Rute oral dianggap rute yang paling nyaman untuk pemberian obat kepada pasien.
Obat larut dalam cairan gastrointestinal dan diserap pada daerah gastrointestinal tersebut
dimana kedua proses ini tergantung pada sifat fisikokimia senyawa obat. Colon Targeted
Drug Delivery System adalah sistem penghantaran obat yang bertujuan menghantarkan
obat menuju daerah kolon dari saluran gastrointestinal untuk mengobati suatu penyakit
yang terlokalisasi di daerah tersebut.
Penghantaran obat ke kolon tidak hanya untuk penghantaran obat yang berupa
protein atau peptida (terdegradasi oleh enzim pencernaan dalam lambung dan usus halus)
tetapi juga untuk penghantaran senyawa obat dengan berat molekul yang rendah yang
digunakan untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan usus besar (kolon),
seperti kolkitis ulserativa, diare, dan kanker usus besar. Sistem ini juga dapat digunakan
untuk pengobatan penyakit asma, angina, dan reumathoid arthritis serta untuk
penghantaran senyawa steroid dimana terabsorbsi di kolon.
Colon Targeted Drug Delivery System harus mampu melindung obat selama
perjalannya melewati saluran gastrointestinal bagian atas seperti lambung dan usus halus
menuju kolon agar pelepasan dan penyerapan obat hanya terjadi di daerah kolon dan
menghindari obat terdegradasi di daerah selain kolon.
1
- Cocok untuk obat yang bersifat polar dan/atau rentan terhadap degradasi kimia
maupun enzim pada saluran GI
- Memberikan lingkungan yang sesuai untuk protein dan peptida yang sensitif
terhadap cairan lambung dan enzim pencernaan.
2
5. Faktor-faktor Mempengaruhi Pengembangan Colon Targeted Drug Delivery System
5.1. Faktor Fisiologis
5.1.1. Pengosongan Lambung
Penghantaran obat ke kolon dengan rute peroral tergantung pada
pengosongan lambung dan waktu transit bowel. Setelah mencapai kolon,
waktu transit bentuk sediaan tergantung pada ukuran partikel. Ukuran
partikel yang lebih kecil mempunyai waktu transit lebih besar dibandingkan
dengan partikel yang besar. Pasien diare mempunyai waktu transit yang
sebentar daripada pasien yang konstipasi.
5.1.2. pH Colon
pH pada saluran gastrointestinal bervariasi tergantung pada organ yang
terdapat saluran gastrointestinal tersebut. Pola makan, penyakit, dan asupan
makanan dapat mempengaruhi pH pada cairan gastrointestinal. Perubahan
3
pH di sepanjang saluran gastrointestinal dapat digunakan sebagai basic
untuk merancang suatu bentuk sediaan dengan sistem penghantaran obat
tertarget pada kolon.
4
Karena tingginya waktu retensi pada colon/usus, colon menyebabkan
peningkatan absorbsi dari absorban yang kurang baik seperti peptides,dll.
obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit radang usus, dll. Sistem
penghantaran obat tertarget cocok untuk digunakan pada usus.
1. Pendekatan primer :
a. sistem penghantaran obat yang di salut polimer yang sensitif
terhadap pH
b. Sistem penghantaran obat tertunda
c. Sistem penghantaran yang dipicu mikroba
- pendekatan prodrug
- sistem berbasis polisakarida
2. Pendekatan baru :
5
e. Azo hydrogels
f. Multiparticulate system based drug delivery
Tempat pH
pH normal di perut diantara 1-2 pada saat puasa
di bagian proksimal usus halus 6,5
Di bagian distal 7,5,
di bagian caecum/usus buntu 6,4
di ascenden 5,7
di bagian colon trnsfersum 6,6
di colon descending 7,0
6
deaminase dan urea dehydroxylase. Enzim yang biodegradable ini mampu untuk
mendegradasi polimer yang digunakan untuk sistem penghantaran obat di kolon.
Polimer yang berbeda digunakan untuk mencegah pelepasan obat pada
lambung dan usus halus. Ketika formula terselubung mencapai usus, polimer
biodegradable terdegradasi oleh enzim yang diproduksi oleh enzim mikroflora
dan obat dapat dilepaskan pada lokasi target.
Prodrug merupakan pendekatan utama dari sistem penghantaran obat yang
dipicu oleh mikroba dimana pelepasan obat dari formula dipicu oleh keberadaan
mikroflora pada usus. Prodrug merupakan bentuk inactive dari obat active yang
akan melewati transformasi enzimatik untuk melepaskan obat aktif. Prodrug
disiapkan dengan menghubungkan obat aktif dengan molekul setengah hidrofobik
seperti asam amino, asam grukoronat, glukosa, galaktosa, selulosa dan lainnya.
Prodrug dapat terhidrolisis dengan adanya enzim yang dilepaskan oleh
mikroflora.
7
digunakan pada sistem penghantaran target. Polisakarida ini hancur oleh
mikroflora kolon menjadi monosakarida
8
(Danda et. Al, 2013)
2. Port system
9
e. Sistem Penghantaran Obat Dikontrol dengan Tekanan yang Dikendalikan
f. CODES System
Lapisan luar terdiri dari lapisan polimer Eudragit L. Lapisan Ini akan
dilarutkan setelah tablet melewati pyloric dan duodenum. Lapisan berikutnya
terdiri dari Eudragit E. Lapisan ini memungkinkan pelepasan laktulosa di inti
dalam. laktulosa dilepaskan dan dimetabolisme menjadi asam lemak rantai
pendek yang menurunkan pH sekitarnya yang mana lapisan Eudragit E larut.
10
Polisakarida yang digunakan bersama dengan obat dalam tablet inti yaitu
manitol, maltosa, dll. Bakteri dalam usus besar bertanggung jawab untuk
mendegradasi polisakarida yang dilepaskan dari inti tablet. Hasil degradasi
polisakarida dalam pembentukan asam organik yang menurunkan pH isi di
sekitar tablet.
11
tidak terlarut terkuras. Kecepatan pelepasan menurun secara paraboilik menuju
nol.
12
Nanopartikel
i. Hidrogel azo
6. Evaluasi In Vitro
Tidak ada teknik evaluasi standar yang tersedia untuk evaluasi CDDS yang ideal
dalam model in vitro yang memenuhi kondisi in vivo dari GIT seperti pH, volume,
gerakan, bakteri, enzim, aktivitas enzim dan komponen makanan. Kondisi ini di
pengaruhi oleh diet dan tekanan fisik. Evaluasi in vitro didtem penghantaran obat target
kolon meliputi uji disolusi dan uji enzimatik.
1. Uji disolusi in-vitro
13
Ada 2 cara uji invitro enzimatik, yaitu :
Sistem pembawa obat diinkubasi dalam fermentor yang mengandung media yang
cocok untuk bakteri. Jumlah obat yang dilepaskan pada interval waktu yang
berbeda ditentukan.
Studi pelepasan obat dilakukan dalam medium buffer yang mengandung enzim
pektinase,dekstranase atau isi cecal tikus atau marmut atau kelinci. Jumlah obat
yang dilepaskan dalam waktu tertentu berbanding lurus terhadap laju degradasi
polimer pembawa.
7. Evaluasi in vivo
Uji in vivo CDDS dilakukan pada anjing, marmut, tikus & babi karena anatomi dan
fisiologi mereka menyerupai kondisi, mikroflora GIT manusia.
Distribusi berbagai enzim dalam GIT tikus dan kelinci sebanding dengan manusia
8. Kesimpulan
Sistem penghantaran obat yang ditargetkan pada kolon memiliki manfaat dapat
memberikan efek lokal dan sistemik.
Keuntungan utama CDDS adalah kolon memiliki pH mendekati netral, waktu transit
yang lama, aktivitas enzim yang rendah, dan meningkatkan absorpsi.
Pendekatan baru lebih spesifik dibandingkan pendekatan primer
Polimer biodegradabel digunakan sebagai sistem penghantaran obat spesifik kolon
Untuk evaluasi invitro, teknik disolusi tidak cocok
Penelitian yang ada mengembangkan metode disolusi yang cocok untuk
mengevaluasi sistem penghantaran obat target kolon.
14