Manners
Teori dan metodologi yang digunakan dalam antropologi adalah relativistik dan
komparatif. Kedua hal ini tentu sangat bertolak belakang. Sebagai tesis ideologis,
relativisme mneyatakan bahwa setiap budaya nerupakan konfigurasi unik yang
memiliki cita rasa khas dan gaya serta kemampuan tersendiri. Kaum relativis
menyatakan bahwa suatu budaya harus diamati sebagai suatu kebukatan tunggal,
dan hanya sebagai dirinya sendiri. Sedangkan komparativis menyatakan bahwa
suatu institusi, proses, kompleks atau ihwal harus dicopot dari matriks budaya
yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga dapat dibandingkan dengan suatu
institusi, proses, kompleks atau ihwal dalam konteks sosiokultural lain. Namun,
baik relativis maupun komparativis sama-sama mengakui bahwa tidak ada dua
budaya pun yang persis sama.
Setiap orang bekerja denan cara dan kerangka konseptualnya sendiri. Konsep-
konsep yang digunakan oleh orang-orang yang dipelajari oleh antopologpun
berbeda dengan si antropolog itu sendiri. Karena itulah muncul masalah
metodologis yang tak tak kunjung usai.dalam penyusunan deskripsi menenani
budaya lain, apakah kita akan mendeskripsikannya berdasarkan kategori
konseptual warga budaya yang bersangkutan (pendekatan emik) ataukah
sebagaimana budaya itu terlihat dari luar (pendekatan etik)?
Suatu pandangan dari dalam mungkin saja dapat menyesatkan. Alasannya adalah
kebanyakan orang memiliki lihatan yang sangat terbatas dan seringkali senjang
mengenai cara kerja sistem tempatnya hidup, karena secerdas apapun manusia
tidak akan menyadari sepenuhnya bagaimana sistem dan struktur mempengaruhi
mengungkung perilakunya sehari-hari.
Teknoekonomi
Teknoekonomi tidak secara eksklusif memusat pada teknik dan alat yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomisnya.
Singkatnya, bagian pertama dari kata bentukan itu (tekno) mengacu pada
perlengkapan teknis atau materiil dan pengetahuan yang ada dalam (dan dapat
dimanfaatkan oleh) masyarakat. Sedangkan kata kedua (ekonomi) menekankan
pengaturan yang dilakukan oleh suatu masyarakat dalam menggunakan
perlengkapan teknis dan pengetahuannya untuk produksi, distribusi, serta
konsumsi barang dan jasa. ”. Teknologi adalah hal-hal matriil yang tidak dapat
bekerja secara terpisah dari system sosioekoominya beserta segala sesuatu yang
menyangkup pemanfaatan, penambahan sebesar-besarnya, penggalakan, atau
penindasan pertumbuhan maupun perluasan suatu bidang.
Determinan Teknoekonomi
Struktur Sosial
Matra Politik
Ideologi tidak dapat kita ketahui melalui pengamatan langsung karena sifanya
subjektif. Ideologi harus disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa
kata orang atau dari pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam
berbagai sistem sosial. Dalam masyarakat literasi dan modern, pengamatan kita
terhadap sumber terbuka dan pernyataan verbal yang terhimpun dapat dituunjang
dengan semacam analisis muatan terhadap sumber tertulis dan visual. Akan tetapi
melimpahnya sumber tersebut sering sekaligus menyulitkan disamping
membantu. Jenis kesulitan lain ialah apakah yang kita akui sebagai gejala
ideologis hanyalah unsur-unsur dan proposisi-proposisiyang dianut dan dikatakan
oleh sehimpun orang secara penuh sadar? Ataukah kita terima kemungkinan
bahwa perilaku suatu masyarakat namun sekaligus begitu mendalam
terinternalisasikan sehingga mereka sendiri sampai tak sanggup
mengungkapkannya dengan kata-kata.
Subsistem kepribadian merupakan bidang yang amat luas dan rumit. Demikian
beberapa hal pembahasan pokok soal teoritik dan metodologis yang niscaya
melibatkan dalam segala upaya untuk memanfaatkan variabel-variabel
kepribadian guna menjelaskan fenomena kultural. Pokok soal pertama adalah,
apakah variabel kepribadian harus ditinjau sebagai bagian integral dari sistem
budaya yang bersangkutan, yang setara dengan variabel-variabel ketiga subsistem
lainnya, ataukah ditinjau sebagai sesuatu yang secara analitis bersifat eksternal
terhadap sistem budaya itu sehingga tidak mempunyai makna kausal? Dengan
kata lain, sementara manusia dan budaya jelas sekali tak terpisahkan, bolehkah
kita katakan bahwa kepribadian yang menyebabkan (adanya) budaya? Atau,
dapatkah kita anggap (demi keperluan pejelasan) bahwa psike dan kepribadian
manusia merupakan konstan-konstan, atau variabel terikat, dan dengan demikian
tak relevan dengan pembahasan mengenai stabilitas dan variasi kultural? Pokok
soal kedua berkaitan dengan yang pertama; jika variabel-variabel kepribadian
dipandang sebagai bagaian integral dari sistem kulturnya, sejauh manakah
variabel itu menjalankan pengaruh kausal terhadap bagian lain dari keseluruhan
sistem? Kalau kita memandang kepribadian secara demikian, maka pertanyaan-
pertanyaan teoretis seperti yang kami kemukakan dalam dalam pembahasan
tentang subsistem lain pun harus diberlakukan dalam pembicaraan tentang
kepribadian ini.
Bahasa dan Kode Kognitif. Anggapan lain yang mendasari banyak dari karya
antropologi kognitif adalah bahwa kategori itu terkodekan dalam struktur dan ciri
pembeda kebahasaan yang digunakan oleh suatu bangsa. Bahasa adalah
instrument sosial, dan meski begitu, pelajaran untuk menggunakan instrument ini
tidak semerta-merta membawa kita pada tugas yang mustahil, yaitu dengan
menginternalisasikan semua kategori, pembedaan dan anggapanmetafisik.
Lagipula, penggunaan bahasa sebagai instrument sosial sering bervariasi menurut
konteks sosialnya.
Teori Budaya David Kaplan Dan
Robert A. Manners
DISUSUN OLEH:
Prof. Dr. Masri Singarimbun. 22. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.