Anda di halaman 1dari 17

INISIASI IV

MANAJEMEN KEUANGAN

Memahami Kondisi Keuangan Perusahaan

Dalam materi ini pertama kali akan dibahas mengenai pemahaman laporan
keuangan karena semua keputusan manajer keuangan akan didasarkan pada laporan
keuangan yang telah disusun. Secara umum, laporan keuangan yang disusun oleh setiap
perusahaan antara lain laporan neraca, laporan rugi laba dan laporan arus kas.
 Laporan neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu perusahaan pada suatu saat, biasanya pada akhir periode.
 Laporan rugi laba adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha suatu
perusahaan selama satu periode.
 Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi kas suatu
perusahaan pada akhir periode.
Dari laporan-laporan tersebut dapat dilihat kinerja perusahaan tersebut apakah
perusahaan mempunyai prospek yang baik atau tidak. Untuk mengetahui
perkembangan kinerja perusahaan, kita dapat melakukan analisis terhadap laporan
keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan dapat dikelompokkan
dalam 5 kelompok yaitu :
A. Rasio leverage. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahan menggunakan
utang. Beberapa analisis menggunakan rasio solvabilitas yang berarti mengukur
kemampuan memenuhi kewajiban keuangannya. Beberapa rasio yang dapat
digunakan diantaranya sebagai berikut.

1) Debt to equity ratio. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dengan
modal sendiri. Dinyatakan dalam rasio sebagai berikut.
total kewajiban
Debt to equity ratio =
modal sendiri

*Perhatikan bahwa rasio ini menggunakan angka-angka yang ada dalam


laporan laba rugi.

2) Times interst earned. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba operasi (kadang
juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar bunga utang. Dinyatakan
dalam rumus:
Laba operasi + penyusutan
Times interest earned =
bunga

3) Debt service coverage. Kewajiban finansial yang timbul karena menggunakan


utang tidak hanya karena membayar bunga dan sewa guna (leasing). Ada juga

1
kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok pinjaman. Debt service
coverage dirumusakan sebagai berikut.
(laba operasi + penyusutan)
DSC =
Bunga + sewa guna + {(angsuran pokok pinjaman)/(1-t)}
*t = tarif pajak penghasilan (income tax).

B. Rasio Likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi


kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio yang digunakan meliputi:
1) Modal kerja neto dengan total aktiva. Modal kerja neto menunjukkan secara
kasar, potensi cadangan kas dari perusahaan. Rasio ini dinyatakan sebagai
berikut.
Modal kerja netto
NWC – TA = x 100%
Aktiva total

2) Current ratio. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa
dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio ini dinyatakan sebagai
berikut.
Aktiva lancar
Current ratio =
Utang lancar

3) Quick atau Acid Test Ratio. Oleh karena persediaan merupakan rekening yang
paling lama untuk berubah menjadi kas, maka rekening persediaan mungkin
dikeluarkan dari perhitungan. Dengan demikian, maka rasionya dinyatakan
sebagai berikut.
(aktiva lancar – persediaan)
Quick ratio =
Utang lancar

C. Rasio profibalitias dan efisiensi. Rasio-rasio ini dimaksudkan untuk mengukur


efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva
perusahaan). Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan. Beberapa
rasio yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut.
1) Rentabilitas Ekonomi. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan
memperoleh laba dari operasi perusahaan. Rasio rentabilitas ekonomis
ditunjukkan sebagai berikut.
laba operasi
Rentabilitas ekonomi = x 100%
(rata-rata) aktiva

2
2) Rentabilitas modal sendiri atau return on equity. Rasio ini mengukur seberapa
banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.
laba setelah pajak
Rentabilitas modal sendiri = x 100%
(rata-rata) modal sendiri

3) Return on investment (ROI). ROI menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang
dapat diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Rumus ROI
sebagai berikut.
Laba setelah pajak
ROI = x 100%
(rata-rata) aktiva

4) Profit Margin. Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional


dapat diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Rumus profit margin sebagai
berikut.
Laba operasi
Profit margin = x 100%
penjualan

5) Perputaran aktiva. Rasio ini mengukur seberapa banyak penjualan bisa


diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki. Rumus perputaran aktiva
sebagai berikut.
penjualan
Perputaran aktiva = x 1 kali
(rata-rata) aktiva

6) Perputaran piutang. Rasio ini mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam
satu tahun.

Penjualan kredit
Perputaran piutang = x 1 kali
(rata-rata) piutang
7) Perputaran persediaan. Rasio ini mengukur berapa lama rata-rata barang
berada di gudang.

Harga pokok penjualan


Perputaran persediaan= x 1 kali
(rata-rata) persediaan

3
D. Rasio-rasio nilai pasar. Rasio=rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari
laporan keuangan dan pasar modal. Rasio-rasio tersebut adalah sebagai berikut.
1) Price Earning Ratio. Rasio ini membandingkan antara harga saham (yang
diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik
perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rumusnya sebagai berikut.

Harga saham
Price Earnings Ratio (PER) = x 1 kali
Laba per lembar saham

2) Market to book value ratio.

Harga saham
Market to book value ratio = x 1 kali
Nilai buku per saham

Contoh.

Neraca PT. TSR pada 31 Desember 19x1 dan 19x2 (dalam jutaan rupiah).

19x 19x 19x 19x


  1 2     1 2

Kas 22 25 Utang dagang 91 89


Sekuritas 10 15 Utang wesel 40 20
Piutang 170 176 Utang pajak 30 32
Persediaan 117 112 Utang bank 120 120
Total aktiva lancar 319 328 Kewajiban lancar 281 261
     
Utang jangka
Aktiva tetap (bruto) 700 700 panjang 200 100
Akumulasi (10 (15
penyusutan 0) 0) Modal sendiri:  
Aktiva tetap (neto) 600 550 Saham 300 300
    Laba yg ditahan 138 217
TOTAL 919 878   TOTAL 919 878

4
Laporan Lab Rugi PT. TSR, 1/1/19x2 - 31/12/19x2 (dalam jutaan rupiah)

Penjualan   2,200

Biaya operasi, tdk termasuk depresiasi & amortisasi 1,850


Earnings before interest taxes depreciation and 350
amortazion (EBITDA)

5
Depresiasi 0  
Amortisasi 0  
Depresiasi dan amortisasi 50
Laba operasi (EBIT) 300
dikurangi bunga 56
Laba sbl pajak (EBT) 244
Pajak 32% 78
Laba stlh pajak (EAT)   166

Rasio-rasio keuangan:
1. Debt to equity ratio 19x2 = (100+261)/(517) = 0,411 = 41,1%
Artinya perusahaan dibiayai oleh utang sebesar 41,1 %. Atau kreditor
menyediakan Rp0,411 pendanaan untuk setiap Rp1 yang disediakan oleh
pemegang saham. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas
pengaman kreditor jika terjadi kerugian.
2. Time interest earned 19x2 = 300/56 = 5,36
Artinya biaya bunga dapat ditutup 5,36 kali dari laba sebelum bunga dan pajak.
Jika nilai ini lebih rendah dari nilai rata-rata industri, maka perusahaan akan
menghadapi kesulitan jika berusaha mencari pinjaman dana.
3. Debt service coverage 19x2 = (300+56)/[56+{50/(1-0,35)}] = 2,63
Artinya
(misal, angsuran pokok pinjaman ter th yg hrs dibayar perusahaan adalah Rp50
jt dan tarif pajak (=t) adalah 35%)
4. NWC-TA 19x2 = (328-261)/878 x 100% = 0,076
Artinya: kira-kira 7,6% dari total aktiva bisa diubah menjadi kas dalam waktu
pendek setelah dipakai melunasi kewajiban jangka pendeknya.
5. Current ratio 19x2 = 328/261 = 1,26
Artinya setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan Rp1,26 aktiva lancar atau
Rp1,26 modal kerja. Semakin tinggi rasio ini, perusahaan semakin dianggap
mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya.
6. Quick atau acid test ratio 19x2 = (328-112) / 261 = 0,83
Artinya karena quick ratio dibawah 1, maka aktiva cepat yang ada tidak mampu
membayar kewajiban lancar. Setiap Rp1 kewajiban lancar, hanya mampu
dipenuhi oleh aktiva cepat sebesar Rp0,83

5
7. Rentabilitas ekonomis 19x2 = [300/{(919+878)/2}] x 100% = 33,4%
Artinya laba yang dapat dihasilkan adalah sebesar 33,4% dari aktiva yang
dimiliki.
8. Rentabilitas modal sendiri 19x2 = [166/{438+517)/2}] x 100% = 34,8
9. ROI 19x2 = [166/{919 + 878)/2}] x 100% = 18,5%
10. Profit margin 19x2 = (300/2.200) x 100% = 13,6%
Artinya setiap Rp1 penjualan dapat menghasilkan laba bersih setelah pajak
sebesar Rp0,13.
11. Perputarn aktiva 19x2 = 2.200/[(919+878)/2] x 1 kali = 2,45 kali
Artinya: rata-rata periode pengumpulan aktiva adalah 360 hari/2,45 = 146,94
hari
12. Perputaran piutang 19x2 = 2.200/{(170 + 176)/2} x 1 kali = 12,7 kali
Artinya: rata-rata periode pengumpulan piutang adalah 360 hari/12,7 = 28.3 hari
13. Perputaran persediaan 19x2 = 1.500/(117+112)/2 x 1 kali = 13,1
Artinya: rata-rata barang berada di gudang selama 350 hari/13,1 = 27,5 hari.
14. Price earnings ratio = 800/166 x 1 kali = 4,8 kali.
15. Market to book ratio = 800/517 = 1,55.

Setelah Saudara dapat menghitung kemampuan perusahaan dengan menggunakan


rumus rasio keuangan, tahap berikutnya yang perlu Saudara ketahui adalah bagaimana
menafsirkan rasio-rasio keuangan tersebut. Untuk menafsirkan rasio keuangan kita
menggunakan asumsi bahwa metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan yang
akan kita analisis adalah konsisten dari waktu ke waktu, dan sama dengan yang
digunakan oleh perusahaan lain. Ada dua cara untuk menafsirkan rasio keuangan yaitu :
A. Membandingkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan di masa yang lalu.
B. Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan-perusahaan lain dalam satu
industri.
Dari ke dua cara diatas cara kedua yang paling baik karena dapat mengetahui
kedudukan relatif perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.

Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang perputarannya lebih dari satu
tahun. Biasanya perusahaan mewujudkan dalam bentuk investasi aktiva tetap.
Karakteristik dari investasi aktiva tetap ini adalah memerlukan jumlah dana yang cukup
besar dan perputarannya lebih dari satu tahun. Untuk itu sebelum melakukan investasi
ini perlu dilakukan analisis apakah rencana investasi aktiva tetap tersebut
menguntungkan atau tidak. Untuk menganalis tersebut dapat digunakan metode :
1. Net Present Value (NPV)

6
2. Payback
3. Internal Rate of Return (IRR)
4. Average Rate of Return (ARR)

Metode NPV
Metode ini merupakan model yang memperhitungkan pola cash flows keseluruhan dari
suatu investasi, dalam kaitannya dengan waktu, berdasarkan discount rate tertentu.

Terdapat beberapa dasar pengertian yang perlu dipahami terlebih dahulu, yaitu :
1. Pengertian Present Value, Present value adalah nilai
sekarang. Untuk menentukan beberapa nilai sekarang perlu digunakan discount
rate atau tingkat keuntungan yang diharapkan.
Misalnya : Suatu investasi diharapkan selama 3 tahun mendatang akan
menghasilkan keuntungan rata-rata Rp1.000.000,00 per tahun. Apabila tingkat
discount ratenya 10 % maka nilai sekarang dari keuntungan tersebut adalah.
PV 1 = Rp1.000.000,00 X 0,909 *) = Rp 909.000,00
PV 2 = Rp1.000.000,00 X 0,826 = Rp 826.000,00
PV 3 = Rp1.000.000,00 X 0,751 = Rp 751.000,00
---------------------------
Total Present Value = Rp2.486.000,00

*) Untuk menentukan discount factor pada discount rate 10 % lihat tabel A1

Jadi nilai sekarang dari penerimaan Rp1.000.000,00 per tahun selama 3 tahun
adalah Rp2.486.000,00. Perhatikan bahwa nilai ini lebih kecil daripada nilai
perkiraan sebesar Rp3.000.000 (3 x Rp1.000.000).

2. Pengertian cash flow


Cash flow atau proceed atau net cash flows adalah laba setelah pajak (EAT) +
depresiasi.

3. Pengertian Net Investment (Outlay)


merupakan sejumlah dana yang digunakan untuk investasi

Rumus NPV = PV net cash flow – PV net investment

Kriteria yang dipakai untuk menolak atau menerima suatu investasi dengan
menggunakan metode NPV adalah investasi yang menghasilkan NPV positif dan
terbesar.

Contoh 1 :
Proyek A dan B membutuhkan investasi sebesar Rp8.000.000,00 Pola cash flow
untuk masing proyek diperkirakan sebagai berikut.

7
Proyek manakah yang
Tahun Proyek A Proyek B menguntungkan apabila
1 Rp4.000.000,00 Rp1.000.000,00 dapat penilaian
2 Rp4.000.000,00 Rp2.000.000,00 menggunakan metode
3 Rp2.000.000,00 Rp3.000.000,00 NPV. Discount rate
4 Rp1.000.000,00 Rp4.000.000,00 diperhitungkan 8 %.

Proyek A.
PV Penerimaan
tahun 1 = Rp4.000.000,00 X 0,926 =Rp 3,704.000,00
2 = Rp4.000.000,00 X 0,857 =Rp 3,428.000,00
3 = Rp2.000.000,00 X 0,794 = Rp 1,588.000,00
4 = Rp1.000.000,00 X 0,735 = Rp 735.000,00
---------------------------
Total PV Proceed = Rp 9.455.000,00

PV pengeluaran
= Rp8.000.000,00 X 1 = Rp 8.000.000,00
--------------------------
NPV = Rp 1.455.000,00
Proyek B.
PV penerimaan
tahun 1 = Rp1.000.000,00 X 0,926 = Rp 926.000,00
2 = Rp2.000.000,00 X 0,857 = Rp 1,714.000,00
3 = Rp3.000.000,00 X 0,794 = Rp 2.382.000,00
4 = Rp4.000.000,00 X 0,735 = Rp 2.040.000,00
---------------------------
Total PV Proceed = Rp 7.062.000,00
PV pengeluaran
= Rp8.000.000,00 X 1 = Rp 8.000.000,00
----------------------------
NPV = Rp - 938.000,00

Kesimpulan : Proyek yang diterima adalah Proyek A karena menghasilkan NPV


positif sebesar Rp1.455.000,00

Contoh 2 :
Sebuah perusahaan akan berinvestasi dengan membeli satu mesin baru. Terdapat
penawaran mesin yang akan diimpor dari Jepang dengan harga Rp300.000.000,
taksiran umur ekonomis mesin selama 4 tahun dan nilai sisa sebesar Rp80.000.000
pada tahun keempat berdasarkan perhitungan metode penyusutan garis lurus.
Mesin ini diharapkan mampu memberikan laba setelah pajak sebesar

8
Rp100.000.000 pada tahun pertama sampai dengan tahun keempat. Pihak
manajemen harus menentukan apakah mesin tersebut memberikan keuntungan
bagi perusahaan ataukah tidak. Apabila hasil analisis finansial menunjukkan bahwa
mesin tersebut memberi keuntungan, maka perusahaan akan membelinya.
Sebaliknya, apabila ternyata mesin tersebut tidak memberikan keuntungan, maka
perusahaan akan beralih ke tawaran lain yang lebih menguntungkan.

Pertanyaan:
Tentukan apakah penawaran mesin dari Jepang tersebut sebaiknya dibeli atau tidak
dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) dengan tingkat bunga yang
relevan adalah 16% per tahun !

Jawab:
Penyusutan per tahun = (harga perolehan – nilai sisa) / usia ekonomis
= (300.000.000 – 80.000.000) / 4 = Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I – tahun IV =Rp100.000.000 + Rp55.000.000 =
Rp155.000.000

PV kas masuk tahun I = 155.000.000/(1+0,16)1 = 133.620.689,7


PV kas masuk tahun II = 155.000.000/(1+0,16)2 = 115.190.249,7
PV kas masuk tahun III = 155.000.000/(1+0,16)3 = 99.301.939,4
PV kas masuk tahun IV = 155.000.000/(1+0,16)4 = 85.605.120,17
------------------ +
433.717.999

PV nilai sisa di tahun IV = 80.000.000/(1+0,16)4 = 44.183.287,83


NPV = -300.000.000 + 433.717.999 + 44.183.287,83 = +Rp177.901.286,

Dengan demikian, karena NPV bernilai positif, maka berarti mesin dari Jepang tersebut
menguntungkan sehingga keputusannya adalah dibeli.

Alternatif jawaban kedua dengan menggunakan tabel PV:


Penyusutan per tahun = (harga perolehan – nilai sisa) / usia ekonomis
= (300.000.000 – 80.000.000) / 4 = Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I – tahun IV = Rp100.000.000 + Rp55.000.000 =
Rp155.000.000

PV kas masuk tahun I s.d tahun IV adalah: Tabel A2 (16%,4) x 155.000.000


= 2,798 x 155.000.000 = 433.690.000

PV nilai sisa di tahun IV: Tabel A1 (16%,4) x 80.000.000


= 0,552 x 80.000.000 = 44.160.000
NPV = -300.000.000 + 433.690.000 + 44.160.000 = 177.850.000

9
Dengan demikian, karena NPV bernilai positif, maka berarti mesin dari Jepang
tersebut menguntungkan sehingga keputusannya adalah dibeli.

Payback Period
Metode ini mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
investasi semula, melalui proceed yang dihasilkan dalam setiap periode. Untuk itu
metode ini sering disebut metode yang paling sederhana, karena tidak
memperhitungkan konsep nilai waktu uang (time value of money), sehingga cash flows
tidak dikaitkan dengan discount rate tertentu.

Contoh 1:
Proyek A dan B membutuhkan investasi masing-masing sebesar Rp10.000.000,00 Pola
cash flow untuk masing proyek diperkirakan sebagai berikut.

Tahun Pola Cash Flows


Proyek A Proyek B
1 Rp 5.000.000,00 Rp 3.000.000,00
2 Rp 5.000.000,00 Rp 4.000.000,00
3 Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00
4 Rp 2.000.000,00 Rp 4.000.000,00

Dari data tersebut di atas, maka payback period dapat dihitung :


Proyek A = 2 tahun
Proyek B = 3 tahun

Metode payback tersebut dapat juga dimodifikasi agar agar tidak timbul kelemahan,
yaitu dengan jalan memperhitungkan memperhitungkan konsep nilai waktu uang (time
value of money), sehingga pola cash flows dikalikan dengan discount ratenya. Metode
ini disebut metode Payback period yang didiskontokan

Contoh 2 :
Dari soal di atas, apabila ke dua proyek tersebut diperhitungkan dengan discount rate 8
%, maka Payback period yang didiskontokan adalah :
Proyek A.
PV Proceed
tahun 1 = Rp5.000.000,00 X 0,926 = Rp 4,630.000,00
2 = Rp5.000.000,00 X 0,857 = Rp 4,285.000,00
3 = Rp3.000.000,00 X 0,794 = Rp 2,382.000,00
4 = Rp2.000.000,00 X 0,735 = Rp 1,470.000,00

10
Dari data tersebut di atas, maka payback period yang didiskontokan adalah :
Proyek A:
Tahun 1: Rp 4.630.000,00
Tahun 2: Rp 4,285.000,00
Rp 8.915.000,00

Sisa: Rp.10.000.000 – Rp. 8.915.000 = Rp.1.085.000

Pemasukan tahun ke 3: (Rp.1.085.000/Rp.2.382.000) x 12 bln = 5,46 bulan = 5,5 bulan

Pengembalian Proyek A selama = 2 tahun; 5,5 bulan

Proyek B.
PV Proceed
tahun 1= Rp3.000.000,00 X 0,926 = Rp 2,778.000,00
2= Rp4.000.000,00 X 0,857 = Rp 3,428.000,00
3= Rp3.000.000,00 X 0,794 = Rp 2,382.000,00
4= Rp4.000.000,00 X 0,735 = Rp 2.940.000,00

Tahun 1: Rp 2,778.000,00
Tahun 2: Rp 3,428.000,00
Tahun 3: Rp 2,382.000,00
Rp 8.588.000,00

Sisa: Rp.10.000.000 – Rp. 8.588.000 = Rp.1.412.000

Pemasukan tahun ke 4: (Rp.1.412.000/Rp.2.940.000) x 12 bln = 5,76 bulan = 5,8 bulan

Pengembalian Proyek B selama = 3 tahun; 5,8 bulan

Internal Rate of Return (IRR)


Prinsip dari metode ini adalah bagaimana menentukan discount rate yang dapat
mempersamakan present value dari proceed dengan outlay atau net investment,
sehingga pada keadaan ini NPV = 0.
Sehubungan dengan hal tersebut ada hubungan antara konsep NPV dengan IRR, Konsep
NPV, mencari NPV pada discount rate tertentu, sedangkan konsep IRR justru mencari
discount rate yang diinginkan. Rumus menentukan discount rate yang dicari dapat
dirumuskan sebagai berikut :

O u tla y     . . . . . ( 1 P rr n ) n
P r1 P r2 Pr3

( 1r )1 ( 1r ) 2 ( 1r ) 3

11
Keterangan :
Pr 1,2,3. . . .n = Proceed tahun ke
r = IRR

Untuk mencari besarnya r dapat dilakukan dengan metode trial and error (coba-coba).

Contoh 1:
Lihat Contoh 1 soal pada NPV, untuk proyek A dan proyek B dapat dicari IRR nya dengan
menggunakan discount rate pada alternatif tingkat bunga 8 % dan 18 %.
Proyek A.
PV penerimaan DF 8 %
tahun 1 = Rp4.000.000,00 X 0,926 = Rp 3,704.000,00
2 = Rp4.000.000,00 X 0,857 = Rp 3,428.000,00
3 = Rp2.000.000,00 X 0,794 = Rp 1,588.000,00
4 = Rp1.000.000,00 X 0,735 = Rp 735.000,00
----------------------------
Total PV Proceed = Rp 9.455.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1 = Rp 8.000.000,00
---------------------------
NPV = Rp 1.455.000,00

PV penerimaan DF18 %
tahun 1 = Rp4.000.000,00 X 0,847 = Rp 3,388.000,00
2 = Rp4.000.000,00 X 0,718 = Rp 2,872.000,00
3 = Rp2.000.000,00 X 0,609 = Rp 1,218.000,00
4 = Rp1.000.000,00 X 0,516 = Rp 516.000,00
----------------------------
Total PV Proceed = Rp 7.994.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1 = Rp 8.000.000,00
---------------------------
NPV Rp - 6.000,00

Dari hasil perhitungan tersebut, discount rate yang dicari terletak antara 8 % dan 18 %.
Untuk mencari discount rate yang tepat, dapat dilakukan dengan interpolasi sebagai
berikut :

- 6.000 0 1,455.000

18 % IRR 8%

12
6 .0 0 0
IRR = 18 % - 1 . 4 6 1 . 0 0 0 X 10 %
= 18 % - 0.04 %
= 17,96 %

Proyek B.
PV penerimaan DF 8 %
tahun 1 = Rp 1.000.000,00 X 0,926 = Rp 926.000,00
2 = Rp 2.000.000,00 X 0,857 = Rp 1,714.000,00
3 = Rp 3.000.000,00 X 0,794 = Rp 2.382.000,00
4 = Rp. 4.000.000,00 X 0,735 = Rp 2.040.000,00
----------------------------
Total PV Proceed = Rp 7.062.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1 = Rp 8.000.000,00
---------------------------
NPV = Rp - 938.000,00

PV penerimaan DF 2 %
tahun 1 = Rp1.000.000,00 X 0,980 = Rp 980.000,00
2 = Rp2.000.000,00 X 0,961 = Rp 1,922.000,00
3 = Rp3.000.000,00 X 0,942 = Rp 2,826.000,00
4 = Rp4.000.000,00 X 0,924 = Rp 3.696.000,00
----------------------------
Total PV Proceed = Rp 9.424.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1= Rp 8.000.000,00
---------------------------
NPV = Rp 1.424.000,00

Dari hasil perhitungan tersebut, discount rate yang dicari terletak antara 2 % dan 8 %.
Untuk mencari discount rate yang tepat, dapaat dilakukan dengan interpolasi sebagai
berikut :

- 938.000 0 1,424.000

8% IRR 2%

9 3 8 .0 0 0
IRR = 8 % - 2 . 3 6 2 . 0 0 0 X 6 %
= 8 % - 3,95 %
= 4,05 %

13
Contoh 2:
PT. MERAH DELIMA

PT. Merah Delima merupakan produsen makanan dan memiliki produk unggulan
berupa mie instant yang merupakan produk dengan tingkat penjualan terbesar. Untuk
produk mie instant, PT. Merah Delima juga berhasil melakukan ekspor ke berbagai
negara antara lain Jepang, Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Namun
demikian, dalam dua tahun terakhir, terjadi penurunan penjualan produk mie instant
karena semakin banyaknya produk pesaing. Berkaitan dengan hal tersebut, pihak
manajemen mempertimbangkan penggantian mesin yang lama karena dinilai sudah
tidak produktif lagi dan memerlukan biaya perawatan yang mahal karena sering
mengalami kerusakan. Berkaitan dengan pengadaan mesin baru, pimpinan tengah
mempertimbangkan untuk melakukan pembelian mesin yang diimpor dari Jepang.
Mesin tersebut memiliki kemampuan otomatisasi yang tinggi sehingga dapat
mengurangi tenaga kerja langsung. Mesin tersebut bernilai Rp320 juta dan memiliki
umur ekonomis selama 30 tahun. Dalam hal pengadaan mesin, perusahaan memiliki dua
alternatif pengadaan, yaitu alternatif pertama adalah membeli mesin tersebut dengan
cara dicicil langsung melalui produsen dengan keharusan membayar DP sebesar Rp20
juta dan sisa cicilan dibayarkan sebesar RP16,5 juta per bulan selama 30 bulan.
Alternatif kedua adalah melakukan pinjaman kepada pihak lain sebesar Rp. 320 juta
dengan cicilan Rp19,5 juta per bulan selama 35 bulan.

Pertanyaan:
Cara pembelian mesin yang paling menguntungkan, apakah membeli mesin
langsung secara kredit atau menggunakan pinjaman dana dari pihak lain dengan
menggunakan metode internal rate of return (IRR)!

Jawab:
Alternatif I: membeli mesin langsung secara kredit
Harga mesin: Rp320 juta, DP Rp20 juta, cicilan Rp16,5 juta selama 30 bulan
Dengan harga mesin Rp320 juta dan DP Rp20 juta, maka harga yang harus dibayar untuk dicicil adalah
Rp300 juta.

300 juta = 16,5 juta [1/(1+i) + 1/(1+i)2 ... + 1/(1+i)30]


300 / 16,5 = 18,18182
Apabila dilihat pada tabel A2, maka angka 18,18 dengan n=30 terletak pada kisaran tingkat bunga 3% dan
4%. Oleh karena itu harus dilakukan interpolasi.

Tingkat bunga Diskon faktor annuity Angsuran PV pembayaran angsuran


3% 19,6004 Rp16,5 juta Rp323,4066 juta
4% 17,2920 Rp16,5 juta Rp285,3180 juta
Selisih 1% Rp 38,0886 juta

Selanjutnya, mahasiswa dapat menjawab dengan pendekatan pada bunga 3% atau 4% sebagai berikut.

14
Bunga 4%:
Rp300 juta – Rp285,318 juta = Rp14,682 juta
Nilai dalam % angka:
(14,682/38,0886) x 1% = 0,38547%
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 4% - 0,38547% = 3,61453%

Atau
Bunga 3%:
Rp323,4 juta – Rp300 juta = Rp23,4066 juta
Nilai dalam % angka:
(23,4066/38,088) x 1% = 0,61453
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 3% + 0,61453 = 3,61453%

Alternatif II
Pinjaman Rp320 juta, cicilan Rp19,5 juta selama 35 bulan
320 juta = 19,5 juta [1/(1+i) + 1/(1+i)2 ... + 1/(1+i)35]
320/19,5 = 16,41026
Apabila dilihat pada tabel A2, maka angka 16,41026 dengan n=35 terletak pada tingkat bunga 4% dan 5%.
Oleh karena itu harus dilakukan interpolasi.

Tingkat bunga Diskon faktor annuity Angsuran PV pembayaran angsuran


4% 18,6646 Rp19,5 juta Rp363,9597 juta
5% 16,3742 Rp19,5 juta Rp319,2969 juta
Selisih 1% Rp 44,6628 juta

Selanjutnya, mahasiswa dapat menjawab dengan pendekatan pada bunga 4% atau 5% sebagai berikut.

Bunga 4%:
Rp363,9597 juta – Rp320 juta = Rp43,9597 juta
Nilai dalam % angka:
(43,9597 /44,6628) x 1% = 0,984258%
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 4% + 0,984258% = 4,985258%

Atau
Bunga 5%:
Rp320 juta – Rp319,2969 juta = Rp0,7031juta
Nilai dalam % angka:
(0,7031/44,6628) x 1% = 0,015742
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 5% - 0,015742% = 4,958258

15
Average Rate of Return (ARR)
Dalam menganalisis rencana investasi dengan metode ini adalah lain dari metode yang
telah dijelaskan terdahulu karena dalam metode ini hanya memperhitungkan laba
setelah pajak bukan proceed, sehingga rumus dari ARR ini adalah :

R a ta - r a t a la b a s e t e la h p a ja k
ARR = R a ta - r a ta in v e s ta s i x 100 %

In v e s ta s i a w a l + In v e s ta s i a k h ir
Rata-rata investasi = 2
Contoh soal :
Berikut ini adalah rencana investasi proyek A dan B
- Inv. proyek A = Rp600 juta usia investasi 6 tahun
- Inv. proyek B = Rp720 juta usia investasi 6 tahun
Proceed untuk proyek A dan B diperkirakan sebagai berikut :

Tahun Proyek A Proyek B


1 Rp 200 juta Rp 450 juta
2 Rp 200 juta Rp 220 juta
3 Rp 200 juta Rp 200 juta
4 Rp 200 juta Rp 130 juta
5 Rp 200 juta Rp 130 juta
6 Rp 200 juta Rp 130 juta

Proyek manakah yang dipilih berdasarkan metode ARR

Penyelesaian :
Depresiasi untuk:
R p 6 0 0 ju ta
Proyek A = 6 = Rp100 juta

R p 7 2 0 ju ta
Proyek B = 6 = Rp120 juta

Laba setelah pajak untuk proyek A dan B adalah :

Proyek A Proyek B
Investasi Rp 600 juta Rp 720 juta
Rata-rata
investasi Rp 300 juta (600 jt :2) Rp 360 juta (720 jt : 2)

16
Laba stlh pajak
Tahun :
1 Rp 100 juta Rp 330 juta

2 Rp 100 juta Rp 100 juta

3 Rp 100 juta Rp 80 juta

4 Rp 100 juta Rp 10 juta


5 Rp 100 juta Rp 10 juta
6
Rp 100 juta Rp 10 juta
--------------------- --------------------
Rp 600 juta : 6 Rp 540 juta : 6
Rata laba Rp 100 juta Rp 90 juta
setelah
pajak
ARR Rp 100 juta Rp 90 juta
------------------ = 33,33 % ------------------ = 25,00 %
Rp 300 juta Rp 360 juta
Proyek yang dipilih berdasarkan metode ARR adalah proyek A karena menghasilkan ARR
terbesar.

17

Anda mungkin juga menyukai