Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH
(GKP0202)

Disusun oleh:

Nama : Chintya Aisyah Angelina


NIM : 19/439955/GE/08991
Hari, Waktu : Rabu, 11.00 – 13.00
Asisten : 1. Wahyu Lazuardi S.Si
2. Zulfa Nuraini Afifah S.Si

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH


DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
Acara 2 Waktu Praktikum Nilai :
Pengenalan jenis-jenis citra 11.00 – 13.00
Disusun oleh Asisten Praktikum Tanggal Praktikum
Chintya Aisyah 1. Wahyu Lazuardi Rabu
Angelina S.Si 11 Maret 2020
19/439955/GE/08991 2. Zulfa Nuraini Afifah
S.Si
Tujuan
Memperkenalkan jenis-jenis citra pengindraan jauh dan melatih kemampuan untuk mengenalinya.
Bahan dan Alat
Bahan :
1. Beberapa citra cetak
2. Lembar isian
Alat :
1. Alat tulis
Lampiran (hasil praktikum dilampirkan)
1. tabel identifikasi spesifikasi citra
2. Tabel kenampakan karakteristik visual
Langkah Kerja

Citra Pengindraan
Alat Tulis
Jauh

Memilih 5 Citra
Memilih dan Mencari Citra
Pengindraan Jauh dengan
Pengindraan Jauh (softfile)
Berbagai Komposit (Cetak)

Mengidentifikasi Kenampakan
Karakteristik Visual Berupa Mengidentifikasi
Air, Tanah,Vegetasi, Jalan, dan Spesifikasi Citra
Bangunan

Tabel Kenampakan Tabel Spesifikasi


Karakteristik Visual Citra

Input
Proses Output

Pembahasan
Citra adalah gambaran objek muka bumi dari hasil rekaman yag dilakukan dengan
menggunakan satelit. Citra dibedakan menjadi dua yaitu, citra foto dan citra non-foto. Citra foto
merupakan citra yang berupa lembaran-lembaran foto sedangkan, citra non-foto adalah citra yang
dibuat berdasarkan penggunaan sensor elektronik. Spectrum elektromagnetik yang diterima sensor
lalu direkam pada pita magnetik. Sensor yang digunakan pada citra pengindraan jauh adalah
sensor pasif dan sensor aktif.
Sistem pengindraan jauh aktif merupakan sistem pengindraan jauh yang merekam energi
elektromagnetik yang dipancarkan oleh sistem pengindraan jauh itu sendiri. Sistem pengindraan
jauh pasif adalah sistem pengindraan jauh yang tidak memiliki sistemnya sendiri untuk
memancarkan gelombang elektromagnetik. Kedua sistem ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
Sistem pengindraan jauh aktif lebih mudah untuk digunakan karena tidak bergantung kepada cuaca
dan iklim tetapi dalam pengunaannya membutuhkan biaya yang mahal. Sistem pengindraan jauh
pasif bergantung kepada cuaca dan iklim oleh karena itu sistem ini membutuhkan cahaya matahari
sebagai energi. Sistem ini biasanya digunakan pada pagi hari.
Pengindraan jauh sangat berkaitan dengan resolusi sebab resolusi merupakan tolak ukur citra
pengindraan jauh. Resolusi merupakan kemampuan sistem optik-elektronik untuk membedakan
informasi spasial berdekatan atau mempunyai kemiripan (Swain dan Davis, 1978). Semakin tinggi
resolusinya semakin tinggi pula tingkat detail suatu citra tersebut (Putra, 2010). Resolusi dibagi
menjadi empat yaitu spasial, temporal, spectral, dan radiometrik. Resolusi spasial adalah bentuk
terkecil dari permukaan bumi yang dapat dibedakan dengan bentuk lainnya. Citra Alos memiliki
resolusi spasial 200 m yang artinya dalam satu pixel di dalam citra mewakili 200 m di lapangan.
Citra Aster VNIR memiliki resolusi spasial 15 m dan citra SPOT-5 memiliki resolusi spasial 10m
yang artinya tiap satu kotak pixel mewakili 15 m dan 10m di lapangan.
Resolusi temporal adalah interval waktu yang dibutuhkan untuk merekam suatu lokasi yang
sama. Semakin lama sensor membutuhkan waktu untuk merekam maka semakin rendah resolusi
temporalnya dan sebaliknya (Syah,2010). Satelit Alos membutuhkan waktu untuk mengorbit 14 hari
dan satelit world view membutuhkan waktu 97 menit. Resolusi temporal tinggi berkisar antara : 4-16
hari dan resolusi temporal rendah besar dari 16 hari (Suwargana, 2013). Data pengindraan jauh
multitemproral cukup membantu dengan pengidentifikasian dan efisien biaya untuk mengetahui
keadaan di masa lampau.
Resolusi spektral adalah kemampuan sistem untuk membedakan informasi berdasarkan
pantulan dan pancaran. Sensor ini menunjukkan kerincian gelombang berupa penggunaan
beberapa sensor elektromagnetik atau disebut Band. Band tidak dapat digunakan secara terpisah
untuk dapat di interpretasikan dan dibaca oleh mata normal. Terlihat pada citra Landsat-8 OLI
dengan komposit 567 pada Band 5 bagian NIR kenampakan yang terlihat paling jelas dalah
vegetasi sedangkan pada Band 6 dan 7 bagian dari SWIR yang terlihat paling jelas adalah tanah,
oleh karena itu terjadi pencampuran antara warna tanah dan vegetasi sehingga citra terlihat
bewarna hijau kekuningan. Kenampakan air pada citra ini sangat sedikit sehingga, air yang terlihat
bewarna hitam pekat. hasil komposit digital dan hasil cetak dapat memiliki warna dengan tingkat
ketajaman yang berbeda oleh karena itu, kesalahan dalam interpretasi mungkin terjadi. Citra
inframerah termal daerah Modjoagung memiliki kenampakan air yang bewarna biru indigo, tanah
dengan waran yang bervariasi biru,ungu,dan oranye disebabkan oleh adanya perbedaan suhu.
Serta vegetasi yang bewarna biru tua.
Resolusi radiometrik adalah kemampuan sensor dalam mencatat respon spectral objek.
Selain itu dapat juga disebut sebagai julat (range). Julat tersebut dapat berupa berupa 2 bit (0-1), 3
bit (0-3), 4 bit (0-15), 5 bit (0-31), 6 bit (0-63), 7 bit (0-127), 8 bit (0-255),10 bit (0-1023), 16 bit (0-
65535). Semakin tinggi resolusi radiometrik maka akan semakin tinggi pula bit yang dimiliki. Alos-2
memiliki resolusi radiometrik sebesar 8 bit yang artinya 256 untuk tingkat kecerahan. 0 untuk sinyal
terlemah (hitam) dan 256 untuk sinyal terkuat (putih).
Pengenalan pola spectral objek bagus untuk menjadi pemandu dalam mengenali objek yang
ada pada citra. Setiap objek mempunyai saluran Panjang yang berbeda-beda sebagai ciri dari
masing-masing objek tersebut. Terdapat tiga objek utama yang berada di permukaan bumi yaitu
air,tanah, dan vegetasi. Objek vegetasi di pengaruhi oleh pigmen daun yaitu klorofil, karena klorofil
banyak menyerap gelombang hijau sehingga vegetasi menjadi hijau. Objek tanah pantulannya
dipengaruhi oleh kelembapan tanah, kekasaran ,dan tekstur. Tanah yang kering pantulannya akan
lebih cerah dibandingkan dengan yang gelap. Objek air pada citra dipengaruhi oleh pantulan
cahaya dari langit oleh karena itu air terlihat bewarna biru.
Tanah memiliki hasil pantulan spectral yang dominan dan sedikit yang diserap. Pada kurva
pantulan spectral mulai dari inframerah sampai inframerah jauh tanah memiliki kurva pantulan yang
semakin meningkat. Perbedaan pantulan pada tanah ini terlihat jelas pada rentang 1,4-1,5
mikrometer. Untuk membedakan tanah dan air pada spectral NIR mulai dari Panjang gelombang
0,8 mikrometer tanah memiliki pantulan semakin meningkat sedangkan air lama kelamaan akan
menurun lalu menghilang. Untuk membedakan objek tanah dan vegetasi dapat dilihat pada kurva
1,4-1,5 objek tanah terlihat tinggi walaupun ada sedikit penurunan, tetapi pada objek vegetasi
terjadi penurunan yang drastis.
Kurva vegetasi dan air terlihat berbeda pada Panjang gelombang 0,8 mikrometer. Jika
diperhatikan dapat dilihat bahwa kurva air yang terus menurun dan kurva vegetasi yang terus
melaju naik. Panjang gelombang 1,5 merupakan Panjang gelombang yang paling baik dalam
membedakan ketiga objek air, tanah, dan vegetasi karena terlihat jelas kurva merah (tanah) yang
meningkat walapun ada sedikit penurunan, kurva hijau (vegetasi) menurun drastis sedangkan pada
kurva biru(air) tidak terlihat sama sekali sebab posisi kurva air tersebut berada pada titik nol yang
nantinya air akan terlihat bewarna gelap atau kehitaman.
Citra dibedakan menjadi citra multiband dan citra singleband berdasarkan komposisi
warnanya. Citra single band adalah citra yang hanya memiliki satu jenis warna saja dan biasa
tampilan pada citra bewarna hitam-putih atau bisa disebut juga grey scale. Pada singleband
vegetasi akan terlihat bewarna abu-abu, tanah bewarna abu-abu terang hingga putih, dan air akan
bewarna hitam gelap. Citra multiband adalah citra yang memberikan tampilan bewarna (komposit)
contohnya ada pada citra Landsat 8 OLI komposit 432 air bewarna biru gelap, tanah bewarna
coklat, dan vegetasi yang bewarna hijau gelap. Pada Landsat-8 OLI komposit 532 sebagian jawa
tengah terlihat air bewarna biru tua karena jumlanhnya sedikit di NIR, tanah terus meningkat dan
bewarna merah jingga, dan vegetasi yang bewarna merah. Landsat Aster komposit RGB3N/2/1
sebagian daerha jawa timur air bewarna biru tua, tanah bewarna ungu muda, dan vegetasi yang
bewarna kekuningan. Perbedaan rona atau warna pada citra terjadi karena adanya perbedaan
penggunaan band yang disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan peta.

Kesimpulan
citra merupakan gambaran visual bentuk meuka bumiyang direkam mengunakan perangkat
pengindraan jauh. Citra digolongkan menjadi dua jenis yaitu citra foto dan citra non foto. Citra foto
merupakan citra yang berupa lembaran foto sedangkan citra non-foto adalh citra yang dibuat
berdasarkan sensor elektronik contohnya adalah citra inframerah termal dan citra satelit. Sensor
yang bekerja pada citra terbagi menjadi dua yaitu, sensor aktif dan pasif. Citra memiliki empat
macam resolusi diantaranya, spasial yang merupakan resolusi yang berkaitan dengan objek
terkecil. Resolusi temporal yang berkaitan dengan tempo waktu lamanya perekaman objek pada
wilayah yang sama. Resolusi radiometric yaitu kemampuan sensor dalam pencatatan respon
spectral objek dan resolusi spectral yang berkaitan dengan Panjang gelombang dan jumlah band
yang dihasilkan.
Daftar Pustaka

Putra, Darma. 2010. Pengolahan Citra Digital.Yogyakarta:Penerbit Andi


Suwargana, N. 2013. Resolusi Spasial, Temporal Dan Spektral Pada Citra Satelit
Landsat, Spot Dan Ikonos. Jurnal Ilmiah Widya. 1(2) : 167-174
Swain,P. H., and Davis,S. M. (ed)(1978)RemoteSensing:The QuantitativeApproach. McGraw-Hill,
Inc. NY, NY. 396 pp
Syah, A.F. 2010. Penginderaan Jauh Dan Aplikasinya Di Wilayah Pesisir Dan
Lautan. Jurnal Kelautan. 3(1). 18-28

Anda mungkin juga menyukai