Anda di halaman 1dari 7

TRANSFERSOME: SISTEM PENGHANTARAN OBAT TOPIKAL DAN TRANSDERMAL

Dian Ermawati

Abstrak
Kulit merupakan target utama sekaligus bertindak sebagai penghalang utama untuk
penghantaran obat topikal dan transdermal. Hambatan utama dalam menghantarkan obat
dengan topikal dan transdermal adalah ada di dalam kulit yaitu bagian stratum korneum. Hal
ini karena rendahnya kecepatan difusi obat melewati stratum korneum. Beberapa metoda telah
dikembangkan untuk menaikkan permeasi dari obat. Salah satu pendekatan yang menjanjikan
adalah formulasi obat dengan transferome. Transfersome diaplikasikan dengan metode non
oklusif pada kulit. Dengan transfersome obat dapat berpermeasi melalui daerah lamela lipid
stratum korneum, hal ini disebabkan adanya hidrasi atau tekanan osmotik di dalam kulit.
Transfersome dapat berubah bentuk kembali dan melalui celah yang sempit tanpa kehilangan
bentuk dan ukuran. Transfersome dapat sebagai pembawa untuk obat yang berbobot molekul
rendah maupun tinggi. Contoh obat-obat yang dapat diformulasikan dalam transfersome
adalah analgesik, albumin, insulin dan obat herbal.

Kata kunci : kulit, transfersome, topikal, transdermal

Pendahuluan
Pemberian obat dengan melalui rute topikal untuk terapi lokal dari penyakit kulit telah
lama digunakan, tetapi penggunaan penghantaran transdermal untuk aksi sistemik relatif baru
dan sangat cepat berkembang. Penelitian dibidang formulasi untuk sistem penghantaran
transdermal saat ini sangat cepat berkembang, hal ini disebabkan beberapa keuntungan
pemberian secara transdermal dibanding pemberian oral. Keuntungan transdermal antara lain:
a. Dapat menghilangkan fluktuasi yang muncul pada absorpsi di gastro-intestinal, Dapat
menaikkan bioavailabilitas dari obat karena dengan mengunakan penghantaran transdermal
maka bahan aktif akan masuk langsung ke dalam sistem sirkulasi melalui kulit dan
menghindari hepatic first pass effect, b. Memberikan input obat yang konstan dan terkontrol
dan menurunkan variasi kadar plasma obat, c. Meningkatkan kepatuhan pasien karena
pemberian yang lebih mudah, resiko minimal dari trauma sakit atau kerusakan jaringan.
Hambatan utama dari penghantaran obat transdermal dan topikal adalah rendahnya
penetrasi melalui kulit. Kulit mempunyai tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis
(jaringan subkutan). Epidemis merupakan bagian teratas atau lapisan epithelial dari kulit.
Epidermis berfungsi sebagai barier fisik, mencegah hilangnya air dari tubuh, dan mencegah
masuknya senyawa dan organism ke dalam tubuh. Ketebalan epidermis sangat beragam
tergantung dari bagian tubuh. Epidermis terdiri dari lapisan squamous epithelium yang berari
tersusun atas lapisan sel pipih.
Stratum Korneum merupakan lapisan paling atas dari epidermis. Stratum korneum
(SC) merupakan halangan pertama dari penghantaran transdermal, dimana SC terdiri atas
korneosit yang terbenam didalam matriks lipid interselular yang terdiri atas ceramid, asam
lemak bebas dan kolesterol. Ketebalan kira kira 10 um dalam keadaan kering. Beberapa
pendekatan telah digunakan untuk menembus penghalang tersebut dan memperbaiki
penghantaran obat melalui transdermal. Beberapa tehnik tersebut antara lain penetration
enhancer, sistem supesaturasi, vesikel, iontophoresis, elektroporasi, sonoforesis,microneedles,
dan lain lain. Idealnya Obat-obat yang dapat diberikan melalui rute transdermal harus memliki
karakteristik sebagai berikut bobot molekular rendah (<500 Da), lipofilisitas dan aktivitas
180
farmakologis tinggi, efektif pada dosis rendah: 5-10 mg/hari (antihipertensi, agen antiangina,
analgesicm steroid dan kontrasepsi)9
Pada sistem penghantaran transdermal dan topikal untuk menaikkan penetrasi dari
obat dapat digunakan sistem vesikular seperti liposom, transfersome, etosom.Liposom
biokompatibel dan mampu bergabung baik obat hidrofilik maupun lipofilik, liposom telah diteliti
untuk obat parenteral dan sispem pembawa antigen dan sistem penghantaran obat
transdermal. Meskipun memperbaiki dalam penghantaran obat transdermal, liposom
konvensional ternyata tidak efisien dalam penghantaran transdermal dalam menembus kulit
karena tidak berpeneterasi lebih dalam ke kulit. Sehingga saat ini dikembangkan novel elastic
vesicle yang bisa menembus lebih mudah dan lebih dalam yaitu transfersome.4
Istilah Transfersome merupakan konsep yang dikenalkan tahun 1991 oeh Gregor
Cevs.Setelah itu bermunculan penelitian di bidang ini dengan nama fleksibel vesikel, etosom
dan lain-lain. Istilah transfersome didaftarkan namanya oleh perusahaan Jerman IDEA AG dan
digunakan untuk obat yang penghantarannya menggunakan teknologi tersebut. Transfersome
artinya membawa berasal dari bahasa latin trasferre yang artinya membawa menembus dan
Yunani a soma yang artinya tubuh. Transfersome adalah vesikel buatan dan mirip dengan
vesikel sel alami. Sehingga cocok untuk penghantaran obat terkontrol dan tertarget.8
Transfersome artinya adalah tetesan lipid bilayer yang memiliki kemampuan
deformabiliti dimana mampu membuat penetrasi yang mudah melalui pori yang lebih kecil
dibandingkan ukuran droplet itu sendiri. Ketika diaplikasikan ke dalam kulit, pembawa mencari
dan mengeksploitasi jalur hidrofilik atau pori diantara sel di dalam kulit, dimana cukup terbuka
dan membiarkan vesikel masuk bersama muatan obatnya, mengubah bentuk dirinya dengan
ekstrim tanpa kehilang integritas bentuk vesikularnya. Transersome berpeneterasi ke dalam
SC baik dengan intraseluler atau transeluler. Fleksibilitas dari membran transfersom diperoleh
karena pencampuran yang sesuai atara komponen aktif dalam ratio yang tepat. Fleksibilatas
dari transfersome meminimalkan resio vesikel pecah di dalam kulit dan membiarkan
transfersome mengikuti gradien air alami melewati epidermis ketika diaplikasikan kondisi
nonoklusif. Dosis Transfersome diaplikasikan perunit area, dibandingkan jumlah total obat yang
digunakan.Transfersome melindungi obat dari degradasi metabolisme dan bertindak sebagai
depot melepaskan isinya perlahan lahan.8

[Sumber : Prajapati,et al,2011]


Gambar 2.5. (a) Vesikel liposom konvensional,(b) Vesikel transfersomes

181
Transfersome dapat menekan melalui pori kecil di dalam subkutan yang lebih kecil
dibanding ukuran vesikelnya. Transfersome dapat digunakan pada penghantaran obat dengan
bobot molekul rendah atau tinggi. Jumlah dan kedalaman vesikel elastik tergantung pada tipe
pembawa, total masssa yang diaplikasikan, efisiensi penjerapan dan kondisi aplikasi seperti
pretreatment oklusif dari vesikel dan durasi serta jumlah aplikasi. Transfersome
memperpanjang pelepasan dan menunjukkan aktivitas biologi yang lebih baik dibanding
dengan liposom konvensional dan ointment.4
Kulit memiliki pori kecil sekitar (20-40 nm) sehingga membatasi molekul untuk
melewati interselular. Untuk mengatasi masalah ini, Cevc mengembangkan sistem liposom
dengan agregat deformabel yang disebut Transfersomes® . Karena deformabiliti tinggi
(fleksibiliti), Transfersomes® menekan pori di dalam SC kurang lebih satu sepersepuluh dari
diameter liposom. Sehingga, kenaikan ukuran sampai 200-300 nm dapat berpenetrasi ke kulit.
Studi menunjukkan bahwa Transfersomes® lebih efektif dibandingakan liposom konvensional
atau ointment dalam berpenetrasi ke dalam kulit.1,4

[Sumber : Prajapati,et al,2011]


Gambar 2. Diagram skema rute penetrasi vesikel

Formulasi transfersomes
Transfersomes berisi fosfolipid, surfaktan 10-25 %, alkohol (etanol, metanol) 3-10%
sebagai pelarut, dan buffer fosfat saline (pH 6,5 – 7) digunakan sebagai medum hidrasi.
Umumnya fosfolipid yang digunakan adalah fosfatidilkolin (fosfatidilkolin kedelai, fosfatidilkolin
telur, dipalmitil fostatidilkolin, dan lain lain). Surfaktan yaitu Sodium cholate, Span 80, Tween
80, asam oleat, dipotasium glycyrrhizinate digunakan sebagai edge activator. Surfaktan
bertanggungjawab sebagai bahan peningkat fleksibilatas atau elastisitas untuk transfersomes.
Sodium cholate dan sodium deoxycholate menghasilkan vesikel dengan ukuran yang lebih
kecil dengan potensial zeta yang lebih positif dibanding tween 80.9,10
Tabel 1. Contoh bahan penyusun transfersome dan kegunaannya
Golongan Contoh Kegunaan
Fosfolipid Soya phosphatidyl choline,egg phosphatidyl Komponen pembentuk
choline,dipalmitoyl phosphatidyl choline vesikel
Surfaktan Sod.cholate,Sod.deoxycholate,Tween-80,Span-80 Untuk menghasilkan
fleksibilitas
Alkohol Ethanol,methanol Sebagai pelarut
Dapar Saline phosphate buffer (pH 6.4) Sebagai medium hidrasi

182
Cara Pembuatan transfersome10
1. Vortexing-sonication metode
Pada metode vortexing-sonication, campuran lipid (fosfatidilkolin, EA dan agen terapetik)
dicampur kedalam bufer phosptat dan divortek sehingga membentuk suspensi seperti susu.
Suspensi disonikasi kemudian diekstrusi melalui membran polikarbonat.
2. Metode evaporation –sonication
Meliputi pelarutan dari fosfatidilkoline dan EA didalam campuran kloroform dan metanol
(2:1,v/v), diikuti dengan pengangkatan solvent organik menggunakan evaporasi rotary dibawah
tekanan . Film yang terdeposit dihidrasi dengan larutan agen terapetik pada fase aqueous yang
sesuai dan diputar selama satu jam pada suhu ruang. Vesikel yang dihasilkan dibiarkan
mengembang selam 2 jam pada suhu ruang, diikuti dengan 30 menit sonikasi di dalam wadah
sonikasi untuk menurunkan volume. Ekstrusi dari vesikel kemudian terjadi melalui membran
polikarbonat 450 dan 220 nm, vesikel yang dihasilkan disimpan pada suhu 40 oC.
Hasil menunjukkan dari perbandingan kedua metode dengan formula yang sama adalah
metode Rotary evaporation –sonication menghasilkan penjerapan obat yang lebih banyak
dibandingkan dengan metode vortexing-sonication.
Karakterisasi
Secara umum pengujian untuk karakterisasi transfersome adalah sebagai berikut :
1. Efisiensi Penjerapan
Salah satu contoh cara untuk mengukur efisiensi penjerapan ini adalah pertama dengan
mengukur obat yang tidak terjerap menggunakan metode sentrifugasi kolom mini (mini-
column centrifugation method). Setelah sentrifugasi, vesikel dirusak menggunakan 0.1%
Triton X-100 atau 50% n-propanolol dan kemudian dilnjutkan dengan teknik analisa untuk
mengukur obat yang terjerap.
2. Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel
Diameter vesikel dapat ditentukan dengan menggunakan photon correlation spectroscopy
(PCS) atau metode dynamic light scattering (DLS). Sampel disiapkan dalam air
terdestilasi, disaring melalui saringan membran 0.2 mm dan diencerkan dengan filtered
saline dan dialnjutkan dengan pengukuran diameter vesikel menggunakan kedua metode
tadi.
3. Pengukuran derajat deformabilitas atau permeabilitas
Pada transfersome, pengukuran permeabilitas merupakan salah satu parameter penting
dan unik dalam karakterisasinya. Pengukuran deformabilitas dilakukan terhadap air murni
sebagai standar. Preparasi transfersome dalam jumlah besar dilewatkan melalui pori-pori
yang diketahui ukurannnya (melalui saringan mikrofilter yang berbeda-beda berbentuk
seperti sandwich dengan diameter pori antara 500 nm dan 400 nm, tergantng pada
suspensi transfersome awal). Ukuran partikel dan distribusi ukurannya dicatat setelah
masing-masing melalui DLS.
4. Pelepasan Obat secara In vitro
Informasi dari studi in-vitro digunakan untuk mengoptimalkan formulasi sebelum studi in
vivo dengan biaya lebih mahal dilakukan. Untuk menentukan pelepasan obat secara in
vitro, digunakan metode sel difusi atau dialisis dan sampel yang diambil pada waktu yang
berbeda kemudian dideteksi dengan berbagai teknik analisis (UV, KCKT, HPTLC).

Mekanisme penetrasi9,11
Transfersome dapat mengatasi masalah penetrasi dengan menyempitkan ukurannya
melalui intacelular pada stratum korneum. Mekanisme bagaimana bahan aktif yang

183
dimasukkan ke dalam transfersome kemudian dapat melewati kulit belum diketahui dengan
baik. Ada dua mekanisme yang diajukan:
1. Transfesome bertindak sebagai sistem pembawa obat, dimana vesikel yang masuk ke
dalam stratum korneum membawa serta molekul obat ke dalam kulit
2. Transfersome bertindak sebagai penetration enhancer , dimana akan merusak lipid
interseluler dari stratum korneum, dan memfasilitasi penetrasi molekul obat dan melewati
stratum korneum.
Cevc and coworker mengusulkan mekanisme pertama, hal ini diduga bahwa
transfersome berpenetrasi karena gradient hidrasi transdermal, dimana hal tersebut
merupakan kondisi yang normal di dalam kulit. Kemudian karena adanya gradien hidrasi
transdermal, dapat melintasi epidermis dan masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam atau
bahkan sampai sirkulasi sistemik. Hidrasi atau tekanan osmoses terlibat dalam transpor
transfersomes di dalam stratum korneum. Karena kekurangan sumber energi internal,
transfersome mengikuti gradien energi yang sudah ada, seperti gradien aktivitas air
transepidermal untuk transportasi. Kemampuan kulit mengontrol kehilangan air membantu
dalam membangun perbedaan pergerakan air diantara bagian yang mudah diakses dari
epidermis (75 % berisi air) dan hampir stratum korneum yang kering (15 % berisi air), menuju
pembentukan gradien aktivitas air. Udara disekitar kulit berkontribusi kepada stabilitas gradien
dengan bertindak sebagi sink yang ideal untuk molekul air bahkan dalam kondisi kehilangan air
transdermal yang tinggi.

Aplikasi Transfersome
1. Penghantaran insulin :
Transfersome dapat digunakan untuk menghantarkan obat berbobot molekul besar seperti
insulin. Insulin umumnya diberikan melalui rute subkutan, dimana hal ini biasanya tidak terlalu
menyenangkan bagi pasien. Enkapsulasi insulin ke dalam transfersome (transfersulin) dapat
mengatasi maslah ini. Transfersulin yang diaplikasikan ke kulit dapat menunjukkan efek
hiplogikemik setelah 90 sampai 180 menit, tergantung dari komposisi pembawa spesifiknya.3

2. Penghantaran protein dan peptida


Protein dan peptida umumnya mempunyai bobot molekul yang besar dan bersifat hidrofilik
sehingga sulit sekali untuk bisa berpenetrasi kedalam sirkulasi sistemik, ketika diberikan
secara oral akan terdegrasi di dalam saluran gastro-intestinal.Oleh karena itu peptida dan
protein sering diberikan melalui injeksi. Banyak pendekatan dikembangkan untuk memperbaiki
masalah tersebut. Bioavailabilitas dari transfersome mirip dengan yang dihasilkan dari injeksi
subkutan. Serum albumin manusia atau gap junction protein yang dienkapsulasi ke dalam
transfersom menunjukkan keefektifan dalam menghasilkan respon imun ketika dihantarkan
melalui rute transdermal.12,13

3. Penghantaran NSAID
NSAID umumnya memiliki efek samping pada saluran gastro-intestinal. Selain itu ketika
diberikan per oral, data farmakokinetik menunjukkan absorbsi natrium Diklofenak 100%, tetapi
karena metabolisme lintas pertama, hanya 50 % dosis yang terabsorbsi secara sistemik .
Untuk mengatasi masalah ini dikembangkan sistem penghantaran transfersome. Selain
Diklofenak, studi ini juga dilakukan pada Ketotifen. Ketoprofen di dalam transfersome
mendapatkan persetujuan untuk diedarkan di pasar oleh Swiss Regulatory agency (Swiss
Medic) pada tahun 2007, merk dagang dari Ketoprofen tersebut adalah Diractin.

184
4. Penghantaran untuk obat herbal
Ekstrak kurkumin yang dimasukkan ke dalam transfersome dan dibuat sediaan krim
memiliki efikasi yang lebih tinggi dibandingkan kurkumin yang dimasukkan ke dalam liposom
konvensional ataupun etosom. Ekstrak kurkuma yang dimasukkan ke dalam vesikel nano akan
memperbaiki penetrasi ke dalam kulit dimana akan dihasilkan perbaikan pada kulit seperti
hidrasi kulit dan kandungan sebum yang meningkat.5
Ekstrak Punica granatum juga menunjukkan efek fotoprotektif yang lebih baik bila
dibandingkan dengan krim konvensional. Efek fotoprotektif juga dilakukan dengan studi
biokimia. Karakteristik kulit seperti viskoelastisitas, hidrasi kulit, kandungan sebum dapat
diperbaiki.6
Kesimpulan
Transfersome dapat menjadi solusi untuk memperbaiki penetrasi obat melalui kulit baik
topikal maupun transdermal. Transfersome merupakan vesikel elastik yang dapat membawa
molekul obat yang kecil maupun besar, hidrofilik atatupun hidrofob. Mekanisme penetrasi
transfersome karena adanya gradient hidrasi transdermal.

Daftar Pustaka
Cevc G., Transfersomes : Innovative Transdermal Drug Carriers in Modified Release Drug
Delivery Technology , Ratbone M (editor). 2002.Marcel Dekker,New York

Cevc, G. (1996). Transfersomes, liposomes and other lipid suspensions on the skin:permeation
enhancement, vesicle penetration, and transdermal drug delivery. Crit Rev. Ther. Drug Carrier
Syst.13,257-388

Cevc ., et al.(1998). Ulraflexible vesicles, Transfersomes, have an extremely low pore


penetration resistance and transport therapeutic amounts of insulin accross the intac
mammalian skin. Biochimica et Biophysica Acta 1368,201-215

Choi M.J, Maibach H.I, (2005). Elastic vesicles as topical/transderma drug delivery systems.
International Journal of Cosmetic Science, 27,211-221

Kaur C.D.,Saraf S.,(2011)Topical vesicular formulations of Curcuma longa extract on


recuperating the ultraviolet radiation-damaged skin. Journal of Cosmetic Dermatology,.10.260-
265

Kaur C.D, Saraf S., (2011). Photoprotective herbal extract load nanovesicular creams inhibiting
ultraviolet radiations induced photoaging. International of Drug Delivery ,3, 699-711

Kumar A.,Pathak K, Bali V.,(2012) Ultra-adaptable nanovesicular systems: a carrier for


systemic delivery of therapeutic agents. Drug Discovery Today Volume 17, Numbers 21/22

Prajapati TS, Patel CG., Patel CN.. Transfersomes: A Vesicular Carrier System for Transderma
Drug Delivery. Asian Journal of Biochemical and Pharmaceutical Research Issue 2 (Vol 1)
2011

Pirvu C.D, Hlevca C., Ortan A., Prisada R., (2010). Elastic Vesicles as drug carriers through the
skin. Farmacia, Vol 58,2

185
Zaafarany G., Awad G.A, Holayel S., Mortada ND, (2010).Role of edge activator ans surface
charge in developing ultradefrmable vesicles with enhanced skin delivery. International Journal
of Pharmaceutics. 397164-172

Elsayed M., Abdallah O., Naggar V., Khalafallah.(2006).Deformable liposomes and


ethosomes:mechanism of enhanced skin delivery.International Journal of pharmaceutics
322,60-66

M. Trotta, E. Peira, M. E. Carlotti and M. Gallarate.,( 2004) International Journal of


Pharmaceutics., 270, 119.

E. I. Maghraby, G. M. Williams and B. W. Barry., (2000) International Journal of


Pharmaceutics., 204, 159.

186

Anda mungkin juga menyukai