Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………………………….. i

Daftar Gambar……………………………………………………………………………. ii

A. IDENTIFIKASI AMYLUM
I. Tujuan Pratikum……………………………………………………………………... 1
II. Teori Dasar……………………………………………………………………... …... 1
III. Alat dan Bahan……………………………………………………………………..... 4
IV. Prosedur……………………………………………………………………................ 5
V. Hasil Pengamatan……………………………………………………………………. 6
VI. Pembahasan…………………………………………………………………….......... 12
VII. Kesimpulan……………………………………………………………………............14

B. IDENTIFIKASI FOLIUM
I. Tujuan Pratikum……………………………………………………………………... 16
II. Teori Dasar……………………………………………………………………... …... 16
III. Alat dan Bahan……………………………………………………………………..... 19
IV. Prosedur……………………………………………………………………................ 20
V. Hasil Pengamatan……………………………………………………………………. 22
VI. Pembahasan…………………………………………………………………….......... 25
VII. Kesimpulan……………………………………………………………………............29

Daftar Pustaka Amylum…………………………………………………………………… 15

Daftar Pustaka Folium …………………………………………………………………..30

i
DAFTAR GAMBAR

AMYLUM
Gambar 2.1......................................................................................................................................2

Gambar 2.2...................................................................................................................................... 2

Gambar 2.3......................................................................................................................................3

Gambar 2.4......................................................................................................................................3

Gambar 2.5......................................................................................................................................4

FOLIUM
Gambar 2.1...................................................................................................................................17
Gambar 2.2...................................................................................................................................18
Gambar 2.3...................................................................................................................................19

ii
ANALISIS KUALITATIF
SIMPLISIA PATI ( AMYLUM )

I. Tujuan Pratikum

Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan identifikasi macam-macam


amylum secara makroskopik,mikroskopik dan kimiawi.

II. Dasar Teori

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu


sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
(Poedjiadi, A. 2009). Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar
luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga
tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam
biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum
merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang
(Gunawan,2004). Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air
(amilosa) dan 80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum
oleh asama mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir
kuantitatif (Gunawan, 2004).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati digunakan dalam preparasi
penaburan bedak talkum dalam aplikasinya ke kulit. Pati juga digunakan untuk
penawar keracunan iodin, sebagai agen penghancur dalam pil dan tablet, dan
sebagai diluent ekstrak padatan dalam obat. Pati yang diperdagangkan diperoleh
dari berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung
dan padi, dari umbi kentang, umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka), batang
Metroxylon sagu (pati sagu), dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang
meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi
larut) (Poedjiadi, A. 2009).

Menurut farmakope IV ada beberapa keterangan mengenai amilum, diantaranya :

1
1.Amylum manihot ( pati singkong )

Gambar 2.1 Amylum Manihot


Sumber: https://dianaaprilia_14 /status/556346122974035968

Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utillissima
Pohl (familia Euphorbiaceae) yang beruppa serbuk sangat halus, putih.
Kelarutannya paktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol. Secara
mikroskopik yaitu butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil
diameter5µm sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm, hilus
di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak
jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau tiga butir tunggal
tidak sama bentuknya.
2. Amylum maydis ( pati jagung )

Gambar 2.2 Amylum maydis


Sumber: http://game3867.sandwichrldo1.live/0007457625/?

Pati jagung adalah pati yang diperoleh dari biji Zea mays L (familia
Poaceae) berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu butir
2
bersegi banyak, bersudut, ukuran 2µm sampai 23µmatau butirbulat dengan
diameter 25µm sampai 32µm. Hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah
berjumlah 2 sampai 5,tidak ada lamela. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,
tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
3. Amylum oryzae ( pati beras )

Gambar 2.3 Amylum Oryzae


Sumber: http://teknologifarmasiamylum.blogspot.com/2014//amylum.html

Pati beras adalah pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa L. (familia
Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu
butir persegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat
telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus ditengah, tidak terlihat jelas,tidak ada
lamela konsentris. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam, memotong pada hilus.
4. Amylum solani ( pati kentang )

Gambar 2.4 Amylum solani


Sumber : http://teknologifarmasiamylum.blogspot.com/2014//amylum.html

Pati kentang adalah pati yang diperoleh dari umbi Solanum tuberosum L.
familia Solanaceae yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara

3
mikroskopik yaitu butir tunggal,tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30µm
sampai100µm, atau membulat ukuran 10µm sampai 35 µm. Butir majemuk
jarang, terdiridari maajemuk 2 sampai 4. Hilus berupa titik pada ujung yang
sempit ,dengan lamela konsentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya
terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus.

5. Amylum tritici ( pati gandum )

Gambar 2.5 Amylum tritici


Sumber : http://teknologifarmasiamylum.blogspot.com/2014//amylum.html

Pati gandum adalah patu yang diperoleh dari biji Triticum aestivum L.
(familia Poaceae ) secara mikroskopik berupa butir, bentuk cakram besar atau
seperti ginjal ukuran 10µm sampai45µm, bentuk bulat telur,terbelah sepanjang
poros utama, butir bersegi banyak atau bulatan kecil, ukuran 2 µm sampai 10µm.
Jarang diketemukan butiran dengan ukuran sedang. Hilus dan lamela sukar
terlihat. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna
hitam, memotong pada hilus. Kegunaannya berguna untuk kebutuhan gizi,
demulcent, perlindungan, dan yang bersifat menghisap/membalut.

III. Bahan dan Alat


a. Bahan :
Amylum oryzae, amylum solani, amylum tritici, amylum manihot, amylum
maydis, aquadest, larutan iodium, kertas lakmus.
b. Alat :
Mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes, cawan porselen, batang
pengaduk
4
IV. Prosedur Kerja

A. Identifikasi Amylum Secara Makrokospik :


1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil sedikit amylum oryzae
3. Amati warna dan baunya
4. Catat hasil pengamatan
5. Ulangi percobaan di atas (percobaan 1, 2, 3, 4) untuk amylum solani, amylum
tritici, amylum Manihot, dan amylum mydis

B. Identifikasi Amylum Secara Mikroskopik


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Ambil sedikit amylum oryzae dan letakan pada objek glass
3. Tambahkan 1-2 tetes aquadest kemudian segera menutup dengan cover glass
4. Amati di bawah mikroskop
5. Catat dan gambar hasil pengamatan yang meliputi : bentuk & ukuran butiran,
bentuk & hilus, dan lamella
6. Ulangi percobaan di atas (percobaan 1, 2, 3, 4, 5) untuk amylum solani,
amylum tritici, amylum Manihot dan amylum mydis.

C. Identifikasi Amylum Secara Kimiawi


1. Amylum Oryzae
Didihkan 1g amylum oryzae dengan 50ml air, amati. Uji dengan kertas
lakmus, amati. Tambahkan larutan iodium P, amati. Larutan dipanaskan lagi,
amati. Kemudian dinginkan lagi, amati.

2. Amylum Solani
Didihkan 1g amylum soani dengan 1ml air selama 15 menit, kemudian
dinginkan, amati. Tambahkan larutan iodium P, amati. Larutan dipanaskan,
amati. Larutan didinginkan kembali, amati.

5
3. Amylum Tritici
Ambil sedikit amylum tritici dan letakkan pada kaca arloji. Tambahkan 1-2
tetes larutan iodium P, amati.

4. Amylum Manihot
Didihkan amylum Manihot dengan 50ml air, amati. Uji dengan kertas lakmus,
amati.

5. Amylum Maydis
Ambil sedikit amylum maydis dan letakkan pada kaca arloji. Tambahkan 1-2
tetes larutan iodium P, amati.

V. Hasil Pengamatan
A. Identifikasi Amylum secara Makroskopik

Amylum Hasil Pengamatan


Amylum Oryzae (Pati beras) Warna : putih
Bau : tidak berbau
Rasa : tidak berasa
Amylum Solani (pati kentang) Warna : putih keabuan
Bau : berbau
Rasa : tidak berasa
Amylum Tritici (pati gandum) Warna : putih
Bau : berbau
Rasa : tidak berasa
Amylum Manihot (pati singkong) Warna : putih
Bau : tidak berbau
Rasa : tidak berasa
Amylum Maydis (pati jagung) Warna : putih
Bau : berbau
Rasa : tidak berasa

6
B. Identifikasi Amylum secara Mikroskopik

Amylum Hasil Pengamatan Gambar Gambar dari Jurnal


Amylum Bentuk : butir
Oryzae bersegi
Ukuran : 2-5 mikro
Hilus : di tengah
tidak terlihat jelas
Lamella : tidak ada
lamella konsentris Sumber:
Dokumentasi pribadi
Sumber : jurnal crude drugs
containing carbohydra tes as
active costituents.
Amylum Bentuk : butiran
Solani tunggal, tidak
beraturan, bulat
telur
Lamella : konsentris
jelas terlihat

Sumber:
Dokumentasi pribadi Sumber : jurnal crude drugs
containing carbohydra tes as
active costituents.

7
Amylum Bentuk : butiran
Tritici tunggal besar
dilindungi butiran
kecil
Hilus : terletak di
tengah
Lamella : tidak jelas

Sumber:
Dokumentasi pribadi Sumber : jurnal crude drugs
containing carbohydra tes as
active costituents.
Amylum Bentuk : butiran
Mantihot tunggal agak bulat
atau bersegi banyak
Hilus : berupa
titik, garis lurus atau
bercabang 3 Sumber: Pengaruh
Lamella : tidak jelas, Perbandingan Amilum
konsentris Singkong (Manihot esculenta
Sumber: Crantz.) Fully Pregelatinized
Dokumentasi pribadi dan Gom Akasia terhadap
Sifat Fisik Eksipien Co-
processing (Arisanti, C.I.S ,
Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

8
Amylum Bentuk : butiran
Maydis bersegi banyak,
bersudut
Hilus : rongga
yang nyata atau
celah berjumlah 2-5
Lamella : tidak ada
Sumber:
Dokumentasi pribadi

Sumber : jurnal crude drugs


containing carbohydra tes as
active costituents.

C. Identifukasi Amylum secara Kimiawi

Amylu Perlakuan Reaksi Hasil Gambar


m Positif Pengamatan
Amylum - Didihkan 1 Terbentuk Terbentuk
Oryae g amylum larutan kanji larutan kanji
oryae yang tidak yang tidak
dengan 50 transparan transparan dan
ml air, dan tidak tidak berbau. Sumber : Dokumentasi
amati berbau. pribadi

Tidak Tidak merubah


- Uji dengan merubah kertas lakmus P.
kertas kertas
lakmus P, lakmus P Sumber: Dokumentasi
amati pribadi
Terjadi warna
biru yang jika
Terjadi dipanaskan
9
- Dinginkan warna biru hilang dan jika
larutan, yang jika didinginkan
tambahkan dipanaskan timbul kembali
larutan hilang dan
iodium P, jika
amati. didinginkan Ditetesi iodium
timbul
Larutan kembali
dipanaskan
lagi, amati.

Kemudian
didinginkan Dipanaskan

lagi, amati.

Didinginkan
Amylum - Didihkan 1g Terbentuk Terbentuk gudir
Solani amylum gudir atau atau cairan
solani cairan kental kental yang
dengan 1 ml yang transparan.
air selama tranparan.
15 menit,
kemudian Sumber: Dokumentasi
didinginkan pribadi
, amati

Penambahan
- Tambahkan Terjadi iodium P :
larutan warna biru larutan berubah
iodium P, tua yang jika menjadi biru.
10
amati. dipanaskan Dipanaskan :
Larutan hilang dan warna biru
dipanaskan, jika hilang
amati. didinginkan Didinginkan :
Larutan timbul warna tidak
didinginkan kembali kembali
, amati.

Dipanaskan

Amylum Amylum tritici + Terbentuk Terbentuk warna


Tritici larutan iodium warna biru biru

Sumber: Dokumentasi
pribadi
Amylum - Didihkan 1 Terbentuk Terbentuk
Manihot g amylum larutan kanji larutan kanji
manihot yang yang transparan,
dengan 50 transparan, hampir tidak
ml air, hampir tidak berbau.
amati. berbau.
Sumber: Dokumentasi

Tidak terjadi pribadi

Tidak perubahan pada


- Uji dengan merubah kertas lakmus
kertas kertas (tetap berwarna
lakmus, lakmus P. merah).
amati.

11
Sumber: Dokumentasi
pribadi
Amylum Amylum maydis + Terbentuk Terbentuk warna
Maydis larutan iodium. warna biru. biru.

Sumber: Dokumentasi
pribadi

VI. Pembahasan

Dari hasil pengamatan mikroskopis amylum dapat dilihat bahwa setiap


amylum memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dilihat dari bentuknya,
amylum oryzae memiliki bentuk butir tunggal banyak atau butir persegi banyak,
amylum solani memiliki bentuk butir tunggal tidak beraturan, amylum tritici
memiliki bentuk butir tunggal besar dilindungi oleh butiran kecil, amylum manihot
memiliki bentuk butir tunggal agak bulat dan bersegi banyak, dan amylum maydis
memiliki bentuk butir bersegi banyak dan bersudut. Amylum juga memiliki hilus
dan lamella yang berbeda-beda. Beberapa amylum ada yang tidak memiliki hilus
dan lamella yang jelas. Pada amylum oryzae hilus terletak di tengah dan terlihat
jelas serta tidak memiliki lamella konsentri, amylum solani memiliki hilus yang
berupa titik pada ujung yang sempit dengan lamella yang terlihat jelas, hilus pada
amylum tritici terletak di tengah berupa titik yang tidak jelas serta lamella yang
tidak jelas, pada amylum manihot hilusnya berupa titik yang bercabang tiga

12
dengan lamella yang tidak jelas, sedangkan pada amylum maydis hilusnya terletak
ditengah dengan celah bercabang dan tidak memiliki lamella.

Amilum atau pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Pati
terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika
dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu
amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah
monomernya. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan
ikatan α-1,4-glikosidik sehingga molekul amilosa berupa rantai terbuka.
Sementara amilopektin memiliki 1000 unit glukosa yang membuat molekul
amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa. Amilopektin memiliki ikatan α-
1,4 glikosidik namun sebagian memiliki ikatan 1,6-glikosidik. Karena adanya
ikatan 1,6 glikosidik tersebut, molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang.

Pada pengamatan kimiawi amylum (amylum oryzae, amylum solani, dan


amylum manihot) dilarutkan dengan air dan dipanaskan hingga mendidih.
Amylum merupakan karbohidrat kompleks yang mempunyai sifat larut dalam air
dingin sehigga bila amylum yang sudah larut dalam air dan dipanaskan akan
terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana dan membuat ikatan
glikosidik pada amilosa dan amilopektin yang saling terhubung putus, saat diuji
dengan kertas lakmus P larutan tersebut tida merubah warna kertas lakmus P.
Setelah didinginkan amylum diteteskan sebanyak 5 tetes larutan iodium dan
menghasilkan warna biru yang menandakan bahwa warna tersebut berasal dari
amilosa yang dikandung oleh amylum. Terputusnya ikatan glikosidik membuat
iodium akan mudah bereaksi dengan amylum sehingga larutan berubah menjadi
warna biru. Saat dipanaskan kembali larutan amylum yang sudah berwarna biru
akan hilang dan berubah menjadi warna bening dengan endapan dibawahnya.
Sedangkan pada amylum tritici dan amylum maydis, serbuk amylum diteteskan
langsung dengan larutan iodium sebanyak 5 tetes dan juga menghasilkan warna
biru. Hal ini membuktikan bahwa amylum mengandung pati. Warna biru ini
merupakan hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Setalah
penambahan iodin, tabung reaksi pertama dipanaskan dan warna biru yang
terbentuk akan menghilang. Dan sewaktu di diamkan menurut literatur/teori,
13
warna biru akan terbentuk kembali, tetapi pada percobaan ini warna biru tidak
terbentuk kembali. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk
micelles, yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena
hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung
dalam pereaksi iodium dan memberikan warnabiru khas pada larutan yang di uji.
Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh sehingga mecelles-
pun tidak lagi terbentuk akibatnya tidak bisa lagi memngikat I2 karenanya warna
biru yang ditimbulkan akan menghilang. Micelles akan terbentuk kembali pada
saat didinginkan dan warna biru kembali muncul. Tetapi pada percobaan yang
dilakukan, warna biru tidak terbentuk kembali, yang secara teoritis seharunya
terbentuk kembali, ini mungkin dikarenakan beberapa faktor yakni saat
penambahan iodin kurang teliti dan kurang tepat, dan juga larutan iodin yang
digunakan untuk pereaksi tidak dari iodin murni, tapi yang digunakan adalah iodin
yang terkandung dalam obat penyembuh luka (yang kandungan iodinnya sedikit).

VII. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pratikum ini yaitu, dapat
membedakan identifikasi dari berbarapa amylum secara makroskopik, mikroskopik,
dan kimiawi. Secara makroskopik dengan organoleptis yang dilanjutkan dengan
identifikasi mikroskopik yang dilihat dari fragmen pengenalnya dan bentuk pati tiap
amylum serta untuk meyakinkan dilanjutkan dengan uji histokimia dengan
penambahan beberapa reagen.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, E. et al.2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien dalam


Formula Sediaan Tablet dan Niosom.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Ansel, Howard. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi 4th Edition. Penerjemah:
Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press

Bachtiar, Sitti. Ramadhan, Dwi. “Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopik”
<https://www.scribd.com/document/340087225/Laporan-Praktikum-
Farmakognosi-Identifikasi-Amilum> diakses pada tanggal 10 Maret 2020

Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi ke IV.Jakarta:Departemen Kesehatan


Indonesia

Fahn, A.1995. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Filzahazny. 2009. Karbohidrat. hhtp://filzahazny.wordpress.com/200 9/07/10/karbohidrat/


diakses pada tanggal 02 Nopember 2011 pukul 21:14

Gunawan,D.,Mulyani,S.2004.Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar


Swadaya

Pridamaulia, Riska, dkk. 2011. “Karbohidrat II (Karakteristik Zat Pati)”. Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Jurnal Biokimia praktikum ke-2

Poedjiadi.2009.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta:Universitas Indonesia Press

Suhartono, Maggy T. 1989. Dasar-dasar Biokimia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Rida. Karbohidrat. hhtp:// sweetir1s.multiply.com/journal/item/ 5 diakses pada tanggal 03


Nopember 2011 pukul 00:31

Wicaksono, Y. dan Syifa, N. 2008. Pengembangan pati singkong-avicel PH 101 menjadi


bahan pengisi coprocess tablet cetak langsung. Majalah Farmasi Indonesia, 19(4).
Hal. 165 – 171
15
ANALISIS KUALITATIF
SIMPLISIA DAUN ( FOLIUM )

I. Tujuan Pratikum
Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan macam-macam simplisia daun (folium)
secara maskroskopik, mikroskopik dan kimiawi.
II. Dasar Teori

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, keuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Depkes RI,1979). Simplisia Nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman,eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya.eksudat tanaman adalah isi
sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan
dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu
dipisahkan,diisolasi dari tanamannya(Gunawan,2004).

Simplisia daun (folium) merupakan jenis simplisia yan paling umum


digunakansebagai bahan baku ramuan obat tradisional atau minyak atsiri. Simplisia ini
dapat berupalembaran daun tunggal atau majemuk. Simplisia daun biasanya dipakai
dalam bentuk segaratau dikeringkan. Sebagian simplisia daun terkadang berupa pucuk
tanaman yang terdiri dari beberapa daun muda.

Pada umumnya jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai simplisia nabati dapat
berasal dari dua sumber, yaitu :

(a). Yang berasal dari hasil alami dengan cara mengumpulkan jenis-jenis tumbuhan
obat dari hutan-hutan, tepi sungai, kebun, gunung atau di tempat terbuka lainnya

(b). Yang berasal dari hasil penanaman atau budidaya baik secara kecil-kecilan oleh
petani ataupun besar-besaran oleh perkebunan (Bank Sentral Republik Indonesia,
2005).

16
A. Daun Sirsak

Daun Sirsak ( Annonae muricatae Folium) adalah daun Annona muricata L.,
merupakan tumbuhan yang berasal dari karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Tanaman ini ditanam secra komersial untuk diambil daging buahnya. tumbuhan ini dpat
tumbuh di sembarang tempat,paling baik ditanam di daerah yang cukup berair. Tanaman
ini masuk kewilayah Indonesia dibawa oleh pemerintahan colonial belanda sekitar abad
ke-19. kekocokan iklim menjadikan tanaman sirsak tumbuh subur di hampir selruh
wiyalah Indonesia. nama sirsak sendiri diambil dari bahasa belanda zuurzak yang berarti
kantung yang asam.

Gambar 2.1 Mikroskopik daun sirsak

Sumber : D:/Ident 2011/verenita sinurat.doc/JJA-Alex

keterangan : 1. Epidermis atas; 2. Jaringan Palisade; 3. Stomata tipe


anomositik

4. Parenkim bernoktah; 5. Serabut; 6. Rambut penutup

Fragmen pengenal pada mikroskopis serbuk daun sirsak (Annonae muricatae Folium)
adalah epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang, epidermis bawah
bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang dengan stomata tipe anomositik,
rambut penutup panjang, terdiri dari dua sampai tiga sel, dinding tebal, lumen
lebar,fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar, lumen kecil,
bernoktah,fragmen mesofil dengan falisade,mesofil dengan sel sekresi bentuk
bundar,dinding tebal,fragmen parenkim bernoktah.(Hidayat,1995)

17
B. Daun Jati Belanda

Daun Jati Blanda (Guazumae Folium) adalah daun Guazuma ulmifolia L., merupakan
komponen yang selalu ada tumbuhan jati belanda berasal dari daerah tropis benua
Amerika,konon dibawa ke pulau jawa oleh orang portugis. tumbuhan jati belanda
biasanya ditanam sebagai pohon peneduh disepanjang jalan,meski di banyak tempat,dia
juga tumbuh sebagai tanaman liar. daun jati belanda banyak memiliki manfaat.Fragmen
pengenal pada mikroskopis serbuk daun adalah rambut penutup berbentuk bintang,
rambut kelenjar, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma,fragmen epidermis atas dan
epidermis bawah, pembuluh kayu dengan penebalan tangga (Hidayat,1995).

1. Epidermis atas 2. Epidermis bawah dengan stomata

3. Rambut penutup berbentuk bintang 4. Rambut penutup pada tulang daun

5. Serabut dengan Kristal kalsium oksalat 6. Rambut kelenjar dan kalsium oksalat

Gambar 2.2. Mikroskopik serbuk daun jati belanda

18
C. Daun Sereh

Daun Sereh (Cymbopogonis Folium) adalah daun Cymbopogon nardus L.,


merupakan tumbuhan annggota suku rumput-rumputan yang dimanfaatkan sebagai
bumbu dapur untuk mengharumkan makanan.

Gambar 2.3 Mikroskopik serbuk daun sereh

Sumber : D:/Ident 2011/Danny Parawita Lubis.doc/JJA-Alex

Keterangan : 1. Berkas pembuluh, 2. Rambut penutup bertipe satu sel, 3. Sel berisi
minyak, 4. Stomata tipe halter.

Fragmen pengenal pada mikroskopis serbuk daun adalah epidermis atas, epidermis
bawah dengan stomata tipe graminae, sel-sel epidermis dindingnya sedikit berombak,
berkas pembuluh dengan parenkim dan sel sekresi, rambut penutup terdiri dari satu sel
(Hidayat,1995).

III. Alat dan Bahan


a. Alat :
Mikroskop, obek glass, cover glass, pipet tetes, tabung reaksi, beker gelas, loup,
pensil, penghapus.
b. Bahan :
Daun sirsak (Annonae muricatae Folium), Daun jati belanda (Guazumae Folium),
daun sereh (Cymbopogonis Folium), kloralhidrat, Asam sulfat P, Asam sulfat 10
N, NaOH P 5% b/v dalam etanol, KOH P 5% b/v dalam etanol, FeCl 3 LP, HCL
encer P, ammonia P 25%, larutan KI P 5% b/v, FeCl3 P 5%.
19
IV. Prosedur
A. Identifikasi Simplisia Daun (folium) secara makroskopik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil beberapa lembar Daun sirsak (Annonae muricatae Folium)
3. Amati warna, bau, bentukdaun, tepi daun, permukaan daun dan susuman tulang
daun
4. Catat hasil pengamatan
5. Ulangi percobaan di atas (percobaan 1, 2, 3, 4) untuk daun jati belanda (Guazumae
Folium) dan Daun sereh (Cymbopogonis Folium)

B. Identifikasi Simplisia Daun (folium) secara Mikroskopik


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ambil sedikit serbuk daun sirsak (Annonae murcatae Folium), amati warnanya dan
letakkan pada objek glass
3. Tambahkan 1-2 tetes kloralhidrat kemudian segera tutup dengan cover glass
4. Amati fragmen pengenal dari serbuk daun sirsak (Annonae murcatae Folium) di
bawah mikroskop
5. Catat dan gambar hasil pengamatan
6. Ulangi percobaan di atas (percobaan 1, 2, 3, 4, 5) untuk serbuk daun jati belanda
(Guazumae Folium) dan Daun sereh (Cymbopogonis Folium)

C. Identifikasi Simplisia Daun (folium) secara Kimiawi

Simplisia Perlakuan Reaksi Positif


Serbuk 1. 2mg serbuk 1. Terbentuk
Daun daun + 5 warna coklat
Sirsak tetes asam tua
(annonae sulfatP. 2. Terbentuk
muricatae 2. 2mg serbuk warna hijau
Folium) daun + 5
tetes asam 3. Terbentuk
sulfat 10N warna hijau
3. 2mg serbuk

20
daun + 5 4. Terbentuk
tetes NaOH warna coklat
5% b/v kehijauan
dalam etanol
4. 2mg serbuk
daun + 5
tetes larutan
FeCl3 P 5%
b/v
serbuk 1. 2mg serbuk 1. Terbentuk
daun jati daun + 5 warna hitam
belanda tetes asam coklat
(Guazumae sulfat P. 2. Terbentuk
Folium) 2. 2mg serbuk warna hijau
daun + 5 muda
tetes asam 3. Terbentuk
sulfat 10N warna kuning
3. 2mg serbuk 4. Terbentuk
+ 5 tetes warna hijau
NaOH P 5% 5. Terbentuk
b/v dalam warna coklat
etanol hijau
4. 2mg serbuk 6. Terbentuk
daun + 5 warna hijau
tetes HCL 7. Terbentuk
pekat P warna hijau
5. 2mg serbuk 8. Terbentuk
daun + 5 warna hijau
tetes KOH P coklat
5% b/v 9. Terbentuk
6. 2mg serbuk warna hijau
daun + 5
tetes HCL
21
encer P
7. 2mg serbuk
daun + 5
tetes
ammonia P
25%
8. 2mg serbuk
daun + 5
tetes larutan
KI P 6% b/v
9. 2mg serbuk
daun + 5
tetes larutan
FeCl3 P 5%
b/v
Daun sereh 1. 2mg serbuk daun + 5 1. Terebentuk warna
(Cymbopogonis Folium) tetes ammonia 25% P kuning
2. 2mg serbuk daun + 5 2. Terbentuk warna kuning
tetes KOH P 5% b/v 3. Terebentuk warna biru
3. 2mg serbuk daun + 5
tetes FeCl3 5% b/v

V. Hasil Pengamatan
A. Identifikasi Simplisia Daun (Folium) secara Makroskopik

Simplisia Hasil Pengamatan


Daun Sirsak (Annonae muricatae Warna permukaan daun atas:
folium) Coklat muda
Nama latin tanaman asal:
Annona muricata Warna permukaan daun bawah:
Coklat muda

Bentuk daun:
Elips
22
Bentuk tepi daun:
Rata

Bentuk permukaan daun:


Mengkilap

Susunan tulang daun:


Menyirip

Daun Jati Belanda (Guaumae Folium) Warna permukaan daun atas:


Nama latin tanaman asal: Coklat tua
Guauma ulmifolia
Warna permukaan daun bawah:
Coklat kehijauan

Bentuk daun:
Bulat telur

Bentuk tepi daun:


Bergigi

Bentuk permukaan daun:


Kasar

Susunan tulang daun:


Menyirip

Daun Sereh (Cymbopogonis Folium) Warna permukaan daun atas:


Nama latin tanaman asal: Coklat
Cymbopogon citratus
Warna permukaan daun bawah:
Coklat
23
Bentuk daun:
Memanjang seperti pita

Bentuk tepi daun:


Rata

Bentuk permukaan daun:


Kasar berbulu

Susunan tulang daun:


Sejajar

VI. Pembahasan

Pada pratikum kali ini yaitu mengnalisis serbuk simplisia dari daun secara
makroskopik, miskoskopik, dan kimiawi.Sampel yang digunakan pada pratikum ini
24
yaitu, serbuk daun sirsak, daun jati belanda, dan daun sereh. Semuanya diamati secara
makroskopik dengan organoleptisnya, mikroskopik dengan menggambarkan fragmen-
fragmen khas atau pengenal yang terlihat dalam mikroskop dan secara kimiawi
dengan penabahan preagen reaksi yang diaati perubahan warna yang terjadi.

A. Daun Sirsak

Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia daun sirsak


warnapermukaan daunnya cokelat muda mengkilap dengan bentuk daun elips dan
susunan tulang daun yang menyirip. Dalam pengamatan secara mikroskopik pada
serbuk daun sirsak dengan menggunakan pelarut aquades kemudian diamati pada
mikroskroskop dengan hasil pengamatan menemukan fragmen pengenal dari daun
sirsak tersebut yaitu terlihat jaringan palisade, rambut penutup yang panjang, dan
stomata pada epidermis bawah dengan tipe stomata anomositik.

Identifikasi simplisia daun sirsak yang telah dilakukan yaitu, pada saat saat
penambahan preagen asam sulfat pekat dan asam sulfat 10 N terjadi perubahan warna
sesuai dengan yaitu terbentuknya warna cokelat tua dan warna hijau. Hal ini
menunjukan bahwa dalam simplisia daun sirsak tidak adanya kandungan senyawa
glikosida. Uji glikosida terhadap senyawa gula, terbentuknya cincin berwarna ungu
pada batas cairan setelah penambahan asam sulfat pekat yang menunjukkan adanya
ikatan gula pada ekstrak daun sirsak, sedangkan senyawa non gula ditandai dengan
terbentuk warna hijau setelah penambahan asam sulfat. Selanjutnya penambahan
larutan FeCl3 P 5%b/v menunjukan hasil positif yaitu perubahan warna cokelat
kehijauan hal ini menunjukan adanya senyawa fenolik. Dan pengujian yang terakhir
yaitu serbuk ditetesi NaOH P 5% b/v dalam etanol terjadi reaksi yang negatif,
seharusnya perubahan warna menjadi hijau ternyata terbentuk warna cokelat Pada uji
ini beberapa senyawa terlarut dalam pelarut yang sifatnya tidak sesuai, hal ini dapat
terjadi akibat proses partisi yang kurang optimal karena pelarut yang digunakan adalah
pelarut redestilasi yang kemungkinan masih mengandung matriks (pengotor) sehingga
hasilnya kurang akurat atau reaksi pada saat penapisan kimia tidak sempurna. Ekstraksi
simplisia menggunakan metode maserasi yaitu sebanyak 200 g serbuk simplisia
dimaserasi dengan 1,5 L metanol selama 5 hari, kemudian ampas diremaserasi dengan
25
0,5 L selama 2 hari menghasilkan maserat berwarna hijau pekat sebanyak 3 L.
Maserat dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu 40ºC
dan 1 atm menghasilkan 75,75 g ekstrak kental yang berwarna coklat kehitaman dan
berbau khas dengan rendemen ekstrak 37,9% Penggunaan metanol dikarenakan
metanol merupakan pelarut polar yang bersifat universal sehingga diharapkan dapat
menarik metabolit sekunder yang bersifat polar hingga semi polar yang terkandung
dalam daun sirsak seperti alkaloid, berikatan dengan gugus polar dalam metabolit
skunder tumbuhan seperti flavonoid

B. Daun Jati Belanda

Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia daun jati belanda
warna permukaan daunnya cokelat kehijauan dengan bentuk daun bulat telur dan
susunan tulang daun yang menyirip. Dalam pengamatan secara mikroskopik pada
serbuk daun jati belanda dengan menggunakan pelarut aquades kemudian diamati pada
mikroskroskop dengan hasil pengamatan menemukan fragmen pengenal dari daun jati
belanda tersebut yaitu terlihat rambut penutup yang berbentuk bintang, epidermis
bawah, dan pembuluh kayu.

Identifikasi simplisia daun sirsak yang telah dilakukan yaitu, pada saat saat
penambahan preagen asam sulfat pekat terjadi perubahan warna hitam kecolatan yang
dimana hal ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya triterpenoid dan
steroid. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintetis diturunkan dari hidokarbon C-30 asiklik.
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa :
triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Steroid adalah senyawa
organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari
terpene atau skualena (Harbone,1987). Selanjutnya penambahan preagen asam sulfat
10 N terjadi perubahan warna yaitu hijau muda hal ini sesuai dengan literature. Yang
menunjukan adanya terpenoid, steroid, dan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan
minyak dari tanamn yang kompenennya secara umum mudah menguap yang berupa
cairan pekat yang tidak larut air, mengandung senyawa-senyawa beraroma yang
berasal dari berbagai tanaman (Robinson,1991).
26
Penambahan reagen asam klorida pekat dan encer terjadi perubahan warna
menjadi warna hijau. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya
senyawa lignin. Lignin merupakan senyawa polimer yang strukturnya heterogen dan
kompleks yang terdiri dari koniferil alcohol, sinaphil alcohol, dan kumaril alcohol
sehingga sulit untuk dirombak. Lignin memainkan bagian penting dalam melakukan air
di tanaman batang. Polisakarida kompenen tanaman dinding sel sangat hidrofolik
sehingga permeable terhadap air, sedangkan lignin lebih hidrofobik (Singh,2006).
Penambahan reagen natrium hidroksida 5% menghasilkan warna kuning kecoklatan.
Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya kuinon. Kuinon merupakan
senyawa bewarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor benzokuinon, yang
terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-
karbon. Warna pigmen in sering terdapat dalam kulit, galih, akar, dan jaringan lain,
sedangkan kuinon hanya berperan sedikit pada bakteri, fungi dan lumut.

Penambahan Kalium Iodida 6 % pada serbuk daun jati belanda terjadi


perubahan warna menjadi hijau kecoklatan. Hal ini sesuai dengan literature yang
menujukan adanya senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang bersifat basa,
mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan berbentuk siklik.
Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter
dan pelarut organic lainnya yang bersifat relatif non polar, dalam bentuk garamnya
mudah larut dalam air (Harbone,1987). Reagen kalium hidroksida 5% yang diberikan
pada serbuk daun jati belanda terjadi perubahan warna hijau. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur. Hal ini mungkin dapat terjadi akibat proses partisi yang kurang
optimal karena pelarut yang digunakan adalah pelarut redestilasi yang kemungkinan
masih mengandung matriks (pengotor) sehingga hasilnya kurang akurat atau reaksi
pada saat penapisan kimia tidak sempurna disamping itu ada kemungkina jumlah
tetesan preagen yang diberikan kurang tepat.

Penambahan reagen ammonia 5% perubahan warna menjadi warna hijau. Hal


ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya senyawa flavonoid yang dimana
senyawa ini ditemukan dalam bentuk glikosida dimana unitnya terikat oleh gula.
Poliglikosida larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut-pelarut organic
seperti, eter, benzene, kloroform, dan aseton (Harbone,1987). Penambahan reagen feri
klorida 5% warna yang dihasilkan adalah warna hijau kecokelatan. Hal ini tidak sesuai
27
dengan literatur. Semestinya warna yang dihasilkan warna hijau yang menunjukan
adanya tannin yang suatu senyawa polifenol yang bersal dari tumbuhan, berasa pahit
dan kelat, yang bereaksi dengan mengumpulkan protein atau berbagai senyawa organic
lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Terdapat hasil pengamatan yang tidak
sesuai dengan literatur hal ini dimungkinkan karena beberapa faktor simplisia yang
sudah terlalu lama pembuatannya, faktor penyimpanannya yang kurang baik, adanya
kontaminasi dari reagen dan ketidakcermatan pratikan dalam menentukan warna hasil
reaksi simplisia daun jati belanda (Suprijati,1999).

C. Daun Sereh

Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia daun sereh.


Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia daun sereh warna
permukaan daunnya cokelat kasar berbulu dengan bentuk daun memanjang seperti pita
dan susunan tulang daun yang sejajar. Dalam pengamatan secara mikroskopik pada
serbuk daun sirsak dengan menggunakan pelarut aquades kemudian diamati pada
mikroskroskop dengan hasil pengamatan menemukan fragmen pengenal dari daun
sirsak tersebut yaitu terlihat berkas pembuluh, sel yang mengandung minyak, dan
stomata pada epidermis bawah dengan tipe stomata halter.

Identifikasi simplisia daun sirsak yang telah dilakukan yaitu, pada saat saat
penambahan preagen lima tetes ammonia 25% terjadi perubahan warna menjadi warna
kuning. Hal ini sesuai dengan literatur yang menunjukan adanya senyawa alkaloid dan
dan penambahan preagen KOH 5% terjadi perubahan warna kuning yang menunjukan
adanya senyawa flavonoid. Pada saat penambahan preagen FeCl 3 P 5 % warna yang
dihasilkan hijau kecokelatan yang dimana tidak sesuai dengan literature yang
menunjukan perubahan warna biru. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu,
faktor penyimpanannya yang kurang baik, adanya kontaminasi dari reagen.

VII. Kesimpulan

Untuk membedakan tiap daun dilakukan beberapa pengujian baik secara


makroskopik yang dilakukan secara organoleptis, mikroskopik yang dilihat dari fragen

28
pengenal dari masing- masing simplisia daun, dan secara histokimia dengan
penambahan beberapa preagen untuk dilihat perubahan warna yang terjadi sesuai
dengan literatur. Warna dari beberapa sampel yang tidak sesua literature dikarenakan
karena beberapa faktor simplisia yang sudah terlalu lama pembuatannya, faktor
penyimpanannya yang kurang baik, adanya kontaminasi dari reagen dan
ketidakcermatan pratikan dalam menentukan warna hasil reaksi simplisia

DAFTAR PUSTAKA

29
Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Anonim.1985. Cara Pembuatan Simplisia. 2-22. Jakarta : Depkes RI

Andrisa, R. 2012. Karakterisasi Simplisia,Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas


Antibakteri Dari Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat dan n-Heksana Daun Sirsak
(Annona muricata L.). Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara
Bank Sentral Republik Indonesia. 2005.Budidaya Tanaman Bahan Jamu.

Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi ke III.Jakarta:Departemen Kesehatan


Indonesia

Depkes RI. 1987. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta : Depkes RI

Gunawan,D.,Mulyani,S.2004.Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar


Swadaya

Hidayat,Estiti B.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung:ITB

Harbone. J.B.,1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K.Radmawinata dan I. Soediso,69-


94.Bandung : ITB Press.

Savitri, Sandi, Evika, MP.2008. Petunjuk Pratikum Struktur Perkembangan (Anatomi


Tumbuhan). Malang : UIN Press.

Parawita, Danny.2011. Hasil Identifikasi Daun Tumbuhan Sirsak.Cibinong : Sumatera


Utara.

Robinson, T., 1995, Kandungan OrganikTumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkan oleh


Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB,Bandung.

Signh. 2006. Naturalistic Inquiry. Sage publication texas

Sinurat, Ira Verenita.2011. Hasil Identifikasi Daun Tumbuhan Sirsak.Cibinong :


Sumatera Utara.

Tumbel. M. 2009. Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Jati Belanda Terhadap
Pertumbuhan Eshcericia coli. Jurnal Chemica, Vol. 10, No. 2, 85-91

30
Wahyuningtyas, E.D., Ruhadi, I., dan Bargowo, L. 2013. Daya Hambat Ekstrak Daun
Sirsak (Annona muricata Linn)Terhadap Pertumbuhan Bakteri Plak
Supragingiva. Periodontic Journal. 5 (1).

31
32

Anda mungkin juga menyukai