Daftar Isi………………………………………………………………………………….. i
Daftar Gambar……………………………………………………………………………. ii
A. IDENTIFIKASI AMYLUM
I. Tujuan Pratikum……………………………………………………………………... 1
II. Teori Dasar……………………………………………………………………... …... 1
III. Alat dan Bahan……………………………………………………………………..... 4
IV. Prosedur……………………………………………………………………................ 5
V. Hasil Pengamatan……………………………………………………………………. 6
VI. Pembahasan…………………………………………………………………….......... 12
VII. Kesimpulan……………………………………………………………………............14
B. IDENTIFIKASI FOLIUM
I. Tujuan Pratikum……………………………………………………………………... 16
II. Teori Dasar……………………………………………………………………... …... 16
III. Alat dan Bahan……………………………………………………………………..... 19
IV. Prosedur……………………………………………………………………................ 20
V. Hasil Pengamatan……………………………………………………………………. 22
VI. Pembahasan…………………………………………………………………….......... 25
VII. Kesimpulan……………………………………………………………………............29
i
DAFTAR GAMBAR
AMYLUM
Gambar 2.1......................................................................................................................................2
Gambar 2.2...................................................................................................................................... 2
Gambar 2.3......................................................................................................................................3
Gambar 2.4......................................................................................................................................3
Gambar 2.5......................................................................................................................................4
FOLIUM
Gambar 2.1...................................................................................................................................17
Gambar 2.2...................................................................................................................................18
Gambar 2.3...................................................................................................................................19
ii
ANALISIS KUALITATIF
SIMPLISIA PATI ( AMYLUM )
I. Tujuan Pratikum
1
1.Amylum manihot ( pati singkong )
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utillissima
Pohl (familia Euphorbiaceae) yang beruppa serbuk sangat halus, putih.
Kelarutannya paktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol. Secara
mikroskopik yaitu butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil
diameter5µm sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm, hilus
di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak
jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau tiga butir tunggal
tidak sama bentuknya.
2. Amylum maydis ( pati jagung )
Pati jagung adalah pati yang diperoleh dari biji Zea mays L (familia
Poaceae) berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu butir
2
bersegi banyak, bersudut, ukuran 2µm sampai 23µmatau butirbulat dengan
diameter 25µm sampai 32µm. Hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah
berjumlah 2 sampai 5,tidak ada lamela. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,
tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
3. Amylum oryzae ( pati beras )
Pati beras adalah pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa L. (familia
Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu
butir persegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat
telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus ditengah, tidak terlihat jelas,tidak ada
lamela konsentris. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam, memotong pada hilus.
4. Amylum solani ( pati kentang )
Pati kentang adalah pati yang diperoleh dari umbi Solanum tuberosum L.
familia Solanaceae yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara
3
mikroskopik yaitu butir tunggal,tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30µm
sampai100µm, atau membulat ukuran 10µm sampai 35 µm. Butir majemuk
jarang, terdiridari maajemuk 2 sampai 4. Hilus berupa titik pada ujung yang
sempit ,dengan lamela konsentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya
terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus.
Pati gandum adalah patu yang diperoleh dari biji Triticum aestivum L.
(familia Poaceae ) secara mikroskopik berupa butir, bentuk cakram besar atau
seperti ginjal ukuran 10µm sampai45µm, bentuk bulat telur,terbelah sepanjang
poros utama, butir bersegi banyak atau bulatan kecil, ukuran 2 µm sampai 10µm.
Jarang diketemukan butiran dengan ukuran sedang. Hilus dan lamela sukar
terlihat. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna
hitam, memotong pada hilus. Kegunaannya berguna untuk kebutuhan gizi,
demulcent, perlindungan, dan yang bersifat menghisap/membalut.
2. Amylum Solani
Didihkan 1g amylum soani dengan 1ml air selama 15 menit, kemudian
dinginkan, amati. Tambahkan larutan iodium P, amati. Larutan dipanaskan,
amati. Larutan didinginkan kembali, amati.
5
3. Amylum Tritici
Ambil sedikit amylum tritici dan letakkan pada kaca arloji. Tambahkan 1-2
tetes larutan iodium P, amati.
4. Amylum Manihot
Didihkan amylum Manihot dengan 50ml air, amati. Uji dengan kertas lakmus,
amati.
5. Amylum Maydis
Ambil sedikit amylum maydis dan letakkan pada kaca arloji. Tambahkan 1-2
tetes larutan iodium P, amati.
V. Hasil Pengamatan
A. Identifikasi Amylum secara Makroskopik
6
B. Identifikasi Amylum secara Mikroskopik
Sumber:
Dokumentasi pribadi Sumber : jurnal crude drugs
containing carbohydra tes as
active costituents.
7
Amylum Bentuk : butiran
Tritici tunggal besar
dilindungi butiran
kecil
Hilus : terletak di
tengah
Lamella : tidak jelas
Sumber:
Dokumentasi pribadi Sumber : jurnal crude drugs
containing carbohydra tes as
active costituents.
Amylum Bentuk : butiran
Mantihot tunggal agak bulat
atau bersegi banyak
Hilus : berupa
titik, garis lurus atau
bercabang 3 Sumber: Pengaruh
Lamella : tidak jelas, Perbandingan Amilum
konsentris Singkong (Manihot esculenta
Sumber: Crantz.) Fully Pregelatinized
Dokumentasi pribadi dan Gom Akasia terhadap
Sifat Fisik Eksipien Co-
processing (Arisanti, C.I.S ,
Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)
8
Amylum Bentuk : butiran
Maydis bersegi banyak,
bersudut
Hilus : rongga
yang nyata atau
celah berjumlah 2-5
Lamella : tidak ada
Sumber:
Dokumentasi pribadi
Kemudian
didinginkan Dipanaskan
lagi, amati.
Didinginkan
Amylum - Didihkan 1g Terbentuk Terbentuk gudir
Solani amylum gudir atau atau cairan
solani cairan kental kental yang
dengan 1 ml yang transparan.
air selama tranparan.
15 menit,
kemudian Sumber: Dokumentasi
didinginkan pribadi
, amati
Penambahan
- Tambahkan Terjadi iodium P :
larutan warna biru larutan berubah
iodium P, tua yang jika menjadi biru.
10
amati. dipanaskan Dipanaskan :
Larutan hilang dan warna biru
dipanaskan, jika hilang
amati. didinginkan Didinginkan :
Larutan timbul warna tidak
didinginkan kembali kembali
, amati.
Dipanaskan
Sumber: Dokumentasi
pribadi
Amylum - Didihkan 1 Terbentuk Terbentuk
Manihot g amylum larutan kanji larutan kanji
manihot yang yang transparan,
dengan 50 transparan, hampir tidak
ml air, hampir tidak berbau.
amati. berbau.
Sumber: Dokumentasi
11
Sumber: Dokumentasi
pribadi
Amylum Amylum maydis + Terbentuk Terbentuk warna
Maydis larutan iodium. warna biru. biru.
Sumber: Dokumentasi
pribadi
VI. Pembahasan
12
dengan lamella yang tidak jelas, sedangkan pada amylum maydis hilusnya terletak
ditengah dengan celah bercabang dan tidak memiliki lamella.
Amilum atau pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Pati
terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika
dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu
amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah
monomernya. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan
ikatan α-1,4-glikosidik sehingga molekul amilosa berupa rantai terbuka.
Sementara amilopektin memiliki 1000 unit glukosa yang membuat molekul
amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa. Amilopektin memiliki ikatan α-
1,4 glikosidik namun sebagian memiliki ikatan 1,6-glikosidik. Karena adanya
ikatan 1,6 glikosidik tersebut, molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pratikum ini yaitu, dapat
membedakan identifikasi dari berbarapa amylum secara makroskopik, mikroskopik,
dan kimiawi. Secara makroskopik dengan organoleptis yang dilanjutkan dengan
identifikasi mikroskopik yang dilihat dari fragmen pengenalnya dan bentuk pati tiap
amylum serta untuk meyakinkan dilanjutkan dengan uji histokimia dengan
penambahan beberapa reagen.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi 4th Edition. Penerjemah:
Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press
Bachtiar, Sitti. Ramadhan, Dwi. “Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopik”
<https://www.scribd.com/document/340087225/Laporan-Praktikum-
Farmakognosi-Identifikasi-Amilum> diakses pada tanggal 10 Maret 2020
I. Tujuan Pratikum
Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan macam-macam simplisia daun (folium)
secara maskroskopik, mikroskopik dan kimiawi.
II. Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, keuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Depkes RI,1979). Simplisia Nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman,eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya.eksudat tanaman adalah isi
sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan
dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu
dipisahkan,diisolasi dari tanamannya(Gunawan,2004).
Pada umumnya jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai simplisia nabati dapat
berasal dari dua sumber, yaitu :
(a). Yang berasal dari hasil alami dengan cara mengumpulkan jenis-jenis tumbuhan
obat dari hutan-hutan, tepi sungai, kebun, gunung atau di tempat terbuka lainnya
(b). Yang berasal dari hasil penanaman atau budidaya baik secara kecil-kecilan oleh
petani ataupun besar-besaran oleh perkebunan (Bank Sentral Republik Indonesia,
2005).
16
A. Daun Sirsak
Daun Sirsak ( Annonae muricatae Folium) adalah daun Annona muricata L.,
merupakan tumbuhan yang berasal dari karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Tanaman ini ditanam secra komersial untuk diambil daging buahnya. tumbuhan ini dpat
tumbuh di sembarang tempat,paling baik ditanam di daerah yang cukup berair. Tanaman
ini masuk kewilayah Indonesia dibawa oleh pemerintahan colonial belanda sekitar abad
ke-19. kekocokan iklim menjadikan tanaman sirsak tumbuh subur di hampir selruh
wiyalah Indonesia. nama sirsak sendiri diambil dari bahasa belanda zuurzak yang berarti
kantung yang asam.
Fragmen pengenal pada mikroskopis serbuk daun sirsak (Annonae muricatae Folium)
adalah epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang, epidermis bawah
bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang dengan stomata tipe anomositik,
rambut penutup panjang, terdiri dari dua sampai tiga sel, dinding tebal, lumen
lebar,fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar, lumen kecil,
bernoktah,fragmen mesofil dengan falisade,mesofil dengan sel sekresi bentuk
bundar,dinding tebal,fragmen parenkim bernoktah.(Hidayat,1995)
17
B. Daun Jati Belanda
Daun Jati Blanda (Guazumae Folium) adalah daun Guazuma ulmifolia L., merupakan
komponen yang selalu ada tumbuhan jati belanda berasal dari daerah tropis benua
Amerika,konon dibawa ke pulau jawa oleh orang portugis. tumbuhan jati belanda
biasanya ditanam sebagai pohon peneduh disepanjang jalan,meski di banyak tempat,dia
juga tumbuh sebagai tanaman liar. daun jati belanda banyak memiliki manfaat.Fragmen
pengenal pada mikroskopis serbuk daun adalah rambut penutup berbentuk bintang,
rambut kelenjar, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma,fragmen epidermis atas dan
epidermis bawah, pembuluh kayu dengan penebalan tangga (Hidayat,1995).
5. Serabut dengan Kristal kalsium oksalat 6. Rambut kelenjar dan kalsium oksalat
18
C. Daun Sereh
Keterangan : 1. Berkas pembuluh, 2. Rambut penutup bertipe satu sel, 3. Sel berisi
minyak, 4. Stomata tipe halter.
Fragmen pengenal pada mikroskopis serbuk daun adalah epidermis atas, epidermis
bawah dengan stomata tipe graminae, sel-sel epidermis dindingnya sedikit berombak,
berkas pembuluh dengan parenkim dan sel sekresi, rambut penutup terdiri dari satu sel
(Hidayat,1995).
20
daun + 5 4. Terbentuk
tetes NaOH warna coklat
5% b/v kehijauan
dalam etanol
4. 2mg serbuk
daun + 5
tetes larutan
FeCl3 P 5%
b/v
serbuk 1. 2mg serbuk 1. Terbentuk
daun jati daun + 5 warna hitam
belanda tetes asam coklat
(Guazumae sulfat P. 2. Terbentuk
Folium) 2. 2mg serbuk warna hijau
daun + 5 muda
tetes asam 3. Terbentuk
sulfat 10N warna kuning
3. 2mg serbuk 4. Terbentuk
+ 5 tetes warna hijau
NaOH P 5% 5. Terbentuk
b/v dalam warna coklat
etanol hijau
4. 2mg serbuk 6. Terbentuk
daun + 5 warna hijau
tetes HCL 7. Terbentuk
pekat P warna hijau
5. 2mg serbuk 8. Terbentuk
daun + 5 warna hijau
tetes KOH P coklat
5% b/v 9. Terbentuk
6. 2mg serbuk warna hijau
daun + 5
tetes HCL
21
encer P
7. 2mg serbuk
daun + 5
tetes
ammonia P
25%
8. 2mg serbuk
daun + 5
tetes larutan
KI P 6% b/v
9. 2mg serbuk
daun + 5
tetes larutan
FeCl3 P 5%
b/v
Daun sereh 1. 2mg serbuk daun + 5 1. Terebentuk warna
(Cymbopogonis Folium) tetes ammonia 25% P kuning
2. 2mg serbuk daun + 5 2. Terbentuk warna kuning
tetes KOH P 5% b/v 3. Terebentuk warna biru
3. 2mg serbuk daun + 5
tetes FeCl3 5% b/v
V. Hasil Pengamatan
A. Identifikasi Simplisia Daun (Folium) secara Makroskopik
Bentuk daun:
Elips
22
Bentuk tepi daun:
Rata
Bentuk daun:
Bulat telur
VI. Pembahasan
Pada pratikum kali ini yaitu mengnalisis serbuk simplisia dari daun secara
makroskopik, miskoskopik, dan kimiawi.Sampel yang digunakan pada pratikum ini
24
yaitu, serbuk daun sirsak, daun jati belanda, dan daun sereh. Semuanya diamati secara
makroskopik dengan organoleptisnya, mikroskopik dengan menggambarkan fragmen-
fragmen khas atau pengenal yang terlihat dalam mikroskop dan secara kimiawi
dengan penabahan preagen reaksi yang diaati perubahan warna yang terjadi.
A. Daun Sirsak
Identifikasi simplisia daun sirsak yang telah dilakukan yaitu, pada saat saat
penambahan preagen asam sulfat pekat dan asam sulfat 10 N terjadi perubahan warna
sesuai dengan yaitu terbentuknya warna cokelat tua dan warna hijau. Hal ini
menunjukan bahwa dalam simplisia daun sirsak tidak adanya kandungan senyawa
glikosida. Uji glikosida terhadap senyawa gula, terbentuknya cincin berwarna ungu
pada batas cairan setelah penambahan asam sulfat pekat yang menunjukkan adanya
ikatan gula pada ekstrak daun sirsak, sedangkan senyawa non gula ditandai dengan
terbentuk warna hijau setelah penambahan asam sulfat. Selanjutnya penambahan
larutan FeCl3 P 5%b/v menunjukan hasil positif yaitu perubahan warna cokelat
kehijauan hal ini menunjukan adanya senyawa fenolik. Dan pengujian yang terakhir
yaitu serbuk ditetesi NaOH P 5% b/v dalam etanol terjadi reaksi yang negatif,
seharusnya perubahan warna menjadi hijau ternyata terbentuk warna cokelat Pada uji
ini beberapa senyawa terlarut dalam pelarut yang sifatnya tidak sesuai, hal ini dapat
terjadi akibat proses partisi yang kurang optimal karena pelarut yang digunakan adalah
pelarut redestilasi yang kemungkinan masih mengandung matriks (pengotor) sehingga
hasilnya kurang akurat atau reaksi pada saat penapisan kimia tidak sempurna. Ekstraksi
simplisia menggunakan metode maserasi yaitu sebanyak 200 g serbuk simplisia
dimaserasi dengan 1,5 L metanol selama 5 hari, kemudian ampas diremaserasi dengan
25
0,5 L selama 2 hari menghasilkan maserat berwarna hijau pekat sebanyak 3 L.
Maserat dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu 40ºC
dan 1 atm menghasilkan 75,75 g ekstrak kental yang berwarna coklat kehitaman dan
berbau khas dengan rendemen ekstrak 37,9% Penggunaan metanol dikarenakan
metanol merupakan pelarut polar yang bersifat universal sehingga diharapkan dapat
menarik metabolit sekunder yang bersifat polar hingga semi polar yang terkandung
dalam daun sirsak seperti alkaloid, berikatan dengan gugus polar dalam metabolit
skunder tumbuhan seperti flavonoid
Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia daun jati belanda
warna permukaan daunnya cokelat kehijauan dengan bentuk daun bulat telur dan
susunan tulang daun yang menyirip. Dalam pengamatan secara mikroskopik pada
serbuk daun jati belanda dengan menggunakan pelarut aquades kemudian diamati pada
mikroskroskop dengan hasil pengamatan menemukan fragmen pengenal dari daun jati
belanda tersebut yaitu terlihat rambut penutup yang berbentuk bintang, epidermis
bawah, dan pembuluh kayu.
Identifikasi simplisia daun sirsak yang telah dilakukan yaitu, pada saat saat
penambahan preagen asam sulfat pekat terjadi perubahan warna hitam kecolatan yang
dimana hal ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya triterpenoid dan
steroid. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintetis diturunkan dari hidokarbon C-30 asiklik.
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa :
triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Steroid adalah senyawa
organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari
terpene atau skualena (Harbone,1987). Selanjutnya penambahan preagen asam sulfat
10 N terjadi perubahan warna yaitu hijau muda hal ini sesuai dengan literature. Yang
menunjukan adanya terpenoid, steroid, dan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan
minyak dari tanamn yang kompenennya secara umum mudah menguap yang berupa
cairan pekat yang tidak larut air, mengandung senyawa-senyawa beraroma yang
berasal dari berbagai tanaman (Robinson,1991).
26
Penambahan reagen asam klorida pekat dan encer terjadi perubahan warna
menjadi warna hijau. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya
senyawa lignin. Lignin merupakan senyawa polimer yang strukturnya heterogen dan
kompleks yang terdiri dari koniferil alcohol, sinaphil alcohol, dan kumaril alcohol
sehingga sulit untuk dirombak. Lignin memainkan bagian penting dalam melakukan air
di tanaman batang. Polisakarida kompenen tanaman dinding sel sangat hidrofolik
sehingga permeable terhadap air, sedangkan lignin lebih hidrofobik (Singh,2006).
Penambahan reagen natrium hidroksida 5% menghasilkan warna kuning kecoklatan.
Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukan adanya kuinon. Kuinon merupakan
senyawa bewarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor benzokuinon, yang
terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-
karbon. Warna pigmen in sering terdapat dalam kulit, galih, akar, dan jaringan lain,
sedangkan kuinon hanya berperan sedikit pada bakteri, fungi dan lumut.
C. Daun Sereh
Identifikasi simplisia daun sirsak yang telah dilakukan yaitu, pada saat saat
penambahan preagen lima tetes ammonia 25% terjadi perubahan warna menjadi warna
kuning. Hal ini sesuai dengan literatur yang menunjukan adanya senyawa alkaloid dan
dan penambahan preagen KOH 5% terjadi perubahan warna kuning yang menunjukan
adanya senyawa flavonoid. Pada saat penambahan preagen FeCl 3 P 5 % warna yang
dihasilkan hijau kecokelatan yang dimana tidak sesuai dengan literature yang
menunjukan perubahan warna biru. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu,
faktor penyimpanannya yang kurang baik, adanya kontaminasi dari reagen.
VII. Kesimpulan
28
pengenal dari masing- masing simplisia daun, dan secara histokimia dengan
penambahan beberapa preagen untuk dilihat perubahan warna yang terjadi sesuai
dengan literatur. Warna dari beberapa sampel yang tidak sesua literature dikarenakan
karena beberapa faktor simplisia yang sudah terlalu lama pembuatannya, faktor
penyimpanannya yang kurang baik, adanya kontaminasi dari reagen dan
ketidakcermatan pratikan dalam menentukan warna hasil reaksi simplisia
DAFTAR PUSTAKA
29
Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1987. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta : Depkes RI
Tumbel. M. 2009. Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Jati Belanda Terhadap
Pertumbuhan Eshcericia coli. Jurnal Chemica, Vol. 10, No. 2, 85-91
30
Wahyuningtyas, E.D., Ruhadi, I., dan Bargowo, L. 2013. Daya Hambat Ekstrak Daun
Sirsak (Annona muricata Linn)Terhadap Pertumbuhan Bakteri Plak
Supragingiva. Periodontic Journal. 5 (1).
31
32