Anda di halaman 1dari 66

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
resensi buku yang berjudul “AKHLAK TASAWUF” tepat pada waktunya. Shalawat serta
Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Dalam penyusunan resensi buku ini, penulis menyadari telah melibatkan banyak pihak turut
serta berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang membawa andil
dalam penulisan ini berupa bimbingan, motivasi maupun materi yang tiada ternilai harganya
bagi penulis. Guna menghargai seluruh kontribusi yang telah diberikan pihak-pihak yang
terkait. Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya
kepada :

1. Bapak Drs. H. Barowi, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf

2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan serta mendukung saya dari belakang menuju
kesuksesan.

Adapun tujuan penulisan resensi ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
“Ilmu Tasawuf” pada semester genap. Saya berharap resensi ini dapat memberikan
manfaat serta suatu dampak positif bagi kita semua.

Resensi buku Akhlak Tasawuf ini memang jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan arah yang lebih baik. Semoga
buku ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah
pengetahuan dan semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin..

Jepara, 27 Juni 2015

Identitas Data Buku


Judul Buku : AKHLAK TASAWUF
Pengarang : Dr. H. Jamil, MA.
Penerbit : Referensi
ISBN : 978-979-915167-4
Edisi/cet : Pertama
Tahun Terbit : 2013
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : xii + 244 hlm.
Jumlah Bab : 12 Bab
Kategori : Agama
Design Cover : Kultural
Layout Isi : Rio QQQ
Ukuran : 14,8 x 21 cm

Pendahuluan

Ulasan Pembahasan

Bab I : AKHLAK

A. Pengantar

Misi risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan kepada dunia
tentang keesaan Allah dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai
Islam sekaligus memperbaiki akhlak manusia.

B. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan dalam jiwa yang tetap yang memunculkan suatu perbuatan
secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa.

C. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak dapat dimanifestasikan ke dalam berbagai ruang lingkup seperti:

1. Akhlak terhadap Khaliq (Pencipta)

Sikap ini dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.

2. Akhlak terhadap Makhluk

Dalam konteks hubunga sesama muslim, maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa
hubungan tersebut sebagai sebuah anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan
penderitaan jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit.

D. Akhlak Kepada Lingkungan

Manusia adalah makhluk Allah sejak dahulu merasa mampu melaksanakan amanah yang
diberikan Allah kepadanya baik dalam bentuk peribadahan kepada Allah maupun
memelihara bumi dan langit tersebut dari kerusakan yang dibuat oleh tangan mereka.

E. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Etika membahas perbuatan manusia namun bersumber pada akal pikiran dan filsafat.
Moral adalah sebuah ukuran baik dan buruk yang diakui oleh sebuah komunitas masyarakat
atau kelompok tertentu yang menyepakatinya baik didasarkan pada agama atau tidak.

F. Kajian Akhlak Dalam Lintasan Sejarah


Kajian akhlak dalam sejarah dapat ditemukan pada sejarah Yunani. Kajian-kajian ini
berkutat pada masalah etika, moral, dan tingkah laku yang bersumber pada pemikiran
tokoh-tokohnya seperti Socrates, Plato dan Aristoteles dan di era Islam dengan tokoh-
tokohnya yaitu Al-Ghazali, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Mikawaih.

G. Kedudukan Akhlak Dalam Ajaran Islam

Ajaran Islam terdiri dari tiga komponen yaitu Islam, Iman dan Ihsan, tiga komponen tersebut
saling terkait dan dapat dianggap sebagai sebuah tindakan akhlak terpuji.

H. Akhlak Terpuji dan Tercela

Akhlak terpuji meliputi karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan Rasul seperti: rasa
belas kasihan dan lemah lembut, pemaaf, dapat dipercaya dan menepati janji, manis muka
dan tidak sombong, malu, sabar, tolong-menolong dan lain-lain.

Sedangkan akhlak tercela meliputi: egois, kikir, berdusta, khianat, pengecut, menggunjing,
dengki, berbuat kerusakan, berlebih-lebihan, berbuat zalim dan berbuat dosa besar.

I. Kriteria Seseorang Telah Mencapai Tingkatan Akhlak Terpuji

Empat kriteria seseorang telah mencapai tingkatan akhlak terpuji menurut Imam Ghozali
adalah: bijaksana, menjaga kesucian diri, berani dan adil.

J. Hubungan Akhlak dan Tasawuf

Akhlak merupakan awal perjalanan tasawuf, sedang tasawuf merupakan akhir perjalanan
akhlak.

K. Urgensi Akhlak di Jaman Modern


Kehidupan modern yang cenderung bisa menyebabkan dehumanisasi (tercerabutnya nilai-
nilai kemanusiaan) dan alienasi (merasa terasing dalam kehidupan) memerlukan terapi
konkret berupa keharusan manusia untuk dekat kepada Allahda memperbaiki hubungan
sosialnya dengan manusia lain.

L. Akhlak Dalam Kehidupan Keluarga

Keluarga sebagai organisasi sosial terkecil memainkan peran yang signifikan dalam
menyebarkan nilai-nilai akhalak kepada masyarakat. Sebuah komunitas masyarakat yang
dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia biasanya diawali dari keluarga-keluarga yang memiliki
akhlak yang baik.

Bab 2: Pengertian, Dasar-Dasar & Sejarah Asal Usul


Tasawuf

A. Memahami Arti dan Tujuan Tasawuf

Kata tasawuf berkonotasi pada kebijakan, keucian hati dari godaan hawa nafsu,
memutuskan ketergantungannya dengan kehidupan material yang dapat mengganggu
hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kezuhudan dan menenggelamkan diri dalam ibadah
sehingga semakin dekat dengan-Nya.

Tasawuf berkutat pada kegiatan-kegiatan pembersihan jiwa, mengisinya dengan sifat-sifat


terpuji, cara-cara suluk dan mendekatkan diri dan berada di hadirat Allah.

B. Dasar-Dasar Ajaran Tasawuf Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara atau
paling tidak berhubungan dengan hal-hal yang terdapat di dalm tasawuf di antaranya
sebagai berikut:
)٤٥ :‫واذكر هللا كثيرً ا لعلّكم تفلحون (األنفال‬

“dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”

C. Dasar-Dasar Dari Sunnah Rasulullah SAW

Ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari Al-qur’an dan Al-Sunnah, karena amalan para
sahabat, tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, seperti hadist ini:

.....)‫أعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك (متفق عليه‬

“sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya,
maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim).

D. Kontroversi Asal Usul Tasawuf

1. Unsur Nashrani

Dari literatur tasawuf terlihat bahwa ada beberapa hal yang dikatakan bersumber dari
agama Nasrani. Di antaranya sifat fakir, karena menurut keyakinan Nashrani bahwa Isa
adalah orang yang fakir dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir.

2. Unsur Hindu-Budha

Paham fana yang ada dalam tasawuf dikatakan hampir sama dengan nirwana dalam
agama Budha, dimana agama Budha mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia
dan memasuki hidup kontemplatif.

3. Unsur Yunani

Ada penetrasi budaya Yunani ke dalam budaya Islam lewat bacaan-bacaan yang
diterjemahkan. Disadari atau tidak bacaan-bacaan tersebut telah mempengaruhi orang-
orang Islam khususnya dalam bidang filsafat.

4. Unsur Persia

Belum ditemukan dalil yang kuat yang menerangkan bahwa kehidupan rohani Persia telah
masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia
melalui ahli-ahli tasawuf.

E. Komentar

Jika tasawuf diidentikkan dengan khouf, raja’, zuhud, tawakkal, ridha, mahabbah, ma’rifah
dan lainnya, maka Rasulullah dan para sahabatnya telah mempraktekkan hal ini. Mereka
bisa mengamalkan hal itu tanpa dengan buku-buku Persia, Hindu-Budha dan lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Sunnah, meskipun dalam perkembangannya mungkin banyak pengaruh-pengaruh asing dan
sudah bnyak perubahan.

F. Istilah Syari’at Dan Hakikat

Syari’at meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aqidah, ibadah maupun mu’amalah dan juga
akhlak. Di kalangan para sufi, syari’at berarti amal ibadah lahiriah (eksoterik).

Hakikat dalam pandangan tasawuf adalah inti atau rahasia yang paling dalam dari syari’at
dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.

Bab 3: Pengenalan Tasawuf Akhlaqi dan Falsafi

A. Sejarah Ringkas

Tasawuf dibagi menjadi dua bagian: tasawuf akhlaqi (konsentrasinya pada teori-teori
perilaku, akhlak atau budi pekerti) dan dikembangkan oleh ulama-ulama salaf, dan tasawuf
falsafi (yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat dikembangkan oleh
ahli sufi sekaligus filosof.

1. Abad Pertama dan Kedua Hijriyah

Pada periode ini tasawuf masih dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud). Tokoh-tokohnya
dari golongan sahabat yaitu Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir,
Hudzaifah bin Al-Yaman dan lain-lain. Dan dari golongan tabi’in yaitu Hasan Al-Bashri, Malik
bin Dinar, Ibrahim bin Adham, Rabi’ah Al-Adawiyah dan lain-lain.

2. Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah

Tasawuf mulai berkembang dan di fokuskan kepada tiga hal: a) jiwa tasawuf yang berisi
cara pengobatan jiwa, b) akhlak, tasawuf yang berisi teori-teori tentang bagaimana
berakhlak mulia dan menghilangkan akhlak buruk, c) metafisika, tasawuf yang berisi teori
ketunggalan hakikat Ilahi atau kemutlakan Tuhan. Tokoh-tokohnya Ma’ruf Al-Karkhi, Surri Al-
Saqti, Dzun Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Busthami dan lain-lain.

3. Abad Kelima Hijriyah

Pada periode ini lahirlah seorang tokoh sufi besar Al-Ghazali yang melancarkan kritik-kritik
tajam terhadap berbagai aliran filsafat dan kepercayaan kebatinan dan berupaya
mengembalikan tasawuf kepada ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Tokoh-tokohnya adalah Al-Qusyairi dan Al-Harawi.

4. Abad Keenam dan Ketujuh Hijriyah

Kembali munculnya tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat dengan
teori-teori yang tidak murni tasawuf dan juga tidak murni filsafat yang lebih dikenal dengan
nama tasawuf falsafi. Tokohnya adalah As-Suhrawardi, Mahyuddin Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in dan
lain-lain.

5. Abad Kedelapan Hijriyah dan seterusnya

Pada periode ini tasawuf mengalami kemunduran, itu semua karena orang-orang yang
berkecimpung di dalam tasawuf kegiatannya terbatas pada komentar-komentar atau
meringkas buku-buku tasawuf terdahulu serta memfokuskan pada aspek-aspek praktek
ritual yang lebih berbentuk formalitas sehingga semakin jauh dari substansi tasawuf.

B. Tasawuf Akhlaqi

Adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Untuk menghilangkan


penghalang yang membentengi manusia dengan Tuhannya, ada tiga tahapan yang harus
dijalani yaitu:

1. Takhalli, yaitu usaha membersihkan diri dari semua perilaku tercela, baik maksiat batin
maupun maksiat lahir.

2. Tahalli, yaitu tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan dari akhlak-akhlak tercela.

3. Tajalli, yaitu tersingkapnya nur ghaib.

Untuk melanggengkan dan memperdalam rasa kedekatan dengan Tuhan, para sufi
mengajarkan munajat, muhasabah, muraqabah, kastrat al-dzikr, dzikr al-maut dan tafakkur.

C. Tasawuf Falasafi

Tasawuf jenis ini tidak dapat dikategorikan sebagai tasawuf dalam arti yang sesungguhnya
karena teori-teorinya lebih berorientasi pada pantheisme. Juga tidak dapat dikatakan
sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan kepada
rasa atau dzauq.
Bab 4: Maqamat dan Ahwal

A. Maqamat (Stages)

Maqamat adalah tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam hal ibadah dan
latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqamat meliputi: taubat, zuhud, sabar, tawakkal
dan ridha.

B. Ahwal (States)

Ahwal adalah suatu kondisi keadaan jiwa yang diberikan Allah tanpa upaya dari orang yang
berkenaan. Ahwal meliputi: muraqabah, mahabbah, khawf (takut), raja’ (berharap), al-syauq
(rindu) dan al-uns (intim).

C. Metode Irfani

Penyingkapan pengetahuan dengan sarana qalb yang suci merupakan lingkup irfaniyah, di
mana ma’rifah hanya dapat diperoleh seseorang setelah memiliki qalb yang suci. Dalam
metode irfani ada beberapa tahapan untuk mencapai ma’rifah yaitu riyadhah, tafakkur,
tazkiyah al-nafs dan dzikrullah.

Bab 5: Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam,


Filasafat, Fiqih dan Ilmu Jiwa Agama

A. Ilmu Dalam Pandangan Kaum Sufi

Ilmu dalam Islam dibagi atas dua bagian yaitu ilm al-muktasab (diperoleh lewat proses
pembelajaran) dan ilm ladunni (tanpa proses pembelajaran). Para sufi sangat menghargai
ilm muktasab, hal ini terlihat dari guru-guru kaum sufi yang mencapai tingkatan tinggi dalm
penguasaan berbagai ilmu seperti Imam Ghazali, Ibn ‘Arabi dan lain-lain. kalaupun ada yang
tidak menghargai atau bahkan mengecam ilmu, maka itu hanya dilakukan oleh kelompok-
kelompok tertentu.

B. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam

Ilmu kalam menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka ilmu
tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang Tuhan
tersebut.

C. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fiqh

Ilmu tasawuf memberikan unsur-unsur batiniyah kepada fiqih. Fiqih akan terasa sangat
lahiriyah dan formalistik atau terasa amar kering tanpa tasawuf. Sebaliknya fiqh pula
memberikan aturan-aturan yang dengannya tasawuf terhindar dari kebenaran sendiri yang
batiniyah tanpa memerhatikan aturan-aturan lahiriyah.

D. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Filasafat

Filsafat telah memberikan sumbangan dalam dunia tasawuf. Kajian-kajian filsafat tentang
roh banyak dikembangkan dalam tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.

E. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa

Di dalam tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Hal ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang dimunculkan oleh
jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi.

Bab 6: Tasawuf Akhlaqi


A. Hasan Al-Basri

Nama lengkapnya, Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar lahir di Madinah 21 H (642 M), dan
meninggal di Bashrah 110 H (728 M). beliau terkenal di kalangan tabi’in sebagai orang yang
zahid. Kezahidannya didasarkan kepada rasa takut (khouf) yang mendalam kepada Allah.

B. Al-Muhasibi

Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris bin Asad Al-Bashri Al-Muhasibi (165-243 H) lahir di
Bashrah. Beliau adalah seorang sufi yang menyatukan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat.

C. Al-Qusyairi

Nama lengkapnya ‘Abd Al-Karim bin Hawazin Qusyairi, lahir di Istiwa’ Nais (376-465 H).
Beliau mengadakan pembaharuan terhadap tasawuf, Ia mengemukakan konsep-kkonsep
mengompromikan antara syari’at dan hakikat, antara dzahir dan yang bathin dengan
senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

D. Al-Ghazali

Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Al-Tusi Al-
Syafi’i Al-Ghazali. Lahir di Gazalah daerah Tus wilayah Khurusan Iran. Dalam tasawuf Al-
Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin Ahl As-Sunnah wal Jama’ah. Dia
menjauhkan tasawufnya dari kecenderungan gnostis dan teori-teori ketuhanan menurut
Aristoteles (emanasi dan penyatuan).

Bab 7: Tasawuf Irfani

A. Rabi’ah al-Adawiyah
Rabi’ah Al-Adawiyah dianggap sebagai seorang sufi yang meletakkan dari konsep zuhud
berdasarkan cinta (al-hubb).

B. Dzun al-Nun al-Mishri

Beliau adalah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal dan maqamat
para wali. Beliau juga dipandang sebagai bapak faham ma’rifah. Menurutnya ma’rifah ada
tiga macam 1. ma’rifah orang awam, 2. ma’rifah para teolog da filosof, 3. ma’rifah para wali-
wali Allah.

C. Al-Junaid

Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang didasarkan pada kefanaan. Dimana
pemahaman akan hakikat Allah tidak akan dapat dicapai dengan akal fikiran tetapi melalui
kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian dari Tuhan.

D. Al-Bustami

Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, Abu Yazid dianggap sebagai pembawa faham
fana’ dan baqa’ dan sekaligus pencetus faham ittihad.

E. Al-Hallaj

Ada tiga ajaran pokok tasawuf Al-Hallaj yaitu: (1) hulul, (2) haqiqah Muhammadiyah dan (3)
wahdah al adyan.

Bab 8: Tasawuf Falsafi

A. Ibn ‘Arabi
Di antara ajaran terpenting Ibn ‘Arabi adalah wahdat al-wujud, yaitu faham bahwa manusia
dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.

B. Al-Jilli

Al-Jilli termasuk dalam kelompok sufi yang berpandanga bahwa yang ada ini adalah
tunggal, semua perbedaan pada hakekatnya hanyalah modus, aspek dan manifestasi
fenomenal (lahiriyah) dari realitas tunggal tersebut. Allah adalah substansi dari yang ada
ini. Substansi yang dinamakan Al-Jilli dengan Zat Mutlak ini, memanifestasikan diri melaluui
tiga taraf, yaitu: ahadiyah, huwiyah dan aniyah.

C. Ibn Sab’in

Ibn Sab’in mempunyai teori al-ihathah yaitu bahwa wujud secara keseluruhan adalah satu
kesatuan. Menurutnya wujud berdasarkan jenisnya terbagi tiga: 1. Wujud muthlaq, yaitu
Allah sendiri, 2. Wujud muqayyad, suatu wujud zat yang bergantung kepada wujud lainnya,
3. Wujud muqaddar, segala peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Bab 9: Seputar Tarekat (Thariqah)

A. Pengertian Tarekat

B. Tarekat Yang Berkembang Di Indonesia

C. Argumentasi Beberapa Praktek Praktis Tarekat

Bab 10: Tasawuf di Indonesia


A. Aliran Tasawuf Falsafi (Hamzah Al-Fansuri)

B. Aliran Tasawuf Sunni (Ar-Raniri Dan Al-Palembani)

1. Ar-Raniri

2. Al-Palembani

C. Tasawuf Modern (Hamka)

Bab 11: Seputar Tasawuf Syar’i

A. Meluruskan Penyimpangan

1. Syari’ah Dan Haqiqah (Hakikat)

2.

3. Motivasi Ibadah

4. Wahdat Al-Wujud

5. Hormat Kepada Syaikh

6. Jihad

7. Pengangguran

8. Komentar
B. Merumuskan Landasan Tasawuf Syar’i

Bab 12: Penutup

Kelebihan

1. Kelebihan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang akhlak, mulai dari
pengertian secara umum hingga pada hal-hal yang sangat penting dalam proses
pembentukan akhlak al-karimah.

2. Terdapat keterangan pada kata-kata asing.

3. Penjelasannya sangat rinci.

4. Dalam penjelasanya memberikan ta’rifnya secara teologis dan dapat menggambarkan


dalam sejarah-sejarahnya.

Kekurangan

1. Sebagian ayat Al-Qur’an, lafadz hadist dan maqolah ulama ada yang berharakat dan ada
yang tidak berharakat.

2. Bahasanya sedikit sulit difahami dalam segi pengertianya

3. Masih adanya kesalahan penulisan di beberapa tempat.

4. Biografi pengarang tidak dicantumkan, jadi kurang bisa memahami sejarah sekaligus
back ground dari penulis sendiri.
5. Tidak adanya indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.

6. Tidaka adanya Glosarium sebagai penjelasan dalam kaliamat yang sulit untuk difahami.

Penutup

Alhamdulilah telah sampailah pada akhir bacaan resensi dalam buku Akhlak tashawuf,
semoga pembaca dapat lebih jeli dalam membaca dan memberikan penilaian serta
pandangan dalam bebagai sudut pandang. Karena dapat menjadi tolak ukur pemahaman isi
dalam buku yang sudah dibaca.

Harapan penulis semoga bisa diberikan saran, da nada keperdulian sehingga menimbulkan
kritikan untuk penulis supaya dapat lebih menghasilkan resnsi yang sempurna, walaupun
dalam resnsi yang telah dibuat sangat jauh dari kata sempurna.
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
resensi buku yang berjudul “AKHLAK TASAWUF” tepat pada waktunya. Shalawat serta
Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Dalam penyusunan resensi buku ini, penulis menyadari telah melibatkan banyak pihak turut
serta berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang membawa andil
dalam penulisan ini berupa bimbingan, motivasi maupun materi yang tiada ternilai harganya
bagi penulis. Guna menghargai seluruh kontribusi yang telah diberikan pihak-pihak yang
terkait. Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya
kepada :

1. Bapak Drs. H. Barowi, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf

2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan serta mendukung saya dari belakang menuju
kesuksesan.

Adapun tujuan penulisan resensi ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
“Ilmu Tasawuf” pada semester genap. Saya berharap resensi ini dapat memberikan
manfaat serta suatu dampak positif bagi kita semua.

Resensi buku Akhlak Tasawuf ini memang jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan arah yang lebih baik. Semoga
buku ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah
pengetahuan dan semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin..

Jepara, 27 Juni 2015

Identitas Data Buku


Judul Buku : AKHLAK TASAWUF
Pengarang : Dr. H. Jamil, MA.
Penerbit : Referensi
ISBN : 978-979-915167-4
Edisi/cet : Pertama
Tahun Terbit : 2013
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : xii + 244 hlm.
Jumlah Bab : 12 Bab
Kategori : Agama
Design Cover : Kultural
Layout Isi : Rio QQQ
Ukuran : 14,8 x 21 cm

Pendahuluan

Ulasan Pembahasan

Bab I : AKHLAK

A. Pengantar

Misi risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan kepada dunia
tentang keesaan Allah dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai
Islam sekaligus memperbaiki akhlak manusia.

B. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan dalam jiwa yang tetap yang memunculkan suatu perbuatan
secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa.

C. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak dapat dimanifestasikan ke dalam berbagai ruang lingkup seperti:

1. Akhlak terhadap Khaliq (Pencipta)

Sikap ini dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.

2. Akhlak terhadap Makhluk

Dalam konteks hubunga sesama muslim, maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa
hubungan tersebut sebagai sebuah anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan
penderitaan jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit.

D. Akhlak Kepada Lingkungan

Manusia adalah makhluk Allah sejak dahulu merasa mampu melaksanakan amanah yang
diberikan Allah kepadanya baik dalam bentuk peribadahan kepada Allah maupun
memelihara bumi dan langit tersebut dari kerusakan yang dibuat oleh tangan mereka.

E. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Etika membahas perbuatan manusia namun bersumber pada akal pikiran dan filsafat.
Moral adalah sebuah ukuran baik dan buruk yang diakui oleh sebuah komunitas masyarakat
atau kelompok tertentu yang menyepakatinya baik didasarkan pada agama atau tidak.

F. Kajian Akhlak Dalam Lintasan Sejarah


Kajian akhlak dalam sejarah dapat ditemukan pada sejarah Yunani. Kajian-kajian ini
berkutat pada masalah etika, moral, dan tingkah laku yang bersumber pada pemikiran
tokoh-tokohnya seperti Socrates, Plato dan Aristoteles dan di era Islam dengan tokoh-
tokohnya yaitu Al-Ghazali, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Mikawaih.

G. Kedudukan Akhlak Dalam Ajaran Islam

Ajaran Islam terdiri dari tiga komponen yaitu Islam, Iman dan Ihsan, tiga komponen tersebut
saling terkait dan dapat dianggap sebagai sebuah tindakan akhlak terpuji.

H. Akhlak Terpuji dan Tercela

Akhlak terpuji meliputi karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan Rasul seperti: rasa
belas kasihan dan lemah lembut, pemaaf, dapat dipercaya dan menepati janji, manis muka
dan tidak sombong, malu, sabar, tolong-menolong dan lain-lain.

Sedangkan akhlak tercela meliputi: egois, kikir, berdusta, khianat, pengecut, menggunjing,
dengki, berbuat kerusakan, berlebih-lebihan, berbuat zalim dan berbuat dosa besar.

I. Kriteria Seseorang Telah Mencapai Tingkatan Akhlak Terpuji

Empat kriteria seseorang telah mencapai tingkatan akhlak terpuji menurut Imam Ghozali
adalah: bijaksana, menjaga kesucian diri, berani dan adil.

J. Hubungan Akhlak dan Tasawuf

Akhlak merupakan awal perjalanan tasawuf, sedang tasawuf merupakan akhir perjalanan
akhlak.

K. Urgensi Akhlak di Jaman Modern


Kehidupan modern yang cenderung bisa menyebabkan dehumanisasi (tercerabutnya nilai-
nilai kemanusiaan) dan alienasi (merasa terasing dalam kehidupan) memerlukan terapi
konkret berupa keharusan manusia untuk dekat kepada Allahda memperbaiki hubungan
sosialnya dengan manusia lain.

L. Akhlak Dalam Kehidupan Keluarga

Keluarga sebagai organisasi sosial terkecil memainkan peran yang signifikan dalam
menyebarkan nilai-nilai akhalak kepada masyarakat. Sebuah komunitas masyarakat yang
dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia biasanya diawali dari keluarga-keluarga yang memiliki
akhlak yang baik.

Bab 2: Pengertian, Dasar-Dasar & Sejarah Asal Usul


Tasawuf

A. Memahami Arti dan Tujuan Tasawuf

Kata tasawuf berkonotasi pada kebijakan, keucian hati dari godaan hawa nafsu,
memutuskan ketergantungannya dengan kehidupan material yang dapat mengganggu
hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kezuhudan dan menenggelamkan diri dalam ibadah
sehingga semakin dekat dengan-Nya.

Tasawuf berkutat pada kegiatan-kegiatan pembersihan jiwa, mengisinya dengan sifat-sifat


terpuji, cara-cara suluk dan mendekatkan diri dan berada di hadirat Allah.

B. Dasar-Dasar Ajaran Tasawuf Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara atau
paling tidak berhubungan dengan hal-hal yang terdapat di dalm tasawuf di antaranya
sebagai berikut:
)٤٥ :‫واذكر هللا كثيرً ا لعلّكم تفلحون (األنفال‬

“dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”

C. Dasar-Dasar Dari Sunnah Rasulullah SAW

Ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari Al-qur’an dan Al-Sunnah, karena amalan para
sahabat, tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, seperti hadist ini:

.....)‫أعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك (متفق عليه‬

“sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya,
maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim).

D. Kontroversi Asal Usul Tasawuf

1. Unsur Nashrani

Dari literatur tasawuf terlihat bahwa ada beberapa hal yang dikatakan bersumber dari
agama Nasrani. Di antaranya sifat fakir, karena menurut keyakinan Nashrani bahwa Isa
adalah orang yang fakir dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir.

2. Unsur Hindu-Budha

Paham fana yang ada dalam tasawuf dikatakan hampir sama dengan nirwana dalam
agama Budha, dimana agama Budha mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia
dan memasuki hidup kontemplatif.

3. Unsur Yunani

Ada penetrasi budaya Yunani ke dalam budaya Islam lewat bacaan-bacaan yang
diterjemahkan. Disadari atau tidak bacaan-bacaan tersebut telah mempengaruhi orang-
orang Islam khususnya dalam bidang filsafat.

4. Unsur Persia

Belum ditemukan dalil yang kuat yang menerangkan bahwa kehidupan rohani Persia telah
masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia
melalui ahli-ahli tasawuf.

E. Komentar

Jika tasawuf diidentikkan dengan khouf, raja’, zuhud, tawakkal, ridha, mahabbah, ma’rifah
dan lainnya, maka Rasulullah dan para sahabatnya telah mempraktekkan hal ini. Mereka
bisa mengamalkan hal itu tanpa dengan buku-buku Persia, Hindu-Budha dan lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Sunnah, meskipun dalam perkembangannya mungkin banyak pengaruh-pengaruh asing dan
sudah bnyak perubahan.

F. Istilah Syari’at Dan Hakikat

Syari’at meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aqidah, ibadah maupun mu’amalah dan juga
akhlak. Di kalangan para sufi, syari’at berarti amal ibadah lahiriah (eksoterik).

Hakikat dalam pandangan tasawuf adalah inti atau rahasia yang paling dalam dari syari’at
dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.

Bab 3: Pengenalan Tasawuf Akhlaqi dan Falsafi

A. Sejarah Ringkas

Tasawuf dibagi menjadi dua bagian: tasawuf akhlaqi (konsentrasinya pada teori-teori
perilaku, akhlak atau budi pekerti) dan dikembangkan oleh ulama-ulama salaf, dan tasawuf
falsafi (yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat dikembangkan oleh
ahli sufi sekaligus filosof.

1. Abad Pertama dan Kedua Hijriyah

Pada periode ini tasawuf masih dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud). Tokoh-tokohnya
dari golongan sahabat yaitu Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir,
Hudzaifah bin Al-Yaman dan lain-lain. Dan dari golongan tabi’in yaitu Hasan Al-Bashri, Malik
bin Dinar, Ibrahim bin Adham, Rabi’ah Al-Adawiyah dan lain-lain.

2. Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah

Tasawuf mulai berkembang dan di fokuskan kepada tiga hal: a) jiwa tasawuf yang berisi
cara pengobatan jiwa, b) akhlak, tasawuf yang berisi teori-teori tentang bagaimana
berakhlak mulia dan menghilangkan akhlak buruk, c) metafisika, tasawuf yang berisi teori
ketunggalan hakikat Ilahi atau kemutlakan Tuhan. Tokoh-tokohnya Ma’ruf Al-Karkhi, Surri Al-
Saqti, Dzun Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Busthami dan lain-lain.

3. Abad Kelima Hijriyah

Pada periode ini lahirlah seorang tokoh sufi besar Al-Ghazali yang melancarkan kritik-kritik
tajam terhadap berbagai aliran filsafat dan kepercayaan kebatinan dan berupaya
mengembalikan tasawuf kepada ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Tokoh-tokohnya adalah Al-Qusyairi dan Al-Harawi.

4. Abad Keenam dan Ketujuh Hijriyah

Kembali munculnya tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat dengan
teori-teori yang tidak murni tasawuf dan juga tidak murni filsafat yang lebih dikenal dengan
nama tasawuf falsafi. Tokohnya adalah As-Suhrawardi, Mahyuddin Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in dan
lain-lain.

5. Abad Kedelapan Hijriyah dan seterusnya

Pada periode ini tasawuf mengalami kemunduran, itu semua karena orang-orang yang
berkecimpung di dalam tasawuf kegiatannya terbatas pada komentar-komentar atau
meringkas buku-buku tasawuf terdahulu serta memfokuskan pada aspek-aspek praktek
ritual yang lebih berbentuk formalitas sehingga semakin jauh dari substansi tasawuf.

B. Tasawuf Akhlaqi

Adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Untuk menghilangkan


penghalang yang membentengi manusia dengan Tuhannya, ada tiga tahapan yang harus
dijalani yaitu:

1. Takhalli, yaitu usaha membersihkan diri dari semua perilaku tercela, baik maksiat batin
maupun maksiat lahir.

2. Tahalli, yaitu tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan dari akhlak-akhlak tercela.

3. Tajalli, yaitu tersingkapnya nur ghaib.

Untuk melanggengkan dan memperdalam rasa kedekatan dengan Tuhan, para sufi
mengajarkan munajat, muhasabah, muraqabah, kastrat al-dzikr, dzikr al-maut dan tafakkur.

C. Tasawuf Falasafi

Tasawuf jenis ini tidak dapat dikategorikan sebagai tasawuf dalam arti yang sesungguhnya
karena teori-teorinya lebih berorientasi pada pantheisme. Juga tidak dapat dikatakan
sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan kepada
rasa atau dzauq.
Bab 4: Maqamat dan Ahwal

A. Maqamat (Stages)

Maqamat adalah tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam hal ibadah dan
latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqamat meliputi: taubat, zuhud, sabar, tawakkal
dan ridha.

B. Ahwal (States)

Ahwal adalah suatu kondisi keadaan jiwa yang diberikan Allah tanpa upaya dari orang yang
berkenaan. Ahwal meliputi: muraqabah, mahabbah, khawf (takut), raja’ (berharap), al-syauq
(rindu) dan al-uns (intim).

C. Metode Irfani

Penyingkapan pengetahuan dengan sarana qalb yang suci merupakan lingkup irfaniyah, di
mana ma’rifah hanya dapat diperoleh seseorang setelah memiliki qalb yang suci. Dalam
metode irfani ada beberapa tahapan untuk mencapai ma’rifah yaitu riyadhah, tafakkur,
tazkiyah al-nafs dan dzikrullah.

Bab 5: Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam,


Filasafat, Fiqih dan Ilmu Jiwa Agama

A. Ilmu Dalam Pandangan Kaum Sufi

Ilmu dalam Islam dibagi atas dua bagian yaitu ilm al-muktasab (diperoleh lewat proses
pembelajaran) dan ilm ladunni (tanpa proses pembelajaran). Para sufi sangat menghargai
ilm muktasab, hal ini terlihat dari guru-guru kaum sufi yang mencapai tingkatan tinggi dalm
penguasaan berbagai ilmu seperti Imam Ghazali, Ibn ‘Arabi dan lain-lain. kalaupun ada yang
tidak menghargai atau bahkan mengecam ilmu, maka itu hanya dilakukan oleh kelompok-
kelompok tertentu.

B. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam

Ilmu kalam menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka ilmu
tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang Tuhan
tersebut.

C. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fiqh

Ilmu tasawuf memberikan unsur-unsur batiniyah kepada fiqih. Fiqih akan terasa sangat
lahiriyah dan formalistik atau terasa amar kering tanpa tasawuf. Sebaliknya fiqh pula
memberikan aturan-aturan yang dengannya tasawuf terhindar dari kebenaran sendiri yang
batiniyah tanpa memerhatikan aturan-aturan lahiriyah.

D. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Filasafat

Filsafat telah memberikan sumbangan dalam dunia tasawuf. Kajian-kajian filsafat tentang
roh banyak dikembangkan dalam tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.

E. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa

Di dalam tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Hal ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang dimunculkan oleh
jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi.

Bab 6: Tasawuf Akhlaqi


A. Hasan Al-Basri

Nama lengkapnya, Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar lahir di Madinah 21 H (642 M), dan
meninggal di Bashrah 110 H (728 M). beliau terkenal di kalangan tabi’in sebagai orang yang
zahid. Kezahidannya didasarkan kepada rasa takut (khouf) yang mendalam kepada Allah.

B. Al-Muhasibi

Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris bin Asad Al-Bashri Al-Muhasibi (165-243 H) lahir di
Bashrah. Beliau adalah seorang sufi yang menyatukan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat.

C. Al-Qusyairi

Nama lengkapnya ‘Abd Al-Karim bin Hawazin Qusyairi, lahir di Istiwa’ Nais (376-465 H).
Beliau mengadakan pembaharuan terhadap tasawuf, Ia mengemukakan konsep-kkonsep
mengompromikan antara syari’at dan hakikat, antara dzahir dan yang bathin dengan
senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

D. Al-Ghazali

Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Al-Tusi Al-
Syafi’i Al-Ghazali. Lahir di Gazalah daerah Tus wilayah Khurusan Iran. Dalam tasawuf Al-
Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin Ahl As-Sunnah wal Jama’ah. Dia
menjauhkan tasawufnya dari kecenderungan gnostis dan teori-teori ketuhanan menurut
Aristoteles (emanasi dan penyatuan).

Bab 7: Tasawuf Irfani

A. Rabi’ah al-Adawiyah
Rabi’ah Al-Adawiyah dianggap sebagai seorang sufi yang meletakkan dari konsep zuhud
berdasarkan cinta (al-hubb).

B. Dzun al-Nun al-Mishri

Beliau adalah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal dan maqamat
para wali. Beliau juga dipandang sebagai bapak faham ma’rifah. Menurutnya ma’rifah ada
tiga macam 1. ma’rifah orang awam, 2. ma’rifah para teolog da filosof, 3. ma’rifah para wali-
wali Allah.

C. Al-Junaid

Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang didasarkan pada kefanaan. Dimana
pemahaman akan hakikat Allah tidak akan dapat dicapai dengan akal fikiran tetapi melalui
kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian dari Tuhan.

D. Al-Bustami

Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, Abu Yazid dianggap sebagai pembawa faham
fana’ dan baqa’ dan sekaligus pencetus faham ittihad.

E. Al-Hallaj

Ada tiga ajaran pokok tasawuf Al-Hallaj yaitu: (1) hulul, (2) haqiqah Muhammadiyah dan (3)
wahdah al adyan.

Bab 8: Tasawuf Falsafi

A. Ibn ‘Arabi
Di antara ajaran terpenting Ibn ‘Arabi adalah wahdat al-wujud, yaitu faham bahwa manusia
dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.

B. Al-Jilli

Al-Jilli termasuk dalam kelompok sufi yang berpandanga bahwa yang ada ini adalah
tunggal, semua perbedaan pada hakekatnya hanyalah modus, aspek dan manifestasi
fenomenal (lahiriyah) dari realitas tunggal tersebut. Allah adalah substansi dari yang ada
ini. Substansi yang dinamakan Al-Jilli dengan Zat Mutlak ini, memanifestasikan diri melaluui
tiga taraf, yaitu: ahadiyah, huwiyah dan aniyah.

C. Ibn Sab’in

Ibn Sab’in mempunyai teori al-ihathah yaitu bahwa wujud secara keseluruhan adalah satu
kesatuan. Menurutnya wujud berdasarkan jenisnya terbagi tiga: 1. Wujud muthlaq, yaitu
Allah sendiri, 2. Wujud muqayyad, suatu wujud zat yang bergantung kepada wujud lainnya,
3. Wujud muqaddar, segala peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Bab 9: Seputar Tarekat (Thariqah)

A. Pengertian Tarekat

B. Tarekat Yang Berkembang Di Indonesia

C. Argumentasi Beberapa Praktek Praktis Tarekat

Bab 10: Tasawuf di Indonesia


A. Aliran Tasawuf Falsafi (Hamzah Al-Fansuri)

B. Aliran Tasawuf Sunni (Ar-Raniri Dan Al-Palembani)

1. Ar-Raniri

2. Al-Palembani

C. Tasawuf Modern (Hamka)

Bab 11: Seputar Tasawuf Syar’i

A. Meluruskan Penyimpangan

1. Syari’ah Dan Haqiqah (Hakikat)

2.

3. Motivasi Ibadah

4. Wahdat Al-Wujud

5. Hormat Kepada Syaikh

6. Jihad

7. Pengangguran

8. Komentar
B. Merumuskan Landasan Tasawuf Syar’i

Bab 12: Penutup

Kelebihan

1. Kelebihan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang akhlak, mulai dari
pengertian secara umum hingga pada hal-hal yang sangat penting dalam proses
pembentukan akhlak al-karimah.

2. Terdapat keterangan pada kata-kata asing.

3. Penjelasannya sangat rinci.

4. Dalam penjelasanya memberikan ta’rifnya secara teologis dan dapat menggambarkan


dalam sejarah-sejarahnya.

Kekurangan

1. Sebagian ayat Al-Qur’an, lafadz hadist dan maqolah ulama ada yang berharakat dan ada
yang tidak berharakat.

2. Bahasanya sedikit sulit difahami dalam segi pengertianya

3. Masih adanya kesalahan penulisan di beberapa tempat.

4. Biografi pengarang tidak dicantumkan, jadi kurang bisa memahami sejarah sekaligus
back ground dari penulis sendiri.
5. Tidak adanya indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.

6. Tidaka adanya Glosarium sebagai penjelasan dalam kaliamat yang sulit untuk difahami.

Penutup

Alhamdulilah telah sampailah pada akhir bacaan resensi dalam buku Akhlak tashawuf,
semoga pembaca dapat lebih jeli dalam membaca dan memberikan penilaian serta
pandangan dalam bebagai sudut pandang. Karena dapat menjadi tolak ukur pemahaman isi
dalam buku yang sudah dibaca.

Harapan penulis semoga bisa diberikan saran, da nada keperdulian sehingga menimbulkan
kritikan untuk penulis supaya dapat lebih menghasilkan resnsi yang sempurna, walaupun
dalam resnsi yang telah dibuat sangat jauh dari kata sempurna.
PENDAHULUAN

Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Pentingnya, Menariknya,  Membuat Laporan

            Ilmu tasawuf merupakan rumusan tentang teoritis terhadap wahyu-wahyu


yang berkenaan dengan hubungan antara tuhan dengan manusia dan apa yang harus
dilakukan oleh manusia agar dapat berhubungan sedekat mungkin dengan tuhan baik
dengan pensucian jiwa dan latihan-latihan spritual. Menurut ulama Islam yang meneliti
Al- Qur’an dan Al Hadits. Mereka menunjukan bahwan inti dari agama Islam adalah
akhlak. Akhlak sangat berperan penting dalam menjalin kehidupan sesama manusia.
Hanya dengan akhlaklah kehidupan harmonis dan rukun dapat tercipta.

            Melihat peranan penting akhlak dalam berkehidupan maka makalah ini
ditulis dalam bentuk laporan sebagai hasil bacaan. Tujuan pembuatan laporan ini
adalah penulisan hasil bacaan mahasiswa dalam bentuk laporan. Dalam laporan ini
mahasiswa dapat mengkritisi isi buku dan dapat mengetahui kualitas isi buku.
Pentingnya membuat laporan ini adalah melatih kemandirian mahasiswa dalam belajar
inti dari akhlak tasawuf. Manfaat pembuatan laporan ini adalah mahasiswa dapat
mengetahui pokok pokok pembahasan akhlak tasawuf. Dalam pembuatan laporan ini
juga mahasiswa mendapat hal – hal baru dalam ilmu akhlak tasawuf.
BAB 1
PENGERTIAN, RUANG  LINGKUP, DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK.

a. Pengertian

            Ada dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistik ( kebahasaan ) dan pendekatan terminologik
(peristilahan ). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu
ismu mashdar ( bentuk infinitif ) dari kata akhlaq, yikhliqu, ikhlaqan.

            Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khulqun yang berati budi
pekerti. Jika melihat penggunaan hadits Rasul SAW, maka benar arti akhlak berati
budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan  berati budi
pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang menjadi tabiat.

            Imam al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan perkembangan. Adapun pengertian ilmu akhlak
adalah ilmu atau ajaran baik buruk secara akal dan moralitas berdasarkan adat istiadat
ataupun agama.

b. Ruang Lingkup

                Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah perbuatan manusia untuk
selanjutnya diberikan penilaian apakah baik atau buruk, yang perbuatan tersebut
dilakukan secara sadar dan dikehendaki pelakunya. Objek ilmu akhlak berkaitan
dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang.

c. Manfaat Mempelajari ilmu Akhlak

                Ahmad Amin mengatakan : “Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan


permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya
sebagai yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk.
            Menurut Mustafa Zahri: untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran
hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih seperti cermin yang dapat
menerima Nur Tuhan.”

BAB 2
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA.

            Ilmu akhlak diketegorikan dekat dengan Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu
Pendidikan, Ilmu Jiwa dan Filsafat. Ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu
Akhlak tersebut dikemukakan sebagai berikut.

a. Hubungan ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf

            Para ahli Ilmu tasawuf membagi Tasawuf menjadi tiga bagian yaitu,

tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki, dan tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya

mendekat dri kepada allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela

dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.

a.   Tasawuf falsafi menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran.

b.  Tasawuf akhlaki menggunakan pendekatan akhlak yang tahapannya pendiri dari

takhalli, tahalli, dan tajalli.

c. Tasawuf Amali menggunakan pendekatan amaliayah atau wirid, yangselanjutnya

mengambil bentuk tarikat.

            Dengan mengamalkan ilmu tasawuf seseorang dengan sendirinya akan

berakhlak baik.Ilmu tasawuf menurut Harun Nasution adalah ketika mempelajari

Tasawuf ternyata bahwa Alquran dan Alhadits mementingkan akhlak.

b. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid

            Ilmu tauhid menurut HarunNasution sebagai ilmu yang membahas tentang
cara-cara mengesakan Tuhan. Ilmu tauhid disebut juga ilmu kalam secara harfiah
artinya ilmu tentang kata-kata. Ilmu tauhid pada intinya upaya memahami dan meyakini
adanya tuhan, dengan segala sifat dan perbuatannya. 
1. ilmu tauhid dilihat dari segi objek pembahasan, membahas masalah tuhan baik dari
segi zat, sifat dan perbuatannya

2. dilihat dari segi fungsinya, ilmu taukhid menghendaki agar seseorang yang
bertaukhid tidak cukup dengan menghafal rukun iman dengan dalil-dalil nya saja, tetapi
yang terpenting adalah agar orang yang bertaukhid itu meniru dan mencontoh subjek
yang ada dalam rukun iman itu.

3. ilmu taukhid dilihat dari erat nya kaitan antara iman dan amal sholeh. Ilmu taukhid
memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu akhlak memberikan penjabaran
dan pengamalan dari ilmu taukhid.

c. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa

            Ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam
tingkah laku.dengan demikian ilmu jiwa mengarahkan pada aspek batin manusia
dengan cara meginterpretasikan perilaku yang tampak. Didalam ilmu jiwa terdapat
informasi tentang perbedaan sikologis yag dialami seseorang pada setiap jenjang
usianya. Msalnya, pada usia balita, anak cenderung emosional dan manja. Sedangkan
pada usia anak-anak cenderung meniru orang tua nya dan bersikap rekreatif. Gejala
sikologis seperti ini memberi informasi tentang perlu nya menyampaikan ajaran akhlak
sesuai dengan perkembangan jiwanya.

d. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu  Pendidikan

            Ilmu pendidikan berbicara mengenai berbagai aspek yang ada


hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini dibahas juga
tentang rumusan tujuan pendidikan, materi pelajaran, guru, metode, sarana dan
prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar mengajar dan lain sebagainya.
Menurut ahmad b.marinba bahwa tujuanpendidikan identik dengan tujuan hidup
seorang muslim. Sementara itu, mohd. Athiyah al abra syi, mengatakan bahwa
pendidikan budipekerti jiwa adalah jiwa dari pendidikan islam. Mencapai suatu akhlak
yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya al attas
megatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah manusia yang baik. Kemudian abdul
fathah jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan islam adalah terwujud nya
manusia sebagai hamba Allah. Dari keempat penjelasan, tujuan pendidikan islam
diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan nya adalah terbentuknya seorang hamba
allah yang patuh dan tunduk melaksanakan segala perintah Nya dan menjauhi segala
larangan Nya serta memilki sifat-sifat dan akhlak muia.
e. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat

            Filsafat diambil dari bahasa arab yaitu falsafah, dari bahasa Yunani
pilosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata philos yang artinya cinta atau suka,
dan kata shopia yang artinya bijaksana. Dengan demikian, secara etimologis kata
filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya disebut pilosopher atau
failasuf (istilah failasuf, lihat ibn Mandzur dalam lisan al-Arab). Secara terminologis,
filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan
pengertian atau batasan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan mengunakan pikiran.

        Dengan demikian, jelaslah bahwa etika atau akhlak termasuk salah satu
komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian
filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan bekembang yang pada akhirnya
membentuk rumah tangganya sendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika
atau akhlak dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui sebagai bagian
dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas
sendiri.

BAB 3
INDUK AKHLAK ISLAMI

       Secara garis besar akhlak dibagi dalam dua bagian, yaitu akhlak baik (al-akhlak
al-karimah) dan akhlak buruk (al-akhlak al-mazmumah). Secara teoritas macam-macam
akhlak berinduk kepada tiga bagian yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau
kesatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Ketiga macam induk
akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam
mempergunakan tiga potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql
(pemikiran) yang berpusat di kepala,            ghodob (amarah) yang berpusat di
dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut. Akal yang
digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah yang digunakan
secara adil akan menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan
secara adil akan menimbulkan sikap iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbutan
dosa dan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap
adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia.

BAB 4
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

a.  Ilmu Akhlak Di Luar Agama Islam

1.  Akhlak pada Bangsa Yunani

            Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani bar

terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang

bijaksana (500-450 SM). Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam

membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran

tentang manusia.

2.  Akhlak pada Agama Nasrani

            Pada akhir abad ke 3M tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Dengan

demikian ajaran akhlak ini bersifat teocenti (memusat pada Tuhan) dan Sufistik

(bercorak batin).

3.  Akhlak pada Bangsa Romawi

            Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja.

Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah

ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.

4.  Akhlak pada Bangsa Arab


            Bangsa Arab tidak mempunyai ahli filsafat pada masa jahiliyah, tapi pada

masa itu bangsa arab mempunyai ahli hikmah dan ahli syair yang syair-syairnya

memerintah agar berbuat baik .

B.  Akhlak Pada Agama Islam

            Agama Islam intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah .
agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memgajarkan kesejahteraan Akhlak islam bercorak pada 2 yaitu : akhlak yang bercorak
normati dan akhlak yang bercorak rasional dan cultural
C.  Akhlak Pada Zaman Baru

        Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mengalami kebangkitan dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini dianggap
mapan mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menetapkan pola
bertindak dan berpikkir secara liberal. Shafesbury dan Hatshson berkata bahwa di
dalam diri manusia terdapat indra insting yang dapat mengetahui dengan sendirinya
terhadap sesuatu yang baik atau buruk.

            Selanjutnya Immanuel Kent berpendapat bahwa setiap perbuatan yang


dilakukan seseorang dengan alasan mentaati perintah intuisi secara absolut, yakni dia
melakukan sesuatu semata-mata karena intuisinya memerintahkannya, dan dia tidak
mempunyai tujuan lain dari perbuatan itu, dan perbuatan yang seperti itulah yang
disebut perbuatan akhlaqi.

BAB 5
ETIKA MORAL DAN SUSILA

a.  Etika

        Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia , etika diartika ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.

            Adapun arti dari segi istilah telah dikemukan para ahli dengan pendapat
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Ahmad Amin mengartika bahwe
etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan manusia, tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
b.  Moral

        Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bawa moral adalah penentuan baik buruk terhada perbuatan dan kelakuan.

            Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk Jika etika dan moral tersebut
dihubungkan satu dan yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan
moral memiliki obyek yang sama, yaitu sama-sama membahas perbutan manusia untuk
selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

c.  Susila

        Susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu su dan sila. Su
berarti baik dan sila berarti dasar. Kata susila kemudian digunakan untuk arti sebagai
aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk. Para pelacur
misalnya diberi gelar tuna susila.

d.  Hubungan Etika, Moral, dan Akhlak

        Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila
dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Perbedaan moral, etika, susila dan
akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik
dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal dan
pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum
dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menetukan baik dan
buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
BAB 6
BAIK DAN BURUK

a.  Pengertian Baik Dan Buruk

        Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab,
atau good dalam bahasa Inggris. Baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.
Sedangkan yang disebut buruk adalah syar dalam bahasa Arab, atau sesuatu yang
dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.

b.  Penentuan Baik Dan Buruk

1.    Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)

       Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang
berlaku dan  adat-istiadat yang berlaku dan dipegang tegunh oleh masyarakat. Adat
istiadat, selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum.

2.    Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme

       Menurut paham ini perbuatan baik adalah perbuatan yang banyak
mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.

3.    Baik Buruk Menurut Paham Utilitarisme

       Secara harfiah utilis artinya berguna. Menurut paham ini bahwa yang dikatakan
baik adalah yang berguna.

4.    Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme

       Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap
baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang, dan berlaku siapa yang
kuat dan menang itulah yang baik.

5.    Baik Buruk Menurut Paham Religionisme


       Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dangan
kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan.

6.    Baik Buruk Menurut Paham Evolusi

       Menurut Herbert Spencer (1820-1903) mengatakan bahwa perubahan akhlak itu
tumbuh secara sederhana, kemudian meningkat sediktit demi sedikit berjalan kearah
cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik jika seuai dengan cita-cita
itu dan buruk  jika jauh daripadanya. Sedangkan tujuan hidupa manusia adalah
mencapai cita-citanya atau paling tidak mendekati sedikit mungkin.

d.  Baik Dan Buruk Menurut Ajaran Islam

        Menrurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk Al-Qur’an dab Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits banyak
istilah yang mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk.
Di antara istilah yang mengacu pada baik misalnya hasanah, thoyyibah, khairoh,
karimah, mahmudah, azizah dan birr. Adanya istilah kebaikan yang demikian variatif
yang diberikan Al-Qur’an dan Hadits itu menunjukan bahwa penjelasan terhadap
sesuatu yang baik menurut ajaran Islam itu jauh lebih lengkap dibandingkan dengan
arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.

BAB 7
KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HATI NURANI

a   Pengertian Kebebasan

            Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang kebebasan manusia, yaitu:
Pertama kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan
merdeka untuk melakukan perbuatannya menurut kemauannya sendiri. Kedua kelompok
yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk  melakukan
perbuatannya secara bebas karena mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan.

Dilihat dari sifatnya kebebasan terbagi tiga, yaitu:


1. Kebebasan jasmaniah yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan memperguanakan
anggota badan yang kita miliki.

2.  Kebebasan kehendak (roahaniah), yaitu kebebasan untuk menghendaki sesuatu.


Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh kemungkinan untuk berpikir, karena
manusia dapat memikirkan apa saja dan dapat menghendaki apa saja.

3.   Kebebasan moral yang dalam arti luas berarti tidak ada macam macam-macam
ancaman, tekanan, larangan, dan lain desakan yang berupa paksaan fisik. Dan dalam
arti sempit berarti tidak ada kewajiban, yaitu kebebasan berbuat apabila terdapat
kemungkinan untuk bertindak

b.  Tanggung Jawab

        Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada
tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah
keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Uraian tersebut menunjukan bahwa tanggung
jawab erat kaitannya dengan kesenjangan atau perbuatan yang dilakukan dengan
kesadaran.

c.  Hati Nurani

        Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh
saluran ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan
dan tidak suka kepada keburukan. Karena sifat yang demikian itu, maka hati nurani
harus dijadikan salah satu pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada
dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak menyalahi hati nuraninya.

d.    Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani Dengan Akhlak

        Masalah kebebasan, tanggung jawab dan hatu nurani adalah faktor dominan
yang menentukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki. Disinilah
letak hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani dengan
akhlak. Karenanya dalam membahas akhlak seseorang tidak dapat meninggalakan
pembahasan mengenai kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani.
BAB 8
HAK, KEWAJIBAN DAN KEADAILAN

a.  Hak

1.   Pengertian Hak

       Hak dapat diartikan wewenang yang secara etis seseorang dapat mengerjakan,

memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut sesuatu.

2.  Macam-Macam dan Sumber Hak

     Ada bermacam-macam hak dan ada dua faktor yang menyertainya, yaitu:

a.  Faktor yang merupakan hal ( obyek) yang dihakki (dimiliki) yang selanjutnya

disebut hak  obyektif. Hak ini baik berupa fisik maupun non fisik

b.Faktor orang (subyek) yang berhak, yang berwenang untuk bertindak menurut sifat-

sifat itu, yang selanjutnya disebut hak subyektif.

b.  Kewajiban

        Karena hak merupakan wewenang dan bukan kekuatan, maka ia merupakan
tuntutan, dan terhadap orang lain kewajiban itu menimbulkan kewajiban, yaitu
kewajiban menghormati terlaksananya hak-hak orang lain.

c.  Keadilan

        Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban itu maka timbul pula keadilan.
Poedjawijatna mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan hak (yang
sah). Sedangkan menurut Islam keadilan adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Demikian
pentingnya masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan hak dan kewajiban ini Allah
SWT berfirman:
 ‫ان ا لله يأ مر با لعد ل واالحسان وا يتائ ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر‬
‫والبغي‬                               

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (QS. An-Nahl : 90)

d.  Hubungan Hak, Kewajiban dan Keadilan dengan Akhlak

        Hak merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak harus dilakukan oleh
sesorang sebagai haknya. Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi
keperibadian dari seseoarang yang darinya timbul kewajiban untuk melaksanakan tanpa
rasa berat. Sedangkan keadilan dalam teori pertengahan ternyata merupakan induk
akhlak. Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan maka akan mendukung
terciptanya akhlaki.

BAB 9
AKHLAK ISLAMI

a.  Pengertian Akhlak Islami

       Akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah daging dan sebenarnya dan didasarkan pada ajaran Islam.

b.  Ruang Lingkup Akhlak Islami

Akhlak Terhadap Allah

            Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang

seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai Kholiq.

Empat alasan mengapa manusia perlu berkahlak kepada Allah, yaitu karena:

a.  Allah lah yang telah menciptakan manusia

b.  Allah lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindra.


c.  Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi

kelangsungan hidup manusia.

d. Allah lah yang telah memulyakan manusia dengan diberikan kemampuan menguasai

daratan dan lautan.

Akhlak Terhadap Sesama Manusia

            Banyak sekali rincian yang dikemukan Al-Qur’an berkaitan dengan akhlak
terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai bukan hanya berupa melakukan hal-hal
negatif seperti membunuh, mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga
sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritkan aib seseorang dibelakngnya.

Akhlak Terhadap Lingkungan

       Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu yang ada disekitar
manusia. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebgai khalifah.

BAB 10
PEMBENTUKAN AKHLAK

a.  Metode Pembinaan Akhlak

        Pembianaan alhlak merupakan tumpuan pertama dalam Islam. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi
dengan pelaksanaan rukun Islam, karena dalam rukun Islam yang lima itu terkandung
konsep pembinaan akhlak.

b.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembianaan Akhlak.

        Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada


khususnya dan pendidikan pada umunya, ada tiga aliran yang suadah amat populer,
yaitu:
1.    Aliran Nativisme

       Menurut aliran ini bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan
akhlak adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecenderungan, bakat,
akal dan lain-lain.

2.    Aliran Empirisme

       Faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan diri seseorang adalah
faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan.
3.  Aliran Konvergensi

      Berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu


pembawaan sianak, dan faktor dari luar , yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari
luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus.

BAB 11
ARTI, ASAL-USUL DAN MANFAAT TASAWUF DALAM ISLAM

a.  Pengertian Tasawuf

        Dari segi bahasa tasawuf berarti sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorbann untuk kebaikan dan selalu
bersikap bijaksana. Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang
mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung pada sudut pandang yang digunakan masing-masing. Selama ini ada tiga
sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus
berjuang, dan manusia sebagai makhlauk yang ber-Tuhan

b.  Sumber Tawawuf

Unsur Islam

       Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan

jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur batiniah itulah kemudian

lahirlah tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapar perhatian yang cukup besar

dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Al-Hadits serta prkatek kehidupan nabi dan

para sahabatnya.

Unsur Luas Islam

   a.    Unsur Masehi


   b.    Unsur Yunani

   c.    Unsur Hindu/Budha

   d.    Unsur Persia

BAB 12
MAQOMAT DAN HAL

a.   Maqomat

            Secara bahasa maqomat berarti orang yang berdiri atau pangkal mulia.

Istilah ini kemudian digunakan untuk arti sebagai jalan yang harus ditempuh oleh

seoarang sufi untuk berada dekat deng Allah SWT.

b. Hal

            Menurut Harun Nasution, Hal merupakan keadaan mental, seperti

perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Hal berlainan

dengan maqam, bukan diperoleh atas usaha manusia, tetapi diperdapat sebagai

anugerah dan rahmat dari Tuhan.

BAB 13
MAHABBAH

a.  Pengertian, Tujuan fan Kedudukan Mahabbah

        Kata mahabbah berarti mencintai secara mendalam. Kata mahabbah tersesebut

selanjutnya digunakan untuk menunjukan pada suatu paham dalam tasawuf. Dalam
hubungan ini mahabbah obyeknya lebih ditujukan kepada Tuhan. Pengertian mahabbah

dari segi tasawuf dikemukakan oleh Al-Qusyairi:

 “Mahabbah adalah keadaan jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya

(kemutlakan) Allah SWT oleh hamba, selanjutnya yang dicintai itu juga menyatakan

cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.”

b.  Alat Untuk Mencapai Mahabbah

            Ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.

Yaitu:

1.    Al-Qalb adalah hati sanubari sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.

2.    Roh adalah alat untuk mencintai Tuhan

3.    Sir adalah alat untuk melihat Tuhan

BAB 14
MA’RIFAH

a.  Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Ma’rifah

        Dari segi bahasa ma’rifah artinya pengetahuan atau pengalaman. Orang-orang

sufi mengatakan:

o   Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan

tertutup, dan ketika itu yang dilihatnya hanya Allah SWT.

o   Ma’rifah adalah cermin, kalau seorang arif melihat kecermin itu yang akan dilihatnya

hanyalah Allah SWT.

o   Yang dilihat orang arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanyalah Allah SWT.
o   Sekiranya ma’rifah mengambil bentuk materi, semua orang yang melihat padanya akan

mati karena tak tahan melihat kecantikan dan keindahannya. Dan semua cahaya akan

menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gemilang.

B.    Alat Untuk Ma’rifah

        Alat yang digunakan untuk ma’rifah telah ada pada diri manusia, yaitu qolb

(hati), karena qolb selain untuk merasa adalah juga untuk berpikir. Bedanya qolb

dengan akal adalah bahwa akal tak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya

tentang Tuhan, sedangkan qolb bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada, dan

jika dilimpahi cahaya Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahaisa Tuhan.

BAB 15
AL-FANA, AL-BAQA, DAN ITTIHAD 

A.    Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Al-Fana, Al-Baqa dan Al-Ittihad

        Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda

dengan al-fasad (rudak). Fana artinya tidak tampak sesuatu, sedangkan rusak berarti

berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Sedangkan arti fana menurut para ahli

sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu

yang lazim digunakan pada diri. Sebagai akibat dari fana adalah baqa.

            Secara harfiah baqa artinya kekal, sedangkan menurut para sufi baqa

adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat tuhan dalam diri manusia. Karena

lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah.

Berbicara fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin

dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa adalah al-ittihad. Dalam situasi ittihad

yang demikian itu, seoran sufi telah merasa dirinya telah bersatu dengan Tuhan, suatu

tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu.
BAB 16
AL-HULUL

Pengertian, Tujuan Dan Kedudukan Al-Hulul

         Secara harfiah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia

tertentu, yaitu manusia yang telah mampu melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya

melalui fana. Atau dapat disimpulkan halul adalah suatu tahap dimana manusia dan

Tuhan bersatu secara rohaniah. Dalam hal ini pada hakikatnya adalah istilah lain dari

al-ittihad. Tujuan halul adalah mencapai persatuan secara batin.

BAB 17
WAHDAT AL-WUJUD

Pengertian Dan Tujuan Wahdat Al-Wujud

     Wahdat al-wujud adalah ungkapan dua buah kata yaitu, wahdat dan al-wujud.

Wahdat artinya sediri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan

demikian kata wahdat al-wujud dapat diartikan kesatuan wujud. Paham ini selanjutnya

membawa pada timbulnya paham bahwa antara makhluk (manusia) dan al-khaliq

(Allah) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, sedangkan wujud makhluk adalah

bayangan dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari dasar pemikiran sebagai mana

dalam al-hulul bahwa Allah ingin melihat diri-Nya diluar diri-Nya, dan oleh karena itu

dijadikan-Nya alam ini.


BAB 18
INSAN KAMIL

a.  Pengertian Insan Kamil

        Secara bahasa insan kamil berarti manusia yang sempurna. Selanjutnya Jamil

Shaliba mengatakan bahwa kata insan menunjukan pada suatu yang secara khusus

digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya.

       Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan

digunakan untuk menunjukan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal ini terjadi

melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu dan sekalian sifat

yang baik lainnya.

b.  Ciri-Ciri Insan Kamil

1.    Berfungsi Akalnya Secara Optimal

2.    Berfungsi Intuisinya

3.    Mampu Menciptakan Budaya

4.    Menghiasi Diri Dengan Sifat-Sifat Ketuhanan

5.    Berakhlak Mulia

6.    Berjiwa Seimbang


BAB 19
TARIKAT

a.    Pengertian Dan Tujuan Tarikat

        Dari segi bahasa tarikat berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis tertentu.

Jamil Shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang terang lurus yang

memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.

        Mustafa Zahri dalam hubungan ini mengatakan tarikat adalah jalan atau

petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dangan yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad dan dikerjakan oleh Sahabatnya, Tabi’in turun-temurun sampai kepada

guru-guru secara berantai sampai pada masa kita ini.

            Karena tarikat ini merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan

diri kepada Allah SWT, maka orang yang menjalankan tarikat ini harus menjalankan

syari’at dan harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

o   Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama

o   Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk megitkuti jejak guru dan

melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya.

o   Tidak mencari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki

o   Berbuat dan mengisi waktu seefesien mugkin dengan segala wirid dan doa guna

pemantapan dan kekhusuan dalam mencapai maqomat yang lebih tinggi

o   Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal

b.  Tata Cara Pelaksanaan Tarikat

o   Dzikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Allah dalam hati seta menyebut namanya

dengan lisan
o   Ratib, yaitu mengucapakan lafadz la ilaha illa Allah dengan gaya, gerak dan irama

tertentu

o   Musik, yaitu dalam membacakan wirid dan syair tertentu diiringai dengan bunyi-bunyian

seperi memukul rebana.

o   Menari, yaitu gerak yang dilakukan untuk mengiringi wirid dan bacaan tertentu untuk

menimbulkan hidmat

o   Bernafas, yaitu mengatur cara nafas dalam melakukan zikir tertentu.

BAB 20
PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF

a.    Problematika Masyarakat Modern

       Sosiolog Prancis Jacques Ellul mengatakan bahwa kemajuan teknologi akan

memberi pengaruh sebagai berikut:

o   Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi 

memberi nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.

o   Nilai-nilai manusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi

o   Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkan

o   Efek negetif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek posotifnya. Teknologi tidak
pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi secara serentak dan tidak terpisahkan

  Semua penemuan teknologi menimbulkan dampak yang tak terduga Kehadiran ilmu

pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern

sebagai berikut:

1.    Disintegrasi Ilmu Pengetahuan

2.    Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)


3.    Penyalahgunaan IPTEK

4.    Pendangkalan Iman

5.    Pola Hubungan Materialistik

6.    Menghalalkan Segala Cara

7.    Stres dan Frustasi

8.    Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya

b.    Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf

            Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut,

dan salah satu yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara

mengembangakan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Kemudian mengapa hal

itu perlu ?

            Dengan adanya bantuan tasawuf maka ilmu pengetahuan satu dengan

lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan.

Dan dipihak lain perasaan beragama yang didukung oleh ilmu pengetahuan itu juga

akan semakin mantap.hubungan ilmu dengan ketuhanan yang diajarkan agama jelas

sekali. Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang

dituju.

            Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan

kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan budi pekerti yang tajam

menyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap

masalah yang dihadapi. Dengan cara demikian, ia akan terhindar dari melakukan

perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama. Ajaran akhlak tasawuf perlu

disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi,

sosial, politik, dan kebudayaan. Perlu dilandasi ajaran akhlak tasawuf.


KOMENTAR  KRITIS

            Uraian dari bab bab didalam buku Akhlak Tasawuf karya Prof. Dr. H. Abuddin

Nata, M.A sangatlah jelas penjabaran dan penyampaian esensinya. Buku tersebut

menyampaikannya secara lengkap dan menyeluruh tentang cara-cara yang harus

ditempuh oleh seseorang yang menghendaki kehidupan yang lebih baik guna selamat

dunia dan akhirat. Tetapi buku tersebut hanyalah ilmu hasil ijtihad manusia, buku

tersebut masih memiliki kekurangan yaitu belum menjawab semua persoalan –

persoalan tentang akhlak manusia dalam berkehidupan dalam zaman modern ini.

Semakin berekmbangnya zaman, maka semakin berkembang pula pemikiran –

pemikiran manusia yang itu harus diimbangi dengan perkembangan ajaran – ajaran

agama.

MANFAAT BUKU BAGI PEMBACA

                Buku Akhlak Tasawuf karya karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. ini
memberikan manfaat, terutama kepada saya sebagai pembaca. Manfaat yang saya
dapat adalah saya mengetahui hal – hal baru dalam tasawuf yang sebelumnya belum
pernah saya dapatkan. Seperti pengertian – pengretian dalam tasawuf, pembagian –
pembagian ilmu tasawuf, proses pembentukan akhlak dalam diri manusia, hingga
peranan akhlak yang sangat penting dalam berkehidupan sesama manusia.
KESIMPULAN

            Dari uraian diatas kami dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu

tasawuf adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu

tasawuf jiwa kita lebih tenang dan damai. Dan bertasawuf bukanlah harus dengan

bertarikat tapi hakikat ilmu tasawuf adalah pembinaan jiwa kerohanian sehingga

bisa berhubungan dengan Allah sedekat mungkin. Tasawuf juga ilmu yang sangat

menekankan pada pembentukan akhlak. Karena akhlak merupakan inti ajaran

tasawuf. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa

seseorang, hingga kepribadiaannya. Karena sifatnya yang berada dalam jiwa, maka

semua perbuatannya dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

            Maka dengan begitu kita semua bisa bertasawuf walaupun apapun

berprofesinya, karena inti tasawuf adalah terisinya jiwa dengan akhlak yang baik

dan kesucian jasmani dan rohani dari akhlak yang tercela. Untuk itu menurut kami

orang yang bisa menjaga dirinya dari kedua hal tersebut juga sudah dinamakan

hidup bertasawuf.

Anda mungkin juga menyukai