Pelanggaran Etika Profesi Konsultan Konstruksi
Pelanggaran Etika Profesi Konsultan Konstruksi
PENDAHULUAN
Pada dewasa ini, walaupun para konsultan sudah dinaungi oleh kode etik yang wajib
dilaksanakan, pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran terhadap kode etik
yang ada. Maka dari itu, perlu pemahaman yang jelas mengenai poin-poin kode etik
yang berlaku, berikut dengan contoh pelanggaran yang banyak terjadi sebagai
pembelajaran.
II.1. Etika
Kata etika berasal dari dua kata Yunani yang hampir sama bunyinya, namun berbeda
artinya. Pertama berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan atau adat, sedangkan
yang kedua dari kata ethos, yang artinya perasaan batin atau kencenderungan batin
yang mendorong manusia dalam perilakunya.
1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut di masyarakat.
Dalam bahasa Indonesia kata etika ini kurang begitu populer dan jarang dipergunakan,
istilah etika lebih sering dipergunakan dalam kalangan terpelajar. Kata yang sepadan
dengan etika serta yang biasa dipergunakan di dalam masyarakat adalah susila atau
kesusilaan. Etika dalam hukum islam merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan
bagian dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia yang
bersifat perbuatan lahiriah saja. Akhlak ini mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu
meliputi bidang akidah, ibadah dan syariah.
II.2. Profesi
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Profesi adalah suatu bentuk pekerjaan yang mengharuskan pelakunya memiliki
pengetahuan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal dan ketrampilan
tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada orang yang sudah terlebih dahulu
menguasai ketrampilan tersebut, dan terus memperbaharui ketrampilannya sesuai
dengan perkembangan teknologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan,
dan sebagainya) tertentu.
II.3. Profesional dan Profesionalisme
Sebelum membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih dahulu makna
profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan tercapai tindakan profesional.
Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Secara sederhana, profesionalisme yang
diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang
dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu
profesi.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
3. Prinsip Kompetensi
Melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan ketekunan.
4. Prinsip Prilaku Profesional
Berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.
5. Prinsip Kerahasiaan
Menghormati kerahasiaan informasi.
II.5. Konsultan
Seorang konsultan adalah orang yang memberikan saran profesional atau ahli di bidang
tertentu ilmu atau bisnis ke salah satu perusahaan atau individu. Meskipun definisi yang
luas yang dapat diterapkan untuk sebutan konsultan, pada dasarnya tiga karakteristik
yang membedakan seorang konsultan dari profesi lain :
1. Pertama, konsultan menyediakan keahlian yang klien tidak memiliki atau
mendukung bahwa klien tidak mampu memenuhi. Sebagai imbalan untuk layanan
profesional ini konsultan menerima biaya manajemen.
2. Kedua, konsultan beroperasi secara independen dari klien, menyiratkan bahwa
tidak ada konflik kepentingan antara masalah klien dan jasa dari konsultan yang
bersangkutan.
3. Ketiga, konsultan beroperasi secara profesional, yang berkisar dari memiliki
kualifikasi yang tepat untuk memastikan pengiriman layanan berkualitas tinggi,
melestarikan kepemimpinan pengetahuan dan mempertahankan manajemen
operasional profesional.
III. PEMBAHASAN
III.1. Konsultan
III.1.1. Konsultan Engineering
Konsultan adalah pihak yang berupa perorangan adatu badan usaha, yang
berdasarkan suatu pemberian tugas mempergunakan keahliannya dalam
merencankan suatu proyek yang meliputi perencanaan struktur, arsitek,
mekanikal, elektrikal dan sebagainya. Konsultan perencana ini akan menirima
tugas dari pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh kepada pemilik
proyek.
1. Konsultan perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan
atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Saat pelaksanaan
pembangunan berlangsung, pihak konsultan perencana dapat membuat
jadwal pertemuan rutin dengan kontraktor untuk membahas hal -hal yang
mungkin perlu mendapat pemecahan dari perencana, misalnya saat
aproval material atau pembuatan gambar shop drawing sebagai pedoman
pelaksanaan
2. Konsultan pengawas
Konsultan Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek
(owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas
dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia
yang ahli di bidangnya masing -masing seperti teknik sipil, arsitektur,
mekanikal elektrikal, listrik, dan lain - lain sehingga sebuah bangunan
dapat dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.
1. Menjunjung tinggi kehormatan, kemuliaan dan nama baik profesi konsultan dalam
hubungan kerja dengan Pemberi Tugas, sesama Rekan Konsultan dan Masyarakat.
2. Bertindak jujur serta tidak memihak dan dengan penuh dedikasi melayani Pemberi
Tugas dan Masyarakat.
3. Tukar menukar pengetahuan bidang keahliannya secara wajar dengan Rekan
Konsultan dan kelompok profesi, meningkatkan pengertian Masyarakat terhadap
profesi Konsultan, sehingga dapat lebih menghayati karya Konsultan.
4. Menghormati prinsip pemberian imbalan jasa yang layak dan memadai bagi
konsultan.
5. Menghargai dan menghormati reputasi profesional Rekan Konsultan serta setiap
perjanjian Kerja yang berhubungan dengan profesinya.
6. Mendapatkan tugas, berdasarkan standar keahlian professional Tanpa melalui
periklanan, menawarkan komisi atau mempergunakan pengaruh yang tidak pada
tempatnya.
7. Bekerja sama sebagai konsultan hanya dengan Rekan Konsultan atau tenaga ahli
yang memiliki integritas yang tinggi.
8. Menjalankan azas pembangunan berkelanjutan dalam semua aspek pelayanan jasa
konsultansi sebagai bagian integral dari Tanggung jawabnya terhadap sesama,
terhadap lingkungan Kehidupan yang luas dan terhadap generasi yang akan datang.
3. Kasus tenggelamnya Kota Sidoarjo oleh lumpur dari PT. Lapindo. Beberapa
pengamat menyebutkan bahwa kejadian ini mutlak merupakan kesalahan dari
perusahaan. Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak negative yang luar
biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Ada yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di
dekat lokasi itu. Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada
awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT
Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International
Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$
24 juta. Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan
pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat
prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan
target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona
Kendeng yang tidak ada formasi Kujungnya. Alhasil, mereka merencanakan
memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang
sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka idak melindungi lubang karena
kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure
(bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out)
tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici). Genangan Lumpur
hingga mencapai ketinggian 6 meter pada pemukiman membuat total warga yang
dievakuasi lebih dari 8000 jiwa, lebih dari 1500 unit rumah warga terendam, sekitar
200 Ha lahan pertanian dan perkebunan rusak akibat terendam lumpur, lebih dari 16
pabrik tergenang sehingga harus menghentikan aktivitas produksinya, tidak
berfungsinya sarana dan prasarana pendidikan, serta rusaknya sarana dan prasarana
infrastruktur (jaringan listrik dan telepon) dan masih banyak lainnya. Lumpur ini juga
berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat (Hg), misalnya,
mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002 mg/liter Hg. Hal
ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker. Kandungan
fenol bisa menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar
(cardiac aritmia), dan gangguan ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Armaeni, Ni Komang, 2014. Kajian Etika dan Profesionalisme dalam Bisnis Konstruksi
Indonesia, (online), (https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/paduraksa/article/view/262).
Diakses 10 September 2018.
Sundoro, P. 2017. Pelanggaran Etika Dalam Sektor Konstruksi dan Bangunan. (online), (
http://sundoroprabumukti.blogspot.com/2017/06/pelanggaran-etika-dalam-sektor-kontrusi.html ).
Diakses 10 September 2018.
Ianserama, 2017. Pengertian Etika, Profesi, dan Profesional Menurut Para Ahli, (online), (
https://iansrama.wordpress.com/2017/04/07/pengertian-etika-profesi-dan-profesional-menurut-
para-ahli/ ). Diakses 10 September 2018.
Oleh :