Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN

UU No. 28 Th. 2009 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DAN PAJAK DAERAH


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan Pembangunan yang diampu oleh :
Niluh Ratna Widyawati

Oleh :
Ardelia Shelomita Teena 20170202014
Muh. Fadhil Fauzan M. Amin 20170202027
Tasya Faradila Balqis 20170202012
Tegar Anan 201602020
Yunita Karmila 20170202033

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2019
Pada Bab I Tentang Ketentuan Umum berisikan Pasal 1 yang terdiri dari 76 ayat. Tiap-tiap
ayat berisikan tentang penjelasan istilah-istilah yang perlu diketahui maknanya yang terdapat dalam
isi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2008 Tahun 2009 Tentang Pajak Dan Retribusi
Daerah. Bab II Pajak mempunyai 17 bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang jenis pajak
provinsi dan pajak kabupaten/kota. Bagian kedua menjelaskan tentang pajak kendaraan bermotor dan
pengecualian untuk kendaraan yang bebas pajak. Bagian ketiga menjelaskan tentang pajak untuk bea
balik nama kendaraan dan batas waktu penyerahan kuasa kendaraan dan juga besaran pokok untuk
bea balik nama kendaraan. Bagian keempat menjelaskan subjek dari wajib pajak bahan bakar yang
dipungut oleh penyedia bahan bakar yang dikenakan pajak sebesar 10%. Bagian kelima berisi
tentang subjek wajib pajak yaitu orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau
pemanfaatan air. Bagian keenam berisi tentang pajak rokok dan subjek yang dikenakan wajib pajak
roko adalah konsumen rokok. Bagian ke tujuh berisi tentang pajak hotel yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran fasilitas hotel. Bagian kedepalan berisi tentang pajak restoran yang ditujukan
untuk konsumen restoran yang membeli makanan atau minuman. Bagian kesembilan berisi tentang
pajak hiburan yang ditujukan oleh pribadi penikmat hiburan yang diajukan oleh penyelenggara
hiburan. Bagian kesepuluh tentang pajak reklame yang berisi tentang jenis reklame yg terkena pajak
dan jenis reklame yang tidak terkena pajak. bagian kesebelas tentang pajak penerangan jalan yang
berisi tentang objek penerangan yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh sumber lain yang
dibayarkan secara pribadi. Bagian kedua belas tentang pajak mineral bukan logam dan batuan yang
berisi jenis2 mineral bukan logam yang terkena pajak dan yang tidak terkena pajak yang dibayarkan
secara pribadi. bagian ketiga belas berisi tentang pajak parkir yang diselenggarakan penyedia lahan
parkir dan dibayarkan oleh pribadi yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Bagian keempat
belas tentang pajak air tanah yang berisi tentang subjek yang dikenakan pajak dalam pengambilan
air tanah secara pribadi. bagian kelima belas berisi tentang pajak pengambilan buruk walet yang
dikenakan pajak secara pribadi. Bagian keenam belas berisi tentang pajak bumi dan bangunan
perdesaaan dan perkotaan yang dikenakan oleh pribadi atau badan usaha. Bagian ketujuh belas berisi
tentang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang dikenakan secara pribadi atau badan. Pada
Bab III Tentang Bagi Hasil Pajak Provinsi pada pasal 94 berisi ketentuan pembagian hasil
penerimaan pajak provinsi yang diperuntukkan bagi kabupaten/kota di wilayah provinsi yang
bersangkutan. Dimana hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor diserahkan sebesar 30%, hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
diserahkan sebesar 70%, hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan sebesar 70%, dan hasil
penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan sebesar 50%. Terkhusus untuk penerimaan Pajak Air
Permukaan dari sumber air yang berada hanya pada satu wilayah kabupaten/kota, diserahkan sebesar
80%. Ketentuan lebih lanjut mengenai bagi hasil penerimaan Pajak provinsi yang diperuntukkan bagi
kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi. Pada Bab IV Tentang Penetapan Dan
Muatan Yang Diatur Dalam Peraturan Daerah Tentang Pajak pada pasal 95 pajak ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tentang Pajak paling sedikit harus berisikan ketentuan
mengenai nama, objek, dan subjek pajak; dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak;
wilayah pemungutan; masa pajak; penetapan; tata cara pembayaran dan penagihan; kadaluwarsa;
sanksi administratif; tanggal berlaku. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Pajak adalah pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu
atas pokok pajak dan/atau sanksinya; tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa;
pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan
perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman internasional. Bab V Tentang Pemungutan
Pajak terdiri atas 11 pasal dan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai
tata cara pemungutan pajak, bagian kedua menjelaskan mengenai surat tagihan pajak, bagian ketiga
menjelaskan mengenai tata cara pembayaran dan penagihan pajak, bagian keempat menjelaskan
mengenai keberatan dan banding wajib pajak, dan bagian kelima menjelaskan mengenai pembetulan,
pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif.
Bab VI Tentang Retribusi, Terdapat tujuh bagian dan 47 pasal,yaitu Bagian Pertama
menjelaskan objek dan golongan retribusi, Bagian Dua menjelaskan retribusi jasa umum, bagian
ketiga menjelaskan retribusi jasa usaha, Bagian Empat menjelaskan retribusi perizinan dimana
bagian satu hingga empat beserta jenis dan penjelasannya. Sedangkan bagian kelima jenis, rincian
objek, dan kriteria retribusi. Bagian kelima tata cara penghitungan retribusi, dan bagian ketujuh
prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi yang berfokus tujuan dan sasaran. Bab VII Tentang
Penepatan dan Muatan yang Diatur Dalam PerDa tentang Retribusi yang berisi 1 pasal yang
menjelaska segala tentang retribusi yang ditetapkan oleh peratura daerah yang harus disosialisakian
terlebih dahulu sebelum ditetapkan. Bab VIII Tentang Pengawasan dan Pembatalan Peraturan
Pajak dan Retribusi terdiri dari tiga pasal, yaitu dimulai dari pasal 157 hingga pasal 159. Pada pasal
157 membahas mengenai evaluasi rancangan retribusi daerah mengenai pajak dan retribusi daerah
yang ditetapkan dan disampaikan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam negeri dapat berupa
persetujuan maupun penolakan. Pasal 158 dan pasal 159 membahas tentang masa waktu dan denda
terhadap keterlambatan administratif. BAB IX Pemungutan Retribusi, Terdapat tiga dengan tiga
pasal bagian yaitu Bagian Pertama menjelaskan tata cara pemungutan, Bagian Kedua pemanfaatan,
Bagian Ketiga keberatan. Bab X Tentang Pengembalian Kelebihan Pembayaran terdiri atas satu
pasal, yakni pasal 165 yang terbagi menjadi delapan ayat. Pada bab ini menjelaskan tentang
kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi, Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah. BAB XI Tentang Kadaluwarsa Penagihan,
terdapat tiga pasal yang menjelaskan tentang penagihan pajak atau hutang ataupun retribusi dan serta
menjadi kadaluarsa. BAB XII Tentang Pembukuan dan pemeriksaan yang mejelaskan tentang
pengusaha yang memiliki omzet 300 juta wajib menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan dan
ketentuan selanjutnnya mengenai tata cara pajak yang diatur oleh Peraturan Kepala Daerah. Bab
XIII Insentif Pemungutan Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Bab XIV Tentang Ketentuan Khusus yang menjelaskan tentang
larangan bagi pejabat dan tenaga ahli yg ditunjuk Kepala Daerah untuk memberitahukan segala yang
diketahuinya kepada wajib pajak dalam pekerjaan atau jabatannya untuk menjalankan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah. Bab XV Tentang Penyidikan terdiri atas satu pasal, yaitu
pasal 173 yang terdiri dari empat pasal. Pada bab ini berisi tentang Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Bab XVI Tentang Ketentuan Pidana,
Pasal 174 tentang Wajib Pajak yang karena alpanya tidak menyampaikan SPTPD dengan tidak benar
atau tidak lengkap akan dipidana kurungan paling lama 1 (tahun) atau pidana denda paling banyak 2
kali, Pasal 175 tentang Tindak Pidana di bidang Perpajakan Daerah tidak dituntut setelah jangka
waktu 5 tahun sejal Berakhirnya Masa Pajak , Pasal 176 tentang yang tidak melaksanakan wajib
retribusi diancam pidana kurungan paling lama 3 bulan, pasal 177 tentang pejabat yang ditunjuk
Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak merahasiakan hal sebagaimana pasal 172 dipidana
kurungan paling lama 1 tahun atau pidana denda sebanyak empat juta rupiah, Pasal 178 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 174,176, dan 177 ayat (1) dan (2) merupakan penerimaan Negara. Bab XVII
Tentang Ketentuan Peralihan. Pasal 179 tentang Berlakunya undang-undang ini, Pajak dan
retribusi yang masi terutang sebagimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) dan pada Pasal 2 ayat (2),
dan tentang Retribusi Jasa Umum sebagaiaman dimaksud Pasal 110 ayat (1), Retribusi Jasa Usaha
Pasal 127, dan Retribusi Perizinan Pasal 141, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang
bersangkutan dapat ditagih dalam jangka waktu 5 Tahun. Bab XVIII Ketentuan Penutup Pasal ini
membahas tentang keberlakuannya undang-undang ini, Peraturan Daerah tentang pajak akan tetap
berlaku dalam waktu yang telah ditentukan sampai diberlakukannya undang-undang ini.

Anda mungkin juga menyukai