Anda di halaman 1dari 20

SCREENING CRITERIA

Tugas Kelompok Mata Kuliah Enhanced Oil Recovery

Di Susun Oleh :

1. Melta Aditya Nugraha/071001700079


2. Syendy Nursyahlia/071001700125
3. Delvin Fadhil/071001700021
4. Tubagus Satria Nurvaliansyah/0710001700131
5. Frenaldo Ponggohong/071001700049
6. Sheren Immanuela Loverdy/071001700122
7. Imanuel Johanes Emor/0710001700062

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolonganNya tentu penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Penyusunan makalah berjudul “Screening Criteria” ini dimaksudkan


untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Enhanced Oil Recovery. Selain itu,
makalah ini juga menjadii sarana pembelajaran bagi penulis dalam menyusun
karya ilmiah.

Tentu dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki banyak


kesulitan. Maka dari itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dan membangun motivasi penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis secara khusus berterima kasih kepada orang tua penulis yang senantiasa
menjadi motivasi utama penulis dalam menyelesaikan segala tugas yang
diberikan oleh dosen. Penulis juga secara khusus berterima kasih kepada ibu
dosen EOR yaitu Ibu Rini Setiati yang turut membimbing penulis dalam
menyusun makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka


dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menyusun karya ilmiah di kemudian hari dengan lebih baik. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya.

Jakarta, 28 November 2019

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….…..iii
BAB I PENDAHULUAN……..………………………………………………....1
I.1Latar belakang…………………………………………..……….……2
I.2 Rumusan Masalah…………………………………………………......2
I.3 Maksud Dan Tujuan…………………………………………………...2
I.4 Batasan Masalah………………………………………………………2
I.5 Manfaat……………………………………………………....………..2
BAB II TEORI DASAR……………..………………………………………...…3
II.1 Screening Criteria…………………………………………………….3
II.2 Kedalaman Reservoir………………………………………………….3
II.3 Sifat-sifat Petrofisik……………………………………………..……4
II.4 Tiper Formasi………………………………………………………….4
II.5 Ketebalam Formasi…………………………………..……………….5
II.6 Cadangan Minyak tersisa…………………………………………..…5
II.7 Saturasi Minyak sisa……………………………………………….....5
II.8 Viskositas Minyak……………………………………………..……..5
II.9 Pemilihan Metode EOR……………………………………...……….6
BAB III METODOLOGI……………………………………………………….10
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………11
BAB V KESIMPULAN………….…………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….14

ii
DAFTAR TABEL

Gambar II.1 Screening Criteria untuk Injeksi Tercampur………………...………6

Gambar II.2 Screening Criteria untuk Injeksi Thermal…………………………...7

Gambar II.3 Screening Criteria untuk Injeksi Kimia……………………..……….8

iii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Produksi minyak dari sebuah reservoir secara alami pasti akan mengalami
penurunan atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Kondisi tersebut
tidak serta merta menggambarkan bahwa cadangan minyak di dalam reservoir
sudah habis. Jika hanya mengandalkan metoda produksi primer kemungkinan
besar masih sangat banyak minyak tersisa di reservoir, untuk itu diperlukan
metoda produksi lanjutan untuk bisa menguras minyak yang masih banyak tersisa
di reservoir. Metoda Enhanced Oli Recovery (EOR) akan memberikan solusi
pengurasan terhadap minyak yang masih ada di dalam reservoir yang tidak dapat
diambil dengan produksi primer. Namun untuk menerapkan metoda EOR
diperlukan pemilihan yang tepat (screening) sehingga hasil yang didapatkan dapat
optimum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Hingga saat ini Pemerintah terus
mendukung semua pihak dalam mengeksploitasi dan mengeksplorasi minyak dan
gas bumi di Indonesia. Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dinilai sebagai
jawaban guna menempuh langkah tersebut.Hal tersebut sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
Arcandra Tahar belum lama ini di Jakarta. Menurut Arcandra,Teknologi EOR
sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak tahun 1980an, namunmasih banyak
Kontraktor Kerja Sama (KKKS) yang belum menerapkan teknologi EOR dalam
mengeksploitasi lapangan minyaknya sedangkan sebenarnya potensi minyak
Indonesia masih cukup besar sekitar 4,6 miliar barel. Maka itulah pemerintah
mendorong semua pihak untuk terus meningkatkan produksi minyak, salah
satunya melalui EOR (energy today.com). Penerapan EOR untuk meningkatkan
perolehan minyak di Indonesia sebenarnya telah lama dilakukan di beberapa
lapangan, salah satunya yang terbesar adalah lapangan minyak Duri yang
dioperasikan oleh PT. Chevron Indonesia. Dengan menerapkan EOR, hingga saat
ini lapangan Duri masih menjadi lapangan minyak dengan produksi terbesar di

1
Indonesia.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat disusun


adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Screening Criteria?


2. Apa saja metode EOR yang termasuk memiliki Screening Criteria?
3. Apa saja hal-hal dalam Screening Criteria yang harus diperhatikan?

I.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan berdasarkan rumusan masalah yang dibuat adalah sebagai
berikut

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Screening Criteria?


2. Mengetahui apa saja metode EOR yang termasuk memiliki Screening
Criteria
3. Mengetetahui Apa saja hal-hal dalam Screening Criteria yang harus
diperhatikan

I.4 Batasan Masalah

Penulisan makalah ini dibatasi oleh studi literatur yang membahas tentang
Screening Criteria.

I.5 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan


bagi pembaca mengenai Screening Criteria dalam setiap metode EOR (Enhanced
Oil Recovery).

2
BAB II TEORI DASAR

2.1 Screening Criteria

Screening criteria merupakan kriteria-kriteria yang harus diperhatikan


sebelum memilih penggunaan metode Enhanced Oil Recovery (EOR). Screening
criteria telah diusulkan untuk semua metode Enhanced Oil Recovery (EOR).
Pengusulan screening criteria didasarkan pada hasil lapangan dan mekanisme oil
recovery. Screening criteria telah berevolusi selama bertahun-tahun untuk
membantu petroleum engineer membuat beberapa keputusan, misalnya memilih
fluida injeksi dan proses keseluruhan untuk memperoleh jumlah minyak
maksimum dari reservoir selagi masih menghasilkan keuntungan.

Dalam memilih metode EOR yang akan digunakan, ada beberapa hal dari
screening criteria yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kedalaman Reservoir
2. Sifat-sifat Petrofisik
3. Tipe Formasi
4. Ketebalan Formasi
5. Cadangan Minyak Tersisa
6. Saturasi Minyak Sisa
7. Viskositas Minyak

2.2. Kedalaman Reservoir

Kedalaman reservoir merupakan faktor yang penting dalam menentukan


keberhasilan suatu EOR dari segi teknik dan ekonominya. Dari segi teknik, jika
kedalaman reservoir kecil maka tekanan injeksi yang dikenakan terhadap reservoir
tersebut juga kecil, karena tekanan yang diberikan kepada reservoir dibatasi oleh

3
tekanan rekah suatu formasi. Dari segi ekonomis, jika kedalaman reservoir kecil
maka biaya pemboran sumur juga akan kecil, demikian pula jika dilakukan injeksi
gas, biaya kompresor akan cukup kecil.

2.3 Sifat-Sifat Petrofisik

Besaran-besaran petrofisik yang mempengaruhi keberhasilan suatu metoda


EOR adalah :

1. Porositas (∅)
Porositas yang semakin besar akan menghasilkan cadangan sisa yang
semakin besar pula, hal ini akan membuat prospek EOR lebih baik.
2. Permeabilitas (K)
Permeabilitas yang besar biasanya lebih mengguntungkan bagi
diterapkannya suatu metoda EOR, tetapi jika harga permeabilitas diatas
suatu ambang batas tertentu, mungkin penerapan metoda EOR tidak
ekonomis lagi karena sebagian besar minyak sudah diproduksikan pada
produksi alamiah sebelumnya.
3. Tekanan kapiler (Pc)
Tekanan kapiler mempengaruhi besarnya saturasi minyak tersisa di
reservoir.

2.4 Tipe Formasi

Pada dasarnya semua batuan dapat menjadi batuan reservoir asalkan


mempunyai porositas dan permeabilitas yang cukup, namun pada kenyataannya
hanya batuan sedimen yang banyak dijumpai sebagai batuan reservoir, khususnya
reservoir minyak. Batuan sedimen yang banyak ditemui yaitu batuan pasir dan
batuan karbonat.

4
2.5 Ketebalan Formasi

Pada EOR ketebalan formasi mempengaruhi dari performa untuk setiap


metode yang digunakan. Sehingga untuk tiap metode dapat optimal jika
ketebalannya sesuai secara teori.

2.6 Cadangan Minyak Tersisa

Cadangan minyak tersisa suatu reservoir mempunyai hubungan langsung


dengan nilai ekonomi penerapan suatu metoda EOR padanya. Semakin besar
cadangan tersisa, makin besar kemungkinan suatu proyek EOR akan
menguntungkan.

2.7 Saturasi Minyak Sisa

Besarnya saturasi minyak tersisa menentukan mudah atau sukarnya


pendesakan atau pengurasan yang dilakukan oleh fluida injeksi nantinya. Semakin
kecil harga saturasi minyak tersisa, semakin kecil kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan dari EOR. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu
pertama penggurasan minyak memerlukan metoda yang mahal dan kedua, jumlah
minyak yang harus menanggung biaya penguasan makin kecil.

2.8 Viskositas Minyak

Viscositas minyak merupakan unsure penting dalam memilih metoda EOR


yang cocok dan juga dalam penentuan keberhasilan metode tersebut. Dalam hal
pendesakan tak tercampur, besaran yang mementukan effektifitas penyapuan ialah
perbandingan mobilitas fluida pendesak (Kd μd) dengan minyak yang didesak (Ko μ
o). Semakin kecil perbandingan mobilitas, semakin baik effisiensi penyapuanya.
Hal ini terjadi jika viscositas minyak semakin kecil.

5
2.9 Pemilihan Metode EOR

Dari sekian banyak metoda EOR yang ada tidak semuanya dapat diterapkan
untuk suatu reservoir minyak. Hal ini dikarenakan setiap reservoir memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Pemilihan metoda EOR yang akan
diterapkan didasarkan pada datadata karakteristik reservoir, keadaan geologi
maupun keekonomisannya yang biasa disebut sebagai Kriteria Pemilihan
(Screening Criteria).

2.9.1 Screening Criteria untuk Pendesakan Tak Tercampur

Fluida yang biasa digunakan untuk pendesakan tak tercampur adalah air
atau gas. Jika kemiringan lapisan besar maka injeksi dengan fluida gas lebih
menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan air. Kondisi reservoir
yang baik untuk injeksi dengan air yaitu pada reservoir yang high saturated,
sehigga dengan demikian GOR (Gas Oil Rasio) yang didapat rendah dan
kondisi batuan water-wet.

Injeksi air secara lebih detail tepat diterapkan pada reservoir yang
memiliki tekanan reservoir kurang dari 1500 psi, kedalam lebih dari 1000 ft,
batuan pasir atau karbonat, permeabilitas lebih dari 10 mD, viskositas 􀆀uida
kurang dari 30 dan Gravity lebih 20°API (minyak menengah sampai ringan).
Injeksi dengan fluida gas lebih tepat jika kedalaman reservoir lebih dari 2000
ft, viskositas kurang dari 10 dan gravity lebih dari 35°API.

2.9.2 Screening Criteria untuk Injeksi Tercampur

Untuk injeksi CO2, gas tekanan tinggi dan enrich gas, screening criteria
dapat diringkas dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Screening Criteria untuk Injeksi Tercampur

Gas Tekanan
Jenis Injeksi CO2 Enrich Gas
Tinggi
Batuan Reservoir Sandstone, Tidak spesifik Tidak spesifik

6
Limestone,
Dolomite
Kedalaman (ft) 2500 Tidak spesifik 2000-3000
Tekanan (Psi) Tidak spesifik 3500-6000 1500-3000
Temperatur (° ¿ Tidak spesifik Tidak spesifik Tidak spesifik
Saturasi minyak (%) 23-35 25 25
Oil Gravity (° API ¿ 25-30 > 40 > 30
Viskositas minyak (Cp) 1 <1 <1

2.9.3 Screening Criteria untuk Injeksi Thermal

Untuk injeksi steam dan insitu combustion screening criteria untuk


penerapannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Screening Criteria untuk Injeksi Thermal

Jenis Injeksi Steam Insitu Combustion


Porositas (%) 18-20 16-18
> 30 (dalam)
Permeabilitas (mD) 250-1000
> 100 (dangkal)
Ketebalan lapisan (ft) 15-400 > 10
Kedalaman (ft) 300-5000 > 300
Saturasi minyak (%) 40-50 25-30
Oil Gravity (° API ¿ < 36
Viskositas minyak (Cp) 200-3000 < 5000

2.9.4 Screening Criteria untuk Injeksi Kimia

Untuk injeksi polimer, surfactant, dan alkalin, screening criteria untuk


penerapannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Screening Criteria untuk Injeksi Kimia

Jenis Injeksi Polimer Surfactant Alkalin


Batuan Reservoir Sandstone Sandstone Sandstone,
Kaolinite pH

7
rendah
< 200 Polyacrilamide
Temperatur (° F ¿ Tidak spesifik < 200
< 160 Xanthan gum
Mobilitas
5-40 Tidak spesifik Tidak spesifik
Oil-Water
Porositas (%) 18-20 16-18 Tidak spesifik
Permeabilitas
Tidak Spesifik <250 50-250
(mD)
Ketebalan lapisan
15-400 > 10 Tidak spesifik
(ft)
Kedalaman (ft) 300-5000 > 300 Tidak spesifik
Saturasi minyak
> 10 > 20 Tidak spesifik
(%)
Oil Gravity (
< 36 > 25 Tidak spesifik
° API ¿
Viskositas minyak
< 200 <250
(Cp)

2.9.5 Screening Criteria intuk Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR)

Untuk memilih menerapkan MEOR sebagai metoda EOR yang akan


digunakan banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Secara sederhana dapat
disampaikan bahwa temperature reservoir yang optimum untuk pertumbuhan
mikroba adalah berkisar antara 86-104°F. Ada juga beberapa mikroba yang
dapat tumbuh dan berkembang sampai temperatur 176°F. Untuk tekanan
reservoir tidak diberikanbatas tertentu, namun pertumbuhan mikroba akan
menunjukkan penurunan pada tekanan di atas 30.000 kPa.

8
9
BAB III METODOLOGI

Dibawah ini adalah mekanisme pembuatan makalah :

START

PERUMUSAN MASALAH

PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER
BERDASARKAN
SUMBER

SESUAI
DENGAN NO
RUMUSAN
MASALAH

YES

ANALISA DATA
DAN KESIMPULAN

SELESAI

10
BAB IV PEMBAHASAN

Screening criteria merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui


sebelum memilih penggunaan metode Enhanced Oil Recovery yang ingin kita
gunakan pada suatu formasi reservoir. Seperti kita ketahui, setiap formasi
reservoir memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, metode EOR
yang diterapkan tidak akan sama pada setiap formasi. Untuk menerapkan metoda
EOR diperlukan pemilihan yang tepat (screening) sehingga hasil yang didapatkan
dapat optimum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.

Pemilihan metode EOR yang diterapkan didasarkan pada data-data


karakteristik reservoir. Dasar pemilihan ini diantaranya adalah jenis batua
reservoir, temperature formasi, mobilitas fluida reservoir, porositas batuan
reservoir, permeabilitas batuan reservoir, ketebalan lapisan formasi, kedalaman
formasi, saturasi minyak, oil gravity, serta viskositas minyak dari reservoir
tersebut.

Beberapa jenis metode EOR antara lain adalah injeksi tak tercampur,
injeksi tercampur, injeksi kimiawi, injeksi panas (thermal), dan Microbial
Enhanced Oil Recovery ( M E O R ). Masing-masing metode tersebut tidak dapat
digunakan pada sembarang formasi. Metode-metode ini telah memiliki screening
criterianya masing-masing.

Untuk injeksi tak tercampur, kondisi reservoir yang baik untuk injeksi
yang dilakukan dengan air yaitu pada reservoir yang high saturated. Injeksi sangat
baik bila diterapkan pada reservoir yang memiliki tekanan reservoir kurang dari
1500 psi, kedalam lebih dari 1000 ft, batuan pasir atau karbonat, permeabilitas
lebih dari 10 mD, viskositas fluida kurang dari 30 dan Gravity lebih 20°API
(minyak menengah sampai ringan). Injeksi dengan fluida gas lebih tepat jika
kedalaman reservoir lebih dari 2000 ft, viskositas kurang dari 10 dan gravity lebih
dari 35°API.

11
Injeksi tercampur dibagi menjadi 3 yaitu injeksi CO2, gas tekanan tinggi,
dan enrich gas. Injeksi tercampur dapat diterapkan pada reservoir dengan batuan
reservoir sandstone, limestone dan dolomite, kedalaman 2000-3000 ft, tekanan
1500-6000 psi, saturasi minyak 23-35%, oil gravity 25-40°API, serta viskositas
minyak ≤1 centipoise.

Untuk injeksi thermal (steam dan insitu combustion) dapat diterapkan pada
reservoir dengan porositas 16-20%, permeabilitas <1000 mD, ketebalan lapisan
<400 ft, kedalaman formasi 300-5000 ft, saturasi minyak 25-50%, oil gravity
<36%, dan viskositas minyak 200-5000 centipoise.

Injeksi kimia dapat diterapkan dengan reservoir yang memiliki


karakteristik reservoir yaitu batuan reservoir sandstone dan kaolinite pH rendah,
temperature reservoir <200°F, mobilitas fluida reservoir 5-40, porositas batuan
reservoir 16-20%, permeabilitas 50-250 mD, ketebalan lapisan 15-400 ft,
kedalaman formasi 300-5000 ft, saturasi minyak >10% dan >20%, oil gravity <36
°API, serta viskositas minyak sebesar <200 centipoise.

Sedangkan untuk Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR) temperature


reservoir yang optimum untuk pertumbuhan mikroba adalah berkisar antara 86-
104°F. Ada juga beberapa mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang sampai
temperatur 176°F. Untuk tekanan reservoir tidak diberikan secara spesifik batas-
batas tertentu, namun pertumbuhan mikroba yang digunakan pada injeksi ini akan
menunjukkan penurunan pada tekanan di atas 30.000 kPa.

12
13
BAB V KESIMPULAN

Dari uraian mengenai EOR di atas maka dapat diberikan kesimpulan


sebagai berikut :

1. Metoda EOR berpotensi untuk meningkatkan secara signikan perolehan


minyak dari reservoir-reservoir minyak yang telah diproduksikan dengan
metoda primer.
2. Penerapan metoda EOR pada suatu reservoir harus melalui pemilihan yang
tepat agar hasil yang didapatkan optimum sesuai dengan biaya yang
dikeluarkan untuk proyek EOR ini.
3. Dalam memilih metode EOR yang akan digunakan, ada beberapa hal dari
screening criteria yang harus diperhatikan, yaitu kedalaman Reservoir,
Sifat-sifat Petrofisik, Tipe Formasi, Ketebalan Formasi, Cadangan Minyak
Tersisa, Saturasi Minyak Sisa dan Viskositas Minyak.
4. Untuk injeksi tak tercampur, kondisi reservoir yang baik untuk injeksi
yang dilakukan dengan air yaitu pada reservoir yang high saturated.
5. Pemilihan metode EOR yang diterapkan didasarkan pada data-data
karakteristik reservoir. Dasar pemilihan ini diantaranya adalah jenis batua
reservoir, temperature formasi, mobilitas fluida reservoir, porositas batuan
reservoir, permeabilitas batuan reservoir, ketebalan lapisan formasi,
kedalaman formasi, saturasi minyak, oil gravity, serta viskositas minyak
dari reservoir tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Ansyori, M. R. Mengenal Enhanced Oil Recovery ( EOR ) Sebagai Solusi


Meningkatkan Produksi Minyak. 8, 16–22 (2018).

2. Jin, F. Physics of Petroleum Reservoirs. (2017). doi:10.1007/978-3-662-


53284-3.

3. Shedid, S. A. Experimental investigation of Alkaline/Surfactant/Polymer


(ASP) flooding in low permeability heterogeneous carbonate reservoirs.
Soc. Pet. Eng. - SPE North Africa Tech. Conf. Exhib. 2015, NATC 2015
194–209 (2015) doi:10.2118/175726-ms.

4. Hama, M. Q., Wei, M., Saleh, L. D. & Bai, B. Updated screening criteria
for steam flooding based on oil field projects data. Soc. Pet. Eng. - SPE
Heavy Oil Conf. Canada 2014 1, 363–381 (2014).

5. Al-Mayan, H., Winkler, M., Kamal, D., AlMahrooqi, S. & AlMaraghi, E.


Integrated EOR screening of major Kuwait oil fields using qualitative,
quantitative and risk screening criteria. Soc. Pet. Eng. - SPE EOR Conf. Oil
Gas West Asia, OGWA 2016 (2016) doi:10.2118/179751-ms.

6. Saleh, L. D., Wei, M. & Bai, B. Data analysis and novel screening criteria
for polymer flooding based on a comprehensive database. SPE - DOE
Improv. Oil Recover. Symp. Proc. 2, 888–905 (2014).

7. Kang, P. S., Lim, J. S. & Huh, C. Integrated screening criteria for offshore
application of enhanced oil recovery. Proc. - SPE Annu. Tech. Conf. Exhib.
4, 2934–2951 (2014).

8. Rita, N. Studi Mekanisme Injeksi Surfaktan-Polimer pada Reservoir


Berlapis Lapangan NR Menggunakan Simulasi Reservoir. J. Earth Energy
Eng. 1, 22 (2012).

15
9. Kang, P. S., Lim, J. S. & Huh, C. Screening criteria and considerations of
offshore enhanced oil recovery. Energies 9, 1–18 (2016).

16

Anda mungkin juga menyukai