Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

III.1.1. Latar Belakang


Dalam dunia konstruksi terdapat dua unsur penting yang harus dipertimbangkan, yaitu
perencanaan dan pelaksanaan konstruksi. Perencanaan suatu konstruksi harus
dilakukan oleh ahlinya, yang selanjutnya disebut dengan Konsultan Perencana.
Konsultan perencana bertugas mendesain konstruksi yang akan dibangun. Selanjutnya
desain yang sudah ada, diwujudkan oleh pelaksana kosntruksi, yang selanjutnya
disebut dengan kontraktor. Dalam proses pelaksanaan desain, tugas konsultan
selanjutnya adalah memastikan bahwa di lapangan desain benar-benar dilaksanakan
dengan sesuai. Tugas konsultan ini dibedakan secara khusus menjadi tugas konsultan
pengawas.

Di Indonesia, baik konsultan maupun kontraktor (pelaksana) bekerja dibawah kode


etik yang berlaku, yang wajib ditaati oleh setiap instansi. Kode etik konsultan yang
diakui adalah kode etik yang dikeluarkan oleh IKATAN NASIONAL KONSULTAN
INDONESIA. sejalan dengan norma-norma tata hidup yang berlaku umum, maka
Ditetapkanlah Kode Etik IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA untuk
mempertinggi pengabdian para anggotanya kepada tanah air, masyarakat dan
lingkungannya, yang selaras dengan dasar Negara Republik Indonesia, berdasarkan
Pancasila dan mengutamakan kejujuran, keahlian dan keluhuran budi.

Pada dewasa ini, walaupun para konsultan sudah dinaungi oleh kode etik yang wajib
dilaksanakan, pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran terhadap kode etik
yang ada. Maka dari itu, perlu pemahaman yang jelas mengenai poin-poin kode etik
yang berlaku, berikut dengan contoh pelanggaran yang banyak terjadi sebagai
pembelajaran.

III.1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian konsultan secara umum.
2. Bagaimana kode etik yang menangui konsultan.
3. Contoh-contoh pelanggaran kode etik konsultan.
III.1.3. Tujuan
Tujuan dari kajian ini yakni dimaksudkan guna diketahuinya aspek-aspek berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dan fungsi konsultan secara umum.
2. Untuk mengetahui kode etik yang menangui konsultan.
3. Untuk mengetahui contoh-contoh pelanggaran terhadap kode etik konsultan.
II. KAJIAN TEORI

II.1. Etika
Kata etika berasal dari dua kata Yunani yang hampir sama bunyinya, namun berbeda
artinya. Pertama berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan atau adat, sedangkan
yang kedua dari kata ethos, yang artinya perasaan batin atau kencenderungan batin
yang mendorong manusia dalam perilakunya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan (1998) merumuskan pengertian etika dalam tiga arti sebagai berikut :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut di masyarakat.

Dalam bahasa Indonesia kata etika ini kurang begitu populer dan jarang dipergunakan,
istilah etika lebih sering dipergunakan dalam kalangan terpelajar. Kata yang sepadan
dengan etika serta yang biasa dipergunakan di dalam masyarakat adalah susila atau
kesusilaan. Etika dalam hukum islam merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan
bagian dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia yang
bersifat perbuatan lahiriah saja. Akhlak ini mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu
meliputi bidang akidah, ibadah dan syariah.

II.2. Profesi
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Profesi adalah suatu bentuk pekerjaan yang mengharuskan pelakunya memiliki
pengetahuan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal dan ketrampilan
tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada orang yang sudah terlebih dahulu
menguasai ketrampilan tersebut, dan terus memperbaharui ketrampilannya sesuai
dengan perkembangan teknologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan,
dan sebagainya) tertentu.
II.3. Profesional dan Profesionalisme
Sebelum membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih dahulu makna
profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan tercapai tindakan profesional.
Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Secara sederhana, profesionalisme yang
diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang
dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu
profesi.

II.4. Etika Profesi


Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi merupakan cabang
filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis
umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.

Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).

Prinsip dasar di dalam etika profesi :

1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.

3. Prinsip Kompetensi
Melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan ketekunan.
4. Prinsip Prilaku Profesional
Berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.
5. Prinsip Kerahasiaan
Menghormati kerahasiaan informasi.

II.5. Konsultan
Seorang konsultan adalah orang yang memberikan saran profesional atau ahli di bidang
tertentu ilmu atau bisnis ke salah satu perusahaan atau individu. Meskipun definisi yang
luas yang dapat diterapkan untuk sebutan konsultan, pada dasarnya tiga karakteristik
yang membedakan seorang konsultan dari profesi lain :
1. Pertama, konsultan menyediakan keahlian yang klien tidak memiliki atau
mendukung bahwa klien tidak mampu memenuhi. Sebagai imbalan untuk layanan
profesional ini konsultan menerima biaya manajemen.
2. Kedua, konsultan beroperasi secara independen dari klien, menyiratkan bahwa
tidak ada konflik kepentingan antara masalah klien dan jasa dari konsultan yang
bersangkutan.
3. Ketiga, konsultan beroperasi secara profesional, yang berkisar dari memiliki
kualifikasi yang tepat untuk memastikan pengiriman layanan berkualitas tinggi,
melestarikan kepemimpinan pengetahuan dan mempertahankan manajemen
operasional profesional.
III. PEMBAHASAN

III.1. Konsultan
III.1.1. Konsultan Engineering
Konsultan adalah pihak yang berupa perorangan adatu badan usaha, yang
berdasarkan suatu pemberian tugas mempergunakan keahliannya dalam
merencankan suatu proyek yang meliputi perencanaan struktur, arsitek,
mekanikal, elektrikal dan sebagainya. Konsultan perencana ini akan menirima
tugas dari pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh kepada pemilik
proyek.

Perbedaan antara seorang konsultan dengan konsultan ahli biasa bukan


karyawan perusahaan penggunalayan (klien), tetapi seseorang yang
menjalankan bisnis mereka sendiri atau bekerja di sebuah perusahaan
penasehat, serta berurusan dengan berbagai penggunalayan pada satu waktu.
konsultan juga di bagi menjadi 2 bagian, yaitu konsultan pengawas dan
perencana.

1. Konsultan perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan
atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Saat pelaksanaan
pembangunan berlangsung, pihak konsultan perencana dapat membuat
jadwal pertemuan rutin dengan kontraktor untuk membahas hal -hal yang
mungkin perlu mendapat pemecahan dari perencana, misalnya saat
aproval material atau pembuatan gambar shop drawing sebagai pedoman
pelaksanaan

2. Konsultan pengawas
Konsultan Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek
(owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas
dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia
yang ahli di bidangnya masing -masing seperti teknik sipil, arsitektur,
mekanikal elektrikal, listrik, dan lain - lain sehingga sebuah bangunan
dapat dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.

III.1.2. Tugas dan Wewenang Konsultan Pengawas


1. Menyelenggarakan administrasi umummengenai pelaksanaan kontrak
kerja
2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek.
4. Memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik atau kontraktor
proyek.
5. Menyetujui dan mengoreksi gambar shop drawing yang diajukan
kontraktor
6. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi
penympangan terhadap kontrak kerja.
7. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikam peringatanyang diberikan.
8. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
9. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana
proyek.
10. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan.
11. Mengoreksi pekerjaan agar sesuai dengan kontrak kerja.

III.1.3. Tugas dan wewenang konsultan perencana


1. Mengadakan penyesuaian keadaan apangan dengan keinginan pemilik
bangunan.
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan.
3. Membuat rencana kerja dan syarat pelaksanaan bangunan sebagai
pedoman pelaksanaan.
4. Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
5. Memproyeksikan keinginan atau ide pemilik ke dalam desain bangunan.
6. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.
7. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
8. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan.

III.2. Kode Etik Konsultan Indonesia


Dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain seperti dokter ataupun pengacara, maka
profesi keinsinyuran mungkin termasuk yang paling ketinggalan didalam
membicarakan maupun merumuskan etika profesi-nya dalam sebuah kode etik insinyur
(the code of ethics of engineers). Ada berbagai macam kode etik yang dibuat oleh
berbagai-macam asosiasi profesi keinsinyuran yang ada, meskipun secara prinsipiil
tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan dari kode etik yang satu dibandingkan
dengan yang lainnya. Struktur dari kode etik profesi tersebut umumnya diawali dengan
hal-hal yang bersifat umum seperti yang tercantum di bagian pendahuluan, mukadimah
atau “general introductory”; dan selanjutnya diikuti dengan serangkaian pernyataan
dasar atau “canon” (dari bahasa latin yang berarti aturan). Canon ini kemudian
dijabarkan secara lebih luas lagi dengan memberikan uraian penjelasan untuk hal-hal
yang bersifat khusus dan/atau spesifik. Berikut kode etik yang tercantun dalam Kode
Etik Ikatan Konsultan Indonesia.

1. Menjunjung tinggi kehormatan, kemuliaan dan nama baik profesi konsultan dalam
hubungan kerja dengan Pemberi Tugas, sesama Rekan Konsultan dan Masyarakat.
2. Bertindak jujur serta tidak memihak dan dengan penuh dedikasi melayani Pemberi
Tugas dan Masyarakat.
3. Tukar menukar pengetahuan bidang keahliannya secara wajar dengan Rekan
Konsultan dan kelompok profesi, meningkatkan pengertian Masyarakat terhadap
profesi Konsultan, sehingga dapat lebih menghayati karya Konsultan.
4. Menghormati prinsip pemberian imbalan jasa yang layak dan memadai bagi
konsultan.
5. Menghargai dan menghormati reputasi profesional Rekan Konsultan serta setiap
perjanjian Kerja yang berhubungan dengan profesinya.
6. Mendapatkan tugas, berdasarkan standar keahlian professional Tanpa melalui
periklanan, menawarkan komisi atau mempergunakan pengaruh yang tidak pada
tempatnya.
7. Bekerja sama sebagai konsultan hanya dengan Rekan Konsultan atau tenaga ahli
yang memiliki integritas yang tinggi.
8. Menjalankan azas pembangunan berkelanjutan dalam semua aspek pelayanan jasa
konsultansi sebagai bagian integral dari Tanggung jawabnya terhadap sesama,
terhadap lingkungan Kehidupan yang luas dan terhadap generasi yang akan datang.

III.3. Contoh-contoh Pelanggaran Kode Etik Konsultan


Contoh-contoh pelanggaran etika dalam bisnis konstruksi (Ramadian Dennis, 2010)
yaitu sebagai berikut:
1. Suatu pelanggaran etika bisnis yang sering terjadi di kota-kota besar yaitu
pelanggaran terhadap prinsip kejujuran. Seringkali seseorang atau perusahaan tidak
mementingkan kejujuran dalam berbisnis. Salah satu contohnya yaitu yang terjadi
di daerah Jakarta. Sebuah perusahaan pengembang bisnis perumahan ingin
melakukan pembangunan di suatu daerah yang telah direncanakan selama
satu tahun sebelumnya. Perusahaan pengembang ini melakukan pembangunan
peumahan tersebut. Di dalam kesepakatan itu telah berisi hal-hal yang
menyangkut perjanjian-perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak.
Salah satu nya adalah masalah speseifikasi bangunan yang diinginkan oleh
perusahaan pengembang yang harus dipenuhi oleh perusahaan kontraktor.
Pembangunan dimulai oleh perusahaan kontraktor dengan waktu yang telah
disepakati. Selama proses pembangunan, tidak terdapat kendala yang cukup
berat.
Namun, saat pembangunan selesai dilakukan perusahaan pengembang merasa ada
yang tidak beres dengan spesifikasi bangunan yang dibangun. Karena selang
beberapa bulan kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan serius. Perusahaan
pengembang merasa bangunan yang sedang dibuat tidak seseuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat dengan perusahaan kontraktor. Setelah melakukan
investigasi, akhirnya perusahaan pengembang menemukan bukti atas pelanggaran
etika yang melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa
sepengetahuan perusahaan pengembang. Perusahaan pengembang langsung
melaporkan perusahaan kontraktor ke pengadilan. Dalam kasus ini pihak
perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena
tidak memenuhi spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan
perusahaan pengembang.

2. Tanpa diduga dan diprediksi sebuah jembatan runtuh di Jalan RE Martadinata


arah Priok sepanjang 150 Meter pada hari Kamis, 16 september 2010. Kasus
runtuhnya suatu konstruksi jalan di martadinata terjadi karena beberapa hal yaitu
terkikisnya pondasi jalan tersebut oleh laut Jakarta, kemudian yang paling
mengejutkan adalah karena adanya kesalahan konstruksi pada pondasi bangunan
jalan martadinata tersebut yang menyebabkan mudah terkikisnya pondasi oleh air
laut. Penyebab amblesnya sebagian badan Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara,
beberapa waktu lalu, ternyata akibat kelalaian teknis terhadap kondisi alam di
sekitar jalan itu. Pasalnya, fondasi jalan tersebut hanya ditopang tumpukan
sampah. Secara teknis, pembangunan jalan mesti memperhatikan kontur tanah di
sekitar terlebih dulu. Sehingga dengan tidak mengesampingkan fenomena
perubahan karakter tanah akibat naiknya genangan air tawar dan air laut yang
berlebihan, hitung-hitungan kekuatan jalan bisa diketahui. Pondasi badan Jalan RE
Martadinata hanya tertumpu pada tanah lumpur yang lembek dan selalu basah.
Tanah lumpur dan selalu basah itu, bercampur tumpukan sampah. Bahkan, tanah
bercampur plastik, tong, serta material sampah lainnya bisa jelas dilihat di sisi
konstruksi jalan yang ambles itu. Apalagi, tepi jalan tidak diperkuat dengan struktur
penahan pelengseran atau penggerusan. Jalan ambles karena badan jalan
melampaui titik kritis daya dukungnya dalam memangku transportasi kendaraan.
Khususnya kendaraan berat dalam frekuensi yang tinggi.

3. Kasus tenggelamnya Kota Sidoarjo oleh lumpur dari PT. Lapindo. Beberapa
pengamat menyebutkan bahwa kejadian ini mutlak merupakan kesalahan dari
perusahaan. Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak negative yang luar
biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Ada yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di
dekat lokasi itu. Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada
awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT
Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International
Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$
24 juta. Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan
pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat
prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan
target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona
Kendeng yang tidak ada formasi Kujungnya. Alhasil, mereka merencanakan
memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang
sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka idak melindungi lubang karena
kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure
(bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out)
tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici). Genangan Lumpur
hingga mencapai ketinggian 6 meter pada pemukiman membuat total warga yang
dievakuasi lebih dari 8000 jiwa, lebih dari 1500 unit rumah warga terendam, sekitar
200 Ha lahan pertanian dan perkebunan rusak akibat terendam lumpur, lebih dari 16
pabrik tergenang sehingga harus menghentikan aktivitas produksinya, tidak
berfungsinya sarana dan prasarana pendidikan, serta rusaknya sarana dan prasarana
infrastruktur (jaringan listrik dan telepon) dan masih banyak lainnya. Lumpur ini juga
berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat (Hg), misalnya,
mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002 mg/liter Hg. Hal
ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker. Kandungan
fenol bisa menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar
(cardiac aritmia), dan gangguan ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Armaeni, Ni Komang, 2014. Kajian Etika dan Profesionalisme dalam Bisnis Konstruksi
Indonesia, (online), (https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/paduraksa/article/view/262).
Diakses 10 September 2018.

Sundoro, P. 2017. Pelanggaran Etika Dalam Sektor Konstruksi dan Bangunan. (online), (
http://sundoroprabumukti.blogspot.com/2017/06/pelanggaran-etika-dalam-sektor-kontrusi.html ).
Diakses 10 September 2018.

IKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia). (online) (http://www.inkindo-jateng.web.id/?


page_id=184 ). Diakses 10 September 2018).

Ianserama, 2017. Pengertian Etika, Profesi, dan Profesional Menurut Para Ahli, (online), (
https://iansrama.wordpress.com/2017/04/07/pengertian-etika-profesi-dan-profesional-menurut-
para-ahli/ ). Diakses 10 September 2018.

Hana, Uswatun. 2009. Kode Etik dalam Konsultan Teknik.


(http://uswatunhana.blogspot.co.id/2009/04/tugas-profesional-skill-organisasi.html ). Diakses 10
September 2018.
KODE ETIK KONSULTAN ENGINEERING DAN CONTOH KASUS
PELANGGARANNYA

Oleh :

ZAINA KHOERUNNISA NURUL FATH


95018020

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018

Anda mungkin juga menyukai