Anda di halaman 1dari 16

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Makalah disusun dalam memenuhi tugas

Mata Kuliah : Agama Islam

Dosen Pengampu : Wasi’un, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Nama : Yosie Maulida Kusumaningtias

NIM : P1337420719025

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nyat, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat
meyelesaikan makalah tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini saya susun secara maksimal dengan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada


kekurangan baik dari segi isi materi, susunan kalimat, maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan


ini dapat memberikan pengetahuan, manfaat, maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Magelang, 22 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman modern ini, mengalami


banyak perubahan dan sangat cepat, sedangkan agama bergerak tidak
secepat arus globalisasi pada saat ini, karena itu tidak terjadi
keharmonisan antara agama, ilmu pengetahuan, serta teknologi yang
sedang berkembang pesat. Dalam ensiklopedi agama dan filsafat
dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-Nya
untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-Nya kepada
Nabi Muhammad SAW dan menugaskannya untuk menyampaikan agam
tersebut kepada seluruh manusia dengan mengajak mereka untuk
memeluknya.

Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap ilmu sains. Al-Quran dan Al-Sunnah mengajak
kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan,
serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat
yang tinggi. Apabila kita memperhatikan ayat Al-Quran mengenai
perintah menuntut ilmu, kita akan menemukan bahwa perintah itu
bersifat umum, tidak terkecuali pada ilmu-ilmu yang disebut ilmu agama,
yang ditekankan dalam Al-Quran adalah ilmu itu bermanfaat atau tidak.
Adapun ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang ditujukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai bentuk pengabdian kepada-
Nya.

Pembaruan dalam Islam memang sangat dianjurkan selama


pembaruan itu tidak menghilangkan ajaran-ajaran islam yang otentik,
akan tetapi justru memperkuat, mempertinggi, dan mengangkat
martabat umat Islam dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia. 1

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum


sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan
dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan
yang dimilikinya.2

1
Baso Hasyim, http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/319, 2013
2
Zamroni Latief,
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/564/546
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Ilmu dan Ilmu Pengetahuan

Menurut KBBI, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang


disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
pengetahuan.3 Kata ilmu itu sendiri berasal dari bahasa Arab ‘alima,
artinya mengetahui, mengerti. Maknanya, seorang dianggap mengerti
karena sudah mengetahui sumber atau fakta lewat pendengaran,
penglihatan, dan hatinya. Didalam Al-Quran terdapat kata-kata tentang
ilmu berbagai bentuk ( ‘ilma, ‘ilmi, ‘ilmu,’ilman, ‘ilmihi, ‘ilmuha,
‘ilmuhum ) sebanyak 99 kali.4

Dalam sudut pandang islam, ilmu sendiri diartikan sebagai


pengetahuan yang diperoleh berdasarkan ijtihad atau hasil pemikiran
mendalam ulama dan ilmuwan muslim yang didasarkan pada Al-Quran
dan hadits. Al-Quran dan hadits adalah pedoman hidup manusia dan
didalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang bersifat universal. Allah
bahkan menurunkan ayat pertama yang berbunyi bacalah pada surat Al-
Alaq yang memerintahkan kita untuk rajin-rajin membaca tentang ilmu
pengetahuan terutama Al-Quran.5

2.2 Kedudukan Ilmu menurut Islam

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran agama


islam, hal itu terlihat dari banyaknya ayat Al-Quran yang memandang

3
https://kbbi.web.id/ilmu
4
Zamroni Latief,
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/564/546
5
Anggi Rosalia, https://dalamislam.com/sejarah-islam/islam-dan-ilmu-
pengetahuan
orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadist-
hadist nabi yang memberi dorongoan bagi umatnya untuk menuntut
ilmu. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 11 :

Artinya : “Wahai orang-orang beriman, apabila dikatan kepadamu,


berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah.
Niscahaya Allah SWT memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan,
berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscahaya Allah SWT akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Allah SWT Maha teliti apa yang kamu
kerjakan.”

Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan
berilmu akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Mengapa orang
beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya ? Karena orang beriman
dan berilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi
kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi
dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang beriman dan berilmu
berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Akan tetapi perlu diingat,
bahwa orang yang beriman tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh
karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari ilmu pengetahuan
tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu tetapi tidak
beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk
kebaikan. Keimanan akan menjadi pendorong yang kuat untuk menuntut
ilmu dan ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa
kecilnya manusia dihadapan Allah SWT bila melakukan hal-hal yang
dilarangnya.

Disamping ayat-ayat Al-Quran yang memposisikan ilmu dan orang


berilmu sangat istimewa, Al-Quran juga mendorong umat islam untuk
berdoa agar ditambahi ilmu, seperti tercantum dalam QS. Taha : 114
sebagai berikut :

.....

Artinya : “ ..... dan katakanlah, Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku”

Dalam hubungan inilah konsep membaca sebagai salah satu wahana


menambah ilmu dan islam sejak awal telah menekankan pentingnya
membaca, sebagaimana dalam firman Allah SWT yang pertama
diturunkan yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Ayat-ayat tersebut bisa
untuk sumber motivasi bagi bagi umat islam untuk tetap semangat
menuntut ilmu dan untuk terus membaca. Disamping ayat-ayat Al-quran,
ada juga hadits yang memberikan dorongan kuat untuk menuntut ilmu
antara lain hadist berikut :
“Carilah ilmu walau sampai ke negeri China, karena sesungguhnya
menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Baihaqi).
Hadits ini bisa untuk memotivasi kita untuk menuntut ilm walaupun
sangat jauh tempatnya dan semakin jelas dalam islam bahawa menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap bagi umat manusia tanpa mengenal batas
wilayah.

2.3 Klarifikasi Ilmu Pengetahuan

Al-Quran telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama menempati


kedudukan yang terhormat, sementara hadist nabi menunjukan bahwa
menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap musim. Dari sini timbul
permasalahan apakah segala macam ilmu yang harus dituntut oleh setiap
muslim itu wajib atau hanya ilmu tertentu saja ? Pertanyaan tersebut
telah mendorong para ulama untuk mengelompokan atau
mengklarifikasi ilmu menurut sudut pandang masing-masing, meskipun
sama prinsip dasarnya sama bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap
muslim.

Syech Zarnuji dalam kitab Ta’liimu Al-Muta’alim ketika menjelaskan


hadist bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan :
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak wajib bagi setiap muslim dan
muslimah menuntut segala ilmu, tetapi yang diwajibkan adalah menuntut
ilmu perbuatan (ilmu al-hal) sebagaimana diungkapkan, sebaik-baiknya
ilmu adalah ilmu perbuatan dan sebagus-bagusnya amal adalah menjaga
perbuatan”.
Kewajiban manusia adalah beribadah kepada Allah, maka wajib bagi
manusia untuk menuntut ilmu yang terkait dengan tata cara tersebut,
seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji yang mengakibatkan
wajibnya menuntut ilmu tentang hal tersebut. Demikianlah nampaknya
pernyataan Syech Zarnuji.

Sementara itu Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumudin


mengklarifikasi ilmu dalam dua kelompok, yaitu :
1. Ilmu fardu ‘ain, ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, maka
orang yang mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berarti
dia sudah mengetahui ilmu fardu ‘ain.
2. Ilmu fardu kifayah, tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan
dalam menegakan urusan duniawi.
Lebih jauh Al-Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu ‘ain
ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seprti yang tercakup dalam
rukun islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang
menuntutnya) fardu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung
untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit yang
pada dasarnya ilmu-ilmu itu dapat membantu dan penting bagi manusia
dalam usaha untuk menegakan urusan dunia.

Klafikasi ilmu yang lainnya dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang


membagi ilmu ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusi, yang ia bisa
menemukannya karena kegiatan berpikir atau bisa disebut ilmu
aqliyah.
2. Ilmu bersifat tradisional yang juga bisa disebut naqliyah.

Dalam penjelasan selanjutnya, Ibnu Khaldun menyatakan :


“Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmah dan falsafah, yaitu ilmu
pengetahuan yang bisa terdapat pada manusia karena akal pikirnya,
dengan indera-indera kemanusiannya ia dapat sampai kepada objek-
objeknya, persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek
pengajarannya, sehingga penilitian dan penyelidikannya itu
menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai
kedudukannya manusia berpikir. Kedua, ilmu-ilmu tradisional (naqli dan
wadl’i). Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita dari
pembuat konvensi syara.” (Nurcholis Madjid, 1984 : 310)
Untuk kelompok pertama mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas
sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk
kelompok kedua merujuk pada ilmu yang bersumber keseluruhannya
ialah ajaran-ajaran syariat dari Al-Quran dan sunnah Rasul.

Ulama lain yang membuat klasifikasi ilmu adalah Syah Waliyullah,


beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut
pendapatnya ilmu dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Al-Manqulat, yaitu semua ilmu-ilmu agama yang disimpulkan dari
atau yang mengacu pada tafsir, ushul al-tafsir, hadist, dan al-hadist.
2. Al-Ma’qulat, yaitu semua ilmu dimana akal pikiran memegang
peranan penting.
3. Al-Maksyufaf, yaitu ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi
tanpa keterlibatan indra maupun pikiran spekulatif.

Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam


dua kelompok, yaitu :
1. Ilmu Al-Husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawis,
empiris, konseptual, dan formatif aposteriori.
2. Ilmu Al-huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang
muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung
dengan realitas Ilahi.6

Al-Attas mengklafikasi ilmu menjadi dua bagian, yaitu fardhu ‘ain yang
memahaminya pemberian Allah, yang mencakup di dalamnya ilmu-ilmu
agama dan fardhu kifayah yang memahaminya ilmu capaian manusia
yang meliputi ilmu-ilmu rasional, intelektual, dan filosofi.
Secara lengkap ilmu-ilmu itu dibagi menjadi :
1. Ilmu-ilmu agama
a. Al-Quran : pembacaan dan penafsirannya (tafsir dan takwil)
b. Al-Sunnah : kehidupan Nabi, sejarah dan pesan para rasul
sebelumnya, hadits, dan riwayat-riwayat otoritatifnya.
c. Al-Syariah : undang-undang dan hukum prinsip-prinsip dan
praktik-praktik islam (islam, iman, dan ihsan)
d. Teologi : Tuhan, esensi, sifat-sifat, dan nama-nama serta tindakan-
Nya (Al-tauhid).
e. Metafisika islam (al-tasawuf) psikologi, kosmologi, dan ontologi :
unsur-unsur yang sah dalam filsafat islam.
6
Uhar Suharsaputra, https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/
f. Ilmu-ilmu linguistik : bahasa arab, tata bahasa, leksikografi,
kesusasteraan.

2. Ilmu-ilmu rasional, intelektual, dan filosofis


a. Ilmu-ilmu kemanusiaan.
b. Ilmu-ilmu alam.
c. Ilmu-ilmu terapan.
d. Ilmu-ilmu teknologi.7

2.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Masa keemasan umat islam terjadi pada masa kelam masyarakat barat
Dimana ilmu pengetahuan berkembang pesat dikalangan umat muslim.
Pada masa itu, islam telah memperluas wilayah hingga Eropa. Pada masa
keemasan tersebut banyak ilmuwan muslim yang melakukan riset dan
penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya folosofi para
ilmuwan Yunani. Periode islam klasik (650-1250 M) dipengaruhi oleh
pandangan tentang tingginya kedudukan akal, seperti yang terdapat
pada Al-Quran dan hadits. Kemudian pandangan ini ternyata sejalan
dengan filsafat sains bangsa Yunani kuno.

Adapun beberapa ilmuwan besar pada masa itu yang tercatat dalam
sejarah agama islam diantarnya adalah :
1. Al-Razi
Karya beliau Al-Hawi (850-923) yang merupakan sebuah ensiklopedi
mengenai perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Beliau
juga mengarang suatu kamus kedokteran dengan judul Continens.
2. Ibnu Sina (980-1037)

7
Zamroni Latief,
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/564/546
Beliau menulis buku-buku kedokteran yang diberi judul Al-Qonun
atau The Canon of Medicine yang kini menjadi standar dalam ilmu
kedokteran di Eropa.
3. Al-Khawarizmi atau Algorismus
Beliau menulis buku aljabar tahun 825 M yang merupakan buku
standar ilmu matematika selama beberapa abad di Eropa. Beliau juga
yang menukan penggunaan angka desimal yang menggantikan angka
romawi di Eropa.
4. Ibnu Rushd (1126-1198)
Beliau seorang filosofi yang banyak menerjemahkan karya
Aristoteles.
5. Al-Idris (1100-1166)
Beliau membuat 70 peta kerajaan Sicilia di Eropa.
6. Jabir Ibn Hayyan dan Al-Biruni
Beliau merupakan ilmu di bidang kimia.
Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas di wilayah Eropa sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M dan menimbulkan gerakan kebangkitan
atau renaisance. Mayarakat barat mulaimengadopsi ilmu yang telah
dikembangkan pada masa itu.

2.5 Islam dan Cabang Imu Pengetahuan

Masyarakat barat membagi ilmu pengetahuan dalam tiga cabang


utama, yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu
pengetahuan humaniora. Islam memiliki kaitan dengan ketiga ilmu
tersebut diantaranya adalah :
1. Islam dan ilmu pengetahuan alam
Dalam islam kita mengenal adanya ayat kauliyah dan kauniyah. Ayat
kauniyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang tersirat dalam
alam semesta, sementara ayat kauliyah adalah ayat yang tertulis
dalam Al-Quran. Islam tidak terlepas dari keberadaan ilmu
pengetahuan alam dan dalam Al-Quran banyak ayat yang
menyebutkan tentang ilmu dan kejadian yang menyangkut ilmu fisika
maupun biologi seperti yang tertera dalam ayat berikut :

Artinya : ”Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita


gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) hingga apabila
angin itu telah membawa awan mendung. Kami halau ke suatu daerah
yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan,
seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati.
Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raf : 57)

2. Islam dan ilmu pengetahuan sosial


Banyak cabang ilmu sosial yang dipelajari saat ini dan ilmu-ilmu
tersebut juga tercantum dalam Al-Quran. Islam mengenal adanya
ilmu ekonomi, politik, sosiologi, dan cabang ilmu sosial lainnya.
Dalam islam diatur juga hal-hal mengenai perdagangan, demokrasi,
dan hal lainnya yang menyangkut ilmu hukum dan sosial. Seperti
halnya Allah mengatur ilmu mawaris atau hukum waris dalam islam
serta pembagian harta warisan menurut islam, larangan riba, hukum
pernikahan, perdagangan yang baik dan lain sebagainya. Adapun
berdasarkan ilmu pengetahuan sosial dan Al-Quran, Allah
menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan hakikat penciptaan
manusia adalah untuk beribadah dan bergaul dengan sesamanya.

3. Islam dan ilmu humaniora


Ilmu humaniora adalah ilmu yang menitikberatkan fokusnya pada
manusia dan menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu filsafat,
seni, kesusateraan, kemiliteran, teknologi, dan sebagainya. Islam
tidak hanya mencakup ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
sosial, akan tetapi dalam islam terutama Al-Quran mencakup seluruh
aspek ilmu yang berkaitan dengan manusia dan tercantum
didalamnya jawaban atas permasalahn-permasalahan yang dihadapi
manusia pada umumnya.8

BAB III

PENUTUP
8
Anggi Rosalia, https://dalamislam.com/sejarah-islam/islam-dan-ilmu-pengetahuan
3.1 Kesimpulan

Kita harus tetap berpegang teguh pada ajaran agama dan mempelajari
ilmu pengetahuanyang bermanfaat bagi kehidupan, apalagi kita tahu
hukum menuntut ilmu adalah wajib. Banyak ulama dan ilmuwan yang
berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu bukan
sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, Baso. 2013. Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains terhadap
Perubahan Islam). Dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/319

Latief, Zamroni. 2014. Islam dan Ilmu pengetahuan. Dari


http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/564/546

Kamus Besar Bahasia Indonesia. (Online). Tersedia di https://kbbi.web.id/ilmu

Rosalia, Anggi. 18 Agustus 2016. Islam dan Ilmu Pengetahuan – Pengertian dan
Perkembangannya. Dari https://dalamislam.com/sejarah-islam/islam-dan-ilmu-
pengetahuan

Suharsaputra, Uhar. 2007. Ilmu dalam Pandangan Islam. Dari


https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai