Di Susun oleh :
Nur’aisyah
1910104068
A. KASUS
B. EMOSI PRIBADI
Pada saat menghadapi kasus kegawatdaruratan seperti ini saya merasa kasihan dan takut
terjadi kematian terhadap pasien tersebut. Salah satu penyebab angka kematian ibu yaitu
perdarahan post partum yang disebabkan oleh salah satunya yaitu rest plasenta. Bidan
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur pada kasus
rest plasenta.
C. EVALUASI
1. Pengalaman baik
Menjadi bahan pembelajaran bagaimana langkah-langkah tindakan rest plasenta yang
baik dan sesuai dengan standar operasional prosedur.
2. Pengalaman buruk
Melihat secara langsung tindakan yang merugikan pasien.
D. ANALISA
Berdasarkan data subyektif pada kasus Ny S yaitu mengeluh sakit perut bagian bawah,
pusing, lemas, pandangan berkunang-kunang disertai keluar darah banyak dari jalan lahir
serta data obyektif yaitu KU lemah, TD:80/60 mmhg, N:120x/m, S 36,4 0C, RR
22x/menit, TFU 1 jari diatas pusat, kontraksi uterus lembek, perdarahan ± 500 dapat
didiagnosis bahwa pasien mengalami kasus perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama
perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Salah satu penyebab kasus pada Ny S adalah rest
plasenta (sisa plasenta) yaitu tertinggalnya sebagian plasenta atau selaput plasenta di
dalam cavum uteri setelah proses persalinan. Pada penatalaksanaan kasus dengan rest
plasenta tidak sesuai dengan standar operasional prosedur, pada pemasangan infus RL di
tidak di berikan drip oksitosin, pemberian uterotonika untuk mempertahankan keadaan
umum ibu dan merangsang kontraksi uterus, sebelum melakukan eksplorasi seharusnya
bidan melakukan kateterisasi untuk memastikan bahwa kandung kemih kosong.
Seharusnya pasien dilakukan pemeriksaan HB untuk mengetahui kadar Homoglobin
dalam darah pasien.
Menurut buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas kesehatan dasar dan rujukan
kemenkes 2013 penatalaksanaan rest plasenta (sisa plasenta) yaitu:
Beri infus oksitosin 20-40 IU dalam 1 liter cairan kristaloid
Lakukan eksplorasi digital atau lakukan aspirasi vakum manual/dilatasi dan
kuretase
Beri antibiotiaka profilaksis
E. KESIMPULAN
Pada kasus Ny S umur 33 tahun P3AOH3 dilakukan tindakan penangnan rest plasenta .
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny.S berbeda antara teori dengan praktik, didalam
teori pada pemasangan infus RL di berikan drip oksitosin, sesuai dengan intruksi dokter,
sebelum melakukan eksplorasi bidan melakukan kateterisasi untuk memastikan bahwa
kandung kemih kosong, kemudian dilakukan pemeriksaan HB untuk mengetahui kadar
Homoglobin dalam darah pasien.
F. TINDAK LANJUT
Jika saya menemukan kasus seperti ini maka saya akan melakukan penatalaksaan kasus
rest plasenta sesuai dengan dengan standar operasional prosedur