Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGENDALIAN PROSES

PRINSIP-PRINSIP ALAT DAN CONTOH PENGENDALIAN PROSES

OLEH :

ADI SANTOSO NIM : 0610 3040 1010


ETCHI YUNTI RENI PRATIWI NIM : 0610 3040 1016
RAHMAWATY NIM : 0610 3040 1025
RICKY MARULI SIAHAAN NIM : 0610 3040 1026

Kelas: 5 KIB

Dosen Pembimbing : H. Yohandri Bow, S.T., M.S.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2012
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah berjudul pengertian humidifikasi ini. Salawat dan salam
juga penyusun persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyempurnaan makalah di masa datang.

Dalam penyelesaian makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dan


pengarahan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing. Maka pada kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada H. Yohandri Bow, ST., MS.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengendalia Proses.

Atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga akan
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penyusun mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun maupun bagi
pembaca, Amin.

Palembang, November 2012

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengendalian proses adalah disiplin ilmu yang melibatkan statistika dan teknik
yang melibatkan pembuatan mekanisme dan algoritma untuk mengendalikan keluaran
dari suatu proses tertentu. Sebagai contoh adalah sistem pengaturan temperatur ruangan
agar temperatur ruangan terjaga konstan setiap saat, misalnya pada 20 °C. Pada kasus ini,
temperatur disebut sebagai variabel terkendali. Selain itu, karena temperatur diukur oleh
suatu termometer dan digunakan untuk menentukan kerja pengendali (apakah ruangan
perlu didinginkan atau tidak), temperatur juga merupakan variabel input. Temperatur
yang diinginkan (20 °C) adalah setpoint. Keadaan dari pendingin (misalnya laju keluaran
udara pendingin) dinamakan variabel termanipulasi karena merupakan variabel yang
terkena aksi pengendalian.

Alat pengendalian yang umum digunakan adalah Programmable Logic Controller


(PLC). Alat ini digunakan untuk membaca input analog maupun digital, melakukan
serangkaian program logika, dan menghasilkan serangkaian output analog maupun
digital. Pada kasus sistem pengaturan temperatur, temperatur ruangan menjadi input bagi
PLC. Pernyataan-pernyataan logis akan membandingkan setpoint dengan masukan nilai
temperatur dan menentukan apakah perlu dilakukan penambahan atau pengurangan
pendinginan untuk menjaga temperatur agar tetap konstan. Output dari PLC akan
memperbesar atau memperkecil aliran keluaran udara pendingin bergantung pada
kebutuhan. Untuk suatu sistem pengendalian yang kompleks, perlu digunakan sistem
pengendalian yang lebih kompleks daripada PLC.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana prinsip-prinsip
dari alat pengendalian prose situ dan apa contoh alat pengendalian tersebut yang
digunakan dalam industri.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam makalah ini adalah :
Agar dapat mengetahui bagaimana prinsip-prinsip dari alat pengendalian proses dan
contoh alat pengendalian proses tersebut yang digunakan dalam industri.

Manfaat pembuatan makalah ini adalah :


1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman prinsip-prinsip dan contoh alat
pengendalian proses.
2. Menjadikan salah satu referensi pembelajaran mata kuliah pengendalian proses
mengenai prinsip-prinsip alat pengendalian proses.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan pemasangan alat pengendalian


Agar proses selalu stabil dibutuhkan instalasi alat-alat pengendalian. Alat-alat
pengendalian dipasang dengan tujuan:

1. Menjaga keamanan dan keselamatan kerja

Keamanan dalam operasi suatu pabrik kimia merupakan kebutuhan primer untuk
orang-orang yang bekerja di pabrik dan untuk kelangsungan perusahaan. Untuk
menjaga terjaminnya keamanan, berbagai kondisi operasi pabrik seperti tekanan
operasi, temperatur, konsentrasi bahan kimia, dan lain sebagainya harus dijaga
tetap pada batas-batas tertentu yang diizinkan.

2. Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan

Pabrik harus menghasilkan produk dengan jumlah tertentu (sesuai kapasitas


desain) dan dengan kualitas tertentu sesuai spesifikasi. Untuk itu dibutuhkan suatu
sistem pengendali untuk menjaga tingkat produksi dan kualitas produk yang
diinginkan.

3. Menjaga peralatan proses dapat berfungsi sesuai yang diinginkan dalam desain

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi proses produksi memiliki


kendala-kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi. Pada pompa harus
dipertahankan NPSH, pada kolom distilasi harus dijaga agar tidak flooding,
temperatur dan tekanan pada reaktor harus dijaga agar tetep beroperasi aman dan
konversi menjadi produk optimal, isi tangki tidak boleh luber ataupun kering,
serta masih banyak kendalakendala lain yang harus diperhatikan.
4. Menjaga agar operasi pabrik tetap ekonomis.

Operasi pabrik bertujuan menghasilkan produk dari bahan baku yang memberi
keuntungan yang maksimum, sehingga pabrik harus dijalankan pada kondisi yang
menyebabkan biaya operasi menjadi minimum dan laba yang diperoleh menjadi
maksimum.

5. Memenuhi persyaratan lingkungan

Operasi pabrik harus memenuhi berbagai peraturan lingkungan yang memberikan


syarat-syarat tertentu bagi berbagai buangan pabrik kimia.

Untuk memenuhi persyaratan diatas diperlukan pengawasan (monitoring)


yang terus menerus terhadap operasi pabrik kimia dan intervensi dari luar (external
intervention) untuk mencapai tujuan operasi. Hal ini dapat terlaksana melalui suatu
rangkaian peralatan (alat ukur, kerangan, pengendali, dan komputer) dan intervensi
manusia (plant managers, plants operators) yang secara bersama membentuk control
system. Dalam pengoerasian pabrik diperlukan berbagai prasyarat dan kondisi operasi
tertentu, sehingga diperlukan usaha-usaha pemantauan terhadap kondisi operasi
pabrik dan pengendalian proses supaya kondisi operasinya stabil.

2.2 Sistem Pengendalian

Sistem pengendali diterapkan untuk memenuhi 3 kelompok kebutuhan, yaitu:

1. menekan pengaruh gangguan eksternal


2. memastikan kestabilan suatu proses kimiawi
3. optimasi kinerja suatu proses kimiawi

Variabel-variabel yang terlibat dalam proses operasi pabrik adalah F (laju alir), T
(temperatur), P (tekanan) dan C (konsentrasi). Variabel-variabel tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu variabel input dan variabel output. Variabel
input adalah variabel yang menandai efek lingkungan pada proses kimia yang dituju.
Variabel ini juga diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:

1. manipulated (adjustable) variable, jika harga variabel tersebut dapat diatur


dengan bebas oleh operator atau mekanisme pengendalian
2. disturbance variable, jika harga tidak dapat diatur oleh operator atau sistem
pengendali, tetapi merupakan gangguan.

Sedangkan variabel output adalah variabel yang menandakan efek proses kimia
terhadap lingkungan yang diklasifikasikan dalam 2 kelompok:

1. measured output variables, jika variabel dapat diketahui dengan pengukuran


langsung
2. unmeasured output variables, jika variabel tidak dapat diketahui dengan
pengukuran langsung
Contoh alat pengendalian Proses

1. HP STRIPPER (HIGH PRESSURE STRIPPER)


Alat ini berada pada unit sintesa urea di pabrik urea PT. Pupuk Kaltim. Dalam sintesa
urea, reaksi pembentukan urea di reaktor tidak berlangsung sempurna. Akibatnya produk yang
keluar reaktor masih mengandung ammonium carbamate yang belum terkonversi menjadi urea
serta terdapat kelebihan NH3. Kedua produk sampingan ini harus dipisahkan dari larutan urea
yang dihasilkan. Untuk memisahkan reaktan ini, dilakukan stripping dengan menggunakan gas
CO2 dalam alat yang bernama High Pressure Stripper.
Alat ini merupakan shell and tube exchanger yang terdiri dari 2560 tube type straight
dengan outside diameter 31 mm dan inside dimeter shell 2300 mm. Fluida shell side adalah
steam dengan flow 54900 kg/jam dan temperatur 214 o
C, sedang fluida tube side adalah
sistem larutan urea – gas CO2.

a) Filosofi Proses
Larutan urea dari reaktor pada suhu ±183 oC dikontakkan dengan gas CO2 pada suhu
±120 o
C secara counter current. Urea mengalir turun membasahi sepanjang dinding tube
mebentuk lapisan tipis (film), dan gas CO 2 yang masuk dari bawah menstripping ammonium
carbamate yang terurai menjadi gas CO 2 dan NH3 karena bantuan steam untuk dikembalikan ke
HPCC (High Pressure Ammonium Carbamate Condenser). Sedangkan urea yang mengandung
sedikit ammonium carbamate meninggalkan HP stripper pada temperatur ±165 oC menuju unit
resirkulasi, sedang campuran gas yang sebagian besar mengandung CO 2 menuju bagian atas
HP stripper pada temperatur ±187 oC menuju HPCC.
Karena reaksi penguraian ammonium carbamate menjadi gas CO2 dan NH3 merupakan
reaksi endotermis, maka alat ini juga memerlukan panas. Panas di supplai dari luar (berupa
steam), panas ini juga untuk menjaga agar larutan tetap pada titik didihnya serta untuk
menguraikan ammonium carbamate menjadi CO2 dan NH3. Akibat aliran gas CO2 yang
bersinggungan dengan lapisan film larutan pada dinding tube akan membantu penguraian
ammonium carbamate menjadi CO2 dan NH3, dengan demikian dapat mengurangi pemakaian
steam dalam penguraian di HP stripper, sehingga mengurangi resiko terbentukya biuret.

b) Pengendalian Proses
Di bagian bawah HP stripper, kondisinya sangat sesuai untuk berlangsungnya hidrolisa
urea dan pembentukan biuret, karena bersuhu tinggi dan konsentrasi ammonium carbamate
rendah. Untuk mengurangi resiko terbentunya biuret, selain dengan pendinginan oleh gas CO 2,
dapat juga dilakukan dengan menjaga level steam kondensat di shell side HP stripper.
Penjagaan level dilakukan dengan mengontrol suhunya, jika suhunya di atas 165 oC maka valve
akan membuka dan steam akan keluar sehingga temperatur bagian bawah stripper tetap 165
o
C. Akibatnya, transfer panas dapat dikurangi sehingga resiko terbentuknya biuret bisa
dihindari.
c) Variable Process :
Set Point : Temperatur
Process Varible : Level
Manipulated Variable : Laju Alir ( Control Valve )
Disturbance : Steam yang masuk

d) Gambar Unit

e) Gambar Alat
HPCC

±187 oC
144.4 kg/cm2

urea dari reaktor

±183 oC
144.4 kg/cm2

HP Stripper

LC

±120 oC

steam

rectifying column

±165 oC
144.4 kg/cm2
2. RECTIFYING COLUMN
Alat ini terdapat pada unit resirkulasi pada pabrik urea di PT. Pupuk Kaltim. Alat ini
berupa separator yang berfungsi sebagai pemisah urea (55%) yang keluar dari HP Stripper dari
ammonium carbamate dengan cara menguraikannya menjadi CO 2 dan NH3. Bagian atas alat ini
berupa separator, dan bagian bawahnya berupa heater.

a) Filosofi Proses
Hasil reaksi pembentukan urea di unit sintesa urea, menghasilkan urea dengan kadar
55% saja. Sisanya berupa larutan ammonium carbamate dan air. Di unit resirkulasi ini, urea
dibersihkan dari reaktan yang tidak terkonversi (ammonium carbamate) dan produk lain (air).
Alat utama pada unit ini adalah rectifying column.
Pertama-tama laruttan urea 55% dari unit sintesa dimasukkan ke rectifying column
bagian atas. Sebelum masuk, tekanan larutan tekanan diturunkan secara tiba-tiba dari 145 –
160 kg/cm2 menjadi 4,2 kg/cm2. Selanjutnya larutan di spray di bagian atas rectifying column.
Sesuai dengan reaksi pembentukan ammonium carbamate, sebagai berikut :

2NH3 + CO2 NH2COONH4 + Q ......... (*)

ammoniu
mcarbam

Maka, bila tekanan diturunkan kesetimbangan akan bergeser ke daerah yang memiliki
koefisien lebih besar, dalam hal ini CO 2 dan NH3. Artinya, jika tekanan diturunkan, maka
ammonium carbamate yang tidak terkonversi di unit sintesa akan terurai menjadi CO 2 dan NH3
dalam fase gas yang akan langsung menuju ke Low Pressure Carbamate Condenser (LPCC).
Pada tahap ini juga terdapat air yang teuapkan dan ikut ke LPCC bersama den gan CO 2 dan
NH3.
Selain penurunan tekanan, pemurnian urea 55% juga dilakukan dengan menggunakan
heater yang terdapat di bagian bawah rectifying column. Setelah larutan masuk melalui bagian
atas rectifying column, larutan akan bergerak turun menuju bagian bawah, yaitu heater. Sesuai
dengan reaksi (*), maka dengan pemanasan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaktan, sehingga ammonium carbamate yang masih tersisa akan terurai menjadi CO2 dan
NH3 diikuti dengan penguapan air yang tersisa. CO 2, NH3, dan uap air ini kemudian menyusul
ke LPCC. Selanjutnya, larutan urea yang telah menjadi lebih pekat dikirim/masuk ke flash tank.

b) Pengendalian Proses
Unit resirkulasi menggunakan tekanan sebesar 4,2 kg/cm 2 absolut dan temperature
larutan yang keluar rectifying column dijaga 130 – 140 oC. Jika temperatur terlalu rendah,
maka banyak ammonia (NH3) hasil penguraian ammonium carbamate bukannya masuk ke LPCC
tapi malah ikut dengan urea masuk ke flash tank. Namun, bila temperatur terlalu tinggi (>140
o
C), maka akan semakin banyak air yang ikut ke LPCC dan akan terbentuk biuret.
Biuret adalah hasil samping yang tidak diinginkan dari reaksi pembentukan urea.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3 - Q

ure biure

Biuret akan selalu terbentuk dalam pembentukan urea, sehingga tidak bisa dihindari. Karena
biuret merupakan racun bagi tanaman, maka kandungan biuret dalam urea untuk keperluan
pertanian harus dijaga serendah mungkin (maksimal 1%). Dari reaksi pembentukan biuret di
atas, terlihat bahwa biuret mudah terbentuk dalam kondisi sebagai berikut :
 Konsentrasi urea tinggi
 Konsentrasi ammonia rendah
 Temperatur tinggi

c) Variable Process :
Set Point : Temperatur
Process Variable : Steam masuk
Manipulated Variable : Laju alir steam
Disturbance : Temperatur dalam steam

d) Gambar Unit
e) Gambar Alat

CO2 dan NH3


LPCC
114 oC
4,2 kg/cm2
HP stripper
4,2 kg/cm2

larutan urea
flash tank
135 oC
4,2 kg/cm2

TC
kondensat

larutan urea

steam

3. FLASH TANK
Flash tank merupakan alat yang terletak setelah rectifying column pada unit resirkulasi.
Flash tank memiliki dua fungsi, yang pertama adalah sebagai pengatur level. Dan yang kedua
adalah sebagai separator yang memisahkan ammonium carbamate yang belum terurai di
rectifying column menjadi CO2 dan NH3 dengan cara menurunkan tekanan (flashing) dari 4,2
kg/cm2 menjadi 0,45 kg/cm2 (vakum).

a) Filosofi Proses
Setelah larutan urea mangalami dua tahap pemurnian di rectifying column, urea yang
sudah menjadi lebih murni di masukkan ke flash tank dan kembali mengalami penurunan
tekanan dari 4,2 kg/cm2 menjadi vakum. Karena adanya penurunan tekanan ini, maka sisa
ammonium carbamate yeng tidak terurai di rectifying column akan terurai di sini. Penurunan
tekanan ini terjadi di valve sebelum flash tank. Akibat dari penurunan tekanan, kadar urea
meningkat dari 55% menjadi 75% – 76%. Larutan yang keluar dari flash tank turun secara
gravitasi ke Urea Storage Tank (UST). Urea ini terdiri dari 75% - 76% urea, dan sisanya air
serta sedikit CO2 dan NH3.

b) Pengendalian Proses
Di flash tank, tekanan sangat mempengaruhi temperatur larutan. Jadi, dengan adanya
penurunan tekanan menjadi vakum, otomatis temperatur akan turun. Temperatur awal saat
larutan keluar dari rectifying column 130 – 140 oC turun menjadi 87 – 90 oC. Temperatur harus
dipertahankan dalam range tersebut. Karena bila temperatur berada di bawah range akan
terjadi kristalisasi. Dan jika temperatur berada di atas range, maka akan terbentuk biuret.
Inilah gunanya tekanan dibuat vakum. Yang berakibat turunnya temperatur. Karena, pada
tahap akhir pemrosesan urea, kecenderungan terbentuknya biuret sangat besar akibat
kondisinya optimalnya terpenuhi. Hal ini dapat dikurangi dengan memprosesnya di bawah
kondisi vakum. Karena kondisi vakum akan menurunkan titik didih sehingga temperatunya juga
lebih rendah. Ini akan mengurangi jumlah biuret yang terdapat pada urea.

c) Variable Process :
Set Point : Temperature
Process Variable : Tekanan
Manipulated Variable : Control Valve
Disturbance : Urea yang keluar dari flash tank

d) Gambar Unit
e) Gambar Alat

ammonia water tank

flash tank

87 – 90 oC
0,45 kg/cm2

PC

0,45 kg/cm2
86 oC
1,02 kg/cm2

dari rectifying column urea storage tank


73%
135 oC
4,2 kg/cm2

4. EVAPORATOR
Alat ini berada pada unit evaporasi yang terletak setelah unit resirkulasi di pabrik urea
PT. Pupuk Kaltim. Evaporator adalah suatu peralatan yang berfungsi memisahkan uap air
dengan larutannya sehingga larutan menjadi lebih pekat. Bagian bawahnya berupa heater dan
bagian atasnya berupa separator.

a) Filosofi Proses
Evaporator ini di operasikan pada tekanan dan temperatur yang rendah untuk
memekatkan urea keluaran dari unit resirkulasi dari 75% – 76% menjadi 99,7%. Penurunan
tekanan (menjadi vakum) diperoleh dengan menggunakan sistem kondensor dan ejector.
 Kondensor adalah alat yang berfungsi mengkondensasikan gas menggunakan cooling
water.
 Ejector adalah perealatan yang berfungsi membuat sistem menjadi vakum.
Dari sifat fisis larutan urea, maka untuk memekatkan urea menjadi 99,7% digunakan
dua tingkat evaporator. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kristalisasi urea. Di unit
ini terdapat dua step :
ü Evapotator tingkat 1 (first stage evaporator)
Larutan dipanaskan menjadi 130 – 135 oC (di heater) dengan tekanan 0,35 – 0,4 kg/cm 2
(vakum).
ü Evaporator tingkat 2 (second stage evaporator)
Temperatur larutan dijaga maksimal 140 oC (di heater) dengan tekanan diturunkan menjadi
0,035 kg/cm2 (vakum).
Larutan yang mengandung 75 – 76% urea dari urea storage tank dipompa ke first
stage evaporator yang beroperasi pada tekanan vakum 0,35 kg/cm 2 dan masuk ke heater yang
bertemperatur 130 – 135 oC. Akibatnya air dalam larutan akan menguap. Larutan kemudian
dipisahkan, gas/uap air masuk ke separator sehingga terpisah dari larutannya.
Karena tekanan pada second stage evaporator lebih rendah dari first stage evaporator,
maka larutan mengalir secara alami ke second stage evaporator dimana temperatur larutan
dinaikkan dan dijaga konstan 140 oC. Sama seperti di first stage evaporator, air dalam larutan
akan kembali menguap dan masuk ke separator. Larutan yang keluar dari second stage
evaporator berupa urea melt (bubur) dengan konsentrasi 99,7% yang selanjutnya di pompa ke
bagian atas prilling tower untuk proses selanjutnya.
Penurunan tekanan yang diikuti pemanasan pada dasarnya akan menyebabkan air yang
berada dalam larutan menguap. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bila tekanan awal
evaporator langsung diturunkan menjadi 0,035 kg/cm 2, maka larutan akan langsung
mengkristal, akibatnya urea mengkristal sebelum waktunya ini tidak bisa dikirim ke prilling
tower. Selain itu, kristal urea juga akan membuntu pada pipa dan peralatan pada unit ini. Inilah
sebabnya maka digunakan dua tingkat evaporator dengan menurunkan tekanan secara
bertahap sampai 0,035 kg/cm2.
Resiko dari alat ini adalah terbentuknya biuret, karena selama proses evaporasi larutan
dipanaskan. Namun, pembentukan biuret ini dapat diminimalisasi dengan penurunan tekanan,
yang disamping untuk membantu menguapkan air, juga agar panas yang digunakan
penguapan tidak banyak sehingga resiko pembentukan biuret dapat ditekan.

b) Pengendalian Proses
Tekanan first stage evaporator dijaga 0,35 – 0,4 kg/cm 2 dan temperatur juga dijaga
135 – 140 oC. Jika tekanan lebih besar lagi, maka konsentrasi urea akan berkurang (air yang
menguap sedikit) yang mengakibatkan second stage evaporator terbebani (overload) dan ada
resiko terbentuk biuret. Namun, jika tekanan lebih rendah, temperatur juga ikut turun dan
mengakibatkan kristalisasi.
Seperti halnya first stage evaporator, tekanan dan temperatur second stage evaporator
juga dijaga 0,035 kg/cm2 dan 140 oC.

c) Variable Process :
Set Point : Temperatur
Process Variable : Steam masuk
Manipulated Variable : Laju alir steam
Disturbance : Temperatur dalam steam

d) Gambar Unit
e) Gambar Alat

campuran
gas
gas
proses
campuran
gas
113 oC
0,12 kg/cm2

130 oC 2nd evaporator 140 oC


0,34 kg/cm2
0,030 kg/cm2

melt urea
(99.7%) prilling
tower
140 oC
TC steam
1st evaporator

larutan
urea
TC
130 oC
steam kondensat

kondensat

86 oC
larutan
urea
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Contoh Alat-alat Pengendalian Proses

1. HP Stripper (High Pressure Stripper)


2. Flash Tank
3. Evaporator
4. Rectyfing Coloumn

Anda mungkin juga menyukai