Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


Jl. Jenderal Sudirman Nomor 45 Kode Pos 34593
PANARAGAN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PENGADAAN BARANG
NOMOR: 660/ /III.07/TUBABA/2016

PENGGUNA ANGGARAN : NISOM, SH.


SATKER/SKPD : DLH KAB. TULANG BAWANG BARAT
NAMA PPK : PONG BUDIYONO, BA.
NAMA KEGIATAN :
NAMA PEKERJAAN : KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RTRW
KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 20XX- 20XX

TAHUN ANGGARAN 2018


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN :
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RTRW
KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN 20XX – 20XX

1. LATAR BELAKANG : Pada dasarnya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak
lingkungan, sekaligus mendorong pemenuhan tujuan-tujuan
keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya
dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan.
Menurut Scott et.al. (2003), KLHS diartikan sebagai
berikut “SEA is a systematic process for evaluating the
environmental effect of and for ensuring the integration
of sustainability principles into, strategic decision making ”.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pasal 1 ayat 10 dijelaskan KLHS adalah rangkaian analisis
yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau
program.
Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan tata ruang
adalah pelaksanaan yang bersifat partisipatif dan sedapat
mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk
memperbaiki mutu Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)
tata ruang (self assessment) agar keseluruhan proses
bersifat lebih efisien dan efektif. Asas-asas hasil
penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS
bagi penataan ruang adalah Keterkaitan ( Interdepency),
Keseimbangan (Equilibrium), Keadilan (Justice).

1.1. Kebijakan (Policy), Rencana (Plan) dan Program


(Programme) (KRP/PPP)
KLHS merupakan bagian dari instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup di dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu,
terdapat pula instrumen lainnya yang termasuk dalam
kategori ini, yaitu: tata ruang, baku mutu lingkungan hidup,
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-
UPL, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup,
peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup,
anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko
lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain
sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
Keterkaitan KLHS dengan instrumen pencegahan lainnya
ialah bersifat saling melengkapi dan saling mendukung,
sementara perannya bagi perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup bersifat menguatkan. KLHS
membantu dalam proses penyusunan dan evaluasi rencana
pembangunan meliputi rencana tata ruang dan rencana
rincinya, RPJM, RPJP Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan kebijakan, rencana dan program
lainnya. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, daya dukung dan daya tampung lingkungan, baku
mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, instrumen ekonomi lingkungan hidup, dan analisis
risiko lingkungan hidup digunakan sebagai salah satu
indikator dan/atau pendekatan dalam pengkajian pengaruh
Kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap lingkungan
hidup yang dilakukan di dalam KLHS. KLHS dapat
membantu pencegahan degradasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup di tingkat Kebijakan, rencana, dan/atau
program sehingga membantu efektivitas pelaksanaan
AMDAL, UKL-UPL dan perizinan. Dalam konteks ini, target
utama KLHS adalah Kebijakan, Rencana, dan Program,
sementara AMDAL UKL-UPL targetnya adalah pada satuan
kegiatan/proyek.
Potensi dampak dan/atau risiko lingkungan yang mungkin
ditimbulkan oleh suatu kebijakan, rencana, dan/atau
program, sebelum pengambilan keputusan dilakukan, dapat
diantisipasi melalui KLHS. Dampak dan/atau risiko
lingkungan yang mungkin timbul oleh suatu Kebijakan,
rencana, dan/atau program dikategorisasikan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup antara lain
sebagai potensi: meningkatkan risiko perubahan iklim,
meningkatkan kerusakan, kemerosotan atau kepunahan
keanekaragaman hayati, meningkatkan intensitas bencana
banjir, longsor, kekeringan dan/atau kebakaran hutan dan
lahan, menurunkan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,
mendorong perubahan penggunaan dan/atau alih fungsi
kawasan hutan terutama pada daerah yang kondisinya
tergolong kritis, meningkatkan jumlah penduduk miskin
atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat, dan/atau meningkatkan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia.
Secara umum, KLHS sebagai sebuah sistem, mendasarkan
penyelenggaraannya pada asas-asas sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH). Asas-asas tersebut adalah: tanggung jawab negara,
kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan
keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian,
keadilan, ekoregion, keanekaragaman hayati, pencemar
harus membayar, partisipatif, kearifan lokal, tata kelola
pemerintahan yang baik dan otonomi daerah.
Penyelenggaraan KLHS disamping didasarkan pada asas-
asas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009, juga dilaksanakan berdasarkan
swalaksana, proporsionalitas, konsistensi, partisipasi,
transparansi, akuntabilitas dan kepastian hukum. Selain itu,
pelaksanaan KLHS harus didasarkan kepada kehati-hatian,
waktu dan biaya yang wajar, sehingga KLHS tidak
mengandung kekeliruan teknis atau cacat hukum.
Pelaksanaan KLHS meliputi mekanisme pelaksanaan KLHS,
penjaminan kualitas KLHS dan pendokumentasian KLHS.
Dalam pelaksanaan KLHS, pembuat Kebijakan, rencana,
dan/atau program wajib melakukan penjaminan kualitas
KLHS, sehingga KLHS yang dihasilkan telah sesuai dengan
norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh
menteri. Penjaminan kualitas dapat dilakukan seiring
dengan mekanisme pelaksanaan KLHS.

1.2. Tata Laksana KLHS dalam Perencanaan


Tata Ruang

Pada prinsipnya, proses KLHS harus dilakukan terintegrasi


dengan proses perencanaan tata ruang. Beragamnya kondisi
yang mempengaruhi proses perencanaan tata ruang
menyebabkan integrasi tersebut dapat dilaksanakan dalam
2 (dua) cara, yaitu;
a. Penyusunan dokumen KLHS untuk menjadi masukan bagi
RTRW atau KRP tata ruang
b. Melebur proses KLHS dengan proses penyusunan RTRW
atau KRP tata ruang

2. MAKSUD DAN : a. MAKSUD


TUJUAN Maksud dari kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Stategis Rencana Tata Ruang Wilayah (KLHS-RTRW)
Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah melaksanakan
amanat Pasal 15 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. TUJUAN
tujuannya untuk menghasilkan Kebijakan (Policy), Rencana
(Plan) dan Program (Programme) (KRP/PPP) pada Rencana
Tata Ruang Wilayah (KLHS-RTRW) Kabupaten Tulang
Bawang Barat, yang berwawasan lingkungan hidup.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup adalah upaya sadar yang terencana, yang
mengintegrasikan lingkungan hidup, termasuk sumber daya,
kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa
depan
3. SASARAN : Sasaran kegiatan adalah tersusunnya dokumen KLHS Revisi
RTRW yang siap untuk dilakukan validasi ke Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Lampung.

4. LOKASI KEGIATAN : Kabupaten Tulang Bawang Barat

5. SUMBER PENDANAAN : o Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai


pengadaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan
(APBD-P) Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2018.
o Total perkiraan biaya yang diperlukan untuk Kajian
Lingkungan Hidup Strategis sebesar Rp. 150.000.000
(Seratus lima puluh juta rupiah).
6. NAMA DAN : Instansi : Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat
ORGANISASI SKPD : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
PEJABAT PEMBUAT PPK :
KOMITMEN

DATA PENUNJANG

7. DATA DASAR : o PK Revisi RTRW Kab TBB Tahun 20xx-20xx


o Draft Revisi RTRW Kab.TBB Tahun 20xx-20xx

8. STANDAR TEKNIS :  Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata


Cara Penyelenggaraan KLHS
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 69
Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis

9. STUDI - STUDI : 1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang


TERDAHULU Barat Tahun 2011 - 2031
2. Rencana Pengembangan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Tulang
Bawang Barat
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD)
5. Stategi Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat
6. Studi lainnya yang berkaitan

10. REFERENSI HUKUM : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
3. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat di
Provinsi Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4115);
5. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penyelenggaraan KLHS
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 69
Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis

RUANG LINGKUP

11. LINGKUP KEGIATAN : Kajian Lingkungan Hidup Strategis Revisi RTRW Kabupaten
Tulang Bawang Barat meliputi;
1. Integrasi KLHS kedalam proses perumusan KRP
2. Tahapan Pelaksanaan KLHS
3. Metode Pelaksanaan KLHS
4. Penyusunan Rekomendasi

12. TAHAPAN KEGIATAN : Tahapan pekerjaan ini dilakukan lebih dari satu tahun
anggaran dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan dokumen KLHS (Tahun pertama)
2. Penjaminan Mutu dan Validasi dokumen KLHS
(Tahun Kedua)

13. KELUARAN : Draft dokumen KLHS yang memuat rekomendasi perbaikan


rancangan Revisi RTRW Kabupaten Tulang bawang Barat
Tahun 20xx-20xx, untuk di validasi ke Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Lampung

14. PERALATAN, : Pejabat Pembuat Komitmen menyediakan Tim/Personil


MATERIAL, PERSONIL pendamping dan data-data sekunder yang ada pada Badan
DAN FASILITAS Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas PUPR dan Dinas
DARI PEJABAT Lingkungan Hidup yang kiranya dibutuhkan untuk
PEMBUAT KOMITMEN pelaksanaan kajian

15. PERALATAN DAN : Pelaksana Swakelola menyediakan kelengkapan survey untuk


MATERIAL DARI apabila diperlukan survei bersana Tim/Personil pendamping
PELAKSANA dari Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat
SWAKELOLA
KONSULTANSI

16. LINGKUP : Lingkup kewenangan yang sekaligus merupakan lingkup


KEWENANGAN
PELAKSANA pekerjaan konsultan, diantaranya adalah :
SWAKELOLA

a. Melakukan tanggapan (bila ada) sekaligus penjabaran


KAK ini, untuk selanjutnya menyusun rencana kerja dan
melakukan persiapan-persiapan pekerjaan, serta
mengajukannya kepada Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan dalam bentuk Laporan Pendahuluan, untuk
dibahas dalam suatu forum pertemuan bersama Tim
guna memperoleh kesepakatan yang akan menjadi
pegangan bersama,
b. Melakukan pengumpulan data institusional yang
berkaitan
c. Melakukan Focus Group Discussion dengan masyarakat,
tokoh masyarakat, aparat setempat, dan instansi
terkait untuk mendapatkan Isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan
d. Mengidentifikasi dan perumusan Isu PB, Isu PB
Strategis dan Isu PB Prioritas, serta materi muatan
rancangan PK RTRW Kabupaten Tulang Bawang Barat.
e. Melakukan kajian dan analisis pengaruh hasil
identifikasi muatan rancangan RTRW dan hasil
identifikasi dan perumusan isu PB Prioritas.
f. Melakukan kajian Mutan KLHS dan Rumusan Alternatif.
g. Membuat rekomendasi perbaikan rancangan RTRW
Tahun 20xx-20xx.

17. JANGKA WAKTU : Waktu yang dibutuhkan untuk Kajian Lingkungan Hidup
PENYELESAIAN Strategis (KLHS) selama 90 (Sembilan puluh) Hari
KEGIATAN Kalender

18. PERSONIL : Posisi Kualifikasi Jumlah


Orang Bulan
a. Ahli Lingkungan/ S2, 1 orang, 3 bulan
Ketataruangan pengalaman
min 5 tahun
b. Ahli Perencanaan S1, 1 orang, 3 bulan
Wilayah pengalaman
min 5 tahun
c. Ahli Ekonomi S1, 1 orang, 3 bulan
Pertanian pengalaman
min 5 tahun
d. Ahli Sosial S1, 1 orang, 3 bulan
kependudukan pengalaman
min 5 tahun
e. Ahli S1, 1 orang, 3 bulan
Hidrologi/Klimatologi pengalaman
min 5 tahun
f. Ahli Kehutanan S1, 1 orang, 3 bulan
pengalaman
min 5 tahun
g. Ahli Sosiologi S2, 1 orang, 3 bulan
pengalaman
min 5 tahun
TENAGA PENDUKUNG

a. Staf Administrasi S1, pengalaman 1 orang, 3 bulan


minimal 1 tahun
19. JADWAL TAHAPAN :
PELAKSANAAN
KEGIATAN
Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3
No Uraian Kegiatan Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Penyusunan
2. Laporan Pendahuluan
3. Pengumpulan data
4. Kompilasi, analisis data
5. FGD (Konsultasi Publik)
6. Analisa data dan penyusunan laporan
7. Seminar laporan akhir
8. Perbaikan Laporan Akhir
9. Laporan Akhir

20. LAPORAN : Laporan Pendahuluan memuat jadwal rencana kerja dan


PENDAHULUAN tahapan pelaksanaan pekerjaan, serta metodologi secara
lengkap dan terperinci. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya 21 (Dua Puluh Satu) hari kalender
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

21. Draft LAPORAN : Laporan Draft Konsep memuat hasil sementara pelaksanaan
AKHIR kegiatan berdasarkan analisa riil pengumpulan data.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya dan telah
dibahas dalam Forum Group Discussion bersama
masyarakat. Bulan ke 3 pada minggu ke 2 sebanyak 10
(Sepuluh) buku laporan.

22. LAPORAN AKHIR : Laporan Akhir merupakan penyempurnaan laporan draft


konsep laporan akhir dan sudah mendapatkan persetujuan
dari tim pembahas yang dibentuk oleh pihak kegiatan. Dan
siap untuk di dilakukan Validasi ke Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Lampung Laporan harus diserahkan selambat-
lambatnya: 3 (tiga) Bulan SPMK diterbitkan sebanyak 10
(Sepuluh) buku laporan

HAL-HAL LAIN

23. PRODUKSI DALAM : Semua kegiatan Pekerjaan Swakelola berdasarkan KAK ini
NEGERI harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan
pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

24. PERSYARATAN : Jika kerjasama dengan Pelaksana Swakelola lain diperlukan


KERJASAMA untuk pelaksanaan kegiatan Pekerjaan Swakelola ini maka
persyaratan berikut harus dipatuhi.
1. Tidak menambah nilai kontrak pelaksanaan pekerjaan;
2. Pelaksana Swakelola wajib memberitahukan kepada PPK
dan PPTK kegiatan ini;
3. Pelaksana Swakelola bertanggungjawab penuh atas
kerjasama yang dilakukan dan hasilnya

25. PEDOMAN : Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata


PENYUSUNAN KLHS Cara Penyelenggaraan KLHS

26. ALIH PENGETAHUAN : Jika diperlukan, Pelaksana Swakelola berkewajiban untuk


menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan
kerja Pejabat Pembuat Komitmen berikut:

Panaragan, September 2018

PENGGUNA ANGGARAN

PONG BUDIYONO, BA.

Anda mungkin juga menyukai