Anda di halaman 1dari 9

BUDIDAYA ANGSA PETELUR

A. Penyediaan Kandang Angsa


1. Untuk satu ekor angsa memerlukan kandang berukuran 1×1 m
2. Angsa yang tidak betah berada di kandang, maka kita harus membuatkan
pekarangan agar angsa tersebut mudah untuk diawasi dan tidak berkeliaran
terlalu jauh. Untuk pekarangan berukuran 3-4 x 1 m
3. Menggunakan atap yang tidak bocor misalnya genteng, seng, asbes atau
sejenisnya.
4. Terdapat tempat pakan, misalnya baskom atau ember
5. Air sebaiknya berada di luar kandang (pekarangan) agar kandang tetap kering.
Sebaiknya menyediakan air yang cukup sehingga dapat digunakan untuk
mencelupkan kepala angsa dan mandi. Jika tidak, maka angsa akan terserang
penyakit korosi pada paruh, hidung, dan mata yang akan menimbulkan kerak
yang menutupi bagian luar paruh, hidung dan mata.
6. Membuat sarang untuk bertelur. Sarang bisa dibuat dari jerami kering, rumput
atau sejenisnya. Ukuran sarang telur 30x30x30 cm
7. Kandang harus terkena cahaya matahari secara langsung, biasanya kandang
yang diuat menghadap ke timur
8. Lantai kandang dapat berupa tanah, semen atau kayu. Usahakan lantai tetap
terjaga kering. Untuk itu disarankan lantai kandang terbuat dari semen agar
mudah dibersihkan.
9. Untuk kandang angsa bagian samping diusahakan tertutup rapat agar angin tidak
mudah masuk. Bisa juga menggunakan plastik untuk menutup sekeliling
kandang.

Selain itu pentingnya juga dalam merawat kebersihan kandang yang harus
secara rutin dibersihkan. Misalnya dengan membersihkan kandang dari sisa pakan
maupun kotoran angsa serta dengan memcuci atau membersihkan tempat makan
dan minum yang berfungsi agar angsa terjaga kesehatannya serta kecantikan pada
bulunya. Penyakit angsa yang sering menyerang adalah snot (penyakit pilek) dan
lumpuh karena infeksi bakteri atau karena jeratan benang yang melilit kaki.

B. Penyediaan Bibit

Sebelum melakukan budidaya anda perlu menentukan jenis angsa yang ingin
anda peliharaan apakah angsa petelur untuk tujuan menghasilkan telur atau angsa
pedaging untuk menghasilkan daging. Jika anda ingin memelihara angsa petelur
maka anda pilih jenis angsa yang memiliki produksi telur banyak da apabila anda
ingin memelihara angsa pedaging maka pilihlah angsa yang memiliki pertumbuhan
daging yang cepat.
Jenis bibit angsa yang terkenal diantaranya adalah Toulouse, Embden dan
African yang tergolong paling berat tubuhnya, Pilgrim yang berat tubuhnya
pertengahan dan Chinese yang paling ringan beratnya. Walaupun demikian,
kecepatan pertumbuhan dan kemampuan berproduksi telur pada jenis bibit yang
sama belum tentu akan sama hasilnya. Jadi dari pengalaman berternak nantinya,
pilihlah bibit dari induk yang pertumbuhannya paling cepat dan menghasilkan
banyak telur.
Biasanya angsa paling baik dijodohkan sepasang atau bertiga. Angsa jantan
yang perkasa akan puas mendapat jodoh dengan 4 atau 5 betina. Apabila mereka
telah memilih sendiri pasangannya, maka banyak sekali jantan berpasangan dengan
betina yang sama dari tahun ke tahun. Jumlah telur yang dihasilan pada tahun ke
dua akan lebih vanyak dari tahun pertama. Prosentase keberhasilan
penetasannyapun semakin baik. Induk angsa dapat terus memproduksi telur sampai
10 tahun. Dari hasil penelitian, kemampuan reproduksi angsa jantan lebih cepat
menurun dibandingkan angsa betina.
Ambil telur dua kali tiap hari, terutama pada musim hujan. Selalu hati-hati
dalam pengentasan telur. Berihkan bilamana dipandang perlu. Temperatur yang
paling baik pada tempat penyimpanan telur adalah 7 sampai 13°C dengan
kelembaban relatif paling kecil 70%. Bila telur akan disimpan lebih dari dua hari,
balikkan tiap hari agar prosentase penetasannya meningkat. Apabila cara
penyimpanan telur kurang baik, prosentase penetasan ini menurun setelah telur
disimpan 6 - 7 hari. Apabila cara penyimpanannya tepat telur dapat bertahan 10
sampai 14 hari dengan hasil pengentasan yang tidak berkurang.
Masa penginkubasian telur angsa yang paling umum adalah antara 29 sampai
30 hari. Empat sampai enam telur dapat diinkubasi pada setelan untuk ayam betina
sedangkan 10 sampai 12 telur pada setelan angsa. Balikkan telur tiga atau lima kali
sehari apabila incubator tidak bekerja sendiri. Angka bilangan pembalikkan telur
harus ganjil untuk mencegah letak telur berada pada posisi yang sama tiap malam.
Apabila telur dieram oleh induk ayam, ambilah anak angsa dari sarang segera
setelah dientaskan. Simpan di tempat yang hangat sampai beberapa jam. Apabila
anak angsa tidak segera diambil, maka induk ayam mungkin akan meninggalkan
sarangnya lebih awal sebelum semua telur menetas.

C. Penyediaan Pakan
Hal yang harus diperhatikan adalah keseimbangan nutrisi agar
pertumbuhannya baik. Untuk pakan bisa kita berikan jagung, gandum, daging
bekicot cacah, ampas tahu, nasi aking (nasi sisa makanan yang dikeringkan di
bawah terik sinar matahari) dan pakan pakan tambahan seperti dedak yang
dicampur sayuran ataupun sisa-sisa makanan. Untuk anakan angsa bisa juga
diberikan pakan jenis voer dengan kandungan proteinnya yang tinggi yang dapat
membantu pertumbuhan bagi anakan angsa.
Dalam masa perkembangbiakan dan pemeliharaan, sebaiknya pemberian
pakan yaitu 15% protein ditambahkan vitamin dengan kadar yang sama. Dengan
begitu pertumbuhan dan perkembangan angsa akan cepat meningkat, sehingga
produksi telur dan daging juga akan meningkat.

D. Pemeliharaan
Jika bibit yang kita beli berupa induk angsa, kita tidak akan kesulitan dalam
merawatnya. Akan tetapi, apabila kita pelihara adalah anak-anak angsa, terutama
anak-anak angsa yang baru menetas, kita memerlukan persiapan dengan lebih baik
karena kondisi anak-anak angsa tersebut masih lemah.
Jika anak angsa yang dipelihara jumlahnya sedikit peliharalah dalam sangkar
kecil yang dilengkapi dengan lampu. Jika anak angsa yang dipelihara jumlahnya
cukup banyak, peliharalah dalam kandang yang menggunakan pembatas. Sebelum
anak angsa datang persiapkanlah kandang atau sangkar dengan baik. Sikatlah
dinding, langit-langit, dan lantai. Gunakanlah sabun terutama untuk mencuci lantai.
Berilah pemanas berupa lampu listrik atau lampu minyak, jika anak angsa
yang dipelihara berumur kurang dari satu minggu. Pakailah lampu 40 watt dan
gantungkan di tengah kotak sangkar atau kandang kira-kira 9-12 cm di atas lantai.
Gunakanlah lampu secukupnya dan aturlah ketinggian lampu sedemikian rupa
hingga memberikan kenyamanan bagi anak angsa. Gantungkanlah termometer
dekat lampu, tingginya tepat sama dengan tinggi punggung angsa. Termometer
gunanya untuk mengukur suhu udara, dengan termometer bisa diketahui secara
tepat tingkat suhu (panas) yang cocok bagi angsa.
Anak-anak angsa yang kepanasan biasanya gelisah, ribut, menjauhi lampu,
dan saling patuk (kanibalisme). Pada saat terjadi saling patuk biasanya anak angsa
satu mematuk anak angsa lainnya sampai luka dan berdarah. Luka tersebut menarik
anak-anak angsa lainnya untuk ikut mematuk sehingga anak angsa yang dipatuk itu
mati. Kanibalisme juga terjadi akibat kandang yang terlalu padat sehingga anak-
anak angsa berdesakan. Atau, tidak cukup makanan dan air minum sehingga anak-
anak angsa berebutan untuk men- dapatkannya.
Di dalam kandang anak angsa sebaiknya disediakan batas, letaknya tepat di
bawah lampu. Batas tersebut bisa terbuat dari karton atau bilah-bilah bambu yang
dirangkai. Tinggi pembatas kira-kira 30 cm. Letakkanlah pembatas itu di atas
lantai. Lampu harus terletak di tengah-tengah.
Pembatas ini bisa membuat anak angsa dekat dengan sumber panas, makanan
dan air minum, dan mencegah angin yang berembus langsung ke lantai. Pembatas
itu harus dapat berdiri dengan tegak sehingga tidak roboh dan melukai anak angsa.
Anak angsa dapat panik atau terkejut jika dikejutkan oleh suara keras,
misalnya oleh suara halilintar. Pada saat panik anak angsa akan lari dengan arah
yang sama. Kalau pembatas ini dibuat berbentuk persegi, anak-anak angsa akan
bertumpuk di satu sudut. Anak-anak angsa saling tumpang tindih dan yang tertindih
dapat sulit bernapas dan mati. Hal seperti ini tidak akan terjadi jika pembatas
berbentuk lingkaran.
Jika kita telah meletakkan pembatas di lantai berilah alas (litter) berupa
serbuk gergaji, kulit padi, kulit kacang atau jerami yang dicacah setebal 4-6 cm.
Litter yang ditaburkan ini harus bersih, kering, dan bisa menyerap air sehingga
dapat memberi kehangatan bagi anak-anak angsa. Jika litter basah atau kotor,
ambillah bagian yang kotor tersebut, lalu ganti dengan litter yang bersih dan kering.
Pada saat anak angsa ini sudah tumbuh besar, perbesarlah luas pembatas
sehingga anak-anak angsa mendapat ruang gerak yang cukup leluasa. Lalu,
tambahkanlah litter ke dalamnya. Setelah beberapa minggu pada saat anak-anak
angsa sudah tidak membutuhkan lagi pembatas, anak-anak angsa itu bisa
dikeluarkan dari kandang, Jangan menggunakan kertas koran, plastik, atau bahan-
bahan lain yang permukaannya licin untuk alas kandang. Permukaan yang licin bisa
membuat kaki anak angsa luka sehingga pincang.
Letakkanlah tempat makan dan minum di dalam pembatas sehingga mudah
dicapai oleh anak angsa. Tempat minum sebaiknya terbuat dari plastik atau bahan-
bahan lain yang tidak berkarat. Tempat minum dari plastik mudah didapat di toko-
toko yang menjual makanan ternak (poultry shop). Jika poultry shop tidak ada kita
bisa membuat tempat minum dari batok kelapa atau dari ruas-ruas bambu. Tempat
makan bisa terbuat dari kayu, bambu, atau seng. Tempat makan dari seng bisa
dibeli di poultry shop.
Sehari sebelum anak angsa datang, nyalakanlah lampu dan ukurlah suhu
udara di atas lantai dengan termometer yang digantung- kan di tempat itu. Untuk
menciptakan suhu udara yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak angsa, kita bisa
melakukannya dengan coba-coba, yaitu dengan mengatur ketinggian lampu. Suhu
yang cocok bagi anak angsa biasanya adalah 99° F atau 372°C.
1. Pemberian Pakan dan minum
Makanan angsa tidak jauh berbeda dengan unggas lain yaitu seperti
dedak beras, atau hewan kecil dan berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh
ditanah, tapi untuk lebih memaksimalkan pertumbuhan sebaiknya anda
memberikan pakan unggas angsa 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari,
sedangkan untuk siang hari biarkan angsa mencari makan secara mandiri.
Dari hasil penelitian menunjukkan angsa tidak dapat mencerna serat
kasar, tetapi kebutuhan makanannya dapat mencapai 5 X lebih besar. Karena
kakinya mempunyai selaput renang maka angsa dapat memanfaatkan lahan
yang basah dan berair untuk mencari makan.
Untuk angsa yang d ipemelihara dalam kandang, berikan campuran
pakan berikut :
1 bagian bijian, 3 bagian hijauan yang di cacah dan 2 bagian makanan
seperti dedak dan campuran tsb diberikan 2 kali sehari. makanan hijauannya
bisa berupa rumput segar, dedaunan seperti kobis, dan hijauan lainnya. Bila
tidak ada hijauan. bisa menggunakan pakan dedak dan pakan buatan lainnya.
penting untuk Air yang disediakan hendaklah yang cukup sehingga dapat
digunakan untuk mencelupkan kepala angsa dan mandi. Kalau tidak, lama-
kelamaan angsa akan menderita penyakit korosi pada paruh, hidung dan mata
yang akan menimbulkan seperti kerak yang menutupi bagian luar paruh, dan
tubuh yang saya jelaskan.
2. Pengendalian Penyakit
a. Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)
Penyebab : Penyakit Avian Encephalomyelitis disebabkan oleh virus RNA
dari family Picornaviridae. Penyakit AE umumnya menyerang anak ayam
umur 1-4 minggu, sedang pada ayam petelur hanya mengakibatkan
penurunan produksi telur antara 5-20%, yang mempengaruhi daya tetas
telur yang diproduksinya. Bila diingat bahwa Penyakit AE ini ditularkan
melalui telur maka “Breeder” yang paling dirugikan akibat serangan
penyakit ini.
Gejala klinis ; Pada anak ayam umumnya umur 1-2 minggu ditemukan
gejala antara lain ayam awalnya tampak sayu, diikuti ataksia karena adanya
inkoordinasi dari otot-otot kaki, sehingga ayam dapat jatuh ke samping
dengan kedua kaki terjulur ke satu sisi, tremor pada kepala dan leher
terutama bila dipacu, keadaan akan berlanjut dengan kelumpuhan dan
diakhiri dengan kematian. Pada ayam petelur gejala yang terlihat hanyalah
penurunan produksi telur antara 5-10% dan tidak diikuti gejala gangguan
syaraf. Pada ayam pembibitan ditemukan adanya daya tetas telur yang
menurun dan anak ayam yang ditetaskan akan banyak tertular penyakit AE.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi.
Cara pengobatan belum ada. Pada ayam yang masih hidup dapat diberikan
ransum pakan yang baik disertai vitamin dan elektrolit.
b. Penyakit Avian Influenza (AI) / Flu Burung
Penyebab : Penyakit Avian influenza (AI) pada unggas yang disebabkan
oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7. Semua unggas dapat
terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam dan
kalkun. Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi
karena dapat mencapai 100%. Virus ss-RNA yang tergolong family
Orthomyxoviridae, dengan diameter 80-120 nm dan panjang 200-300 nm.
Gejala Klinis : Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara
lain adalah, jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak
ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan. Adanya perdarahan pada
kaki berupa bintikbintik merah (ptekhie) atau biasa disebut kerokan kaki.
Keluarnya cairan dari mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan
kepala, diare, batuk, bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan
produksi telur, kerabang telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis,
lumpuh dan gemetaran. Kematian terjadi dengan cepat. Sementara itu pada
LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat dengan jelas.
Pencegahan dan Pengobatan : Belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan Avian Influenza. Usaha yang dapat dilakukan adalah
membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu
makannya dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta
mencegah infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik. Dapat pula
diberikan pemanasan tambahan pada kandang.
c. Penyakit Cacar Unggas
Penyebab : Penyakit cacar unggas disebabkan oleh DNA Pox virus ukuran
besar. Terdapat 4 strain
Pox virus unggas yang mirip satu sama lain dan secara alami menginfeksi
spesies unggas sesuai dengan namanya, yaitu : Virus Fowl pox, Virus
Turkey pox, Virus Pigeon pox dan Virus Canary pox.
Gejala Klinis : Cacar dapat terjadi dalam salah satu bentuk yaitu bentuk
kulit atau bentuk difterik, ataupun kedua bentuk tersebut. Gejala klinis
bervariasi tergantung pada : kepekaan inang/hospes, virulensi virus,
distribusi lesi dan faktor komplikasi yang lain. Gejala umum yang timbul
adanya pertumbuhan yang lambat pada unggas muda, penurunan telur pada
periode bertelur,adanya kesulitan bernapas dan makan.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian vaksin. Seperti penyakit virus yang lain, untuk penyakit cacar
tidak ada obat yang spesifik dan efektif.

E. Panen
Tidak ada ketentuan khusus untuk waktu panen. Kita bisa menyeleksi angsa
mana yang sudah siap dipanen dan belum. Namun perlu dipertimbangkan bahwa
angsa terlalu tua dagingnya lebih alot. Pada umumnya angsa dapat dipanen saat
berumur 4 hingga 6 bulan. Sedangkan apabila ingin memanen telur, biasanya saat
angsa berumur 1 tahun. Untuk angsa petelur, masa produktivitas angsa mencapai
usia 10 tahun. Dalam sekali bertelur, angsa dapat menghasilkan hingga lebih dari
10 butir. Apabila ingin mengembangbiakkan angsa, sebaiknya mengawinkan angsa
jantan dengan angsa betina. Lalu indukan tersebut akan bertelur dan
mengeraminya.

F. Pasca Panen
Hasil akhir dari ternak bebek bisa berupa:
1. Telur angsa
2. Daging angsa
3. Bulu dapat diolah menjadi kerajinan tangan
4. Tinja/kotoran angsa dapat menjadi pupuk.

Anda mungkin juga menyukai