Screening Criteria
Screening Criteria
Di Susun Oleh :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolonganNya tentu penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….…..iii
BAB I PENDAHULUAN……..………………………………………………....1
I.1Latar belakang…………………………………………..……….……2
I.2 Rumusan Masalah…………………………………………………......2
I.3 Maksud Dan Tujuan…………………………………………………...2
I.4 Batasan Masalah………………………………………………………2
I.5 Manfaat……………………………………………………....………..2
BAB II TEORI DASAR……………..………………………………………...…3
II.1 Screening Criteria…………………………………………………….3
II.2 Kedalaman Reservoir………………………………………………….3
II.3 Sifat-sifat Petrofisik……………………………………………..……4
II.4 Tiper Formasi………………………………………………………….4
II.5 Ketebalam Formasi…………………………………..……………….5
II.6 Cadangan Minyak tersisa…………………………………………..…5
II.7 Saturasi Minyak sisa……………………………………………….....5
II.8 Viskositas Minyak……………………………………………..……..5
II.9 Pemilihan Metode EOR……………………………………...……….6
BAB III METODOLOGI……………………………………………………….10
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………11
BAB V KESIMPULAN………….…………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….14
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I PENDAHULUAN
Produksi minyak dari sebuah reservoir secara alami pasti akan mengalami
penurunan atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Kondisi tersebut
tidak serta merta menggambarkan bahwa cadangan minyak di dalam reservoir
sudah habis. Jika hanya mengandalkan metoda produksi primer kemungkinan
besar masih sangat banyak minyak tersisa di reservoir, untuk itu diperlukan
metoda produksi lanjutan untuk bisa menguras minyak yang masih banyak tersisa
di reservoir. Metoda Enhanced Oli Recovery (EOR) akan memberikan solusi
pengurasan terhadap minyak yang masih ada di dalam reservoir yang tidak dapat
diambil dengan produksi primer. Namun untuk menerapkan metoda EOR
diperlukan pemilihan yang tepat (screening) sehingga hasil yang didapatkan dapat
optimum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Hingga saat ini Pemerintah terus
mendukung semua pihak dalam mengeksploitasi dan mengeksplorasi minyak dan
gas bumi di Indonesia. Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dinilai sebagai
jawaban guna menempuh langkah tersebut.Hal tersebut sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
Arcandra Tahar belum lama ini di Jakarta. Menurut Arcandra,Teknologi EOR
sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak tahun 1980an, namunmasih banyak
Kontraktor Kerja Sama (KKKS) yang belum menerapkan teknologi EOR dalam
mengeksploitasi lapangan minyaknya sedangkan sebenarnya potensi minyak
Indonesia masih cukup besar sekitar 4,6 miliar barel. Maka itulah pemerintah
mendorong semua pihak untuk terus meningkatkan produksi minyak, salah
satunya melalui EOR (energy today.com). Penerapan EOR untuk meningkatkan
perolehan minyak di Indonesia sebenarnya telah lama dilakukan di beberapa
lapangan, salah satunya yang terbesar adalah lapangan minyak Duri yang
dioperasikan oleh PT. Chevron Indonesia. Dengan menerapkan EOR, hingga saat
ini lapangan Duri masih menjadi lapangan minyak dengan produksi terbesar di
1
Indonesia.
Maksud dan tujuan berdasarkan rumusan masalah yang dibuat adalah sebagai
berikut
Penulisan makalah ini dibatasi oleh studi literatur yang membahas tentang
Screening Criteria.
I.5 Manfaat
2
BAB II TEORI DASAR
Dalam memilih metode EOR yang akan digunakan, ada beberapa hal dari
screening criteria yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kedalaman Reservoir
2. Sifat-sifat Petrofisik
3. Tipe Formasi
4. Ketebalan Formasi
5. Cadangan Minyak Tersisa
6. Saturasi Minyak Sisa
7. Viskositas Minyak
3
tekanan rekah suatu formasi. Dari segi ekonomis, jika kedalaman reservoir kecil
maka biaya pemboran sumur juga akan kecil, demikian pula jika dilakukan injeksi
gas, biaya kompresor akan cukup kecil.
1. Porositas (∅)
Porositas yang semakin besar akan menghasilkan cadangan sisa yang
semakin besar pula, hal ini akan membuat prospek EOR lebih baik.
2. Permeabilitas (K)
Permeabilitas yang besar biasanya lebih mengguntungkan bagi
diterapkannya suatu metoda EOR, tetapi jika harga permeabilitas diatas
suatu ambang batas tertentu, mungkin penerapan metoda EOR tidak
ekonomis lagi karena sebagian besar minyak sudah diproduksikan pada
produksi alamiah sebelumnya.
3. Tekanan kapiler (Pc)
Tekanan kapiler mempengaruhi besarnya saturasi minyak tersisa di
reservoir.
4
2.5 Ketebalan Formasi
5
2.9 Pemilihan Metode EOR
Dari sekian banyak metoda EOR yang ada tidak semuanya dapat diterapkan
untuk suatu reservoir minyak. Hal ini dikarenakan setiap reservoir memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Pemilihan metoda EOR yang akan
diterapkan didasarkan pada datadata karakteristik reservoir, keadaan geologi
maupun keekonomisannya yang biasa disebut sebagai Kriteria Pemilihan
(Screening Criteria).
Fluida yang biasa digunakan untuk pendesakan tak tercampur adalah air
atau gas. Jika kemiringan lapisan besar maka injeksi dengan fluida gas lebih
menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan air. Kondisi reservoir
yang baik untuk injeksi dengan air yaitu pada reservoir yang high saturated,
sehigga dengan demikian GOR (Gas Oil Rasio) yang didapat rendah dan
kondisi batuan water-wet.
Injeksi air secara lebih detail tepat diterapkan pada reservoir yang
memiliki tekanan reservoir kurang dari 1500 psi, kedalam lebih dari 1000 ft,
batuan pasir atau karbonat, permeabilitas lebih dari 10 mD, viskositas uida
kurang dari 30 dan Gravity lebih 20°API (minyak menengah sampai ringan).
Injeksi dengan fluida gas lebih tepat jika kedalaman reservoir lebih dari 2000
ft, viskositas kurang dari 10 dan gravity lebih dari 35°API.
Untuk injeksi CO2, gas tekanan tinggi dan enrich gas, screening criteria
dapat diringkas dalam tabel berikut :
Tabel 2.1
Gas Tekanan
Jenis Injeksi CO2 Enrich Gas
Tinggi
Batuan Reservoir Sandstone, Tidak spesifik Tidak spesifik
6
Limestone,
Dolomite
Kedalaman (ft) 2500 Tidak spesifik 2000-3000
Tekanan (Psi) Tidak spesifik 3500-6000 1500-3000
Temperatur (° ¿ Tidak spesifik Tidak spesifik Tidak spesifik
Saturasi minyak (%) 23-35 25 25
Oil Gravity (° API ¿ 25-30 > 40 > 30
Viskositas minyak (Cp) 1 <1 <1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
7
rendah
< 200 Polyacrilamide
Temperatur (° F ¿ Tidak spesifik < 200
< 160 Xanthan gum
Mobilitas
5-40 Tidak spesifik Tidak spesifik
Oil-Water
Porositas (%) 18-20 16-18 Tidak spesifik
Permeabilitas
Tidak Spesifik <250 50-250
(mD)
Ketebalan lapisan
15-400 > 10 Tidak spesifik
(ft)
Kedalaman (ft) 300-5000 > 300 Tidak spesifik
Saturasi minyak
> 10 > 20 Tidak spesifik
(%)
Oil Gravity (
< 36 > 25 Tidak spesifik
° API ¿
Viskositas minyak
< 200 <250
(Cp)
8
9
BAB III METODOLOGI
START
PERUMUSAN MASALAH
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER
BERDASARKAN
SUMBER
SESUAI
DENGAN NO
RUMUSAN
MASALAH
YES
ANALISA DATA
DAN KESIMPULAN
SELESAI
10
BAB IV PEMBAHASAN
Beberapa jenis metode EOR antara lain adalah injeksi tak tercampur,
injeksi tercampur, injeksi kimiawi, injeksi panas (thermal), dan Microbial
Enhanced Oil Recovery ( M E O R ). Masing-masing metode tersebut tidak dapat
digunakan pada sembarang formasi. Metode-metode ini telah memiliki screening
criterianya masing-masing.
Untuk injeksi tak tercampur, kondisi reservoir yang baik untuk injeksi
yang dilakukan dengan air yaitu pada reservoir yang high saturated. Injeksi sangat
baik bila diterapkan pada reservoir yang memiliki tekanan reservoir kurang dari
1500 psi, kedalam lebih dari 1000 ft, batuan pasir atau karbonat, permeabilitas
lebih dari 10 mD, viskositas fluida kurang dari 30 dan Gravity lebih 20°API
(minyak menengah sampai ringan). Injeksi dengan fluida gas lebih tepat jika
kedalaman reservoir lebih dari 2000 ft, viskositas kurang dari 10 dan gravity lebih
dari 35°API.
11
Injeksi tercampur dibagi menjadi 3 yaitu injeksi CO2, gas tekanan tinggi,
dan enrich gas. Injeksi tercampur dapat diterapkan pada reservoir dengan batuan
reservoir sandstone, limestone dan dolomite, kedalaman 2000-3000 ft, tekanan
1500-6000 psi, saturasi minyak 23-35%, oil gravity 25-40°API, serta viskositas
minyak ≤1 centipoise.
Untuk injeksi thermal (steam dan insitu combustion) dapat diterapkan pada
reservoir dengan porositas 16-20%, permeabilitas <1000 mD, ketebalan lapisan
<400 ft, kedalaman formasi 300-5000 ft, saturasi minyak 25-50%, oil gravity
<36%, dan viskositas minyak 200-5000 centipoise.
12
13
BAB V KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
4. Hama, M. Q., Wei, M., Saleh, L. D. & Bai, B. Updated screening criteria
for steam flooding based on oil field projects data. Soc. Pet. Eng. - SPE
Heavy Oil Conf. Canada 2014 1, 363–381 (2014).
6. Saleh, L. D., Wei, M. & Bai, B. Data analysis and novel screening criteria
for polymer flooding based on a comprehensive database. SPE - DOE
Improv. Oil Recover. Symp. Proc. 2, 888–905 (2014).
7. Kang, P. S., Lim, J. S. & Huh, C. Integrated screening criteria for offshore
application of enhanced oil recovery. Proc. - SPE Annu. Tech. Conf. Exhib.
4, 2934–2951 (2014).
15
9. Kang, P. S., Lim, J. S. & Huh, C. Screening criteria and considerations of
offshore enhanced oil recovery. Energies 9, 1–18 (2016).
16