Kel 2 Teori Berduka Kronis
Kel 2 Teori Berduka Kronis
Dosen Pembimbing:
VETTY PRISCILLA, S.Kp., M.Kep., MPH
Disusun oleh;
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam tidak lupa kami ucapkan kepada
junjungan alam nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari
alam kegelapan ke alam yang penuh pengatahuan seperti yang dirasakan saat ini.
Kelompok mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
mendukung, dosen pembimbing dan rekan-rekan seperjuangan. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan
saran yang membangun kelompok harapkan dari pembaca. Semoga Allah
membalas kebaikan mereka. Kelompok berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB IV PENUTUP...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
BAB I
PE N DAH U LUAN
1.3 Tujuan
Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Eakes , Burke dan
Hainsworth (Berduka Kronis) serta aplikasi teori keperawatan berduka
kronis pada jurnal.
1.4 Manfaat
Adanya makalah ini sebagai acuan untuk mahasiswa dalam belajar
memahami teori keperawatan berduka kronis yang nantinya mampu
menerapkan teori keperawatan berduka kronis sebagai dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan.
BAB II
PE M B AH AS AN
c. Margaret A Hainsworth
6
seperti pada anak yang sehat dengan anak kondisi kronik yang berbeda
dengan idealnya.
c. Peristiwa Pencetus (Triger Events)
Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang
menyebabkaan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau
memperburuk perasaan berduka.
d. Metode Manajemen (Management Method)
Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima
penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau
eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain).
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu
dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya. Penderitaan kronis
tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur
perasaan baik secara internal maupun eksternal.
a. Inefektif Manajemen
Manajemen Inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan
ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.
b. Effective Management
Manajemen efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan
kenyamanan perasaan individual.
3. Tidak menerima kehilangan 1. Mengidentifikasi pola koping yang 13. Identifikasi sumber dukungan yang ada di komunitas
4. Merasa tidak ada harapan 14. Dukung usaha untuk menyelesaikan konflik yang
efektif
Objektif : 2. Mengidentifikasi pola koping yang terjadi sebelumnya dengan tepat
15. Kuatkan kemajuan yang dibuatdalam proses berduka
1. Menangis tidak efektif
16. Bantu mengidentifikasi kebutuhan untuki
2. Pola tidur berubah 3. Menyatakan perasaan akan krontrol
3. Tidak mampu berkonsentrasi memodifikasi gaya hidup
diri
4. Melaporkan pengurangan stres
5. Menyatakan penerimaan terhadap Konseling
Gejala dan Tanda Minor
situasi Definisi: Pengunaan proses membantu interaktif yang
Subjektif :
6. Mencari informasi terpercaya tentang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan klien untuk
Mimpi buruk atau pola mimpi berubah,
diagnosis
meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah
Merasa tidak berguna, Fobia 7. Mencari informasi terpercaya tentang
dan hubungan interpersonal
Objektif : pengobatan
8. Mengidentifikasi beberapa strategi 1. Bangun hubungan terapeutik yang didasarkan pada
Marah, tampak panik, fungsi imunitas
koping rasa saling percaya dan saling menghormati
terganggu
9. Menggunakan strategi koping yang 2. Tunjukan empati, kehangatan dan ketulusan
3. Tetapkan tujuan-tujuan
efektif
4. Sediakan privasi dan berikan jaminan kerahasiaan
10. Menyatakan butuh bantuan
5. Sediakan informasi faktual yang tepat yang sesuai
11. Mendapatkan bantuan profesional
kebutuhan
kesehatan
6. Dukung ekspresi perasaan klien
12. Melaporkan penurunan gejala fisik
7. Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah atau
akibat stres
situasi yang menyebabkan distres
13. Melaporkan penurunan perasan
8. Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk
negatif
memfasilitasi ekspresi yang menjadi perhatian
14. Melaporkan peningkatan
9. Minta pasien untuk mengidentifikasi apa yang mereka
kenyamanan psikologis
bisa / tidak lakukan terkait dengan peristiwa yang
terjadi
14
Hubungan Caregiver- Pasien 10. Bantu pasien untuk membuat daftar dan
1. Komunikasi efektif memperioritaskan kemungkinan alternatif
2. Kesabaran
penyelesaian masalah
3. Ketenangan
11. Identifikasi adanya perbedaan pandangan atara pasien
4. Pengasuhan dan penguatan
5. Persahabatan dan pandangan dari tim kesehatan
6. Caring 12. Sampaikan secara verbal perbedaan antara perasaan
7. Komitmen jangka panjang
pasien dan perilakunya
8. Saling menerima dan menghormati
13. Tunjukan aspek-aspek tertentu dari pengalaman
9. Pemecahan masalah bersama
10. Rasa tanggung jawab seseorang yang mendukung ketulusan dan rasa
11. Rasa saling keterikatan
percaya dengan cara yang tepat
14. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan, dan
menguatkan hal tersebut
(PPNI, 2017)(Moorhead, Swanson, & Marion Johnson, 2018)(Butcher, Bulechek, Dochterman, & Wagner, 2018)
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
Jurnal 1
Judul Jurnal : Using Online Health Communication To Manage Chonic Sorrow:
Mothers Of Children With Rare Diseases Speak
Penulis : Adriana D. Glenn PhD, MA, MN, RN, FNP-BC
Tahun Jurnal : 27 September 2014
Tipe Jurnal : Jurnal Keperawatan Anak
15
Metode :
Peneliti menggunakan fenomenalogi yang berorientasi pada pengalaman/ perasaan ibu menggunakan komunikasi kesehatan online. Penilitian
ini menggunakan metode proposive sampling pada ibu dengan anak yang didiagnosa Sindrom Alagille (ALGS) dengan cara menyebarin formasi di
Facebook dan di buletin alliance untuk ALGS.
Sampel yaitu diambil sebanyak 16 ibu dengan anak ALGS berusia berkisar dari 6 bulan hingga 17 tahun dan memiliki berbagai diagnosa medis
terkait dengan ALGS. Diagnosis dominan terkait dengan ALGS, selain masalah hati yaitu termasuk perifer stenosis paru dan penyakit jantung
bawaan.Lima anak memiliki diagnosis medis tambahan yang umumnya tidak terkait ALGS.Lima anak adalah penerima transplantasi hati.
Ringkasan Jurnal:
Jurnal ini mengaplikasikan teori berduka kronis dikarenakan jurnal ini membahas kesenjangan yang terjadi secara terus-menerus yang
disebabkan oleh suatu kehilangan (Alligood, 2017). Masalah atau kesenjangan yang terjadi dalam jurnal ini adalah penyakit langka pada anak dengan
sindrom Alagille (ALGS) yang merupakan penyakit kompleks yang dipengaruhi oleh mutasi gen pada kromosom 20 dimana hanya 1 berbanding 7000
kelahiran yang hidup. Anak-anak ini mempunyai masalah di saluran empedu pada hati dan penyakit jantung bawaan serta juga dapat mempengaruhi
organ lainnya. Hal ini membuat para ibu mengalami kesedihan dikarenakan anak yang mereka lahirkan memderita penyakit langka yang jarang
diderita oleh anak- anak lainnya serta jarang ditemui di sekitar lingkungan mereka yang membuat ibu kebingungan dan kesulitan dalam merawat dan
membesarkan anak tersebut.
Proses
Berduka
16
Harapan orang tua terhadap anak mereka tidak sesuai dengan idealnya, dimana setiap orang tua mengharapkan anak mereka sehat tanpa ada
Kehilanga
masalah kesehatan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya.Namun, orang tua dengan anak yang menderita penyakit
langka melihat perkembangan anak mereka lebih lambat dibangdingkan dengan anak nnormal lainnya serta hambatan dan tantangan orang tua
menghadapi penyakit anak menjadi penyebab pencetus terjadinya berduka kronis ini.
Hal ini membuat orang tua menggali informasi lebih serta mencari sumber-sumber lain yang mendukung melalui facebook dan google yang
Faktor
M
akhirnya para ibu menjadi mampu mengakses informasi, menambah pengetahuan dan pemberdayaan,advokasi untuk anak mereka, dan menjalin
Pencetu
e
hubungan dengan yang lain terkait pengalaman yang dialami. Lewat media internet para ibu dapat menemukan akses baru dengan komunitas anak-
t
anak yang menderita penyakit langka. Komunitas ini sangat berguna untuk mempelajari hal serupa yang dialami oleh para ibu lainnya. Para Ibu
o
berbagi informasi dan berbagi pengalaman pribadi serta membuat perbandingan terhadap anak-anak mereka.
d
Komunikasi online membuat para ibu dapat mengelola kesedihan kronis atau perasaan tidak menyenangkan. Pengalaman ibu yang sangat luar
e
biasa, ketakutan, dan kesepian, dengan sedikit informasi atau dukungan dari penyedia layanan kesehatan setelah terdiagnosis ini membuat ibu
mempelajari cara baru membangun hubungan / koneksi selain untuk mengatasi penyakit anak mereka. Komunikasi online sebagai kunci ibu merasa
M
terhubung dan tidak sendirian di dalamnya yang membuat mereka suka berbagi dan bertemu
a satu sama lain dan membangun koneksi pribadi diantara
mereka secara online. n
a
Dari sini orang tua mulai membangun koping internal terhadap anak mereka dimana
j mereka melihat perbandingan anak mereka dengan anak-
e
anak yang menderita penyakit alagille lainnya bahwa tidak ada yang salah pada anak mereka, anak mereka melakukan apa yang anak-anak alagille
m
lakukan pada umumnya serta berkembang seperti anak-anak yang menderita penyakit sindrom
e alagille laiinya (Glenn, 2015).
. n
17
Jurnal 2
Judul Jurnal : Chronic Sorrow: Lived Experiences of Caregivers of Patients
Diagnosed With Schizophrenia in Butabika Mental Hospital, Kampala, Uganda
Penulis : Connie Olwit, Seggane Musisi, Sebalda Leshabari, Ingvar Sanyu
Tahun Terbit : 2015
Tipe Jurnal : Jurnal Keperawatan Jiwa
Metode :
18
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Nasional Buta bika di Kampala, Uganda. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif
dengan teknik diskusi kelompok (FGD) dan wawancara secara mendalam. Ada 12 orang dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terdiri
dari 7 orang pengasuh perempuan dan 5 orang pengasuh laki-laki. Informan dipilih dengan pasien yang telah didiagnosis dengan skizofrenia selama
lebih dari 1 tahun. Wawancara mendalam tatap muka dipandu oleh versi modifikasi dari kuesioner kesedihan kronis Burke / Eakes (Burke / NCRS,
1998).
Ringkasan Jurnal :
Terdapat beberapa tema yang dibahas dalam jurnal ini diantaranya:
1. Pengalaman Berduka
Wawancara mendalam
Sembilan dari sepuluh peserta yang diwawancara menyatakan kesedihan secara mendalam. Peserta menceritakan banyak situasi dan keadaan
dari waktu ke waktu dimana perasan itu dialami kembali. Ketika peserta diminta untuk mengingat kembali diwaktu pertama kali menyatakan bahwa
dari kerabat mereka sakit mental mereka mengambarkan perasaan kesediahan, kebinggungan, ketakutan, kehancuran, sakit dan amarah .
Diskusi kelompok (FGD)
Perasaan dan emosi yang dirasakan dalam diskusi kelompok serupa dengan apa yang diungkapkan dengan wawancara secara mendalam dimana
perasaan sedih paling sering diikuti dengan gangguan stres, kemarahan, emosi nyeri maupun kesedihan. Perasaan kesedihan lainnya yang
dilaporkan seperti perasaan kerusakan, ketakutan, khawatir, frustasi, kebingungan dan kaget. Namun setelah membawa kerabat ke rumah sakit
bahwa gejala dapat dikontrol dengan obat, beberapa harapan dan intensitas kesedihan berkurang.
2. Faktor Pemicu
Pengasuh mengambarkan berduka kronis dipicu oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pemberian perawatan tanpa henti dikarenakan sering dan rawat inap yang panjang, gejala berulang, pemberi rawatan mengeluarkan energi
berlebih, kendala keuangan, tanggung jawab yang besar.
b. Perubahan perilaku pasien, termasuk penolakan untuk pergi ke rumah sakit, penolakan untuk mengambil medikasi dan kebencian.
c. Manajemen krisis
19
Sangat menyedihkan melihat kerabat mereka kambuh atau mengalami efek samping dari pengobatan yang mereka percayai akan meningkatkan
penyakit seiring waktu.
d. Reaksi masyarakat terhadap penyakit mental dan kepanikan
Termasuk memukul dan menganiaya orang dengan penyakit mental, timbulnya stigma yang salah mengenai penyakit mental
3. Mekanisme Koping
Yang dilakukan oleh para pengasuh agar merasa lebih baik;
a. Startegi interpersonal yaitu berbicara dengan orang lain yang mengerti, mencari support dari orang sekitar, berbagi dengan teman yang memiliki
situasi yang sama, mendengar radio, menonton televisi yang terkait program kesehatan jiwa, membaca kitab suci, pergi kegereja dan berdoa.
b. Kegiatan yang berorientasi pada tindakan seperti menonton film,TV, mendengar radio, melakukan tugas-tugas dan berolahraga.
c. Mengatasi emosi dengan cara menangis dan mengambil istrirahat singkat seperti keluar dari rumah sementara, menyimpan perasaan untuk diri
sendiri.
d. Strategi kognitif yang digunaan yaitu penerimaan beban dan berpikir positif (2 dari 9 peserta)
4. Situasi Yang Membantu maupun Tidak
Sebagian besar pengasuh melaporkan kerabat dan teman-teman membantu mereka selama situasi sulit dan penuh emosi, dimana mereka
membantu dalam hal simpatik, menghibur serta memberikan konseling. Petugas kesehatan sangat membantu dalam hal memberikan obat untuk
mengurangi gejala dan mengurangi frekuensi rawat inap terutama dengan gejala yang parah 2 dari 9 pengasuh mendapatkan skor positif dari
kesedihan kronis dimana petugas kesehatan bersikap ramah dan memberi semangat dan seorang pengasuh dari FGD merasa petugas kesehatan
welcome dan bersedia membantu.
Namun, mayoritas pengasuh melaporkan petugas kesehatan sebagai sumber besar pemicu kesedihan kronis. Faktor-faktor yang tidak
membantu dilaporkan seperti stigma, melontarkan lelucon negatif tentang penyakit mental dan tertawa ketika kerabatnya sakit. Polisi juga
diidentifikasi tidak membantu ketika mereka paling dibutuhkan terutama ketika dukungan diperlukan untuk membawa pasien ke rumah sakit atau
ketika mereka berpotensi berbahaya bagi yang lain. Sistem kesehatan dipandang sebagai pemicu frustasi, dan sering kali tidak ramah dan tidak
memahami kecacatan yang disebabkan oleh penyakit mental.
Pendidikan kesehatannya yaitu peningkatan kesadaran dengan mengajarkan tentang penyakit mental; bagaimana menangani pasien yang sakit
jiwa; apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat kesehatan mental; dan harapan saat merawat pasien.Mendidik masyarakat tentang penyakit
mental, tanggung jawab yang diharapkan, dan mengubah persepsi negatif mereka tentang penyakit mental. Sumber daya melibatkan ketersediaan
obat-obatan, fasilitasi petugas kesehatan, dan keterlibatan polisi. Pengasuh mengutip berbagai masalah yang perlu ditingkatkan seperti layanan,
komunikasi yang tepat dan tepat waktu (Olwit, Musisi, Leshabari, & Sanyu, 2015).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teori ini pertama kali didokumentasikan dalam literature pada tahun 1998 oleh Eakes, Burke dan Hainsworth yang menjelaskan bagaimana
individu merespon kejadian kehilangan yang sedang berlangsung ataupun satu peristiwa dari kehilangan.
Teori chronic sorrow ini menyediakan sebuah cara alternatif untuk melihat pengalaman berduka. Konsep teori chronic sorrow ini
mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik.
4.2 Saran
Agar teori ini dapatdipraktekan dalam setiap kondisi kehilangan yang dirasakan pasien dimana perawat tidak hanya memberikan asuhan
keperawatan yang hanya pada fisiknya saja tetapi juga mengkaji dan membantu memberikan asuhan keperawatan dalam masalah spikososialnya
terutama untuk pasien yang menderita penyakit kronis beserta keluarga yang merawatnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Olwit, C., Musisi, S., Leshabari, S., & Sanyu, I. (2015). Chronic sorrow: Lived experiences of caregivers of patients diagnosed with schizophrenia in
butabika mental hospital, Kampala, Uganda. Archives of Psychiatric Nursing, 29(1), 43–48. https://doi.org/10.1016/j.apnu.2014.09.007
Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theories. China: Wolters Kluwer Health.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Susanto, & Putra, R. M. (2010). Management Gems. Jakarta: PT Gramedia.