Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
resensi buku yang berjudul “AKHLAK TASAWUF” tepat pada waktunya. Shalawat serta
Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dalam penyusunan resensi buku ini, penulis menyadari telah melibatkan banyak pihak turut
serta berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang membawa andil
dalam penulisan ini berupa bimbingan, motivasi maupun materi yang tiada ternilai harganya
bagi penulis. Guna menghargai seluruh kontribusi yang telah diberikan pihak-pihak yang
terkait. Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Drs. H. Barowi, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf
2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan serta mendukung saya dari belakang menuju
kesuksesan.
Adapun tujuan penulisan resensi ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
“Ilmu Tasawuf” pada semester genap. Saya berharap resensi ini dapat memberikan
manfaat serta suatu dampak positif bagi kita semua.
Resensi buku Akhlak Tasawuf ini memang jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan arah yang lebih baik. Semoga
buku ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah
pengetahuan dan semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin..
Pendahuluan
Ulasan Pembahasan
Bab I : AKHLAK
A. Pengantar
Misi risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan kepada dunia
tentang keesaan Allah dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai
Islam sekaligus memperbaiki akhlak manusia.
B. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan dalam jiwa yang tetap yang memunculkan suatu perbuatan
secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa.
Sikap ini dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks hubunga sesama muslim, maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa
hubungan tersebut sebagai sebuah anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan
penderitaan jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit.
Manusia adalah makhluk Allah sejak dahulu merasa mampu melaksanakan amanah yang
diberikan Allah kepadanya baik dalam bentuk peribadahan kepada Allah maupun
memelihara bumi dan langit tersebut dari kerusakan yang dibuat oleh tangan mereka.
Etika membahas perbuatan manusia namun bersumber pada akal pikiran dan filsafat.
Moral adalah sebuah ukuran baik dan buruk yang diakui oleh sebuah komunitas masyarakat
atau kelompok tertentu yang menyepakatinya baik didasarkan pada agama atau tidak.
Ajaran Islam terdiri dari tiga komponen yaitu Islam, Iman dan Ihsan, tiga komponen tersebut
saling terkait dan dapat dianggap sebagai sebuah tindakan akhlak terpuji.
Akhlak terpuji meliputi karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan Rasul seperti: rasa
belas kasihan dan lemah lembut, pemaaf, dapat dipercaya dan menepati janji, manis muka
dan tidak sombong, malu, sabar, tolong-menolong dan lain-lain.
Sedangkan akhlak tercela meliputi: egois, kikir, berdusta, khianat, pengecut, menggunjing,
dengki, berbuat kerusakan, berlebih-lebihan, berbuat zalim dan berbuat dosa besar.
Empat kriteria seseorang telah mencapai tingkatan akhlak terpuji menurut Imam Ghozali
adalah: bijaksana, menjaga kesucian diri, berani dan adil.
Akhlak merupakan awal perjalanan tasawuf, sedang tasawuf merupakan akhir perjalanan
akhlak.
Keluarga sebagai organisasi sosial terkecil memainkan peran yang signifikan dalam
menyebarkan nilai-nilai akhalak kepada masyarakat. Sebuah komunitas masyarakat yang
dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia biasanya diawali dari keluarga-keluarga yang memiliki
akhlak yang baik.
Kata tasawuf berkonotasi pada kebijakan, keucian hati dari godaan hawa nafsu,
memutuskan ketergantungannya dengan kehidupan material yang dapat mengganggu
hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kezuhudan dan menenggelamkan diri dalam ibadah
sehingga semakin dekat dengan-Nya.
Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara atau
paling tidak berhubungan dengan hal-hal yang terdapat di dalm tasawuf di antaranya
sebagai berikut:
)٤٥ :واذكر هللا كثيرً ا لعلّكم تفلحون (األنفال
Ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari Al-qur’an dan Al-Sunnah, karena amalan para
sahabat, tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, seperti hadist ini:
.....)أعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك (متفق عليه
“sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya,
maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim).
1. Unsur Nashrani
Dari literatur tasawuf terlihat bahwa ada beberapa hal yang dikatakan bersumber dari
agama Nasrani. Di antaranya sifat fakir, karena menurut keyakinan Nashrani bahwa Isa
adalah orang yang fakir dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir.
2. Unsur Hindu-Budha
Paham fana yang ada dalam tasawuf dikatakan hampir sama dengan nirwana dalam
agama Budha, dimana agama Budha mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia
dan memasuki hidup kontemplatif.
3. Unsur Yunani
Ada penetrasi budaya Yunani ke dalam budaya Islam lewat bacaan-bacaan yang
diterjemahkan. Disadari atau tidak bacaan-bacaan tersebut telah mempengaruhi orang-
orang Islam khususnya dalam bidang filsafat.
4. Unsur Persia
Belum ditemukan dalil yang kuat yang menerangkan bahwa kehidupan rohani Persia telah
masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia
melalui ahli-ahli tasawuf.
E. Komentar
Jika tasawuf diidentikkan dengan khouf, raja’, zuhud, tawakkal, ridha, mahabbah, ma’rifah
dan lainnya, maka Rasulullah dan para sahabatnya telah mempraktekkan hal ini. Mereka
bisa mengamalkan hal itu tanpa dengan buku-buku Persia, Hindu-Budha dan lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Sunnah, meskipun dalam perkembangannya mungkin banyak pengaruh-pengaruh asing dan
sudah bnyak perubahan.
Syari’at meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aqidah, ibadah maupun mu’amalah dan juga
akhlak. Di kalangan para sufi, syari’at berarti amal ibadah lahiriah (eksoterik).
Hakikat dalam pandangan tasawuf adalah inti atau rahasia yang paling dalam dari syari’at
dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.
A. Sejarah Ringkas
Tasawuf dibagi menjadi dua bagian: tasawuf akhlaqi (konsentrasinya pada teori-teori
perilaku, akhlak atau budi pekerti) dan dikembangkan oleh ulama-ulama salaf, dan tasawuf
falsafi (yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat dikembangkan oleh
ahli sufi sekaligus filosof.
Pada periode ini tasawuf masih dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud). Tokoh-tokohnya
dari golongan sahabat yaitu Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir,
Hudzaifah bin Al-Yaman dan lain-lain. Dan dari golongan tabi’in yaitu Hasan Al-Bashri, Malik
bin Dinar, Ibrahim bin Adham, Rabi’ah Al-Adawiyah dan lain-lain.
Tasawuf mulai berkembang dan di fokuskan kepada tiga hal: a) jiwa tasawuf yang berisi
cara pengobatan jiwa, b) akhlak, tasawuf yang berisi teori-teori tentang bagaimana
berakhlak mulia dan menghilangkan akhlak buruk, c) metafisika, tasawuf yang berisi teori
ketunggalan hakikat Ilahi atau kemutlakan Tuhan. Tokoh-tokohnya Ma’ruf Al-Karkhi, Surri Al-
Saqti, Dzun Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Busthami dan lain-lain.
Pada periode ini lahirlah seorang tokoh sufi besar Al-Ghazali yang melancarkan kritik-kritik
tajam terhadap berbagai aliran filsafat dan kepercayaan kebatinan dan berupaya
mengembalikan tasawuf kepada ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Tokoh-tokohnya adalah Al-Qusyairi dan Al-Harawi.
Kembali munculnya tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat dengan
teori-teori yang tidak murni tasawuf dan juga tidak murni filsafat yang lebih dikenal dengan
nama tasawuf falsafi. Tokohnya adalah As-Suhrawardi, Mahyuddin Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in dan
lain-lain.
Pada periode ini tasawuf mengalami kemunduran, itu semua karena orang-orang yang
berkecimpung di dalam tasawuf kegiatannya terbatas pada komentar-komentar atau
meringkas buku-buku tasawuf terdahulu serta memfokuskan pada aspek-aspek praktek
ritual yang lebih berbentuk formalitas sehingga semakin jauh dari substansi tasawuf.
B. Tasawuf Akhlaqi
1. Takhalli, yaitu usaha membersihkan diri dari semua perilaku tercela, baik maksiat batin
maupun maksiat lahir.
2. Tahalli, yaitu tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan dari akhlak-akhlak tercela.
Untuk melanggengkan dan memperdalam rasa kedekatan dengan Tuhan, para sufi
mengajarkan munajat, muhasabah, muraqabah, kastrat al-dzikr, dzikr al-maut dan tafakkur.
C. Tasawuf Falasafi
Tasawuf jenis ini tidak dapat dikategorikan sebagai tasawuf dalam arti yang sesungguhnya
karena teori-teorinya lebih berorientasi pada pantheisme. Juga tidak dapat dikatakan
sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan kepada
rasa atau dzauq.
Bab 4: Maqamat dan Ahwal
A. Maqamat (Stages)
Maqamat adalah tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam hal ibadah dan
latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqamat meliputi: taubat, zuhud, sabar, tawakkal
dan ridha.
B. Ahwal (States)
Ahwal adalah suatu kondisi keadaan jiwa yang diberikan Allah tanpa upaya dari orang yang
berkenaan. Ahwal meliputi: muraqabah, mahabbah, khawf (takut), raja’ (berharap), al-syauq
(rindu) dan al-uns (intim).
C. Metode Irfani
Penyingkapan pengetahuan dengan sarana qalb yang suci merupakan lingkup irfaniyah, di
mana ma’rifah hanya dapat diperoleh seseorang setelah memiliki qalb yang suci. Dalam
metode irfani ada beberapa tahapan untuk mencapai ma’rifah yaitu riyadhah, tafakkur,
tazkiyah al-nafs dan dzikrullah.
Ilmu dalam Islam dibagi atas dua bagian yaitu ilm al-muktasab (diperoleh lewat proses
pembelajaran) dan ilm ladunni (tanpa proses pembelajaran). Para sufi sangat menghargai
ilm muktasab, hal ini terlihat dari guru-guru kaum sufi yang mencapai tingkatan tinggi dalm
penguasaan berbagai ilmu seperti Imam Ghazali, Ibn ‘Arabi dan lain-lain. kalaupun ada yang
tidak menghargai atau bahkan mengecam ilmu, maka itu hanya dilakukan oleh kelompok-
kelompok tertentu.
Ilmu kalam menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka ilmu
tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang Tuhan
tersebut.
Ilmu tasawuf memberikan unsur-unsur batiniyah kepada fiqih. Fiqih akan terasa sangat
lahiriyah dan formalistik atau terasa amar kering tanpa tasawuf. Sebaliknya fiqh pula
memberikan aturan-aturan yang dengannya tasawuf terhindar dari kebenaran sendiri yang
batiniyah tanpa memerhatikan aturan-aturan lahiriyah.
Filsafat telah memberikan sumbangan dalam dunia tasawuf. Kajian-kajian filsafat tentang
roh banyak dikembangkan dalam tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.
Di dalam tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Hal ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang dimunculkan oleh
jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi.
Nama lengkapnya, Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar lahir di Madinah 21 H (642 M), dan
meninggal di Bashrah 110 H (728 M). beliau terkenal di kalangan tabi’in sebagai orang yang
zahid. Kezahidannya didasarkan kepada rasa takut (khouf) yang mendalam kepada Allah.
B. Al-Muhasibi
Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris bin Asad Al-Bashri Al-Muhasibi (165-243 H) lahir di
Bashrah. Beliau adalah seorang sufi yang menyatukan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat.
C. Al-Qusyairi
Nama lengkapnya ‘Abd Al-Karim bin Hawazin Qusyairi, lahir di Istiwa’ Nais (376-465 H).
Beliau mengadakan pembaharuan terhadap tasawuf, Ia mengemukakan konsep-kkonsep
mengompromikan antara syari’at dan hakikat, antara dzahir dan yang bathin dengan
senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
D. Al-Ghazali
Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Al-Tusi Al-
Syafi’i Al-Ghazali. Lahir di Gazalah daerah Tus wilayah Khurusan Iran. Dalam tasawuf Al-
Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin Ahl As-Sunnah wal Jama’ah. Dia
menjauhkan tasawufnya dari kecenderungan gnostis dan teori-teori ketuhanan menurut
Aristoteles (emanasi dan penyatuan).
A. Rabi’ah al-Adawiyah
Rabi’ah Al-Adawiyah dianggap sebagai seorang sufi yang meletakkan dari konsep zuhud
berdasarkan cinta (al-hubb).
Beliau adalah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal dan maqamat
para wali. Beliau juga dipandang sebagai bapak faham ma’rifah. Menurutnya ma’rifah ada
tiga macam 1. ma’rifah orang awam, 2. ma’rifah para teolog da filosof, 3. ma’rifah para wali-
wali Allah.
C. Al-Junaid
Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang didasarkan pada kefanaan. Dimana
pemahaman akan hakikat Allah tidak akan dapat dicapai dengan akal fikiran tetapi melalui
kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian dari Tuhan.
D. Al-Bustami
Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, Abu Yazid dianggap sebagai pembawa faham
fana’ dan baqa’ dan sekaligus pencetus faham ittihad.
E. Al-Hallaj
Ada tiga ajaran pokok tasawuf Al-Hallaj yaitu: (1) hulul, (2) haqiqah Muhammadiyah dan (3)
wahdah al adyan.
A. Ibn ‘Arabi
Di antara ajaran terpenting Ibn ‘Arabi adalah wahdat al-wujud, yaitu faham bahwa manusia
dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.
B. Al-Jilli
Al-Jilli termasuk dalam kelompok sufi yang berpandanga bahwa yang ada ini adalah
tunggal, semua perbedaan pada hakekatnya hanyalah modus, aspek dan manifestasi
fenomenal (lahiriyah) dari realitas tunggal tersebut. Allah adalah substansi dari yang ada
ini. Substansi yang dinamakan Al-Jilli dengan Zat Mutlak ini, memanifestasikan diri melaluui
tiga taraf, yaitu: ahadiyah, huwiyah dan aniyah.
C. Ibn Sab’in
Ibn Sab’in mempunyai teori al-ihathah yaitu bahwa wujud secara keseluruhan adalah satu
kesatuan. Menurutnya wujud berdasarkan jenisnya terbagi tiga: 1. Wujud muthlaq, yaitu
Allah sendiri, 2. Wujud muqayyad, suatu wujud zat yang bergantung kepada wujud lainnya,
3. Wujud muqaddar, segala peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
A. Pengertian Tarekat
1. Ar-Raniri
2. Al-Palembani
A. Meluruskan Penyimpangan
2.
3. Motivasi Ibadah
4. Wahdat Al-Wujud
6. Jihad
7. Pengangguran
8. Komentar
B. Merumuskan Landasan Tasawuf Syar’i
Kelebihan
1. Kelebihan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang akhlak, mulai dari
pengertian secara umum hingga pada hal-hal yang sangat penting dalam proses
pembentukan akhlak al-karimah.
Kekurangan
1. Sebagian ayat Al-Qur’an, lafadz hadist dan maqolah ulama ada yang berharakat dan ada
yang tidak berharakat.
4. Biografi pengarang tidak dicantumkan, jadi kurang bisa memahami sejarah sekaligus
back ground dari penulis sendiri.
5. Tidak adanya indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.
6. Tidaka adanya Glosarium sebagai penjelasan dalam kaliamat yang sulit untuk difahami.
Penutup
Alhamdulilah telah sampailah pada akhir bacaan resensi dalam buku Akhlak tashawuf,
semoga pembaca dapat lebih jeli dalam membaca dan memberikan penilaian serta
pandangan dalam bebagai sudut pandang. Karena dapat menjadi tolak ukur pemahaman isi
dalam buku yang sudah dibaca.
Harapan penulis semoga bisa diberikan saran, da nada keperdulian sehingga menimbulkan
kritikan untuk penulis supaya dapat lebih menghasilkan resnsi yang sempurna, walaupun
dalam resnsi yang telah dibuat sangat jauh dari kata sempurna.
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
resensi buku yang berjudul “AKHLAK TASAWUF” tepat pada waktunya. Shalawat serta
Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dalam penyusunan resensi buku ini, penulis menyadari telah melibatkan banyak pihak turut
serta berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang membawa andil
dalam penulisan ini berupa bimbingan, motivasi maupun materi yang tiada ternilai harganya
bagi penulis. Guna menghargai seluruh kontribusi yang telah diberikan pihak-pihak yang
terkait. Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Drs. H. Barowi, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf
2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan serta mendukung saya dari belakang menuju
kesuksesan.
Adapun tujuan penulisan resensi ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
“Ilmu Tasawuf” pada semester genap. Saya berharap resensi ini dapat memberikan
manfaat serta suatu dampak positif bagi kita semua.
Resensi buku Akhlak Tasawuf ini memang jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan arah yang lebih baik. Semoga
buku ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah
pengetahuan dan semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin..
Pendahuluan
Ulasan Pembahasan
Bab I : AKHLAK
A. Pengantar
Misi risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan kepada dunia
tentang keesaan Allah dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai
Islam sekaligus memperbaiki akhlak manusia.
B. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan dalam jiwa yang tetap yang memunculkan suatu perbuatan
secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa.
Sikap ini dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks hubunga sesama muslim, maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa
hubungan tersebut sebagai sebuah anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan
penderitaan jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit.
Manusia adalah makhluk Allah sejak dahulu merasa mampu melaksanakan amanah yang
diberikan Allah kepadanya baik dalam bentuk peribadahan kepada Allah maupun
memelihara bumi dan langit tersebut dari kerusakan yang dibuat oleh tangan mereka.
Etika membahas perbuatan manusia namun bersumber pada akal pikiran dan filsafat.
Moral adalah sebuah ukuran baik dan buruk yang diakui oleh sebuah komunitas masyarakat
atau kelompok tertentu yang menyepakatinya baik didasarkan pada agama atau tidak.
Ajaran Islam terdiri dari tiga komponen yaitu Islam, Iman dan Ihsan, tiga komponen tersebut
saling terkait dan dapat dianggap sebagai sebuah tindakan akhlak terpuji.
Akhlak terpuji meliputi karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan Rasul seperti: rasa
belas kasihan dan lemah lembut, pemaaf, dapat dipercaya dan menepati janji, manis muka
dan tidak sombong, malu, sabar, tolong-menolong dan lain-lain.
Sedangkan akhlak tercela meliputi: egois, kikir, berdusta, khianat, pengecut, menggunjing,
dengki, berbuat kerusakan, berlebih-lebihan, berbuat zalim dan berbuat dosa besar.
Empat kriteria seseorang telah mencapai tingkatan akhlak terpuji menurut Imam Ghozali
adalah: bijaksana, menjaga kesucian diri, berani dan adil.
Akhlak merupakan awal perjalanan tasawuf, sedang tasawuf merupakan akhir perjalanan
akhlak.
Keluarga sebagai organisasi sosial terkecil memainkan peran yang signifikan dalam
menyebarkan nilai-nilai akhalak kepada masyarakat. Sebuah komunitas masyarakat yang
dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia biasanya diawali dari keluarga-keluarga yang memiliki
akhlak yang baik.
Kata tasawuf berkonotasi pada kebijakan, keucian hati dari godaan hawa nafsu,
memutuskan ketergantungannya dengan kehidupan material yang dapat mengganggu
hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kezuhudan dan menenggelamkan diri dalam ibadah
sehingga semakin dekat dengan-Nya.
Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara atau
paling tidak berhubungan dengan hal-hal yang terdapat di dalm tasawuf di antaranya
sebagai berikut:
)٤٥ :واذكر هللا كثيرً ا لعلّكم تفلحون (األنفال
Ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari Al-qur’an dan Al-Sunnah, karena amalan para
sahabat, tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, seperti hadist ini:
.....)أعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك (متفق عليه
“sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya,
maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim).
1. Unsur Nashrani
Dari literatur tasawuf terlihat bahwa ada beberapa hal yang dikatakan bersumber dari
agama Nasrani. Di antaranya sifat fakir, karena menurut keyakinan Nashrani bahwa Isa
adalah orang yang fakir dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir.
2. Unsur Hindu-Budha
Paham fana yang ada dalam tasawuf dikatakan hampir sama dengan nirwana dalam
agama Budha, dimana agama Budha mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia
dan memasuki hidup kontemplatif.
3. Unsur Yunani
Ada penetrasi budaya Yunani ke dalam budaya Islam lewat bacaan-bacaan yang
diterjemahkan. Disadari atau tidak bacaan-bacaan tersebut telah mempengaruhi orang-
orang Islam khususnya dalam bidang filsafat.
4. Unsur Persia
Belum ditemukan dalil yang kuat yang menerangkan bahwa kehidupan rohani Persia telah
masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia
melalui ahli-ahli tasawuf.
E. Komentar
Jika tasawuf diidentikkan dengan khouf, raja’, zuhud, tawakkal, ridha, mahabbah, ma’rifah
dan lainnya, maka Rasulullah dan para sahabatnya telah mempraktekkan hal ini. Mereka
bisa mengamalkan hal itu tanpa dengan buku-buku Persia, Hindu-Budha dan lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Sunnah, meskipun dalam perkembangannya mungkin banyak pengaruh-pengaruh asing dan
sudah bnyak perubahan.
Syari’at meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aqidah, ibadah maupun mu’amalah dan juga
akhlak. Di kalangan para sufi, syari’at berarti amal ibadah lahiriah (eksoterik).
Hakikat dalam pandangan tasawuf adalah inti atau rahasia yang paling dalam dari syari’at
dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.
A. Sejarah Ringkas
Tasawuf dibagi menjadi dua bagian: tasawuf akhlaqi (konsentrasinya pada teori-teori
perilaku, akhlak atau budi pekerti) dan dikembangkan oleh ulama-ulama salaf, dan tasawuf
falsafi (yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat dikembangkan oleh
ahli sufi sekaligus filosof.
Pada periode ini tasawuf masih dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud). Tokoh-tokohnya
dari golongan sahabat yaitu Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir,
Hudzaifah bin Al-Yaman dan lain-lain. Dan dari golongan tabi’in yaitu Hasan Al-Bashri, Malik
bin Dinar, Ibrahim bin Adham, Rabi’ah Al-Adawiyah dan lain-lain.
Tasawuf mulai berkembang dan di fokuskan kepada tiga hal: a) jiwa tasawuf yang berisi
cara pengobatan jiwa, b) akhlak, tasawuf yang berisi teori-teori tentang bagaimana
berakhlak mulia dan menghilangkan akhlak buruk, c) metafisika, tasawuf yang berisi teori
ketunggalan hakikat Ilahi atau kemutlakan Tuhan. Tokoh-tokohnya Ma’ruf Al-Karkhi, Surri Al-
Saqti, Dzun Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Busthami dan lain-lain.
Pada periode ini lahirlah seorang tokoh sufi besar Al-Ghazali yang melancarkan kritik-kritik
tajam terhadap berbagai aliran filsafat dan kepercayaan kebatinan dan berupaya
mengembalikan tasawuf kepada ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Tokoh-tokohnya adalah Al-Qusyairi dan Al-Harawi.
Kembali munculnya tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat dengan
teori-teori yang tidak murni tasawuf dan juga tidak murni filsafat yang lebih dikenal dengan
nama tasawuf falsafi. Tokohnya adalah As-Suhrawardi, Mahyuddin Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in dan
lain-lain.
Pada periode ini tasawuf mengalami kemunduran, itu semua karena orang-orang yang
berkecimpung di dalam tasawuf kegiatannya terbatas pada komentar-komentar atau
meringkas buku-buku tasawuf terdahulu serta memfokuskan pada aspek-aspek praktek
ritual yang lebih berbentuk formalitas sehingga semakin jauh dari substansi tasawuf.
B. Tasawuf Akhlaqi
1. Takhalli, yaitu usaha membersihkan diri dari semua perilaku tercela, baik maksiat batin
maupun maksiat lahir.
2. Tahalli, yaitu tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan dari akhlak-akhlak tercela.
Untuk melanggengkan dan memperdalam rasa kedekatan dengan Tuhan, para sufi
mengajarkan munajat, muhasabah, muraqabah, kastrat al-dzikr, dzikr al-maut dan tafakkur.
C. Tasawuf Falasafi
Tasawuf jenis ini tidak dapat dikategorikan sebagai tasawuf dalam arti yang sesungguhnya
karena teori-teorinya lebih berorientasi pada pantheisme. Juga tidak dapat dikatakan
sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan kepada
rasa atau dzauq.
Bab 4: Maqamat dan Ahwal
A. Maqamat (Stages)
Maqamat adalah tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam hal ibadah dan
latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqamat meliputi: taubat, zuhud, sabar, tawakkal
dan ridha.
B. Ahwal (States)
Ahwal adalah suatu kondisi keadaan jiwa yang diberikan Allah tanpa upaya dari orang yang
berkenaan. Ahwal meliputi: muraqabah, mahabbah, khawf (takut), raja’ (berharap), al-syauq
(rindu) dan al-uns (intim).
C. Metode Irfani
Penyingkapan pengetahuan dengan sarana qalb yang suci merupakan lingkup irfaniyah, di
mana ma’rifah hanya dapat diperoleh seseorang setelah memiliki qalb yang suci. Dalam
metode irfani ada beberapa tahapan untuk mencapai ma’rifah yaitu riyadhah, tafakkur,
tazkiyah al-nafs dan dzikrullah.
Ilmu dalam Islam dibagi atas dua bagian yaitu ilm al-muktasab (diperoleh lewat proses
pembelajaran) dan ilm ladunni (tanpa proses pembelajaran). Para sufi sangat menghargai
ilm muktasab, hal ini terlihat dari guru-guru kaum sufi yang mencapai tingkatan tinggi dalm
penguasaan berbagai ilmu seperti Imam Ghazali, Ibn ‘Arabi dan lain-lain. kalaupun ada yang
tidak menghargai atau bahkan mengecam ilmu, maka itu hanya dilakukan oleh kelompok-
kelompok tertentu.
Ilmu kalam menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka ilmu
tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang Tuhan
tersebut.
Ilmu tasawuf memberikan unsur-unsur batiniyah kepada fiqih. Fiqih akan terasa sangat
lahiriyah dan formalistik atau terasa amar kering tanpa tasawuf. Sebaliknya fiqh pula
memberikan aturan-aturan yang dengannya tasawuf terhindar dari kebenaran sendiri yang
batiniyah tanpa memerhatikan aturan-aturan lahiriyah.
Filsafat telah memberikan sumbangan dalam dunia tasawuf. Kajian-kajian filsafat tentang
roh banyak dikembangkan dalam tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.
Di dalam tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Hal ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang dimunculkan oleh
jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi.
Nama lengkapnya, Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar lahir di Madinah 21 H (642 M), dan
meninggal di Bashrah 110 H (728 M). beliau terkenal di kalangan tabi’in sebagai orang yang
zahid. Kezahidannya didasarkan kepada rasa takut (khouf) yang mendalam kepada Allah.
B. Al-Muhasibi
Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris bin Asad Al-Bashri Al-Muhasibi (165-243 H) lahir di
Bashrah. Beliau adalah seorang sufi yang menyatukan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat.
C. Al-Qusyairi
Nama lengkapnya ‘Abd Al-Karim bin Hawazin Qusyairi, lahir di Istiwa’ Nais (376-465 H).
Beliau mengadakan pembaharuan terhadap tasawuf, Ia mengemukakan konsep-kkonsep
mengompromikan antara syari’at dan hakikat, antara dzahir dan yang bathin dengan
senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
D. Al-Ghazali
Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Al-Tusi Al-
Syafi’i Al-Ghazali. Lahir di Gazalah daerah Tus wilayah Khurusan Iran. Dalam tasawuf Al-
Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin Ahl As-Sunnah wal Jama’ah. Dia
menjauhkan tasawufnya dari kecenderungan gnostis dan teori-teori ketuhanan menurut
Aristoteles (emanasi dan penyatuan).
A. Rabi’ah al-Adawiyah
Rabi’ah Al-Adawiyah dianggap sebagai seorang sufi yang meletakkan dari konsep zuhud
berdasarkan cinta (al-hubb).
Beliau adalah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal dan maqamat
para wali. Beliau juga dipandang sebagai bapak faham ma’rifah. Menurutnya ma’rifah ada
tiga macam 1. ma’rifah orang awam, 2. ma’rifah para teolog da filosof, 3. ma’rifah para wali-
wali Allah.
C. Al-Junaid
Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang didasarkan pada kefanaan. Dimana
pemahaman akan hakikat Allah tidak akan dapat dicapai dengan akal fikiran tetapi melalui
kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian dari Tuhan.
D. Al-Bustami
Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, Abu Yazid dianggap sebagai pembawa faham
fana’ dan baqa’ dan sekaligus pencetus faham ittihad.
E. Al-Hallaj
Ada tiga ajaran pokok tasawuf Al-Hallaj yaitu: (1) hulul, (2) haqiqah Muhammadiyah dan (3)
wahdah al adyan.
A. Ibn ‘Arabi
Di antara ajaran terpenting Ibn ‘Arabi adalah wahdat al-wujud, yaitu faham bahwa manusia
dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.
B. Al-Jilli
Al-Jilli termasuk dalam kelompok sufi yang berpandanga bahwa yang ada ini adalah
tunggal, semua perbedaan pada hakekatnya hanyalah modus, aspek dan manifestasi
fenomenal (lahiriyah) dari realitas tunggal tersebut. Allah adalah substansi dari yang ada
ini. Substansi yang dinamakan Al-Jilli dengan Zat Mutlak ini, memanifestasikan diri melaluui
tiga taraf, yaitu: ahadiyah, huwiyah dan aniyah.
C. Ibn Sab’in
Ibn Sab’in mempunyai teori al-ihathah yaitu bahwa wujud secara keseluruhan adalah satu
kesatuan. Menurutnya wujud berdasarkan jenisnya terbagi tiga: 1. Wujud muthlaq, yaitu
Allah sendiri, 2. Wujud muqayyad, suatu wujud zat yang bergantung kepada wujud lainnya,
3. Wujud muqaddar, segala peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
A. Pengertian Tarekat
1. Ar-Raniri
2. Al-Palembani
A. Meluruskan Penyimpangan
2.
3. Motivasi Ibadah
4. Wahdat Al-Wujud
6. Jihad
7. Pengangguran
8. Komentar
B. Merumuskan Landasan Tasawuf Syar’i
Kelebihan
1. Kelebihan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang akhlak, mulai dari
pengertian secara umum hingga pada hal-hal yang sangat penting dalam proses
pembentukan akhlak al-karimah.
Kekurangan
1. Sebagian ayat Al-Qur’an, lafadz hadist dan maqolah ulama ada yang berharakat dan ada
yang tidak berharakat.
4. Biografi pengarang tidak dicantumkan, jadi kurang bisa memahami sejarah sekaligus
back ground dari penulis sendiri.
5. Tidak adanya indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.
6. Tidaka adanya Glosarium sebagai penjelasan dalam kaliamat yang sulit untuk difahami.
Penutup
Alhamdulilah telah sampailah pada akhir bacaan resensi dalam buku Akhlak tashawuf,
semoga pembaca dapat lebih jeli dalam membaca dan memberikan penilaian serta
pandangan dalam bebagai sudut pandang. Karena dapat menjadi tolak ukur pemahaman isi
dalam buku yang sudah dibaca.
Harapan penulis semoga bisa diberikan saran, da nada keperdulian sehingga menimbulkan
kritikan untuk penulis supaya dapat lebih menghasilkan resnsi yang sempurna, walaupun
dalam resnsi yang telah dibuat sangat jauh dari kata sempurna.
PENDAHULUAN
Melihat peranan penting akhlak dalam berkehidupan maka makalah ini
ditulis dalam bentuk laporan sebagai hasil bacaan. Tujuan pembuatan laporan ini
adalah penulisan hasil bacaan mahasiswa dalam bentuk laporan. Dalam laporan ini
mahasiswa dapat mengkritisi isi buku dan dapat mengetahui kualitas isi buku.
Pentingnya membuat laporan ini adalah melatih kemandirian mahasiswa dalam belajar
inti dari akhlak tasawuf. Manfaat pembuatan laporan ini adalah mahasiswa dapat
mengetahui pokok pokok pembahasan akhlak tasawuf. Dalam pembuatan laporan ini
juga mahasiswa mendapat hal – hal baru dalam ilmu akhlak tasawuf.
BAB 1
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK.
a. Pengertian
Ada dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistik ( kebahasaan ) dan pendekatan terminologik
(peristilahan ). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu
ismu mashdar ( bentuk infinitif ) dari kata akhlaq, yikhliqu, ikhlaqan.
Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khulqun yang berati budi
pekerti. Jika melihat penggunaan hadits Rasul SAW, maka benar arti akhlak berati
budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan berati budi
pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang menjadi tabiat.
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan perkembangan. Adapun pengertian ilmu akhlak
adalah ilmu atau ajaran baik buruk secara akal dan moralitas berdasarkan adat istiadat
ataupun agama.
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah perbuatan manusia untuk
selanjutnya diberikan penilaian apakah baik atau buruk, yang perbuatan tersebut
dilakukan secara sadar dan dikehendaki pelakunya. Objek ilmu akhlak berkaitan
dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang.
BAB 2
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA.
Ilmu akhlak diketegorikan dekat dengan Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu
Pendidikan, Ilmu Jiwa dan Filsafat. Ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu
Akhlak tersebut dikemukakan sebagai berikut.
Para ahli Ilmu tasawuf membagi Tasawuf menjadi tiga bagian yaitu,
tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki, dan tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya
mendekat dri kepada allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela
b. Tasawuf akhlaki menggunakan pendekatan akhlak yang tahapannya pendiri dari
Ilmu tauhid menurut HarunNasution sebagai ilmu yang membahas tentang
cara-cara mengesakan Tuhan. Ilmu tauhid disebut juga ilmu kalam secara harfiah
artinya ilmu tentang kata-kata. Ilmu tauhid pada intinya upaya memahami dan meyakini
adanya tuhan, dengan segala sifat dan perbuatannya.
1. ilmu tauhid dilihat dari segi objek pembahasan, membahas masalah tuhan baik dari
segi zat, sifat dan perbuatannya
2. dilihat dari segi fungsinya, ilmu taukhid menghendaki agar seseorang yang
bertaukhid tidak cukup dengan menghafal rukun iman dengan dalil-dalil nya saja, tetapi
yang terpenting adalah agar orang yang bertaukhid itu meniru dan mencontoh subjek
yang ada dalam rukun iman itu.
3. ilmu taukhid dilihat dari erat nya kaitan antara iman dan amal sholeh. Ilmu taukhid
memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu akhlak memberikan penjabaran
dan pengamalan dari ilmu taukhid.
Ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam
tingkah laku.dengan demikian ilmu jiwa mengarahkan pada aspek batin manusia
dengan cara meginterpretasikan perilaku yang tampak. Didalam ilmu jiwa terdapat
informasi tentang perbedaan sikologis yag dialami seseorang pada setiap jenjang
usianya. Msalnya, pada usia balita, anak cenderung emosional dan manja. Sedangkan
pada usia anak-anak cenderung meniru orang tua nya dan bersikap rekreatif. Gejala
sikologis seperti ini memberi informasi tentang perlu nya menyampaikan ajaran akhlak
sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Filsafat diambil dari bahasa arab yaitu falsafah, dari bahasa Yunani
pilosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata philos yang artinya cinta atau suka,
dan kata shopia yang artinya bijaksana. Dengan demikian, secara etimologis kata
filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya disebut pilosopher atau
failasuf (istilah failasuf, lihat ibn Mandzur dalam lisan al-Arab). Secara terminologis,
filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan
pengertian atau batasan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan mengunakan pikiran.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika atau akhlak termasuk salah satu
komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian
filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan bekembang yang pada akhirnya
membentuk rumah tangganya sendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika
atau akhlak dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui sebagai bagian
dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas
sendiri.
BAB 3
INDUK AKHLAK ISLAMI
Secara garis besar akhlak dibagi dalam dua bagian, yaitu akhlak baik (al-akhlak
al-karimah) dan akhlak buruk (al-akhlak al-mazmumah). Secara teoritas macam-macam
akhlak berinduk kepada tiga bagian yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau
kesatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Ketiga macam induk
akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam
mempergunakan tiga potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql
(pemikiran) yang berpusat di kepala, ghodob (amarah) yang berpusat di
dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut. Akal yang
digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah yang digunakan
secara adil akan menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan
secara adil akan menimbulkan sikap iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbutan
dosa dan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap
adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia.
BAB 4
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani bar
terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang
bijaksana (500-450 SM). Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam
membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran
tentang manusia.
demikian ajaran akhlak ini bersifat teocenti (memusat pada Tuhan) dan Sufistik
(bercorak batin).
Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah
ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.
masa itu bangsa arab mempunyai ahli hikmah dan ahli syair yang syair-syairnya
Agama Islam intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah .
agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memgajarkan kesejahteraan Akhlak islam bercorak pada 2 yaitu : akhlak yang bercorak
normati dan akhlak yang bercorak rasional dan cultural
C. Akhlak Pada Zaman Baru
Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mengalami kebangkitan dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini dianggap
mapan mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menetapkan pola
bertindak dan berpikkir secara liberal. Shafesbury dan Hatshson berkata bahwa di
dalam diri manusia terdapat indra insting yang dapat mengetahui dengan sendirinya
terhadap sesuatu yang baik atau buruk.
BAB 5
ETIKA MORAL DAN SUSILA
a. Etika
Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia , etika diartika ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.
Adapun arti dari segi istilah telah dikemukan para ahli dengan pendapat
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Ahmad Amin mengartika bahwe
etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan manusia, tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
b. Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bawa moral adalah penentuan baik buruk terhada perbuatan dan kelakuan.
Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk Jika etika dan moral tersebut
dihubungkan satu dan yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan
moral memiliki obyek yang sama, yaitu sama-sama membahas perbutan manusia untuk
selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
c. Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu su dan sila. Su
berarti baik dan sila berarti dasar. Kata susila kemudian digunakan untuk arti sebagai
aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk. Para pelacur
misalnya diberi gelar tuna susila.
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila
dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Perbedaan moral, etika, susila dan
akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik
dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal dan
pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum
dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menetukan baik dan
buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
BAB 6
BAIK DAN BURUK
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab,
atau good dalam bahasa Inggris. Baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.
Sedangkan yang disebut buruk adalah syar dalam bahasa Arab, atau sesuatu yang
dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang
berlaku dan adat-istiadat yang berlaku dan dipegang tegunh oleh masyarakat. Adat
istiadat, selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum.
Menurut paham ini perbuatan baik adalah perbuatan yang banyak
mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.
Secara harfiah utilis artinya berguna. Menurut paham ini bahwa yang dikatakan
baik adalah yang berguna.
Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap
baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang, dan berlaku siapa yang
kuat dan menang itulah yang baik.
Menurut Herbert Spencer (1820-1903) mengatakan bahwa perubahan akhlak itu
tumbuh secara sederhana, kemudian meningkat sediktit demi sedikit berjalan kearah
cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik jika seuai dengan cita-cita
itu dan buruk jika jauh daripadanya. Sedangkan tujuan hidupa manusia adalah
mencapai cita-citanya atau paling tidak mendekati sedikit mungkin.
Menrurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk Al-Qur’an dab Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits banyak
istilah yang mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk.
Di antara istilah yang mengacu pada baik misalnya hasanah, thoyyibah, khairoh,
karimah, mahmudah, azizah dan birr. Adanya istilah kebaikan yang demikian variatif
yang diberikan Al-Qur’an dan Hadits itu menunjukan bahwa penjelasan terhadap
sesuatu yang baik menurut ajaran Islam itu jauh lebih lengkap dibandingkan dengan
arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.
BAB 7
KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HATI NURANI
Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang kebebasan manusia, yaitu:
Pertama kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan
merdeka untuk melakukan perbuatannya menurut kemauannya sendiri. Kedua kelompok
yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk melakukan
perbuatannya secara bebas karena mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan.
3. Kebebasan moral yang dalam arti luas berarti tidak ada macam macam-macam
ancaman, tekanan, larangan, dan lain desakan yang berupa paksaan fisik. Dan dalam
arti sempit berarti tidak ada kewajiban, yaitu kebebasan berbuat apabila terdapat
kemungkinan untuk bertindak
Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada
tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah
keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Uraian tersebut menunjukan bahwa tanggung
jawab erat kaitannya dengan kesenjangan atau perbuatan yang dilakukan dengan
kesadaran.
Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh
saluran ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan
dan tidak suka kepada keburukan. Karena sifat yang demikian itu, maka hati nurani
harus dijadikan salah satu pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada
dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak menyalahi hati nuraninya.
d. Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani Dengan Akhlak
Masalah kebebasan, tanggung jawab dan hatu nurani adalah faktor dominan
yang menentukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki. Disinilah
letak hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani dengan
akhlak. Karenanya dalam membahas akhlak seseorang tidak dapat meninggalakan
pembahasan mengenai kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani.
BAB 8
HAK, KEWAJIBAN DAN KEADAILAN
a. Hak
Hak dapat diartikan wewenang yang secara etis seseorang dapat mengerjakan,
Ada bermacam-macam hak dan ada dua faktor yang menyertainya, yaitu:
a. Faktor yang merupakan hal ( obyek) yang dihakki (dimiliki) yang selanjutnya
disebut hak obyektif. Hak ini baik berupa fisik maupun non fisik
b.Faktor orang (subyek) yang berhak, yang berwenang untuk bertindak menurut sifat-
b. Kewajiban
Karena hak merupakan wewenang dan bukan kekuatan, maka ia merupakan
tuntutan, dan terhadap orang lain kewajiban itu menimbulkan kewajiban, yaitu
kewajiban menghormati terlaksananya hak-hak orang lain.
c. Keadilan
Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban itu maka timbul pula keadilan.
Poedjawijatna mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan hak (yang
sah). Sedangkan menurut Islam keadilan adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Demikian
pentingnya masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan hak dan kewajiban ini Allah
SWT berfirman:
ان ا لله يأ مر با لعد ل واالحسان وا يتائ ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر
والبغي
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (QS. An-Nahl : 90)
Hak merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak harus dilakukan oleh
sesorang sebagai haknya. Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi
keperibadian dari seseoarang yang darinya timbul kewajiban untuk melaksanakan tanpa
rasa berat. Sedangkan keadilan dalam teori pertengahan ternyata merupakan induk
akhlak. Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan maka akan mendukung
terciptanya akhlaki.
BAB 9
AKHLAK ISLAMI
Akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah daging dan sebenarnya dan didasarkan pada ajaran Islam.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai Kholiq.
Empat alasan mengapa manusia perlu berkahlak kepada Allah, yaitu karena:
d. Allah lah yang telah memulyakan manusia dengan diberikan kemampuan menguasai
Banyak sekali rincian yang dikemukan Al-Qur’an berkaitan dengan akhlak
terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai bukan hanya berupa melakukan hal-hal
negatif seperti membunuh, mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga
sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritkan aib seseorang dibelakngnya.
Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu yang ada disekitar
manusia. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebgai khalifah.
BAB 10
PEMBENTUKAN AKHLAK
Pembianaan alhlak merupakan tumpuan pertama dalam Islam. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi
dengan pelaksanaan rukun Islam, karena dalam rukun Islam yang lima itu terkandung
konsep pembinaan akhlak.
Menurut aliran ini bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan
akhlak adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecenderungan, bakat,
akal dan lain-lain.
Faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan diri seseorang adalah
faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan.
3. Aliran Konvergensi
BAB 11
ARTI, ASAL-USUL DAN MANFAAT TASAWUF DALAM ISLAM
Dari segi bahasa tasawuf berarti sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorbann untuk kebaikan dan selalu
bersikap bijaksana. Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang
mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung pada sudut pandang yang digunakan masing-masing. Selama ini ada tiga
sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus
berjuang, dan manusia sebagai makhlauk yang ber-Tuhan
Unsur Islam
Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan
jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur batiniah itulah kemudian
lahirlah tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapar perhatian yang cukup besar
dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Al-Hadits serta prkatek kehidupan nabi dan
para sahabatnya.
BAB 12
MAQOMAT DAN HAL
a. Maqomat
Secara bahasa maqomat berarti orang yang berdiri atau pangkal mulia.
Istilah ini kemudian digunakan untuk arti sebagai jalan yang harus ditempuh oleh
b. Hal
perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Hal berlainan
dengan maqam, bukan diperoleh atas usaha manusia, tetapi diperdapat sebagai
BAB 13
MAHABBAH
Kata mahabbah berarti mencintai secara mendalam. Kata mahabbah tersesebut
selanjutnya digunakan untuk menunjukan pada suatu paham dalam tasawuf. Dalam
hubungan ini mahabbah obyeknya lebih ditujukan kepada Tuhan. Pengertian mahabbah
“Mahabbah adalah keadaan jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya
(kemutlakan) Allah SWT oleh hamba, selanjutnya yang dicintai itu juga menyatakan
cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.”
Ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.
Yaitu:
1. Al-Qalb adalah hati sanubari sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.
BAB 14
MA’RIFAH
Dari segi bahasa ma’rifah artinya pengetahuan atau pengalaman. Orang-orang
sufi mengatakan:
o Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan
o Ma’rifah adalah cermin, kalau seorang arif melihat kecermin itu yang akan dilihatnya
o Yang dilihat orang arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanyalah Allah SWT.
o Sekiranya ma’rifah mengambil bentuk materi, semua orang yang melihat padanya akan
mati karena tak tahan melihat kecantikan dan keindahannya. Dan semua cahaya akan
Alat yang digunakan untuk ma’rifah telah ada pada diri manusia, yaitu qolb
(hati), karena qolb selain untuk merasa adalah juga untuk berpikir. Bedanya qolb
dengan akal adalah bahwa akal tak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya
tentang Tuhan, sedangkan qolb bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada, dan
BAB 15
AL-FANA, AL-BAQA, DAN ITTIHAD
Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda
dengan al-fasad (rudak). Fana artinya tidak tampak sesuatu, sedangkan rusak berarti
berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Sedangkan arti fana menurut para ahli
sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu
yang lazim digunakan pada diri. Sebagai akibat dari fana adalah baqa.
Secara harfiah baqa artinya kekal, sedangkan menurut para sufi baqa
adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat tuhan dalam diri manusia. Karena
lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah.
Berbicara fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin
dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa adalah al-ittihad. Dalam situasi ittihad
yang demikian itu, seoran sufi telah merasa dirinya telah bersatu dengan Tuhan, suatu
tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu.
BAB 16
AL-HULUL
Secara harfiah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
melalui fana. Atau dapat disimpulkan halul adalah suatu tahap dimana manusia dan
Tuhan bersatu secara rohaniah. Dalam hal ini pada hakikatnya adalah istilah lain dari
BAB 17
WAHDAT AL-WUJUD
Wahdat al-wujud adalah ungkapan dua buah kata yaitu, wahdat dan al-wujud.
Wahdat artinya sediri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan
demikian kata wahdat al-wujud dapat diartikan kesatuan wujud. Paham ini selanjutnya
membawa pada timbulnya paham bahwa antara makhluk (manusia) dan al-khaliq
(Allah) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, sedangkan wujud makhluk adalah
bayangan dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari dasar pemikiran sebagai mana
dalam al-hulul bahwa Allah ingin melihat diri-Nya diluar diri-Nya, dan oleh karena itu
Secara bahasa insan kamil berarti manusia yang sempurna. Selanjutnya Jamil
Shaliba mengatakan bahwa kata insan menunjukan pada suatu yang secara khusus
Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan
digunakan untuk menunjukan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal ini terjadi
melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu dan sekalian sifat
Dari segi bahasa tarikat berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis tertentu.
Jamil Shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang terang lurus yang
Mustafa Zahri dalam hubungan ini mengatakan tarikat adalah jalan atau
petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dangan yang dicontohkan oleh Nabi
Karena tarikat ini merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, maka orang yang menjalankan tarikat ini harus menjalankan
o Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk megitkuti jejak guru dan
o Tidak mencari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki
o Berbuat dan mengisi waktu seefesien mugkin dengan segala wirid dan doa guna
o Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal
o Dzikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Allah dalam hati seta menyebut namanya
dengan lisan
o Ratib, yaitu mengucapakan lafadz la ilaha illa Allah dengan gaya, gerak dan irama
tertentu
o Musik, yaitu dalam membacakan wirid dan syair tertentu diiringai dengan bunyi-bunyian
o Menari, yaitu gerak yang dilakukan untuk mengiringi wirid dan bacaan tertentu untuk
menimbulkan hidmat
o Bernafas, yaitu mengatur cara nafas dalam melakukan zikir tertentu.
BAB 20
PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF
Sosiolog Prancis Jacques Ellul mengatakan bahwa kemajuan teknologi akan
o Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi
o Nilai-nilai manusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi
o Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkan
o Efek negetif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek posotifnya. Teknologi tidak
pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi secara serentak dan tidak terpisahkan
Semua penemuan teknologi menimbulkan dampak yang tak terduga Kehadiran ilmu
sebagai berikut:
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut,
dan salah satu yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara
itu perlu ?
Dengan adanya bantuan tasawuf maka ilmu pengetahuan satu dengan
lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan.
Dan dipihak lain perasaan beragama yang didukung oleh ilmu pengetahuan itu juga
akan semakin mantap.hubungan ilmu dengan ketuhanan yang diajarkan agama jelas
sekali. Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang
dituju.
Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan
kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan budi pekerti yang tajam
masalah yang dihadapi. Dengan cara demikian, ia akan terhindar dari melakukan
Uraian dari bab bab didalam buku Akhlak Tasawuf karya Prof. Dr. H. Abuddin
Nata, M.A sangatlah jelas penjabaran dan penyampaian esensinya. Buku tersebut
ditempuh oleh seseorang yang menghendaki kehidupan yang lebih baik guna selamat
dunia dan akhirat. Tetapi buku tersebut hanyalah ilmu hasil ijtihad manusia, buku
persoalan tentang akhlak manusia dalam berkehidupan dalam zaman modern ini.
pemikiran manusia yang itu harus diimbangi dengan perkembangan ajaran – ajaran
agama.
Buku Akhlak Tasawuf karya karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. ini
memberikan manfaat, terutama kepada saya sebagai pembaca. Manfaat yang saya
dapat adalah saya mengetahui hal – hal baru dalam tasawuf yang sebelumnya belum
pernah saya dapatkan. Seperti pengertian – pengretian dalam tasawuf, pembagian –
pembagian ilmu tasawuf, proses pembentukan akhlak dalam diri manusia, hingga
peranan akhlak yang sangat penting dalam berkehidupan sesama manusia.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas kami dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu
tasawuf adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu
tasawuf jiwa kita lebih tenang dan damai. Dan bertasawuf bukanlah harus dengan
bertarikat tapi hakikat ilmu tasawuf adalah pembinaan jiwa kerohanian sehingga
bisa berhubungan dengan Allah sedekat mungkin. Tasawuf juga ilmu yang sangat
tasawuf. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, hingga kepribadiaannya. Karena sifatnya yang berada dalam jiwa, maka
Maka dengan begitu kita semua bisa bertasawuf walaupun apapun
berprofesinya, karena inti tasawuf adalah terisinya jiwa dengan akhlak yang baik
dan kesucian jasmani dan rohani dari akhlak yang tercela. Untuk itu menurut kami
orang yang bisa menjaga dirinya dari kedua hal tersebut juga sudah dinamakan
hidup bertasawuf.