Anda di halaman 1dari 120

DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN-MENENGAH I

BAB I
SIKLUS AKUNTANSI

1
DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN-MENENGAH I

SISTEM AKUNTANSI BERPASANGAN (DOUBLE-ENTRY ACCOUNTING SYSTEM)

Sistem akuntansi berpasangan mengenal dua Dari persamaan itu dapat disimpulkan:
istilah, yaitu debit (Dr) dan kredit (Cr). Debit dapat 1. Saldo normal (letak yang seharusnya) akun
diartikan sebagai kiri dan kredit dapat diartikan sebagai aktiva adalah disebelah debit sedangkan akun
kanan (Kieso, et.al, 2004). Total nilai yang ada disebelah hutang dan ekuitas memiliki saldo normal kredit.
debit (kiri) harus sama (seimbang) dengan total nilai Artinya pada saat penutupan buku saldo akhir aktiva
disebelah kredit (kanan). Dalam sistem akuntansi harus disebelah debit sedangkan hutang dan ekuitas
berpasangan, debit harus sama dengan kredit (Dr = Cr). harus disebelah kredit.
Sistem akuntansi berpasangan didasarkan pada 2. Aktiva bertambah disebelah debit dan berkurang
persamaan dasar akuntansi, yaitu: disebelah kredit. Hutang dan ekuitas bertambah

Aktiva = hutang + ekuitas disebelah kredit dan berkurang di sebelah debit.

Aktiva merupakan harta entitas atau sumberdaya 3. Bila dikaitkan dengan pendapatan dan biaya

entitas yang digunakan untuk menjalankan operasi maka:

usaha. Aktiva bersumber dari pendanaan kreditur  Pendapatan akan menambah ekuitas/modal,

(hutang) maupun setoran dari pemegang saham (pemilik) sehingga saldo normal pendapatan sama dengan

dan hasil usaha periode sebelumnya (ekuitas). Apabila ekuitas (sebelah kredit). Apabila pendapatan

persamaan dasar akuntansi dihubungkan dengan terjadi dicatat disebelah kredit.

keseimbangan debit dan kredit maka:  Biaya-biaya akan mengurangi ekuitas/modal,

Dr (Aktiva) = Cr ( Hutang + Ekuitas) sehingga saldo normal biaya disebelah debit dan
apabila biaya terjadi dicatat disebelah debit.

SIKLUS AKUNTANSI
Siklus akuntansi merupakan tahapan-tahapan perpindahan bahan baku dari suatu departemen
yang dilalui dalam memproses transaksi akuntansi. ke departemen lainnya atau penggunaan aktiva
Akuntansi merupakan salah satu system informasi yang tetap.
memproses data keuangan yang berasal dari transaksi 2. Peristiwa eksternal, yaitu peristiwa-
atau peristiwa- peristiwa (events) menjadi suatu peristiwa yang terjadi antara pihakl entitas dengan
informasi yang berguna untuk membantu pembuatan pihak lain di luar entitas. Misalnya interaksi
keputusan. Peristiwa-peristiwa yang terdapat pada suatu entitas dengan pihak pemasok atau pembeli atau
entitas dapat diklasifikasi atas: dengan
1. Peristiwa Internal, yaitu peristiwa-
peristiwa yang terjadi didalam suatu entitas tanpa
melibatkan pihak di luar entitas. Misalnya

2
DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN-MENENGAH I

3. pemegang saham. Peristiwa eksternal 1. Transaksi Penerimaan Kas


ini sering disebut sebagai transaksi, yaitu 2. Transaksi Pengeluaran Kas
pertukaran yang terjadi antara dua pihak (entitas 3. Transaksi Pembelian Kredit
dan pihal luar) dimana salah satu pihak 4. Transaksi Penjualan Kredit
mengorbankan atau menerima suatu nilai. 5. Penyesuaian dan perisiwa lainnya yang tidak
Tidak semua peristiwa- peristiwa atau transaksi yang bisa dikategorikan pada keempat transaksi
terjadi dan melibatkan entitas harus dicatat. Peristiwa sebelumnya.
atau transaksi yang dicatat hanya peristiwa-peristiwa Untuk memproses data yang diperoleh dari
atau transaksi yang berpengaruh terhadap posisi harta transaksi atau peristiwa tersebut selama satu perioda
(aktiva), hutang dan ekuitas. akuntansi atau tahun pembukuan diperlukan tahapan
Untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat sistematis atau siklus akuntansi. Siklus itu dapat
maka diperlukan suatu tahapan-tahapan yang sistematis digambarkan sebagai berikut:
untuk memproses peristiwa-peristiwa atau transaksi-
transaksi. Peristiwa-peristiwa atau Transaksi-transaksi
yang datanya hendak ditangkap (data capturing) dan
diproses menjadi informasi keuangan dapat
dikategorikan atas:

3
Dokumen (Bukti Pengklasifikas
Pencatatan
Data Transaksi) Jurnal ian
(Penjurnalan)
(Pemostingan

Membuat
Ayat jurnal Buku Akun-akun
pembalik Pembantu buku besar

Tutup
akun-akun Neraca
nominal saldo

Pemadanan
Menyusun Membuat Klasifikasi Lembar jurnal
dan
Laporan Kertas penyesuai (jurnal umum)
an Melakukan
Keuangan Kerja
penyesuaian

Untuk memproses data akuntansi 5. Mengumpulkan atau mengiktisarkan


menjadi informasi yang berguna untuk pembuatan saldo dari masing-masing akun di buku besar
keputusan, aktivitas berikut dilakukan dalam ke Neraca Saldo (Trial Balance).
pemrosesan data: 6. Menganalisa masing-masing akun
1. Merancang nomor-nomor dan nama- untuk menemukan akun yang perlu
nama akun yang akan terpengaruh oleh disesuaikan dengan membuat jurnal
transaksi. Akun merupakan tempat untuk penyesuaian (Adjustment).
menampung data aktiva, hutang atau 7. Memosting penyesuaian akun dan
modal/ ekuitas. membuat neraca saldo disesuaikan (Adjusted
2. Menangkap data dari peristiwa- trial Balance)
peristiwa atau transaksi dalam dokumen 8. Menyusun laporan keuangan
sumber. 9. Menutup akun-akun nominal ke laba
3. Melakukan pencatatan data transaksi ditahan atau modal
(penjurnalan) ke jurnal dan ke Buku 10. Membuat ayat jurnal pembalik, jika
Pembantu (Subsidiary Ledger). perlu
4. Mengklasifikasi atau memosting data
ke masing-masing akun yang terpengaruh di
buku besar (General Ledger)

1. Mencatat data dari dokumen sumber ke jurnal dan Buku Pembantu


Dokumen sumber (Source Document) atau transaksi. Dokumen sumber dapat dibedakan
merupakan dokumen yang digunakan untuk dari jenis transaksi. Misalnya untuk transaksi
menangkap atau merekam data peristiwa-peristiwa penerimaan kas dokumen sumbernya adalah Bukti
Penerimaan Kas. Untuk Transaksi Pengeluaran Kas, dan mempengaruhi posisi aktiva, hutang atau
dokumen sumbernya adalah Bukti Pengeluaran ekuitas/modal. Jurnal merupakan sarana
Kas. Transaksi Penjualan ditangkap di Faktur pencatatan awal (Book of Original Entry). Jurnal
(penjualan), sedangkan transaksi pembelian yang paling sederhana adalah jurnal umum, yaitu
ditangkap melalui Bukti Penerimaan Barang atau catatan kronologis atas peristiwa-peristiwa yang
Tagihan Pemasok atau Konosemen (Bill of Lading). ditunjukkan dalam kolom debit dan kredit. Apabila
Masing-masing bukti tersebut merupakan bukti ukuran perusahaan semakin besar, maka jurnal
atas terjadinya suatu transaksi. umum tidak memadai lagi untuk mencatat seluruh
Dokumen-dokumen sumber dicatat ke peristiwa-peristiwa sehingga diperlukan jenis jurnal
Jurnal. Jurnal merupakan buku atau sarana untuk yang lain yang disebut sebagai jurnal khusus. Jurnal
mencatat seluruh peristiwa-peristiwa atau khusus membagi jurnal atas jenis transaksinya.
kejadian-kejadian yang terjadi pada suatu entitas
Pencatatan ke jurnal Umum
Jurnal umum terdiri dari kolom-kolom kredit. Jurnal Umum dapat digambarkan sebagai
tanggal, Akun dan keterangan, referensi, debit, berikut:

Tahun: JURNAL UMUM Hal:


Jumlah
Tanggal Bulan Akun dan Keterangan Ref
Dr Cr

Ilustrasi1.1:
PT. A
NERACA SALDO
PER 1 JANUARY 2005
(000,000)
NO. AKUN NAMA AKUN DEBIT KREDIT
100
Cash 1.200
110
Account Receivable 250
120
Allowance For Doubtful Account 50
130
Merchandise Inventory 100
140
Long Term Investment 600
150
Building 300
155
Accumulated Depreciation of Building 50
200
Account Payable 60
210
Unearned Rent Income -
300
Common Stock 1.000
350
Retained earnings 1.290
400
Sales
500
Purchase
600
Rent Expense
Total 2450 2450
Transaksi yang terjadi selama tahun 2005
04/01/2005 Pembelian kredit dari PT. ABU Rp.150
05/01/2005 Dijual barang kepada Tuan Anci Rp.150
07/01/2005 Pembelian tunai dari PT. CICI Rp.150
10/05/2005 Pembelian perlengkapan Rp.500
10/05/2005 Dijual barang secara kredit kepada Tuan Budi Rp.175
15/05/2005 Penerimaan piutang dari PT. DINO Rp.15 dan dari PT. ERA Rp.35
16/09/2005 Penjualan tunai kepada PT. Famas Rp.350
07/10/2005 Pembayaran sewa peralatan untuk 1 tahun Rp.150
05/11/2005 Diterima sewa gudang untuk 1 tahun Rp. 2,400
18/11/2005 Pembelian kredit dari PT. Dumai Rp. 200
19/12/2005 Pembayaran hutang kepada PT. Guna Rp. 60
20/12/2005 Penjualan tunai kepada PT. Adiaksi Rp.200

Informasi Tambahan:
1, Pada 31/12/2005 perlengkapan tersisa Rp.50
2, Berdasarkan hasil perhitungan fisik atas sediaan barang dagang, per 31/12-2005 sediaan digudang
tinggal Rp.250
3, Aktiva Tetap adalah gedung yang diperoleh 5/1/2000, umur ekonomis 30 tahun dan
disusutkan dengan metode garis lurus
4, PT. A menerima pengumuman Dividen Rp. 25 yang akan dibayarkan awal tahun 2006
5, Biaya telepon bulan desember ditaksir Rp. 60 (dibayar Januari 2006)

Transaksi tersebut dapat dicatat ke jurnal umum berikut:


Tahun:2005 JURNAL UMUM Hal:
Nomor Jumlah
Tanggal Bulan Akun dan Keterangan Ref
Bukti Dr Cr
4 Januari FP01 Purchase 500 150
Account Payable 200 150
(Pembelian kredit dari PT. ABU)

5 Januari BKM01 Cash 100 150


Sales 400 150
(Penjualan Tunai kepada Tuan ANCI)

7 Januari BKK01 Purchase 500 150


Cash 100 150
(Pembelian tunai dari PT. Cici)

10 Mei BKK02 Supplies 125 500


Cash 100 500
(Pembelian Perlengkapan)

10 Mei F01 Account Receivable 110 175


Sales 400 175
(Penjualan kredit kepada Tuan Budi)

15 Mei BKM02 Cash 100 50


Account Receivable 110 50
(Penerimaan Piutang Usaha dari
PT. Dino Rp.15 & PT. ERA Rp.35)
16 September BKM03 Cash 100 350
Sales 400 350
(Penjualan kepada PT. FAMAS)
7 Oktober BKK03 Rent Expense 600 150
Cash 100 150
(Pembayaran sewa Gedung untuk 1 Ta-
hun)
5 Nov BKM04 Cash 100 2.400
Unearned Rent Income 210 2.400
(penerimaan pend. Sewa)
18 Nov FP02 Purchase 500 200
Account Payable 200 200
(Pembelian kredit dari PT. Dumai)
19 Desember BKK04 Account Payable 200 60
Cash 100 60
(Pembayaran hutang kepada PT. Guna)
20 Desember BKM05 Cash 100 200
Sales 400 200
(Penjualan tunai kepada PT. Adiaksi)
Total 4.535 4.535

Pencatatan ke Buku Pembantu (Subsidiary Ledger)


Buku Pembantu merupakan buku untuk besar dengan total saldo masing masing buku
mencatat rincian dari suatu akun di buku besar. pembantu harus sama.
Buku Pembantu perlu dibuat untuk merinci bagian- Pemegang buku pembantu dan buku
bagian dari akun di buku besar dan sebagai besar harus dipisahkan untuk menjamin
akuntabilitas/penjelasan akun di buku besar. Buku pengendalian dan keandalan data akuntansi.
pembantu biasanya dibuat untuk akun piutang Secara berkala, buku pembantu dan akun yang
dagang, hutang dagang, aktiva tetap ataupun berkaitan dengan buku pembantu harus
investasi. Data yang dicatat di buku besar berasal dicocokkan (rekonsiliasi) dan mencari penyebab
dari dokumen sumber. Saldo antara akun di buku perbedaan.

Ilustrasi 1.2:
PT. A memiliki data piutang dagang dan data Hutang Dagang per 31 Desember 2004 sebagai berikut:
Data Piutang Dagang
No Nama Tanggal Jumlah
Faktur Piutang
1 PT. Kinta 16/12/2004 150
2 Tuan Budi 28/12/2004 50
3 PT. Dino 05/12/2004 15
4 PT. Era 04/12/2004 35
Total 250

Data Hutang Dagang


No Nama Tanggal Jumlah
Faktur Pemasok Piutang
1 PT. GUNA 27/12/2004 60
Total 60

Daftar piutang tersebut dibuat ke masing-masing buku pembantu piutang dagang


berdasarkan saldo yang ada di buku pembantu dan hutang dagang, maka kita perlu membuat
piutang dagang dan hutang dagang. Perhatikan, terlebih dahulu buku pembantu untuk masing-
total saldo piutang masing-masing pelanggan dan masing pelanggan dan pemasok dan memosting
total saldo hutang dagang masing-masing pemasok data dari bukti. Berikut disajikan buku pembantu
harus sama dengan total saldo akun piutang piutang dagang dan hutang dagang PT. A dan
dagang dan hutang dagang di Buku Besar. Apabila pencatatan dari bukti transaksi:
kita akan menangkap data transaksi diilustrasi 1.1
Buku Pembantu Piutang Dagang

Nama Pelanggan: PT. Kinta Nama Pelanggan: PT. DINO

Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo
Bukti Bukti
16/12/2004 150 150 05/12/2004 15 15
15/05/2005 BKM02 15 0

Nama Pelanggan: Tuan Budi Nama Pelanggan: PT. ERA

Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo
Bukti Bukti
28/12/2004 50 50 04/12/2004 35 35
10/05/2005 F01 175 225 15/05/2005 BKM02 35 0

Buku Pembantu Hutang Dagang


Nama Pemasok: PT. Guna Nama Pemasok: PT.ABU

Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo
Bukti Bukti
27/12/2004 60 60 04/01/2005 FP01 150 150
19/12/2005 BKK03 60 0

Nama Pemasok: PT. DUMAI

Tanggal Nomor Debit Kredit Saldo


Bukti
18/11/2005 FP02 200 200

2. Memosting (mengelompokkan) debet dan kredit di jurnal ke masing-masing


akun di Buku Besar
Memosting merupakan aktivitas kolom-kolom tanggal, Nomor bukti, keterangan,
mengelompokkan nilai-nilai transaksi ke masing- referensi, debit, kredit dan saldo. Bentuk akun
masing akun di buku besar. Sumber untuk yang paling sederhana adalah akun berbentuk T (T
melakukan pemostingan adalah buku jurnal. Account).
Pemostingan dapat dilakukan setiap hari ataupun
secara periodik. Akun di buku besar memiliki
Pemostingan data transaksi PT. A di ilustrasi 1.1 ke dilakukan sebagai berikut (disajikan hanya akun-
masing-masing saldo akun di buku besar dapat akun yang terpengaruh transaksi):
Nama Akun: Cash
Kode akun: 100

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 1200
05/01/2005 BKM01 Penjualan ke PT. ANCI JU 150 1350
07/01/2005 BKK01 Pembelian dari PT. CICI JU 150 1200
10/05/2005 BKK02 Pembelian Perlengkapan JU 500 700
15/05/2005 BKM02 Penerimaan Piutang PT. Dino dan PT. ERA JU 50 750
16/09/2005 BKM03 Penjualan ke PT. Famas JU 350 1100
07/10/2005 BKK03 Pembayaransewa Peralatan JU 150 950
05/11/2005 BKM04 Penerimaan sewa Gudang JU 2.400 3350
19/12/2005 BKK04 Pembayaran Hutang ke PT. Guna JU 60 3290
20/12/2005 BKM05 Penjualan ke PT. Adiaksi JU 200 3490

Nama Akun: Account Receivable


Kode akun: 110

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 250
10/05/2005 F01 Penjualan ke Tuan Budi JU 175 425
15/05/2005 BKM02 Penerimaan dari PT. ERA & PT. DINO JU 50 375

Nama Akun: Supplies


Kode akun: 125

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal -
10/05/2005 BKK02 Pembelian Perlengkapan JU 500 500

Nama Akun: Account Payable


Kode akun: 200

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal (60)
04/01/2005 FP01 Pembelian dari PT. ABU JU 150 (210)
18/11/2005 FP02 Pembelian dari PT. Dumai JU 200 (410)
19/12/2005 BKK03 Pembayaran kepada pt. Guna JU 60 (350)
Nama Akun: Unearned Rent Income
Kode akun: 210

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 0
05/11/2005 BKM04 Penerimaan pend. Sewa diterima dimuka JU 2400 (2.400)

Nama Akun: Sales


Kode akun: 400

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 0
05/01/2005 BKM01 Penjualan ke PT. ANCI JU 150 (150)
10/05/2005 F01 Penjualan ke Tuan Budi JU 175 (325)
16/09/2005 BKM03 Penjualan ke PT. Famas JU 350 (675)
20/12/2005 BKM05 Penjualan ke PT. Adiaksi JU 200 (875)

Nama Akun: purchase


Kode akun: 500

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal -
04/01/2005 FP01 Pembelian dari PT. ABU JU 150 150
07/01/2005 BKK01 Pembelian dari PT. Cici JU 150 300
18/11/2005 FP02 Pembelian dari PT. Dumai JU 200 500

Nama Akun: Rent Expense


Kode akun: 600

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 0
07/10/2005 BKK02 Pembayaran sewa Peralatan JU 150 150

3. Mengiktisarkan saldo akhir masing-masing akun ke dalam Neraca Saldo


(Trial Balance)
Untuk melihat keseimbangan debit dan Ilustrasi 1.4
kredit maka seluruh saldo akun diiktisarkan dalam Neraca saldo PT. A per 31 Januari 2005 setelah
Neraca Saldo. Neraca saldo juga diperlukan untuk dilakukan pemostingan adalah:
melihat akun-akun yang perlu dikoreksi atau
disesuaikan atau direklasifikasi.
PT. A
NERACA SALDO
PER 31 DESEMBER 2005
No akun Nama Akun Debit Kredit
100 Cash 3.490
110 Account Receivable 375
120 Allowance for Doubtful Account 50
125 Supplies 500
130 Merchandise Inventory 100
140 Long Term Investment 600
150 Fixed Asset 300
155 Accumulated depreciation 50
200 Account Payable 350
210 Unearned Rent Income 2.400
300 Common stock 1.000
350 Retained Earnings 1.290
400 Sales 875
500 Purchase 500
600 Rent Expense 150
Total 6.015 6.015

4. Melakukan pencatatan ke jurnal atas penyesuaian-penyesuaian yang


diperlukan oleh suatu akun
Setelah Neraca saldo selesai dilakukan, memadankan/menandingkan antara pendapatan
tugas berikutnya adalah memeriksa akun-akun periode penyusunan laporan keuangan dengan kos
yang perlu disesuaikan. Penyesuaian dilakukan agar yang terjadi pada periode penyusunan laporan
Pendapatan dan Biaya mencerminkan pendapatan keuangan, dan Prinsip Pengakuan Pendapatan).
dan biaya pada periode penyusunan laporan Penyesuaian hanya dilakukan pada saat laporan
Keuangan (landasan untuk melakukan penyesuaian keuangan akan disusun.
adalah prinsip pemadanan/ Matching, yaitu
PENYESUAIAN YANG PERLU DIBUAT
Penyesuaian biasa dIbuat untuk akun- (Prepayments) dan akun-akun yang akan diterima
akun yang dibayar atau diterima terlebih dahulu atau yang akan dibayar (Akrual (Accruals).

A. PENYESUAIAN UNTUK AKUN-AKUN YANG DIBAYAR ATAU DITERIMA TERLEBIH DAHULU


1. Biaya-biaya yang dibayar dimuka(Prepaid Expense)
Biaya-biaya ini dibayar sebelum suatu pembayaran premi asuransi, pembayaran sewa,
entitas mengkonsumsi manfaat dari pembayaran aktiva tetap, dan lain-lain. Biaya-biaya ini
tersebut atau sebelum periode waktu biaya seharusnya dicatat sebagai aktiva sebelum
tersebut habis. Biaya-biaya yang dibayar terlebih konsumsi dilakukan atau sebelum periode waktu
dahulu biasanya terkait dengan pembelian berakhir. Namun, dalam praktik, terkadang ditemui
perlengkapan (misalnya alat tulis kantor),
juga biaya-biaya ini dicatat sebagai biaya periode berjalan.

1a. Perlengkapan (Supplies)


Perlengkapan merupakan aktiva setiap penggunaan perlengkapan dilakukan
perusahaan yang digunakan untuk mendukung pencatatan ke jurnal. Untuk penghematan waktu,
operasi sehari-hari perusahaan. Biasanya maka penyesuaian atas pemakaian perlengkapan
perlengkapan merupakan barang yang habis pakai hanya dilakukan pada saat penyusunan laporan
dalam satu periode akuntansi atau periode keuangan. Pada kasus PT. A di ilustrasi 1.1, dibeli
pembukuan. Contohnya adalah perlengkapan perlengkapan pada tanggal 10 januari 2005 Rp.500,
kantor (alat tulis kantor). Apabila entitas membeli dan apabila per 31 Desember 2005 perlengkapan
perlengkapan, sudah seharusnya perlengkapan yang tersisa Rp.50, maka perlengkapan yang
diakui sebagai aktiva sampai perlengkapan tersebut terpakai (biaya perlengkapan) sebesar Rp. 450.
digunakan oleh entitas. Setiap perlengkapan yang Kronologis masing-masing peristiwa dapat dicatat
habis digunakan harus dicatat sebagai biaya sebagai berikut:
perlengkapan. Namun, sangat tidak efisien apabila

 Apabila PT. A pada saat pembelian mencatat sebagai aktiva


10/01/2005 Supplies 500
Cash 500
(Mencatat pembelian perlengkapan)

31/12/2005 Supplies Expense 450


Supplies 450
(Mencatat penyesuaian perlengkapan)
 Apabila PT. A pada saat pembelian mencatat sebagai biaya:
10/01/2005 Supplies Expense 500
Cash 500
(Mencatat pembelian perlengkapan)

31/12/2005 Supplies 50
Supplies Expense 50
(Mencatat penyesuaian perlengkapan)

1B. Asuransi (Insurance)


Biasanya entitas melindungi aktiva dari Pada saat penyusunan laporan keuangan bisa jadi
bahaya kebakaran dan pencurian. Premi asuransi premi asuransi belum jatuh tempo. Misalkan pada
didasarkan pada kontrak asuransi dan tanggal 1 November 2005 dibayar premi asuransi
pertanggungan yang disepakati. Pembayaran premi Rp.600 untuk masa satu tahun (12 bulan), maka
biasanya dilakukan tidak selalu pada awal tahun. pencatatan penyesuaian dilakukan sebagai berikut:
 Apabila pada saat pembayaran mencatat sebagai aktiva
Biaya sewa dibayar dimuka merupakan penyesuaian pada saat akan menyusun laporan
01/11/2005 Prepaid Insurance 600
pembayaran yang diberikan kepada pihak lain keuangan.
Cash 600
(Mencatat pembayaran
sementara jasa dari pihak diluar entitas belum Daripremi
kasusasuransi)
PT. A diilustrasi 1.1, pada
dinikmati. Akun ini dikategorikan sebagai aktiva tanggal 7/10-2005 PT. A membayar sewa
31/12/2005 Insurance expense 100
lancar di neraca apabila masa sewa kurang dari Prepaid Insurance
peralatan 100
untuk masa 1 tahun Rp. 150. Ada dua
(Mencatat penyesuaian Premi Asuransi)
1 tahun. Jasa atau barang yang telah dikonsumsi cara untuk menyesuaikan:
selama periode berjalan
Apabila pada
harussaat pembelian
dicatat dicatat sebagai biaya:
sebagai
01/11/2005hal
biaya. Untuk mencerminkan Insurance Expense
itu perlu dibuat 600
Cash 600
(Mencatat pembayaran premi asuransi)

31/12/2005 Prepaid Insurance 500


1. Apabila pada tanggal 7/10-2005 dicatat sebagaiExpense
Insurance biaya sewa, maka penyesuaian
500 yang perlu dilakukan
adalah: (Mencatat penyesuaian asuransi)

Debit Kredit
31/12/2005 Prepaid Rent 112,5
1c. Biaya Sewa dibayar dimuka (Prepaid
Rent Rent)
Expense 112,5
(Mencatat penyesuaian biaya sewa)
Perhitungan:
Biaya sewa seharusnya 3/12 x 150 37,5
Sewa dibayar dimuka seharusnya 9/12 x 150 112,5

2. Apabila pada tanggal 7/10-2005 dicatat sebagai sewa dibayar dimuka (Prepaid Rent), maka
penyesuaian yang perlu dilakukan adalah:
Debit Kredit
31/12/2005 Rent Expense 37,5
Prepaid Rent 37,5
(Mencatat penyesuaian biaya sewa)
Perhitungan:
Biaya sewa seharusnya 3/12 x 150 37,5
Sewa dibayar dimuka seharusnya 9/12 x 150 112,5

1e. Sediaan barang dagang (Merchandise Inventory)


Ada dua sistem pencatatan sediaan, (bukan akun pembelian) dan mengkredit akun
yaitu sistem perpetual dan periodik. Sistem sediaan apabila terjadi penjualan. Dengan
pencatatan perpetual mencatat pembelian demikian sistem sediaan perpetual pada akhir
barang dagang dengan mendebit akun sediaan periode akan mencerminkan nilai sediaan yang
ada digudang. Berbeda dengan sistem periodik, 31/12/2005 Cost of Goods Sold 100
Merchandise Inventory 100
pembelian barang (dagang) dicatat dengan
(Mencatat penyesuaian sediaan awal)
mendebit akun sediaan dan setiap penjualan
31/12/2005 Merchandise Inventory 250
tidak dilakukan pengkreditan atas akun sediaan
Cost of Goods Sold 250
(barang dagang). Nilai sediaan sebenarnya bisa (Mencatat penyesuaian sediaan akhir)
diketahui apabila dilakukan perhitungan sediaan
yang ada di gudang (Stock opname/Inventory
Taking).
Agar laporan keuangan mencerminkan
nilai sediaan yang sebenarnya pada akhir
periode maka, apabila menggunakan sistem
periodik, perlu dibuat pencatatan penyesuaian
sediaan. Sistem sediaan perpetual tidak perlu
menyesuaikan sediaan kecuali ada kekurangan
sediaan. Penyesuaian sediaan dibuat dengan
mengkredit akun sediaan (awal) dan mendebit
akun Kos dari Barang Terjual (Cost of Goods
Sold) serta mendebit akun sediaan (akhir) dan
mengkredit akun kos dari barang terjual.
Contoh:
PT. A menggunakan sistem sediaan Periodik
sehingga penyesuaian untuk akun sediaan
dibuat sebagai berikut:


Untuk mencerminkan makna kos (cost) yang
sebenarnya dan menunjukkan kos harus
dikaitkan dengan suatu obyek, maka pemakaian
istilah kos dari barang terjual lebih tepat untuk
mencerminkan Cost Of Goods Sold alih-alih
Harga Pokok Penjualan. Dalam buku ini, Cost
diterjemahkan sebagai Kos dan Expense
diterjemahkan sebagai biaya bukan Beban.
Pemakaian istilah Kos untuk menunjukkan Cost
juga telah dipakai IAI dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).Untuk diskusi lebih lanjut
tentang makna Cost, maka dapat dilihat di
Suwardjono, Teori Akuntansi, BPFE,2005
1e. Aktiva Tetap.
Aktiva Tetap merupakan aktiva berujud diperoleh oleh entitas. Biaya penyusutan
perusahaan yang dipakai dalam operasi dalam (Depreciation Expenses) terakumulasi (terkumpul)
rangka memperoleh pendapatan dan memiliki dalam akun akumulasi penyusutan aktiva tetap
umur lebih dari satu periode akuntansi atau lebih (Accumulated depreciation of Fixed Asset). Akun
dari 1 tahun. Aktiva tetap merupakan kategori akumulasi penyusutan aktiva tetap (Accumulated
biaya –biaya yang dibayar terlebih dahulu depreciation of Fixed Asset) disajikan di neraca
berjangka panjang dan dibebankan ke rugi laba sebagai pengurang (Contra Account) dari aktiva
melalui biaya penyusutan. Ada berbagai metode tetap untuk mengetahui nilai buku atau nilai
untuk membebankan kos pemerolehan aktiva terbawa (Book Value/Carrying Amount) dari aktiva
tetap ke masa-masa pemakaian aktiva tetap yang tetap.
akan menghasilkan biaya penyusutan yang Contoh:
berbeda-beda. Topik ini akan dibahas secara PT. A Memiliki Gedung yang dibeli senilai Rp.300
khusus pada topic aktiva tetap. dan disusutkan selama 30 tahun dengan metode
Pada saat akan menyusun laporan penyusutan Garis lurus. Biaya Penyusutan per
keuangan maka akuntan perlu memperhitungkan tahun Rp. 10 (Rp.300/Rp30). Pencatatan yang
pembebanan biaya penyusutan aktiva tetap dibuat untuk penyesuaian tersebut adalah:
sehingga bisa diketahui laba rugi yang sebenarnya

D K
31/12/2005 Depreciation Expense of Building 10
Accumulated Depreciation of Building 10
(Mencatat Penyusutan aktiva tetap gedung)

2. Pendapatan-pendapatan yang diterima dimuka (Unearned Revenue)


Adakalanya entitas menerima terlebih pendapatan-pendapatan diterima dimuka adalah
dahulu kas atas jasa atau barang yang pada saat itu uang muka penjualan, sewa diterima dimuka, dan
belum diberikan kepada pelanggan. Penerimaan ini lain-lain. Untuk menyesuaikan akun ini perlu
sebenarnya belum bisa diakui atau dicatat sebagai diperhatikan periode waktu jasa yang telah
pendapatan sebelum jasa atau barang tersebut terpakai atau jumlah barang yang telah diberikan
diberikan kepada pelanggan/pembeli. Pendapatan- untuk memenuhi kewajiban ini.
pendapatan yang diterima dimuka adalah hutang Contoh:
atau keharusan entitas untuk memberikan barang Tanggal 5/11-2005 PT. A menerima sewa gudang
atau jasa. Di masa mendatang. Contoh transaksi untuk 1 tahun Rp. 2.400.
1. Apabila akuntan PT. A pada saat penerimaan mencatat transaksi tersebut sebagai pendapatan
sewa:

Debet Kredit
05/11/2005 Cash 2.400
Rent Income 2.400
(Mencatat Penerimaan pendapatan sewa

Pencatatan itu sebenarnya salah karena bulan (bulan november dan desember), yaitu
penerimaan seluruhnya diakui sebagai sebesar 2/12 x Rp.2.400 = Rp. 400, sedangkan
pendapatan, padahal sampai 31 Desember 2005 sisanya masih berupa kewajiban. Untuk
(tanggal laporan keuangan) dari seluruh mengoreksi pencatatan itu dibuat pencatatan
penerimaan, yang menjadi pendapatan hanya 2 penyesuaian berikut ini:
Debet Kredit
31/12/2005 Rent Income 2.000
Unearned Rent 2.000
(Mencatat Penyesuaian pendapatan sewa)

Pencatatan ini menjadikan saldo akun pendapatan dimuka (Unearned Rent) Rp.2.000, seperti terlihat
sewa (Rent Income) Rp.400 dan sewa diterima dalam akun dibawah ini:
Nama Akun: Rent Income
Kode akun: 800

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 0
05/11/2005 BKM Penerimaan sewa gudang JKM 2400 (2.400)
31/12/2005 JM Penyesuaian pendapatan sewa JU 2.000 (400)

Nama Akun: Unearned Rent


Kode akun: 250

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal -
31/12/2005 JM Penyesuaian Pendapatan sewa Gudang JU 2000 (2.000)

2. Apabila akuntan PT. A pada saat menerima mencatat transaksi tersebut sebagai sewa diterima
dimuka (Unearned Rent)

Debet Kredit
05/11/2005 Cash 2.400
Unearned Rent 2.400
(Mencatat Penerimaan sewa diterima dimuka)

Apabila laporan keuangan disusun per 31 dijalani dan telah menjadi pendapatan adalah 2
Desember 2005, maka masa sewa yang telah bulan (November dan desember), sedangkan 10
bulan sisanya masih kewajiban PT. A. Untuk Rp.2.400 = Rp.2.000) dilakukan pencatatan
menyesuaikan akun Unearned Rent agar penyesuaian berikut ini:
menyajikan nilai hutang yang sebenarnya (10/12 x
Debet Kredit
31/12/2005 Unearned Rent 400
Rent Income 400
(Mencatat Penyesuaian pendapatan sewa)

Pencatatan ini menjadikan saldo akun pendapatan dimuka (Unearned Rent) Rp.2.000, seperti terlihat
sewa (Rent Income) Rp.400 dan sewa diterima dalam akun dibawah ini:
Nama Akun: Rent Income
Kode akun: 800

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal 0
31/12/2005 JM Penyesuaian pendapatan sewa JU 400 (400)

Nama Akun: Unearned Rent


Kode akun: 250

Nomor Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Bukti Dr(Cr)
01/01/2005 Saldo Awal -
05/11/2005 BKM Penerimaan sewa JKM 2400 (2.400)
31/12/2005 BM Penyesuaian pendapatan sewa JU 400 (2.000)

B. PENYESUAIAN UNTUK AKUN-AKUN AKRUAL (YANG AKAN DIBAYAR ATAU AKAN DITERIMA)
Akun- akun akrual merupakan akun-akun pendapatan ini menjadi tagihan (Receivable)
yang timbul dan belum pernah dicatat selama entitas kepada pihak lain diluar perusahaan.
pencatatan harian. Akun-akun ini merupakan: 2. Biaya-biaya yang telah terjadi namun
1. Pendapatan-pendapatan yang telah sampai penyusunan laporan keuangan belum
menjadi hak entitas pada periode itu namun dibayarkan (Accrued Expense). Biaya-biaya ini
sampai laporan keuangan disusun belum menjadi kewajiban atau hutang yang harus
diterima (Accrued Income). Pada akhir tahun dibayarkan oleh entitas ke pihak lain pada
periode setelah laporan keuangan.

B1. Pendapatan-pendapatan yang telah menjadi hak entitas namun sampai laporan keuangan disusun
belum diterima (Accrued Income)
Tanggal 31 Desember 2005, PT. A menerima dibayarkan pada awal tahun 2006. Pencatatan
pengumuman dividen Rp.25 yang akan dilakukan sebagai berikut:
Debet Kredit
31/12/2005 Dividend Receivable 25
Dividend Income 25
(Mencatat Pendapatan Dividen yang akan diterima)

B2. Biaya-biaya yang telah terjadi namun sampai penyusunan laporan keuangan belum dibayarkan
(Accrued Expense).
Per 31 Desember 2005, PT. A memiliki tagihan telepon bulan desember Rp. 60 yang akan dibayarkan
bulan januari 2006
Debet Kredit
31/12/2005 Telephone Expense 60
Accrued telephone expense 60
(Mencatat hutang biaya telepon)

B3. Biaya atas Piutang yang ditaksir tidak dapat ditagih (Bad debt Expense).
Terdapat dua metode dalam mencatat penyesuaian dibuat dengan mendebet akun Bad
piutang usaha yang ditaksir tidak dapat ditagih, debt Expense (Biaya piutang tak tertagih) dan
yaitu metode langsung dan metode penyisihan. mengkredit akun Penyisihan untuk piutang tak
Apabila digunakan metode penyisihan (Allowance tertagih (Allowance for doubtful account). Akun
method) maka akuntan perlu membuat Penyisihan untuk piutang tak tertagih (Allowance
penyesuaian atas piutang yang ditaksir tidak for doubtful account) merupakan akun kontra
tertagih. Penaksiran dapat didasarkan pada umur (Contra Account) dari Piutang Dagang (Account
piutang atau persentase penjualan. Pencatatan Receivable).
Contoh dari kasus PT. A: Ditaksir 1 % dari penjualan akan sulit ditagih
Debet Kredit
31/12/2005 Bad Debt Expense 8,75
Allowance for Doubtful Account 8,75
(Mencatat penyesuaian atas piutang tak tertagih)

Dalam kasus PT. A diilustrasi 1.1 dan ditambah penyesuaian untuk PT. A diiktisarkan sebagai
informasi penyesuaian, maka pencatatan berikut:
Tahun:2005 JURNAL UMUM Hal:
Nomor Jumlah
Tanggal Bulan Akun dan Keterangan Ref
Bukti Dr Cr
31 Desember JM1 Supplies Expense 510 450
Supplies 125 450
(Menyesuaikan Perlengkapan)

31 Desember JM2 Prepaid Rent 126 112,5


Rent Expense 600 112,5
(Menyesuaikan Biaya Sewa)

31 Desember JM2a Merchandise Inventory 130 100


Cost of Goods Sold 450 100
(Menyesuaikan sediaan awal)

31 Desember JM2a Cost Of Goods Sold 450 250


Merchandise Inventory 130 250
(Menyesuaikan sediaan akhir)

31 Desember JM3 Depreciation Expense of Building 520 10


Accumulated Depreciation of Building 160 10
(Penyesuaian Biaya Penyusutan)

31 Desember JM4 Unearned Rent Income 210 400


Rent Income 800 400
(Menyesuaikan Sewa diterima dimuka)

31 Desember JM5 Dividend Receivable 124 25


Dividend Income 810 25
(Mengakrualkan Pendapatan dividen)

31 Desember JM6 Telephone Expense 530 60


Accrued Telephone Expense 220 60
(Menyesuaikan biaya telepon)

31 Des em ber JM6 Bad Debt Expense 540 8,75


Allowance For Doubtful Account 120 8,75
(Mencatat penyesuaian atas piutang tak tertagih))
Total 1.416 1.416

5. Mengiktisarkan saldo-saldo akun ke Neraca Saldo Setelah disesuaikan


(Adjusted Trial Balance)
Setelah melakukan pencatatan atas akun dan mengiktisarkan ke Neraca Saldo Setelah
penyesuaian yang diperlukan, maka tugas Penyesuaian. Dari Contoh PT. A, Neraca Saldo
berikutnya adalah memosting ke masing-masing setelah penyesuaian dapat dilihat dibawah ini:
PT. A
NERACA SALDO SETELAH DISESUAIKAN
PER 31 DESEMBER 2005
No akun Nama Akun Debit Kredit
100 Cash 3.490
110 Account Receivable 375
120 Allowance for Doubtful Account 58,8
125 Dividend Receibale 25
125 Supplies 50
126 Prepaid Rent 112,5
130 Merchandise Inventory 250
140 Long Term Investment 600
150 Fixed Asset 300
155 Accumulated depreciation 60
200 Account Payable 350
210 Unearned Rent Income 2.000
220 Accrued Telephone Expense 60
300 Common stock 1.000
350 Retained Earnings 1.290
400 Sales 875
450 Cost of Goods Sold 150
500 Purchase 500
510 Supplies Expense 450
520 Depreciation Expense of Building 10
530 Telephone Expense 60
540 Bad Debt Expense 8,8
600 Rent Expense 37,5
800 Rent Income 400
810 Dividend Income 25
Total 6.269 6.269
6. Menyusun laporan keuangan berdasar dari Neraca Saldo setelah disesuaikan
Laporan Keuangan yang lengkap terdiri Neraca dan laporan rugi laba merupakan laporan
dari: keuangan pokok, sedangkan sisa tiga laporan lagi
1. Neraca (Balance sheet) adalah penjelasan atas laporan keuangan pokok
2. Laporan Penghasilan/Laporan karena disusun berdasarkan neraca dan laporan
rugi laba (Income Statement) rugi laba. Beberapa laporan keuangan akan
3. Laporan Arus Kas (Cash Flow dibahas pada bab-bab berikutnya.
Statement) Dari Neraca saldo setelah penyesuaian PT.
4. Laporan Perubahan Ekuitas A maka dapat disusun Neraca, Laporan laba rugi,
(Statement of Stockholders’ equity) dan laporan laba ditahan (laporan ini merupakan
5. Catatan- catatan atas laporan bagian dari laporan perubahan ekuitas) sebagai
keuangan (Notes to Financial Statement) berikut:
PT. A
Balance Sheet
As of December 31, 2005
Current Assets: Current Liabilities
Cash 3.490,0 Account Payable 350,0
Account Receivable 375,0 Unearned Rent Income 2.000,0
Allowance for Doubtful Account (58,8) Accrued Telephone Expense 60,0
Carrying Amount 316,2 Total Liabilities 2.410,0
Dividend Receivable 25,0
Supplies 50,0
Prepaid Rent 112,5 Stockholders' Equity
Merchandise Inventory 250,0 Common Stock 1.000,0
Total Current Asset 4.243,7 Retained Earnings 1.673,7
Total Stockholders' Equity 2.673,7
Long Term Investment 600,0
Total Liabilities & SE 5.083,7
Fixed Asset:
Building 300,0
Accumulated Depreciation of Building (60,0)
Carrying Amount 240,0

Total Assets 5.083,7


PT. A
Income Statement
For The Year Ended December 31,2005

Sales 875,00
Cost of Goods Sold
Merchandise Inventory,1/1-2005 100,00
Purchase 500,00
Goods Available for sold 600,00
Merchandise Inventory,31/12-2005 (250,00)
Cost of Goods Sold (350,00)
Gross Profit 525,00

Operating Expenses:
Supplies Expense 450,00
Depreciation Expense of Building 10,00
Telephone Expense 60,00
Bad debt Expense 8,80
Rent Expense 37,50
Total 566,30
Total Operating Income (loss) (41,30)

Other Income (Expense)


Rent Income 400,00
Dividend Income 25,00
Total Other Income (Expense) 425,00
Net Income (loss) 383,70

PT. A
Statement of Retained Earnings
For 31 Desember 2005

Retained Earnings, Jan 1,2005 1.290,0


add: Net Income 383,7
Retained Earnings, Dec 31,2005 1.673,7

7. Menutup akun-akun nominal ke akun Riil


Proses berikutnya dari siklus akuntansi ini dibuat untuk memindahkan akun-akun di rugi
adalah menutup akun-akun nominal (akun-akun di laba ke akun-akun di neraca. Proses penutupan
laporan rugi laba) ke akun laba ditahan. Pencatatan dilakukan sebagai berikut:
 Menutup akun penjualan ke laba ditahan
Proses ini dilakukan dengan mendebit seluruh akun pendapatan (karena saldo akhir pendapatan
di sisi kredit maka ditutup dengan mendebitkan akun ini) dan mengkredit laba ditahan. Pada kasus PT. A,
penutupan dicatat sebagai berikut:
Debet Kredit
31/12/2005 Sales 875,00
Rent Income 400,00
Dividend Income 25,00
Retained Earnings 1.300,00
(Menutup akun pendapatan ke laba ditahan)

 Menutup seluruh akun biaya & kos dari barang terjual kea kun laba ditahan
Proses ini dilakukan dengan mendebit biaya dan kos dari barang terjual. Pada kasus PT. A,
akun laba ditahan dan mengkredit seluruh akun penutupan dicatat sebagai berikut:
Debet Kredit
31/12/2005 Retained Earnings 916,30
Cost of Goods Sold 150,00
Purchase 500,0
Supplies Expense 450,0
Depreciation Expense of Building 10,0
Telephone Expense 60,0
Bad Debt Expense 8,8
Rent Expense 37,5

Dari proses penutupan, maka akun laba Setelah diposting ke masing-masing akun, maka
ditahan akan menunjukkan mutasi kredit sebesar Neraca saldo setelah penutupan dapat disusun
Rp.383.70 ( Rp. 916.3 (Db) - Rp.1300 (Cr)). Jumlah sebagai berikut:
itu sama dengan laba neto PT. A di laporan rugi
laba.
PT. A
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
PER 31 DESEMBER 2005
No akun Nama Akun Debit Kredit
100 Cash 3.490,0
110 Account Receivable 375,0
120 Allowance for Doubtful Account 58,8
125 Dividend Receibale 25,0
125 Supplies 50,0
126 Prepaid Rent 112,5
130 Merchandise Inventory 250,0
140 Long Term Investment 600,0
150 Fixed Asset 300,0
155 Accumulated depreciation 60,0
200 Account Payable 350,0
210 Unearned Rent Income 2.000,0
220 Accrued Telephone Expense 60,0
300 Common stock 1.000,0
350 Retained Earnings 1.673,7
Total 5.202,5 5.202,5

8. Membuat pencatatan pembalikan (Reversing Entries)


Pencatatan pembalikan dilakukan untuk 2. Pendapatan diterima dimuka
menyederhanakan pencatatan transaksi pada yang pada saat penerimaan dicatat pada
periode akuntansi berikutnya. Pembalikan tidak akun pendapatan.
harus dilakukan karena tidak mengubah jumlah 3. Pendapatan yang masih harus
yang dilaporkan di laporan keuangan. Pembalikan diterima (Accrued Income)
dibuat pada awal periode berikutnya dan bukan 4. Biaya-biaya yang masih harus
pada akhir periode berjalan. Akun-akun yang dibayar (Accrued Expense)
dibalikkan bersumber dari pencatatan jurnal Pembalikan keempat pos-pos penyesuaian
penyesuaian untuk pos-pos yang dibayar ini dilakukan agar konsistensi pencatatan ke suatu
dimuka(Prepayments) dan pos-pos akrual akun tetap terjadi pada periode berikutnya.
(Accrual), yaitu: Namun, pembalikan ini bukan sesuatu yang harus
1. Biaya-biaya dibayar dimuka yang dilakukan. Apabila diterapkan pada PT. A, maka
pada saat pembayaran dicatat pada akun pembalikan dicatat sebagai berikut:
biaya.

Pencatatan pada saat Pencatatan Penyesuaian Pencatatan pembalikan


peristiwa terjadi
1, Biaya-biaya dibayar dimuka pada saat peristiwa terjadi dicatat dalam akun biaya
07/10/2005 Rent Expense 150 Prepaid Rent 112,5 01/01/2006 Rent Expense 112,5
Cash 150 31/12/2005 Rent Expense 112,5 Prepaid Rent 112,5

2, Pendapatan-pendapatan diterima dimuka pada saat peristiwa terjadi dicatat dalam akun pendapatan
05/11/2005 Cash 2400 31/12/2005 Rent Income 2000 01/01/2006 Unearned Rent Income 2.000
Rent Income 2400 Unearned Rent Income 2000 Rent Income 2.000

3, Biaya-biaya yang masih harus dibayar


31/12/2005 Telephone Expense 60 01/01/2006 Accrued Telephone Expense 60
Accrued Telephone Expense 60 Telephone Expense 60

4, Pendapatan yang akan diterima


31/12/2005 Dividend Receivable 25 01/01/2006 Dividend Income 25
Dividend Income 25 Devidend Receivable 25
MENGGUNAKAN JURNAL KHUSUS
Apabila ukuran suatu entitas semakin 3. Transaksi Penjualan Kredit dicatat
besar dan jumlah transaksi yang akan diolah ke Jurnal Penjualan
semakin banyak maka penggunaan jurnal umum 4. Transaksi Pembelian Kredit
untuk mencatat seluruh transaksi tidak memadai. dicatat ke Jurnal Pembelian
Untuk mengatasi ini dibuat jurnal khusus yang Transaksi diluar keempat transaksi diatas dicatat ke
membagi jurnal atas jenis transaksinya: Jurnal Umum atau lembar jurnal (Kournal Vocher).
1. Transaksi penerimaan kas dicatat Dengan demikian, terdapat empat jurnal khusus
ke JurnalPenerimaan Kas yang dapat digunakan untuk mencatat data
2. Transaksi pengeluaran Kas dicatat transaksi dari dokumen sumbernya.
ke Jurnal Pengeluaran Kas Bentuk masing-masing jurnal dapat
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Jurnal Penerimaan Kas

Nomor Debit Kredit


Tanggal Keterangan Bukti Ref Cash Sales Discount Sales Account Lain-lain
Receivable Akun Jumlah

Jumlah

Jurnal Pengeluaran Kas


Nomor Debit Kredit
Tanggal Keterangan Bukti Ref Purchase Acct.Payable Lain-lain Cash Purchase
Akun Jumlah Discount

Jumlah

Jurnal Penjualan

Tanggal Nama Debitur Nomor Ref Acct. Receivable (debit)


Bukti Sales (Kredit)

Jurnal Pembelian

Tanggal Nama Pemasok Nomor Ref Acct. Payable(Kredit)


Bukti Purchase (Debit)

Apabila diterapkan pada PT. A, maka pencatatan ke jurnal khusus dilakukan sebagai berikut:
PT. A
Jurnal Penerimaan Kas Hal: JKM-1
Nomor Debit Kredit
Tanggal Keterangan Bukti Ref Cash Sales DiscountSales Account Lain-lain
(100) (405) (400) Receivable(110)Akun Jumlah
05/01/2005 Penjualan ke Tn ANCI BKM01 Rp 150 Rp 150
15/05/2005 Penerimaan dari PT. DINO BKM02 Rp 15 Rp 15
Penerimaan dari PT. Era BKM02 Rp 35 Rp 35
16/09/2005 Penjualan ke PT. FAMAS BKM03 Rp 350 Rp 350
05/11/2005 Penerimaan sewa diterima dimuka BKM04 √ Rp 2.400 210 Rp 2.400
20/12/2005 Penjualan ke PT. ADIAKSI BKM05 Rp 200 Rp 200
Jumlah Rp 3.150 Rp 700 Rp 50 Rp 2.400
√ √ √

PT. A
Jurnal Pengeluaran Kas
Hal: JKK-1
Nomor Debit Kredit
Tanggal Keterangan Bukti Ref Purchase Acct.Payable Lain-lain Cash Purchase
(500) (200) Akun Jumlah (100) Discount (505)
07/01/2005 Pembelian dari PT. CICI BKK01 Rp 150 Rp 150
10/05/2005 Pembelian perlengkapan BKK02 √ 125 Rp 500 Rp 500
07/10/2005 Biaya sewa BKK03 √ 600 Rp 150 Rp 150
19/12/2005 PT, GUNA BKK04 Rp 60 Rp 60
Jumlah Rp 150 Rp 60 Rp 650 Rp 860
√ √ √
PT. A
Jurnal Penjualan
Hal:JP-1
Nomor Ref Acct. Receivable (debit)
Tanggal Nama Debitur
Bukti Sales (Kredit)
10/05/2005 Tuan Budi F01 Rp 175

Jumlah Rp 175

PT A
Jurnal Pembelian
Hal: JB-1
Tanggal Nama Pemasok Nomor Ref Acct. Payable(Kredit)
Bukti Purchase (Debit)
04/01/2005 PT. ABU FP01 Rp 150

Jumlah Rp 150

Pemostingan ke masing-masing akun tidak dibawah total jumlah apabila dilakukan


dilakukan untuk setiap transaksi, namun dilakukan pemostingan. Pemostingan ini disebut pemrosesan
secara periodik (biasanya tiap bulan) dan yang tumpuk (Batch Processing) dalam sistem informasi
diposting adalah total jumlah dari masing-masing akuntansi manual. Sarana untuk melakukan
akun. Apabila pemostingan dilakukan, maka kolom pemostingan adalah lembar jurnal ( Jural Voucher).
ref diisi dengan tanda ceklis (√) untuk akun pada Dalam kasus PT.A (Ilustrasi 1.1), pemostingan
kolom lain-lain. Untuk akun yang sering terjadi melalui lembar jurnal dapat disajikan sebagai
dibuatkan kolom khusus dan diberi tanda ceklis (√) berikut:
PT. A
Lembar Jurnal
Nomor: LJ-01
Nomor
Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
Akun
31/12/2005 Cash 100 JKM-1 Rp 3.150
Sales 400 JKM-1 Rp 700
Account Receivable 110 JKM-1 Rp 50
Unearned Rent Income 210 JKM-1 Rp 2.400
Jumlah Rp 3.150 Rp 3.150

Dibuat oleh, Diperiksa oleh, Diposting oleh,

( ) ( ) ( )

PT. A
Lembar Jurnal
Nomor: LJ-02
Nomor
Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
Akun
31/12/2005 Purchase 500 JKK-1 Rp 150
Account Payable 200 JKK-1 Rp 60
Supplies 125 JKK-1 Rp 500
Rent Expense 600 JKK-1 Rp 150
Cash Rp 860

Jumlah Rp 860 Rp 860

Dibuat oleh, Diperiksa oleh, Diposting oleh,

( ) ( ) ( )

PT. A
Lembar Jurnal
Nomor: LJ-03
Nomor
Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
Akun
31/12/2005 Account Receibale 110 JP-1 Rp 175
Sales 400 JP-1 Rp 175
Jumlah Rp 175 Rp 175

Dibuat oleh, Diperiksa oleh, Diposting oleh,

( ) ( ) ( )

PT. A
Lembar Jurnal
Nomor: LJ-04
Nomor
Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
Akun
31/12/2005 Purchase 500 JB-1 Rp 150
Account Payable 200 JB-1 Rp 150
Jumlah Rp 150 Rp 150

Dibuat oleh, Diperiksa oleh, Diposting oleh,

( ) ( ) ( )

Penggunaan lembar jurnal sebagai wahana pemosting) harus membubuhkan tanda tangan
pemostingan lebih baik dilihat dari sisi sebagai tanda pemeriksaaan kebenaran data.
pengendalian karena sebelum diposting ke masing- Selanjutnya pemegang buku besar memosting total
masing akun setiap pihak (pembuat, pemeriksa dan masing-masing akun ke akunnya masing-masing.
Soal Latihan:
Berikut ini adalah neraca saldo PT. Incaran untuk periode yang berakhir 31 desember 2009:
PT. INCARAN
NERACA SALDO
PERIODE YANG BERAKHIR
31-Des-09
No. Akun Nama Akun D K
100 Cash and Bank (Kas dan Bank ) Rp 54.300
110 Account Receivable (Piutang Usaha) Rp 97.000
115 Allowance for doubtful Account (Penyisihan untuk piutang tak tertagih) Rp 9.500
120 Prepaid Insurance (Asuransi yang sudah dibayar)
130 Prepaid Tax (Pajak yang sudah dibayar)
140 Supplies (Sediaan perlengk apan) Rp 45.000
150 Merchandise Inventory (Sediaan barang dagang) Rp 94.450
210 Land (Tanah) Rp 78.900
220 Building (Gedung) Rp 46.500
230 Accumulated depreciation of building (Akumulasi penyusutan gedung ) Rp 11.625
300 Account Payable (Hutang dagang) Rp 34.590
310 Unearned rent income( Pendapatan sewa diterima dimuk a)
320 Tax Payable (Hutang Pajak)
400 Common stock (Saham biasa) Rp 320.000
410 Retained earnings (Laba ditahan) Rp 40.435
500 Sales (Penjualan)
510 Sales Discount (Diskun penjualan)
520 Sales return and allowances (Retur dan penyisihan penjualan)
600 Purchase (Pembelian barang dagang)
610 Purchase discount (Diskun pembelian)
620 Purchase return and allowances (Retur dan penyisihan pembelian)
700 Salary expense (Biaya gaji)
710 Advertising expense (Biaya iklan)
720 Interest expense (Biaya bunga)
730 Supplies expense (Biaya perlengkapan)
740 Bad debt expense (Biaya piutang usaha yang sulit ditagih)
745 Insurance expense (Biaya asuransi)
750 Depreciation expense of building (Biaya penyusutan gedung)
760 Rent Income (Pendapatan sewa)
Total amount Rp 416.150 Rp 416.150

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
Daftar Hutang Usaha tanggal 31 Desember 2009 Daftar Piutang Usaha tanggal 31 Desember 2009:
No Pemasok Jumlah No Pelanggan Jumlah
1 PT. Ria Manjakani 4.590 1 PT. Sienterem 28.467
2 PT. Auditiro 30.000 2 PT. Burung Nuri -
3 PT. Filukito - 3 PT. Binsar -
Jumlah 34.590 4 PT. Ancar Sentosa 18.163
5 PT. Eureka Permai 50.370
Jumlah 97.000

Transaksi selama bulan januari 2010:


Tanggal No. Bukti Transaksi
03/01/2010 FP100101 Penjualan kredit kepada PT. Binsar Rp.12.000
03/01/2010 BKM100101 Diterima sewa gudang untuk masa 1 tahun Rp. 6.000
04/01/2010 BKM100102 Penerimaan kas atas piutang dari PT. Sienterem Rp.6.500
05/01/2010 FP100102 Penjualan kredit kepada PT. Burung Nuri Rp. 18.900, syarat 2/10, n/30
06/01/2010 BKK100110 Pembayaran premi asuransi untuk masa 6 bulan Rp.6.000
Diterima kas atas piutang usaha PT. ancar sentosa (Rp. 8163), potongan
10/01/2010 BKM100103 tunai Rp.163
12/01/2010 BKM100104 Diterima kas atas piutang usaha PT. Burung Nuri
15/01/2010 BKK100102 Pembelian tunai atas perlengkapan Rp. 2.500
Pembelian secara kredit barang dagang dari PT. Filukito Rp. 8.900, 2/10,
16/01/2010 P001 n/30
17/01/2010 BKK100103 Pembayaran hutang dagang kepada PT. Auditiro Rp.15.000
19/01/2010 BKK100104 Pelunasan hutang kepada PT. Filukito Rp. 8.722
22/01/2010 BKK100105 Pembayaran angsuran pajak penghasilan Rp. 500
25/01/2010 FP100103 Penjualan secara kredit kepada PT. Sienterem,2/10, n/30 Rp. 6.700
27/01/2010 BKK100106 Dibayar iklan di surat kabar Rp.2.500
29/01/2010 FP100104 Penjualan tunai Rp. 10.500
30/01/2010 BKK100107 Dibayar gaji karyawan, Rp. 10.500 dipotong PPh pasal 21 5%

DATA TAMBAHAN PENYESUAIAN:


1. Hasil perhitungan sediaan 31 Januari 2010:
- Sediaan barang dagang Rp. 64.750
- Sediaan perlengkapan Rp, 27.800
2. Ditaksir 1% dari penjualan neto akan sulit ditagih
3. Bangunan disusutkan 1% per bulan

Diminta:
1. Catat transaksi itu ke buku jurnal khusus
2. Posting ke akun-akun terkait dan ke buku pembantu
3. Buat neraca saldo
4. Buat penyesuaian di jurnal umum
5. Susun neraca dan laporan rugi laba untuk bulan januari dan tutup akun-akun nominal

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
BAB II
LAPORAN RUGI LABA (INCOME STATEMENT)DAN NERACA
(BALANCE SHEET)

LAPORAN RUGI LABA


KEGUNAAN DAN KELEMAHAN LAPORAN RUGI LABA

Laporan rugi laba adalah laporan yang 2. Jumlah laba atau penghasilan sangat
menunjukkan kinerja atau prestasi operasi dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
perusahaan selama satu periode operasi. Laporan digunakan.
rugi laba digunakan oleh pengguna untuk: 3. Pengukuran laba/penghasilan banyak
1. Mengevaluasi kinerja/prestasi periode lalu melibatkan pertimbangan.
suatu entitas dan membandingkannya dengan Laporan rugi laba sering digunakan
kinerja perusahaan lain yang sejenis. sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja/prestasi
2. Laporan rugi laba dapat digunakan sebagai perusahaan atau prestasi manajernya. Informasi
dasar memprediksi kinerja perusahaan di laba atau rugi dalam laporan ini juga bisa
masa yang akan dating. mempengaruhi harga saham perusahaan yang
3. Menaksir risiko dan ketidakpastian tercatat di bursa efek. Agar prestasi suatu
pencapaian arus kas masa depan. Dengan perusahaan atau manajernya tampak baik, maka
informasi tentang pendapatan dan biaya sering terdapat dorongan atau motivasi untuk
pengguna dapat mnaksir risiko menyesuaikan laba agar sesuai atau melebihi
ketidaktercapaian arus kas masa depan target atau membuat laba terlihat kurang berisiko.
perusahaan. Perilaku ini membuat kualitas informasi dalam
Walaupun manfaat yang diberikan laporan laporan rugi laba menjadi berkurang keandalannya.
rugi laba cukup banyak, namun pengguna harus Tindakan ini disebut Manajemen laba (Earnings
menyadari bahwa beberapa pos dalam laporan Management), yaitu merencanakan pengakuan
laba-rugi disusun berdasarkan asumsi dan estimasi. pendapatan, biaya, keuntungan atau kerugian
Beberapa kelemahan lain adalah: dengan maksud meratakan laba. Tindakan ini
1. Suatu peristiwa atau transaksi yang tidak dilakukan dengan meningkatkan pendapatan
bisa diukur dengan andal tidak akan dengan mengakui pendapatan masa yang akan
dilaporkan dalam laporan rugi laba meskipun dating pada periode sekarang atau menunda
mungkin mempengaruhi operasi perusahaan. pengakuan pendapatan periode ini untuk diakui di
periode yang akan dating. Tindakan yang serupa
dapat dilakukan untuk akun-akun biaya,

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
keuntungan dan kerugian. Manajemen laba sering juga disebut Perataan laba (Income Smoothing).

BENTUK LAPORAN RUGI LABA


ELEMEN-ELEMEN LAPORAN RUGI LABA
Penghasilan (laba) neto entitas penyerahan jasa, atau melakukan aktivitas
dihasilkan dari transaksi-transaksi pendapatan, lainnya yang merupakan operasi utama atau
biaya, keuntungan atau kerugian. Seluruh operasi pusat yang berlanjut suatu entitas.
transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pos- 3. Untung (Gains): Peningkatan dalam
pos tersebut diiktisarkan dalam laporan rugi laba. ekuitas (aktiva neto) yang berasal dari
Defenisi masing-masing elemen laporan rugi laba aktivitas incidental (kadang-kadang) atau
adalah: tambahan (peripheral) suatu entitas dan dari
1. Pendapatan (Revenue): Arus masuk seluruh transaksi lainnya dan peristiwa
aktiva atau peningkatan lainnya dari aktiva lainnya dan keadaan yang mempengaruhi
atau pelunasan hutang (atau kombinasi dari entitas selama suatu periode kecuali yang
keduanya) selama suatu periode, yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi
berasal dari penyerahan barang atau pemilik.
menghasilkan barang, penyerahan jasa, atau 4. Rugi (Losses): Penurunan dalam ekuitas
aktivitas lainnya yang merupakan operasi (aktiva neto) dari aktivitas incidental
utama atau operasi pusat yang berlanjut dari (kadang-kadang) atau aktivitas tambahan
suatu entitas. (peripheral) suatu entitas dan dari seluruh
2. Biaya (Expenses): Arus keluar atau transaksi dan peristiwa lainnya dan keadaan
penggunaan lainnya dari aktiva atau yang mempengaruhi entitas selama suatu
keterjadian kewajiban (atau kombinasi periode kecuali yang dihasilkan dari biaya
keduanya) selama suatu periode dari atau distribusi kepada pemilik.
penyerahan atau produksi barang,

FORMAT LAPORAN RUGI LABA

PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH TUNGGAL (SINGLE-STEP


INCOME STATEMENT)
Pelaporan rugi laba dengan menggunakan berasal dari operasi ataupun non operasi disatukan
pendekatan ini dilakukan dengan menyatukan pelaporannya dan seluruh biaya juga disatukan
semua sumber pendapatan atas dua bagian, baik yang bersumber dari operasi maupun dari non
pendapatan dan biaya. Seluruh pendapatan yang

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
operasi. Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan pendekatan ini adalah:

PT. SWADARMA
INCOME STATEMENT
FOR THE YEAR ENDED DEC 31,2005
REVENUE:
- SALES Rp 1.780.000
- INTEREST INCOME Rp 103.000
TOTAL REVENUE Rp 1.883.000

EXPENSES:
- COST OF GOODS SOLD Rp 1.190.000
- SALES EXPENSE Rp 272.000
- ADMINISTRATION EXPENSE Rp 211.000
- INTEREST EXPENSE Rp 76.000
- INCOME TAX EXPENSE Rp 40.000
TOTAL EXPENSE Rp 1.789.000
NET INCOME Rp 94.000

Bentuk ini merupakan bentuk sederhana jarang digunakan untuk laporan rugi laba yang
dari laporan rugi laba. Penggunaan pendekatan ini diperuntukkan bagi pengguna diluar perusahaan
untuk menghindari kesalahan pengklasifikasian (kreditur, investor, pemerintah,dll).
item-item pendapatan dan biaya. Pendekatan ini

PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH GANDA (MULTIPLE-STEP


INCOME STATEMENT)
Dengan pendekatan ini, laporan laba-rugi menunjukkan pendapatan, diskun
disusun dengan memisahkan pendapatan yang penjualan, penyisihan penjualan,
diperoleh dari operasi, biaya-biaya operasi, pengembalian penjualan (retur) dan
pendapatan-pendapatan non operasi, dan biaya- informasi lainnya yang berkaitan dengan
biaya non operasi. Pembagian ini membuat laporan pendapatan operasi. Setiap subseksi itu
rugi laba lebih bermanfaat bagi pengguna. dijumlahkan untuk memperoleh penjualan
Pengklasifikasian pendapatan dan biaya didasarkan neto.
kepada jenis perusahaan dan fungsi-fungsi yang  Kos dari Barang Terjual (Cost of
terlibat dalam perusahaan. Goods Sold), yaitu yang menunjukkan
Pengklasifikasian yang biasa dilakukan jumlah kos dari barang yang dijual pada
untuk perusahaan manufaktur dan industri adalah: periode tersebut.
1. Bagian operasi, yaitu bagian yang  Biaya Penjualan (Selling
melaporkan pendapatan dan biaya yang Expenses), yaitu yang meunjukkan
terjadi dari operasi utama usaha: daftar biaya-biaya yang dikeluarkan
 Penjualan atau bagian untuk menghasilkan penjualan, misalnya
pendapatan operasi. Bagian ini biaya promosi, gaji bagian penjualan,dll.

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
 Biaya Administrasi dan Umum 3. Pajak Penghasilan, yaitu pajak
(Administrative or General Expenses), penghasilan badan yang dikutip oleh
yaitu yang melaporkan biaya-biaya Pmerintah dari operasi yang berlanjut.
administrasi atau biaya umum. 4. Operasi-operasi tidak berlanjut
2. Bagian Non Operasi, yaitu laporan (Discontinued operations), yaitu keuntungan
pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari atau kerugian yang material yang dihasilkan
aktivitas tambahan atau bukan utama dari penjualan suatu segmen usaha
perusahaan. Keuntungan atau kerugian yang 5. Pos-pos yang tidak biasa (Extraordinary
jarang terjadi atau yang tidak biasa umumnya Items) yaitu keuntungan atau kerugian yang
dilaporkan di bagian ini. Bagian ini dibai atas tidak biasa dan jarang terjadi
dua bagian: 6. Pengaruh kumulatif dari perubahan
 Pendapatan lainnya dan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi, yaitu
keuntungan, yaitu suatu daftar pengaruh perubahan prinsip akuntansi yang
pendapatan yang diperoleh atau telah digunakan beberapa period eke prinsip
keuntungan yang terjadi dari trnsaksi kuntansi yang baru.
diluar operasi (non operasi). 7. Laba per saham (Earnings per share).
 Biaya Lainnya dan kerugian, Contoh laporan rugi laba yang
yaitu suatu daftar biaya atau kerugian disajikan menggunakan bentuk multiple step
yang berasal dari transaksi diluar operasi adalah:
(non operasi).

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
PT. AYALA SUKSES
INCOME STATEMENT
FOR THE YEAR ENDED DEC 31,2005
SALES REVENUE:
- SALES Rp 258.975.400
LESS: SALES DISCOUNT Rp 12.948.770
SALES RETURN & ALLOWANCE Rp 60.000.000 Rp (72.948.770)
NET SALES REVENUE Rp 186.026.630
COST OF GOODS SOLD
MERCHANDISE INVENTORY,1/1-2005 Rp 45.623.100
PURCHASE Rp 68.526.900
PURCHASE DISCOUNT Rp (3.426.345)
PURCHASE RETURN & ALLOWANCES Rp (5.683.961)
NET PURCHASE Rp 59.416.594
FREIGHT & TRANSPORTATION- IN Rp 5.640.230 Rp 65.056.824
TOTAL MERCHANDISE AVAILABLE FOR SALE Rp 110.679.924
MERCHANDISE INVENTORY,31/12-2005 Rp (39.458.700)
COST OF GOODS SOLD Rp (71.221.224)
GROSS PROFIT ON SALES Rp 114.805.406

OPERATING EXPENSES
SELLING EXPENSES
SALES SALARIES AND COMMISIONS Rp 14.350.676
SALES OFFICE SALARIES Rp 11.480.541
TRAVEL & ENTERTAINMENT Rp 2.296.108
ADVERTISING EXPENSE Rp 9.184.432
FREIGHT AND TRANSPORTATION OUT Rp 2.296.108
DEPRECIATION OF SALES EQUIPMENT Rp 2.000.000 Rp 41.607.865

ADMINISTRATIVE EXPENSES
OFFICERS' SALARIES Rp 15.650.000
OFFICE SALARIES Rp 9.870.000
LEGAL & PROFESSIONAL SERVICE Rp 3.250.000
UTILITIES EXPENSE Rp 2.500.000
INSURANCE EXPENSE Rp 2.600.000
MISCELLANEOUS OFFICE EXPENSE Rp 1.450.000 Rp 35.320.000
TOTAL OPERATING EXPENSES Rp 76.927.865
INCOME FROM OPERATIONS Rp 37.877.541

OTHER REVENUES AND GAINS:


DIVIDEND REVENUE Rp 1.190.230
RENTAL REVENUE Rp 21.560.000 Rp 22.750.230

OTHER EXPENSES AND LOSSES:


INTEREST ON BOND Rp 5.600.000
LOSS ON SALE OF MACHINE Rp 4.560.000 Rp (10.160.000)
INCOME BEFORE TAX Rp 50.467.771
INCOME TAX Rp (504.678)
NET INCOME AFTER TAX Rp 49.963.093

EARNINGS PER SHARE Rp 333

PELAPORAN TRANSAKSI-TRANSAKSI YANG JARANG TERJADI


(IRREGULAR ITEMS)
Transaksi-transaksi yang jarang terjadi dilepas, maka tidak ada keterlibatan
dapat dibagi atas beberapa kategori: perusahaan induk pada segmen atau divisi itu.
1. Operasi-operasi yang tidak berlanjut Keuntungan atau Kerugian yang disebabkan
(Discontinued operations); operasi yang tidak berlanjut dilaporkan di
Operasi-operasi yang tidak berlanjut terjadi laporan rugi laba setelah bagian “Laba dari
karena terjadinya arus kas negatif atau rugi operasi berlanjut” namun sebelum pos-pos
yang terus menerus dari salah satu segmen luar biasa
bisnis sehingga segmen atau divisi itu harus 2. Pos-pos luar biasa (Extraordinary Items)
dihentikan atau dijual. Setelah segmen bisnis merupakan pos-pos yang jumlahnya relatif

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
besar (material) namun bukan peristiwa yang tidak teratur yang terjadi pada periode itu
berulang dan peristiwa itu sangat jauh ke laporan laba-rugi. Kesalahan-kesalahan
menyimpang dari aktivitas utama perusahaan pengukuran atau pelaporan laba dan
dan tidak bisa diramalkan (diprediksi) terjadi. perubahan-perubahan estimasi dan
Misalnya: kerugian karena terjadi bencana pemakaian metode akuntansi pada periode
alam. Suatu pos dikatakan extraordinary yang lalu tidak dimasukkan dalam laporan
apabila kedua kriteria berikut dipenuhi: laba-rugi periode ini, namun disesuaikan ke
 Sifatnya tidak biasa; laba ditahan.
 Sangat jarang terjadi atau jarang 2. Pendekatan kinerja operasi periode
sekali berulang berjalan (Current operating performance
3. Keuntungan-keuntungan dan kerugian- approach); Dengan menggunakan
kerugian yang tidak biasa (Unusual Gains pendekatan ini, laporan rugi laba hanya
and Losses), misalnya: penghapusan piutang berisi informasi pendapatan dan biaya dari
usaha, penghapusan sediaan, keuntungan operasi yang teratur. Pendapatan dan biaya
atau kerugian karena fluktuasi yang diperoleh secara tidak teratur tidak
kurs,keuntungan atau kerugian karena harga dicantumkan dalam laporan rugi laba
kontrak, keuntungan atau kerugian dari namun dalam laporan perubahan ekuitas
penjualan aktiva tetap; 3. Pendekatan memodifikasi all-inclusive
4. Perubahan-perubahan dalam prinsip concept;
Akuntansi, misalnya perubahan dari Pendekatan ini hampir sama dengan
penggunaan metode LIFO menuju FIFO dalam pendekatan all-inclusive concept, namun
akuntansi sediaan, atau perubahan metode untuk pos-pos yang tidak teratur harus
penyusutan aktiva tetap. tampak jelas (highlighted) di laporan
5. Perubahan-perubahan dalam estimasi keuangan sehingga pengguna laporan
akuntansi, misalnya perubahan umur keuangan dapat menilai dengan jelas
ekonomis aktiva tetap. kemampuan perusahaan mencapai laba di
masa depan. Pendekatan ini juga
Terdapat tiga cara pelaporan pos-pos yang memasukkan pengaruh kumulatif perubahan
tidak teratur: prinsip akuntansi periode-periode
1. Pendekatan memasukkan seluruh pos- sebelumnya ke laporan laba-rugi periode
pos tidak teratur (All- Inclusive approach); sekarang. Pendekatan ini sekarang banyak
yaitu memasukkan seluruh pos-pos yang digunakan dalam praktik.

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
NERACA
Neraca merupakan salah satu laporan Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham suatu
keuangan pokok yang sering juga disebut sebagai perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu.
Laporan Posisi Keuangan atau Laporan Aktiva,

MANFAAT NERACA
Dengan memberikan informasi tentang 3. Menaksir kesulitan keuangan perusahaan.
aktiva, kewajiban/hutang dan ekuitas pemegang Neraca dapat digunakan untuk menaksir
saham maka neraca memberikan dasar untuik: kebangkrutan perusahaan. Salah satu
1. Penghitungan rates of return dan model prediksi kebangkrutan perusahaan
pengevaluasian struktur modal adalah model yang dikembangkan oleh
perusahaan Altman (1993) yang mengembangkan
2. Menaksir risiko perusahaan dan arus kas ukuran Z Score, yaitu kombinasi ukuran
masa depan dengan menghitung rasio- neraca dan laporan rugi laba untuk
rasio likuiditas, solvensi dan fleksibilitas memprediksi kebangkrutan perusahaan.
keuangan. Rumus yang dikembangkannya adalah:

Nilai
Modal laba Pasar
Z = kerja x 1,2 + ditahan x 1,4 + EBIT x 3,3 + Penjualan x 0,99 + Ekuitas x 0,60
aktiva Aktiva Aset Aktiva Kewajiban
total Total Total Total Total

Altman menemukan bahwa perusahaan skor Z dibawah 1.81 cenderung akan


yang memiliki nilai skor Z diatas 3 bangkrut.
cenderung tidak akan bangkrut sedangkan

KETERBATASAN NERACA
1. Hampir seluruhnya aktiva dan hutang 2. Dalam penyajian pos-pos di neraca,
(kewajiban) disajikan pada Kos Historikal banyak melibatkan pertimbangan
(kos berdasarkan bukti transaksi) . (Judgement) dan estimasi akuntansi.
Akibatnya pos-pos aktiva dan neraca 3. Banyak pos-pos yang memiliki kontribusi
sangat tinggi keandalannya, namun tidak ke perusahaan diabaikan dan tidak dicatat
mencerminkan nilai saat ini ( Kos di neraca (misalnya kos sumberdaya
sekarang/ Current Cost) dari aktiva dan manusia).
kewajiban.

KLASIFIKASI DALAM NERACA

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
Akun-akun riil (permanent) harus dan ekuitas, pemisahan juga dilakukan untuk setiap
diklasifikasikan di Neraca. Pemisahan dilakukan akun yang memiliki karakteristik yang mirip dan
antara akun-akun aktiva dan akun-akun kewajiban memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
dan ekuitas pemegang saham. Pemisahan ini fleksibilitas dan likuiditas keuangan perusahaan.
dilakukan untuk memudahkan menganalisa Klasifikasi dalam Neraca dapat
sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan struktur digambarkan sebagai berikut:
modal. Untuk setiap kelompok aktiva, kewajiban

ASSETS LIABILITIES
Current Assets Current Liabilities
Cash & Cash Equivalent Account Payable
Short term investment Unearned Revenue
Account Receivable Accrued Expense
Accrued Revenue Current Maturities of long term Liabilities
Inventories
Prepaid Expenses Long Term Liabilities
Long Term Investment Bond Payable
Fixed Assets Mortgage Payable
Building Long term Notes Payable
Accumulated Depreciation of Buildings STOCKHOLDERS’ EQUITY
Intangible Assets Capital Stock
Patent, Copyright,etc Additional Paid-in Capital
Other Assets Retained Earnings

Penjelasan Pos-pos Neraca:


1. Current Assets (Aktiva-aktiva Lancar), jangka panjang, investasi dalam aktiva tetap
yaitu aktiva yang akan dikonversi menjadi yang tidak digunakan dalam operasi, investasi
kas, dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun dalam dana-dana khusus, dan investasi dalam
atau satu siklus operasi, mana yang lebih anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi atau
panjang. Aktiva lancar disajikan atau perusahaan afiliasi. Investasi jangka panjang
diurutkan di neraca berdasarkan likuiditas. merupakan investasi yang dimaksudkan untuk
Jika suatu asset dapat dikonversi menjadi kas tidak dikonversi atau dijual dalam beberapa
atau akan digunakan untuk membayar hutang tahun
lancar dalam waktu satu tahun atau satu 3. Fixed Assets (Aktiva Tetap), yaitu aktiva
siklus operasi, mana yang lebih panjang, yang diperoleh perusahaan untuk dipakai
dikategorikan sebagai aktiva lancar. dalam operasi normal perusahaan dan
2. Long Term Investment (Investasi Jangka memiliki umur ekonomis jangka panjang
Panjang), yaitu investasi dalam sekuritas (lebih dari satu tahun). Aktiva tetap biasanya

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
disajiakn bersma dengan akun kontra (Contra terhutang (Accrued Expense), Pendapatan
Account) Akumulasi Penyusutan diterima dimuka (Unearned Revenue) dan
(Accumulated Depreciation). hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo
4. Intangible Assets (Aktiva-Aktiva Tak dalam satu tahun (Current Maturities o Long
Berujud), yaitu aktiva yang tidak atau kurang Term Liabilities). Hutang Lancar diurutkan
memiliki substansi fisik dan bukan berdasarkan urutan jatuh tempo dari hutang.
merupakan instrument keuangan. Dalam 7. Long- Term Liabilities (Hutang Jangka
jangka panjang, aktiva berujud diharapkan Panjang), yaitu hutang yang tidak akan
dapat menambah arus kas masuk melalui dilunasi dalam siklus operasi atau satu tahun.
peningkatan pendapatan pada perusahaan. Hutang ini jatuh tempo pada suatu tanggal
Contoh dari aktiva ini adalah: Paten, Goodwill, beberapa tahun kemudian. Contoh jenis
hak cipta (Copyright). hutang ini adalah hutang obligasi (Bond
5. Other Assets (Aktiva-aktiva Lainnya), yaitu Payable)
aktiva-aktiva yang tidak dapat dikategorikan 8. Stockholder’s Equity (Ekuitas Pemegang
pada aktiva-aktiva yang lain. Saham), sering juga disebut sebagai aktiva
6. Current Liabilities ( Hutang-hutang lancar), neto (Net asset), yaitu sisa aktiva setelah
yaitu hutang yang akan dilunasi dalam jangka dikurangi seluruh kewajiban kepada kreditur
waktu satu tahun atau satu siklus operasi, apabila diasumsikan perusahaan dilikuidasi.
mana yang lebih panjang. Hutang lancar Termasuk dalam kelompok ini adalah: modal
diharapkan akan dibayar dengan saham (saham biasa atau saham preferen),
menggunakan aktiva lancar. Termasuk dalam tambahan modal disetor (Paid in Capital), dan
kategori hutang lancar adalah: hutang dagang laba ditahan (Retained Earnings).
(Account Payable), Biaya yang masih

[ Ty p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
Soal Latihan:
Berikut ini merupakan data yang disarikan dari neraca saldo PT. Tri C Sukses untuk periode yang
berakhir 31 desember 2009. Seluruh data dalam ribuan (000). Susunlah laporan rugi laba dalam
format langkah tunggal (single step) dan langkah ganda (multiple step) serta sajikan juga
neraca. Asumsikan: Sediaan akhir barang dagang Rp. 370.000 dan pajak 30%.
Cash and bank Rp 205.000 Retained earnings Rp1.016.480
Short term investment Rp 115.000 Sales Rp6.700.000
Account Receivable Rp 456.000 Sales return and allowance Rp 25.000
Allowance for doubtful account Rp 9.120 Sales discount Rp 67.000
Prepaid insurance Rp 123.000 Purchase Rp2.300.000
Merchadise inventory Rp 478.000 Purchase discount Rp 25.000
Long term investment Rp1.250.000 Purchase return and allowance Rp 6.700
Land Rp2.300.000 Freight in Rp 7.800
Building Rp5.600.000 Sales commisions expense Rp 56.000
Accumulated depreciation of buildings Rp 280.000 Travel and entertainment expense Rp 90.000
Other assets Rp 120.000 Accounting and legal services Rp 120.000
Account payable Rp 450.000 Insurance expense Rp 34.000
Tax Payable Rp 97.000 Supplies Expense Rp 46.000
Interest payable Rp 123.700 Bad debt expense Rp 6.700
Current maturities of long term debt Rp 25.000 Advertising expense Rp 267.000
Bond payable Rp 231.000 Depreciation expense Rp 4.500
Notes payable Rp 200.000 Telephone-sales expense Rp 132.000
Common stock Rp4.500.000 Rental revenue Rp 224.000
Additional paid in Capital Rp 565.000 Extraordinary loss Rp 560.000
Interest expense Rp 90.000

40
BAB III
AKUNTANSI KAS

PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS


Kas merupakan aktiva atau sumberdaya segera dapat dikonversikan menjadi kas. Yang
ekonomi perusahaan yang paling cepat dapat termasuk aktiva setara kas adalah deposito
ditukarkan (likuid) dengan sumberdaya atau aktiva berumur kurang dari 3 bulan, investasi dalam surat
lainnya dan tidak dibatasi penggunaannya. Yang hutang (obligasi) atau surat berharga ekuitas
termasuk kas adalah uang koin, uang kertas, cek, (saham) yang dimaksudkan untuk spekulasi dan
uang yang disimpan di bank yang penggunaannya sewaktu-waktu dapat dijual (marketable
tidak dibatasi. Aktiva yang setara dengan kas (atau: securities/available on sale securities).
setara kas) adalah aktiva lancar perusahaan yang

MASALAH-MASALAH DALAM PELAPORAN KAS:


1. Kas yang dibatasi penggunaannya Laporan Keuangan (Notes to Financial
untuk tujuan tertentu (dana). Termasuk Statement). Apabila jumlahnya material,
dalam pengertian dana adalah: maka dana ini harus dipisahkan
 Kas kecil (Petty Cash) yaitu dana pelaporannya dengan kas, apakah sebagai
yang disisihkan untuk membayar aktiva lancar lainnya atau sebagai investasi.
pengeluaran-pengeluaran rutin perusahaan  Penyisihan kas yang diwajibkan
yang jumlahnya tidak terlampau besar bank sebagai syarat pinjaman. Kas ini
(material) atau tidak memerlukan cek. diklasifikasi sebagai investasi jangka
Biasanya jumlah kas kecil tidak terlampau panjang atau aktiva lain-lain.
besar atau material, sehingga dana kas
kecil digabungkan pelaporannya dengan 2. Bank Overdraft (cerukan)
kas. Cerukan terjadi karena saldo kas di bank
 Penyisihan kas untuk membayar tidak mencukupi membayar cek yang ditulis
obligasi (sinking fund) atau untuk perusahaan tetapi bank tetap
membayar pembangunan, pembelian atau membayarkannya dan akibatnya saldo di
renovasi aktiva tetap. Kas yang bank menjadi minus. Cerukan atau Bank
dicadangkan untuk hal-hal tertentu apabila Overdraft harus direklasifikasi (dipindahkan)
jumlahnya tidak material tetap dilaporkan menjadi hutang lancar.
sebagai kas namun harus dicantumkan
atau dijelaskan dalam Catatan Atas

41
Contoh: Saldo bank PT. A per 31/12- Cash 500
2005 menunjukkan saldo (500). PT. A Bank Overdraft 500
harus membuat reklasifikasi:

PENGENDALIAN ATAS KAS


Karena Kas memiliki risiko kehilangan dan menghasilkan pengendalian internal yang
kecurangan yang tinggi, maka perusahaan lebih baik daripada sistem dana berfluktuasi.
sebaiknya menetapkan pengendalian internal yang 3. Melakukan perhitungan kas (Cash
baik untuk kas. Beberapa pengendalian internal Opname) secara mendadak pada waktu
yang dapat diterapkan terhadap akun kas adalah: tertentu
1. Memisahkan fungsi penyimpan, pencatat 4. Menyetorkan penerimaan kas ke bank
dan otorisasi kas untuk menghindari setiap hari.
penyalahgunaan kas. Kecurangan kas 5. Menyimpan kas yang belum sempat
potensial terjadi apabila fungsi-fungsi itu disetorkan ke bank di wadah penyimpanan
disatukan. yang aman dari pencurian dan kebakaran
2. Menggunakan sistem Imprest (dana (Misalnya: menyediakan brankas).
tetap) untuk dana kas kecil. Sistem Imprest 6. Melakukan Rekonsiliasi Bank

DANA KAS KECIL (Petty Cash)


Dana kas kecil adalah kas yang disisihkan untuk sistem ini tidak ada pertanggungjawaban
pengeluaran-pengeluaran harian yang relatif kecil terhadap pengeluaran kas kecil.
yang tidak memerlukan cek. Dalam  Sistem Dana Tetap (Imprest System), yaitu
mengoperasikan system dana kas kecil, dilakukan sistem kas kecil dimana pengisian kas kecil
pemisahan antara kasir pemegang kas kecil dengan didasarkan pada jumlah pengeluaran di
kasir utama. Secara periodik kasir utama atau bukti kas keluar kas kecil. Pada saat
bendahara mengisi kas di kasir kas kecil. Ada dua transaksi terjadi tidak dilakukan
pendekatan atau kebijakan dalam system dana pencatatan atas bukti-bukti transaksi.
kas kecil: Kasir kas kecil hanya mengumpulkan bukti-
 Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating bukti pengeluaran kas. Pencatatan
system), yaitu sistem kas kecil dimana transaksi pengeluaran dilakukan setelah
pengisian kas kecil dilakukan dalam jumlah dilakukan pengisian kas kecil. Kas kecil diisi
yang tidak teratur dan tidak didasarkan hanya sejumlah pengeluaran yang terjadi
bukti kas keluar. Setiap pengeluaran kas sehingga dana kas kecil tetap, kecuali
kecil yang terjadi langsung dicatat dengan dilakukan kebijakan perubahan saldo kas
mengkreditkan akun kas kecil. Dalam kecil.

42
Contoh:
Pada tanggal 5/1-2006 PT. A membentuk dana kas kecil sebesar Rp.400.000 dan diisi
setiap minggu. Pengeluaran yang terjadi selama satu minggu adalah:
6/1-2006 Dibayar biaya perjalanan dinas Rp.125.000
7/1-2006 Dibayar biaya bensin Rp.20.000
9/1-2006 Pembelian alat tulis kantor Rp.50.000
10/1-2006 Dibayar pembelian materai Rp.18.000
11/1-2006 Dibayar biaya bnsin Rp.15.000

Tanggal 12/1-2006 kas kecil diisi. Catat transaksi diatas dengan menggunakan:
A. Sistem imprest, dimana sewaktu penghitungan ditemukan jumlah kas kecil tersisa Rp.169.500
B. Sistem berfluktuasi. Pengisian kas kecil Rp. 350.000. Berapa sisa kas kecil seharusnya?
Jawaban:
Transaksi Imprest Fluctuating
Dibentuk dana kas kecil Rp. Petty Cash 400.000 Petty Cash 400.000
400.000 Cash 400.000 Cash 400.000
6/1-06 Biaya perjalanan dinas Tidak dicatat Traveling expense 125.000
Petty Cash 125.000
7/1-06 Biaya Bensin Rp. 200.000 Tidak dicatat Fuel & Oil Expense 20.000
Petty Cash 20.000
9/1-06 Pembelian alat tulis Tidak dicatat Supplies Expense 50.000
Rp.50.000 Petty Cash 50.000
10/1-06 Pembelian Materai Tidak dicatat Supplies Expense 18.000
Petty Cash 18.000
11/1-06 Pembelian Bensin Rp. Tidak dicatat Fuel & Oil Expense 15.000
15.000 Petty Cash 15.000
12/1-06 Pengisian kas kecil Travelling Expense 125.000 Petty Cash 350.000
Fuel & Oil Expense 35.000 Cash 350.000
Supplies Expense 68.000
Cash sort & Over 2.500
Cash 230.500
Saldo kas kecil setelah pengisian Rp.169.500+ Rp. 230.500 = Rp.400.000 Rp. 172.000+350.000 = Rp. 522.000

REKONSILIASI BANK
Rekonsiliasi bank dibuat untuk di bank, maka bank mengeluarkan rekening Koran
menyesuaikan akun kas di bank menurut catatan bank secara teratur setiap bulan. Rekening Koran
perusahaan dan menurut catatan bank (rekening tersebut biasanya berbeda dengan akun kas di
Koran). Apabila perusahaan memiliki rekening giro bank menurut catatan perusahaan. Rekonsiliasi

43
bank dibuat untuk mengetahui penyebab 4. Bank telah mendebitkan/ membebankan
perbedaan itu. Perbedaan ini biasanya disebabkan perusahaan, namun perusahaan belum
oleh: mengetahui samapi menerima rekening
1. Perusahaan telah mencatat penerimaan Koran. Pembebanan bank (Bank Charges)
kas dalam akun kas dibank, namun sampai biasanya terdiri dari:
rekening Koran diterima, penerimaan kas  Biaya administrasi, yaitu biaya pengurusan
tersebut belum tercantum. Contoh: Setoran rekening perusahaan
dalam perjalanan (Deposit in transit), yaitu  Cek kosong (Not Sufficient Fund/NSF),
setoran yang sudah dicatat menambah saldo yaitu cek-cek yang diterima perusahaan
akun kas di bank di buku besar perusahaan dari pelanggan namun ketika dicairkan
namun sampai rekening Koran diterbitkan dana pelanggan tidak memadai.
belum tercantum di Rekening Koran. 5. Kesalahan- kesalahan Bank atau
2. Perusahaan telah mencatat pengeluaran perusahaan. Kesalahan-kesalahan yang sering
cek (pengeluaran kas) di register cek, namun terjadi adalah kesalahan mencatat jumlah cek
sampai rekening Koran diterima perusahaan, atau penerimaan atau kesalahan pendebitan
cek-cek (pengeluaran kas) itu belum ada di atau pengkreditan yang dilakukan oleh bank.
rekening Koran karena cek belum ditukarkan
pelanggan. Pengeluaran ini disebut Cek yang Ada beberapa pendekatan atau cara
belum dicairkan (Outstanding Cheque) yaitu membuat rekonsiliasi bank:
Cek yang sudah ditulis perusahaan dan 1. Rekonsiliasi bank 1 kolom
diserahkan serta telah dicatat sebagai menyesuaikan saldo rekening Koran bank
pengeluaran, namun sampai rekening Koran agar sesuai dengan saldo kas di bank di
dikeluarkan oleh bank belum dicairkan oleh si buku besar atau sebaliknya, menyesuaikan
pemegang cek. Karena belum diuangkan oleh saldo kas di bank di akun Buku besar
si penerima cek, maka bank belum perusahaan agar sesuai dengan saldo di
mengurangkan dari saldo bank. rekening Koran.
3. Bank telah mencatat penerimaan kas 2. Rekonsiliasi bank 2 kolom
dalam rekening Koran bank, namun menyesuaikan saldo rekening Koran Bank
perusahaan tidak mengetahui adanya dan catatan saldo kas di bank di buku
penerimaan kas atau penagihan yang besar perusahaan sehingga diperoleh
dilakukan bank sampai rekening Koran saldo kas di bank yang sebenarnya.
diterima. Contoh: Setoran pelanggan yang 3. Rekonsiliasi bank 4 kolom (Proof of
langsung ke rekening perusahaan atau Cash) biasanya digunakan oleh auditor
penagihan bank kepada pelanggan (Collected untuk memeriksa mutasi bank perusahaan
by Bank) dan meguji saldo bank. Dilakukan dengan

44
menyesuaikan saldo bank awal, penerimaan bank, pengeluaran bank dan
saldo akhir.

Contoh:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
PER 30 Juni 2004
Balance per bank statement (Saldo menurut rekening Koran) Rp. 7.000.000
Add: - Deposit in transit 1.540.000
Less: - Outstanding cheque Rp. (2.000.000)
Balance per book Rp. 6.540.000

Catatan Kas di Bank bulan Juli: Rekening Koran Buku


Saldo 31 Juli 2004 8.650.000 9.250.000
Setoran Juli 5.000.000 5.810.000
Cek bulan juli 4.000.000 3.100.000
Penagihan wesel tagih 1.000.000 0
Biaya bank 15.000 0
NSF Cheque 335.000 0
Diminta:
Buat Rekonsiliasi bank dengan bentuk 1 kolom, 2 kolom dan 4 kolom.
1. Rekonsiliasi Bank 1 kolom (menyesuaikan saldo kas di bank menurut rekening Koran
bank menuju saldo kas di buku besar perusahaan, atau sebaliknya).
Dalam membuat rekonsiliasi bank model ini, diasumsikan benar. Sebaliknya, apabila saldo kas di
harus diasumsikan salah satu saldo salah dan perlu bank menurut buku besar diasumsikan salah, maka
disesuaikan menuju saldo yang dianggap benar. perlu disesuaikan ke saldo kas di bank menurut
Apabila saldo kas di bank menurut rekening Koran rekening koran yang diasumsikan benar.
bank diasumsikan salah, maka perlu disesuaikan ke Model 1 kolom untuk rekonsiliasi bank PT.
saldo kas di bank menurut buku besar yang Ayala Sukses dapat dibuat sebagai berikut:

45
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
(Saldo di rekening Koran menuju saldo di buku besar)
Per 31 Juli 2009
Saldo kas di bank menurut rekening koran 8.650.000
Menambah:
Deposit in transit 2.350.000
Bank Charge 15.000
NSF Cheque 335.000

Mengurangi:
Outstanding Checks (1.100.000)
Notes Receivable (1.000.000)

Saldo Kas di Bank menurut Buku Besar 9.250.000

Keterangan:
1. Pos- pos yang menambah saldo rekening 2. Pos-pos yang mengurangi saldo rekening
Koran adalah penerimaan-penerimaan yang Koran adalah pengeluaran-pengeluaran yang
belum terlihat dalam rekening Koran, namun sudah dicatat di buku besar namun tidak
sudah dicatat oleh perusahaan di buku besar terlihat di rekening Koran (contoh:
(yaitu deposit in transit). Pembebanan oleh Outstanding Cheque). Penagihan-penagihan
Bank (biaya administrasi, NSF Cheque) dan bank kepada pelanggan atau setoran
pendapatan bunga atas simpanan pelanggan ke rekening perusahaan yang
(pendapatan jasa giro) belum dicatat oleh belum dicatat perusahaan ke buku besar
perusahaan sebagai pengeluaran dan (dalam kasus itu adalah Note Receivable)
penerimaan sehingga harus ditambahkan ke harus dikurangkan dari rekening Koran.
saldo rekening Koran.
2. Rekonsiliasi Bank 2 kolom (menyesuaikan masing-masing saldo kas di bank untuk mencari
saldo yang sebenarnya)
Rekening Koran ini dibuat dengan Koran. Tujuannya adalah mencari saldo kas di bank
menyesuaikan kedua saldo kas di bank, baik yang sebenarnya.
menurut buku besar ataupun menurut rekening Model 2 kolom untuk kasus PT. AYALA SUKSES
dapat dibuat sebagai berikut:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
Per 31 Juli 2004

46
Saldo kas di bank menurut 8.650.000 Saldo kas di bank menurut 9.250.000
rekening koran Buku Besar
Menambah: Menambah:
Deposit in transit 2.350.000 Notes Receivable 1.000.000
Mengurangi: Mengurangi:
Outstanding Checks (1.100.000) Bank Charge (15.000)
NSF Cheque (335.000)

Saldo seharusnya Kas di Bank 9.900.000 Saldo seharusnya Kas di 9.900.000


Bank

Keterangan:
1. Perhitungan setoran dalam perjalanan (Deposit in transit) bulan juli:
Setoran bulan juli menurut buku Rp.5.810.000
Setoran bulan juli menurut rekening koran (Rp.5.000.000)
Selisih setoran Rp. 810.000
Setoran dalam perjalanan bulan juni Rp. 1.540.000
Setoran dalam perjalanan bulan juli Rp. 2.350.000
2. Perhitungan Cek-cek yang masih beredar (Oustanding Cheques) bulan juli:

Cek-cek bulan juli dikeluarkan perusahaan Rp. 3.100.000


Cek bulan juli menurut Rekening Koran (termasuk cek
bulan juni) Rp. 4.000.000
Cek-Cek beredar bulan juni (Rp. 2.000.000)
Cek bulan juli yang sebenarnya diterima bank (Rp.2.000.000)
Cek-Cek yang beredar bulan juli Rp. 1.100.000

3. Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo akun kas di bank menurut buku besar
adalah unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening Koran diterima.
4. Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo rekening Koran adalah unsure yang belum
dicatat oleh bank sebagai penerimaan atau pengeluaran samapi rekening Koran dikirimkan.
Rekonsiliasi Bank 4 kolom
Ada 3 cara melakukan rekonsiliasi bank 4 kolom: 3. Saldo buku besar disesuaikan terhadap
1. Saldo rekening koran dan saldo kas di saldo rekening koran.
bank menurut buku besar disesuaikan Penyesuaian dibuat terhadap saldo awal, saldo
untuk mencari saldo yang benar penerimaan dan saldo pengeluaran pada bulan
2. Saldo bank disesuaikan (dicari dilakukannya rekonsiliasi bank, dan saldo akhir.
perbedaannya) terhadap saldo buku
perusahaan
1. Saldo rekening koran dan saldo kas di bank menurut buku besar disesuaikan untuk mencari
saldo yang benar

47
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)
PER 31 Juli 2007
Saldo per Juli Saldo per
Keterangan
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007
Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000
Setroran dalam perjalanan      
a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp -
b, Per 31 Juli 2007   Rp 2.350.000 Rp 2.350.000
Outstanding Cheque:      
a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000)   Rp(2.000.000)  
b, Per 31 Juli 2007     Rp 1.100.000 Rp(1.100.000)
Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 6.810.000 Rp 3.450.000 Rp 9.900.000
       
Saldo Kas di Bank menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp - Rp - Rp 9.250.000
Penagihan wesel tagih   Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
Biaya jasa bank     Rp 15.000 Rp (15.000)
NSF Cheque     Rp 335.000 Rp (335.000)
Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 1.000.000 Rp 350.000 Rp 9.900.000

2. Saldo bank disesuaikan (dicari perbedaannya) terhadap saldo buku perusahaan


Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSES

REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)


PER 31 Juli 2007
Saldo per Juli Saldo per
Keterangan
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007
Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000
Setroran dalam perjalanan      
a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp -
b, Per 31 Juli 2007   Rp 2.350.000 Rp 2.350.000
Outstanding Cheque:      
a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000)   Rp(2.000.000)  
b, Per 31 Juli 2007     Rp 1.100.000 Rp(1.100.000)
Penagihan wesel   Rp(1.000.000) Rp(1.000.000)
Biaya Jasa Bank     Rp (15.000) Rp 15.000
NSF Cheque     Rp (335.000) Rp 335.000
Saldo kas di bank menurut buku
besar Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 9.250.000

3. Saldo buku besar disesuaikan terhadap saldo rekening koran.


Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)
PER 31 Juli 2007

48
Saldo per Juli Saldo per
Keterangan
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007
Saldo menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 9.250.000
Setroran dalam perjalanan      
a. Per 31 Juni 2007 Rp(1.540.000) Rp 1.540.000 Rp -
b, Per 31 Juli 2007   Rp(2.350.000) Rp(2.350.000)
Outstanding Cheque:      
a. Per 31 Juni 2007 Rp 2.000.000   Rp 2.000.000  
b, Per 31 Juli 2007     Rp(1.100.000) Rp 1.100.000
Penagihan wesel   Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
Biaya Jasa Bank     Rp 15.000 Rp (15.000)
NSF Cheque     Rp 335.000 Rp (335.000)
Saldo kas di bank menurut buku
besar Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000

Membuat Pencatatan Penyesuaian Saldo Kas di Bank di buku besar


Penyesuaian dilakukan untuk unsur- unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening
Koran diterima. Untuk kasus PT. Ayala Sukses, penyesuaian dicatat sebagai berikut:
1. Menyesuaikan penerimaan kas
Cash 1.000.000
Note Receivable 1.000.000

2. Menyesuaikan Pengeluaran kas


Bank charge expense 15.000
Account Receivable 335.000
Cash 350.000

Soal Latihan:
1. Tentukanlah berapa saldo kas dan setara kas PT. Bintang Mas dari informasi berikut ini dan
bagaimana memperlakukan yang tidak termasuk saldo kas dan setara kas?
 Uang tunai di brankas Rp 15.000.000
 Terdapat sertifikat deposito 6 bulan Rp. 60.000.000
 Perusahaan memiliki dana pelunasan obligasi Rp. 45.000.000 yang diinvestasikan dalam saham
yang beredar di bursa efek
 Saldo kas di bank Rp. 152.000.000
 Saldo dana kas kecil Rp. 650.000
 Perusahaan meminjam di bank dan bank menyiaratkan saldo minimum simpanan Rp. 25.000.000
 Salah satu rekening bank perusahaan bersaldo (Rp. 5.000.000)

49
2. PT. Tri C Sukses menggunakan system impres dalam pengelolaan kas kecil. Pengisian kas kecil
dilakukan setiap minggu. Berikut adalah informasi penggunaan kas kecil:
5/6-2009 dibentuk dana kas kecil Rp. 1.500.000
12/6-2009: pengeluaran kas kecil adalah: membeli perlengkapan kantor Rp. 450.000, pembayaran
iuran kebersihan dan keamanan Rp. 150.000, pembayaran BBM petugas penjualan Rp.
100.000, membeli materai Rp. 18.000. Sisa dana kas kecil Rp. 780.000
18/6-2009: pengeluaran kas kecil adalah: membayar biaya perjalanan dinas Rp. 465.000, membayar
biaya pemeliharaan rutin sepeda motor Rp. 94.000, membayar sumbangan Rp. 500.000.
Sisa dana kas kecil Rp. 445.000
25/6-2009 pengeluaran kas kecil adalah: pembelian BBM petugas penjualan Rp. 150.000, membayar
tagihan HP direktur (biaya telekomunikasi) Rp. 250.000, membayar pemeliharaan rutin
mobil kantor Rp. 200.000. Sisa dana kas kecil Rp. 900.000. Pada tanggal ini diputuskan
dana kas kecil Rp. 1.200.000.

3. PT. Andalas menyetorkan semua penerimaan dan melakukan semua pembayaran dengan
menggunakan cek. Informasi berikut ini diperoleh dari catatan kas dan rekening Koran bank untuk
membuat rekonsiliasi bank tanggal 31 agustus 2009:
1. Saldo kas menurut buku kas tanggal 1 agustus 2009 Rp.9.704.000, penerimaan kas selama bulan
agustus Rp. 35.000.000 dan pengeluaran kas selama bulan agustus Rp.34.903.000. Saldo kas yang
ada ditangan kasir perusahaan Rp. 310.000
2. Menurut rekening Koran bank, saldo kas di bank tanggal 31 agustus 2009 Rp. 8.089.000
3. Setoran dalam perjalanan Rp. 3.800.000
4. Cek-cek yang sudah dikeluarkan namun belum kelihatan di rekening Koran Rp. 1.050.000
5. Petugas pembukuan salah mencatat cek untuk membeli perlengkapanRp. 164.500, seharusnya
Rp.146.500.
6. Penagihan wesel dari salah seorang pelanggan Rp. 1.000.000 dan bunga Rp. 40.000. Penagihan
ini sudah dikreditkan bank.
7. Bank membebankan biaya pemeliharaan rekening Rp. 20.000
Diminta: Buat laporan rekonsiliasi bank dan buat pencatatan penyesuaian yang diperlukan.
4. Data buku kas perusahaan dan rekening Koran PT. A untuk tanggal 31 November 2009:

50
Buku Bank PT. A
Tanggal No. Cek Keterangan D K Saldo
Bilyet/Giro
01/11/2009 Saldo Awal 45.600.000
05/11/2009 Penjualan tunai 9.000.000 54.600.000
10/11/2009 415 Pembelian peralatan 2.000.000 52.600.000
15/11/2009 416 Pembayaran hutang 1.560.000 51.040.000
25/11/2009 617 Penerimaan Piutang Usaha dari CV. ABDi 6.500.000 57.540.000
26/11/2009 417 Pembayaran Hutang 4.500.000 53.040.000
29/11/2009 Penjualan tunai 11.000.000 64.040.000

Bank ACB
Rekening Koran
Bulan: November
Tanggal Sandi Keterangan Mutasi
D K Saldo
01/11/2009 45.600.000
06/11/2009 1 Setoran 9.000.000 54.600.000
10/11/2009 15 Cek #415 2.000.000 52.600.000
15/11/2009 12 Cek#416 1.650.000 50.950.000
24/11/2009 1 Setoran Piutang CV.Amir 3.750.000 54.700.000
26/11/2009 12 Cek#A487 4.000.000 50.700.000
28/11/2009 13 Administrasi 25.000 50.675.000
28/11/2009 14 Jasa giro 15.000 50.690.000

Ket: 1. Bank mengembalikan cek CV. ABDi dan ditandai NSF


2. Kesalahan pencatatan cek dilakukan pihak perusahaan
1. Buat Rekonsiliasi Bank
2. Buat Penyesuaian

5. Berikut ini adalah data kas di bank PT. Central (dalam ribuan) pada tanggal 31 desember 2009

BANK BUKU BESAR


Saldo awal Rp. 43.560 Rp.47.760
Penerimaan Rp. 85.700 Rp. 34.416
Pengeluaran Rp. 75.640 Rp. 36.916
Setoran pelanggan Rp. 16.770
Jasa giro Rp. 354
Salah catat cek untuk pembayaran hutang usaha Rp.945.000
(terlampau besar), seharusnya Rp.900.000
Pembebanan cek kosong Rp. 550
Biaya administrasi rekening Rp. 165
Setoran dalam perjalanan Rp. 25.000
Salah pembebanan cek Rp. 40.549
Cek-cek yang masih beredar 12.500

Dana kas kecil:


Perusahaan menggunakan system impres dank as kecil diisi setiap tanggal 5 dan 20 setiap bulan. Dana kas
kecil Rp. 5.000. Hasil pemeriksaan kas kecil dari tanggal 20/12/2009 – 5/1/2010 menunjukkan
pengeluaran-pengeluaran berikut ini: 22/12/2009 pembelian perlengkapan Rp. 1.500, 23/12/2009 biaya
BBM Rp. 500, 26/12/2009 biaya perjalanan dinas Rp. 1.000, 4/1/2009 biaya jamuan makan Rp.600.
Diminta:
1. Buat rekonsiliasi bank

51
2. Buat pencatatan penyesuaian hasil rekonsiliasi bank
3. Catat pengeluaran kas kecil sampai 31 desember 2009
4. Berapa jumlah kas yang harus disajikan di neraca 31 desember 2009?

6. Laporan bank menunjukkan data berikut (Dalam ribuan rupiah):


 Saldo awal 1/8-2002 90.425
 Setoran 915.176
 Cek plus memo deposit (851.715)
 Beban administrasi (44)
 Saldo akhir 31/8-2002 153.842

Akun Kas di buku besar perusahaan adalah sebagai berikut:

1/7 64.192 31/7 Pengeluaran Kas 665.491


31/7 Penerimaan Kas 682.429 1/8 Rekonsiliasi Bank 375
31/8 Penerimaan Kas 919.872 31/8 Pengeluaran Kas 856.446

Hasil penelaahan atas rekonsiliasi bank bulan lalu dan rekening bank bulan agustus menunjukkan hal-hal
berikut:
1. Cek-cek yang belum ditukarkan (outstanding cheque) 31/7/2002 berjumlah 26.042, dan 31/8-
2002 berjumlah 33.561
2. Setoran yang belum dilaporkan oleh bank per 31/7-2002 berjumlah Rp.16422, dan 31/8-2002
berjumlah 21.118
3. Cek No. 216 untuk perlengkapan kantor telah ditulis 695, namun dicatat di jurnal pengeluaran
kas sejumlah $965. Bank mencatat cek tersebut senilai 695
4. Cek yang ditulis oleh perusahaan lain senilai 583 telah dikurangkan oleh bank dari rekening
perusahaan ini.
5. Termasuk dalam rekening Koran bank adalah sebuah memo debit bertanggal 31/8 sebesar 2.475
untuk bunga wesel yang dikeluarkan perusahaan ini pada tanggal 31/7.
6. Sevice charge untuk bulan agustus belum dicatat perusahaan.
7. Dalam rekonsiliasi bank per 31/7-2002, ditunjukkan terdapat service charge 26 & cek kosong 349

Instruksi:
a. Siapkan rekonsiliasi bank 4 kolom untuk menyesuaikan saldo bank menjadi saldo buku

52
b. Siapkan rekonsiliasi bank 4 kolom yang menyesuaikan saldo bank dan saldo buku menjadi saldo
yang benar.
c. Siapkan ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk menyesuaikan buku perusahaan.

53
BAB IV
AKUNTANSI PIUTANG (Receivable)

Piutang (Receivable) merupakan klaim merupakan janji tertulis dari pelanggan atau pihak
suatu entitas terhadap pelanggan atau pihak lain lain kepada perusahaan untuk membayar sejumlah
atas uang, jasa atau barang. Untuk tujuan uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan.
pelaporan keuangan piutang dapat diklasifikasikan Piutang Usaha merupakan janji lisan dari pelanggan
atas piutang jangka panjang dan piutang jangka untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
pendek. Piutang Jangka Panjang adalah klaim suatu tanggal di masa depan. Piutang wesel bisa
kepada pihak lain yang diharapkan tertagih lebih berjangka panjang dan berjangka pendek,
dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tergantung perjanjian antara peminjam/pembeli
siklus operasi. Piutang Jangka Pendek merupakan dengan yang memberi pinjaman/penjual.
klaim kepada pelanggan atau pihak lain yang Sedangkan Piutang Usaha biasanya berjangka
diharapkan tertagih dalam satu tahun atau satu pendek dan diharapkan ditagih dalam 30 hari, 45
siklus operasi normal. hari atau 60 hari tergantung syarat-syarat
Selanjutnya, piutang dapat juga penjualan (term). Piutang Non Dagang timbul dari
digolongkan di neraca atas Piutang Dagang dan berbagai jenis transaksi yang bukan dari kegiatan
Piutang Non Dagang. Piutang Dagang terdiri atas perdagangan, misalnya piutang karyawan, piutang
Piutang wesel (Notes Receivable) dan Piutang kepada pemegang saham, uang muka
Usaha (Account Receivable). Piutang wesel

PIUTANG USAHA (ACCOUNT RECEIVABLE)

PENGAKUAN PIUTANG USAHA


Piutang usaha diakui/dicatat sebesar nilai atas piutang usaha, terdapat dua faktor yang
pertukaran atau nilai faktur yang telah disepakati memengaruhi pencatatan nilai piutang usaha,
oleh pihak penjual dan pembeli. Dalam pengakuan yaitu:

1. Diskun Dagang (Trade discount).


Diskun dagang adalah diskun yang kebijakan perusahaan memberikan diskun untuk
diberikan oleh penjual kepada pembeli atas dasar mencegah terjadinya perubahan harga berulang-
daftar harga yang diberikan penjual. Diskun ini ulang (harga tetap sesuai katalog, namun diberikan
biasanya diberikan karena pembeli membeli diskun). Apabila terdapat diskun dagang maka
barang/jasa dalam volume/jumlah tertentu atau piutang usaha diakui senilai jumlah neto (setelah

66
dikurangi diskun). Misalnya, PT. Aris memberikan menunjukkan harga perunit Rp. 20.000, maka PT.
diskun 30% untuk setiap pembelian barang. Aris mencatat penjualan 100 unit barang yang
Apabila pada tanggal tersebut daftar harga dijual secara kredit sebagai berikut:
D K
Account Receivable (piutang Usaha 1.400.000
Sales (Penjualan) 1.400.000
(100 Unit @ Rp. 20.000) x 70%

2. Diskun Tunai (Cash Discount).


Berbeda dengan diskun dagang, diskun apabila membayar dalam 10 hari sejak tanggal
tunai diberikan apabila pembeli barang membayar penagihan/faktur dan jatuh tempo dalam masa 30
sesuai dengan periode diskun yang tercantum hari sejak tanggal penjualan, atau 2/10 EOM
dalam syarat-syarat pembayaran. Apabila pembeli (Ending of Month) maka diskun 2% diberikan
membayar dalam periode yang disebutkan dalam apabila membayar dalam 10 hari sejak akhir bulan.
syarat-syarat pembelian (term), maka diskun Pengakuan terhadap diskun tunai dan piutang
diberikan sebesar persentase tertentu. Misalnya, dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
syarat 2/10, net 30 maka diskun 2% diberikan
a. Metode Neto ( Net Method).
Piutang diakui sebesar jumlah penjualan (pembayaran melebihi periode diskun) maka
setelah dikurangi dengan diskun. Metode ini manajemen pembeli tidak efisien. Diskun yang
mengasumsikan pembeli akan mengambil tidak diambil akan diakui sebagai keuntungan
kesempatan untuk memanfaatkan diskun yang karena diskun penjualan dibatalkan (Sales Discount
diberikan. Apabila diskun tidak diambil Forfeited).
Transaksi Nama Akun D K
1. Penjualan kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, n/30 Account receivable 24.500.000
Sales 24.500.000
2. Diterima pengembalian barang (retur) Rp.500.000 Sales return 490.000
Account receivable 490.000
3. Diterima cicilan piutang usaha dalam periode Cash 14.700.000
diskun, jumlah piutang Rp. 15.000.000 Account receivable 14.700.000
4. Diterima pelunasan piutang usaha Rp.9.500.000 Cash 9.500.000
setelah periode diskun Account receivable 9.310.000
Sales discount forfeited 190.000

b. Metode bruto (Gross Method).


Piutang dicatat sebesar nilai yang ada pembayaran pada periode diskun. Metode ini
pada faktur dan diskun dicatat dalam akun “Diskun merupakan metode yang paling mudah diterapkan
Penjualan” apabila perusahaan menerima dan paling banyak digunakan. Diskun penjualan

67
disajikan di laporan rugi-laba (Income Statement) sebagai pengurang dari akun Penjualan.

Transaksi Nama Akun D K


1. Penjualan Kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, N/30 Account Receivable Rp 25.000.000
Sales Rp 25.000.000
2. Diterima pengembalian barang (retur) Rp. 500.000 Sales Return Rp 500.000
Account Receivable Rp 500.000
3. Diterima Cicilan Piutang Usaha dalam peirode Cash Rp 14.700.000
diskun. Jumlah piutang Rp. 15.000.000 Sales Cash Discount Rp 300.000
Account Receivable Rp 15.000.000
4. Diterima Pelunasan piutang Usaha sejumlah Rp. Cash Rp 9.500.000
9.500.000 setelah periode diskun Account Receivable Rp 9.500.000

Dibandingkan metode bruto, metode neto karena membutuhkan analisa tambahan dan
menghasilkan praktik yang lebih baik karena pencatatan penyesuaian diakhir perode untuk
piutang disajikan dekat dengan nilai realisasinya. diskun tunai yang tidak diambil (Sales Discount
Dalam kenyataan, metode neto sulit diterapkan Forfeited).

PENILAIAN PIUTANG USAHA


Piutang Usaha dinilai sebesar nilai realisasi penjualan yang akan terjadi. Untuk menaksir
neto (Net Realizable Value), yaitu nilai yang jumlah piutang yang tak tertagih terdapat dua
diperkirakan bisa dikonversi menjadi kas. Untuk metode yang biasa digunakan:
menilai Piutang Usaha pada nilai realisasinya, maka 1. Metode Penghapusan Langsung (Direct
perlu mengestimasi piutang usaha yang tak Write-Off Method)
tertagih dan penaksiran atas retur dan penyisihan 2. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Metode Penghapusan Langsung
Metode ini digunakan hanya bila piutang mendebit akun biaya piutang tak tertagih dan
yang tidak tertagih tidak material. Secara teoretis, mengkreditkan akun piutang usaha. Apabila setelah
metode ini tidak cocok karena tidak memadankan dihapus, pelanggan membayar kembali setelah
biaya dan pendapatan periode. Metode periode penghapusan piutang usaha, maka
Penghapusan Langsung mencatat biaya piutang tak penerimaan itu dicatat sebagai keuntungan (Gain
tertagih (Bad debt Expense) pada periode ketika from Uncollectible Amount Recovery). Metode ini
piutang usaha tidak bisa ditagih. Piutang yang merupakan metode yang diwajibkan dalam
benar-benar tidak bisa ditagih dicatat dengan Undang-Undang Perpajakan.

Metode Penyisihan (Allowance Method)


Dalam metode penyisihan, setiap akhir tak tertagih (Bad debt Expense) dicatat ke jurnal
periode akuntansi ditaksir/ diestimasi jumlah biaya dengan mendebit akun biaya piutang tak tertagih
piutang tidak tertagih. Hasil taksiran biaya piutang dan mengkredit akun penyisihan untuk piutang tak

68
tertagih (Allowance For Doubtful Account). Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)/Standar
Apabila pelanggan benar-benar tidak bisa Akuntansi Keuangan (SAK).
membayar, dengan demikian piutang usaha harus Misalnya, total penjualan PT. A selama
dihapus, maka penghapusan itu dicatat dengan Tahun 2006 Rp. 250.000.000. berdasarkan
mendebit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih pengalaman sebelumnya, 2% dari total penjualan
(Allowance For Doubtful Account) dan mengkredit akan sulit ditagih. Pada tanggal 1/5-2007 salah
akun Piutang Usaha. Pembayaran kembali setelah seorang pelanggan PT. A jatuh pailit, sehingga
piutang dihapus dilakukan dengan mendebit Piutang Usaha sebesar Rp. 500.000 atas nama
Piutang Usaha yang sudah dihapus dan mengkredit pelanggan itu diputuskan oleh manajemen harus
kembali akun Penyisihan Piutang Yang Tak Tertagih dihapus. Tanggal 28/1-2008 pelanggan itu
(Allowance For Doubtful Account). Metode memberitahukan akan membayar seluruh
penyisihan menilai piutang dalam jumlah yang kewajibannya pada tanggal 5 maret 2008. Transaksi
dapat direalisasikan. Metode ini cocok dengan Piutang PT. A dapat dicatat dengan kedua metode
seperti ilustrasi dalam tabel berikut ini:

Perbandingan Metode Penyisihan dan Metode Penghapusan Langsung


Tanggal Keterangan Metode Penyisihan Metode Penghapusan Langsung
31/12/2006 Mencatat estimasi piutang tak Bad debt Expense Rp 5.000.000 Tidak dicatat ke jurnal
tertagih Allowance For Doubtful account Rp 5.000.000
01/05/2007 Penghapusan piutang Allowance for Doubtful Account Rp 500.000 Bad debt Expense Rp 500.000
pelanggan yang pailit Account Receivable Rp 500.000 Account Receivable Rp 500.000
28/01/2008 Pelanggan memberitahu akan Account Receivable Rp 500.000 Tidak dicatat ke jurnal
membayar Allowance for Doubtful Account Rp 500.000
05/03/2008 Penerimaan pembayaran Cash Rp 500.000 Cash Rp 500.000
Piutang yang sudah dihapus Account Receivable Rp 500.000 Gain From Uncolectible
amount Recovery Rp 500.000

Menaksir Jumlah Biaya Piutang Tak Tertagih


Biaya piutang yang tak tertagih ditaksir Untuk membantu dalam membuat
berdasarkan pertimbangan dan pengalaman pertimbangan, ada dua pendekatan yang bisa
masa- masa sebelumnya terkait dengan Piutang dipakai:
Usaha dan transaksi penjualan. Pertimbangan 1. Pendekatan Laporan Rugi-Laba
yang cermat dan wajar harus dilakukan agar (Income Statement Approach)
mencerminkan nilai realisasi dari Piutang Usaha 2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet
pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Approach)

Pendekatan Rugi Laba dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih

69
Penaksiran didasarkan jumlah penjualan dalam tahun 2006 penjualan kredit yang dilakukan
kredit yang terjadi dalam periode itu dan sebesar Rp. 650.000.000 dan berdasarkan
manajemen suatu entitas mempertimbangkan pengalaman tahun sebelumnya piutang yang sulit
jumlah piutang yang tidak tertagih dari penjualan ditagih 0,5% dari penjualan. Maka, tahun 2006
kredit yang terjadi dalam periode itu. Persentase jumlah piutang tak tertagih adalah 0,5% x Rp.
ketidaktertagihan piutang berdasarkan 650.000.000= Rp. 3.250.000. Biaya piutang tak
pertimbangan manajemen itu dikalikan dengan tertagih dan Penyisihan piutang dicatat sebagai
total penjualan kredit dalam periode itu. Misalnya berikut:

D K
Bad Debt Expense Rp3.250.000
Allowance For Doubtul Account Rp3.250.000

Pendekatan Neraca dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih


Pendekatan neraca dilakukan dengan periode-perode sebelumnya, ketidaktertagihan
membuat suatu bagan atau skedul Analisa Atas dalam setiap kelompok piutang pelanggan.
Umur Piutang Usaha (Aging Schedule). Piutang Total taksiran jumlah piutang usaha tak
usaha diklasifikasikan berdasarkan umur piutang tertagih merupakan jumlah Akun Penyisihan
usaha sejak tanggal penagihan atau faktur Piutang Tak Tertagih yang akan disajikan di neraca.
dikeluarkan sampai tanggal penyusunan laporan Selisih antara jumlah Akun Penyisihan Piutang Tak
keuangan. Piutang usaha masing-masing pelanggan Tertagih sebelum dilakukan penyesuaian dengan
(Customer) dikelompokkan berdasarkan umur jumlah akun penyisihan Piutang Tak Tertagih hasil
piutang masing- masing pelanggan. Biasanya perhitungan merupakan jumlah Akun Biaya Piutang
pengelompokkan didasarkan kelipatan dari hari tak tertagih pada periode itu.
jatuh tempo ( misalnya, piutang usaha jatuh tempo Misalnya, dari akun Piutang Usaha di Buku
30 hari, maka piutang pelanggan dikelompokkan Besar PT. A per 31 Desember 2007 saldo akhir
dalam kelipatan 30, yaitu 60 hari, 90 hari atau 120 Piutang Usaha sebesar Rp. 207.160.000. Jumlah
hari). Setelah pengelompokan dilakukan maka Piutang Usaha tersebar pada pelanggan berikut
manajemen menaksir, berdasarkan pengalaman (data diambil dari buku pembantu/kartu Piutang
Usaha):

70
Tanggal
No Pelanggan Jumlah
faktur
1 Toko Adiaksa Tentram 04 Februari 2007 Rp 2.560.000
2 Toko Biduan Lestari 15 September 2007 Rp 4.500.000
3 Toko Cahaya Sakti 15 Nopember 2007 Rp 55.000.000
4 PT.Damai Sehati 05 Oktober 2007 Rp 25.600.000
5 PT. Ermas Sentosa 05 Mei 2005 Rp 15.500.000
6 Toko Famas Abadi 16 Desember 2005 Rp 65.500.000
7 PT. Gilang Ramadhani 02 Desember 2005 Rp 32.000.000
8 PT. Harapan Imak 18 Desember 2005 Rp 6.500.000
Total Piutang Usaha Rp 207.160.000

Piutang Usaha dan Penyisihan untuk Piutang yang - Umur 61-90 hari, persentase
tak tertagih sebelum disesuaikan menunjukkan ketertagihan 85%
saldo piutang usaha Rp. 207.160.000 dan - Umur 91-120 hari persentase
Penyisihan untuk Piutang yang tak tertagih Rp. ketertagihan 80%
7.456.000. Kebijakan Piutang perusahaan untuk - > 120 hari, persentase ketertagihan
penyisihan adalah: Piutang 75%
- Piutang usaha jatuh tempo 30 hari Analisa atas Umur Piutang Usaha dapat dibuat
- Umur 31-60 hari, persentase seperti tabel dibawah ini:
ketertagihan 90%

Jumlah
No Pelanggan Tanggal Jumlah Belum Jatuh Umur Piutang
faktur Hari Tempo 31-60 61-90 91-120 >120
1 Toko Adiaksa Tentram 04/02/2007 Rp 2.560.000 330 Rp - Rp - Rp 2.560.000
2 Toko Biduan Lestari 15/09/2007 Rp 4.500.000 107 Rp - Rp - Rp 4.500.000
3 Toko Cahaya Sakti 15/11/2007 Rp 55.000.000 46 Rp - Rp 55.000.000
4 PT.Damai Sehati 05/10/2007 Rp 25.600.000 87 Rp - Rp - Rp 25.600.000
5 PT. Ermas Sentosa 05/05/2007 Rp 15.500.000 240 Rp - Rp - Rp 15.500.000
6 Toko Famas Abadi 16/12/2007 Rp 65.500.000 15 Rp 65.500.000
7 PT. Gilang Ramadhani 02/12/2007 Rp 32.000.000 29 Rp 32.000.000
8 PT. Harapan Imak 18/12/2007 Rp 6.500.000 13 Rp 6.500.000
Total Piutang Usaha Rp 207.160.000 Rp 104.000.000 Rp 55.000.000 Rp 25.600.000 Rp 4.500.000 Rp 18.060.000
Persentase tak tertagih 0 10% 15% 20% 25%
Jumlah Penyisihan setelah disesuaikan Rp - Rp 5.500.000 Rp 3.840.000 Rp 900.000 Rp 4.515.000
Total Rp 14.755.000

Biaya Piutang tak tertagih (Bad debt Expense) per 31 Desember 2007 dapat dihitung sebagai berikut:
-- Allowance for Doubtful Account setelah penyesuaian Rp. 14.755.000

71
-- Allowance for Doubtful Account sebelum penyesuaian Rp. 7.456.000
Bad Debt expense Rp. 7.299.000
Biaya Piutang Tak Tertagih dicatat ke jurnal umum dengan cara sebagai berikut:
D K
Bad Debt Expense Rp7.299.000
Allowance For Doubtful Account Rp7.299.000

WESEL TAGIH (PROMISORY NOTE)


Di Indonesia, wesel memiliki dua bentuk yaitu pula adanya suatu ketentuan yang mengatur
wesel aksep (Bank Draft) dan promes (Promisory apabila si pembayar mengalami gagal bayar1.
Note). Wesel Aksep (Bank draft) merupakan surat Wesel (note) apabila dilihat dari pihak
berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari yang memberi pinjaman disebut sebagai wesel
bank penerbit draft kepada pihak lainnya (tertarik) tagih (piutang wesel), sedangkan dari pihak
untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang peminjam disebut sebagai wesel bayar (hutang
tertentu atau orang yang ditunjuknya pada waktu wesel). Wesel yang jatuh tempo dalam periode 1
yang telah ditentukan. Bank draft ini adalah tahun disebut sebagai wesel jangka pendek,
merupakan cek namun sumber dana sedangkan wesel yang jatuh tempo lebih dari 1
pembayarannya adalah berasal dari rekening bank periode akuntansi disebut wesel jangka panjang.
penerbit bukan dari rekening nasabah perorangan. Wesel bisa dikenai bunga (interest bearing note)
Sedangkan Promes dalam akuntansi dapat juga namun bisa juga tanpa bunga (non interest bearing
disebut "nota yang dapat diuangkan" adalah note). Wesel tanpa bunga merupakan wesel yang
merupakan suatu kontrak yang berisi janji secara secara implisit tidak mencantumkan suatu
terinci dari suatu pihak ( pembayar) untuk persentase bunga namun ada komitmen untuk
membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya membayar suatu jumlah tertentu melebihi jumlah
(pihak yang dibayar). Kewajiban ini dapat timbul pinjaman yang diberikan.
dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu
hutang. Misalnya, dalam suatu transaksi penjualan
barang dimana pembayarannya mungkin saja
dilakukan sebagian secara tunai dan sisanya
dibayar dengan menggunakan satu atau beberapa
promes. Dalam promes disebutkan jumlah pokok
hutang serta bunga (apabila ada) dan tanggal jatuh
tempo pembayarannya. Kadangkala dicantumkan

1
Lihat www.wikipedia.com

72
PENGAKUAN WESEL
Wesel biasanya dibebani bunga dan direalisasikan untuk wesel berjangka waktu pendek, bunga pasar
sesuai dengan kondisi suku bunga pasar untuk tidak memengaruhi nilai realisasi wesel.
instrumen yang sesuai dengan wesel itu. Namun

WESEL JANGKA PENDEK BERBUNGA


Misalnya, Pada tanggal 15 Januari 2007 PT. A 10%/tahun. Nilai wesel Rp. 10.000.000. PT. A
melakukan penjualan barang kepada PT. B dan mencatat wesel itu dijurnal sebagai berikut:
menerima wesel (promes) 3 bulan berbunga
D K
15/01/2007 Notes Receivable Rp10.000.000
Sales Rp10.000.000
(Mencatat penerimaan wesel )

15/04/2007 Cash Rp10.250.000


Interest Revenue Rp250.000
Notes Receivable Rp10.000.000
(Mencatat pelunasan wesel dan penerimaan pendapatan bunga wesel)
Perhitungan Pendapatan bunga:
3
12
x 100
10
x Rp.10.000.000  Rp .250.000

Wesel jangka pendek diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan disajikan sama dengan piutang usaha.

Wesel jangka panjang berbunga; suku bunga nominal berbeda dengan


suku bunga pasar (efektif)

Nilai realisasi wesel jangka panjang berbunga Bank X memberi pinjaman Rp. 10.000.000 kepada
biasanya memperhitungkan pengaruh dari suku PT.A dan menerima wesel jangka panjang berbunga
bunga pasar wesel yang berisiko sama dengan 10%. Wesel jatuh tempo selama 3 tahun dan suku
wesel itu. Untuk mengetahui jumlah nilai realisasi bunga pasar untuk wesel yang berisiko sama
dari wesel, maka harus dicari nilai sekarang dari adalah 12%, maka nilai sekarang wesel dapat
wesel dan nilai sekarang dari anuitas penerimaan dihitung sebagai berikut:
bunga wesel itu. Misalnya, pada awal januari 2007

73
Nilai Jatuh tempo wesel Rp10.000.000
Nilai seka ra ng dari nilai jatuh tempo:
1
 Nilai jatuh tempo
(1  r ) n

1 Rp7.117.802
 Rp.10 .000 .000
(1  0,12) 3

Nilai seka ra ng dari anuitas penerimaan bunga


1
1
(1  r ) n
 Pendapa tan bunga wesel
r

1
1  Rp2.401.831
(1  0 ,12 ) 3
 Rp . 1 . 000 . 000
0 ,12

Nilai Se karang dari we sel Rp9.519.633


Pe rbedaan (diskun) Rp480.367

Pemasukan ke jurnal pada awal januari 2007 dilakukan sebagai berikut:


D K
Notes Receivable Rp 10.000.000
Discount on notes Receivable Rp 480.367
Cash Rp 9.519.633

Diskun yang dihasilkan diamortisasi selama periode metode bunga efektif dapat dilakukan sebagai
jatuh tempo wesel. Skedul Amortisasi dengan berikut:

Skedul Amortisasi Diskun


Tahun Kas Pendapatan Amortisasi Nilai
Diterima Bunga Diskun terbawa
0 Rp 9.519.633
1 Rp 1.000.000 Rp1.142.356 Rp142.356 Rp 9.661.989
2 Rp 1.000.000 Rp1.159.439 Rp159.439 Rp 9.821.428
3 Rp 1.000.000 Rp1.178.571 Rp178.572 Rp 10.000.000

Pemasukan ke jurnal untuk amortisasi diskun dan penerimaan pendapatan bunga pada tahun pertama
dibuat:

D K
Cash Rp 1.000.000
Discount on notes Receivable Rp 142.356
Interest Revenue Rp 1.142.356

74
WESEL JANGKA PANJANG BERBUNGA; SUKU BUNGA NOMINAL WESEL
SAMA DENGAN SUKU BUNGA PASAR (EFEKTIF)

Misalnya, PT. B meminjamkan sejumlah uang memiliki resiko yang sama adalah 10%. Ini
Rp.65.000.000 kepada PT. X dan menerima berarti wesel diterbitkan sama dengan nilai
wesel 3 tahun berbunga 10%. Suku bunga wesel nominal, sehingga tidak ada diskun yang dicatat.
dan suku bunga pasar untuk wesel yang PT. B mencatat wesel itu sebagai berikut:

D K
Notes Receivable Rp 65.000.000
Cash Rp 65.000.000

WESEL BERBUNGA NOL (ZERO-INTEREST BEARING NOTE)

Wesel berbunga nol merupakan wesel yang tidak Misal, PT. X meminjam Rp. 100 juta dari
mencantumkan tingkat suku bunga nominal pada PT.A dan memberi wesel 3 tahun berbunga nol,
wesel namun nilai realisasi wesel lebih kecil dari dimana nilai sekarang dari wesel Rp. 77.218.000.
nilai nominal wesel. Perbedaan antara nilai nominal Tingkat suku bunga implisit yang menyamakan nilai
dan nilai realisasi dicatat sebagai diskun dan nominal dan nilai sekarang adalah 9 % (lihat tabel
daimortisasi pada saat penutupan buku sebagai nilai sekarang pada periode 3 dan suku bunga 9%,
pendapatan bunga sebesar suku bunga yang nilai sekarang Rp1 untuk periode 3 tahun dan suku
menyamakan dengan nilai sekarang dari wesel. bunga 9% adalah Rp. 0,77218). Untuk mencatat
Pada saat wesel dilunaskan maka pihak peminjam transaksi itu di jurnal PT. A adalah sebagai berikut:
harus membayar sebesar nilai nominal dari wesel
itu.
D K
Notes Receivable Rp 100.000.000
Discount on notes Receivable Rp 22.782.000
Cash Rp 77.218.000

Diskun wesel diamortisasi pada akhir periode dengan menggunakan metode bunga efektif:

75
Skedul Amortisasi Diskun
Tahun Kas Pendapatan Amortisasi Nilai
Diterima Bunga Diskun terbawa
0 Rp 77.218.000
1 Rp - Rp6.949.620 Rp6.949.620 Rp 84.167.620
2 Rp - Rp7.575.086 Rp7.575.086 Rp 91.742.706
3 Rp - Rp8.257.294 Rp8.257.294 Rp 100.000.000

Pencatatan ke jurnal untuk amortisasi pada periode pertama adalah:

D K
Discount on notes Receivable Rp 6.949,62
Interest Revenue Rp 6.949,62

PENILAIAN WESEL TAGIH


Sama seperti Piutang Usaha, wesel juga piutang wesel. Estimasi atas Wesel tagih yang tidak
disajiakan sebesar nilai realisasi neto (Net tertagih bisa juga dilakukan dengan pendekatan
Realizable Value), yaitu nilai yang diestimasi bisa neraca atau pendekatan rugi laba, sama seperti
direalisasi setelah dikurangi penyisihan-penyisihan pada Piutang Usaha.

PELEPASAN PIUTANG USAHA DAN WESEL


Dalam peristiwa bisnis normal, piutang bersaing. Biasanya perusahaan dalam
usaha dan wesel ditagih ketika jatuh tempo dan industri jenis (misalnya perusahaan
dikeluarkan dari pembukuan. Namun, terdapat penjual mobil atau sepeda motor) ini
peristiwa dimana perusahaan pemilik piutang dan bekerjasama dengan suatu perusahaan
wesel membutuhkan kas dalam waktu singkat pendanaan ( Finance Company) atau Bank.
sehingga melakukan transfer piutang ke 2. Perusahaan sulit atau tidak memiliki akses
perusahaan lain. Alasan lainnya dilakukan melakukan pinjaman ke pihak lain atau
pelepasan piutang adalah: untuk menghindari penyimpangan dari
1. Memberikan fasilitas kepada pembeli persetujuan pinjaman.
karena hampir seluruhnya perusahaan 3. Penagihan piutang akan memakan waktu
dalam industri itu melakukan penjualan yang panjang dan mahal sehingga
secara kredit/cicilan. Apabila tidak mengalihkan ke pihak lain penagihan
dilakukan, maka perusahaan tidak dapat piutang.

76
Transfer piutang usaha dan wesel ke pihak 2. Mentransfer piutang usaha
lain untuk memperoleh kas dapat dilakukan dengan perjanjian tanggung
dengan: renteng atau non tanggung
1. Menggadaikan Piutang Usaha renteng (Factoring).

MENGGADAIKAN PIUTANG USAHA


Piutang Usaha dan wesel bisa menjadi pinjaman 12%. Cicilan PT. A dilakukan setiap bulan
jaminan atas pinjaman. Dalam perjanjian biasanya atas penerimaan Piutang usaha. Transaksi yang
perusahaan pemilik piutang tetap melakukan terjadi atas piutang usaha:
penagihan kepada debiturnya dan menyetorkan 1. Bulan Mei PT. A menagih piutang
hasil penagihan kepada pihak yang memberinya senilai Rp. 30.000.000, diskun tunai Rp.
pinjaman. Biasanya, perusahaan pemberi pinjaman 600.000 dan retur penjualan Rp.
(bank atau perusahaan pembiayaan) akan 2.000.000.
membebankan suatu beban keuangan (Finance 2. Pada bulan Juni PT. A melakukan
charge). Setiap penagihan digunakan untuk pembayaran kepada Bank X atas
melunasi pinjaman. Apabila pinjaman tidak dilunasi penagihan Piutang Usaha.
maka pemberi pinjaman memiliki hak melakukan 3. Seluruh Piutang Usaha berhasil
penagihan atas jaminan. Akun Piutang Usaha tetap ditagih Bulan Juni dan terdapat
dipegang dan dicatat oleh perusahaan yang penghapusan piutang Rp. 5 Juta.
menggadaikan piutang usaha. 4. Pada bulan Juli dilunaskan
Misalkan, 1 Mei 2007 PT. A menjaminkan seluruh pinjaman kepada Bank X
Piutang Usaha senilai Rp. 100.000.000 kepada Bank Pencatatan ke jurnal yang harus dilakukan
untuk pinjaman Rp. 80 Juta. Bank membebankan kedua belah pihak adalah:
suatu beban keuangan 2% dan bunga wesel

77
PEMBUKUAN PT.A PEMBUKUAN BANK X
1. Penerimaan Pinjaman dan Penjaminan Piutang Usaha
Cash Rp 78.400.000 Notes Receivable Rp 80.000.000
Finance Charge Rp 1.600.000 Finance Revenue Rp 1.600.000
Notes Payable Rp 80.000.000 Cash Rp 78.400.000

2. Bulan Mei PT. A menagih piutang senilai Rp. 30.000.000, diskun tunai Rp. 600.000 dan retur penjualan Rp. 2.000.000
Cash Rp 27.400.000
Sales Discount Rp 600.000 Tidak Mencatat Ke Jurnal
sales return And Allowance Rp 2.000.000
Account Receivable Rp 30.000.000
3. Pada bulan Juni PT. A melakukan pembayaran kepada Bank X atas penagihan Piutang Usaha
Notes Payable Rp 27.400.000 Cash Rp 28.200.000
Interest Expense Rp 800.000 Notes Receivable Rp 27.400.000
Cash Rp 28.200.000 Interest Revenue Rp 800.000

4. Seluruh Piutang Usaha berhasil ditagih Bulan Juni (Rp. 100 juta- Rp.30 Juta= Rp. 70 juta) dan terdapat penghapusan piutang Rp. 5 Juta
Cash Rp 65.000.000
Allowance For Doubtful Account Rp 5.000.000 Tidak Mencatat Ke Jurnal
Account Receivable Rp 70.000.000
5.Pada bulan Juli dilunaskan seluruh pinjaman kepada Bank X (Rp. 80 juta- Rp.27.400.000)
Notes Payable Rp 52.600.000 Cash Rp 53.126.000
Interest Expense Rp 526.000 Notes Receivable Rp 52.600.000
Cash Rp 53.126.000 Interest Revenue Rp 526.000

TRANSFER (ANJAK) PIUTANG


Piutang Usaha juga bisa ditransfer (dijual dilakukan dengan pemberitahuan atau notifikasi
atau dijaminkan) untuk memperoleh kas. Piutang kepada pelanggan agar melakukan pembayaran
usaha biasanya dijual ke perusahaan pendanaan kepada Faktor (pihak yang menerima transfer
(Finance Company) . Dalam Peraturan Menteri piutang usaha/Transferee)
Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang
perusahaan pembiayaan disebutkan Anjak Piutang Transfer Piutang tanpa Tanggung Renteng/tanpa
(Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam jaminan
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek Transfer piutang usaha tanpa tanggung
suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang renteng dianggap sebagai penjualan piutang usaha.
itu. Transfer piutang dilakukan dengan tanggung Dalam transfer piutang tanpa tanggung renteng,
renteng/dengan jaminan (with recourse) maupun pihak pembeli piutang (Faktor) menanggung
tanpa tanggung renteng/tanpa jaminan (Without seluruh Risiko ketidaktertagihan piutang.
Recourse). Transfer Piutang usaha biasanya Pengendalian terhadap piutang usaha berpindah

78
kepada Faktor. Faktor akan mengenakan beban (retur) atau ada piutang yang tidak tertagih. Dalam
pendanaan (Finance Charge) dan menahan transaksi ini, pihak penjual piutang mengakui
persentase tertentu dari piutang usaha sebagai keuntungan atau kerugian dari penjualan piutang.
jaminan (retensi) apabila ada klaim dari pelanggan Keuntungan atau kerugian penjualan piutang dapat
terhadap barang rusak atau ada pengembalian dihitung dengan cara:
- Nilai Buku Piutang Usaha xxx
- Nilai Realisasi Penjualan Piutang Usaha xxx
- Nilai yang ditahan factor
(Retensi Kepada Faktor) xxx+ (xxx)
Keuntungan (Kerugian) Penjualan Piutang usaha xxx

TRANSFER PIUTANG SECARA TANGGUNG RENTENG/DENGAN JAMINAN


Transfer Piutang Usaha secara tanggung Perbedaan antara penjualan piutang dengan
renteng dapat dipandang sbagai transaksi tanggung renteng dan tanpa tanggung renteng
penjualan atau transaksi pinjam meminjam dengan adalah pihak pemilik piutang usaha mentransfer
jaminan Piutang Usaha. PSAK No. 43 menjelaskan piutang usaha dan menjamin pembayaran piutang
bahwa Transfer Piutang Usaha dapat dipandang usaha sebesar kewajiban tanggung renteng yang
sebagai penjualan apabila keadaan-keadaan disepakati apabila pelanggan gagal membayar
berikut semuanya terpenuhi: piutang usaha. Kewajiban tanggung renteng
1. Klien (Pihak yang (Recourse Liability) dianggap pihak penjual piutang
mentransfer) tidak lagi memiliki manfaat (Transferor) sebagai kerugian penjualan Piutang.
ekonomi masa depan dari piutang dan Apabila estimasi ketidaktertagihan piutang usaha
tidak menanggung risiko kolektibilitas yang tidak terjadi, maka Pihak Penjual (Tranferor) akan
terkandung dalam piutang; mencatat kembali kewajiban tanggung renteng ini
2. Kewajiban klien dalam sebagai pendapatan. Namun, apabila pelanggan
perjanjian recourse (tanggung renteng) gagal membayar piutang, maka akun kewajiban
dapat diestimasi/ditaksir secara andal; dan tanggung renteng dibebankan ke akun Retensi
3. Klien tidak memiliki pada Faktor.
kewajiban atau opsi untuk membeli Contoh transaksi dan pencatatan
kembali piutang itu. untuk membedakan kedua model penjualan
Apabila ketiga ketentuan itu tidak piutang itu dapat diilustrasikan sebagai berikut:
terpenuhi, maka transfer piutang usaha harus 1. Tanggal 1/5-2008 PT. A mentransfer
dipandang sebagai pinjaman, bukan sebagai Piutang Usaha Jangka Pendek kepada
penjualan. suatu perusahaan pembiayaan. Piutang
Usaha yang ditransfer sebesar Rp. 150

79
juta. Perusahaan pembiayaan 2. Selama bulan Mei dan Juni, Pihak Faktor
mengenakan beban pendanaan (Finance melakukan penagihan Piutang
Charge) 5% dari piutang dan menahan 10 Rp.138.250.000. Retur Rp. 5.000.000,
% sebagai jaminan atas retur atau diskun diskun yang diberikan Rp. 5.750.000 dan
penjualan. Ditaksir, Rp. 3juta dari piutang tak tertagih Rp.3.000.000.
usaha itu akan sulit ditagih.
A. Penjualan Tanpa Tanggung Renteng (Without Recourse)
Tanggal Pencatatan oleh pihak Penjual (PT.A) Pencatatan oleh pihak Faktor (Perusahaan Pembiayaan)
01/05/2008 Kas 127.500.000 Piutang Usaha 150.000.000
Piutang Retensi Anjak Piutang 15.000.000 1 Hutang Retensi Anajak Piutng 15.000.000
Rugi Penjualan Piutang Usaha 7.500.000 2 Pendapatan Pendanaan 7.500.000
Piutang Usaha 150.000.000 Kas 127.500.000
1
10% x 150.000.000
2
5% x 150.000.000 Biaya Piutang Tak tertagih 3.000.000
Penyisihan untuk piutang tak tertagih 3.000.000

Mei dan Juni Retur Penjualan 3.000.000 Kas 138.250.000


Diskun Penjualan 5.750.000 Hutang Retensi Anajak Piutng 8.750.000
Piutang Retensi Anjak Piutang 8.750.000 Piutang Usaha 147.000.000

Penyisihan Untuk Piutang Tak tertagih 3.000.000


Piutang Usaha 2.000.000
Penyelesaian Kas 6.250.000 Hutang Retensi Anajak Piutng 6.250.000
Transaksi Piutang Retensi Anjak Piutang 6.250.000 Kas 6.250.000
(Rp. 15.000.000 - Rp. 8.750.000)

80
B. Penjualan Dengan Tanggung Renteng (With Recourse)
Tanggal Pencatatan oleh pihak Penjual (PT.A) Pencatatan oleh pihak Faktor (Perusahaan Pembiayaan)
01/05/2008 Kas 127.500.000 Piutang Usaha 150.000.000
Piutang Retensi Anjak Piutang 15.000.000 1 Hutang Retensi Anjak Piutang 15.000.000
Rugi Penjualan Piutang Usaha 10.500.000 2 Pendapatan Pendanaan 7.500.000
Piutang Usaha 150.000.000 Kas 127.500.000
Kewajiban Tanggung Renteng 3.000.000
1
10% x 150.000.000
2
(5% x 150.000.000)+ Rp.3.000.000

Mei dan Juni Retur Penjualan 3.000.000 Kas 138.250.000


Diskun Penjualan 5.750.000 Hutang Retensi Anjak Piutang 11.750.000
Piutang Retensi Anjak Piutang 8.750.000 Piutang Usaha 150.000.000

Kewajiban Tanggung Renteng 3.000.000


Piutang Retensi Anjak Piutang 3.000.000
Penyelesaian Kas 3.250.000 Kas 3.250.000
Transaksi Piutang Retensi Anjak Piutang 3.250.000 Hutang Retensi Anjak Piutang 3.250.000
(Rp.15.000.000-Rp.8.750.000 - Rp. 3.000.000)

82
Soal Latihan:
1. (Pengakuan Piutang Usaha)
Berikut ini adalah transaksi penjualan PT. A:
 Penjualan barang dagang secara kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, n/30.
 Barang dikembalikan senilai Rp. 2.000.000
 Penerimaan piutang dagang Rp. 15.000.000 dalam periode potongan tunai
 Penerimaan sisa piutang dagang melebihi periode potongan tunai.
Diminta: Catat seluruh transaksi ke jurnal umum menggunakan metode neto dan metode bruto

2. (Pengakuan biaya piutang tak tertagih). Berikut ini adalah sebagian data piutang usaha PT. Amas
sekora:
Penjualan Kredit selama tahun 2008 Rp. 1.897.096.540. Jumlah piutang usaha Rp. 985.456.231, saldo
penyisihan untuk piutang tak tertagih (Rp. 13.236.750). Beberapa informasi penting yang diperlukan
berkaitan dengan piutang usaha adalah:
31/12/2008 terdapat pelanggan (PT. Uni Unio) yang sudah pailit dan tidak mampu membayar.
Jumlah piutang usaha Rp. 2.300.000 harus dihapus.
31/12/2008 ditaksir 0,5% dari penjualan kredit akan sulit untuk ditagih
1/2/2009 PT. Uni Unio menyatakan akan melunasi hutangnya
15/2/2009 PT. Uni Unio membayar seluruh kewajibannya

Diminta:
1. Catat transaksi 31/12/2008 s.d 15/2/2009 dalam bentuk jurnal umum dengan asumsi
a. Menggunakan metode penyisihan
b. Menggunakan metode penghapusan Langsung
2. Sajikan Piutang usaha di neraca 31 desember 2008:
a. Menggunakan metode penyisihan
b. Menggunakan metode penghapusan Langsung

3. (Wesel tagih jangka pendek)


1/12-2008 PT. Burung Nuri menjual barang Rp. 23.000.000 dan mengeluarkan wesel 3 bulan
berbunga 9%/tahun
Diminta: Buat pencatatan dalam bentuk jurnal umum pada tanggal 1/12-2008, 31/12/2008, 1/3-
2009

4. (Wesel tagih jangka panjang berbunga, bunga pasar berbeda dengan bunga nominal)
1 september 2008 PT. Mutiara memberi pinjaman Rp. 76.000.000 kepada PT. Bahtera permai dan
menerima wesel 3 tahun berbunga 9% bungan dibayar tahunan. Suku bunga pasar pada saat itu 11%.
Anda diminta memberikan saran kepada PT. Mutiara untuk membuat pencatatan tanggal 1
september 2008 dan 31 desember 2008, 1 september 2009 dalam bentuk jurnal umum.
5. (Wesel Tagih Jangka Panjang berbunga nol)
1 September 2008 PT. Mulia meminjam Rp. 80 juta dari PT.A dan memberi wesel 3 tahun berbunga
nol. PT. Mulia menerima kas Rp. 61.774.400. Tingkat suku bunga pasar 9 % (lihat tabel nilai sekarang
pada periode 3 dan suku bunga 9%, adalah Rp. 0,77218). Buat Pencatatan tanggal 1/9’08,31/12/08
dalam bentuk jurnal umum

6. Neraca saldo PT. Enrico per 31 Desember 2006 sebelum penyesuaian menunjukkan data berikut:

Account Receivable Rp. 65.000.000


Allowance for Doubtful Account (Rp. 1.625.000)
Note Receivable Rp.25.000.000

83
Anda menemukan fakta-fakta berikut ini:
1. Terdapat piutang usaha kepada PT. Darli Rp. 1.450.000. Menurut manajemen Perusahaan ini
sudah pailit sehingga piutang harus dihapuskan.
2. Menurut manajemen, ditaksir 5% dari piutang bruto akan sulit untuk ditagih.
3. Wesel tagih merupakan wesel berjangka waktu 6 bulan yang dikeluarkan pada tanggal 5
november 2006 berbunga 10%
Diminta:
1. Buat pencatatan ke jurnal (ayat jurnal) yang harus dibuat oleh PT. Enrico
2. Sajikan seluruh piutang usaha per 31 Desember 2006 setelah penyesuaian

3.
Posisi saldo piutang usaha neto PT. Ayala per 31 desember 2005 sebelum penyesuaian:
PIUTANG USAHA 140.750
PENYISIHAN UNTUK PIUTANG USAHA TAK TERTAGIH (12.500)
PIUTANG USAHA NETO 128.250

Saldo Piutang Usaha terdiri dari:


Debitur Tanggal Jumlah Ketentuan % tak tertagih
PT. A 10-Feb-05 8.250 0-30 hari 0,50%
PT.B 06-Mar-05 9.750 31-60 hari 5%
PT.C 11-Nop-05 15.000 61-90 hari 10%
PT. D 08-Des-05 10.500 90-120 hari 15%
PT.E 19-Agust-05 8.500 >120 hari 35%
PT.F 17-Okt-05 25.000
PT.G 26-Des-05 61.250
PT.H 05-Feb-03 2.500
140.750
Pada 26 desember 2005 diketahui PT. H telah jatuh pailit dan manajemen memutuskan untuk menghapus piutang PT. H. Transaksi ini
belum dicatat.

Diminta:
1. Buat taksiran biaya piutang tak tertagih tahun 2005 dengan membuat skedul umur piutang usaha
2. Buat penyesuaian dan koreksi yang diperlukan sehingga menunjukkan jumlah piutang yang benar
di neraca periode 31 desember 2005
3. Berapa jumlah piutng neto periode sampai 31 desember 2005 setelah dilakukan koreksi dan
penyesuaian

4. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan PT. Skala:

a. Piutang Pelanggan sejumlah Rp. 40.000.000 telah digadaikan kepada Andika Finance
sebagai jaminan untuk pinjaman Rp. 30.000.000
b. Penagihan kas atas piutang yang digadaikan adalah Rp. 18.000.000
c. Hasil penagihan piutang dan cek senilai Rp. 3.000.000 untuk bunga pinjaman dikirimkan
ke Andika Finance
d. Hasil penagihan atas piutang yang digadaikan Rp. 16.200.000
e. Pinjaman dilunasi ditambah bunga Rp. 1.200.000
Diminta: Buat pencatatan ke jurnal umum oleh PT. Skala

5. Pada 1/3-2008 PT.A membutuhkan dana sehingga mentransfer piutang dagang kepada Moga
Finance. Piutang yang ditransfer sejumlah Rp. 150.000.000. Pihak Moga Finance mengenakan
beban pembiayaan 6% dari piutang dan menahan 8% sebagai jaminan atas retur atau potongan
penjualan. Ditaksir Rp. 2.500.000 dari piutang itu akan sulit untuk ditagih. Selama bulan April dan
Mei, pihak Moga Finance melakukan penagihan piutang usaha Rp. 126.780.000, retur penjualan
Rp. 3.500.000 dan tak tertagih Rp. 4.000.000.
Buat Pencatatan ke jurnal umum oleh PT. A dan Moga Finance apabila:
 Penjualan Piutang dengan tanggung renteng
 Penjualan piutang tanpa tanggung renteng

84
BAB V

AKUNTANSI SEDIAAN2 (INVENTORIES)

Sediaan adalah barang yang tersedia  Sediaan Barang Dagang


digudang atau tempat penyimpanan suatu  Sediaan Barang Habis Pakai
entitas pada tanggal tertentu. Sediaan terdiri Untuk jenis perusahaan manufaktur,
atas beberapa jenis, tergantung pada bentuk sediaan terdiri dari tiga jenis, yaitu Sediaan Bahan
entitasnya. Beberapa contoh dari sediaan adalah: Baku, Sediaan Barang Dalam Proses dan Sediaan
 Sediaan Bahan Baku Barang Jadi. Arus kos sediaan pada perusahaan
 Sediaan Barang Dalam Proses manufaktur dapat digambarkan sebagai berikut:
 Sediaan Barang Jadi

D Sediaan Bahan Baku K


Pembelian xxx Pemakaian xxx

D Sediaan Barang Dalam Proses K D Sediaan Barang Jadi K


Sediaan Awal xxx Selesai diproses xxx Sediaan Awal xxx CGS xxx
D Tenaga Kerja Langsung K Bahan Baku xxx BDP xxx
By.Upah xxx Pembebanan xxx TKL xxx
OHP xxx

Kos dai barang terjual


D (Cost of Goods Sold) K
Sediaan xxx xxx

D Overhead Pabrik K
By.Upah xxx Pembebanan xxx

Aliran kos itu dapat dimasukkan dalam jurnal sebagai berikut:

2
Menurut kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD), sediaan merupakan hasil dari proses menyediakan
(penyediaan). Pertalian yang tepat dari bentuk dasar sedia adalah menyediakan (verba), penyedia
(pelaku/alat), penyediaan (proses) dan sediaan (hasil). Untuk mengikuti pertalian antara bentuk dan
makna yang sudah diatur dalam EYD, maka istilah yang tepat adalah sediaan, bukan persediaan.
85
1. Memperoleh Bahan Baku
Sediaan Bahan Baku (Raw M aterial) xxx
Kas/hutang Usaha (Cash/Account Payable) xxx

2. membayar upah
Upah Tenaga kerja Langsung (Direct Labor) xxx
Kas/Hutang Upah (Cash/Accrued wages) xxx

3. Memperoleh Overhead Pabrik


Overhead Pabrik (Factory Overhead) xxx
Kas/Hutang(Cash/Payable) xxx

4. Membebankan sediaan bahan baku, tenaga kerja langsung dan Overhead ke Produksi
Sediaan Barang dalam Proses ( Work In Process) xxx
Sediaan Bahan Baku (Raw M aterial) xxx
Upah Tenaga kerja Langsung (Direct Labor) xxx
Overhead Pabrik ditentukan dimuka xxx
(Predetermined Factory Overhead)

5. Barang yang selesai diproduksi menjadi sediaan barang jadi


Sediaan Barang jadi (Finished Goods) xxx
Sediaan Barang dalam Proses ( Work In Process) xxx

6. Penjualan barang jadi


Kos dari barang terjual (Cost of Goods sold) xxx
Sediaan Barang Jadi (Finishend Goods) xxx

Mutasi sediaan pada perusahaan dagang, dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Akuntansi (Menyesuaikan sediaan)

Pembelian

Pelangan/pembeli

Sediaan Barang Dagang

Retur Penjualan

PEMASOK

Saldo sediaan barang dagang dipengaruhi oleh  Retur Pembelian dan diskun pembelian
transaksi-transaksi berikut ini:  Penjualan barang dagang
 Pembelian barang dagang  penyesuaian-penyesuaan terhadap saldo
 Retur Penjualan sediaan (sediaan hilang, menyusut,dll)

86
SISTEM PENCATATAN SEDIAAN
Terdapat dua sistem pencatatan sediaan: maka sistem pencatatan sediaan secara perpetual
 Sistem pencatatan sediaan bisa digunakan.
Perpetual
 Sistem Pencatatan sediaan secara Sistem Pencatatan sediaan secara periodik
periodik Sistem ini mencatat mutasi (perubahan)
terhadap saldo sediaan ke masing-masing akun
yang menunjukkan transaksinya, bukan ke akun
Sistem Pencatatan sediaan secara perpetual sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan
Sistem pencatatan sediaan secara sistem ini adalah:
perpetual melakukan pencatatan kos sediaan 1. Setiap terjadi pembelian barang
secara terus menerus ke pembukuan. Setiap kos sediaan dicatat ke akun Pembelian.
perubahan dalam sediaan langsung dicatat dengan 2. Apabila terjadi pembayaran
mendebit atau mengkredit akun sediaan. Teknik ongkos masuk, menerima diskun tunai atas
pencatatan apabila menggunakan sistem ini pembelian, atau pengembalian dan
adalah: penyisihan penjualan, maka nilai transaksi
1. Setiap terjadi pembelian barang, akun langsung dicatat ke akun masing-masing
sediaan didebit (Akun biaya angkut pembelian, diskun
2. Apabila terjadi pembayaran ongkos pembelian, akun retur dan penyisihan
masuk, menerima diskun tunai atas pembelian) bukan ke akun sediaan.
pembelian, atau pengembalian dan 3. Setiap terjadi penjualan barang,
penyisihan penjualan, maka nilai transaksi maka akun sediaan tidak dikreditkan.
langsung dicatat ke akun sediaan, bukan ke 4. Untuk menghitung kos dari
akun khusus untuk mencatat peristiwa- barang yang terjual (Cost of Goods Sold),
peristiwa itu. maka harus dilakukan perhitungan sebagai
3. Setiap terjadi penjualan barang, maka berikut:
akun sediaan di kreditkan dan akun kos dari Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold)
barang terjual (Cost of Goods Sold) didebitkan Sediaan awal periode (Beginning Balance) xxx
Pembelian (Purchases) xxx
4. Setiap jenis sediaan dibuatkan kartu
Retur pembelian (Purchase Return) (xxx)
sediaan yang berfungsi sebagai buku Diskun pembelian (Purchase Discount) (xxx)
Biaya angkut (Freight In) xxx +
pembantu (subsidiary ledger) dari akun
Pembelian neto (Net Purchase) xxx+
sediaan. Barang tersedia untuk dijual xxx
(Goods Available for sale)
Sistem sediaan perpetual mencatat mutasi
Sediaan akhir Periode (Ending Balance) (xxx)
sediaan secara terus menerus ke akun sediaan Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold) xxx
sehingga posisi sediaan tetap bisa diketahui setiap
saat. Untuk menghasilkan pengendalian yang baik,
87
5. Sediaan akhir diketahui ke neraca dan menutup akun-akun
jumlahnya hanya dengan melakukan pembelian, retur pembelian, biaya angkut
perhitungan fisik. pembelian.
6. Dibuat jurnal untuk
menutup/menyesuaikan saldo sediaan akhir

Perbandingan sistem perpetual dan sistem periodik

88
Transaksi Sistem perpetual Sistem periodik
1. Pembelian barang Inventory (Sediaan) xxx Purchase (Pembelian) xxx
Account Payable (Hutang Usaha) xxx Account Payable (Hutang Usaha) xxx

2. Pengembalian Account Payable xxx Account Payable xxx


(retur) pembelian Inventory xxx Purchase Return xxx

3. Penerimaan Account Payable xxx Account Payable xxx


diskun tunai Inventory xxx Purchase Discount xxx
Cash xxx Cash xxx

4. Pembayaran Inventory xxx Freight-in xxx


ongkos angkut Cash xxx Cash xxx

89
KEPEMILIKAN ATAS SEDIAAN
Kepemilikan (hak) atas sediaan berada. Pihak penjual mengkreditkan akun
menentukan siapa yang mencatat barang sebagai sediaan apabila barang sudah sampai pada
sediaannya. Untuk menetapkan hak atas sediaan, pembeli barang dan pihak pembeli
ada beberapa kondisi yang harus dianalisis: mendebitkan akun pembelian atau sediaan
 Barang dalam perjalanan pada apabila sudah diterima. Ketentuan ini
saat menyusun laporan keuangan biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak
Untuk menetapkan siapa yang berhak atas pembeli (misalnya: apabila pihak pembeli
barang yang sedang dalam perjalanan pada saat berada di Kota Jakarta maka dituliskan FOB
penyusunan laporan keuangan, maka harus dilihat Jakarta atau Franko Jakarta)
syarat (term) dari pembayaran ongkos angkut yang
ada di konosemen (Bill of Lading). Terdapat dua  Barang Konsinyasi
syarat pengiriman yang bisa menunjukkan Salah satu metode pemasaran yang
kepemilikan dari barang: banyak dipakai adalah konsinyasi. Pihak penitip
1. FOB Shipping Point (Free On Board (disebut konsinyor) mengirimkan barang kepada
Shipping Point) atau franko penjual. Apabila agen penjual dimana agen penjual berkewajiban
penjualan dilakukan dengan ketentuan ini menjual barang konsinyasi itu. Apabila barang tidak
maka ongkos angkut pengiriman barang terjual maka pihak penitip bisa mengambil atau
ditanggung oleh pihak pembeli barang. Hal itu mengganti barang dengan barang yang baru.
berarti kepemilikan barang berpindah apabila Dalam metode pemasaran secara konsinyasi
barang sudah keluar dari pelabuhan atau barang tetap menjadi hak penitip barang sampai
tempat pengiriman. Pihak penjual dengan barang itu terjual. Pihak yang menerima titipan
segera mengkreditkan akun sediaan dan pihak (konsinyee) menerima komisi atas penjualan
pembeli mendebitkan akun pembelian atau barang dan berkewajiban menjaga barang dan
sediaan. Ketentuan ini biasanya dituliskan menempatkan barang di tempat yang pantas.
sesuai dengan kota pihak penjual (misalnya:  Perjanjian Penjualan Khusus
apabila pihak penjual berada di Kota Medan 1. Penjualan dengan perjanjian membeli
maka dituliskan FOB Medan atau Franko kembali
Medan) Kadang-kadang perusahaan mendanai
2. FOB Destination (Free On Board Shipping sediaannya tanpa melaporkan adanya hutang atau
Point) atau franko pembeli. Apabila penjualan sediaan di neraca. Hal ini dilakukan dengan
dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos penjualan dengan perjanjian membeli kembali.
angkut pengiriman barang ditanggung oleh Dalam model transaksi ini pihak penjual dan
pihak penjual barang. Hal itu berarti pembeli melakukan perjanjian jual beli dimana
kepemilikan barang berpindah apabila barang pihak penjual berjanji akan membeli kembali
sudah sampai ke tujuan atau tempat pembeli sediaan dengan harga yang disepakati. Oleh pihak
90
pembeli, barang ini digunakan sebagai jaminan penjual membeli kembali seluruh barang dan pihak
untuk pinjaman dari bank. Hasil peminjaman uang pembeli menggunakan hasilnya untuk melunasi
dari bank digunakan oleh pembeli untuk melunasi hutang ke bank. Transaksi itu dapat diilustrasikan
transaksi penjualan barang. Dimasa depan, pihak sebagai berikut:

2. Meminjam dengan
1. Menjual barang jaminan barang
Penjual 4. Uang peminjaman Pembeli bank
3. Uang
dari bank untuk
melunasi pembelian

5. Pada tanggal yang disepakati, 6. Hasil pembelian kembali digunakan


membeli kembali barang Untuk melunasi hutang ke bank
Dengan melakukan penjualan dengan perjanjian penjualan ini tetap dicatat oleh pihak penjual.
membeli kembali pihak penjual bisa Pihak penjual tetap sebagai pemilik barang dan
menghindarkan pencatatan hutang dan juga harus mencatat hutang ke bank sebagai
memanipulasi penghasilan. Sedian dengan skema kewajibannya.
2. Penjualan dengan tingkat pengembalian 3. Penjualan Cicilan
yang tinggi Penjualan cicilan merupakan cara
Apabila dalam suatu operasi usaha penjualan lainnya dalam praktik bisnis.
terdapat tingkat pengembalian (return) yang tinggi Pelanggan akan melakukan cicilan sampai
karena ada perjanjian dagang yang periode waktu tertentu. Cara penjualan
memungkinkannya, maka terdapat dua alternatif secara cicilan sangat beresiko, terutama
pencatatan transaksi penjualan. Pencatatan tingkat ketertagihan piutang. Oleh karena itu,
transaksi penjualan bisa dilakukan pada saat dalam penjualan cicilan biasanya hak
terjadinya transaksi dan mencatat taksiran kepemilikan atas barang berpindah apabila
pengembalian dan penyisihan penjualan pada cicilan telah diselesaikan. Namun, terkait
akun taksiran penembalian dan penyisihan dengan kepemilikan atas sediaan dalam
penjualan. Penjual bisa juga tidak mencatat penjualan cicilan, barang-barang harus
penjualan sampai suatu keadaan yang dikeluarkan dari akun sediaan pihak penjual
mengindikasikan jumlah yang akan dikembalikan apabila persentase dari piutang yang tak
oleh pembeli. Apabila jumlah pengembalian bisa tertagih bisa ditaksir secara akurat.
ditaksir dengan akurat, maka sediaan juga bisa
dikreditkan pada saat mencatat penjualan.

91
PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAAN
Diskun pembelian diterima apabila entitas kelompok biaya lain-lain (Other Expenses and
membayar hutang usaha pada rentang waktu Losses).
diskun yang diberikan pihak penjual. Untuk Metode bruto dioperasikan dengan
mencatat diskun pembelian terdapat dua metode mencatat pembelian/sediaan pada jumlah bruto.
yang bisa digunakan, yaitu metode neto (Net Pada saat pembayaran hutang pada masa diskun,
Method) dan Metode Bruto (Gross Method). pembeli barang mencatat diskun dalam akun
Dengan menggunakan metode neto diskun diskun pembelian (apabila menggunakan sistem
pembelian langsung dikurangkan dari pembelian/ periodik) atau mengkreditkan akun sediaan
sediaan barang da hutang usaha. Apabila diskun (apabila menggunakan sistem perpetual). Misalnya,
tidak diambil maka didebitkan akun kerugian atas PT. A menggunakan sistem periodik dan membeli
diskun pembelian (Purchase discount Lost). Akun barang dengan syarat 2/10,n/30 pada tanggal 1/5-
kerugian karena tidak memanfaatkan dikun 2005 seharga Rp. 10 juta. Apabila pembayaran
pembelian dilaporkan di laporan rugi laba pada dilakukan dalam periode diskun atau diluar periode
diskun, pencatata yang dilakukan adalah:
Metode neto (net Method) Metode bruto (Gross Method)
Pembelian barang Rp. 10.000.000, syarat 2/10,n/30
Purchase 9.800.000 Purchase 10.000.000
Account Payable 9.800.000 Account Payable 10.000.000

Apabila hutang usaha dibayar pada periode diskun


Account payable 9.800.000 Account Payable 9.800.000
Cash 9.800.000 Purchase Discount 200.000
Cash 10.000.000
Apabila Hutang Usaha dibayar melewati periode diskun
Account Payable 9.800.000 Account Payable 10.000.000
Purchase Discount lost 200.000 Cash 10.000.000
Cash 10.000.000

PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORIS


Sediaan dinilai atas dasar kos historis.  Identifikasi spesifik (Specific
Penyimpangan atas basis ini dapat dilakukan Identification)
apabila terdapat kondisi- kondisi lain, misalnya  FIFO (First In First Out/Masuk
penurunan nilai sediaan menuju nilai pasar atau Pertama Keluar Pertama)
kondisi yang memerlukan estimasi atas nilai  LIFO (Last In First Out/ Masuk
sediaan. Penilaian berbasis aliran kos historis terdiri Terakhir Keluar Pertama)
atas beberapa metode:  Average (Rata-Rata)

92
Keempat asumsi aliran kos sediaan itu dapat bisa diidentifikasi kos-nya. Metode aliran kos ini
diterapkan pada sistem pencatatan periodik merupakan metode yang terbaik namun sulit untuk
maupun perpetual. dilakukan, terutama pada barang yang jenisnya
A. Identifikasi Spesifik banyak. Biasanya, metode ini digunakan pada
Metode aliran kos ini digunakan apabila entitas yang memiliki jenis sediaan sedikit, mahal
terdapat ciri-ciri khusus dari setiap jenis sediaan. dan mudah dibedakan berdasarkan karakteristik
Karena setiap jenis memiliki kualitas dan harga barang (misalnya: emas, perhiasan, mobil,
yang berbeda-beda, maka setiap barang yang furniture, berlian,dll).
terjual harus dikenali tanggal pembeliannya Misalkan PT. A memiliki data terkait
sehingga barang yang tersisa (sediaan) dan terjual dengan sediaan sebagai berikut:

Unit @ Total
Sediaan Awal 300 150 Rp 45.000
Pembelian
02/01/2007 150 150 Rp 22.500
16/01/2007 200 165 Rp 33.000
20/01/2007 175 170 Rp 29.750
31/01/2007 160 175 Rp 28.000
Total Pembelian 685
Retur Pembelian
17/01/2007 30 165

Penjualan
05/01/2007 115
17/01/2007 80
25/01/2007 200
Total Penjualan 395
Retur Penjualan
26/01/2007 40

Apabila Sediaan akhir ( 600 unit, berasal dari 300 + unit), 16/1 (10 unit), dan 20/1 (175 unit), 31/1 (160
685 -30 -395 + 40) diidentifikasi berasal dari unit), maka kos sediaan akhir dapat dihitung:
sediaan awal (185 unit), pembelian 02/1-07 (70

Unit @ Total
185 150 Rp 27.750
70 150 Rp 10.500
10 165 Rp 1.650
175 170 Rp 29.750
160 175 Rp 28.000
600 Rp 97.650

93
B. FIFO Metode ini mengasumsikan kos sediaan akhir
Metode aliran kos sediaan dengan FIFO berasal dari sediaan yang terakhir masuk ke
mengasumsikan aliran kos atas sediaan yang keluar gudang/tempat penyimpanan. Metode FIFO bisa
diambil dari kos sediaan yang paling awal masuk diterapkan dalam sistem pencatatan periodik
( kos sediaan yang pertama masuk merupakan maupun perpetual.
basis menentukan kos sediaan yang dikeluarkan).

Masuk 3

Masuk 2

Masuk 1

Masuk 1
Masuk Pertama, Keluar Pertama

FIFO pada sistem pencatatan periodik sedangkan kos sediaan akhir berasal dari
Pada sistem pencatatan periodik, pembelian yang terakhir dan ditarik mundur
Kunatitas dan kos sediaan akhir diketahui apabila sampai suatu tanggal dimana kuantitas sediaan
dilakukan perhitungan fisik terhadap sediaan. Kos terpenuhi. Berdasarkan contoh PT. A sebelumnya,
dari barang yang terjual (Cost of Goods Sold) maka kos sediaan akhir dengan metode FIFO dalam
berasal dari harga pembelian yang paling awal sistem Periodik dapat dihitung sebagai berikut:
FIFO PERIODIK
SEDIAAN AKHIR 600 UNIT
Kos Sediaan akhir:
160 unit 175 Rp 28.000 (dari pembelian 31/1/07)
175 Unit 170 Rp 29.750 (dari pembelian 20/1/07)
200 Unit 165 Rp 33.000 (dari pembelian 16/1/07)
65 Unit 150 Rp 9.750 (dari pembelian 2/1/07)
600 Rp 100.500

FIFO pada sistem pencatatan Perpetual yang keluar karena terjual dihitung kos-nya
Dalam sistem sediaan perpetual, berdasarkan kos sediaan akhir yang pertama dibeli.
manajemen sediaan dilakukan dengan membuat Kos dari sediaan akhir berasal dari harga pembelian
kartu sediaan (di bagian akuntansi) yang memuat barang yang terakhir..
setiap mutasi (pergerakan) barang serta kos-nya.
Apabila dipakai metode FIFO, maka setiap barang
94
Dari contoh sebelumnya, sediaan akhir PT. aliran FIFO dalam sistem sediaan perpetual:
A dapat dihitung dengan menggunakan metode
FIFO PERPETUAL

TANGGAL PEMBELIAN PENJUALAN (CGS) SALDO


UNIT @ TOTAL UNIT @ TOTAL UNIT @ TOTAL
01/01/2007 300 150 45.000
02/01/2007 150 150 22.500 450 150 67.500
05/01/2007 115 150 17.250 335 150 50.250
16/01/2007 200 165 33.000 335 150 50.250
200 165 33.000
17/01/2007 (30) 165 (4.950) 335 150 50.250
170 165 28.050
17/01/2007 80 150 12.000 255 150 38.250
170 165 28.050
20/01/2007 175 170 29.750 255 150 38.250
170 165 28.050
175 170 29.750
25/01/2007 200 150 30.000 55 150 8.250
170 165 28.050
175 170 29.750
26/01/2007 (40) 150 (6.000) 95 150 14.250
170 165 28.050
175 170 29.750
31/01/2007 160 175 28.000 95 150 14.250
170 165 28.050
175 170 29.750
160 175 28.000
Total 655 108.300 355 53.250 600 100.050

Walaupun saldo sediaan akhir bisa diketahui dari sediaan akhir tetap harus dilakukan minimal pada
kartu sediaan, namun perhitungan fisik terhadap saat akhir periode akuntansi
C. METODE LIFO Goods Sold) diambil dari kos sediaan yang terakhir
Metode LIFO bergerak dalam arah yang dibeli sehingga kos sediaan akhir berasal dari kos
berlawanan dengan metode FIFO. Pada metode barang yang pertama dibeli.
aliran kos ini, kos dari barang yang dijual (Cost of

Masuk 3
Masuk Terakhir , Keluar Pertama

Masuk 3

Masuk 2

Masuk 1

LIFO pada sistem pencatatan periodik sediaan. Kos sediaan akhir berasal dari pembelian
Dalam sistem periodik, kos sediaan akhir yang pertama dilakukan dan kemudian ditarik maju
diketahui jika dilakukan perhitungan fisik terhadap sampai kepada tanggal pembelian dimana seluruh
95
unit dalam sediaan terpenuhi. Dalam contoh dengan metode LIFO pada sistem sediaan periodik,
sebelumnya, kos sediaan akhir PT. A, apabila dinilai dapat dihitung sebagai berikut:
LIFO PERIODIK
SEDIAAN AKHIR 600 UNIT
Kos Sediaan akhir:
300 unit 150 Rp 45.000 (dari sediaan awal)
150 Unit 150 Rp 22.500 (dari pembelian 2/1-07)
150 Unit 165 Rp 24.750 (dari pembelian 16/1-07)
600 Rp 92.250

LIFO pada sistem pencatatan perpetual harga pembelian yang pertama dilakukan. Dari
Pada sistem perpetual, kos dari barang contoh PT. A sebelumnya, nilai sediaan akhir dapat
yang dijual ditentukan berdasarkan kos pembelian dihitung sebagai berikut:
barang terakhir. Kos sediaan akhir dihitung dari

LIFO PERPETUAL

TANGGAL PEMBELIAN PENJUALAN (CGS) SALDO


UNIT @ TOTAL UNIT @ TOTAL UNIT @ TOTAL
01/01/2007 300 150 45.000
02/01/2007 150 150 22.500 450 150 67.500
05/01/2007 115 150 17.250 335 150 50.250
16/01/2007 200 165 33.000 335 150 50.250
200 165 33.000
17/01/2007 (30) 165 (4.950) 335 150 50.250
170 165 28.050
17/01/2007 80 165 13.200 335 150 50.250
90 165 14.850
20/01/2007 175 170 29.750 335 150 50.250
90 165 14.850
175 170 29.750
25/01/2007 175 170 29.750 335 150 50.250
25 165 4.125 65 165 10.725
-
26/01/2007 (40) 165 (6.600) 335 150 50.250
105 165 17.325
31/01/2007 160 175 28.000 335 150 50.250
105 165 17.325
160 175 28.000
Total 655 108.300 355 57.725 600 95.575

D. METODE AVERAGE (RATA-RATA) Metode ini tidak mendasarkan kos sediaan


Metode rata-rata juga dapat diaplikasikan berdasarkan aliran barang masuk atau keluar,
pada sistem pencatatan periodik dan perpetual. namun merata-ratakan kos dari barang yang
tersedia untuk menghitung kos sediaan akhir. Dari
Metode Average dalam sistem periodik (Rata-Rata contoh PT. A sebelumnya, kos sediaan akhir dapat
Tertimbang) dihitung sebagai berikut:

96
AVERAGE PERIODIK (WEIGHTED AVERAGE/RATA-RATA TERTIMBANG)
SEDIAAN AKHIR 600 UNIT
Sediaan Awal 300 150 Rp 45.000
Pembelian
02/01/2007 150 150 Rp 22.500
16/01/2007 200 165 Rp 33.000
20/01/2007 175 170 Rp 29.750
31/01/2007 160 175 Rp 28.000
Retur Pembelian (30) 165 Rp (4.950)
955 153.300

Rp.153 .300
Kos per unit  Rp.160 ,5236
955 unit

Kos sediaan akhir= 160,52 x Rp 600 = Rp 96.314

Metode Average dalam Sistem Perpetual (Rata- barang. Dari data sediaan PT. A, sediaan akhir
rata Bergerak) dapat dihitung dari kartu sediaan berikut ini:
Sediaan yang di catat dikartu sediaan
dirata-ratakan kos-nya setiap terjadi pembelian
AVERAGE PERPETUAL (MOVING AVERAGE/RATA-RATA BERGERAK)

TANGGAL PEMBELIAN PENJUALAN (CGS) SALDO


UNIT @ TOTAL UNIT @ TOTAL UNIT @ TOTAL
01/01/2007 300 150 45.000
02/01/2007 150 150 22.500 450 150 67.500
05/01/2007 115 150 17.250 335 150 50.250
16/01/2007 200 165 33.000 535 156 83.250
17/01/2007 (30) 165 (4.950) 505 155 78.300
17/01/2007 80 155 12.400 425 155 65.900
20/01/2007 175 170 29.750 600 159 95.650
25/01/2007 200 159 31.800 400 160 63.850
26/01/2007 (40) 160 (6.400) 440 160 70.250
31/01/2007 160 175 28.000 600 164 98.250
Total 655 108.300 355 55.050 600 98.250

Rata-rata sediaan dihitung dengan dihitung sebagai berikut:( 50.250 +33.000) : (335
menambahkan total saldo sediaan sebelum +200) = Rp. 156. Dari beberapa metode sediaan
pembelian ditambah total harga beli barang, yang sudah dijelaskan, metode rata-rata
kemudian membagikan hasil penjumlahan itu merupakan metode yang paling sederhana dan
dengan total kuantitas sediaan. Misalnya, kos/unit mudah dilakukan.
sediaan pada tanggal 16 Januari 2007 dapat

Perbandingan Rugi-laba Masing-Masing Metode

97
Masing-masing metode menghasilkan kos Perbandingan laba rugi masing-masing metode
sediaan dan kos dari barang terjual yang berbeda- dengan menggunakan data PT. A diatas, dengan
beda. Kos sediaan yang berbeda-beda ini asumsi setiap barang dijual seharga Rp. 250 per
menghasilkan laba bruto yang berbeda. unit, dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Identifikasi FIFO LIFO AVERAGE
Khusus Periodik Perpetual Periodik Perpetual Periodik Perpetual
Sales (Penjualan) 395 unit x Rp. 250 Rp 98.750 Rp 98.750 Rp 98.750 98750 98750 98750 98750
Sales Return (Retur Penjualan) Rp (10.000) Rp (10.000) Rp (10.000) Rp (10.000) Rp (10.000) Rp (10.000) Rp (10.000)
Net Sales (Penjualan Neto) Rp 88.750 Rp 88.750 Rp 88.750 Rp 88.750 Rp 88.750 Rp 88.750 Rp 88.750
Cost Of Goods Sold
(Kos dari Barang Terjual)
Beginning Inventory (Sediaan Awal) Rp 45.000 Rp 45.000 Rp 45.000 Rp 45.000
Purchases (pembelian) Rp 113.250 Rp 113.250 Rp 113.250 Rp 113.250
Purchase Return (Retur Pembelian) Rp (4.950) Rp (4.950) Rp (4.950) Rp (4.950)
Goods Available For Sold Rp 153.300 Rp 153.300 Rp 153.300 Rp 153.300
(Barang Tersedia Untuk dijual)
Ending Inventory Rp (98.000) Rp (100.050) Rp (92.250) Rp (96.314)
(Sediaan Akhir)
Cost Of Goods Sold Rp 55.300 Rp 53.250 Rp 53.250 Rp 61.050 Rp 57.725 Rp 56.986 Rp 55.050
Gross Profit (Laba Bruto) Rp 33.450 Rp 35.500 Rp 35.500 Rp 27.700 Rp 31.025 Rp 31.764 Rp 33.700

Dari tabel diatas terlihat bahwa metode untuk menjaga keandalan dan keterbandingan
FIFO menghasilkan laba yang lebih tinggi karena informasi keuangan.
kos sediaan akhir dengan metode FIFO lebih tinggi Perpindahan dari satu metode aliran kos
dibandingkan metode-metode aliran kos sediaan sediaan ke metode lainnya tetap dimungkinkan
lainnya. Metode aliran kos apapun yang dipilih dengan alasan yang masuk akal dan dijelaskan
untuk dipakai harus digunakan secara konsisten dalam Catatan Terhadap Laporan Keuangan (Notes
(dipakai dari satu periode ke periode berikutnya) to Financial Statements).

4. METODE LAIN UNTUK MENILAI DAN MENAKSIR KOS SEDIAAN


Secara umum sediaan dinilai berdasarkan 1. Metode Lower of Cost or Market
metode kos histories, yaitu salah satu dari antara (Terendah antara Kos dan Pasar)
metode identifikasi khusus, FIFO, atau rata-rata. 2. Metode Lower of Cost or Net Realizable
Penyimpangan dari basis kos histories ini bisa Value (Terendah antara Kos dan Nilai
dilakukan sepanjang terdapat hal yang Realisasi Neto)
memungkinkan metode berdasarkan kos historis 3. Metode Relative Sales Value (Nilai
sulit atau tidk memungkinkan untuk dilakukan. Penjualan Relatif)
Beberapa cara untuk menilai atau menaksir sediaan 4. Metode Gross Profit (Laba Bruto)
diluar metode aliran kos histories adalah: 5. Metode Retail Inventory (Sediaan Eceran)

98
LOWER OF COST OR MARKET (TERENDAH ANTARA Harga pasar merupakan kos pengganti
KOS DAN PASAR) (Replacement Cost) dari sediaan, yaitu harga pasar
Metode Lower of Cost or Market apabila barang yang sama dibeli pada tanggal
(Terendah antara Kos dan Pasar) digunakan untuk penilaian, bukan harga jual dari sediaan itu.
menilai sediaan pada waktu laporan keuangan akan Misalnya, barang yang memiliki kos Rp. 20,000
disusun. Metode ini digunakan apabila manfaat pada tanggal penyusunan laporan dapat dibeli
sediaan menurun dibawah nilai/kos sediaan. dengan harga Rp. 19.500 maka kos pengganti
Kondisi tersebut terjadi apabila nilai pasar adalah Rp.19.500. Selisih antara nilai sediaan yang
sediaan lebih rendah dari kos sediaan karena dinilai berbasis kos dengan nilai pasarnya dianggap
kerusakan sediaan atau sediaan merupakan sebagai kerugian penurunan sediaan dan
barang usang. Akibatnya, kerugian karena nilai dibebankan pada periode dimana penurunan
pasar yang lebih rendah dari kos sediaan harus terjadi. Penilaian ini merupakan cara yang
diakui/dicatat pada periode penilaian. Kos sediaan konservatif dalam menilai sediaan.
yang dinilai dengan salah satu metode berbasis kos Cara kerja metode LCM
(FIFO, LIFO, AVERAGE atau Identifikasi Khusus) Metode LCM bekerja sesuai dengan
dibandingkan dengan nilai pasarnya, yaitu harga gambar berikut ini:
beli barang apabila pada saat penilaian barang itu
dibeli kembali.

Kos sediaan

Nilai realisasi neto

Dibandingkan, mana yang terendah


Tidak boleh lebih dari

Kos Pengganti
Pasar (Replacement
Cost)

Tidak boleh kurang dari

Nilai realisasi Neto


dikurangi
penyisihan untuk
marjin laba normal

Penjelasan: penilaian dilakukan. Kos pengganti


1. Kos sediaan merupakan nilai (Replacement Cost) tidak boleh melebihi nilai
sediaan yang dinilai dari salah satu metode realisasi neto, yaitu estimasi penjualan setelah
berbasis kos: FIFO, LIFO, AVERAGE, dan dikurangi estimasi pengeluaran untuk
Identifikasi Khusus. menyelesaikan sediaan (estimasi biaya
2. Nilai pasar merupakan Kos penyelesaian) dan biaya penjualan, dan tidak
pengganti, yaitu harga beli sediaan pada saat boleh lebih rendah dari nilai realisasi neto

99
setelah dikurangi penyisihan marjin laba 4. Apabila Nilai kos pengganti
normal. kurang dari nilai realisasi neto dikurangi
3. Apabila nilai pengganti melebihi penyisihan marjin laba normal, maka yang
nilai realisasi neto maka yang digunakan digunakan sebagai nilai pasar adalah hasil
sebagai nilai pasar adalah nilai realisasi neto pengurangan nilai realisasi neto dengan
karena nilai realisasi neto merupakan nilai penyisihan marjin laba normal. Hasil
penjualan neto (harga jual dikurangi biaya pengurangan nilai realisasi neto dengan
penyelesaian dan biaya penjualan) yang penyisihan marjin laba normal merupakan
diharapkan mengalir ke perusahaan. Nilai 5. batas bawah dimana sediaan
Realisasi Neto menutupi kerugian yang tidak boleh dijual dibawah nilai itu. Nilai batas
disebabkan oleh kerusakan atau keusangan bawah ini merupakan nilai yang dapat
sediaan. Apabila nilai pengganti melebihi nilai diperoleh atau direalisasi perusahaan dari
realisasi neto dan dipakai sebagai asumsi nilai sediaan dengan tetap memperoleh laba.
pasar maka sediaan menjadi lebih tinggi dari 6. Misalnya, PT. A memiliki sediaan
nilai realisasinya. Misalnya: kos sediaan akhir yang dinilai dengan FIFO. Kos sediaan akhir Rp.
Rp. 600, nilai pengganti Rp.550, dan nilai 2,000. Nilai penjualan dari sediaan Rp. 2.500
realisasi neto Rp 500, maka tidaklah tepat dan taksiran biaya penyelesaian dan penjualan
untuk menilai sediaan sebesar nilai pengganti Rp.150. Penyisihan untuk marjin laba normal
Rp. 550, karena sediaan hanya bisa direalisasi sebesar 10% dari penjualan. Harga beli sediaan
(dijual, setelah dikurangi biaya-biaya (Replacement Cost) pada saat penilaian
pelepasan) Rp. 500. dilakukan Rp.1.950. Batas atas dan Batas
Bawah dapat dihitung:
Harga jual sediaan Rp 2.500 adalah kos sediaan maka nilai sediaan akhir
Taksiran biaya penyelesaian dan biaya
yang disajikan di laporan keuangan adalah
penjualan Rp (150)
Nilai Realisasi Neto Rp 2.350 --> Batas Atas Rp. 2.000.
Penyisihan marjin laba normal (10%) Rp (250)
APLIKASI METODE LCM
Nilai Realisasi Neto setelah dikurangi
penyisihan marjin laba normal Rp 2.100 --> Batas Bawah Metode LCM bisa diaplikasikan kepada
masing-masing individu sediaan, kategori utama
Karena Nilai Pengganti (Replacement Cost) sediaan atau keseluruhan sediaan. Misalnya PT.
Rp. 1,950 sudah dibawah batas bawah, Aditia memiliki beberapa jenis sediaan yang bisa
maka yang digunakan sebagai nilai pasar dikategorikan atas dua jenis sediaan. Data-data
adalah Rp. 2.100. Selanjutnya metode LCM untuk menilai sediaan dapat dilihat pada
diaplikasikan untuk kos Rp. 2,000 dan nilai ilustrasi berikut ini (penyisihan marjin laba
pasar Rp. 2.100. Karena yang terendah normal 10% dari harga jual):

100
Sediaan Unit Kos per unit Total Kos Harga Jual Estimasi Marjin laba Kos
Biaya Penjualan normal (10%) Pengganti
Suku Cadang A
Kode 101 150 Rp 3.000 Rp 450.000 Rp 425.000 Rp 22.500 Rp 42.500 Rp 400.000
Kode 102 50 Rp 2.500 Rp 125.000 Rp 175.000 Rp 5.250 Rp 17.500 Rp 99.000
Kode 103 200 Rp 1.750 Rp 350.000 Rp 325.000 Rp 13.500 Rp 32.500 Rp 400.000
Total Rp 925.000 Rp 1.375.000 Rp 41.250 Rp 899.000
Suku Cadang B
Kode 201 175 Rp 4.500 Rp 787.500 Rp 1.137.500 Rp 34.125 Rp 113.750 Rp 670.000
Kode 202 350 Rp 6.000 Rp 1.950.000 Rp 1.900.000 Rp 84.000 Rp 190.000 Rp 2.275.000
Total Rp 2.737.500 Rp 3.037.500 Rp 118.125 Rp 2.945.000

Aplikasi metode LCM untuk setiap item sediaan, kategori utama sediaan dan keseluruhan dapat dilakukan
sebagai berikut:
a Batas Atas Batas bawah b a<---->B
Sediaan Unit Total Kos Nilai Realisasi NRN - peny. LCM LCM kategori LCM
Neto(NRN) marjin laba Kos Pengganti Nilai Pasar Individual Utama Keseluruhan
Suku Cadang A
Kode 101 150 Rp 450.000 Rp 402.500 Rp 360.000 Rp 400.000 Rp 400.000 Rp 400.000
Kode 102 50 Rp 125.000 Rp 169.750 Rp 152.250 Rp 99.000 Rp 152.250 Rp 125.000
Kode 103 200 Rp 350.000 Rp 311.500 Rp 279.000 Rp 400.000 Rp 311.500 Rp 311.500
Total Rp 925.000 Rp 883.750 Rp 791.250 Rp 899.000 Rp 863.750 Rp 836.500 Rp 836.500
Suku Cadang B
Kode 201 175 Rp 787.500 Rp 1.103.375 Rp 989.625 Rp 670.000 Rp 989.625 Rp 787.500
Kode 202 350 Rp 1.950.000 Rp 1.816.000 Rp 1.626.000 Rp 2.275.000 Rp 1.816.000 Rp 1.816.000
Total Rp 2.737.500 Rp 3.819.375 Rp 2.615.625 Rp 3.045.000 Rp 2.805.625 Rp 2.603.500 Rp 2.737.500
Keseluruhan Rp 3.662.500 Rp 4.703.125 Rp 3.406.875 Rp 3.944.000 Rp 3.669.375 Rp 3.440.000 Rp 3.574.000 Rp 3.662.500

Hasil penilaian sediaan menurut metode LCM berdasarkan ketiga kategori itu adalah:
Individual Kategori utama Keseluruhan
LCM Rp 3.440.000 Rp 3.574.000 Rp 3.662.500
Berbasis Kos Rp 3.662.500 Rp 4.703.125 Rp 3.406.875
Perbedaan Rp (222.500) Rp (1.129.125) Rp 255.625

Untuk menyesuaikan nilai sediaan dari berbasis kos Sold) dan sediaan periode itu. Tidak ada pengakuan
menuju berbasis pasar (LCM), ada dua metode kerugian atas penurunan nilai sediaan. Dari ilustrasi
pencatatan: diatas, penyesuaian dengan metode langsung
1. Metode langsung untuk LCM Individual dapat dibuat sebagai berikut:
Metode ini menyesuaikan selisih penilaian
ke akun Kos dari Barang Terjual (Cost of Goods
LCM Individual
Cost of Goods Sold (Kos dari barang terjual) Rp 222.500
Inventory (Sediaan) Rp 222.500

2. Metode Tidak langsung/Penyisihan


101
Metode ini menyesuaikan selisih penilaian penurunan nilai sediaan dan tidak langsung
ke akun penyisihan penurunan nilai sediaan dan mengurangi nilai sediaan di neraca. Dari segi
mengakui kerugian karena penurunan nilai sediaan. pengungkapan informasi keuangan, metode ini
Metode ini mengungkapkan kerugian atas lebih baik dari metode langsung.
LCM Individual
Loss due to market decline of Inventory Rp 222.500
(kerugian penurunan nilai pasar sediaan)
Allowance to reduce inventory Rp 222.500
(Penyisihan penurunan nilai sediaan)

Akun kerugian karena penurunan nilai disajikan di neraca sebagai pengurang akun sediaan
pasar sediaan disajikan di laporan rugi laba pada (Contra Account). Nilai Kos dari barang terjual (Cost
kelompok biaya lain-lain, sedangkan akun of Goods Sold) tidak berubah sama sekali.
penyisihan terhadap penurunan nilai sediaan
METODE LOWER OF COST OR NET REALIZABLE nilai sediaan menurut harga jual dikurangi dengan
VALUE (TERENDAH ANTARA KOS DAN NILAI taksiran-taksiran biaya penyelesaian dan penjualan.
REALISASI NETO) Nilai terendah antara nilai sediaan yang dinilai
Apabila nilai sediaan lebih tinggi dari nilai berbasis kos historis dengan nilai realisasi neto
realisasinya, maka kos dari sediaan tidak akan bisa diangkat sebagai nilai sediaan akhir di laporan
lagi dipulihkan atau diperoleh. Penyebab nilai keuangan.
sediaan melebihi nilai realisasinya adalah barang Sama dengan metode LCM, penilaian
yang rusak atau usang atau bila harga penjualan sediaan juga dapat dilakukan untuk masing-masing
menurun dibawah kos sediaan. Misalnya, sediaan item sediaan, kelompok utama atau secara
yang memiliki kos Rp. 600 namun hanya bisa dijual keseluruhan. Selisih penilaian dapat dicatat
(direalisasi) sebesar Rp. 500, tidak wajar apabila dengan metode langsung ataupun metode tidak
dilaporkan di neraca sebesar kos-nya Rp. 600. langsung, seperti diterapkan pada metode LCM
Untuk mencegah melaporkan sediaan dalam Argumen pendukung terhadap metode ini
jumlah yang melebihi nilai realisasinya maka adalah nilai sediaan tidak boleh melebihi nilai
metode terendah antara kos dan nilai realisasi neto realisasi neto-nya, karena aktiva tidak boleh dinilai
dapat digunakan untuk menilai sediaan akhir. melebihi nilai realisasinya Apabila sediaan sudah
Metode ini membandingkan nilai sediaan melebihi nilai realisasi neto, maka sediaan sudah
yang dinilai berbasis kos histories dengan nilai disajikan terlampau tinggi (overstatement). Standar
realisasi neto dari sediaan. Nilai realisasi Neto Akuntansi Keuangan (SAK) dalam PSAK No.14
merupakan nilai penjualan neto yang diharapkan menganjurkan penilaian sediaan dengan metode
mengalir dari sediaan. Sama dengan metode LCM, ini.
nilai realisai neto dihitung dengan mengurangkan

METODE LABA BRUTO (GROSS PROFIT METHOD)

102
Metode laba bruto digunakan untuk memungkinkan, perusahaan harus tetap
menaksir sediaan dalam kondisi tidak melakukan perhitungan fisik atas sediaan minimal
memungkinkan atau tidak efisien dari segi waktu sekali setahun.
untuk melakukan perhitungan fisik terhadap saldo Metode laba bruto dioperasikan dengan
sediaan. Biasanya metode ini digunakan apabila menetapkan suatu persentase laba bruto dari
sediaan terkena bencana alam (banjir, kebakaran, penjualan. Misalnya, PT. Andika memiliki penjualan
dll), atau oleh auditor untuk menaksir nilai sediaan Rp 20.000.000 dan ditaksir laba bruto 15% dari
akhir, atau apabila laporan keuangan disusun untuk penjualan. Saldo sediaan awal Rp. 35.000.000,
periode interim. Metode ini juga digunakan oleh pembelian dalam periode itu Rp. 15.000.000.
perusahaan asuransi untuk menaksir sediaan yang Secara sederhana sediaan akhir dapat dihitung
terkena bencana alam dan diasuransikan. Bila dengan cara:

Sales (Penjualan) Rp 20.000.000 Beginning Inventory (Sediaan awal) Rp 35.000.000


Cost of Goods Sold (Kos dari Barang terjual) Purchases (Pembelian) Rp 15.000.000
Beginning Inventory (Sediaan awal) Rp 35.000.000 Goods Available for Sold Rp 50.000.000
Purchases (Pembelian) Rp 15.000.000 Sales Rp 20.000.000
Goods Available for Sold Rp 50.000.000 Gross Profit Rp (3.000.000)
(Barang tersedia Untuk dijual) Cost Of Goods Sold Rp (17.000.000)
Ending Inventory (sediaan akhir) ( ? ) Ending Inventory (Sediaan Akhir) Rp 33.000.000
Cost of Goods Sold ( ? )
Gross Profit (15%) Rp 3.000.000
METODE NILAI PENJUALAN RELATIF (RELATIVE 1. Kualitas I (80 buah), harga jual Rp.
SALES VALUE) 50.000/unit
Metode nilai penjualan relative digunakan 2. Kualitas II ( 120 buah), harga jual
untuk menilai sediaan yang dibeli secara borongan Rp. 35.000/unit
(lump-sum). Alokasi kos sediaan didasarkan pada 3. Kualitas III (100 buah), harga jual
perbandingan total harga jual masing-masing item Rp. 10.000/unit
sediaan dengan keseluruhan harga jual. Rasio itu Pada akhir periode, yang tersisa adalah:
kemudian dikalikan dengan total harga beli seluruh 1. Kualitas I (20 buah),
sediaan. Misalnya, Tuan A membeli pakaian bekas 2. Kualitas II ( 60 buah)
dalam bal (suatu ukuran untuk pembelian pakaian 3. Kualitas III (10 buah)
jadi). Harga 1 bal pakaian adalah Rp. 3.500.000,
terdiri dari pakaian anak-anak: Kos dari sediaan akhir dapat dihitung sebagai
berikut:

103
Jenis Unit Harga/u Total Harga jual Harga Alokasi Harga beli
Harga jual Relatif Beli Harga beli (kos)/unit
Kualitas I 80 Rp 50.000 Rp 4.000.000 0,434783 Rp 3.500.000 Rp 1.521.739 Rp 19.022
Kualitas II 120 Rp 35.000 Rp 4.200.000 0,456522 Rp 3.500.000 Rp 1.597.826 Rp 13.315
Kualitas III 100 Rp 10.000 Rp 1.000.000 0,108696 Rp 3.500.000 Rp 380.435 Rp 3.804
Rp 9.200.000 Rp 3.500.000

Jenis Sediaan Unit Terjual Kos/unit Kos sediaan Kos dari


akhir Akhir barang terjual
Kualitas I 20 60 Rp 19.022 Rp 380.440 Rp 1.141.320
Kualitas II 60 60 Rp 13.315 Rp 798.900 Rp 798.900
Kualitas III 10 90 Rp 3.804 Rp 38.040 Rp 342.360
Rp 1.217.380 Rp 2.282.580

METODE RETAIL INVENTORY (SEDIAAN ECERAN) Istilah-istilah yang digunakan dalam metode
Pada perusahaan eceren item sediaan sediaan eceran
sangat banyak, sehingga perhitungan fisik atas Dalam perusahaan eceran, kenaikan atau
sediaan kurang efektif dilakukan terutama apabila penurunan harga eceren sangat sering dilakukan
perusahaan membuat laporan keuangan secara terutama untuk menyambut peristiwa-peristiwa
interim. Untuk mengetahui nilai sediaan tanpa tertentu atau untuk menanggapi pertumbuhan
perlu melakukan perhitungan fisik adalah dengan atau penurunan permintaan terhadap barang.
menggunakan metode sediaan eceran. Metode ini Beberapa istilah yang digunakan untuk
digunakan untuk menaksir nilai sediaan yang menjelaskan kenaikan atau penurunan harga
tersisa pada suatu tanggal. Metode sediaan eceran eceran adalah:
bisa digunakan dengan asumsi: 1. Mark up, yaitu jumlah kenaikan diatas
1. Perusahaan memiliki catatan tentang kos harga eceran
dan harga eceran dari setiap barang yang 2. Pembatalan Mark Up (Mark Up
dibeli Cancellation), yaitu penurunan harga pada
2. Perusahaan memiliki catatan tentang kos interval mark up yang sudah dibuat
dan harga eceran setiap barang yang 3. Mark Down, yaitu jumlah penurunan
tersedian untuk dijual. harga eceran
3. Memiliki catatan penjualan pada periode 4. Pembatalan Mark Down, yaitu kenaikan
itu. harga pada interval mark down yang
Taksiran nilai sediaan dihitung dengan sudah dibuat.
rasio kos terhadap harga eceran (Cost to retail Misalnya, harga eceran barang X Rp.
ratio), yaitu membandingkan nilai barang yang 5.000. Apabila harga dinaikkan menjadi Rp. 6.000
tersedia untuk dijual pada harga eceran dengan maka mark up Rp. 1.000. Apabila harga menjadi Rp.
nilai barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan 5.500 maka pembatalan mark Up Rp. 500. Apabila
kos-nya (harga pemerolehan). harga menurun menjadi Rp. 4.800, maka
pematalan mark up Rp. 500 dan mark down Rp.

104
200. Bila harga dinaikkan menjadi Rp. 4.950, maka telah terjadi pembatalan mark down Rp. 150.
Ilustrasi itu bisa digambarkan sebagai berikut:
Pembatalan Mark Up Rp. 500

Harga menjadi
Rp. 6.000

Harga Rp. 5.500


Mark Up Rp. 1.000

Pembatalan mark up Rp. 500

Harga Eceran
Rp. 5.000
Mark down Rp. 200
Harga
Rp. 4.950

Harga
Rp. 4.800

Pembatalan mark down Rp. 150

Misalnya, PT. Aditya memiliki data sediaan menurut kos dan harga eceran seperti dibawah ini:
Kos Harga eceran
Sediaan awal Rp 50.000 Rp 65.000
Pembelian (neto) Rp 115.000 Rp 149.500
Barang tersedia Untuk dijual Rp 165.000 Rp 214.500
Mark up Rp 10.000
Pembatalan mark up Rp 2.000
Mark down Rp 3.000
Pembatalan mark down Rp 1.500
Penjualan (neto) Rp 150.000

Nilai sediaan akhir dapat dihitung dengan perhitungan. Nilai sediaan akhir menurut harga
metode konvensional atau metode Kos. Dengan eceran diperoleh dengan mengurangkan nilai
metode konvensial, nilai barang tersedia untuk barang tersedia untuk dijual menurut harga eceran
dijual menurut harga eceran tidak termasuk mark dengan nilai penjualan. Kos sediaan akhir diperoleh
down dan pembatalan mark down (hanya sampai dengan mengalikan rasio kos terhadap harga
Mark up). Apabila metode kos yang digunakan, eceran terhadap nilai sediaan menurut harga
maka nilai mark up, pembatalan mark up, mark eceran.
down, dan pembatalan mark down diikutkan dalam
Metode Kos (Cost Method)
Barang tersedia untuk dijual ( Menurut Kos )
Kos sediaan Akhir  x Sediaan akhir( menurut Eceran )
Barang tersedia untuk dijual ( harga eceran , setelah mark up & Mark down )

Metode Konvensional (Conventional Method)


Barang tersedia untuk dijual ( Menurut Kos )
Kos sediaan Akhir  x Sediaan akhir
( menurut Eceran )
Barang tersedia untuk dijual ( harga eceran , setelah mark up )

Berdasarkan rumus diatas maka sediaan akhir PT. Aditya dapat dihitung:

105
Kos Harga eceran
Sediaan awal Rp 50.000 Rp 65.000
Pembelian (neto) Rp 115.000 Rp 149.500
Barang tersedia Untuk dijual Rp 165.000 Rp 214.500
Mark up Rp 10.000
Pembatalan mark up Rp (2.000) Rp 8.000
Barang tersedia Untuk dijual, setelah mark up (A) Rp 222.500
Mark down Rp 3.000
Pembatalan mark down Rp (1.500) Rp (1.500)
Barang tersedia Untuk dijual, setelah mark down (B) Rp 221.000
Penjualan (neto) Rp 150.000
Sediaan Akhir Rp 71.000

Kos Sediaan Akhir (Metode Kos ) Rp 53.009


Kos Sediaan Akhir (Metode Konvensional) Rp 52.652

Metode Konvensional tidak memasukkan Metode kos memasukkan mark up


mark-down untuk menghitung rasio sediaan akhir. maupun mark down untuk menghitung nilai
Metode ini digunakan apabila perusahaan ingin sediaan akhir. Metode ini tidak mengakui adanya
menaksir nilai sediaan akhir yang dinilai dengan kerugian akibat penurunan nilai sediaan.
menggunakan metode terendah antara kos (rata-
rata) dan nilai pasar.

PENGARUH KOMITMEN PEMBELIAN TERHADAP NILAI SEDIAAN


Komitmen pembelian adalah suatu pasar menurun dibawah harga kesepakatan, maka
kontrak pembelian antara pihak penjual dengan pihak pembeli harus mengakui kerugian dan
pihak pembeli barang. Bagi pembeli, kontrak hutang yang terkait dengan kerugian penurunan
pembelian melindunginya dari kenaikan harga yang harga itu. Penilaian harga kontrak terhadap harga
akan terjadi dalam masa-masa kontrak dan pasar juga dilakukan pada saat barang akan
menjamin pasokan barang. Bagi pihak penjual, diterima dan pembayaran dilakukan.
kontrak ini menjamin penjualan barang dan arus Misalnya, PT. Aditia melakukan komitmen
kas perusahaan. Pasa saat komitmen disepakati, pembelian dengan PT. Biduan Lestari. Komitmen
tidak ada pencatatan yang perlu dilakukan pada untuk membeli barang dari PT. Biduan Lestari pada
catatan akuntansi (jurnal). Apabila nilai kontrak harga yang disepakati Rp. 2.500/unit untuk 3.000
material, maka kontrak harus diungkapkan dalam unit barang. Pada akhir periode akuntansi, harga
Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to barang tersebut di pasar Rp. 2.000. Hal itu berarti
Financial Statement). Pencatatan ke jurnal PT. Aditia kehilangan kesempatan untuk
dilakukan ketika laporan keuangan (interim atau memperoleh harga yang lebih murah dari harga
tahunan) akan disusun. Pada saat itu, penilaian kontrak. Untuk itu, PT. Aditia harus mengakui
dilakukan terhadap harga yang tercantum dalam kerugian karena harga pasar dibawah harga
kontrak terhadap harga pasarnya. Apabila harga komitmen:

106
Untung/rugi yang belum terealisasi--komitmen pembelian Rp 1.500.000
(Unrealized holding gain or loss)
Hutang taksiran atas komitmen pembelian Rp 1.500.000
(Estimated Liability on Purchase Commitment)

Kerugian karena penurunan harga pasar itu pada saat barang diterima harga pasar sebesar Rp.
disajikan di laporan rugi laba pada kelompok akun 2.200, maka PT. Aditia harus mengakui keuntungan
Biaya dan kerugian lainnya. Akun hutang taksiran (ingat: keuntungan boleh diakui hanya ketika
atas komitmen pembelian disajikan pada kelompok realisasi dilakukan):
hutang jangka pendek (hutang lancar). Apabila

107
Hutang taksiran atas komitmen pembelian(Estimated Rp 600.000
Liability on Purchase Commitment)
Untung/rugi yang belum terealisasi--komitmen Rp 600.000
pembelian(Unrealized holding gain or loss)

Sediaan (Inventory) 6.600.000


Hutang taksiran atas komitmen pembelian(Estimated-
Liability on Purchase Commitment) 900.000
Kas (Cash) 7.500.000

107
Soal Latihan:
1. Berikut ini adalah data sediaan PT. Andalan Jaya selama bulan januari 2007:
Unit @ Total
Sediaan Awal 400 500 Rp200.000
Pembelian
02/01/2007 300 500 Rp150.000
16/01/2007 200 550 Rp110.000
20/01/2007 275 575 Rp158.125
31/01/2007 160 575 Rp 92.000
Total Pembelian 935
Retur Pembelian
17/01/2007 30 550 16.500

Penjualan
05/01/2007 275
17/01/2007 300
25/01/2007 200
Total Penjualan 775
Retur Penjualan
26/01/2007 40

Dari hasil Perhitungan fisik, sediaan akhir berjumlah 560 unit. Seluruh barang dijual pada harga Rp.
700 per unit)

Diminta:
A. Catat setiap transaksi ke jurnal umum dengan mengasumsikan:
 Sistem pencatatan FIFO periodik dan perpetual (buat kartu sediaan)
 Sistem pencatatan LIFO periodik dan perpetual (buat kartu sediaan)
 Sistem pencatatan AVERAGE periodik dan perpetual (buat kartu sediaan)
B. Hitung laba rugi masing-masing metode dalam sistem periodik dan perpetual

2. Sediaan akhir PT. Biduan Lestari per 31 Desember 2007 Rp. 267.525.900. Kejadian berikut terkait
sediaan mereka:
 Pada tanggal 28 desember 2007 PT. biduan Lestari melakukan penjualan barang kepada
PT. Kulancar dengan syarat FOB destination. Kos dari barang yang dijual (Cost of Goods
Sold) Rp. 23.500.000 sudah dikurangi dari nilai sediaan, padahal barang belum sampai
ditempat pembeli.
 Pada tanggal 29 desember 2007 dilakukan pembelian barang Rp. 19.800.000 dengan
syarat FOB shipping Point. Sediaan ini telah dicatat padahal barang belum sampai.
 Dalam gudang PT. Biduan Lestari terdapat barang yang dititip oleh PT. Caraka. Petugas
pembukuan telah memasukkan barang itu (Rp. 6.500.000) pada sediaan PT. Biduan
Lestari.

108
Diminta: Catat koreksi yang harus dilakukan oleh PT. Biduan Lestari dan tentukan kos sediaan akhir
3. PT. BUNGA JELITA memiliki satu jenis sediaan. Pada akhir tahun 2008, di neraca saldo
perusahaan, sediaan akhir memiliki kos Rp. 80.000.000 (800 unit @Rp. 100.000). Pada saat
melakukan perhitungan fisik atas sediaan, terdapat 50 unit barang memiliki kemasan yang rusak.
Ditaksir, barang itu hanya bisa dijual dengan harga Rp. 80.000/unit. Biaya penjualan Rp. 10.000/unit.
Biasanya, perusahaan menjual barang Rp. 115.000/unit. Pada akhir tahun 2008, kos pengganti dari
barang Rp. 105.000/unit, sedangkan marjin laba normal 15% dari kos barang.
a. Hitung kos sediaan dengan menggunakan metode LCM (Terendah antara Kos dan Pasar) dan
buat penyesuaian dengan menggunakan metode langsung dan metode penyisihan.
b. Hitung kos sediaan dengan menggunakan metode LCN/Lower of Cost or Net Realizable Value
(terendah antara kos dan nilai realisasi neto) dan buat penyesuaian dengan menggunakan
metode langsung dan metode penyisihan.
4. Berikut ini adalah data sediaan PT. Cukup Lancar (menggunakan metode FIFO)
Sediaan Unit Kos per unit Harga Jual Estimasi Biaya Kos
Per unit Penjualan/unit Pengganti/unit
Pakaian Wanita
Kode W1 150 Rp 15.000 Rp 30.000 Rp 900 Rp 14.000
Kode W2 50 Rp 45.000 Rp 60.000 Rp 1.800 Rp 37.000
Kode W3 200 Rp 55.000 Rp 85.000 Rp 2.550 Rp 60.000
Total Rp 175.000 Rp 5.250 Rp 111.000
Pakaian Pria
Kode P1 175 Rp 75.000 Rp 90.000 Rp 2.700 Rp 67.500
Kode P2 350 Rp 60.000 Rp 75.000 Rp 2.250 Rp 62.000
Total Rp 165.000 Rp 4.950 Rp 129.500

Estimasi penyisihan untuk marjin laba normal sebesar 15% dari penjualan.
Diminta: Tentukan nilai sediaan akhir dan catat penyesuaian apabila terjadi penurunan nilai (metode
penyisihan dan metode langsung), dengan menggunakan:
 Lower of cost or market (Individual, kelompok utama dan keseluruhan)
 Lower of cost or net realizable value (Individual, kelompok utama dan keseluruhan)
5. PT. Adella Jaya mengalami bencana alam, dimana gudang mereka terbakar. Sebagian dari
sediaan bisa diselamatkan. Untuk keperluan klaim asuransi atas sediaan, berikut ini data sediaan PT.
Adella:
Sediaan Awal Rp.1.975.0000
Pembelian Rp.2.250.000
Penjualan Rp. 3.750.000
Persentase laba bruto 40% dari penjualan
Dari sisa sediaan akhir yang terbakar, nilai realisasi (masih bisa dijual) seharga Rp. 550.000
Diminta:

109
1. Hitung kos sediaan akhir dengan menggunakan metode laba bruto.
2. Hitung kerugian PT. Adella akibat kebakaran itu.

6. PT. Bandung Jaya membeli tanah seharga Rp. 550.000.000. Tanah itu akan dikavling dengan
harga jual sebagai berikut:
Total
Jumlah Harga per kavling
Lokasi 1 10 Rp 9.000.000 Rp 90.000.000
Lokasi 2 20 Rp 20.000.000 Rp 400.000.000
Lokasi 3 15 Rp 15.000.000 Rp 225.000.000
Rp 715.000.000

Pada periode itu, kavlingan yang terjual adalah: lokasi I ( 5 kavling), lokasi II (15 Kavling), Lokasi III (7
Kavling)
Diminta: Hitung sediaan akhir, kos barang terjual dan laba PT. Bandung Jaya pada periode itu. Gunakan
metode nilai jual relative.

7. PT. Sunset Cemerlang ingin menyusun laporan keuangan interim. Berikut data yang diperlukan
untuk menaksir nilai sediaan menurut metode eceran:

Kos Harga eceran


Sediaan awal Rp 5.500.000 Rp 7.700.000
Pembelian (neto) Rp 115.000 Rp 161.000
Barang tersedia Untuk dijual Rp 5.615.000 Rp 7.861.000
Mark up Rp 160.000
Pembatalan mark up Rp 40.000
Mark down Rp 50.000
Pembatalan mark down Rp 25.000
Penjualan (neto) Rp 5.900.000

Diminta:
Hitung Kos sediaan akhir dengan menggunakan metode kos dan metode konvensional

8. PT. Danar Hati melakukan komitmen pmbelian 5.000 unit barang pada harga Rp. 900/unit. Pada
saat penyusunan laporan keuangan, harga pasar barang Rp. 800/unit dan pada saat barang
diterima dan akan dilakukan pembayaran harga pasar Rp. 750.
Diminta: Buat penyesuaian yang harus dilakukan PT. Danar Hati pada saat proses penyusunan laporan
keuangan

110
BAB VI
AKUNTANSI AKTIVA TETAP, PENYUSUTAN DAN
PENURUNAN NILAI

111
Aktiva Tetap, sering disebut juga aktiva Fasilitas 3. Memiliki substansi fisik
Fisik atau aset tetap, adalah aktiva berujud yang
Meskipun kuantitas aktiva tetap tidak
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
terlalu banyak dibandingkan jenis aktiva lainnya
penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan
(misalnya: sediaan), namun nilai aktiva tetap
kepada pihak lain, atau untuk tujuan
cukup material dibandingkan nilai total aktiva
administrative dan diharapkan untuk digunakan
suatu entitas. Dengan demikian, akuntansi
selama lebih dari satu periode. Contoh Aktiva
aktiva tetap harus ditangani dengan baik
tetap adalah: Tanah, Gedung Kantor, Gedung
sehingga laporan keuangan dapat disajikan
Pabrik, Mesin, Perabotan,dll. Dari defenisi itu,
secara wajar. Akuntansi aktiva tetap mencakup
karakteristik dari aktiva tetap adalah:
tentang pengakuan aktiva tetap, pengeluaran-
1. Diperoleh untuk digunakan dalam
pengeluaran setelah pemerolehan aktiva tetap,
operasi dan bukan untuk dijual kembali
penyajian aktiva tetap, pelepasan aktiva tetap
2. Bersifat jangka panjang sehingga
(penjualan dan pertukaran) serta penurunan
merupakan subyek dari penyusutan
nilai (Impairment).
(kecuali tanah)
KOMPONEN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP
Suatu pengeluaran diakui sebagai aktiva apabila:  Potongan tunai (Rp. 7. 500.000)
 PPN 10% Rp. 14.250.000
A. besar kemungkinan manfaat
 Pengangkutan Rp. 500.000
ekonomis di masa depan berkenaan  Instalasi Rp. 1.500.000
dengan aktiva itu akan mengalir ke Kos Pemerolehan Rp158.750.000

entitas; dan
Pencatatan mesin itu ke jurnal dilakukan sebagai
B. Kos (Cost) pemerolehan dapat
berikut:
diukur secara andal.
D K
Kedua criteria pengakuan aktiva itu juga berlaku untuk Mesin Rp 158.750.000
Kas/Hutang Rp 158.750.000
pengakuan aktiva tetap. Dasar pengakuan awal untuk
aktiva tetap adalah kos historical (Historical Cost), yaitu Kos dari tanah

kos yang ditunjukkan dalam bukti pemerolehan aktiva. Tanah bisa dimiliki untuk tujuan spekulatif atau

Manfaat ekonomi dimasa depan dalam bentuk untuk mendukung operasi normal perusahaan. Tanah

pendapatan atau penjualan Aktiva tetap harus sangat yang diperoleh untuk tujuan spekulatif dikategorikan

pasti (probable) akan mengalir ke perusahaan di masa sebagai investasi. Tidak seperti aktiva tetap lainnya,

yang akan datang. tanah tidak memiliki umur ekonomis atau masa manfaat

Secara umum, Aktiva Tetap diakui sebesar kos terbatas karena nilai tanah cenderung meningkat.

pemerolehannya, meliputi: Pengeluaran- pengeluaran yang termasuk kos

1. Harga pemerolehannya, termasuk bea impor dan pemerolehan tanah adalah (PSAK No.47):

pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan 1. Harga transaksi pembelian tanah

dikurangi potongan harga beli dan potongan- termasuk tanaman, prasarana, bangunan

potongan lainnya. diatasnya yang harus dibeli kemudian

2. Kos yang dapat diatribusikan secara langsung untuk dimusnahkan

membawa aktiva ke lokasi dan kondisi yang 2. Pengeluaran untuk konstruksi atau

diinginkan agar siap digunakan sesuai dengan pembuatan tanah, bila lahan tanah diciptakan

keinginan dan maksud manajemen 3. Kos (Cost) untuk ganti rugi

3. Estimasi awal kos pembongkaran dan pemindahan penghuni dan relokasi

aktiva tetap dan restorasi lokasi aktiva. 4. Kos (Cost) untuk pembelian tanah
lain sebagai pengganti

Misalnya PT. A membeli mesin yang memiliki harga 5. Kos (Cost) untuk komisi perantara

faktur Rp. 150.000.000 (potongan tunai 5%) ditambah jual bei tanah

PPN dan PT. A juga membayar untuk pengangkutan 6. Kos (cost) pinjaman terkapitalisasi

Rp.500.000 dan instalasi Rp. 1.500.000 maka kos ke dalam tanah

pemerolehan dari mesin adalah: 7. Kos (Cost) pematangan tanah

 Harga Faktur Rp. 150.000.000


Pengeluaran untuk pengurusan legal hak atas harus disusutkan sepanjang umur ekonomisnya atau
tanah, PSAK No. 47 menyatakan pengeluaran ini dicatat masa manfaat.
ke akun biaya yang ditangguhkan atas pengurusan legal Misalnya, PT. Tekindo membeli sebidang tanah
hak atas tanah. Akun ini diamortisasi selama umur yang diatasnya terdapat sebuah bangunan. Pengeluaran-
ekonomisnya. Termasuk dalam biaya yang ditangguhkan pengeluaran berikut untuk membuat tanah siap
untuk pengurusan legal hak atas tanah adalah: digunakan dalam operasi:
1. Legal audit, seperti pemeriksaan keasian 1. Harga pembelian tanah Rp. 500.000.000
sertifikat tanah, rencana tata kota 2. Pengurusan legal atas tanah Rp. 45.000.000
2. Biaya-biaya pengukuran, pematokan dan 3. Pengeluaran untuk menghancurkan gedung Rp.
pemetaan ulang 5.000.000 dan puing-puing bangunan bisa dijual
3. Biaya notaries, biaya jual-beli dan PPAT Rp. 1.500.000
4. Pajak terkait jual beli tanah 4. Diatas tanah terdapat pepohonan. Pengeluaran
5. Biaya resmi yang harus dibayar ke kas untuk menebang pohon Rp. 500.000 dan kayu
Negara untuk pemerolehan hak, perpanjangan bisa dijual Rp. 750.000
atau pembaharuan hak baik status maupun 5. Penimbunan tanah, perataan dan pembersihan
peruntukan. menghabiskan dana Rp. 25.000.000
Dalam hal tanah diperoleh untuk lokasi 6. Jalan desa menuju tanah diaspal sebesar Rp.
membangun sebuah bangunan maka kos yang terjadi 150.000.000 (selanjutnya dipelihara Negara)
sampai gedung baru dibangun merupakan bagian dari 7. Dilokasi tanah dilakukan pengaspalan,
kos tanah. Penjualan puing-puing gedung lama ataupun pemagaran, pembuatan lampu jalan Rp.
batang pohon yang ada dilokasi tanah diperlakukan 250.000.000
mengurangi kos dari tanah karena pengeluaran itu PT. Tekindo mencatat kos pemerolehan tanah:
dimaksudkan agar tanah bisa digunakan untuk maksud Pembelian Tanah Rp 500.000.000
Penghancuran gedung Rp 5.000.000
yang diinginkan. Hasil penjualan puing bangunan Rp (1.500.000)
Penebangan pohon Rp 500.000
Apabila terdapat pengembangan lokal diluar Hasil penjualan Kayu Rp (750.000)
Penimbunan, perataan dan pembersihan Rp 25.000.000
Pembangunan fasilitas umum Rp 150.000.000
lokasi tanah yang memiliki umur tidak terbatas yang Kos Pemerolehan Tanah Rp 678.250.000

dimaksudkan untuk menunjang operasi di areal tanah Pengembangan Tanah Rp 250.000.000


Pengurusan legal untuk hak atas tanah Rp 45.000.000
dan selanjutnya pengembangan itu akan dipelihara oleh Pencatatan ke jurnal
Tanah (Land) Rp 678.250.000
Pemerintah setempat maka kos diperlakukan sebagai kos Pengembangan Tanah (Land Improvement) Rp 250.000.000
Biaya ditangguhkan atas tanah (Deffered Charges) Rp 45.000.000
dari tanah. Namun, pengembangan-pengembangan di Kas (Cash) Rp 973.250.000

lokasi tanah yang memiliki umur terbatas (misalnya: Kos dari Gedung/bangunan
pembangunan pagar, jembatan, jalan, lampu jalan) tidak Kos dari bangunan adalah seluruh pengeluaran
dimasukkan dalam akun Tanah, namun dalam akun sampai gedung siap digunakan. Termasuk dalam
Pengembangan Tanah (Land Improvement). Akun pengeluaran ini adalah bahan baku yang dihabiskan,
pengembangan tanah, karena memiliki umur terbatas, tenaga kerja yang digunakan, overhead yang dibebankan,
pengeluaran untuk jasa professional (arsitektur,dll) dan
ijin mendirikan bangunan. Apabila gedung dibangun sediaan perusahaan yang dijual pada aktivitas normal,
berdasarkan harga kontrak, maka nilai kontrak maka pembebanan kos overhead sama seperti
merupakan basis pengakuan. pembebanan dengan unsur sediaan lainnya. Namun,
Kos dari peralatan (Equipment) apabila aktiva tetap yang dibangun tidak sama dengan
Peralatan dalam hal ini adalah peralatan barang yang dijual perusahaan dalam operasi normal,
pengangkutan (kendaraan), mesin pabrik, perabotan maka terdapat permasalahan dalam pembebanan kos
kantor, peralatan pabrik dan aktiva tetap yang sejenis overhead. Kos overhead tidak hanya dinikmati oleh
dengan itu. Kos dari peralatan itu adalah seluruh aktiva tetap yang dibuat sendiri namun juga aktivitas
pengeluaran atau kos yang terjadi sampai peralatan siap operasi lainnya diluar pembuatan aktiva tetap. Masalah
untuk digunakan ) dioperasikan. ini dapat diatasi dengan beberapa cara:
Kos dari Aktiva Tetap yang dibuat sendiri 1. Tidak membebankan kos overhead tetap ke kos
Kadang-kadang perusahaan membuat sendiri aktiva yang dibuat sendiri (hanya membebankan
aktiva tetapnya. Untuk kos langsung (bahan baku dan overhead variabel)
tenaga kerja langsung) bisa ditelusuri atau dikaitkan 2. Membebankan porsi tertentu dari seluruh kos
dengan aktiva tetap yang dibangun sendiri. Yang menjadi overhead ke proses konstruksi
permasalahan adalah pembebanan kos overhead ke 3. Tidak membebankan overhead ke aktiva tetap yang
aktiva yang dibuat sendiri. Apabila aktiva tetap yang dibuat sendiri (PSAK No. 16 Revisi 2007,
dibuat sendiri merupakan bagian dari barang atau Paragrap19).

PEMBEBANAN KOS PINJAMAN YANG TERJADI SELAMA KONSTRUKSI


Untuk membangun atau mengkonstruksi aktiva yang dikonstruksi, maka perlu pertimbangan khusus
(aktiva tetap dan sediaan), sumber pembiayaan bisa untuk mengkapitalisasi kos pinjaman yang terjadi.
berasal dari sumber internal atau pinjaman. Apabila PSAK No. 26 menyatakan bahwa seluruh kos
sumber pembiayaan berasal dari internal perusahaan, pinjaman yang timbul dari pinjaman khusus untuk
maka tidak ada kos pinjaman yang terjadi. Untuk sumber konstruksi dan pinjaman tidak untuk konstruksi namun
pembiayaan berasal dari pinjaman maka entitas pada digunakan untuk konstruksi harus dikapitalisasi. Hal ini
umumnya akan membayar sejumlah kos pinjaman didasari pemikiran bahwa selama aktiva tetap
(Borrowings Cost) berupa bunga pinjaman dan dikonstruksi, aktiva tetap belum bisa menghasilkan
pengeluaran lainnya terkait dengan pinjaman. Untuk pendapatan, sehingga harus dikapitalisasi
pinjaman yang dapat dikaitkan/diatribusikan secara Untuk mengoperasikan pendekatan ini, maka
langsung terhadap perolehan, konstruksi atau produksi hal-hal berikut perlu diperhatikan:
suatu aktiva, maka kos pinjaman itu harus dikapitalisasi
(Psak No. 26 tentang biaya pinjaman). Permasalahan 1, Aktiva yang bisa dikapitalisasi (Qualifying Assets)
muncul pada pinjaman yang tidak dimaksudkan untuk Aktiva tetap yang bisa dikapitalisasi kos pinjamannya
membiayai kontrak konstruksi namun dipakai untuk adalah aktiva tetap yang memerlukan rentang waktu
mendanai kontrak konstruksi. Karena tidak terdapat tertentu (umumnya lebih dari 1 tahun) dalam konstruksi
keterkaitan langsung antara pinjaman dan aktiva tetap sampai siap dipakai. Kos pinjaman yang bisa dikapitalisasi
adalah kos yang timbul dalam proses membangun aktiva rata tertimbang kos pinjaman dibagi dengan jumlah
tetap yang ditujukan untuk dipakai perusahaan pinjaman yang digunakan untuk konstruksi.
(termasuk gedung, pabrik, dan mesin-mesin utama). Kos Misalkan PT. A membangun fasilitas pabrik
pinjaman dari Aktiva tetap yang sudah siap untuk dipakai pengolahan. PT. A membutuhkan dana Rp. 4,5 Milyar
atau yang sedang digunakan, tidak dikapitalisasi. Proses untuk membangun pabrik tersebut dan konstruksi akan
kapitalisasi dimulai ketika proses pembuatan sampai selesai dalam waktu 1,5 tahun. Untuk mendanai
aktiva tetap selesai dibangun. pembangunan, PT. A memeroleh kredit dari perbankan
2. Periode Kapitalisasi sebagai berikut:
Periode Kapitalisasi adalah periode waktu dimana 1. Kredit Investasi dari Bank Mandira Rp. 2 Milyar,
kapitalisasi kos pinjaman dilakukan. Periode kapitalisasi suku bunga 8%,
dimulai ketika ketiga kondisi berikut telah terjadi: 2. Pinjaman dari institusi lain (bukan bank) Rp. 1
1. Pengeluaran untuk membuat aktiva tetap telah Milyar, suku bunga 9 % per tahun
dikeluarkan 3. Obligasi perusahaan Rp. 2 Milyar, suku bunga
2. Aktivitas pembuatan aktiva tetap sedang 7% pertahun
dijalankan Dari seluruh pinjaman, Rp. 500 juta akan digunakan
3. Kos pinjaman sudah terjadi untuk menambah modal kerja.
Kapitalisasi kos pinjaman terus dilakukan sepanjang Pada tahap awal pembangunan, terdapat dana yang
ketiga kondisi diatas terjadi dan periode kapitalisasi menganggur Rp. 1,5 Milyar yang kemudian diinvestasikan
berakhir ketika aktiva tetap diselesaikan dan siap dipakai. selama 6 bulan. Pendapatan dari investasi ini Rp. 150
Apabila proses konstruksi dihentikan atau ditunda atau juta. Untuk menentukan jumlah kos pinjaman yang harus
ditangguhkan untuk waktu yang cukup lama, maka dikapitalisasi, maka beberapa langkah perlu dilakukan:
kapitalisasi harus dihentikan.
A. Menghitung rata-rata tertimbang dari kos
Pinjaman
3. Jumlah yang dikapitalisasi Sumber Pinjaman Suku bunga bunga/tahun
Jumlah kos pinjaman yang dikapitalisasi Bank Mandira Rp 2.000.000.000 8% Rp 160.000.000
Institusi Rp 1.000.000.000 9% Rp 90.000.000
ditentukan berdasarkan tingkat kapitalisasi dikalikan
Obligasi Rp 2.000.000.000 7% Rp 140.000.000
pengeluaran yang terjadi untuk memeroleh aktiva.
Total Rp 5.000.000.000 Rp 390.000.000
Tingkat kapitalisasi dihitung dengan cara membagi rata-
Rata-rata tertimbang kos Pinjaman (tingkat kapitalisasi): Total kos Pinjaman
Total Pinjaman  100 %
390.000.000
5.000.000.000
 100%

= 7,80%

B. Jumlah Kos Pinjaman


Total Pinjaman Rp 5.000.000.000
Pinjaman untuk modal kerja Rp (500.000.000)
Pinjaman untuk konstruksi Rp 4.500.000.000

Jumlah kos pinjaman= Tingkat Kapitalisasi  Jumlah Pinjaman untuk konstruksi

=7,80 % x Rp. 4.500.000.000


351.000.000

C. Kos Pinjaman yang dikapitalisasi

Jumlah Kos Pinjaman Rp 351.000.000


Hasil Investasi Rp (150.000.000)
Kos Pinjaman yang dikapitalisasi Rp 201.000.000

PENGUKURAN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP


1. Pembelian borongan (Lump-Sum) 2. Kos Pemerolehan Rumah:
Masalah dalam pembelian aktiva tetap muncul ketika 200.000.000
600.000.000  450.000.000  Rp.150.000.000
beberapa jenis aktiva tetap dibeli secara borongan
(gabungan) pada satu harga. Misalnya, pembelian
2. Pemerolehan aktiva dengan mengeluarkan saham
rumah dan tanah pada satu harga. Kos pemerolehan
Aktiva tetap bisa juga diperoleh dengan
aktiva tetap yang dibeli secara gabungan harus
mengeluarkan sekuritas saham. Penilaian Aktiva tetap
dipsahkan menggunakan nilai pasar wajar relatif masing-
dilakukan berdasarkan harga pasar saham pada waktu itu
masing aktiva tetap. Anggaplah suatu perusahan
atau apabila harga pasar saham tidak bisa ditentukan
membeli aktiva tetap tanah dan rumah seharga Rp.
pada waktu itu maka nilai pasar wajar aktiva tetap harus
450.000.000. Nilai pasar tanah Rp. 400.000.000,
ditentukan dan digunakan sebagai basis untuk mencatat
sedangkan nilai pasar rumah Rp.200.000.000.
aktiva dan pengeluaran saham biasa. Misalnya PT. A
Pemisahan Kos pemerolehan tanah dan rumah dapat
memutuskan untuk membeli tanah dengan
dilakukan sebagai berikut:
mengeluarkan saham biasa 5,000 lembar yang memiliki
1. Kos pemerolehan tanah:
nilai pari Rp. 5,000. Nilai pasar saham pada saat
400.000.000
600.000.000  450.000.000  Rp.300.000.000pertukaran Rp. 5.500. PT. A melakukan pencatatan ke
jurnal umum:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki
D K substansi komersil
Land Rp 27.500.000
Common stock Rp 25.000.000
b. Nilai wajar dari aktiva tetap yang diterima
Additional paid-in Capital Rp 2.500.000
atau diserahkan tidak dapat diukur secara
3. Pembelian dengan kontrak kredit jangka panjang
andal.
Aktiva tetap kadangkala dibeli dengan kontrak kredit
Apabila nilai wajar dari aktiva tetap yang diterima atau
jagka panjang melalui penggunaan wesel, hutang
yang diserahkan tidak dapat ditentukan, maka dasar
hipotek, obligasi dan instrument hutang lainnya. Agar
untuk mencatat kos pemerolehan adalah nilai tercatat
merefleksikan kos pemerolehan aktiva tetap maka
masing-masing aktiva tetap pada saat pertukaran terjadi.
aktiva tetap dinilai sebesar nilai tunai pada saat
Umumnya, terdapat tiga jenis kombinasi
transaksi terjadi. Perbedaan antara nilai tunai (Present
pertukaran aktiva tetap:
Value) dengan pembayaran total diakui sebagai biaya
1. Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis
bunga selama periode kredit.
2. Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun
4. Pertukaran Aktiva Tetap
tidak ada tambahan kas diterima
Aktiva tetap mungkin juga diperoleh dengan cara
3. Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun ada
menukar dengan aktiva tetap lainnya atau aktiva non
tambahan kas yang diterima
moneter lainnya. Pertuakaran juga bias terjadi antara
4.1 Pertukaran Aktiva tetap tidak sejenis
aktiva tetap yang sejenis dan juga diterima aktiva
Aktiva tetap tidak sejenis adalah aktiva tetap yang
moneter (dalam bentuk kas) sebagai tambahan aktiva
melakukan fungsi yang berbeda pada entitasnya masing-
tetap yang diterima. Masalah yang timbul adalah berapa
masing. Misalnya, pertukaran mobil dengan mesin, atau
jumlah kos pemerolehan yang harus dicatat dan
pertukaran antara mobil dan gedung. Kos pemerolehan
bagaimana pengakuan terhadap laba atau rugi
aktiva tetap yang diterima ditentukan berdasarkan :
pertukaran.
1. Apakah pertukaran itu memiliki substansi komersil?
PSAK No.16 (direvisi 2007) dan IAS No. 16
2. Apabila aktiva tetap yang diserahkan memiliki nilai
memberikan preskripsi bahwa dalam pertukaran aktiva
pasar wajar yang jelas, maka nilai ini digunakan
tetap, kos pemerolehan aktiva tetap diukur pada nilai
sebagai dasar untuk mengakui kos aktiva tetap yang
wajar dari aktiva yang diterima atau yang diserahkan
diperoleh.
tergantung mana yang lebih andal. Apabila nilai wajar
3. Apabila aktiva tetap yang diterima memiliki nilai
dapat ditentukan secara andal maka nilai wajar dari
pasar wajar yang lebih jelas daripada aktiva tetap
aktiva tetap yang diserahkan digunakan untuk
yang diserahkan, maka nilai pasar wajar aktiva tetap
mengukur kos pemerolehan dari aktiva tetap yang
yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk
diterima. Sebaliknya, nilai wajar dari aktiva tetap yang
mengakui kos aktiva tetap yang diterima
diterima bias digunakan apabila nilai wajar dari aktiva
4. Apabila kedua aktiva tetap tidak memiliki nilai pasar
tetap yang diberikan tidak dapat ditentukan secara
wajar, maka dipakai nilai tercatat masing-masing
andal/jelas. Pengecualian pemakaian nilai wajar
aktiva tetap sebagai dasar untuk pertukaran.
dilakukan apabila:
Pada pertukaran aktiva tetap tidak sejenis, keuntungan Nilai pasar mesin PT. A Rp. 80.000.000 sedangkan nilai
atau kerugian dari pertukaran harus segera diakui pada pasar Mesin B Rp. 175.000.000. PT. A menambah kas Rp.
saat pertukaran, karena masing-masing aktiva tetap telah 95.000.000. Perhitungan dan pencatatan ke jurnal yang
menyelesaikan fungsi dalam proses memeroleh laba. dilakukan PT.A adalah:
Sebagai ilustrasi, PT. A menukar sebuah truk Pencatatan oleh PT. A
Perhitungan kos pemerolehan mesin B
yang memiliki nilai buku Rp. 150.000.000 (Kos Truk Rp. Nilai Pasar wajar Mesin A Rp 80.000.000
Kas yang dibayarkan Rp 95.000.000
650.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 450.000.000) Kos Pemerolehan Mesin B Rp 175.000.000

Keuntungan atau kerugian dari pertukaran


dengan sebidang tanah PT. A yang memiliki Kos Rp. Nilai Pasar wajar Mesin A Rp 80.000.000
Nilai tercatat Mesin A Rp (50.000.000)
250.000.000. Nilai Pasar wajar truk PT.A Rp. 160.000.000 keuntungan pelepasan Mesin A Rp 30.000.000

dan harus menambah kas Rp. 50.000.000. Perhitungan Pencatatan ke jurnal Umum D K
Machine (New) Rp 145.000.000
dan Pencatatan yang dilakukan oleh PT. A adalah: Accumulated depreciation of Old Machine Rp 40.000.000
Machine (Old) Rp 90.000.000
Perhitungan kos pemerolehan Tanah
Nilai Pasar wajar Truk A Rp 160.000.000 Cash Rp 95.000.000
Kas yang dibayarkan Rp 50.000.000
Kos Pemerolehan Tanah Rp 210.000.000

Keuntungan atau kerugian dari pertukaran 4.3 Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun ada
Nilai Pasar wajar Truk A Rp 160.000.000
Nilai Buku Truk A Rp (150.000.000) tambahan kas yang diterima
Keuntungan pelepasan truk Rp 10.000.000

Pencatatan ke jurnal Umum D K Pertukaran aktiva tetap dalam situasi keuntungan dan
Land (Tanah) Rp 210.000.000
Accumulated depreciation of Truck
Truck
Rp 450.000.000
Rp 600.000.000
ada kas yang diterima memunculkan masalah pada
Gain on disposal of Truck Rp 10.000.000
Cash Rp 50.000.000 pengakuan keuntungan. Apakah seluruh keuntungan
harus diakui atau ditangguhkan? Untuk entitas yang
4.2 Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun tidak ada mengalami keuntungan dan menerima kas maka
tambahan kas diterima keuntungan hanya sebagian, sebesar perbandingan
Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran aktiva antara kas yang diterima (KD) dengan jumlah antara kas
tetap yang memiliki tipe sama atau yang menjalankan yang diterima (KD) dan nilai pasar wajar (NW) aktiva
fungsi/aktiivitas yang sama. Apabila dalam pertukaran tetap yang diterima dikalikan dengan total keuntungan
diperoleh keuntungan karena pertukaran aktiva tetap (TK).
sejenis, maka keuntungan itu tidak diakui dan
diperlakukan sebagai pengurang kos pemerolehan aktiva
Keuntungan yang diakui  KD
KD  NW  TK
tetap yang diperoleh. Sedangkan apabila dalam
pertukaran dialami kerugian, maka kerugian itu harus Rasionalitas pengakuan keuntungan itu adalah ketika
segera diakui (prinsip konservatisme). kas diterima maka ada bagian dari aktiva tetap itu yang
Sebagai ilustrasi, PT. A menukar sebuah mesin dijual atau sudah menyelesaikan fungsinya. Keuntungan
yang memiliki nilai tercatat Rp. 50.000.000 (Kos Rp. yang tidak diakui, ditangguhkan ke kos pemerolehan
90.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000) aktiva tetap yang diterima.
dengan sebuah mesin PT. B yang memiliki kapasitas lebih Ilustrasi sebelumnya menunjukkan PT. B menerima kas
tinggi. Mesin PT. B memiliki Kos Rp. 160.000.000 (kos Rp. dari pertukaran mesin dengan PT. A. Selanjutnya, PT. B
200.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000). melakukan perhitungan dan pencatatan sebagai berikut:
Perhitungan dan Pencatatan PT. B
Keuntungan atau kerugian dari pertukaran
Nilai Pasar wajar Mesin B Rp 175.000.000
Nilai Buku Truk B Rp (160.000.000)
Keuntungan pelepasan truk Rp 15.000.000

Keuntungan yang diakui:

Rp .95 .000 .000


Rp .95. 000.000  Rp .80. 000.000  Rp . 15 .000 .000

8.142.857
Keuntungan yang ditunda
Rp 6.857.143 --> Dikurangkan ke Kos Pemerolehan Mesin

Perhitungan kos pemerolehan Truk PT. A


Nilai Pasar wajar Mesin B Rp 175.000.000
Kas yang diterima Rp (135.000.000)
Rp 40.000.000
Keuntungan yang ditunda Rp (6.857.143)
Kos Pemerolehan Mesin dari PT.A Rp 33.142.857

Pencatatan ke jurnal Umum D K


Machine (New) Rp 33.142.857
Accumulated depreciation of Old Machine Rp 40.000.000
Cash Rp 135.000.000
Machine (Old) Rp 200.000.000
Gain on disposal of Machine Rp 8.142.857

5. Aktiva Tetap yang diperoleh dari sumbangan


Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan
pihak lain atau hibah Pemerintah dinilai berdasarkan nilai
Ketika Sumbangan diterima D K
pasar wajar dari aktiva tetap itu pada tanggal Fixed Assets xxx
Contribution Revenue xxx
pemerolehannya. Untuk hibah dari Pemerintah, diakui
setelah keadaan-keadaan berikut tercapai (PSAK No. 16 Apabila Aktiva tetap itu dijual
Contribution Expense xxx
(Revisi 2007)): Fixed Assets xxx

1. Entitas akan memenuhi kondisi atau


prasyarat hibah tersebut; dan Argumen yang diajukan adalah sumbangan tidak bisa
2. hibah akan diperoleh dicatat ke modal karena modal hanya berasal dari
Terdapat dua perlakuan akuntansi untuk aktiva pemilik entitas dan sumbangan itu hanya memberi
tetap yang diperoleh dari sumbangan, yaitu: manfaat kepada entitas.
2. Mencatat sebagai modal kontribusi
1. Mencatat sebagai pendapatan Kontribusi Pendekatan ini menyatakan bahwa aktiva tetap
Pendekatan ini menekankan bahwa seluruh yang diterima dari sumbangan dikreditkan ke modal
sumbangan yang diterima harus dikreditkan ke akun sumbangan pada kelompok akun tambahan modal
pendapatan kontribusi (Contribution Revenue) pada disetor. Pendekatan ini diadopsi di SAK (Standar
periode sumbangan diterima. Pendekatan ini diadopsi Akuntansi Keuangan) pada PSAK No. 21 (paragraph 13)
oleh FASB (Kieso, 2004). Apabila Aktiva tetap yang dan IAS. Peningkatan dalam asset akibat dari sumbangan
diterima dijual maka akun biaya kontribusi harus yang diterima dipandang sebagai menambah modal
dikreditkan. kontribusi daripada pendapatan. Argumennya adalah
Aktiva tetap yang diterima dari sumbangan juga member
manfaat ekonomis yang lebih dari 1 periode akuntansi Ketika Sumbangan diterima D K
atau lebih dari 1 tahun kalender sehingga lebih tepat Fixed Assets xxx
Contribution Capital xxx
dikreditkan ke modal kontribusi daripada pendapatan.

PENGELUARAN-PENGELUARAN SETELAH PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP


Setelah pemerolehan aktiva tetap. Entitas masih penggantian bagian dari aktiva tetap yang
melakukan pengeluaran terkait dengan pemakaian aktiva digunakan sekarang dengan aktiva yang lebih baik
tetap. Pengeluaran- pengeluaran ini mulai dari (misalnya, lantai teraso diganti menjadi lantai
pengeluaran-pengeluaran rutin ubtuk pemeliharaan keramik, atau atap seng diganti dengan atap
sampai pengeluaran-pengeluaran yang signifikan seperti genteng). Penggantian merupakan penggantian
penambahan atau perbaikan besar. Masalah utama dengan aktiva yang sama (misalnya, penggantian
untuk pengeluaran-pengeluaran ini adalah mana yang atap seng dengan atap seng yang baru). Untuk
bisa menambah manfaat ekonomi dimasa depan yang Membedakan pengeluaran ini dengan pengeluaran
mengalir ke entitas. Secara umum, pengeluaran yang untuk reparasi biasa, maka pertimbangan harus
dapat meningkatkan manfaat ekonomis masa depan dikembalikan pada criteria pengakuan aktiva:
harus dikapitalisasi, sedangkan pengeluaran-pengeluaran apakah pengeluaran itu meningkatkan manfaat
yang hanya bersifat memelihara aktiva tetap pada level ekonomi masa depan? Atau hanya
operasinya harus dibiayakan pada periode terjadinya mempertahankan pada level aktivitas dari aktiva?
biaya. Apabila pengeluaran akan menambah manfaat
Peningkatan manfaat ekonomis masa depan dari ekonomi masa depan, maka pengeluaran itu harus
pengeluaran umumnya terjadi apabila salah satu dari dikapitalisasi dengan satu dari tiga pendekatan
criteria berikut terjadi: berikut ini:
1. Masa manfaat dari aktiva tetap harus bertambah  Pendekatan substitusi. Pendekatan ini dilakukan
2. Kuantitas dari unit yang dihasilkan aktiva tetap apabila jumlah tercatat dari aktiva yang akan diganti
harus bertambah tersedia di catatan akuntansi. Apabila entitas tidak
3. Kualitas dari unit yang dihasilkan harus meningkat mencatat secara terpisah kos aktiva yang akan
Beberapa contoh pengeluaran-pengeluaran diganti, maka pendekatan ini tidak cocok dilakukan
setelah pemerolehan adalah:  Pendekatan mengapitalisasi kos yang baru.
1. Penambahan (Addition), yaitu pengeluaran untuk Pendekatan ini digunakan tanpa menghapus kos
menambah atau memperluas aktiva tetap. dari aktiva lama yang akan diganti. Kos dari aktiva
Pengeluaran ini umumnya harus dikapitalisasi. yang baru langsung saja didebit ke akun aktiva
Misalnya, penambahan AC, penambahan ruangan, tetap. Konsekwensinya adalah mengubah
atau penambahan sayap bangunan. perhitungan penyusutan sehingga biaya
2. Peningkatan dan Penggantian (Improvement and penyusutan akan berubah. Walaupun pendekatan
Replacement), yaitu penggantian suatu aktiva ini kurang tepat namun perbedaannya tidak
dengan yang lain. Peningkatan merupakan
signifikan. Biasanya, peningkatan ditangani depresiasi sebelumnya diketahui, maka
dengan cara ini. pengeluaran ini bisa ditangani sebai penggantian
 Membebankan kos yang baru ke akun akumulasi (Replacements). Jika tidak, maka pengeluaran ini
penyusutan. Pendekatan ini digunakan apabila harus dikapitalisasi dan diamortisasi sepanjang
pengeluaran tidak menambah kuantitas ataupun masa manfaat ekonomisnya.
kualitas unit produksi yang dihasilkan namun 4. Perbaikan (Repairs). Terdapat dua jenis
menambah umur aktiva tetap. Penggantian pengeluaran untuk perbaikan, yaitu perbaikan biasa
biasanya menambah umur aktiva. Kos dari aktiva (Ordinary Repairs)dan perbaikan besar (Major
tetap yang baru didebitkan ke akun akumulasi Repairs). Perbaikan biasa adalah pengeluaran untuk
penyusutan aktiva tetap itu. Pada umumnya, memelihara aktiva tetap supaya bisa beroperasi
penggantian ditangani dengan cara ini. Dengan normal. Pengeluaran ini dibiayakan pada periode
mendebitkan ke akun akumulasi penyusutan maka terjadinya biaya. Contoh dari pengeluaran ini
nilai tercatat dari aktiva meningkat. Walaupun adalah: mengganti suku cadang yang kecil,
mendebitkan pengeluaran ke akun aktiva dan pelumasan, perbaikan rutin, pengecatan,
mendebitkan ke akumulasi penyusutan pembersihan, dan lain-lain. Perbaikan besar
menghasilkan nilai tercatat yang sama, namun merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk
secara teoretis pendekatan ini berbeda. memperbaiki sebagian besar dari aktiva tetap,
Penambahan umur mengurangi depresiasi masa misalnya turun mesin untuk mobil atau mesin.
lalu karena dicatat terlalu tinggi. Perbaikan besar biasanya mencakup penambahan
3. Penyusunan ulang dan Instalasi ulang. Jenis atau penggantian atau peningkatan sehingga
pengeluaran ini terjadi untuk mengantisipasi pengeluaran untuk perbaikan besar harus
manfaat ekonomi masa depan. Biasanya ini dikapitalisasi karena meningkatkan manfaat
dilakukan untuk fasilitas mesin-mesin. Apabila kos ekonomi masa depan dari aktiva tetap.
awal dari instalasi sebelumnya dan akumulasi

PENJUALAN AKTIVA TETAP


Apabila entitas melakukan penjualan aktiva tetap, maka 30.000.000. Maka pencatatn yang dilakukan oleh PT. A
entitas harus menghitung dan mencatat biaya sebagai berikut:
penyusutan dari penyusutan terakhir dicatat sampai
pada tanggal penjualan. Misalnya, tanggal 9 Juli 2009, PT.
A menjual mesin yang memiliki kos pemerolehan Rp,
90.000.000. Mesin itu memiliki umur ekonomis 10 tahun
dan disusutkan pertahun Rp. 9.000.000. Mesin telah
disusutkan 5 tahun (berarti: akumulasi penyusuta Rp.
45.000.000) dan selama tahun 2009 belum pernah
dicatat penyusutan. Mesin itu diual seharga Rp.
Mencatat biaya penyusutan tahun 2009 selama 6 bulan D K  Apabila suatu aktiva tetap dihentikan operasinya
Depreciation expense of Machine 4.500.000
Accumulated Depreciation of Machine 4.500.000 atau dilepas (ditukar atau dijual), maka saldo
surplus revaluasi dipindahkan ke akun laba
Dengan pencatatan itu maka saldo akumulasi penyusutan mesin bertambah menjadi Rp. 49.500.000 ditahan.
(Rp.45.000.000 + Rp. 4.500.000)
 Pemindahan saldo surplus revaluasi ke akun laba
Mencatat penjualan aktiva tetap: D K ditahan bisa juga dilakukan pada masa-masa
Cash 30.000.000
Accumulated deprecition of Machinery 49.500.000 pemakaian aktiva tetap itu, yaitu sebesar selisih
Loss on disposal of Machinery 10.500.000 jumlah biaya penyusutan pada model kos dan
Machinery 90.000.000
setelah dilakukan revaluasi.

PENGUKURAN ATAU PENILAIAN SETELAH PENGAKUAN  Akun aktiva tetap disajikan di neraca sebesar kos

AWAL aktiva tetap setelah direvaluasi dikurangi

Setelah pengukuran awal, maka terdapat dua model akumulasi penyusutan dan akumulasi

perlakuan akuntansi yang bisa diterapkan sesuai dengan penurunan nilai setelah revaluasi dilakukan.

PSAK No. 16 dan IAS No. 16, yaitu model kos (Cost
Model) dan model revaluasi (Revaluation Model). Ilustrasi model revaluasi:

1. Model Kos (Cost Model). Dengan model ini aktiva PT. A memiliki Mesin, dimana kos awal dari mesin Rp.

tetap dicatat dan disajikan di neraca sebesar harga 150.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal

pemerolehannya, dan disajikan di neraca dikurangi revaluasi Rp. 45.000.000. Nilai terbawa (Carrying

dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi Amount) dari mesin pada tanggal revaluasi Rp.

penurunan nilai (Impairment loss). 105.000.000 (Rp. 150.000.000 – Rp. 45.000.000). Nilai

2. Model Revaluasi (Revaluation Model). Pada model wajar mesin pada saat revaluasi Rp. 120.000.000.

ini, aktiva tetap direvaluasi (dinilai kembali) secara Pencatatan ke jurnal umum yang dibuat PT. A adalah:

teratur agar nilai tercatat tidak berbeda secara


Pencatatan ke jurnal Umum
signifikan dengan nilai tercatatnya. Setelah
Cara 1:
pengakuan awal, nilai tercatat aktiva tetap bisa Accumulated Depreciation of Machinery 15.000.000
Equity--Revaluation Surplus 15.000.000
berbeda dengan nilai pasar wajar aktiva tetap (Menghapus akumulasi penyusutan mesin agar mencerminkan nilai revaluasian)
setelah beroperasi beberapa waktu. Agar nilai
Cara 2
tercatat mencerminkan nilai wajar aktiva tetap, Accumulated Depreciation of Machinery 45.000.000
Machinery 45.000.000
maka entitas yang memilih model ini harus selalu (Menghapus akumulasi penyusutan mesin agar mencerminkan nilai terbawa Mesin)
melakukan revaluasi. Nilai wajar harus bisa diukur
Machinery 15.000.000
secara andal/jelas. Dalam melakukan model ini, hal Equity--Revaluation Surplus 15.000.000
(Mencatat penambahan nilai mesin akibat revaluasi)
berikut harus diperhatikan:
 Jika suatu aktiva tetap direvaluasi, maka seluruh
aktiva tetap dalam kelompok yang sama harus
direvaluasi.
PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Penyusutan Aktiva tetap adalah proses mengalokasi kos ekonomis. Keekonomisan suatu aktiva tetap dinilai
pemerolehan aktiva tetap ke biaya selama masa-masa berdasarkan:
pemanfaatan aktiva tetap. Penyusutan dilakukan agar  Apakah aktiva tetap mampu memenuhi
nilai terbawa (Carrying Amount) dari aktiva tetap peningkatan pesanan
mencerminkan nilai wajar dari aktiva tetap karena nilai  Apakah aktiva tetap masih ekonomis dan efisien
wajar suatu aktiva tetap cenderung berfluktuasi dan sulit digunakan
untuk mengukurnya secara obyektif. Proses penyusutan  Keusangan aktiva tetap.
bukanlah proses untuk menyisihkan dana untuk 3. Metode penyusutan. Metode depresiasi
penggantian aktiva tetap. Penggantian aktiva tetap berpengaruh terhadap jumlah biaya penyusutan
dihasilkan dari pendapatan (arus kas masuk dari operasi) yang dibebankan setiap periode. Ada beberapa
atau didanai melalui pinjaman. Dengan demikian, dalam metode yang dapat digunakan dalam
proses penyusutan tidak ada sama sekali arus kas keluar. menyusutkan aktiva tetap:
Terdapat beberapa factor yang memengaruhi  Metode aktivitas (unit pemanfaatan
proses depresiasi, yaitu: atau unit produksi)
1. Nilai yang digunakan sebagai basis Penyusutan  Metode Garis Lurus
Aktiva tetap. Basis penyusutan aktiva tetap adalah  Metode jumlah angka tahun
kos pemerolehan awal dan nilai sisa. Nilai sisa  Metode saldo menurun
adalah taksiran nilai realisasi aktiva tetap apabila
aktiva tetap dijual pada saat akhir masa Misalnya, PT. A memiliki mobil yang dibeli seharga Rp.
ekonomisnya. Hasil pengurangan dari kos 150.000.000. Taksiran umur ekonomis mobil adalah 20
pemerolehan awal dan nilai sisa merupakan basis tahun dan nilai sisa Rp. 30.000.000. Mobil itu diharapkan
untuk menghitung Penyusutan. Misalnya, kos bisa dipakai selama 1.200.000 km
pemerolehan Rp. 60,000.000 dan nilai sisa dari Metode Aktivitas
aktiva tetap Rp. 2.000.000 maka kos yang Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa penyusutan
digunakan sebagai basis untuk disusutkan adalah merupakan fungsi dari penggunaan atau aktivitas.
Rp. 58.000.000 Semakin besar produksi atau semakin banyak aktivitas
2. Taksiran umur jasa. Aktiva tetap memiliki umur fisik yang dilakukan maka biaya penyusutan juga seharusnya
namun belum tentu aktiva tetap dipakai selama lebih besar. Untuk kasus diatas, misalkan mobil PT.A
umur fisiknya. Bisa saja aktiva tetap terus dipakai ditahun ini telah menjalani 36.000 Km. maka penyusutan
selama umur fisiknya, namun akan banyak tahun ini sebesar:
pengeluaran untuk pemeliharan aktiva tetap. Aktiva
tetap dihentikan karena factor fisik aktiva tetap dan
Kos Pemerolehan  NilaiSisa
x jumlah aktivitas yang dihasilkan
factor ekonomisnya. Biasanya umur jasa aktiva Unit Aktivitas

tetap didasarkan pada factor ekonomisnya, yaitu Rp .150.000.000  Rp .30.000.000


1.200.000 Km x 36.000km  Rp .3.600.000
berapa lama aktiva tetap mampu beroperasi secara
Pencatatan Penyusutan ke jurnal umum: Tahun Basis depresiasi Sisa umur Pecahan Biaya depresiasi Nilai buku
ekonomis Depresiasi akhir tahun
D K 1 120.000.000 20 20/210 11.428.571 138.571.429
Depreciation Expense of Automotive 3.600.000 2 120.000.000 19 19/210 10.857.143 127.714.286
3 120.000.000 18 18/210 10.285.714 117.428.571
Accumulated Depreciation of Automotive 3.600.000 4 120.000.000 17 17/210 9.714.286 107.714.286
5 120.000.000 16 16/210 9.142.857 98.571.429
Metode Garis Lurus 6 120.000.000 15 15/210 8.571.429 90.000.000
7 120.000.000 14 14/210 8.000.000 82.000.000
8 120.000.000 13 13/210 7.428.571 74.571.429
Metode ini mengalokasi biaya penyusutan dalam jumlah 9 120.000.000 12 12/210 6.857.143 67.714.286
10 120.000.000 11 11/210 6.285.714 61.428.571
yang sama selama periode pemanfaatan aktiva tetap. 11
12
120.000.000
120.000.000
10
9
10/210
9/210
5.714.286
5.142.857
55.714.286
50.571.429
13 120.000.000 8 8/210 4.571.429 46.000.000
Untuk kasus diatas, biaya penyusutan pertahun dapat 14 120.000.000 7 7/210 4.000.000 42.000.000
15 120.000.000 6 6/210 3.428.571 38.571.429
dihitung sebagai berikut: 16
17
120.000.000
120.000.000
5
4
5/210
4/210
2.857.143
2.285.714
35.714.286
33.428.571
18 120.000.000 3 3/210 1.714.286 31.714.286
Kos Pemeroleha n  NilaiSisa 19 120.000.000 2 2/210 1.142.857 30.571.429
Umur Ekonomis 20 120.000.000 1 1/210 571.429 30.000.000
210 120.000.000
Rp .150.000.000  Rp .30.000.000
20 tahun  Rp .6.000.000 Pencatatan Penyusutan ke jurnal umum:
Pencatatan Penyusutan ke jurnal umum: D K
D K Depreciation Expense of Automotive 11.428.572
Depreciation Expense of Automotive 6.000.000 Accumulated Depreciation of Automotive 11.428.572
Accumulated Depreciation of Automotive 6.000.000 Metode Saldo menurun

Metode Jumlah Angka Tahun Metode saldo menurun diterapkan dengan menentukan
Metode ini (dan metode saldo menurun) berasumsi tarif penyusutan yang akan diaplikasikan. Tarif yang
bahwa aktiva tetap semakin lama dipakai akan menurun digunakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
kemampuan ekonomisnya. Untuk itu, tahun-tahun awal Tarif Penyusu tan  1 n Nilai sisa
Kos Pemerolehan
pemakaian harus dibebani biaya penyusutan yang lebih
Untuk kasus diatas, tarif penyusutannya adalah 7,73 %
besar karena masih memiliki kemampuan memberikan Tahun Nilai buku Tarif Biaya depresiasi Akumulasi Nilai buku
awal tahun Penyusutan akhir tahun
jasa yang lebih besar. Seiring dengan pemakaian aktiva 0 150.000.000
1 150.000.000 7,73% 11.597.875 11.597.875 138.402.125
tetap, seharusnya juga biaya penyusutan yang 2 138.402.125 7,73% 10.701.137 22.299.012 127.700.988
3 127.700.988 7,73% 9.873.734 32.172.745 117.827.255
4 117.827.255 7,73% 9.110.305 41.283.050 108.716.950
dibebankan semakin kecil jumlahnya. Metode ini 5 108.716.950 7,73% 8.405.904 49.688.954 100.311.046
6 100.311.046 7,73% 7.755.966 57.444.921 92.555.079
menjumlahkan angka tahun pemanfaatan aktiva tetap. 7
8
92.555.079
85.398.798
7,73%
7,73%
7.156.281
6.602.964
64.601.202
71.204.166
85.398.798
78.795.834
9 78.795.834 7,73% 6.092.428 77.296.594 72.703.406
Misalnya, umur ekonomis aktiva tetap 5 tahun maka 10 72.703.406 7,73% 5.621.367 82.917.961 67.082.039
11 67.082.039 7,73% 5.186.727 88.104.688 61.895.312
jumlah angka tahun adalah 15 (5+4+3+2+1). Untuk 12
13
61.895.312
57.109.618
7,73%
7,73%
4.785.694
4.415.668
92.890.382
97.306.050
57.109.618
52.693.950
14 52.693.950 7,73% 4.074.252 101.380.302 48.619.698
mempermudah penghitungan angka tahun, dipakai 15 48.619.698 7,73% 3.759.234 105.139.537 44.860.463
16 44.860.463 7,73% 3.468.574 108.608.110 41.391.890
rumus berikut: 17
18
41.391.890
38.191.503
7,73%
7,73%
3.200.386
2.952.935
111.808.497
114.761.432
38.191.503
35.238.568
19 35.238.568 7,73% 2.724.617 117.486.048 32.513.952
n ( n 1)
Jumlah Angka Tahun  2
20 32.513.952 7,73% 2.513.952 120.000.000 30.000.000

Modifikasi dari metode saldo menurun adalah metode


n= Umur ekonomis
saldo menurun ganda. Tarif penyusutan untuk metode
Untuk kasus diatas, jumlah angka tahun adalah 210
saldo menurun ganda adalah 2 kali tarif penyusutan
(20(21)/2)). Perhitungan penyusutannya adalah:
metode garis lurus. Untuk ilustrasi kasus diatas, tariff
penyusutan kalau menggunakan metode saldo menurun
ganda adalah: 2x (100/20)=10%. Tarif ini kemudian
diaplikasikan ke nilai buku aktiva tetap pada awal tahun
Biaya Penyusutan tahun pertama (3 Oktober s.d 31 Desember 2008):
(sama seperti metode saldo menurun). Pada akhir masa 3/12 x 21.333.333 5.333.333

manfaat, nilai sisa aktiva tetap tidak akan sama dengan Tahun 2009:
(9/12 x (5/15 x 64.000.000) 16.000.000
(3/12 x (4/15 x 64.000.000) 4.266.667
nilai sisa yang direncanakan. Biasanya, mendekati akhir 20.266.667
Tahun 2010:
(9/12 x (4/15 x 64.000.000) 12.800.000
umur masa manfaat, entitas beralih ke metode jumlah (3/12 x (3/15 x 64.000.000) 3.200.000
16.000.000
angka tahun atau ke metode garis lurus agar aktiva tetap
Tahun 2011
(9/12 x (3/15 x 64.000.000) 9.600.000
disusutkan pada nilai sisa. (3/12 x (2/15 x 64.000.000) 2.133.333
11.733.333

Tahun 2012
(9/12 x (2/15 x 64.000.000) 6.400.000
BIAYA PENYUSUTAN PADA PERIODE PARSIAL (3/12 x (1/15 x 64.000.000) 1.066.667
7.466.667

Misalnya PT. A membeli peralatan pada tanggal 3 Tahun 2013


(9/12 x (1/15 x 64.000.000) 3.200.000
Oktober 2008 Rp. 65.000.000, umur ekonomis aktiva 3.200.000

tetap ditaksir 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 1.000.000.


Metode garis lurus Metode saldo menurun


Penyusutan aktiva tetap pertahun adalah (Rp. Tarif Penyusutan: 1  n 1.000.000
65.000.000 = 56,61%

65.000.000 – Rp. 1.000.000)/5 tahunRp. Penyusutan setahun penuh:


12.800.000/tahun Tahun Basis depresiasi Pecahan
Depresiasi
Biaya depresiasi Nilai buku
akhir tahun
1 65.000.000 56,61% 36.794.702 28.205.298
Biaya penyusutan untuk tahun 2008 adalah: 2 65.000.000 56,61% 15.966.239 12.239.059
 3 65.000.000 56,61% 6.928.193 5.310.866
4 65.000.000 56,61% 3.006.334 2.304.532
5 65.000.000 56,61% 1.304.532 1.000.000
3
12 x Rp.12.800.000  Rp. 3.200.000 64.000.000

Biaya Penyusutan tahun pertama (3 Oktober s.d 31 Desember 2008):


3/12 x Rp. 36.794.702 9.198.676

Tahun 2009:
(9/12 x Rp. 36.794.702) 27.596.027
(3/12 x Rp. 15.966.239) 3.991.560
31.587.587
Metode Jumlah Angka Tahun Tahun 2010:
(9/12 x Rp. 15.966.239) 11.974.679
(3/12 x Rp. 6.928.193) 1.732.048
Perhitungan penyusutan untuk tahun penuh 13.706.727

Tahun Basis depresiasi Sisa umur Pecahan Biaya depresiasi Tahun 2011
ekonomis Depresiasi (9/12 x (Rp. 6.928.193) 5.196.144
(3/12 x (Rp.3.006.334) 751.584
1 64.000.000 5 5/15 21.333.333
5.947.728
2 64.000.000 4 4/15 17.066.667
3 64.000.000 3 3/15 12.800.000 Tahun 2012
(9/12 x (Rp.3.006.334) 2.254.751
4 64.000.000 2 2/15 8.533.333 (3/12 x (Rp.1.304.532) 326.133
5 64.000.000 1 1/15 4.266.667 2.580.884
15 64.000.000
Tahun 2013
(9/12 x (Rp.1.304.532) 978.399

Metode Saldo Menurun Ganda

Tarif penyusutan metode garis lurus 20%


Tarif penyusutan metode saldo menurun ganda 40%
Tahun Basis depresiasi Pecahan Biaya depresiasi Nilai buku
Depresiasi akhir tahun
1 65.000.000 40,00% 26.000.000 39.000.000
2 65.000.000 40,00% 15.600.000 23.400.000
3 65.000.000 40,00% 9.360.000 14.040.000
4 65.000.000 40,00% 8.693.333 * 5.346.667
5 65.000.000 40,00% 4.346.667 * 1.000.000
* Agar Nilai sisa sesuai dengan nilai residu, maka biaya depresiasi
dihitung dengan menggunakan metode jumlah angka tahun:
penyusutan aktiva tetap.Perubahan tariff aktiva tetap
Penyusutan tahun ke 4: 2/3 x (14.040.000 - 1.000.000)= Rp. 8.693.333
Penyusutan tahun ke 5: 1/3 x (14.040.000 - 1.000.000)= Rp. 4.346.667 disesuaikan pada periode berjalan dan periode-periode
Biaya Penyusutan tahun pertama (3 Oktober s.d 31 Desember 2008): di masa depan selama sisa umur aktiva tetap itu
3/12 x Rp. 26.000.000 6.500.000
(prospektif).
Tahun 2009:
(9/12 x Rp. 26.000.000) 19.500.000
(3/12 x Rp. 15.600.000) 3.900.000
23.400.000
Tahun 2010:
(9/12 x Rp. 15.600.000) 11.700.000
(3/12 x Rp. 9.360.000) 2.340.000
Ilustrasi perubahan tarif penyusutan
14.040.000
PT. A memiliki gedung yang memiliki kos pemerolehan
Tahun 2011
(9/12 x (Rp. 9.360.000) 7.020.000 Rp. 200.000.000. Gedung ditaksir memiliki masa manfaat
(3/12 x (Rp.8.693.333) 2.173.333
9.193.333 20 tahun dengan nilai residu Rp. 50.000.000 serta
Tahun 2012 disusutkan menggunakan metode garis lurus. Pada awal
(9/12 x (Rp.8.693.333) 6.520.000
(3/12 x (Rp.4.346.667) 1.086.667
7.606.667
tahun keenam, perusahaan mengubah masa manfaat

Tahun 2013
gedung menjadi 40 tahun dan nilai residu tidak berubah.
(9/12 x (Rp.4.346.667) 3.260.000 Per tahun Akumulasi penyusutan
3.260.000 setelah 5 tahun
Depresiasi dibebankan (5%) sampai tahun ke-5 7.500.000 37.500.000
REVISI TARIF PENYUSUTAN
Posisi Aktiva tetap pada akhir tahun ke-5
Gedung 200.000.000
Penyusutan aktiva tetap dilakukan berdasarkan estimasi Akumulasi penyusutan mesin (37.500.000)
Nilai terbawa 162.500.000
logis (berdasarkan pengalaman sebelumnya atas aktiva
Biaya Penyusutan mesin pertahun setelah perubahan:
yang sama atau informasi lainnya). Karena berdasarkan Rp. 162.500.000 - Rp. 50.000.000 = 3.214.286
35 tahun *
estimasi, maka bisa saja entitas mengubah umur * Sisa masa manfaat gedung=40 tahun - 5 tahun

ekonomis atau mengubah nilai residu aktiva tetap selama Pencatatan ke jurnal umum setiap tahun dari tahun ke-6 s.d tahun ke-40
D K
Depreciation expense of Buildingy 3.214.286
umur ekonomisnya. Penurunan atau keusangan diluar Accumulated depreciation of Building 3.214.286

harapan bisa juga mendorong entitas mengubah tariff

PENURUNAN NILAI (IMPAIRMENT) AKTIVA TETAP


Penurunan Nilai aktiva tetap terjadi apabila Nilai terbawa pakai ini dipengaruhi oleh arus kas masuk dan
aktiva tetap melebihi nilai yang dapat dipulihkan arus kas keluar serta suatu tingkat diskon
(Recovable amount). Nilai yang dapat dipulihkan, (Discount Rate) yang memadai.
menurut PSAK No. 48, adalah nilai tertinggi antara harga 2. Harga jual neto, yaitu jumlah yang dapat
jual neto dengan nilai terpakai (Value In Use) suatu direalisasi dari penjualan aktiva tetap setelah
aktiva. Beberapa istilah yang digunakan dalam dikurangi biaya-biaya terkait penjualan.
menentukan nilai aktiva tetap yang dapat dipulihkan Identifikasi adanya penurunan nilai dilakukan entitas
adalah: yang memilih menggunakan model kos (Cost Model) dan
1. Nilai pakai (Value in Use), yaitu nilai sekarang yang menggunakan model Revaluasi (Revaluation
(Present value) dari taksiran arus kas yang model). Apabila terjadi penurunan nilai maka
diharapkan akan diterima dari penggunaan penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode
aktiva tetap selama sisa masa pakainya. Nilai dilakukan penilaian dan dikreditkan ke akumulasi rugi
penurunan nilai. Setelah penilaian atas penuunan nilai dari aktiva tetap Rp. 75.000.000. Dilihat dari informasi
dilakukan maka penyusutan dihitung berdasarkan basis tersebut jelas bahwa nilai terbawa mesin (Rp.
nilai terbawa yang baru. 105.000.000) sudah melebihi nilai yang bisa dipulihkan
(Recoverable amount) dari aktiva tetap. Jumlah yang
Ilustrasi penurunan nilai dapat dipulihkan adalah Rp. 85.000.000( nilai tertinggi
PT. A memiliki Mesin, dimana kos awal dari mesin Rp. antara taksiran harga jual neto dan nilai pakai).
150.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal Penurunan nilai (Impairment) sebesar Rp. 20.000.000
revaluasi Rp. 45.000.000. Nilai terbawa (Carrying ( Rp. 105.000.000 – 85.000.000).
Amount) dari mesin pada tanggal penilaian Rp.
105.000.000 (Rp. 150.000.000 – Rp. 45.000.000).
D K
Taksiran Harga jual neto pada saat penilaian adalah Rp. Loss of Impairment of Machinery Rp 20.000.000
Accumulated of Impairment Loss Rp 20.000.000
85.000.000 dan taksiran arus kas masa depan (nilai pakai)

Soal Latihan:
1. 5/5/2005 PT. A membeli sebidang tanah dan bangunan senilai Rp.1.500.000.000. Harga pasar wajar
bangunan menurut penilai Rp.400.000.000 dan tanah Rp.1.200.000.000. PT. A juga membangun pagar
pembatasRp. 40.000.000 serta saluran air, jalan, dan lampu jalan Rp. 50.000.000.
Diminta: Lakukan pencatatan ke jurnal
2. PT. Kupas Jaya membeli mesin untuk produksi. Mesin itu memiliki Harga faktur Rp. 95.000.000 ditambah PPN
10%. Karena membeli tunai, maka penjual member potongan harga 5%. Untuk mengangkat ke lokasi PT.
Kupas Jaya, dibayar Rp. 2.000.000 ke perusahaan pengangkut. Biaya pemasangan ditanggung pihak penjual.
Diminta: Catat transaksi itu ke jurnal umum
3. PT. Bernama membangun aktiva tetap (kapal) dimana ditaksir penyelesaian aktiva tetap selama 2 tahun.
Untuk membangun aktiva tetap, dibutuhkan dana 2,5 Milyar. PT. Bernama meminjam dari Bank X Rp. 1
Milyar, masa pinjaman 5 tahun dan berbunga 7%/tahun. PT. bernama juga memiliki beberapa jenis pinjaman
yang bukan untuk konstruksi, yaitu Hutang obligasi, 5 %, jatuh tempo 5 tahun Rp. 900.000.000 dan Pinjaman
dari Bank Mandira berbunga 8%, jatuh tempo 6 tahun Rp. 1,2 Milyar. Pada tahun pertama, dibayar ke pihak
kontraktor Rp. 1 Milyar. Hitung berapa biaya bunga yang harus dikapitalisasi dan buat pencatatan ke jurnal
umum untuk kejadian itu.
4. PT. A membeli aktiva tetap dengan fasilitas kredit jangka panjang selama 5 tahun. Dengan suku bunga 8% per
tahun, PT. A harus mencicil 80.000.000 setiap tahun. Berapa kos dari aktiva tetap?
5. a. PT. A membeli mesin pada tanggal 1/9-2005 seharga Rp.600.000.000. Mesin ditaksir memiliki umur 20
tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus. PT. A juga membayar pengangkutan dan pemasangan
Rp. 5.000.000
b. Pada tanggal 1/5 2008 mesin tersebut diperbaiki. Perbaikan ini hanya untuk menjaga operasi mesin.
Perbaikan ini hanya membutuhkan biaya Rp.5.000.000
c. Pada tanggal 1/6-2015 mesin ditukar dengan mesin lain yang teknologinya lebih baik. Mesin PT. A dinilai
seharga Rp.200.000.000 sedangkan mesin yang diterima memiliki harga pasar Rp.350.000.000
Diminta: Catat setiap transaksi ke jurnal

6. PT. A memiliki sebuah gedung yang memiliki nilai buku Rp.150.000.000 (Kos Rp. 375.000.000 dan akumulasi
penyusutan Rp.225.000.000). Gedung dipertukarkan dengan sebuah gedung yang memiliki nilai pasar wajar
Rp.105.000.000. Dalam pertukaran PT. A menerima Rp.45.000.000
Diminta: Catat transaksi tersebut ke jurnal

7. a PT. A memiliki sebuah truk dengan nilai pemerolehan Rp.80.000.000 disusutkan dengan metode jumlah
angka tahun selama 10 tahun (tanpa nilai sisa). Truk dibeli tanggal 1/7-2006
b. Karena sesuatu hal, pada 1/5-2010, truk dijual seharga Rp.60.000.000
Diminta: 1. Buat skedul penyusutan
2. Buat pencatatan ke jurnal tanggal 1/7-2006,31/12-2006 dan 1/5-2010
7. PT. Sumber Sukses membeli truk pada tanggal 2/9/2009 dimana kos pemerolehannya Rp. 290.000.000. Nilai residu
truk Rp. 90.000.000 dan masa manfaat ditaksir 20 tahun. Hitung biaya penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai
terbawa aktiva tetap selama 5 tahun dengan menggunakan metode penyusutan:
a. Garis lurus
b. Metode Jumlah angka tahun
c. Metode saldo menurun
d. Metode saldo menurun ganda
8. PT. Andika memiliki Mobil dimana pada akhir tahun ke-5 memiliki nilai terbawa Rp. 150.000.000 (Kos Rp.
300.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 75.000.000). Mobil disusutkan dengan metode garis lurus, tanpa nilai
sisa, dan masa manfaat 20 tahun.
a. Anggaplah pada akhir tahun ke-5 nilai wajar aktiva itu Rp. 170.000.000, buat penyesuaian dengan
menggunakan model revaluasi
b. Anggaplah harga jual neto aktiva itu Rp. 130.000.000 dan taksiran arus kas masa depan (nilai pakai) aktiva
tetap Rp. 135.000.000. Tentukan berapa nilai yang dapat dipulihkan (Recoverable Amount) dan penurunan
nilai aktiva itu. Buat juga pencatatan ke jurnal umum.
Table of Contents
BAB I SIKLUS AKUNTANSI.................................................................................................................................1
SISTEM AKUNTANSI BERPASANGAN (DOUBLE-ENTRY ACCOUNTING SYSTEM)............................................1
SIKLUS AKUNTANSI.......................................................................................................................................1
MENGGUNAKAN JURNAL KHUSUS.............................................................................................................23
Soal Latihan:...........................................................................................................................................26
BAB II LAPORAN RUGI LABA (INCOME STATEMENT)DAN NERACA (BALANCE SHEET)...................................28
LAPORAN RUGI LABA......................................................................................................................................28
KEGUNAAN DAN KELEMAHAN LAPORAN RUGI LABA.................................................................................28
BENTUK LAPORAN RUGI LABA....................................................................................................................29
ELEMEN-ELEMEN LAPORAN RUGI LABA.................................................................................................29
FORMAT LAPORAN RUGI LABA...............................................................................................................29
PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH TUNGGAL (SINGLE-STEP INCOME STATEMENT)...........29
PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH GANDA (MULTIPLE-STEP INCOME STATEMENT)..........30
PELAPORAN TRANSAKSI-TRANSAKSI YANG JARANG TERJADI (IRREGULAR ITEMS)................................32
NERACA..........................................................................................................................................................34
MANFAAT NERACA.....................................................................................................................................34
KETERBATASAN NERACA............................................................................................................................34
KLASIFIKASI DALAM NERACA......................................................................................................................35
Soal Latihan:...............................................................................................................................................37
BAB III AKUNTANSI KAS.................................................................................................................................38
PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS...........................................................................................................38
MASALAH-MASALAH DALAM PELAPORAN KAS:.........................................................................................38
PENGENDALIAN ATAS KAS..........................................................................................................................39
DANA KAS KECIL (Petty Cash).....................................................................................................................39
REKONSILIASI BANK....................................................................................................................................41
Soal Latihan:...............................................................................................................................................68
BAB IV AKUNTANSI PIUTANG (Receivable)....................................................................................................72
PIUTANG USAHA (ACCOUNT RECEIVABLE).................................................................................................72
PENGAKUAN PIUTANG USAHA...............................................................................................................72
PENILAIAN PIUTANG USAHA...................................................................................................................67
WESEL TAGIH (PROMISORY NOTE).............................................................................................................67
PENGAKUAN WESEL...............................................................................................................................66
WESEL JANGKA PENDEK BERBUNGA......................................................................................................66
Wesel jangka panjang berbunga; suku bunga nominal berbeda dengan suku bunga pasar (efektif).....66
WESEL JANGKA PANJANG BERBUNGA; SUKU BUNGA NOMINAL WESEL SAMA DENGAN SUKU BUNGA
PASAR (EFEKTIF).....................................................................................................................................66
WESEL BERBUNGA NOL (ZERO-INTEREST BEARING NOTE).....................................................................67
PENILAIAN WESEL TAGIH........................................................................................................................67
PELEPASAN PIUTANG USAHA DAN WESEL.................................................................................................67
MENGGADAIKAN PIUTANG USAHA........................................................................................................67
TRANSFER (ANJAK) PIUTANG.................................................................................................................67
TRANSFER PIUTANG SECARA TANGGUNG RENTENG/DENGAN JAMINAN.............................................67
Soal Latihan:...............................................................................................................................................83
BAB V AKUNTANSI SEDIAAN (INVENTORIES).................................................................................................85
SISTEM PENCATATAN SEDIAAN..................................................................................................................86
KEPEMILIKAN ATAS SEDIAAN......................................................................................................................83
PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAAN......................................................82
PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORIS...............................................................................83
PENGARUH KOMITMEN PEMBELIAN TERHADAP NILAI SEDIAAN...............................................................83
Soal Latihan:.............................................................................................................................................108
BAB VI AKUNTANSI AKTIVA TETAP, PENYUSUTAN DAN PENURUNAN NILAI...............................................111
KOMPONEN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP.....................................................................................111
PEMBEBANAN KOS PINJAMAN YANG TERJADI SELAMA KONSTRUKSI......................................................110
PENGUKURAN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP..................................................................................112
PENGELUARAN-PENGELUARAN SETELAH PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP................................................115
PENJUALAN AKTIVA TETAP.......................................................................................................................117
PENYUSUTAN AKTIVA TETAP....................................................................................................................118
PENURUNAN NILAI (IMPAIRMENT) AKTIVA TETAP...................................................................................122
Soal Latihan:.............................................................................................................................................123

Anda mungkin juga menyukai