Anda di halaman 1dari 3

BIAYA MODAL DAN STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Biaya modal (cost of capital) mempunyai dampak yang besar terhadap nilai suatu perusahaan
multinasional (MNC). Untuk mendanai kegiatannya, MNC menggunakan struktur modal
(yaitu proporsi antara hutang dan modal) yang dapat meminimalkan biaya modalnya, dan
dengan demikian memaksimalkan nilai MNC.

BIAYA MODAL: LATAR BELAKANG

Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas dan hutang. Biaya dari laba ditahan
merupakan biaya oprtunitas.Biaya dari saham biasa baru juga menggambarkan suatu biaya
oportunitas. Biaya ini melebihi biaya dari laba ditahan karena mengandung beban-beban yang
berhubungan dengan penerbitan saham baru. Biaya dari hutang perusahaan adalah bunga
yang harus ditanggung perusahaan. Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur modal
yang akan meminimalkan biaya modal mereka. Biaya modal rata-rata tertimbang (yang
disimbolkan dengan kc) dapat diukur dengan persamaan:

( D+D E ) k (1±t )+( D+E E ) k


kc= d e

Dimana D adalah jumlah hutang perusahaan, kd adalah biaya hutang sebelum pajak, t adalah
tarif pajak korporasi, E adalah jumlah ekuitas perusahaan, dan ke adalah biaya dari ekuitas.

Keuntungan menggunakan hutang karena pembayaran bunga bersifat tax deductible. Akan
tetapi semakin besar penggunaan hutang meningkatkan kemungkinan kebangkrutan.

Trade off antara keunggulan hutang dan kelemahannya diilustrasikan dalam gambar 18.1

GAMBAR 18.1 Mencari Struktur Modal yang Tepat


Biaya modal

x
Rasio hutang
BIAYA MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Karakteristik khusus dari perusahaan multinasional yang membedakannya dengan perusahaan


domestik murni,yaitu:

1. Ukuran perusahaan. MNC yang sering kali meminjam dalam jumlah yang
substansial mungkin memperoleh perlakuan istimewa dari para kreditor, sehingga
mengurangi biaya modal mereka. Di samping itu, kapitalisasi dari penerbitan
saham atau obligasi mereka yang relatif besar memungkinkan mereka untuk
menurunkan biaya emisi sebagai persentase dari nilai emisi. Harus diingat bahwa
hal ini semata-mata diakibatkan oleh ukuran MNC, bukan oleh tingkat
keterlibatan MNC dalam bisnis internasional. Yaitu, perusahaan domestik murni
pun mendapat perlakuan yang sama jika ukurannya besar. Namun pertumbuhan
perusahaan bisa tertahan jika tidak mau berekspansi ke dalam pasar internasional.
Karena perusahaan multinasional bisa meraih pertumbuhan dengan mudah
dibanding perusahaan domestik murni, mereka mungkin lebih mampu meraih
ukuran yang diperlukan untuk meraih perlakuan yang istimewa dari para kreditor.
2. Akses ke dalam pasar modal internasional. Perusahaan multinasional bisa
mendapatkan dana dari pasar-pasar modal internasional. Karena biaya pendanaan
bervariasi antar pasar, akses MNC ke dalam pasar-pasar modal internasional
memungkinkannya untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah
dibandingkan perusahaan domestik murni. Di samping itu, perusahaan anak bisa
mendapatkan dana lokal dengan biaya lebih murah daripada perusahaan induknya
sendiri, jika suku bunga yang berlaku di negara tamu relatif rendah. Bentuk pem-
biayaan semacam itu dapat menurunkan biaya modal, dan tidak selalu menaikkan
exposure MNC terhadap risiko nilai tukar, karena pendapatan yang dihasilkan
oleh anak perusahaan kemungkinan besar akan didenominasi dalam valuta yang
sama valuta dari pinjaman. Dalam hal ini, anak perusahaan tidak perlu
mengandalkan kebutuhan pembiayaan dari induk, walaupun tetap membutuhkan
sejumlah bantuan manajerial dari induk.
3. Diversifikasi internasional. Biaya modal sebuah perusahaan berhubungan erat
dengan probabilitas kebangkrutannya (seperti yang ditunjukkan oleh Gambar
18.1). Jika arus kas masuk sebuah perusahaan berasal dari berbagai sumber di
seluruh dunia, arus kas masuk tersebut mungkin lebih stabil. Penalaran ini
didasarkan pada anggapan bahwa penjualan total tidak akan dipengaruhi secara
signifikan oleh satu perekonomian tunggal. Sejauh negara-negara individual
independen satu sama lain, arus kas neto dari suatu portofolio yang terdiri dari
perusahaan anak akan mengandung variabilitas yang lebih rendah, yang bisa
mengurangi probabilitas kebangkrutan dan dengan demikian menurunkan biaya
modal.
4. Exposure terhadap risiko nilai tukar. Arus kas sebuah perusahaan multi nasional
mungkin lebih bergejolak daripada arus kas perusahaan domestik yang ada dalam
industri yang sama, jika arus kas tersebut sangat terekpos terhadap risiko nilai
tukar. Perusahaan yang lebih terekspos terhadap fluktuasi nilai tukar biasanya
akan memiliki distribusi arus kas yang lebih bergejolak di periode-periode yang
akan datang. Karena kemungkinan kebangkrutan lebih tinggi jika arus kas masa
depan lebih tidak pasti, exposure terhadap nilai tukar bisa mengarah pada biaya
modal yang lebih tinggi.
5. Exposure terhadap ‘country risk’. Sebuah perusahaan multinasional yang
mendirikan anak-anak perusahaan di luar negeri menghadapi kemungkinan
disitanya aset-aset aak perusahaan oleh pemerintah tamu. Jika aset disita dan
kompensasi yang wajar tidak disediakan, probabilitas kebangkrutan MNC
meningkat. Semakin tinggi aset MNC yang diinvestasikan di luar negeri semakin
tinggi kemungkinan kebangkrutan (dan semakin tinggi pula biaya modal), ceteris
paribus.
6. Ada bentuk-bentuk country risk lain yang tidak sama bahayanya dengan penyitaan
aset walaupun tetap mempengaruhi arus kas perusahaan multinasional, seperti
perubahan undang-undang pajak oleh pemerintah tamu, dan sebagainya. Sebagai
contoh Exxon Corporation telah memiliki banyak pengalaman dalam menilai
kelayakan dan potensi di luar negeri. Jika Exxon melihat ada tanda-tanda akan
bergantinya pemerintah atau kebijakan pajak di suatu negara, Exxon akan
menambah premium ke dalam required rate of return dari proyek yang
berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai