11 Pengujian Obat Tradisional Dan Kosmetik
11 Pengujian Obat Tradisional Dan Kosmetik
PENDAHULUAN
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia
memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya. Dalam
kehidupan sehari-hari terdapat banyak sediaan farmasi bahkan bahan-bahan bakunya yang
sering kita komsumsi. Dan tanpa kita sadari banyak mikroorganisme yang ada dilingkungan
disekitar kita yang dapat menguraikan baha makanan, minuman dan sediaan farmasi lainnya
seperti obat tradisional lainnya seperti obat tradisional dan kosmetika sehingga dapat
menyebabkan penyakit bagi yang mengkomsumsinya.Sering kita beranggapan bahwa
makanan, kosmetik dan obat tradisional yang ada disekitar kita bahwa bahan tersebut bebas
dari miroba padahal anggapan itu belum tentu benar tanpa dilakukan pengujian
mikroba.Pengujian suatu produk sediaan farmasi meliputi makanan, kosmetik dan obat
tradisional diperlukan untuk mengetahui tingkat kontaminasi atau pencemaran
mikroorganisme dari sediaan tersebut.Mikroorganisme tersebut dalam bahan makanan,
minuman serta sediaan farmasi lainya dapat diakibatkan oleh cara pengolahan yang tidak
bersih atau tidak higienis, pengepakan yang tidak baik serta penyimpanan yang kurang tepat.
Disinilah peranan seorang farmasi untuk dapat mempelajari ilmu mikrobiologi yang
berhubungan pengolahan makanan, minuman serta sediaan farmasi lainya seperti obat
tradisional dan kosmetik.
OBAT TRADISIONAL
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan,bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,yang
secara traditiona ltelah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
Tiga bidang Ilmu Dasar Utama yang mendasari pengetahuan tentang obat tradisional
dan perkembangannya agar menjadi bahan obat yang bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah atau medis adalah :
Farmakognosi adalah ilmu yang mencakup informasi yang relevan berkaitan dengan
obat-obatan yang berasal dari sumber-sumber alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme.
Kimia Medisinal meliputi seluruh pengetahuan specifik tidak hanya terbatas pada obat
sintetik dan perancangannya tetapi dapat mendasari pengembangan obat tradisional
Farmakologi mempelajari tentang kerja obat dan efeknya masing-masing.
KOSMETIK
Analisa Kosmetik adalah tindakan untuk mengetahui suatu jenis kosmetika dari segi
komposisi bhn, kualitatif maupun kuantitatif telah memenuhi standar yg dibolehkan.
Lempeng Hitung
Cara penghitungan ini sering digunakan untuk menghitung populasi bakteri. Keuntungan cara
ini adalah menghitung jumlah populasi yang mampu bertahan hidup. Kerugian cara ini adalah
membutuhkan waktu paling sedikit 24 jam atau lebih untuk membiakkan koloni bakteri
sehingga dapat diamati dan dihitung.
Dengan teknik lempeng hitung, diasumsikan bahwa masing-masing bakteri yang hidup,
tumbuh, dan membelah membentuk satu koloni. Akan tetapi, hal ini tidak sepenuhnya benar
karena kadang-kadang sebuah koloni tidak berasal dari satu bakteri, tetapi dari sebuah
segmen rantai bakteri. Bila menggunakan lempeng hitung, penting diperhatikan bahwa
inokulum yang dibiakkan di atas lempeng agar harus dalam jumlah yang terbatas supaya
jumlah koloni yang dihasilkan sesudah inkubasi dapat dihitung.
Metode Penghitungan Nilai Duga Terdekat
Metode lain untuk mengetahui jumlah bakteri dalam sampel adalah penghitungan
Nilai Duga Terdekat (Most Probable Number, MPN). Teknik perhitungan statistik ini
didasarkan pada fakta bahwa semakin besar jumlah bakteri dalam sampel, semakin besar
pengenceran yang dibutuhkan untuk mengurangi densitas sampai titik ketika tidak ada bakteri
yang tumbuh dalam tabung reaksi pada suatu seri pengenceran. Nilai Duga Terdekat
merupakan angka yang kemungkinan besar menunjukkan 95% jumlah populasi bakteri dan
merupakan angka yang paling mungkin untuk menyatakan jumlah populasi bakteri yang ada
di dalam sediaan, seperti yang tertera pada tabel terlampir.
Prinsip yang digunakan dalam metode MPN :
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari
hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang
ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan
menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang
diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
Contoh :
Data yang didapat adalah : 3 tabung positif dari pengenceran 1/10, 2 tabung positif dari
pengenceran 1/100 dan 1 tabung positif dari pengenceran 1/1000.
Lalu dicocokkan dengan tabel, menghasilkan nilai : 150 MPN/g.
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu
sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam
tabung menghasilkaan frekuensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak
selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang
dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel
yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang”
tabung positif yang muncul.
MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari
sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat menggambarkan seberapa
banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN dirancang dan lebih cocok
untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu
nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak
begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi
tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri
tabung maka semakin tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa.
Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya
media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu.
Jika terdapat ketidaksesuaian jenis media dan bakteri yang diinginkan maka metode MPN
akan menghitung bukan bakteri yang dituju. Untuk menghitung coliform dapat menggunakan
Lauryl Sulphate Tryptose (LST) broth, sedangkan untuk menghitung E.coli diperlukan media
EC (Escherichia coli) broth.
Jadi nilai MPN adalah suatu angka yang menggambarkan hasil yang paling mungkin.
Uji Jenis Mikroba
Analisis Cemaran Mikroba Patogen Escherichia coli
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi
100 ml media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital
shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi
pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media LB yang telah diinkubasi, kemudian dengan cara gores
kuadran, inokulasikan 1 Ose suspensi ke media agar Mc Conkey Agar (MCA). Inkubasi pada
suhu 35oC selama ±24-48 jam.
Jika terdapat koloni spesifik pada media MCA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.1,
inokulasikan koloni tersebut dengan teknik gores kuadran ke media agar selektif Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA). Inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Amati
ada/tidaknya pertumbuhan koloni spesifik seperti deskripsi yang tertera pada Tabel 5.1.
Pertumbuhan spesifik Escherichia coli pada media agar selektif ditandai dengan adanya
koloni seperti dijelaskan pada tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1. Ciri khas morfologi Escherichia coli pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Mc Conkey Agar (MCA) Merah bata, dapat dikelilingi daerah
yang terdiri dari endapan empedu.
Eosin Methylene Blue Agar Kilap logam
(EMBA)
Tabel 5.4. Hasil reaksi yang umum untuk Salmonella sp. pada media TSIA dan LIA.
TSIA LIA
Lereng (slant) Basa (merah) Basa (ungu)
Tusukan/dasar (butt) Asam (kuning) Basa (ungu)
Produksi H2S (endapan hitam di daerah + atau - +
tusukan)
Tabel 5.5. Ciri khas morfologi Staphylococcus aureus pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Vogel Johnson Agar (VJA) Hitam dikelilingi zona kuning
Mannitol Salt Agar (MSA) Kuning dengan zona kuning
Baird Parker Agar (BPA) Hitam, berkilau, dikelilingi zona jernih (2-5 mm)
4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Staphylococcus aureus (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media VJA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.5,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji koagulase. Ambil koloni tersangka dan
pindahkan ke dalam tabung yang berisi 0,5 ml plasma kelinci atau kuda. Inkubasi dalam
penangas air bersuhu 37oC, dan amati pada jam ke-3, 6 dst. sampai 24 jam. Lakukan uji
bersamaan dengan kontrol positif dan negatif. Jika terjadi koagulasi, maka sampel diduga
mengandung Staphylococcus aureus.
Tabel 5.6. Ciri khas morfologi Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Cetrimide Agar (Cet.A) Hijau berfluorosensi
Pseudomonas Agar untuk deteksi Tidak berwarna hingga kekuningan dengan
fluoresin fluoresensi kuning
Pseudomonas Agar untuk deteksi Kehijauan dengan fluoresensi biru
piosianin
4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Pseudomonas aeruginosa (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media Cet.A dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.6,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji oksidase. Letakkan di atas koloni
tersebut atau pindahkan koloni ke kertas saring yang telah diimpregnasi (dijenuhkan) dengan
N.N-dimetil-p-fenilendiamina-dihidroklorida. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi lembayung, maka sampel diduga mengandung cemaran Pseudomonas aeruginosa.