Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan


penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan
utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui
inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri
dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2007 :18)

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli /


sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-
beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988),
menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934),
ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian
(Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor
produksi(Say, 1803).

Kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup


eksploitasi peluang - peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut
sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input
yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi
resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan
yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah
nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya
menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan
perubahan, inovasi dan cara-cara baru.

1|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial
dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang
berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu
mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah
organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa
menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat
sementara atau kondisional.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan


sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu
yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang
menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan
wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang cocok dengan
kata swasta. Persepsi tentangwirausaha sama dengan wiraswasta sebagai
padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah penekanan pada kemandirian
(swasta), pada wiraswasta, dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah
wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang
penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan
yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang
lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan
kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.

Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus


dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan
yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang
diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau
dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi
tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih
tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk
menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau

2|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat
adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya,
maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu
dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup
baik aspek finansial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono,
2002 : 48)

Pengembangan kewirausahaan yang dimasyarakatkan secara


menyeluruh ke semua lapisan termasuk ke semua instansi baik pemerintah
maupun swasta telah berlangsung hingga sekarang. Pelaksanaan program
tersebut secara resmi tertuang dalam Instruksi Presiden No.IV Tahun 1995

Mengacu pada program tersebut, sebagaoi generasi muda perlu


kiranya untuk menyambut dan melaksanakannya. Hal ini juga termotivasi
dengan keadaan bangsa Indonesia sejak berbagai krisis (khususnya bidang
ekonomi) sejak tahun 1997 hingga kini kita masih dihadapkan berbagai
masalah. Pasar global yang kini telah berlangsung dengan penerapan
AFTA ( Asian Free Trade Area ) 2003 juga menjadi perhatian kita
bersama, karena mau atau tidak mau, siap atau tidak siap kita harus
mengikuti era tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa sejak krisis ekonomi melanda


bangsa Indonesia hingga kini belum menunjukkan perubahan yang berarti,
dampaknya pada bertambahnya PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ).

Di sisi lain lulusan Perguruan Tinggi hingga kini belum


sepenuhnya terserap dalam lapangan kerja, hal ini berdampak pada
banyaknya jumlah pengangguran. Lulusan Perguruan Tinggi sekarang ini
harus bersedia bersaing mencari pekerjaan sendiri atau menciptakan
peluang kerja bagi dirinya ataupun untuk orang lain.

Kesenjangan status ekonomi masyarakat di Indonesia masih terasa


artinya yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.

3|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan
kewirausahaan perlu ditanamkan kepada generasi muda, karena dengan
pengembangan jiwa kewirausahaan ini mereka diharapkan berperan
sebagai :

1. Pendukung lajunya pembangunan bangsa baik secara fisik


maupun non fisik

2. Insan yang berpendidikan, diharapkan sebagai penggerak /


motivator dan bertanggung jawab terhadap kemajuan suatu
pengetahuan, teknologi dan seni khususnya pengetahuan di
bidang kewirausahaan / kemandirian

3. Suri tauladan sebagai praktisi di bidang kewirausahaan yang


memiliki pendidikan tinggi, karena selama ini masyarakat kita
yang menjadi praktisi di bidang kewirausahaan pada umumnya
memiliki pendidikan yang rendah.

4. Sebagai lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak sebagai


insan pencari kerja, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat mengambil


kesimpulan berupa permasalahan yang akan dibahas. Permasalahan itu
sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman penulis tentang konsep dasar dari


kewirausahaan ?

2. Bagaimana kiat menjadi seorang wirausahawan yang berhasil ?

4|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


C. TUJUAN

Adapun tujuan yang inigin dicapai dalam penyusunan makalah ini,


adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan penulis tentang konsep dasar dari


kewirausahaan.
2. Menambah wawasan tentang kewirausahaan, kewiraswastaan,
entrepreneurship.
3. Mengetahui ciri – ciri dan kiat menjadi seorang wirausahawan yang
berhasil.
4. Meningkatkan rasa tanggung jawab penulis dengan itikad terhadap
tugas yang dibebankan kepada mahasiswa.
5. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewirausahaan.

D. MANFAAT

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penyusunan makalah ini


yaitu :

1. Dapat menambah wawasan penulis mengenai kewirausahaan,


kewiraswastaan, dan entrepreneurship
2. Sebagai wahana untuk melatih penulis dalam membuat makalah
tentang kewirausahaan
3. Sebagai wahana mahasiswa dalam kegiatan literasi terutama tentang
kewirausahaan

5|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


BAB II

PEMBAHASAN

A. URGENSI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN


PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
1. Urgensi Pengembangan Kewirausahaan dan Pendidikan
Kewirausahaan bagi Bangsa Indonesia
Melihat pengertian dan teori kewirausahaan dikaitkan dengan
keadaan dan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan saat-
saat mendatang dalam rangka mensukseskan tujuan nasional
mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan yang saat ini jumlahnya
melebihi 200 juta penduduk dengan lokasi yang tersebar lebih dari
seribu pulau ini, pastilah merupakan tantangan yang tidak kecil dan
harus dihadapi secara tepat dan sistematis.
Bagaimana pentingnya pengembangan kewirausahaan dan
pendidikan kewirausahaan bagi bangsa Indonesia kiranya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Indonesia di awal abad 21 dilihat dari segi jumlah penduduk telah menjadi
negara terbesar kelima di dunia, dengan sebagian besar penduduknya
adalah angkatan kerja, dan sebagian dari jumlah itu adalah tenaga muda
alumni Perguruan Tinggi. Jumlah penduduk yang besar tersebut bisa saja
merupakan potensi apabila berkualitas baik, tetapi apabila tidak jumlah
penduduk yang besar itu akan menambah bertanya beban pembangunan.
b. Menurut penelitian, tampaknya ada korelasi antara jumlah penduduk yang
berkewirausahaan dan tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Negara
yang maju memiliki wirausahawan lebih dari 6% jumlah penduduk,
sedang jumlah wirausahawan Indonesia menurut penelitian tahun 1982
belum mencapai 0,5%.
c. Telah terbukti tingkat kemajuan dan keterbelakangan suatu negara tidak
terletak pada jumlah penduduk, kekayaan alam, luas wilayah, warna kulit

6|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


atau suku bangsa, atau lamanya kemerdekaan yang telah dialami, tetapi
adalah terletak pada kualitas manusianya.
Selain itu, terdapat uraian bahwa bangsa Indonesia menilai
pengembangan entrepreneurship (kewirausahaan) adalah kunci kemajuan.
Hal itu dinilai karena itulah cara mengurangi jumlah pengangguran,
menciptakan lapangan kerja, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan
dan keterpurukan ekonomis, serta meningkatkan harkat sebagai bangsa
yang mandiri dan bermartabat. Dengan kecilnya jumlah entrepreneur,
kewirausahaan menjadi keharusan. Dialah kunci kemajuan. Dunia
membutuhkan solusi masalah yang bisa mewujudkan impian jadi
kenyataan, dilandasi ambisi dan keberanian mengambil risiko secara
cerdas.
2. Urgensi Pengembangan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
Program pengembangan jiwa kewirausahaan telah dicanangkan
oleh Presiden Republik Indonesiapada bulan Juli 1995. Setelah itu
diluncurkan berbagai program rintisan pengembangan jiwa
kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM), KKN-Usaha dan Cooperative Education (Co-op)
yang diluncurkan beberapa saat setelah pencanangan Presiden tersebut,
telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif di
dunia kerja. Hasil-hasil karya invosi mahasiswa melalui PKM
potensial tersebut ditindaklanjuti secara komersial menjadi sebuah
embrio bisnis berbasis IlmuPengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks).
Program rintisan yang telah di uji cobakan di beberapa perguruan
tinggi antara lain sebagai berikut :
a. Kuliah Kewirausahaan Secara Terstruktur
Kuliah kewirausahaan umumnya hanya bagi fakultas /
jurusan tertentu saja. Tidak semua jurusan mempunyai cara
pandang yang sama untuk mengalokasikan SKS guna menyajikan
mata kuliah ini. Perlu dicari suatu kesepakatan dan kesamaan
pandang tentang perlunya disajikan kuliah kewirausahaan di semua

7|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


jurusan / prodi yang ada. Komitmen dan dukungan top leader di
PT sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal ini.
b. Kuliah Kerja Nyata Usaha
Mahasiswa sebagai calon wirausahawan masih perlu
dibekali kemampuan, keterampilan, keahlianmanajemen, adopsi
inovasi teknotogi, keahlian mengelola keuangan / modal maupun
keahlian pemasaran melalui pengalaman langsung dalam dunia
usaha. KKN yang diaplikasi pada kegiatan usaha UKM ini, akan
sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih mengenal praktik
kewirausahaan secara langsung. Sayangnya uji coba program ini
tidak berlanjut pada desiminasi konsep penyelenggaraannya.
c. Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (Job-Placement
Center )
Program yang sudah berjalan melalui bantuan US-AID dan
HEDS di Wilayah Indonesia Barat akan terus dikembangkan ke
perguruan tinggi lain. Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja
(KBPK) yang dikembangkan dari Pusat Konsultasi bagi pengusaha
kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan yang dapat
memberikan pelayanan kepada alumni Perguruan Tinggi yang
beminat menjadi pengusaha baru, atau pengusaha kecil yang telah
berkecimpung dalam dunia usaha. KBPK mendidik staf pengajar
memperoleh pengalaman praktis dalam dunia usaha dengan cara
memberikan konsultasi kepada pengusaha kecil dan menengah.
KBKP juga membuka akses untuk sumberdaya bahan baku,
pasar,sumber daya keuangan, sumber daya informasi, serta
membangun jaringan kerja untuk meningkatkan sinergi antar
pengusaha kecil dan menengah. Program ini tidak sepenuhnya
berlanjut karena alasan sumber daya manusia yang relatif terbatas.
d. Magang Kewirausahaan
Melalui Program Penerapan Iptek / Vucer bagi pengusaha
kecil/industri kecil dan koperasi yang telah berjalan selama ini.

8|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


Program Magang Kewirausahaan merupakan kegiatan mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman kerja praktis pada usaha kecil dan
menengah termasuk melakukan identifikasi permasalahan, analisis
dan penyelesaian permasalahan dan manajemen, pemasaran, serta
teknologi. Magang Kewirausahaan adalah kegiatan di mana
mahasiswa benar-benar bekerja sebagai tenaga kerja di usaha kecil
atau menengah. Magang juga menciptakan keterkaitan dan
kesepadanan (link and match) antara Perguruan Tinggi dengan
usaha kecil menengah. Di samping itu, Staf pengajar yang menjadi
pembimbing mahasiswa memperoleh manfaat dalam hal
pengalaman praktis wirausaha dan akses kepada kalangan usaha
kecil dan menengah. Sayangnya program ini tidak berlanjut. Dana
dan komitmen Ketua Jurusan sebagai salah satu penyebabnya.
e. Karya Alternatif Mahasiswa atau Program Kreativitas Mahasiswa
Dalam berwirausaha produk / komoditi yang
diperdagangkan adalah inti dari denyut perdagangan itu sendiri.
Setiap produk sejenis akan bersaing dalam kualitas yang meliputi
unjuk kerja, keandalan (reliability) dan kekuatan (robustness) serta
kemudahan pengoperasiannya (user friendly). Persaingan tersebut
pada hakekatnya adalah persaingan teknologi yang diterapkan
dalam kemasan yang menarik serta harga yang lebih murah sebagai
hasil penelitian dan pengembangan. Melalui kegiatan Karya
Alternatif Mahasiswa (KAM) para mahasiswa yang telah
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi dilatih dan didorong
untuk menghasilkan suatu komoditi yang diperlukan masyarakat.
Prinsip yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah bahwa
keterampilan menghasilkan produk harus dipadukan dengan
pemahaman bisnis yang minimal telah dimiliki mahasiswa
pesertanya. KAM diprioritaskan untuk diisi dengan aktivitas
produktif mahasiswa yang berpola khusus, sebagai bagian integral
dari kegiatan intra atau ekstra kurikuler mahasiswa dalam usaha

9|KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN – HELDA VINIASARI


untuk membekalinya dengan keterampilan menghasilkan produk
dan pengetahuan tentang bisnis rintisan.
f. Inkubator Wirausaha Baru
Program inkubator di beberapa perguruan tinggi negeri dan
perguruan tinggi swasta yang bekerjasama dengan Kantor Menteri
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha kecil, akan dikembangkan
tidak hanya bagi pengusaha kecil, industri kecil atau koperasi,
tetapi juga mengikut sertakan mahasiswa /alumni dalam
penciptaan wirausaha baru.
Inkubator Wirausaha Baru adalah suatu fasilitas yang
dikelola oleh sejumlah staf terbatas dan menawarkan suatu paket
terpadu kepada pengusaha atau mahasiswa dan alumni dengan
biaya terjangkau selama jangka waktu tertentu (2–3 tahun). Paket
terpadu tersebut meliputi :
1) Sarana fisik atau gedung, dan fasilitas kantor yang dapat dipakai Bersama
2) Kesempatan akses dan pembentukan jaringan kerja dengan jasa
pendukung teknologi dan bisnis : sumber daya teknologi dan informasi,
sumber daya bahan baku, sumber daya keuangan
3) Pelayanan konsultasi yang meliputi aspek teknologi, manajemen, dan
pemasaran
4) Pembentukan jaringan kerja antar pengusaha
5) Pengembangan produk penelitian untuk dapat diproduksi secara komersial.
Keterlanjutan program ini terkendala oleh kompleksitas
permasalahan yang tidak didukung oleh SDM dan fasilitas yang memadai.
Dengan latar belakang program rintisan tersebut di atas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2009 ini mengembangkan sebuah
Program Mahasiswa Wirausaha (Student Entrepreneur Program) yang
merupakan kelanjutan dari program-program sebelumnya (PKM, Co-op,
dan sejenisnya), untuk menjembatani para mahasiswa memasuki dunia
bisnis rill melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) dimaksudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa

10 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
yang mempunyai minat dan bakat entrepreneurship untukmemulai
berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
sedang dipelajarinya. Tujuannya membentuk softskill agar mahasiswa
berperilaku sesuai karakter wirausaha.
Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan permodalan
dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu mendukung
pencapaian visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa
melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan UKM.
Prosedur operasional standar dari Program Mahasiswa Wirausaha
meliputi persiapan program, pembekalan dalam bentuk Diklat
kewirausahaan,magang ke UKM, dan penyusunan business plan,
pendampingan dalam hal star-up business dan business establishmen, dan
Monev

Gambar 1. Model Program Mahasiswa Wirausaha

Mencermati program-program sebagaimana diurai di atas, pemerintah dan


pimpinan PT mempunyai peran penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan
mahasiswa. Namun secara operasional terdapat terdapat 3 (tiga) unsur penting

11 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan jiwa kewirausahaan di perguruan
tinggi adalah mahasiswa, kurikulum, dosen pembina kewirausahaan.

Agar sistem budaya kewirausahaan ini dapat dibumikan di perguruan


tinggi, maka perlu dilakukan mapping potensi dan permasalahan di sekitar ketiga
unsur tersebut.

a. Unsur Mahasiswa
Di perguruan tinggi, dunia kewirausahaan masih dipandang
sebelah mata oleh sebagian mahasiswa dan juga dosen. Banyak potensi
dan peluang yang semestinya bisa dimanfaat mahasiswa untuk
kepentingan pembelajaran dan pembumian sistem budaya
kewirausahaan ini, namun sayangnya belum dimanfaatkan
sepenuhnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui
Depdiknas untuk menanamkam jiwa kewirausahaan pada mahasiswa.
Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3 faktor dominan dalam
memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan,
faktor kebebasan,dan faktor kepuasan hidup (Sutabri, 2008). Ketiga
faktor itulah yang membuat mereka menjadi wirausahawan. Penelitian
ini sangat membantu pihak perguruan tinggi dalam memberikan
informasi kepada para mahasiswanya, bahwa menjadi wirausahawan
akan mendapatkan beberapa kesempatan, kebebasan dan kepuasan
hidup.
Proses penyampaian ini harus sering dilakukan sehingga
mahasiswa semakin termotivasi untuk memulai berwirausaha. Sebab
banyak mahasiswa merasa takut menghadapi resiko bisnis yang
mungkin muncul yang membuat mereka membatalkan rencana bisnis
sejak dini.
Motivasi yang cukup, memicu keberanian mahasiswa untuk mulai
mencoba berpengalaman di bidang kewirausahaan. Dengan semakin
banyaknya mahasiswa memulai usaha sejak masa kuliah, maka besar
kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan usaha yang sudah

12 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
dirintisnya. Sehingga bisa membuka lapangan kerja dan diharapkan
dapat ikut mengurangi jumlah pengangguran.
Beberapa program rintisan pengembangan jiwa kewirausahaan
bagi mahasiswa yang saat ini perlu dilanjutkan dengan modifikasi
tertentu antara lain Sebagai berikut :
1) Mahasiswa wajib mengikuti kuliah kewirausahaan secara
terstruktur, yang dilakukan secara menyeluruh di setiap jurusan
atau Prodi. Kendala pembina mata kuliah Kewirausahaan dapat
diatasi dengan membentuk Team Teaching.
2) Pada tahap awal, separuh dari mahasiswa yang
memprogramkan KKN diberi kesempatan untuk mengambil
program KKN-Magang Usaha. Pada tahap selanjutnya, jumlah
dapat ditingkatkan sesuai dengan hasil evaluasi. KKN-Magang
Usaha ini merupakan perpaduan antara KKN dan magang
kewirausahaan. Untuk itu program dirancang dengan baik,
dilakukan pembekalan (Diklat, pengenalan kasus usaha),
pendampingan,dan Monev).
3) Mahasiswa diberi kesempatan membantu Klinik Konsultasi
Bisnis dan Penempatan Kerja (JobPlacement Center) untuk
media belajar bagi mahasiswa.
4) Workshop-Role models dapat dilakukan dengan melakukan
workshop kewirausahaan dengan target tersusunnya business
plan. Worshop ini didampingi oleh orang yang diidolakan
(wirausahawan sukses dan berpengalaman) guna memberikan
wawasan, semangat membuka suatu usaha, memberi dorongan,
dan bantuan. Orang yang diidolakan tersebut bisa juga berupa
asosiasi berbagai badan asosiasi bisnis, instruktur, dosen atau
guru bisnis, biro konsultan bisnis, dan sejenisnya.
5) Mengembangkan koperasi mahasiswa. Model yang dikelola
dengan menggunakan pendekatan profesionalisme yang

13 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
sekaligus berfungsi sebagai tempat pembelajaran
kewirausahaan.
6) Mahasiswa mengembangkan berbagai kerjasama dengan pihak
eksternal dan alumni yang berhasil dalam bidang
kewirausahaan.
7) Perguruan Tinggi mendirikan Inkubator Wirausaha yang
pengelolaannya dilakukan oleh orang profesional yang
berfungsi pula sebagai laboratorium / pusat kajian bisnis.
Mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas pusat bisnis ini untuk
pembelajaran kewirausahaan.

b. Unsur Kurikulum
Unsur kedua yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan
kewirausahaan adalah kurikulum yang diberlakukan di suatu
Perguruan Tinggi. Kurikulum di desain sedemikian rupa untuk
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan perkuliahan mahasiswa.
Di negara maju pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan
ekonomi yang luar biasa.Pengusaha pengusaha baru ini telah
memperkaya pasar dengan produk-produk baru yang inovatif. Tahun
1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20 juta wirausahawan baru,
mereka menciptakan lapangan pekerjaan baru. Demikian pula di Eropa
Timur,wirausaha ini mulai bermunculan. Bahkan, di negeri China,
yang menganut paham komunis, mulai membuka diri terhadap
lahirnya wirausahawan. Universitas Beijing, menghapuskan mata
kuliah Marxis, dan menggantinya dengan mata kuliah kewirausahaan.
Diluar negeri, banyak universitas yang kewalahan memenuhi
permintaan mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan yang terus
meningkat.
Pada umumnya di perguruan tinggi yang ada di tanah air
menyelenggarakan mata kuliah kewirausahaan, walaupun intensitas
dan proporsinya mungkin berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan

14 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
pengamatan di beberapa PTN didapati suatu kesimpulan bahwa tidak
semua jurusan menyajikan mata kuliah atau pendidikan kewirausahaan
sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Fakta lain, jurusan-jurusan
yang menyajikan mata kuliah/pendidikan kewirausahaan,substansi
materi yang disajikan dalam mata kuliah kewirausahaan relatif telah
memadai (Siswoyo, 2008).
Beberapa ketua jurusan yang tidak menyajikan mata kuliah
Kewirausahaan baik sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri maupun
ditempelkan pada beberapa mata kuliah yang relevan, diperoleh alasan
sebagai berikut :
1) Jumlah SKS yang tersedia dirasakan tidak memadai lagi untuk
ditambahkan mata kuliah diluar target kurikulum.
2) Belum diperoleh dukungan dari dewan dosen dengan alasan
yang belum jelas, untuk memasukkan mata kuliah
kewirausahaan. Namun sebagai wacana, banyak di antara ketua
jurusan yang ingin menyajikan mata kuliah kewirausahaan di
masa mendatang.
3) Penyajian mata kuliah Kewirausahaan dititipkan pada mata
kuliah yang relevan, namun porsi substansi content-nya masih
relatif kecil/terbatas.
4) Mata kuliah kewirausahaan tidak match dengan bidang ilmu
yang diemban oleh jurusan. Hanya sebagian kecil jurusan yang
menyatakan bahwa mata kuliah kewirausahaan relevan dengan
bidang keilmuan yang ada di jurusan.
5) Terkendala oleh staf pengajar yang tidak atau kurang
mempunyai kompetensi yang memadai untuk mengajarkan atau
membina mata kuliah kewirausahaan.

Berdasarkan alasan para Kajur di atas, dapat disimpulkan bahwa


tidak semua jurusan sepakat memasukkan kewirausahaan dalam
kurikulumnya. Kewirausahaan dianggap bukan sebagai sesuatu yang
perlu dibekalkan pada mahasiswa. Selain tidak sejalan dengan

15 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
kompetensi bidang ilmu yang ditargetkan,kendala kompetensi dosen
pengajar atau Pembina kewirausahaan menjadi alasan yang utama.

Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya yang sungguh-sungguh


untuk menelaah kembali kebijakan pencantuman mata kuliah
kewirausahaan ini dalam kurikulum jurusan yang ada di PT, dan
mengesampingkan pemikiran ”relevansi latar keilmuan”. Artinya,
pencatuman mata kuliah kewirausahaan tidak perlu
mempermasalahkan koherensi substansi mata kuliah kewirausahaan
dengan bidang ilmu utama yang diemban jurusan.

Pimpinan perguruan tinggi diharapkan ikut memotivasi jajarannya,


agar pengetahuan, wawasan dan ketrampilan mahasiswa di bidang
kewirausahaan dapat ditingkatkan tanpa mempermasalahkan
keselarasannya dengan kompetensi keilmuan yang diampu
mahasiswa. Hal ini menjadi penting ketika daya serap lulusan PT
terhadap kompetensi yang diampu relatif kecil, dan ke depan
diprediksi akan semakin kecil.

c. Unsur Dosen Pembina Kewirausahaan


Dosen pembina kewirausahaan menempati peran strategis dalam
upaya pembekalan kewirausahaan pada mahasiswa. Permasalahan
yang muncul di sekitar penyajian mata kuliah kewirausahaan adalah
keterbatasan kompetensi dosen pembina. Kewirausahaan
membutuhkan penekanan ranah ketrampilan dan sikap yang lebih
dibandingkan dengan ranah pengetahuan. Untuk mewujudkannya,
biasanya terkendala oleh keberadaan kompetensi dosen yang
menguasai praktik kewirausahaan.
Pengembangan jiwa kewirausahaan seorang dosen, hakikatnya
berlangsung secara alamiah. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap
individu akan bertindak rasional. Tindakan rasional ini diwujudkan
dalam bentuk pilihan alternatif yang berujung pada perhitungan untung

16 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
rugi. Perhitungan untung rugi merupakan tindakan ekonomi yang
berorientasi pada penerapan prinsip ekonomi. Jadi, setiap individu
pada dasarnya telah mengembangkan jiwa kewirausahaan. Namun,
jika ingin memerankan dirinya sebagai pembina kewirausahaan, tidak
cukup dengan mengandalkan perilaku alamiah tersebut. Namun
seorang dosen harus membekali dirinya dengan berbagai pengetahunan
dan ketrampilan bi bidang kewirausahaan.
Pengembangan jiwa kewirausahaan dosen dapat dilakukan melalui
hal-hal sebagai berikut :
1) Kewirausahaan dosen dibangun di atas keilmuan atau disiplin yang
diampunya selama ini. Latar keilmuan yang diampu tidak
dimarginalkan,bahkan keduanya merupakan satu kesatuan yang
saling bersinergi. Diperlukan pemahaman yang sungguh-sungguh
agar keduanya dapat saling diintegrasikan. Misalnya, seorang ahli
biologi dapat memanfaatkan keilmuannya untuk mencari peluang-
peluang bisnis yang dapat memberikan value bidang biologi pada
konsumen yang dibidiknya
2) Dosen memerlukan penguatan dalam bentuk pendidikan, pelatihan,
dan pemagangan yang membekali dirinya untuk lebih memahami
ketrampilan berfikir dan bertindak ekonomis,berprinsip dan
berperilaku ekonomis. Penguatan semacam ini, saat ini telah
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas
yang bekerjasama dengan Universitas Ciputra Entrepeneurship
Centre (UCEC) guna menciptakan tamatan Perguruan Tinggi yang
siap memasuki lapangan kerja.
3) Unsur instrumen yang terdiri dari fakultas / jurusan,Lemlit dan
LPM senantiasa menciptakan suatu tatanan dan arahan agar dosen
dalam melaksanakan tridarma perguruan tinggi senantiasa
memanfaatkan peluang usaha berdasar aktivitas tridarma yang
dilaksanakan. Misalnya, karya penelitian tidak berakhir dengan
dibuatnya laporan, namun selalu memikirkan pemanfaatan karya

17 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
tersebut untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan orang lain.
Sehingga karya penelitian tersebut dapat menghasilkan peluang
memperoleh pendapatan. Demikian juga, untuk kegiatan
pendidikan dan pengajaran, maupun pengabdian pada masyarakat
yang dapat memanfaatkan hasil temuannya untuk kepentingan
pemenuhan kebutuhan.
4) Unsur lingkungan seperti DU/DI, Business centre, mempunyai
daya pengaruh yang besar terhadap kematangan dosen
kewirausahaan. Banyak pembelajaran kewirausahaan yang dapat
dilakukan melalui pemanfaatan pelaku usaha yang ada di
lingkungan, mulai yang terdekat sampai yang terjauh.

Gambar 2. Model Pengembangan Jiwa Kewirausahaan

3. Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan ( PKMK )


a. Pengertian Latar Belakang dan Hasil yang Diharapkan
Telah diketahui bahwa DIKTI pada beberapa tahun yang
lalu hingga kini melancarkan berbagai program pengembangan
penalaran dan keilmuan untuk merangsang pertumbuhan
mahasiswa dalam persiapan menjadi sarjana yang mandiri,

18 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
profesional dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Beberapa
program tersebut antara lain adalah LKIP ( Lomba Karya Inovatif
Produktif ), LKTI ( Lomba Karya Tulis Ilmiah ), Karya Alternatif
Mahasiswa (KAM)
PKM Kewirausahaan (PKMK) merupakan kreativitas
penciptaan ketrampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit,
umumnya didahului oleh survai pasar, karena relevansinya yang
tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi
mahasiswa. Perlu ditegaskan di sini bahwa penciptaan ketrampilan
berusaha yang dimaksud adalah untuk mahasiswa pengusul
PKMK, begitu juga pelaku aktivitas usaha/bisnis yang didanai
dalam PKMK adalah kelompok mahasiswa pengusul PKMK.
Kelompok mahasiswa pengusul sebagai wirausahawan baru bisa
menjalin kerja sama dengan kelompok masyarakat produktif,
namun dana PKMK tidak dimaksudkan untuk membantu
peningkatan ekonomi kelompok masyarakat tertentu. Dalam
PKMK sama sekali tidak diijinkan dilakukannya
penelitian/percobaan untuk mencari temuan.
Tentang latar belakang penyelenggaraan program
Kreativitas Mahasiswa merupakan kegiatan akademik mahasiswa
baik yang berhubungan dengan kurikulum maupun bukan dan
merupakan program pengembangan kemahasiswaan dalam rangka
meningkatkan mutu produktif dan bernalar ilmiah. Dengan
demikian, diharapkan dapat dihasilkan produk yang menjadi
landasan selanjutnya bagi para mahasiswa untuk berkarya kreatif di
masyarakat setelah lulus sebagai sarjana. Oleh karena itu, hasil
Program Kreativitas Mahasiswa inilah dimungkinkan dapat
diusulkan ke Program studi atau Fakultas masing masing sebagai
pelaksana sebagai karya tugas akhir.
Tujuan penyelenggaraan Program Kreativitas Mahasiswa
untuk meningkatkan iklim akademik yang kreatif, inovatif,

19 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
visioner, solutif dan mandiri. Meningkatkan mutu peserta didik
(mahasiswa) di Perguruan Tinggi agar kelak dapat menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademis danatau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian
serta memperkaya budaya nasional. PKM mencakup 7 (tujuh)
bidang yang masing -masing memiliki tujuan spesifik.
Hasil yang diharapkan dari program ini antara lain :
1) Kegiatan kreatif yang dilakukan oleh mahasiswa yang sesuai dengan minat
dan bakat masing masing, baik terkait dengan bidang profesi maupun yang
lain.
2) Temuan kreatif dari para mahasiswa yang dapat menunjang pelaksanaan
pembangunan di lingkungan kampus, perkotaan dan pedesaan
3) Calon pemimpin bangsa yang kreatif
b. Sistematika dan Penjelasan Usulan Program
Sistematika dan penjelasan penulisan usulan program
Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) sebagai berikut :
1) Judul Program
Judul kegiatan PKMK hendaklah singkat dan spesifik, tetapi
cukup jelas memberi gambaran mengenai kegiatan PKMK yang
diusulkan.
2) Latar Belakang Masalah
Khusus PKMK, uraikan proses dalam mengidentifikasi peluang
usaha. Gambarkan secara kuantitatif potret, profil dan kondisi
khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan PKMK.
Gambarkan pula kondisi yang mengarah pada kebutuhan komoditas
atau dasar penetapan komoditas. Perlu dijelaskan situasi dan motivasi
mahasiswa untuk melaksanakan program Kreativitas Mahasiswa
Kewirausahaan. Jika perlu lakukan sebelum merencanakan PKMK
dengan penelitian awal atau survei pasar tentang kebutuhan pasar

20 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
secara kuantitatif. Uraikan pula pola penetapan dosen pembimbing dan
institusi pelaksana.
3) Perumusan Masalah
Rumusan masalah mengacu pada usaha yang prospektif, tidak
banyak saingan dan diterima di pasar
4) Tujuan Program
Nyatakan tujuan secara spesifik yang ingin diraih melalui kegiatan
PKMK khususnya terkait pada ketrampilan berwirausaha mahasiswa
berbasis sains, seni , dan teknologi
5) Luaran yang Diharapkan
Serasikan target luaran kegiatan PKMK dengan pilihan jenis
produk yang akan dihasilkan, dan uraikan dengan baik mengapa
pilihan target luaran ditetapkan seperti itu.
6) Kegunaan program
Jelaskan manfaat kegiatan secara luas, tunjukkan bahwa produk
komoditas memberikan dampak ekonomis yang signifikan dan
memberikan nilai tambah dari sisi IPTEK.
7) Metodologi Pelaksanaan Program
Uraikan secara rinci dan jelas, teknik implementasi atau metode
kegiatan PKMK sehingga seluruh target luaran dapat diperkirakan
terpenuhi. Jelaskan pula rancangan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan
evaluasi peningkatan ketrampilan pembuatan produk dan
kewirausahaan peserta PKMK
Jelaskan pola pendistribusian jenis ketrampilan yang dilatihkan,
apakah setiap mahasiswa atau kelompok akan dibekali ketrampilan
spesifik ataukah jenis ketrampilan yang sama diberikan kepada seluruh
mahasiswa pelaksana PKMK.
Serasikan seluruh jenis kegiatan yang akan dilakukan dengan
batasan waktu pelaksanaan yang diijinkan.

21 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
8) Jadwal Kegiatan Program
Jelaskan secara rinci mengenai rencana persiapan pelaksanaan
(termasuk pelaksanaan seleksi calon peserta), pelaksanaan dan evaluasi
PKMK serta jadwal keseluruhan (tentative).
9) Nama dan Biodata
Tunjukkan masing – masing biodata ini antara lain berisi :
a) Nama
b) NIM
c) Program studi / jurusan
d) Jenjang Pendidikan : Diploma / Strata 1
e) Tempat / tanggal lahir
f) Kualifikasi bidang keilmuan
g) Riwayat singkat yang bersangkut paut dengan aktivitas wirausaha
dari keluarga pelaksana PKMK, jika tidak ada sejarah wirausaha
yang dituliskan, silahkan dikosongkan (berlaku untuk Ketua dan
anggota calon peserta PKMK)
10) Biaya
Jumlah dana untuk 1 kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa
Kewirausahaan ini maksimal Rp. 6.000.000,00 yang alokasi
penggunaannya sebagai berikut :
a) Pengadaan bahan habis pakai
b) Peralatan penunjang
c) Perjalanan
d) Dokumentasi
e) Lain lain : konsumsi, pembuatan laporan, sewa tempat, pameran,
dan sebagainya
11) Lampiran
Berisi antara lain : gambar produk ( foto ), rencana kerja sama
dengan mitra usaha, mitra sumber dana dan sebagainya.

22 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
B. ISTILAH KEWIRAUSAHAAN, KEWIRASWASTAAN , DAN
ENTREPRENEURSHIP
Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan tahun 1990-an. Saat-saat
sebelumnya yang banyak digunakan adalah istilah kewiraswastaan dan
entrepreneurship. Istilah kewirausahaan dianggap lebih cenderung untuk
dipadankan dengan istilah entrepreneurship daripada istilah
kewiraswastaan yang lebih cenderung diartikan bersangkutan dengan
kepengusahaan bisnis serta segala aktivitas yang non pemerintah. Namun
demikian dalam praktek sampai saat ini ketiga istilah itu sering dipakai
secara bergantian, yang satu seolah-olah sebagai padanan bagi yang lain.
1. Pengertian Harafiah
Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha diberi awalan ke dan
akhiran an yang bersifat membuat kata benda wirausaha mempunyai
pengertian abstrak, yaitu hal-hal yang bersangkutan dengan wirausaha.
Lebih lanjut bila wira diartikan sebagai berani dan usaha diartikan sebagai
kegiatan bisnis yang komersial maupun non bisnis dan non komersial,
maka kewirausahaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan keberanian seseorang untuk melaksanakan sesuatu kegiatan
bisnis/non bisnis (cara mandiri).
2. Menurut Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi
perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan
dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang
wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
3. Penrose (1963)
Mengidentifikasi kegiatan kewirausahaan yang mencakup
indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau
kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.

23 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
4. Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan kegiatann yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar
belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen
fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
5. Menurut hasil Simposium Nasional Kewirausahaan 7-8 Februari 1995
di Jakarta
Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nialai-nilai
dan prinsip serta sikap, kiat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu,
tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau
kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada pelanggan
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa,
dan negara.
Pengertian ini kemudian diakomodasi dan dimantapkan dalam
Inpres No.4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan, dengan kalimat sebagai berikut:
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Yang menarik dari definisi ini adalah bahwa kewirausahaan tidak
hanya menyangkut kegiatan yang bersifat komersial (mencari untung
semata) tapi juga kegiatan yang tidak komersial sejauh dilakukan dengan
semangat, sikap atau perilaku yang tepat dan unggul untuk meningkatkan
efisiensi dalam arti seluas-luasnya dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada semua pihak yang berkepentingan (langganan
dalam arti luas, termasuk masyarakat, bangsa, dan negara).
6. Pengertian entrepreneur dan entrepreneurship
Dalam lingkungan bisnis yang sangat kompetitif kesuksesan sangat
bergantung dari entrepreneurship. Entrepreneurship menurut Edvarson,

24 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
1994 (dalam Makalah Wahid Ciptono,1999) adalah sebuah kata yang
digunakan untuk menjelaskan perilaku-perilaku pemikiran strategis dan
berani mengambil resiko yang akan memberikan hasil peluang bagi
individu dan organisasi.
(Entrepreneurship is behavior that is dynamic, risk taking, reactive
and growth oriented, entrepreneurship is a person who is willing to take
action to pursue opportunities in situations other view as  problem or
threats).
Ciri-ciri seorang entrepreneur menurut Edvardson adalah sebagai
berikut:
a) Internal locus of control (memiliki sikap/ketetapan hati)
b) High energy level (bersemangat tinggi)
c) High need for achievemant (motivasi berprestasi tinggi)
d) Tolerance for ambiguity (dapat memahami perbedaan pendapat)
e) Self confidence (percaya diri)
f) Action oriented (berorientasi tindakan)
Pandangan umum tentang seorang entrepreneur adalah seorang
penemu bisnis yang sama sekali baru dan mampu mengembangkannya
menjadi perusahaan yang mencapai sukses secara luas (nasional maupun
internasional). Microsoft, Walt-Mart dan Aqua Golden Mississipi Adalah
contoh dari pandangan di atas. Entrepreneur tidak terbatas hanya pada
perusahaan besar, tetapi juga pada perusahaan-perusahaan kecil. Seorang
yang berani mengambil resiko membeli franchise Mc Donald (lokal),
membuka toko kelontong, atau bisnis yang dijalankan oleh dirinya sendiri
juga merupakan seorang entrepreneur.
Entrepreneurship adalah pengembangan perilaku kewirausahaan
dalam lingkup internal organisasi yang lebih besar dalam bentuk
perusahaan korporat). Entrepreneurship muncul karena kebutuhan
perusahaan untuk mengembengakan Strategy Busines Unit (SBU) dalam
rangka meningkatkan Competitive advantage-nya. Apabila masing-masing
SBU berhasil meningkatkan competitive advantage-nya, maka secara

25 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
otomatis perusahaan korporasi akan mampu meningkatkan parenting
advantage.

C. CIRI CIRI WIRAUSAHAWAN YANG BERHASIL


1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke
mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang
harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu
memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan
yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap
waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus
lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang
maupun waktu.
5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan
usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
6. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak,
baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun

26 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada: para
pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

D. TEORI KEWIRAUSAHAAN
Menurut A. Pakerti, berwirausaha senantiasa melibatkan dua unsur
pokok, yaitu soal peluang dan soal kemampuan menggapi peluang. Hal ini
dituangkan dalam teori:
1. Teori Ekonomi
Menyatakan bahwa wirausaha itu akan muncul dan
berkembang kalau ada peluang ekonomi. Misalnya ketidakpastian
tentang apa yang akan terjadi dimasa depan merupakan peluang
usaha. Disamping kebutuhan ekonomi, kemajuan teknologi juga
membuka peluang usaha.
2. Teori Sosiologi
Para ahli sosiologi mencoba menerangkan mengapa
berbagai kelompok sosial (kelompok ras, suku, agama, dan kelas
sosial) menunjukkan tanggapan yang berbeda-beda atas peluang
usaha. Mereka meneliti faktor-faktor sosial budaya yang
menerangkan perbedaan kewirausahaan antara berbagai kelompok
itu. Hagen mengemukakan teori bahwa dalam kelompok itu orang
didorong menjadi wirausaha karena sebagai kelompok mereka
dipandang rendah oleh kelompok elit dalam masyarakatnya.
Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin
besar kecenderungan kewirausahaannya.
3. Teori psikologis
Perintis teori psikologi adalah David Mc Cleland, ia
menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan
dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement atau
nAch). Selanjutnya secara empiris ia menemukan korelasi positif
antara kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch
terbentuk pada masa kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh

27 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
bacaan untuk Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak
dini. Namun motif berprestasi bisa ditingkatkan melalui latihan
pada orang dewasa.
4. Teori Perilaku
Wesper memandang perilaku wirausaha sebagai kerja. Ia
menyimpulkan bahwa keberhasilan seseorang wirausaha
tergantung dari :
a. Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai sebagai wira usaha
b. Pilihan bidang usahanya, kerjasama dengan orang lain
c. Kepiawaian dalam mengamalkan manajemen yang tepat
Ducker memandang kewirausahaan sebagai perilaku, bukan
sebagai sifat kepribadian. Kewirausahaan adalah praktek kerja yang
bertumpu pada konsep dan teori, bukan intuisi. Karena itu
kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan
terencana. Ia menyarankan tiga macam unsur perilaku untuk
mendukung berhasilnya praktek kewirausahaan :
a. Inovasi bertujuan
b. Manajemen-wirausaha
c. Strategi-wirausaha

Menurut Ducker dasar pengetahuan kewirausahaan adalah inovasi,


artinya cara baru memanfaatkan sumber daya untuk menciptakan
kekayaan. Untuk membuahkan inovasi kita memperhatikan perubahan
perubahan yang terjadi disekitar kita secara sistematis. Ini
menyangkut kepekaan dan ketrampilan diagnostik, dua macam
kemampuan yang bisa dipelajari lewat latihan.

Orang yang mendirikan perusahaan harus tahu manajemen dan cara


mengamalkannya. Manajemen kewirausahaan mengutamakan empat
hal :

28 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
a. Fokus dasar
b. Antisipasi kebutuhan keuangan
c. Menyiapkan dan menyusun tim manajemen puncak, jauh sebelum
diperlukan
d. Penentuan peran di pendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Strategi wirausaha yang diperlukan untuk menempatkan diri dalam
pasar :
a. Pemimpin yang dominan dalam pasar
b. Imitasi kreatif
c. Monopoli dengan produk atau jasa yang sangat khusus
d. Menciptakan konsumen baru dengan menciptakan produk dan
jasa baru.

29 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah memperhatikan uraian tersebut maka penulis dapat


menyimpulkan bahwa kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu
yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan
resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi. 

Kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan


serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan atau
dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu
memberikan nilai terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Selain itu, terdapat pula ciri - ciri seorang wirausahawan yang


berhasil dalam menjalankan usahanya. Adapun ciri - ciri tersebut antara
lain adalah memiliki visi dan tujuan yang jelas, inisiatif dan selalu
proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil risiko, kerja keras,
bertanggung jawab, komitmen pada berbagai pihak, serta mengembangkan
dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.

B. SARAN

1. Saran bagi penulis


Sebaiknya penulis lebih meningkatkan wawasan mengenai
kewirausahaan. Sehingga, penulis sebagai generasi muda sekarang ini,
setelah lulus dari ranah perkuliahan, tidak hanya menjalankan profesi
sesuai jurusan yang diampu saja, namun juga dapat menciptakan usaha
dan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
2. Saran bagi masyarakat
Sebaiknya, di lingkungan masyarakat umum pun bisa diadakan
sosialisasi mengenai dunia kewirausahaan. Sehingga, masyarakat bisa

30 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
paham bagaimana cara untuk berwirausaha. Jika masyarakat bisa
membuka usahanya sendiri, otomatis orang tersebut juga membuka
lapangan pekerjaan bagi orang lain yang masih berstatus
pengangguran. Sehingga, hal itu juga bisa menjadikan sebuah
keuntungan dalam mengurangi jumlah pengangguran.

31 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I
DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompas.com/read/2010/04/09/11340991/urgensi.pendidikan.
kewirausahaan (11:34 WIB)

Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Dikti – Edisi VII

Siswoyo, B.B. 2009. Kewirausahaan dalam Kajian Dunia


Akademik. FE UM.

https://anangfirmansyahblog.files.wordpress.com/2012/09/teori-
kewirausahaan.pdf ( September 2012 )

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1
96210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-1-
Konsep_Kewirausahaan.pdf

Riani, Asri Laksmi. 2005. Dasar Dasar Kewirausahaan. Surakarta : UPT


Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

32 | K O N S E P D A S A R K E W I R A U S A H A A N – H E L D A V I N I A S A R I

Anda mungkin juga menyukai