Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

Resep X

Pulveres

Nama : Maslina Siti Rohani Silaen ( 1901021019 )

Mastura Sajida ( 1901021020 )

Dosen : Hafizhatul Abadi,S.farm.,M.kes.,Apt

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan jurnal praktikum kami “RESEP KE-X”
Jurnal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan jurnal ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan jurnal ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki jurnal ini.
Akhir kata kami berharap semoga jurnal ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan,  februari 2020

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................1
1.2 MAKSUD PERCOBAAN..................................................1
1.3 TUJUAN PERCOBAAN....................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................3


2.1 TEORI UMUM...................................................................3
2.2 RESEP ................................................................................11
2.3 NARASI RESEP ................................................................11
2.4 FARMAKOLOGI ..............................................................12
2.5 URIAN BAHAN ................................................................14

BAB III METODE KERJA .................................................................15


3.1 ALAT YANG DIGUNAKAN ...........................................15
3.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN ........................................15
3.3 CARA KERJA .................................................................................15

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN ...................................................17


4.1HASIL DAN PEMBAHASAN............................................17
4.2 PERHITUNGAN BAHAN ................................................17
4.3 PEMBAHASAN ................................................................17

BAB V PENUTUP.................................................................................19
5.1 KESIMPULAN.................................................................................19
5.2 SARAN ............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................20
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien.
Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-
obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Ilmu resep
telah ada semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia didunia mulai
timbul peradaban dan mulai terjadinya penyebaran penyakit yang dilanjutkan
dengan usaha masyarakat untuk melakukan usaha pencegahan terhadap
penyakit.sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasi pun
mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi
saling berkaitan, misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika, dan kimia
farmasi. Sebagai buku panduan bagi farmasis, setiap negara memiliki buku
farmakope yang membuat persyaratan kemurnian, sifat kimia, dan fisika, cara
pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-
obatan.

1.2 Maksud Percobaan


Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu membuat sediaan
kapsul baik cara pembuatan maupun perhitungan bahan.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa diharapkan mampu membaca resep.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung bahan maupun dosis
dalam resep.
4

3. Setiap mahasiswa mampu membuat sediaan yang diminta sesuai


prosedur pada resep.
4. Mahasiswa diharapkan bisa memilih ukuran kapsul yang sesuai.
5. Mahasiswa mengerti dan paham akan bahan yang digunakan dalam
resep.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI UMUM


Di halaman ini kamu akan belajar mengenai salah satu bentuk sediaan
obat, yaitu kapsul. Untuk mengetahui banyak hal perihal sediaan kapsul, berikut
di bawah ini kami berikan penjelasan secara lengkap. Silakan disimak.
Pengertian Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.

PERBEDAAN KAPSUL KERAS DAN KAPSUL LUNAK


Kapsul Keras Kapsul Lunak

Terdiri atas tubuh dan tutup satu kesatuan

Tersedia dalam bentuk kosong Selalu sudah terisi

Isi biasanya padat, dapat juga Isi biasanya cair, dapat juga
cair padat

Cara pakai per oral Bisa oral, vaginal, rectal,


topikal

Bentuk hanya satu macam Bentuknya bermacam-macam

Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya


tumpul tetapi beberapa pabrik membuat kapsul dengan bentuk khusus, misal
ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul cangkang keras yang diisi di pabrik
sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk mengetahui
identitas pabrik.
Kapsul dapat juga mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna
dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan

3
4

pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan ini
mengandung antara 10-15% air.
Kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna, bahan opak seperti
Titanium dioksida, pengawet, pengharum dan pemanis/sukrosa 5%. Cangkang
gelatin lunak umumnya mengandung air 6-13%, umumnya berbentuk bulat atau
silindris atau bulat telur (disebut pearles atau globula).
Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotek, tetapi diproduksi secara
besar besaran didalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak yang
bekerjanya long acting umumnya berisi granula dan disebut Spansule.

Macam-macam Kapsul
Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu
kapsul keras (capsulae durae, hard capsul) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft
capsul)
Sedangkan macam-macam kapsul berdasarkan ukuran kapsul
menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran yang
dinyatakan dalam nomor kode 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil.

Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5


Untuk hewan : 10 11 12
Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang
(dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa
peningkatan diameter.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih
ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih
dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam
rangka mempersiapkan resep dokter di apotek.
5

Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman.


Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai gambaran hubungan
jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
No. Ukuran Asetosal Natrium NBB (gram)
(gram) bikarbonat
(gram)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0,6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25

Dalam mempersiapkan resep untuk kapsul, ukuran kapsul hendaknya


dicatat untuk memudahkan bila diperlukan pembuatan ulang, juga diperhatikan
bila seseorang pasien mendapatkan dua macam resep kapsul sekaligus, jangan
diberikan dalam warna yang sama untuk menghindari kesalahan minum obat
tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul
 Keuntungan bentuk sediaan kapsul
 Bentuk menarik dan praktis
 Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang
kurang enak.
 Mudah ditelan dan cepat hancur/larut didalam perut, sehingga bahan
cepat segera diabsorbsi (diserap) usus.
 Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam
macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda beda menurut
kebutuhan seorang pasien.
6

 Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong


seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi
absorbsi bahan obatnya.
 Kerugian bentuk sediaan kapsul
 Tidak bisa untuk zat zat mudah menguap sebab pori pori cangkang
tidak menahan penguapan
 Tidak untuk zat zat yang higroskopis
 Tidak untuk zat zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
 Tidak untuk Balita
 Tidak bisa dibagi (misal menjadi ½ kapsul)

Cara Pengisian Kapsul


Yang dimaksud kapsul di sini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras
terdiridari dua bagian yaitu bagian dalam/induk yaitu bagian yang lebih panjang
(biasa disebut badan kapsul) dan bagian luar/tutup. Kapsul demikian juga disebut
Capsulae Operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi besar besaran di pabrik
dengan mesin otomatis.

Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk untuk memberikan
penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan, untuk
mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan
penanganan.

Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu:


1. Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan
alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter. Pada
pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah
alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut.
Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai
7

dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dan ditutup.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh
puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian
yang bergerak.Caranya:
a. Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian
alat yang tidak bergerak.
b. Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan/ditaburkan
pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
c. Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang
bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
Dengan alat mesin Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi
kapsul secara besar besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut,
perlu dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai
dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah
besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragaman nya lebih terjamin.
 Cara Penutupan Kapsul
Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang
biasa yakni menutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan
bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan
pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan
menggunakan cairan campuran air-alkohol.
Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus
seperti diatas. Cara paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar
isinya tidak keluar atau bocor. Caranya oleskan sedikit campuran air alkohol pada
tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup sambil diputar.
Untuk melihat adanya kebocoran kapsul tersebut kapsul diletakkan diatas
kertas saring kemudian gerakkan ke depan dan ke belakang hingga menggelinding
8

beberapa kali. Apabila kapsul tersebut bocor akan meninggalkan noda pada
kertas.
Di dalam pabrik yang besar penutupan kapsul dilakukan secara otomatis.
Sebagai cairan penutup pada umumnya larutan gelatin yang diberi tambahan zat
warna, sehingga kapsul yang telah ditutup akan kelihatan semacam pita yang
berwarna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai tanda pengenal dari suatu pabrik.
 Cara Membersihkan Kapsul
Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk
menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan
tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang
mungkin menempel pada dinding kapsul.
Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen, wol) kemudian
digosok gosokkan sampai bersih.
Faktor-faktor yang Merusak Cangkang Kapsul
 Mengandung zat zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air
dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan
lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya
kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
 Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik
lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul
yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal
ini dapat dihambat dengan mencampur masing masing dengan bahan inert baru
keduanya dicampur.
 Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol
Penyimpanan yang salah di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan
lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang
lembab tersebut.
9

Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi


rapuh dan mudah pecah. Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul
disimpan:
- Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
- Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)
- Dalam wadah plastik yang diberi pengering
- Dalam blitser/strip alufoil

Syarat-syarat Kapsul
1. Keseragaman bobot
Menurut FI. III, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kapsul berisi obat kering
b. Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan
bobot rata rata tiap isi kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata rata tiap
isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpangannya lebih besar
dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan tidak satu kapsul pun yang
penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh kolom B.
2. Waktu hancur
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul
lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh
kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran butiran bebas yang tidak
terikat oleh satu bentuk.
Menurut FI IV, untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang
dikenal dengan nama Desintegration Tester.
Alat terdiri dari :
Rangkaian keranjang yang terdiri dari 6 tabung transparan yang panjang
masing-masingnya 77,5 mm + 2,5 mm dengan diameter dalam 21,5 mm dan tebal
dinding lebih kurang 2 mm, kedua ujungnya terbuka. Ujung bawah tabung
10

dilengkapi dengan suatu kasa baja tahan karat dengan diameter lubang 0,025 inchi
(ukuran 10 mesh nomor 23).
Gelas piala berukuran 1000 ml yang berisi media cair. Volume cairan
dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa
berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke
bawah berjarak tidak kurang 2,5 cm dari dasar wadah. Thermostat yang berguna
untuk memanaskan dan menjaga suhu media cair antara 35° 39° C.
Alat untuk menaik-turunkan keranjang dalam media cair dengan frekuensi
29 kali hingga 32 kali per menit.
Caranya :
 Masukkan 1 kapsul pada masing masing tabung di keranjang.
 Masukkan kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian
keranjang, gunakan air bersuhu 37°+ 2° sebagai media kecuali dinyatakan
lain menggunakan cairan lain dalam masing masing monografi.
 Naik turunkan keranjang didalam media cair lebih kurang 29-32 kali per
menit.
 Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing masing
monografi, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang
kapsul.
 Bila satu kapsul atau dua kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus
hancur sempurna.
Dalam FI IV waktu hancur kapsul tidak dinyatakan dengan jelas, namun
menurut FI III, kecuali dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih
dari 15 menit.
3. Keseragaman sediaan
Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman
kandungan untuk kapsul lunak.
4. Uji disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi. Persyaratan disolusi tidak
11

berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing
monografi.
2.2 RESEP

dr.Suandi
SIP : 235468
JL.Kenangan No.4
Medan ,08 Juli 2019

R/ paracetamol 250 mg
m.f.la.caps dtd No.VI
S3dd caps I

(Paraf)

Pro : lili
Umur : 8 tahun
Alamat : sunggal

2.3 NARASI RESEP


R : Recipe ( Ambillah )
Paracetamol: asetaminofen,acetaminophenum
m.f.La.caps dtd No VI : Misce (campur) Fact (buatlah) lage artis (menurut seni
meracik obat) capsule (kapsul) datalis dosis ( sesuai takaran) numero sex
(sebanyak 6 kapsul)
S 3 d d caps I: signa (tandai) ter de die ( 3 kali sehari ) capsule unum ( 1 kapsul)
Pro :Untuk
12

2.4 FARMAKOLOGI
Farmakologiparacetamolmemilikiefekinhibisisintesis prostaglandin di
jaringandansistemsarafpusat.
Farmakodinamik
 Enzim siklooksigenase (COX) memiliki beberapa isoform. Yang paling
dikenal adalah COX-1 dan COX-2. Walaupun keduanya memiliki
kesamaan karakteristik dan mengkatalisis reaksi yang sama, terdapat
perbedaan efek di antara keduanya.
 Enzim COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hampir semua
jaringan di tubuh, termasuk platelet, dan memiliki peran dalam produksi
prostaglandin yang terlibat dalam proteksi lambung, agregasi platelet,
autoregulasi aliran darah renal, dan inisiasi parturisi. Sementara itu, COX-
2 berperan penting dalam proses inflamasi dengan mengaktivasi sitokin
inflamasi. COX-2 juga banyak diekspresikan di ginjal dan memproduksi
prostasiklin yang berperan dalam homeostasis ginjal.
3 Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat.
Ketika kadar asam arakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk
dari terutama dari COX-2, sementara saat kadar asam arakidonat tinggi,
prostaglandin akan dibentuk terutama dari COX-1. Kadar asam arakidonat
ini juga mempengaruhi kerja paracetamol. Kadar yang rendah memiliki
efek poten terhadap paracetamol dan kadar yang tinggi akan menghambat
kerja paracetamol.
4 Paracetamol memiliki efek analgesik dan antipiretik yang setara dengan
OAINS. Sebagai analgesik, paracetamol menghambat prostaglandin
dengan cara berperan sebagai substrat dalam siklus peroksidase enzim
COX-1 dan COX-2 dan menghambat peroksinitrit yang merupakan
aktivator enzim COX. Sebagai antipiretik, paracetamol menghambat
peningkatan konsentrasi prostaglandin di sistem saraf pusat dan cairan
serebrospinal yang disebabkan oleh pirogen.
13

5 Efek klinis paracetamol dapat terlihat dalam satu jam setelah pemberian.
Dalam beberapa studi ditemukan bahwa paracetamol dapat menurunkan
suhu sebesar 1oC setelah satu jam pemberian.
6 Paracetamol tidak seefektif OAINS dalam meredakan nyeri pada arthritis
akut karena tidak dapat menurunkan kadar prostaglandin di cairan sinovial.
Dibandingkan dengan OAINS, paracetamol memiliki efek samping ke
sistem gastrointestinal yang lebih rendah. Oleh karena itu paracetamol
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan riwayat
ulkus peptikum.
Farmakokinetik
Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
7 Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif
pada pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit
memperlambat absorpsi paracetamol.
8 Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di
plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di
plasma lebih lama.

Distribusi
9 Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai
dalam waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk
tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL
dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8
jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.
10 Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25%
paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
Metabolisme
11 Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses
glukoronidasi dan sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil
14

paracetamol juga dioksidasi melalui enzim sitokrom P450 menjadi


metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI).
12 Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi
sistein dan konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam
jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak
dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.
Eliminasi
13 Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas
melalui urin dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui
renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan
berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan gangguan ginjal.
14 Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol
juga dapat diekskresikan dengan hemodialisa.

2.5 URAIAN BAHAN


PARACETAMOL
Sinonim : asetaminofen
pemerian : hablur atau serbuk hablur putih,tidak berbau,rasa pahit.
Kelarutannya:larut dalam 70 air,dalam 7 bagian etanol (95 %) P,dalam 13 bagian
aseton P,dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P,larut dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat dan penggunaanya : analgetik (meredakan nyeri)
Antipretik (penurun panas )
BAB III
METODE KERJA

Dalam praktikum ini metode yang digunakan untuk mengisi kapsul adalah
dengan tangan.

3.1 ALAT YANG DIGUNAKAN


 Lumpang dan alu
 Kertas perkamen
 Serbet
 Sudip
 Sendok tanduk
 Timbangan
 Anak timbangan
 Tisu
 Plastik klip /pot/wadah
 Etiket (putih)
 Buku praktikum

3.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN

 Paracetamol
3.3 CARA KERJA
 Timbang bahan yang diminta di dalam resep.
 Bersihkan lumpang dan alu yang akan digunakan
 Dimasukkan paracetamol gerus hingga halus
 Bagi menjadi 6 bagian yang sama secara visual diatas kertas
perkamen
 Setiap bagian kertas dimasukkan kedalam cangkang kapsul

15
16

 Setelah semua bahan obat dimasukkan ke dalam kapsul,bersihkan


sisa bahan obat yang menempel pada cangkang kapsul
 Masukkan kedalam wadah yang sesuai
 Diberi etiket (etiket putih)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Pada praktikum kali ini dihasilkan kapsul paracetamol yang setiap
kapsulnya berisi 250 mg serbuk paracetamol.

4.2 PERHITUNGAN BAHAN


Obat yang digunakan untuk membuat kapsul ini tidak memiliki dosis
maksimumnya (DM) maka tidak ada perhitungan dosisnya.
PENIMBANGAN BAHAN
Paracetamol = 250 mg x 6 kapsul
= 1500 mg = 1,5 g

Cangkang kapsul yang digunakan No.2

4.3 PEMBAHASAN
Untuk mengerjakan resep ini terlebih dahulu praktikan menghitung
banyaknya bahan obat dalam satu kapsul agar bisa tau kapsul no berapa yang akan
digunakan. Setelah mengetahui kapsul no berapa yang digunakan, praktikan
melanjutkan untuk proses menggerus bahan obat. Karna bahan obat Cuma satu
maka langsung digerus kemudian dibagikan kedalam 6 bagian yang kemudian
akan dimasukkan kedalam cangkang kapsul.
Pada saat membersihkan kapsul dari sisa bahan yang menempel didinding
kapsul gunakanlah tisu atau kain, kemudian diletakkan diatas tisu dan digoyang-
goyangkan sampai dinding kapsul bersih. Setalah bersih baru dimasukkan
kedalam wadah dan diberi etiket.
Untuk pengerjaan resep ini tidak ada cara atau sifat khusus yang harus
dilakukan.
Pada saat pengisian kapsul tangan harus kering agar cangkang kapsul tidak
lengket dan hasil yang didapat pun optimal atau bagus. Jangan biarkan lama-lama

17
18

diudara kalau sudah siap dan bersih langsung masukkan kedalam wadah agar
cangkang kapsul tetap bagus dan tidak lembab
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Resep ini merupakan kapsul yang berisi paracetamol 250 mg yang
berkhasiat untuk menurunkan demam (antipiretik) dan meredakan nyeri
(analgetik) yang cara penggunaannya melalui oral (diminum).
Aturan pakai untuk obat resep ini adalah 2 kali sehari 1 kapsul yang
diminum sesudah makan.
Untuk penyimpanan obat ini,simpanlah ditempat yang bersuhu kamar
tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering agar cangkang kapsul tidak rusak
serta terhindar dari paparan sinar matahari langsung

5.2 SARAN
Saran untuk para praktikan adalah praktikan harus lebih teliti dalam
menimbang bahan agar tidak ada bahan yang terbuang, selalu menjaga kebersihan
agar obat yang dibuat tidak rusak atau tercemar, untuk kegiatan-kegiatan yang
tidak perlu diharapkan tidak usah dilakukan, saling menjaga ketertiban selama
praktikum berlangsung, usaha tidak ada suara yang berisik dan kenakanlah
perlengkapan yang sesuai.
Jika praktikan selesai praktikum praktikan juga harus mengembalikan alat
dan bahan yang digunakan ketempat semula serta membersihkan ruangan
praktikum.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

https://biofar.id/kapsul/
https://www.alomedika.com/obat/analgesik/analgesik-non-narkotik-
antipiretik/paracetamol/farmakologi
SUWARDJONO ,1979, Farmakope Indonesia III,DepartemenKesehatanRepublik
Indonesia, Jakarta
VIVI EULIS DIANA,2019,MODUL PRAKTIKUM FARMASEUTIKA
DASAR,YAYASAN HELVETIA.
21

Anda mungkin juga menyukai