dan Gandjar. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Penerbit UGM. Hal 378-
394

23
LEMBAR KERJA
ANALISIS KADAR VITAMIN C(ASAM ASKORBAT) PADA SEDIAAN STERIL
INJEKSI

PENILAIAN HASIL
Sampel
a. Kekuatan Sediaan
b. Alat Yang digunakan
c. Pereaksi yang digunakan
IDENTIFIKASI
a. Larutan+HCl 0,1 + MB
b. Waktu Retensi
c. PH
Penetapan Kadar dengan HPLC
a. C=
b. D=
c. ru=
d. rs=

24

Anda mungkin juga menyukai