- Kesetimbangan fase (Kualitatif): kondisi system yang secara makro tidak lagi mengalami
perubahan (statis)
- Kondisi statis (dalam tinjauan thermodinamika) propertis bahan yang digunakan pada
system yang ditinjau
- Actual keadaan kesetimbangan yang sebenarnya tidak pernah terjadi, karena pengaruh
kondisi lingkungan yang selalu mengalami perubahan
- Kesetimbangan memerlukan keseimbangan semua potensial yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan
- Kesetimbangan dianggap benar:
jika perubahan yang terjadi dapat diukur dengan alat ukur yang ada (Van Ness, 1975)
jika hasil perhitungan propertis yang didasarkan metode kesetimbangan mempunyai
akurasi yang baik.
digunakan pada system fluida: satu fase, sistem tertutup, tidak ada reaksi
* + * + ∑* + (B)
Dengan menganalogikan system dua fasa, maka system multi fase sebanyak π fase,
maka pada kondisi setimbang mempunyai harga potensial kimia yang sama, yaitu:
(E) * dapat dibuat kriteria kesetimbangan
system multi fase pada P dan T sama
* system akan berkesinambungan apabila
potensial kimia (µ) semua fase harganya
sama
* persamaan ini dapat dinyatakan dalam
fugasitas ( ̂ ) sehingga dapat lebih sesuai
untuk menyelesaikan masalh
kesetimbangan kimia.
Korelasi antara potensial kimia (µ) dan fugasitas ( ̂ ) :
̂ pada T konstan, dengan hasil integrasinya adalah:
̂ (F) = konstanta integrasi, harganya terhantung Temperatur.
Karena semua fase pada temperature yang sama, maka kriteria kesetimbangan fase
berdasarkan fugasitas (hasil substitusi E dan F) adalah:
̂ ̂ ̂
- Banyak dijumpai campuran cairan biner maupun multi komponen yangn hanya larut
sebagian.
- Campuran cairan yang hanya bercampur sebagian akan mengalami phase splitting.
- Phenomena terjadinya phase plitting pada saat terjadi kesetimbangan termodinamika
disebut kesetimbangan cair-cair (LLE)
- Kesetimbangan fase cair-cair banyak dijumpai pada proses ekstraksi menggunakan solven.
- Proses ekstraksi diperlukan informasi dan data komposisi komponen yang terdistribusi pada
fase ekstrak dan rafinat.
- LLE diperlukan perhitungan komposisi masing-masing fase pada saat terjadi kesetimbangan.
- Kriteria kesetimbangan pada system LLE yang terdiri dari :
N komponen pada T dan P seragam yang terdiri dari π fase, sbb:
̂ ̂ ̂
Apabila dikorelasikan dengan koefisien aktifitas ( ) :
Untuk komponen murni pada kondisi temperature system mepunyai fase cair
( ), maka:
(F1)
Jika komponen tersebut diterapkan pada system terner dua fase akan dihasilkan
Perhitungan komposi diatas memerlukan data koefisien aktivitas yang dihitung dengan
cara mengkorelasikan (energy gibbs excess).
Pada perhitungan LLE apabila persaman korelasi excess molar Gibbs ( ) dan komposisi
campuran ( telah diketahui, maka diperoleh persamaan yang dapat digunakan
menghitung koefisien aktivitas ( ).
Gabungan persamaan komponen system terner dua fase dengan persamaan neraca
masa pada flash calculation dapat digunakan untuk menghitung kompoisisi kedua
fase ( ) dengan cara iterasi.
- Sistem biner yang terdiri dari mol komponen 1 dan mol komponen 2, korelasi dan
koefisien aktivitas (γ) adalah:
(G)
( )
( )
Substitusi persamaan H dan J, serta persamaan I dan K, diperoleh fraksi mol lokal:
⁄
⁄
(L)
⁄
⁄
(M)
Persamaan NRTL pada Sistem Biner
Persamaan tersebut diterapkan pada teori dua-cell (two cell) yang dikemukakan
oleh Scott. Diasumsikan bahwa pada campuran biner terdapat dua macam cell:
molekul 1 dan molekul 2
Cell tipe molekul 1 sebagai pusat
o Energy Gibbs residualnya adalah jumlah semua energy Gibbs residual dua
molekul yang berinteraksi dengan molekul 1 yang berada di tengah. Energi
residual =
(N)
o Energy Gibbs residualnya adalah jumlah semua energy Gibbs residual dua
molekul yang berinteraksi dengan molekul 2 yang berada di tengah. Energi
residual =
(P)
o Apabila cairan murni 2, dan , maka energy Gibbs residual pada
cell dengan molekul 2 sebagi pusat, (Q)
Energi exess Gibbs molar pada larutan biner merupakan jumlah perubahan energy
Gibbs yang terjadi yaitu yang dipindah dari molekul:
o dari cell cairan murni 1 ke cell 1 larutan,
o dari cell cairan murni 2 ke cell 2 larutan,
o sehingga, molar exess Gibbs energinya:
( ) ( ) (R)
o substitusi persamaan J, K, N, O, P, Q ke dalam persamaan R, diperoleh:
(S) dan dari pers. L
dan M
Dimana:
Dengan:
Sedangkan fraksi mol komponen lokal k yang berdekatan dengan I, diberi notasi
Maka, kedua molekul lokal mempunyai persamaan korelasi:
⁄
⁄
(X)
o Dimana:
* ( )+ dan * ( )+ (Y)
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
o Dimana:
( ) dan ( )
∑ (∑ ) (AA)
o Dimana:
*( )+
( ) ∑ (∑ )
∑
∑
o Dimana:
( )( ) ( )
o Sedangkan fraksi luas, dan fraksi segmen rat-rata (sama dengan fraksi
volume), diperoleh dari persamaan:
∑ ∑
dan ∑ ∑
x = fraksi mol
* ( )+ dan * ( )+
o Dimana:
Parameter merupakan karakteristik energy interaksi antara molekul I dan
molekul j
o Persamaan ini dapat juga dinyatkan dalam bentuk parameter interaksi biner
dan sbb:
* ( )+ *( )+ dan * ( )+
*( )+
∑ ∑
∑ ∑
( )
merupakan ukuran energy dari interaksi antar grup m dan n.
Parameter interaksi antar grup (dalam satuan Kelvin) harus
dievaluasi dari data kesetimbangan fase eksperimen.
Dengan menjumlahkan fraksi pada persamaan AB pada ketiga komponen, maka
diperoleh persamaan yang harus diselesaikan pada perhitungan komposisi
kesetimbangan:
∑
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan cara iterasi harga β seperti pada
metode perhitungan flash.
Apabila telah diperoleh harga β, mak dapat dihitung menggunakan persamaan AB
Komposisi kesetimbangan pada fase II dihitung berdasarkan persamaan:
( )
Kelarutan
Daerah Fase Diagram Kesetimbangan Terner
A-B B-C A-C
Pada system terner, bentuk diagram fase sangat dipengaruhi oleh temperature.
Untuk dapat mengetahui pengaruh temperature pada system terner, dapat dilakukan
dengan membuat korelasi secara matematis koefisien aktifitas sebagai fungsi
temperature.
Berdasarkan persamaan korelasi tersebut dapat dilakukan interpolasi maupun
ekstrapolasi pada berbagai temperature, kemudian digambarkan kurva bimodal pada
masing-masing temperature.
Korelasi model UNIQUAC dan NRTL dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh
temperature terhadap kesetimbangan terner.