Anda di halaman 1dari 23

TEORI KEPERAWATAN BERDUKA KRONIS (CHRONIC SORROW)

OLEH GEORGE GASKILL EAKES, MARY LERMAN BURKE DAN


MARGARET A HAINSWORTH

Tugas Mata Kuliah : Sains Keperawatan

Dosen Pembimbing:
VETTY PRISCILLA, S.Kp., M.Kep., MPH

Disusun oleh;

Ns. FEBRIAN RAHMAT SUWANDI. SN, S.Kep BP. 1921312005

Ns. MURHAYENI, S.Kep BP. 1921312018

Ns. SEKANI NIRIYAH, S.Kep BP. 1921312020

Ns. NUR WINDIYA SUKMAWATI, S.Kep BP. 1921312022

Ns. DWI NOVIYANI, S.Kep BP. 1921312024

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam tidak lupa kami ucapkan kepada
junjungan alam nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari
alam kegelapan ke alam yang penuh pengatahuan seperti yang dirasakan saat ini.
Kelompok mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
mendukung, dosen pembimbing dan rekan-rekan seperjuangan. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan
saran yang membangun kelompok harapkan dari pembaca. Semoga Allah
membalas kebaikan mereka. Kelompok berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Padang, September 2019

Kelompok 2
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Model Teori Crhonic Sorow..........................................................................3


2.2 Riwayat Tokoh...............................................................................................4
2.3 Konsep Utama Teori......................................................................................6
2.4 Konsep Utama Keperawatan Menurut Hansworth........................................8
2.5 Asumsi Teori.................................................................................................9
2.6 NANDA, NOC, NIC Berduka.....................................................................11
BAB III PEMBAHASAN JURNAL......................................................................14

BAB IV PENUTUP...............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

BAB I
PE N DAH U LUAN

1.1 Latar Belakang


Teori Keperawatan adalah seperangkan ide, definisi, hubungan dan
harapan atau sasaran yang bersal dari model keperawatan atau dari disiplin
bidang ilmu lain dan rancangan proposive, pandangan metodis fenomena
2

dengan merancang inter relationship khusus diantara ide-ide yang bertujuan


menggambarkan, memjelaskan, peramalan, dan atau merekomendasikan.
Teori keperawatan bertujuan untuk mengambarkan dan menjelaskan
fenomena keperawatan yang ada seperti memberikan dasar dalam melakukan
praktik keperawatan, dasar dari pengembangan pengetahuan yang lebih maju
dan menunjukan seperti apa keperawatan akan berkembang nantinya (Aini,
2018).
Teori berduka kronis atau lebih dikenal dengan teori cronic sorrow
merupakan salah satu teori keperawatan yang membahas mengenai masalah-
masalah yang ditimbulkan akibat kehilangan.Teori ini pertama kali
didokumentasikan dalam literature pada tahun 1998 oleh Eakes, Burke dan
Hainsworth yang menjelaskan bagaimana individu merespon kejadian
kehilangan yang sedang berlangsung ataupun peristiwa tunggal dari
kehilangan (Peterson & Bredow, 2013).
Teori ini sangat bagus untuk dibahas lebih lanjut karena teori ini
sebagai akibat lanjut dari gangguan kejiawaan dari situasi kehilangan dan
gejala berduka yang dialami dapat terjadi secara berulang di waktu tertentu
dan berpotensi berkembang ke tingkat yang lebih lanjut. Jika tidak ditangani
dengan tepat dapat menimbulkan masalah-masalah seperti pada anak maka
akan menghambat kemampuan anak untuk berkembang, regresi, merasa takut
ditinggalkan atau kesepian, pada remaja dan dewasa akan terjadi disintegrasi
dengan keluarga seperi menarik diri terhadap keluarga, kabur dari rumah,
penggunaan obat-obatan terlarang, bisa berujung dengan kematian pasangan
serta kesehatan yang semakin menurun (Susanto & Putra, 2010).
Strategi yang dapat dilakukan untuk menyelesikan masalah tersebut
menurut teori keperawatan ini adalah dengan melakukan intervensi baik
secara internal maupun eksternal. Untuk internal dapat dilakukan melalui
strategi koping individu dan eksternal dapat dilakukan melalui tenaga
kesehatan maupun campur tangan intervensi dari orang lain(Susanto & Putra,
2010).
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, ditemukan rumusan masalah
bagaimana teori dan model keperawatan menurut Eakes, Burke dan
Hainsworth (Berduka Kronis) serta bagaimana aplikasi teori keperawatan
berduka kronis pada jurnal ?

1.3 Tujuan
Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Eakes , Burke dan
Hainsworth (Berduka Kronis) serta aplikasi teori keperawatan berduka
kronis pada jurnal.

1.4 Manfaat
Adanya makalah ini sebagai acuan untuk mahasiswa dalam belajar
memahami teori keperawatan berduka kronis yang nantinya mampu
menerapkan teori keperawatan berduka kronis sebagai dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan.

BAB II
PE M B AH AS AN

2.1 Model Teori Crhonic Sorow


Teori ini pertamakali didokumentasikan dalam literature pada tahun 1998
oleh Eakes, Burke dan Hainsworth yang menjelaskan bagaimana individu
merespon kejadian kehilangan yang sedang berlangsung ataupun suatu
peristiwa dari kehilangan. Pada rentang kehidupan manusia, individu
dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus
4

ataupun suatu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan


ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian
tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau duka cita berkepanjangan/
mendalam yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang
dan permanen.
Individu dengan pengalaman kesedihan biasanya akan menggunakan
metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal
dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan
efektif maka individu akan meningkat perasaan kenyamanannya. Tetapi jika
tidak afektif maka akan terjadi hal sebaliknya (Peterson & Bredow, 2013).
Teori ini sudah di validasi dari beberapa literatur yang sangat banyak dan
dari data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
anggota Nursing Consortium for Reasearch on Cronic Sorrow (NCRCS)
diantaranya; individu yang menderita kanker oleh Eakes tahun 1993,
infertility oleh Eakes et al. tahun 1998, Multiple Sclerosis oleh Hainsworth,
Burke, Lindgren, & Eakes tahun 1993 dan Hainsworth tahun 1994, dan
Penyakit Parkinson oleh Lindgren tahun 1996.
Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk melihat pengaruh pasangan
sebagai pemberi asuhan (spouse caregivers) diantaranya pada penyakit mental
kronik oleh Hainsworth, Busch, Eakes, & Burken tahun 1995, Multiple
Sclerosis oleh Hainsworth tahun 1995, dan Penyakit Parkinson oleh Lindgren
tahun 1996. Parent caregivers/ orang tua yang memiliki anak dewasa dengan
penyakit mental kronik oleh Eakestahun 1995 (Alligood, 2017).

2.2 Riwayat Tokoh


a. Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia
menerima Diploma keperawatan dari sekolah keperawatan rumah sakit
Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus
Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural
dan Technical State University.
Eakes melanjutkan M.S.N pada University or North Carolina di
Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North Carolina State
5

University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk studi


masternya dan dari North Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia
dilantiik dalam Sigma Theta Tau International Honor Society or Nurses
pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor Society 1988.
Setelah konferensi, Eakes menghubungi Burke untuk melakukan
penelitian secara kolaboratif.Berdasarkan diskusi mereka, mereka
menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan Margaret A. Hainsworth dan
Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth yang akhirnya terbentuklah Nursing
Consortium for Reasearch on Cronic Sorrow (NCRCS) pada tahun 1989
(Alligood, 2017).

b. Marry Lermann Burke


Dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah
elementary dan secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama
kalinya saat diploma dari Good Samaritan Hospital school of Nursing di
Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari
Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa tahun
bekerja di keperawatan pediatric, Burke lulus dengan Summa Cumlaude
dari Rhode island college Providence dengan bachelor degree.
Pada tahun 1982 dia menerima master degree pada parent-child
nursing dari Boston University. Dan selama program ini dia juga
menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-cild nursing dan
Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island
Hospital and the Section on Reproductive and Developmental Medicine,
Brown university.
Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program
masternya.Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool
Children with Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang
kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia
mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in
mothers of school-age with myelomeningocele’.

c. Margaret A Hainsworth
6

Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan


dasar dan sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma
sekolah keperawatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953.
Tahun 1959 dia pindah ke united State dan menerima diploma
keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan
pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam
bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan
kesehatan mental psikiatrik dari Boston College tahun 1974.
Hainsworth menerima program doctor dari University Connecticut
tahun 1986 tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada
penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia
sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan
multiple sklerosis.

2.3 Konsep Utama Teori


Teori Berduka kronis merupakan teori middle range yang membahas
masalah-masalah atau fenomena berduka kronis sebagai respon normal
terhadap kesenjangan yang sedang berlangsung yang timbul karena adanya
kehilangan (Peterson & Bredow, 2013). Konsep utama yang dibahas pada
teori ini yaitu berduka kronis, kehilangan, peristiwa pencetus atau pemicu,
dan metode manajemennya.
a. Berduka kronis (chronic sorrow)
Berduka kronis (chronic sorrow) adalah suatu kesenjangan yang
sedang berlangsung sebagai akibat dari suatu kehilangan dengan
karakteristik menyebar dan permanen. Gejala berduka dapat terjadi
berulang secara periodic dan gejala ini juga dapat berpotensi untuk
menjadi progesif.
b. Kehilangan (Loss)
Kehilangan muncul karena adanya ketidakseimbangan / perbedaan
antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyatadan sebagai contoh
7

seperti pada anak yang sehat dengan anak kondisi kronik yang berbeda
dengan idealnya.
c. Peristiwa Pencetus (Triger Events)
Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang
menyebabkaan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau
memperburuk perasaan berduka.
d. Metode Manajemen (Management Method)
Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima
penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau
eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain).
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu
dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya. Penderitaan kronis
tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur
perasaan baik secara internal maupun eksternal.

a. Inefektif Manajemen
Manajemen Inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan
ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.
b. Effective Management
Manajemen efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan
kenyamanan perasaan individual.

e. Nursing Consortium for Reasearch on Cronic Sorrow (NCRCS)


meyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu
dapat melakukan manajemen secara efektif. Strategi koping internal dan
eksternal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Strategi koping internal
a. Action (Tindakan), mekanisme koping digunakan pada individu
yang bersangkutan maupun yang memberikan perawatan.
Contohnya metode distraksi atau pengalihan yang umum
digunakan untuk menghadapi nyeri, menyibukan dan melakukan
sesuatu yang menyenangkan
b. Koping kognitif seperti berfikir positif, melakukan sesuatu dengan
sebaik-baiknya, dan tidak mencoba untuk melawannya.
8

c. Koping interpersonal adalah pergi memeriksakan diri ke spikiater,


masuk dalam suatu kelompok atau grup dan berbicara atau
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Koping emosional adalah menangis atau mengekspresikan emosi
lainnya
2. Strategi koping eksternal
Dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional
kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman melalui kehadiran
dan perasaan empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan
tindakan professional kompeten lainnya (Alligood, 2017).

2.4 Konsep Utama Keperawatan Menurut Hansworth


1. Keperawatan
Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa
adanya chronic sorrow kemudian melakukan intervensi untuk
mengatasinya. Peran utama perawat adalah bersikap empati , memberi
edukasi, serta merawat dan melakukan tindakan professional lainnya.
2. Manusia
Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan .
Manusia akan membandingkan pengalamannya dengan idealismenya
pribadi dan dengan orang-orang disekitarnya. Meskipun pengalaman
individu terhadap kehilangan bersifat unik, namun terdapat komponen
yang umumnya dapat diprediksi yang ada terikat pengalaman kehilangan.
3. Kesehatan
Kesehatan seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang
tercipta setelah kehilangan .Koping yang efektif menghasilkan respon
normal terhadap kehilangan.
4. Lingkungan
Lingkungan pelayanan kesehatan adalah tempat terjadinya interaksi
individu dalam konteks social dengan keluarga, social dan pekerjaan.
9

Skema Teori Chronic sorrow (Alligood, 2017).


2.5 Asumsi Teori
1. Clarity (Kejelasan)
Teori ini secara jelas mengambarkan fenomena yang diamati di
tatanan klinis ketika kehilangan terjadi dan hal ini dapat diterima dalam
praktek keperawatan. Dalam setiap karya yang diterbitkan yang
menggunakan teori ini, konsep utama yang didefinisikan dan teori midlle
range menggambarkan hubungan antara konsep yang bisa dijelaskan
secara logis. Contohnya jelas bahwa pengelolaan yang efektif baik
internal maupun eksternal akan meningkatkan kenyamanan dan
sebaliknya penanganan yang tidak efektif akan menyebabkan
peningkatan ketidaknyamanan dan intensitas berduka kronis. Namun
meskipun berduka kronis digambarkan sebagai suatu yang bersifat
progresif, sifat perkembangan dan patologi terkait dengan hal tersebut
tidak jelas.
2. Simplicity (Kesederahaan)
Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang
berorientasi pada fase berduka kronis. Melalui model ini, jelas bahwa
10

berduka kronis adalah siklus alami, menyebar dan berpotensi


berkembang.
Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode
manajemen internal dan metode manajemen eksternal. Selain itu teori ini
secara sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode manajemen
yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver)
menghasilkan respon manajemen inefektif atau manajemen efektif. Teori
secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu
mengidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen internal dan
eksternal pasien. Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih banyak
berperan pada metode menejemen yang efektif untuk mencegah chronic
sorrow menjadi progrsif.
3. Generality ( Keumuman / generalisasi)
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus
asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow,
karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis
yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua
tahapan usia kehidupan.
4. Empirical Precision (Presisi Empiris)
Ruang lingkup teori ini sangat terbatas dimana hal ini akan
memudahkan bagi peneliti untuk mempelajari fenomena klinis. Teori ini
berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk
penelitian lebih lanjut. Definisi yang jelas dari berduka kronis membuat
hal ini dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan yang beragam
dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka kronis.
5. Derivable Consequence (Konsekuensi yang didapat)
Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa
dialami seseorang karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting
dalam aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan terminal.
Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan
atau berduka yang dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang
berkelanjutan. Hal ini terbukti dengan dimasukannya kedalam NANDA
11

diagnosis. Perawat dan tenaga profesional lainnya telah menemukan


validitas pengalaman mereka dengan kehilangan di arena klinis.
Selanjutnya para praktisi kesehatan dapat menormalkan kondisi mereka
tersebut (Alligood, 2017).
12

2.6 NANDA, NOC, NIC Berduka


NANDA NOC NIC
Berduka Resolusi berduka Fasilitasi Proses Berduka
Definisi: Definisi: Tindakan individu untuk Definisi: membantu menyelesaikan kehilangan sesuatu yang
Respon psikososial yang ditunjukan oleh
menyesuaikan pikiran, perasaan, dan bermakna bagi klien
klien akibat kehilangan (orang, objek,
perilaku dalam menghadapi kehilangan
fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan) 1. Identifikasi kehilangan
aktual atau kehilangan yang akan terjadi 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kealamiahan
Penyebab: keterikatan klien dengan objek atau orang yang hilang
1. Menyampaikan perasaan akan
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi reaksi awal
1. Kematian keluarga atau orang yang penyelesaian mengenai kehilangan
terhadap kehilangan
2. Menyatakan menerima kehilangan
berarti 4. Dukung pasien untuk mengekpresikan perasaan
3. Menjelaskan arti kehilangan
2. Antisipasi kematian keluarga atau
4. Berpartisipasi dalam merencanakan mengenai kehilangan
orang yang berarti 5. Dengarkan ekspresi berduka
tindakan
3. Kehilangan (objek, pekerjaan, 6. Dukung pasien untuk mendiskusikan pengalaman
5. Mendiskusikan konfik yang belum
fungsi, status, bagian tubuh, kehilangan sebelumnya
terselesaikan
7. Dukung pasien untuk memverbalisasikan ingatan
hubungan sosial) 6. Mempertahankan lingkungan sekitar
4. Antisipasi kehilangan (objek, 7. Melaporkan tidur yang cukup mengenai kehilangan, baik masa lalu maupun saat ini
8. Mencari dukungan soaial 8. Buat pernyataan empatik mengenai duka cita
pekerjaan, fungsi, status, bagian
9. Membagi perasaan kehilangan 9. Dukung identifikasi adanya perasaan takut yang
tubuh, hubungan sosial)
dengan orang terdekat paling besar terkait kehilangan
10. Melewati fase berduka 10. Libatkan orang yang paling penting bagi klien untuk
11. Mengeksresikan harapan positif
Gejala dan Tanda Mayor mendiskusikan dan membuat keputusan dengan tepat
mengenai masa depan 11. Bantu mengidentifikasi strategi-strategi koping
Subjektif :
Koping pribadi
1. Merasa sedih
Definisi: tindakan pribadi untuk mengelola 12. Komunikasikan penerimaan dalam rangka
2. Merasa bersalah atau menyalahkan
stres yang membebani kemampuan individu mendiskusikan kehilangan
orang lain
13

3. Tidak menerima kehilangan 1. Mengidentifikasi pola koping yang 13. Identifikasi sumber dukungan yang ada di komunitas
4. Merasa tidak ada harapan 14. Dukung usaha untuk menyelesaikan konflik yang
efektif
Objektif : 2. Mengidentifikasi pola koping yang terjadi sebelumnya dengan tepat
15. Kuatkan kemajuan yang dibuatdalam proses berduka
1. Menangis tidak efektif
16. Bantu mengidentifikasi kebutuhan untuki
2. Pola tidur berubah 3. Menyatakan perasaan akan krontrol
3. Tidak mampu berkonsentrasi memodifikasi gaya hidup
diri
4. Melaporkan pengurangan stres
5. Menyatakan penerimaan terhadap Konseling
Gejala dan Tanda Minor
situasi Definisi: Pengunaan proses membantu interaktif yang
Subjektif :
6. Mencari informasi terpercaya tentang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan klien untuk
Mimpi buruk atau pola mimpi berubah,
diagnosis
meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah
Merasa tidak berguna, Fobia 7. Mencari informasi terpercaya tentang
dan hubungan interpersonal
Objektif : pengobatan
8. Mengidentifikasi beberapa strategi 1. Bangun hubungan terapeutik yang didasarkan pada
Marah, tampak panik, fungsi imunitas
koping rasa saling percaya dan saling menghormati
terganggu
9. Menggunakan strategi koping yang 2. Tunjukan empati, kehangatan dan ketulusan
3. Tetapkan tujuan-tujuan
efektif
4. Sediakan privasi dan berikan jaminan kerahasiaan
10. Menyatakan butuh bantuan
5. Sediakan informasi faktual yang tepat yang sesuai
11. Mendapatkan bantuan profesional
kebutuhan
kesehatan
6. Dukung ekspresi perasaan klien
12. Melaporkan penurunan gejala fisik
7. Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah atau
akibat stres
situasi yang menyebabkan distres
13. Melaporkan penurunan perasan
8. Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk
negatif
memfasilitasi ekspresi yang menjadi perhatian
14. Melaporkan peningkatan
9. Minta pasien untuk mengidentifikasi apa yang mereka
kenyamanan psikologis
bisa / tidak lakukan terkait dengan peristiwa yang
terjadi
14

Hubungan Caregiver- Pasien 10. Bantu pasien untuk membuat daftar dan
1. Komunikasi efektif memperioritaskan kemungkinan alternatif
2. Kesabaran
penyelesaian masalah
3. Ketenangan
11. Identifikasi adanya perbedaan pandangan atara pasien
4. Pengasuhan dan penguatan
5. Persahabatan dan pandangan dari tim kesehatan
6. Caring 12. Sampaikan secara verbal perbedaan antara perasaan
7. Komitmen jangka panjang
pasien dan perilakunya
8. Saling menerima dan menghormati
13. Tunjukan aspek-aspek tertentu dari pengalaman
9. Pemecahan masalah bersama
10. Rasa tanggung jawab seseorang yang mendukung ketulusan dan rasa
11. Rasa saling keterikatan
percaya dengan cara yang tepat
14. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan, dan
menguatkan hal tersebut

(PPNI, 2017)(Moorhead, Swanson, & Marion Johnson, 2018)(Butcher, Bulechek, Dochterman, & Wagner, 2018)
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

Jurnal 1
Judul Jurnal : Using Online Health Communication To Manage Chonic Sorrow:
Mothers Of Children With Rare Diseases Speak
Penulis : Adriana D. Glenn PhD, MA, MN, RN, FNP-BC
Tahun Jurnal : 27 September 2014
Tipe Jurnal : Jurnal Keperawatan Anak
15

Metode :
Peneliti menggunakan fenomenalogi yang berorientasi pada pengalaman/ perasaan ibu menggunakan komunikasi kesehatan online. Penilitian
ini menggunakan metode proposive sampling pada ibu dengan anak yang didiagnosa Sindrom Alagille (ALGS) dengan cara menyebarin formasi di
Facebook dan di buletin alliance untuk ALGS.
Sampel yaitu diambil sebanyak 16 ibu dengan anak ALGS berusia berkisar dari 6 bulan hingga 17 tahun dan memiliki berbagai diagnosa medis
terkait dengan ALGS. Diagnosis dominan terkait dengan ALGS, selain masalah hati yaitu termasuk perifer stenosis paru dan penyakit jantung
bawaan.Lima anak memiliki diagnosis medis tambahan yang umumnya tidak terkait ALGS.Lima anak adalah penerima transplantasi hati.

Prosedure dan Instrumen penelitian


Peneliti melakukan penelitian dengan teknik wawancara dengan memberikan pertanyaan berdasarkan panduan kuesioner kesedihan kronis versi
pemberi asuhan terkait dengan pengalaman ibu menggunakan komunikasi online serta pikiran/ perasaan ibu setelah mengetahui anaknya didiagnosis
Peneliti dengan melakukan wawancara dengan cara menelpon dan merekam audionya serta melakukan dengan aplikasi skype.

Ringkasan Jurnal:
Jurnal ini mengaplikasikan teori berduka kronis dikarenakan jurnal ini membahas kesenjangan yang terjadi secara terus-menerus yang
disebabkan oleh suatu kehilangan (Alligood, 2017). Masalah atau kesenjangan yang terjadi dalam jurnal ini adalah penyakit langka pada anak dengan
sindrom Alagille (ALGS) yang merupakan penyakit kompleks yang dipengaruhi oleh mutasi gen pada kromosom 20 dimana hanya 1 berbanding 7000
kelahiran yang hidup. Anak-anak ini mempunyai masalah di saluran empedu pada hati dan penyakit jantung bawaan serta juga dapat mempengaruhi
organ lainnya. Hal ini membuat para ibu mengalami kesedihan dikarenakan anak yang mereka lahirkan memderita penyakit langka yang jarang
diderita oleh anak- anak lainnya serta jarang ditemui di sekitar lingkungan mereka yang membuat ibu kebingungan dan kesulitan dalam merawat dan
membesarkan anak tersebut.
Proses
Berduka
16

Harapan orang tua terhadap anak mereka tidak sesuai dengan idealnya, dimana setiap orang tua mengharapkan anak mereka sehat tanpa ada
Kehilanga
masalah kesehatan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya.Namun, orang tua dengan anak yang menderita penyakit
langka melihat perkembangan anak mereka lebih lambat dibangdingkan dengan anak nnormal lainnya serta hambatan dan tantangan orang tua
menghadapi penyakit anak menjadi penyebab pencetus terjadinya berduka kronis ini.
Hal ini membuat orang tua menggali informasi lebih serta mencari sumber-sumber lain yang mendukung melalui facebook dan google yang
Faktor
M
akhirnya para ibu menjadi mampu mengakses informasi, menambah pengetahuan dan pemberdayaan,advokasi untuk anak mereka, dan menjalin
Pencetu
e
hubungan dengan yang lain terkait pengalaman yang dialami. Lewat media internet para ibu dapat menemukan akses baru dengan komunitas anak-
t
anak yang menderita penyakit langka. Komunitas ini sangat berguna untuk mempelajari hal serupa yang dialami oleh para ibu lainnya. Para Ibu
o
berbagi informasi dan berbagi pengalaman pribadi serta membuat perbandingan terhadap anak-anak mereka.
d
Komunikasi online membuat para ibu dapat mengelola kesedihan kronis atau perasaan tidak menyenangkan. Pengalaman ibu yang sangat luar
e
biasa, ketakutan, dan kesepian, dengan sedikit informasi atau dukungan dari penyedia layanan kesehatan setelah terdiagnosis ini membuat ibu
mempelajari cara baru membangun hubungan / koneksi selain untuk mengatasi penyakit anak mereka. Komunikasi online sebagai kunci ibu merasa
M
terhubung dan tidak sendirian di dalamnya yang membuat mereka suka berbagi dan bertemu
a satu sama lain dan membangun koneksi pribadi diantara
mereka secara online. n
a
Dari sini orang tua mulai membangun koping internal terhadap anak mereka dimana
j mereka melihat perbandingan anak mereka dengan anak-
e
anak yang menderita penyakit alagille lainnya bahwa tidak ada yang salah pada anak mereka, anak mereka melakukan apa yang anak-anak alagille
m
lakukan pada umumnya serta berkembang seperti anak-anak yang menderita penyakit sindrom
e alagille laiinya (Glenn, 2015).
. n
17

Jurnal 2
Judul Jurnal : Chronic Sorrow: Lived Experiences of Caregivers of Patients
Diagnosed With Schizophrenia in Butabika Mental Hospital, Kampala, Uganda
Penulis : Connie Olwit, Seggane Musisi, Sebalda Leshabari, Ingvar Sanyu
Tahun Terbit : 2015
Tipe Jurnal : Jurnal Keperawatan Jiwa

Metode :
18

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Nasional Buta bika di Kampala, Uganda. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif
dengan teknik diskusi kelompok (FGD) dan wawancara secara mendalam. Ada 12 orang dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terdiri
dari 7 orang pengasuh perempuan dan 5 orang pengasuh laki-laki. Informan dipilih dengan pasien yang telah didiagnosis dengan skizofrenia selama
lebih dari 1 tahun. Wawancara mendalam tatap muka dipandu oleh versi modifikasi dari kuesioner kesedihan kronis Burke / Eakes (Burke / NCRS,
1998).

Ringkasan Jurnal :
Terdapat beberapa tema yang dibahas dalam jurnal ini diantaranya:
1. Pengalaman Berduka
Wawancara mendalam
Sembilan dari sepuluh peserta yang diwawancara menyatakan kesedihan secara mendalam. Peserta menceritakan banyak situasi dan keadaan
dari waktu ke waktu dimana perasan itu dialami kembali. Ketika peserta diminta untuk mengingat kembali diwaktu pertama kali menyatakan bahwa
dari kerabat mereka sakit mental mereka mengambarkan perasaan kesediahan, kebinggungan, ketakutan, kehancuran, sakit dan amarah .
Diskusi kelompok (FGD)
Perasaan dan emosi yang dirasakan dalam diskusi kelompok serupa dengan apa yang diungkapkan dengan wawancara secara mendalam dimana
perasaan sedih paling sering diikuti dengan gangguan stres, kemarahan, emosi nyeri maupun kesedihan. Perasaan kesedihan lainnya yang
dilaporkan seperti perasaan kerusakan, ketakutan, khawatir, frustasi, kebingungan dan kaget. Namun setelah membawa kerabat ke rumah sakit
bahwa gejala dapat dikontrol dengan obat, beberapa harapan dan intensitas kesedihan berkurang.

2. Faktor Pemicu
Pengasuh mengambarkan berduka kronis dipicu oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pemberian perawatan tanpa henti dikarenakan sering dan rawat inap yang panjang, gejala berulang, pemberi rawatan mengeluarkan energi
berlebih, kendala keuangan, tanggung jawab yang besar.
b. Perubahan perilaku pasien, termasuk penolakan untuk pergi ke rumah sakit, penolakan untuk mengambil medikasi dan kebencian.
c. Manajemen krisis
19

Sangat menyedihkan melihat kerabat mereka kambuh atau mengalami efek samping dari pengobatan yang mereka percayai akan meningkatkan
penyakit seiring waktu.
d. Reaksi masyarakat terhadap penyakit mental dan kepanikan
Termasuk memukul dan menganiaya orang dengan penyakit mental, timbulnya stigma yang salah mengenai penyakit mental

3. Mekanisme Koping
Yang dilakukan oleh para pengasuh agar merasa lebih baik;
a. Startegi interpersonal yaitu berbicara dengan orang lain yang mengerti, mencari support dari orang sekitar, berbagi dengan teman yang memiliki
situasi yang sama, mendengar radio, menonton televisi yang terkait program kesehatan jiwa, membaca kitab suci, pergi kegereja dan berdoa.
b. Kegiatan yang berorientasi pada tindakan seperti menonton film,TV, mendengar radio, melakukan tugas-tugas dan berolahraga.
c. Mengatasi emosi dengan cara menangis dan mengambil istrirahat singkat seperti keluar dari rumah sementara, menyimpan perasaan untuk diri
sendiri.
d. Strategi kognitif yang digunaan yaitu penerimaan beban dan berpikir positif (2 dari 9 peserta)
4. Situasi Yang Membantu maupun Tidak
Sebagian besar pengasuh melaporkan kerabat dan teman-teman membantu mereka selama situasi sulit dan penuh emosi, dimana mereka
membantu dalam hal simpatik, menghibur serta memberikan konseling. Petugas kesehatan sangat membantu dalam hal memberikan obat untuk
mengurangi gejala dan mengurangi frekuensi rawat inap terutama dengan gejala yang parah 2 dari 9 pengasuh mendapatkan skor positif dari
kesedihan kronis dimana petugas kesehatan bersikap ramah dan memberi semangat dan seorang pengasuh dari FGD merasa petugas kesehatan
welcome dan bersedia membantu.
Namun, mayoritas pengasuh melaporkan petugas kesehatan sebagai sumber besar pemicu kesedihan kronis. Faktor-faktor yang tidak
membantu dilaporkan seperti stigma, melontarkan lelucon negatif tentang penyakit mental dan tertawa ketika kerabatnya sakit. Polisi juga
diidentifikasi tidak membantu ketika mereka paling dibutuhkan terutama ketika dukungan diperlukan untuk membawa pasien ke rumah sakit atau
ketika mereka berpotensi berbahaya bagi yang lain. Sistem kesehatan dipandang sebagai pemicu frustasi, dan sering kali tidak ramah dan tidak
memahami kecacatan yang disebabkan oleh penyakit mental.

Rekomendasi dan Saran dari Pengasuh Untuk Petugas Kesehatan


Yaitu menunjukkan pemahaman, pendidikan kesehatan, dan kepekaan masyarakat serta komunikasi, konseling, sumber daya, layanan yang
mudah diakses dan kunjungan tindak lanjut.
20

Pendidikan kesehatannya yaitu peningkatan kesadaran dengan mengajarkan tentang penyakit mental; bagaimana menangani pasien yang sakit
jiwa; apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat kesehatan mental; dan harapan saat merawat pasien.Mendidik masyarakat tentang penyakit
mental, tanggung jawab yang diharapkan, dan mengubah persepsi negatif mereka tentang penyakit mental. Sumber daya melibatkan ketersediaan
obat-obatan, fasilitasi petugas kesehatan, dan keterlibatan polisi. Pengasuh mengutip berbagai masalah yang perlu ditingkatkan seperti layanan,
komunikasi yang tepat dan tepat waktu (Olwit, Musisi, Leshabari, & Sanyu, 2015).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teori ini pertama kali didokumentasikan dalam literature pada tahun 1998 oleh Eakes, Burke dan Hainsworth yang menjelaskan bagaimana
individu merespon kejadian kehilangan yang sedang berlangsung ataupun satu peristiwa dari kehilangan.
Teori chronic sorrow ini menyediakan sebuah cara alternatif untuk melihat pengalaman berduka. Konsep teori chronic sorrow ini
mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik.

4.2 Saran
Agar teori ini dapatdipraktekan dalam setiap kondisi kehilangan yang dirasakan pasien dimana perawat tidak hanya memberikan asuhan
keperawatan yang hanya pada fisiknya saja tetapi juga mengkaji dan membantu memberikan asuhan keperawatan dalam masalah spikososialnya
terutama untuk pasien yang menderita penyakit kronis beserta keluarga yang merawatnya.
21

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang


Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan, Edisi Indonesia Ke 8. Singapore: Elsevier.
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018). Nursing Interventions Classification. Singapore: Elsevier.
Moorhead, S., Swanson, E., & Marion Johnson, M. L. (2018). Nursing Outcomes Classification. Singapore: Elsevier.
Glenn, A. D. (2015). Using online health communication to manage chronic sorrow: Mothers of children with rare diseases speak. Journal of Pediatric
Nursing, 30(1), 17–24. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2014.09.013

Olwit, C., Musisi, S., Leshabari, S., & Sanyu, I. (2015). Chronic sorrow: Lived experiences of caregivers of patients diagnosed with schizophrenia in
butabika mental hospital, Kampala, Uganda. Archives of Psychiatric Nursing, 29(1), 43–48. https://doi.org/10.1016/j.apnu.2014.09.007

Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theories. China: Wolters Kluwer Health.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Susanto, & Putra, R. M. (2010). Management Gems. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai