Seksualitas Pada Remaja Laki - Laki
Seksualitas Pada Remaja Laki - Laki
Prodi Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Tim Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan 5
3.2 Saran 5
Daftar pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Masa-masa remaja adalah
masa-masa yang paling indah. Pencarian jati diri bahkan terjadi pada masa remaja. Banyak
orang yang mengatakan bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat
menggantikan generasi-generasi terdahulu. Di tangan remajalah tergenggam arah masa depan
negara. Namun, pada kenyataannya situasi yang terjadi pada remaja saat ini cukup berbeda
drastic dengan situasi yang diharapkan. Mengapa demikian?
Dewasa ini, di era teknologi yang modern seperti ini sudah banyak dijumpai berbagai macam
informasi yang dapat dengan mudah diakses oleh siapapun dan dimanapun. Mulai dari dunia
politik, gaya hidup, budaya, bahkan permasalahan seksual sekalipun. Kasus-kasus
penyimpangan seksual yang terjadi malah selalu menjadi trending topic di berbagai
pemberitaan, tak terkecuali dengan masalah pergaulan bebas berupa perilaku seksual
pranikah maupun prostitusi di kalangan para remaja. Kronisnya, tak ada urat malu lagi yang
bersembunyi disana. Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang diharapkan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa agar menjadi lebih baik sungguh bertolak
belakang dengan kenyataan yang ada. Moral remaja semakin merosot hanya karena untuk
memenuhi gairah seksualnya. Berbagai alas an muncul saat pertanyaan “mengapa”
dilontarkan pada mereka. Apa sebenarnya penyebab timbulnya pergaulan bebas dan prostitusi
di kalangan remaja? Apakah hal ini berhubungan dengan pola-pola perkembangan remaja,
pola asuh orangtua, teknologi, maupun lingkungan?
1.2 Tujuan
1. Dapat memahami Seksualitas pada Masa Remaja Laki-laki
2. Dapat memahami cara Pembentukan diri
3. Dapat memahami Aspek Seksualitas
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui Seksualitas pada Masa Remaja Laki-laki
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara Pembentukan diri
3. Mahasiswa mampu mengetahui Aspek Seksualitas
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kadar testosteron yang meningkat pada anak laki laki selama pubertas ditandai
dengan peningkatan ukuran penis,testis,prostat,dan vesikula seminalis. Anak laki laki dan
anak gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi ejakulasi pada anak
laki laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur,yaitu sekitar usia 12 atau 14 tahun.
Ejakulasi mungkin terjadi pertama kali selama tidur (emisi nokturnal). Hal ini dapat
diinterpretasikan sebagai suatu episode mimpi basah dan bahkan bagi anak laki laki yang
berpengetahuan mungkin sangat memalukan. Anak laki laki harus mengetahui bahwa, meski
mereka tidak menghasilkan sperma saat pertama ejakulasi, mereka segera akan menjadi
subur, pada saatnya terjadi perkembangan genital,rambut pubis,wajah, dan tubuh mulai
tumbuh.
Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti
perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan
asimilasi pengharapan masyarakat. Remaja dihadapkan pada keputusan dan dengan demikian
membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas
seksual,dan kehamilan. Informasi faktual ini dapat datang dari rumah,sekolah,buku buku,atau
teman sebaya. Bahkan dengan informasi seperti ini pun, remaja mungkin tidak
mengintegrasikan pengetahuan ini kedalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat
ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa
kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka. Dan karenanya tindak kewaspadaan
tidak diperlukan.penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini.
Yang lebih penting dari hal penulis hal faktual adalah pedoman dalam menetapkan
sistem nilai atau keyakinan pribadi untuk digunakan sebagai kerangka kerja pembuatan
keputusan. Sebagian besar dari pedoman ini sudah ditunjukkan oleh orang tua baik secara
verbal maupun nonverbal. Sikap sikap orang tua mengenai peran dan prilaku sesuai jender
mempengaruhi karier dan pilihan keluarga remaja dan dapat juga mempengaruhi keputusan
mengenai aktivitas seksual dan pilihan menjadi orangtua dan pasangan.
Remaja putra mengungkapkan seksualitas mereka dengan berbagai cara. Usia rata –
rata pria melakukan hubungan seksual untuk pertama kali ialah 15,7 tahun. Remaja putra
2
sering kali membual tentang kemenangan seks mereka. Seorang remaja putra mungkin tidak
ingin menerima stigma menjadi satu – satunya perjaka dalam kelompoknya. Akibatnya, saat
remaja mendengar cerita isapan tentang petualangan seksual ini, mereka tidak mengetahui
bahwa banyak cerita ini dikembangkan untuk membuat para pendenggar terkesan. Banyak
remaja pria menjadi aktif secara seksual, bukan karna gairah seksnya,tetapi lebih karna
kebutuhan untuk menjadi bagian dalam kelompok.
Proses pembentukan identitas diri adalah merupakan proses yang panjang dan
kompleks, yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang
dari kehidupan individu dan hal ini akan membentuk kerangka berpikir untuk
mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan
(Rice, 2012). Sumber-sumber yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas diri adalah
lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti keluarga dan tetangga
yang merupakan lingkungan masa kecil, juga kelompok-kelompok yang terbentuk ketika
mereka memasuki masa remaja, misalnya kelompok agama atau kelompok yang
mendasarkan pada kesamaan minat tertentu. Kelompok-kelompok itu disebut sebagai
reference group dan melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai dan
peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya. Kelompok tersebut dapat membantu remaja
untuk mengetahui dirinya dalam perbandingannya dengan orang lain sehingga mereka dapat
membandingkan dirinya dengan kelompoknya, nilai-nilai yang ada pada dirinya dengan nilai
nilai dalam kelompok yang selanjutnya akan berpengaruh kepada pertimbangan apakah dia
akan menerima atau menolak nilai-nilai yang ada dalam kelompok tersebut.
Remaja dalam kehidupan sosialnya akan selalu dihadapkan kepada berbagai peran
yang ditawarkan oleh lingkungan keluarga maupun kelompok sebaya, yang kadangkadang
membingungkan dan sering menimbulkan benturan-benturan, misalnya menjadi anggota
kelompok musik tetapi juga harus menjadi siswa teladan. Maka dalam hal ini remaja harus
mampu mengintegrasikan berbagai peran tersebut ke dalam diri pribadi (identitas diri) dan
apabila terjadi benturanbenturan berbagai tuntutan peran harus dapat diselesaikan.
3
2.3 Aspek Seksualitas
Pada masa ini remaja diharapkan sudah menemukan orientasi seksualitasnya atau arah
ketertarikan seksualnya (heteroseksualitas atau homoseksualitas). Norma umum yang berlaku
lebih menyukai jika seseorang menyukai orientasi seksualitas ke arah heteroseksualitas.
Namun, tidak dipungkiri ada remaja yang memilih orientasi seksualitas homoseksualitas.
Orientasi ini dipengaruhi oleh penghayatan terhadap jenis kelamin. Faktor individu (fisik atau
psikologis), keluarga dan lingkungan ikut mendorong dan berperan dalam menguatkan
identitas ini.
Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu
selaras dengan jenis kelaminnya. Laki-laki akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana laki-
laki, demikian pula perempuan akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana perempuan. Peran
seks ini sangat penting pada tahap pembentukan identitas diri, apakah seseorang itu berhasil
mengidentifikasi dirinya atau justru melakukan transfer pada identitas yang lain (transsexual).
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seksualitas pada remaja laki-laki itu merupakan suatu proses perkembangan baik
secara biologi dan psikologi yang dimana tujuannya adalah untuk memberikan kemampuan
pada bereproduksi secara normal. Hal ini biasanya dialami seseorang apabila secara
komponen seksualitas dari tahap perkembangan sudah mancapai tahap matur atau matang,
tentunya dalam proses tersebut tingkat perkembangan dan pertumbuhan yang dialami
seseorang itu berbeda-beda hsl tersebut tergantung dari faktor lingkungan dan personal
seseorang, bagi laki – laki sendiri biasamya tahap normal dari kemantapan organ
reproduksinya secara normal apabila dia sudah memasuki umur 12 hingga14 tahun yang
dinamakan masa pubertas seorang laki laki ditandai dengan adanya mimpi basah, barulah laki
laki sudah bisa menghasilkan sperma untuk tahap reproduksi terhadap wanita.
3.2 Saran
Apabila seorang laki-laki telah mencapai masa pubertas atau dinamakan dengan
proses maturasi sel sperma itu sendiri telah dihasilkan sehingga dari proses perkembangan itu
seharusnya seorang laki-laki menempatkan perannya sebagai lelaki dengan bertingkah laku
positif terhadap wanita dan lingkungannya. Dia tahu bahwa sel sperma itu dikeluarkan atau di
produksi apabila sudah memiliki hubungan yang sah terhadap wanita sehingga prilaku
penyimpangan seks bisa diatasi.
5
Daftar Pustaka
Wardhani. D. T. (2012). Perkembangan dan seksualitas remaja. Vol. 17. No. 03. Bandung:
sekolah tinggi kesejahteraan sosial.