Gartner Hiatt S Color Textbook of Histology 3rd Ed PDF
Gartner Hiatt S Color Textbook of Histology 3rd Ed PDF
All rights reserved. Dilarang menerbitkan atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun dan dengan cara apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotokopi ,
merekam, atau sistem penyimpanan dan pengambilan inforrnasi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Izin dapat
dicari langsung dari Elsevier’s Health Sciences Rights Department di Philadelphia, PA, USA: telepon: (+1)
215 239 3804, fax:(+1) 215 239 3805, e-mail: healthpermissions@elsevier.com. Anda juga dapat
menyelesaikan permintaan Anda secara online melalui situs Elsevier (http://www.elsevier.com), dengan
memilih “Customer Support” lalu “Obtaining Permissions”.
Perhatian
Baik Penerbit rnaupun Editor tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau cedera dan/atau
kerusakan pada seseorang atau properti yang terjadi akibat atau berkaitan dengan penggunaan isi materi
dalarn buku ini. Merupakan tanggung jawab dokter yang menangani pasien, berclasarkan keahlian dan
pengetahuan masing-masing mengenai pasien, untuk menentukan terapi terbaik dan metode penerapan
pada pasien.
Penerbit
Sampul: Gambar teratas dipasang seizin "Nature Publihsing Croup"; dari Smith CJ, Grigorieff N, Pearse
BM: Clathrin coats dengan resolusi 21Ao : Kelompokan sel yang dirancang untuk mendaur-ulang reseptor
membran multipel. EMBO J 17: 4943-4953, 1998. Gambar tengah sumbangan dari Alexey Khodjakov,
Wadswo1th Center, Albany, New York. Cambar bawah sumbangan dari Drs. Gartner dan Hiatt.
To my grandchildren
Nathan David,
James Mallary,
Hanna Elisabeth,
Alexandra Renate,
Eric James,
and Elise Victoria
JLH
䡲 䡲 䡲
FM-X2945.qxd 12/8/06 3:47 PM Page vii
䡲 䡲 䡲
Pengantar
Kembali lagi, kami mendapat kehormatan untuk (website) itu juga menyediakan integrasi tak berbatas
meluncurkan edisi baru buku ajar histologi yang tidak dengan wacana yang berkaitan dalam buku Elsevier yang
hanya dikenal dalam bahasa aslinya tetapi juga dalam lain yang telal1 dibeli, jika judul buku itu terrnasuk dalarn
beberapa bahasa lainnya. Peringkat histologi berubah kelompok Student Consult.
sejalan dengan kernajuan ilmu-ilmu biologi dalam Seperti pada dua edisi yang pertama, kami
pertengahan akhir abad ke-20. Histologi berkembang menyampaikan informasi seefisien mungkin. Tabel dan
dari ilmu deskriptif murni anatomi mikroskopik ke gambar meringkas judul yang kompleks untuk
posisinya yang sekarang ini sebagai pasak sumbu antara memudahkan pernahaman. Nas diberi tanda baca
anatomi fungsional dan biologi sel serta molekuler. dengan bagian beradegan (bullet) yang bukan hanya
Edisi ke-3 ini -yang muncul cepat, hanya beberapa menyampaikan bagian penting histologi fungsional
tahun saja setelah yang ke-2 - telah direvisi untuk tetapi sekaligus mengingatkan pembaca akan
mencerminkan informasi baru di bidang biologi sel dan pentingnya hal itu. lstilah penting dicetak tebal agar
molekuler yang menyinggung histologi. membantu mahasiswa menyiapkan diri untuk ujian.
Sambil mencakup banyak materi baru kami pun Kotak Korelasi Klinis disediakan untuk memperkenal-
mempertimbangkan baik-baik keterbatasan waktu yang kan kepada mahasiswa hubungan antara histologi
dihadapi mahasiswa akibat kurikulum yang dengan pekerjaan sebagai profesional kesehatan. Kami
membengkak dan melimpahnya informasi baru. Kami yakin ini merupakan dasar penting dari era histologi
berusaha keras secara cermat mempertahankan modern - bahwa struktur dan fungsi berkaitan erat.
keterbacaan dan keringkasan. Kami merevisi banyak Sekalipun telah bekerja keras untuk menyajikan
ilustrasi dan menambahkan rincian pada keterangan bahan bahasan yang lengkap dan akurat, kami
gambar. menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kekhilafan
Edisi ke-3 ini juga dilengkapi dengan akses ke Student dalam upaya ini. Oleh karena itu, kami tetap mengharap
Consult, sebuah situs yang dibangun penerbit Elsevier saran, nasihat, dan kritik untuk perbaikan buku ini.
yang memungkinkan para pembeli buku melihat
keseluruhan naskah dan gambar secara on-line. Laman
Leslie P. Gartner
James L. Hiatt
lgartner@umaryland.edu
vii
FM-X2945.qxd 12/8/06 3:47 PM Page ix
䡲 䡲 䡲
Kami sampaikan terima kasih kepada yang tersebut di Histologi adalah subjek visual; oleh karena itu
bawah ini untuk bantuan dan dukungannya dalam ilustrasi grafis menjadi keharusan. Untuk hal ini kami
penyusunan buku ini. Di Universitas Maryland, terima berutang budi kepada Tod Smith untuk kecermatannya
kasih secara khusus disampaikan kepada Ms. Lindsay dalam memperbaiki dan membuat ilustrasi barn. Kami
C. Bare, mahasiswa tahun ke-3 Kedokteran gigi, karena juga berterima kasih kepada para sejawat di seluruh
banyak masukannya yang membantu pengembangan dunia dan penerbitnya yang mengijinkan kami
bahan presentasi. meminjam bal1an ilustrasi.
Kami juga sangat berterima kasih kepada Dr. Robert Akhirnya, terima kasih kami haturkan kepada tim
A. Bloodgood yang telah memberikan daftar panjang Elsevier untuk bantuannya, yaitu lnta Ozols; Jacqueline
untuk perbaikan dan pengembangan. Terima kasih juga Mahon, dan Joan Nikelsky.
disampaikan kepada Dr. Felipe A. Roberio dan Joel
Schechter untuk bantuan mereka yang menambahkan
komentar pada judul yang berkaitan dengan bidang
keahliannya.
ix
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 1
1 䡲 䡲 䡲
Histologi merupakan cabang anatomi yang mengkaji Bagian berikut dari bab ini membahas metode yang
jaringan hewan dan tumbuhan. Namun buku ini hanya digunakan oleh ahli histologi untuk mempelajari anatomi
membahas jaringan hewan terutama manusia. Dalam arti mikroskopik tubuh
luas, kata (istilah) histologi merupakan sinonim bagi
anatomi mikroskopik, karena bahan bahasannya meluas MIKROSKOP CAHAYA
bukan hanya struktur mikroskopik jaringan tetapi juga
mencakup sel, organ, dan sistem organ.
Penyiapan Jaringan
Tubuh terdiri atas sel, matriks intersel, dan substansi Langkah yang diperlukan dalam penyiapan jaringan untuk
cair, yaitu cairan ekstrasel (cairan jaringan), yang mikroskop cahaya mencakup (1) fiksasi, (2) dehidrasi dan
merendam seluruh unsur tadi. Cairan jaringan yang pembeningan, (3) pembenaman, (4) pemotongan, dan (5)
berasal dari plasma darah, membawa nutrien, oksigen, pelekatan dan pewarnaan.
dan molekul sinyal ke sel-sel tubuh. Sebaliknya,
molekul sinyal, produk limbah, dan karbon dioksida Berbagai teknik telah dikembangkan untuk keperluan
yang dilepaskan oleh sel tubuh kembali ke darah kajian agar sedapat mungkin menyerupai keadan alami
melalui pembuluh darah dan limf melalui cairan ketika hidup. Langkah-langkah yang diperlukan
matriksantarsel tidak tampak pada sajian histologi rutin. mencakup: fiksasi, dehidrasi, dan pembeningan,
Namun ketidaktampakannya itu harus selalu diingat pembenaman dalam medium yang sesuai,
oleh para mahasiswa. pemotongan hingga menjadi irisan tipis yang
Subjek histologi sekarang bukan hanya mengenai memungkinkan pemeriksaan menggunakan
struktur tubuh; namun juga dikaitkan dengan fungsinya. transluminasi, pelekatan irisan pada permukaan untuk
Kenyataanya histologi berkaitan langsung dengan disiplin memudahkan penanganan, dan pewarnaannya sehingga
ilmu lain karenanya diperlukan untuk pemahamannya. berbagai unsur jaringan dapat dibedakan.
Oleh karena itu buku ajar ini mengaitkan disiplin ilmu
biololgi sel, biokimia, fisiologi, embriologi, anatomi, dan Fiksasi
bahkan patologi. Mahasiswa akan mengenal peran
penting histologi ketika ia kembali membuka bukunya Fiksasi berarti mengolah jaringan dengan zat kimia yang
kelak saat meniti karirnya. Contoh yang sangat jelas bukan saja mencegah perubahan jaringan pasca-mati
mengenai keterkaitan itu adalah pada pembahasan (sesudah diambil dari tubuh), tetapi juga
histologi ginjal yang akan mengungkap kerumitan mempertahankan arsitektur normalnya. Fiksatif yang
struktur organ itu (sampai ke tingkat molekuler) yang paling umum digunakan ialah formalin berdapar netral
menjadikan ginjal mampu menjalankan fungsinya. dan cairan Bouin. Keduanya menaut-silangkan protein,
Perubahan struktur ginjal akan berakibat timbulnya sehingga mempertahankan susunan menyerupai keadaan
berbagai penyakit yang mematikan. hidup.
1
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 2
Katoda
Anoda
Lensa okular
Anoda
Lensa
kondensor
Lensa
kondensor
Spesimen Koil
pemindai
Sinar
pemindai
Lensa
objektif
Spesimen Detektor Amplifaier
elektron elektronik
Lensa
proyeksi
Potongan Potongan
melintang memanjang
Potongan
serong
Tambahkan
anti-antibodi
berfluoresen
Gambar 1–3 Metode langsung dan Antibodi
tidak langsung imunositokimia. Kiri, berfluoresen
antibodi terhadap antigen yang dilabel Antibodi
dengan pewarna fluoresen dan dilihat
menggunakan mikroskop fluoresen. Antigen Antigen
Fluoresensi (pendaran) itu terjadi pada
tempat antibodi terletak. Kanan , anti-
antibodi berlabel fluoresen disiapkan
Potongan jaringan
untuk direaksikan dengan antibodi
yang terikat dengan antigen yang
dicari. Jika dilihat dengan mikroskop Larutan pencuci
fluoresensi, daerah yang berpendar
menandakan letak antibodi. Langsung Tak langsung
Unsur kimia utama sel atau jaringan dapat diketahui Ada dua metode untuk melabel antibodi; langsung
letaknya menggunakan teknik histokimia atau sitokimia. dan tidak langsung. Pada metode langsung (direk)
Cara ini mengandalkan kegiatan enzim, reaktivitas (Gambar 1-3) antibodi terhadap makromolekul dilabel
kimiawi, dan fenomena fisikokimiawi yang berkaitan dengan pewarna fluoresen, dan kompleks hasilnya dapat
dengan unsur kimia utama yang dituju. Reaksi yang dilihat dengan mikroskop fluoresen (Gambar 1-4).
dituju menghasilkan endapan tidak larut yang dapat Pada metode tak-langsung (indirek) (lihat Gambar
diamati karena bereaksi dengan zat warna tertentu. 1-4) antibodi berlabel disiapkan terhadap antibodi
Seringkali histokimia diterapkan pada jaringan beku dan primer yang spesifik untuk makromolekul yang dituju.
dapat digunakan untuk kajian mikroskop cahaya ataupun Setelah antibodi primer beraksi dengan antigen; preparat
elektron. dicuci untuk membersihkan kelebihan antibodi primer
Reaksi histokimia yang biasa digunakan adalah yang tidak terikat. Selanjutnya ditambahkan antibodi
reagen Asam Periodat-Schiff (PAS), yang membentuk berlabel yang akan bereaksi dengan kompleks antigen-
endapan magenta (merah keunguan) bersama molekul antibodi primer yang akan membentuk kompleks
yang kaya akan glikogen dan karbohidrat. Untuk sekunder yang dapat dilihat menggunakan mikroskop
memastikan bahwa reaksi itu spesifik untuk glikogen, fluoresens (Gambar 1-5). Metode indirek lebih sensitif
potongan berikutnya dibubuhi amilase terlebih dahulu. dibandingkan yang direk sebab lebih banyak anti-
Dengan demikian potongan yang tidak dibubuhi amilase antibodi berlabel yang terikat pada antibodi primer,
memperlihatkan endapan berwarna magenta sedangkan sehingga lebih mudah dilihat. Lagipula metode indirek
pada yang dibubuhi amilase tidak ditemukan endapan tidak perlu melabel antibodi primer, yang seringkali
magenta di tempat yang sama ketersediaannya terbatas.
Sekalipun enzim dapat diperletakkan (localized)
dengan prosedur histokimia, tetapi yang dilihat adalah Imunositokimia dapat digunakan pada spesimen
produk reaksi enzimatik dan bukan enzimnya. untuk mikroskop elektron, menggunakan label feritin,
Reagennya dirancang agar terbentuk endapan pada suatu molekul kedap-elektron, tanpa menggunakan
tempat reaksi yang dapat dilihat sebagai deposit pewarna fluoresens. Label feritin dapat digunakan untuk
berwaena atau metalik. metode direk dan indirek
Imunostokimia Autoradiografi
Imunostokimia menggunakan sejumlah antibodi dan anti- Autoradiografi merupakan metode yang memanfaatkan
antibodi berfluoresens untuk mendapatkan lokasi intra dan inkorporasi isotop radioaktif ke dalam makromolekul, yang
ekstrasel makromolekul dengan lebih tepat dibandingkan hasilnya dapat dilihat dengan menggunakan lapisan
dengan teknik hoistokimia. emulsi foto.
Walaupin histokimia sudah cukup baik untuk mengenali Autoradiografi (radioautografi) merupakan metode yang
letak enzim atau makromolekul di dalam sel atau secara khusus bermanfaat untuk memperletakkan
jaringan, namun imunositokimia mampu lebih baik lagi. (lokalisasi) dan mempelajari serangkaian peristiwa yang
Untuk prosedur ini diperlukan antibodi terhadap berlangsung sementara. Metode ini memanfaatkan
makromolekul yang akan diperletakkan itu; selanjutnya inkorporasi (insersi) isotop radioaktif—biasanya
antibodi itu dilabel dengan pewarna fluoresens misalnya tritiummost (3H)—ke dalam senyawa yang sedang diteliti
fluoresein dan atau rodamin. (Gambar. 1-6). Salah satu contoh adalah penggunaan
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 6
MIKROSKOPI ELEKTRON
D
Penggunaan elektron sebagai sumber cahaya dalam
mikroskopi elektron memungkinkan pembesaran dan
Gambar 1–6 Autoradiografi. Pengamatan dengan mikroskop resolusi yang jauh lebih kuat daripada yang dapat
cahaya inkorporasi prolin tritiasi ke membran basal sebagai
fungsi dari waktu setelah injeksi prolin tritiasi (batang skala 10 µ). diungkapkan dengan mikroskop cahaya.
Pada mikrograf A-C, butiran perak (bintik-bintik hitam) terutama
terletak pada sel-sel endodermal; setelah 8 jam (mikrograf cahaya Pada mikroskopi cahaya, lensa-lensa optik
D), namun demikia butiran perak juga tampak pada membran basal. memfokuskan cahaya kasatmata (sinar yang terdiri atas
Adanya butiran perak menandakan prolin tritiasi . (Dari Mazariegos foton). Pada mikroskop elektron, yang memfokuskan
MR, Leblond CP, van der Rest M: Radioautographic tracing of 3H-
proline in endodermal cells of the parietal yolk sac as an indicator of sinar elektron adalah perangkat elektromagnet. Karena
the biogenesis of basement membrane components. Am J Anat panjang gelombang sinar elektron jauh lebih pendek
179:79-93, 1987.) daripada sinar kasatmata, secara teoritis mikroskop
elektron transmisi mampu memisahkan dua titik yang
berjarak 0,005 nm, Dalam praktiknya daya resolusi
MIKROSKOP KONFOKAL mikroskop elektron transmisi adalah 0,2 nm, yang tetap
masih lebih dari 1.000x lebih besar daripada resolusi
Mikroskop konfokal bergantung pada sinar laser sebagai mikroskop cahaya kompon. Resolusi mikroskop elektron
sumber cahaya dan tabir berlubang kecil untuk pemindai sekitar 10 nm, agak lebih rendah daripada
mengeliminasi sinar pantulan yang mengganggu. jadi, sinar mikroskop elektron transmisi. Tambahan lagi,
yang dapat dilihay hanya yang ada di titik fokus lensa mikroskop elektron modern mampu memperbesar
objektif, menjadikan lubang kecil sebagai penghimpun bayangan objek mencapai 150.000x; kemampuan ini
(pengkonjugasi) titik fokus tadi. cukup kuat untuk melihat sebuah makromolekul seperti
DNA dan miosin.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 8
Cermin
Pemindai
Apertura
lubang-jarung
Laser dengan
cahaya laser
Spesimen
Gambar 1–8 Mikroskopi konfokal. Sinar laser melintas melalui cermin dikroik untuk difokuskan pada spesimen oleh dua cermin bermotor
yang dikendalikan komputer untuk memindaikan sinar ke seluruh permukaan sampel. Cahaya yang muncul dari lubang-jarum pada setiap kali
mewakili satu titik pada sampel. Karna sinyal laser memindai seluruh sampel, titik-titik selanjutnya dikumpulkan oleh tubus penguat foto. Semua
titik yang diperoleh dirakit oleh komputer untuk membentuk bayangan konfokal.
Ch001-X2945.qxd 12/8/06 3:17 PM Page 9
2 䡲 䡲 䡲
Sitoplasma
Sel merupakan unit fungsional dasar dari suatu organisme yang el, sitoskeleton, dan benda inklusi.
kompleks. Sejumlah sel yang sekerabat atau mirip satu sama
lain dan yang juga berfungsi secara khusus atau menjalankan
fungsi yang sama bergabung bersama membentuk jaringan. ORGANEL
Keempat jaringan dasar (epitel, jaringan penyambung, jaringan
otot, dan saraf) yang membentuk tubuh terakit membentuk Organel berupa struktur sel yang aktif secara
organ yang selanjutnya membentuk sistem organ. Tugas metabolik dan menuntaskan fungsi khusus.
setiap organ juga khusus, dalam arti menjalankan sejumlah
fungsi bersama misalnya mencerna, reproduksi, dan respirasi. Walaupun sejumlah organel ditemukan menggunakan
Sekali tubuh manusia terdiri atas lebih dari 200 jenis sel yang mikroskop cahaya, struktur dan fungsinya belum terungkap
berbeda, semua sel mempunyai gambaran yang serupa; oleh sampai ditemukannya mikroskop elektron, teknik pemisahan
karena itu dapat digunakan istilah umum. Setiap sel diliputi dan prosedur biokimia serta histokimia yang peka. Hasilnya
membran plasma bilipid, mempunyai organel yang sekarang telah diketahui bahwa membran organel terdiri atas
memungkinkan menuntaskan fungsinya, mensintesis fosfolipid lapis ganda (bilayer) , yang bukan hanya berupa
makromolekul untuk eperluannya sendiri ataupun diekspor, pemisah kompartemen sel tetapi juga menyediakan permukaan
memproduksi energi, dan mampu berkomunikasi dengan sel luas untuk reaksi biokimia penopang kehidupan.
lainnya (Gambar 2-1 sampai 2-4)
Protoplasma, yang merupakan bagian sel yang hidup, dibagi Membran Sel
menjadi dua kompartemen; sitoplasma, mengisi ruang antara
membran plasma sampai selaput inti, dan karioplasma, berupa Membran sel membentuk sawar permeabel selektif
substansi pembentuk isi inti sel. Sitoplasma akan lebih dirinci antara sitoplasma dan lingkungan luar.
dalam bab ini; sedangkan inti (nukleus) dibahas dalam Bab 3.
Setiap sel diliputi membran sel (yang disebut
Bagian terbesar berupa air, tempat berbagai unsur kimia
juga membran plasma atau plasmalema) yang berfungsi
organik dan anorganik terlarut dan berada di dalamnya.Cairan untuk:
suspensinya di sebut sitosol. Di dalam sitosol terkandung 䡲 Mempertahankan integritas struktur sel tersebut.
sejumlah organel, struktur yang secara metabolik aktif yang
䡲 Pengendali pergerakan subtansi keluar masuk sel
berfungsi khusus(Gambar 2-5 dan 2-6). Selain itu,bentuk sel,
(permeabilitas selektif)
kemampuan geraknya, dan jalur alir intrasel dilaksanakan oleh
䡲 Mengatur interaksi sel satu sama lain
sisten tubulus dan filamen yang membentuk sitoskeleton atau 䡲 Mengenali, melalui reseptor, antigen dan sel asing dan juga
kerangka sel. sel yang berubah sifat
Terakhir, sel mengandung benda inklusi, yang sebagian 䡲 Bekerja sebagai penghubung antara sitoplasma dan
berupa hasil samping metabolisme, berbagai bentuk simpanan lingkungan luar
atau cadangan nutrien, kristal inert dan pigmen. Judul berikut 䡲 Mewujudkan sistem transpor untuk molekul khusus
ini akan membicarakan bentuk dan fungsi kandungan utama 䡲 Tranduksi isyarat (sinyal) kimia dan fisika dan luar
organ- ke kegiatan sel 11
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 12
12 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
L
N
D
A
Membran sel tidak terlihat dengan mikroskop cahaya. Pada Komposisi Molekul
mikrograf elektron, tebal plasmalema sekitar 7,5 nm dan tampak
sebagai struktur trilaminar terdiri atas dua lembaran tipis,
plasmalema terdiri atas bilayer fosfolipid (lapis dua fosfolipid)
berupa garis padat dan daerah terang di antaranya. Setiap dan gabungan protein prifer dan integral
lembar setebal 2,5 nm, dan struktur itu disebut unit membran
(Gambar 2-7). Garis padat sisi dalam disebut lembar dalam;
dan garis padat sisi luar disebut lembar luar. Setiap lembar terdiri atas selembar fosfolipid dan protein kait-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 13
Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 13
Ma
14 䡲 䡲 䡲 BAB2 䡲 Sitoplasma
Sentriol
Granula sekresi
Mikrotubulus
Mikrofilamen
Mikrovili Retikulum
endoplasma
kasar
Retikulum
endoplasma
halus
Sampul
inti
Mitokondrion
Lisosom
Gambar 2-5 Gambaran sel tiga dimensi yang dibuat ideal, sesuai yang dilihat dengan mikroskop elektron transmisi. Diperlihatkan berbagai
elemen organel dan sitoskeletal.
menganjur ke dalam sitoplasma atau ekstrasel terdiri atas asam Namun demikian, protein integral sering hanya mempunyai
amino hidrofilik sedangkan bagian intramembran terdiri atas mobilitas terbatas, terutama pada sel yang telah terpolarisasi,
asam amino hidrofobik. Protein transmembran acapkali yang bagian tertentunya berfungsi khusus.
membentuk kanal ion dan protein kendara yang memfasilitasi Protein perifer tidak selalu membentuk ikatan kovalen,
aliran ion spesifik dan molekul melintasi membran sel. dengan komponen protein intergral ataupun fosfolipid membran
Kebanyakan dari protein transmembran cukup panjang dan sel. Walaupun protein perifer umumnya terdapat di aspek
berlipat sehingga beberapa membentuk beberapa jalan pintas sitoplasmik membran sel, dapat juga terletak pada permukaan
melalui membran yang menjadikannya disebut protein
luar. Protein ini dapat berikatan dengan molekul fosfolipid
multipas. Aspek ekstra sitoplasmik dan sitoplasmik protein ini
sering mempunyai situs reseptor yang spesifik untuk molekul ataupun protein transmembran. Seringnya, mereka berhubungan
isyarat tertentu. Segera setelah molekul ini dikenali di situs dengan sistem cakara sekunder sel atau dengan aparatus
reseptor tadi, protein integral dapat mengubah konformasinya sitoskeleten (kerangka sel).
dan dapat melakukan fungsi khusus. Menggunakan teknik rekah beku, kita dapat
Karena protein membran integral berkemampuan untuk memisahkan membran plasma menjadi dua lembaran
melayang seperti gunung es di lautan fosfolipid, model ini untuk melihat permukaan hidrifibik (Gambar 2-9 dan 2-10).
disebut sebagai model mozaik cairan struktur membran. Permukaan luar lembar dalam disebut muka-P (dekat ke
protoplasma); permukaan
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 15
B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 15
CM
RER
G
SG
16 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
Ruang ekstrasel
Glikoprotein Glikolipid
lembar
luar
kolesterol lembar
dalam
ekor asam
lemak protein
Protein Integral
kanal
prifer
Kepala polar
(kutub)
Sitoplasma
Lembar luar
Selaput baur, yang disebut salut sel, atau glikokaliks, sering Walaupun komponen hidrofobik membran plasma membatasi
terlihat pada mikrokgraf elektron membran sel. Salut ini umu- pergerakan molekul polar untuk melintasinya, adanya dan keg-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 17
B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 17
iatan protein transmembran khusus memfasilitasi transfer Supaya terbentuk kanal hidrofilik, protein tersebut berlipat
molekul hidrofobik melintasi sawar tersebut. Protein sehingga asam amino hidrofobik terletak mengarah perifer,
transmembran tadi bersama kompleks protein membentuk berinteraksi dengan ekor asil lemak molekul fosfolipid
kanal protein dan wahana protein, yang secara khusus bilayer lemak, sedangkan asam amino hidrofilik mengarah ke
berurusan dengan transfer ion dan molekul kecil melintasi dalam, membentuk lapisan dalam yang polar untuk kanal
membran plasma. tersebut.
Sejumlah molekul nonpolar (misalnya, benzen, oksigen, Terdapat lebih dan 100 jenis kanal ion; beberapa di
nitrogen) dan molekul tidak bermuatan (misalnya air, gliserol) antaranya khusus untuk ion tertentu, namun lainnya
dapat bergerak melintasi membran sel secara difusi memungkinkan sejumlah ion yang berbeda dan molekul
sederhana mengikuti gradien konsentrasi. Sekalipun didorong kecil linarut air melewatinya. Sekalipun ion tersebut dan
oleh gradien konsentrasi, pergerakan hampir semua ion dan molekul kecil itu mematuhi perbedaan konsentrasi untuk
molekul kecil melintasi membran membutuhkan bantuan arah lintasannya, sel berkemampuan untuk mencegah
protein transpor membran, mungkin protein kanal atau protein substansi tersebut masuk lorong hidrofilik tersebut
wahana. Proses ini disebut difusi fasilitasi. Karena kedua menggunakan penutup gerbang terkendali dengan
difusi tadi terjadi tanpa memerlukan energi selain yang membendung gerbangnya. Kanal pada umumnya berupa
terkandung dalam gradien konsentrasi, peristiwa itu disebut kanal bergerbang; hanya sedikit yang tanpa gerbang.
transpor pasif (Gambar 2-11). Dengan menggunakan energi, Klasifikasi kanal bergerbang bergantung pada mekanisme
sel dapat mentranspor ion dan molekul kecil melawan gradien kontrol yang diperlukan guna membuka gerbangnya.
konsentrasi. Hanya protein wahana yang dapat menjembatani
transpor aktif yang memerlukan energi. Sejumlah kanal KANAL BERGERBANG-VOLTASE
protein yang terlibat dalam difusi fasilitasi yang akan dibahas
lebih dulu, dan protein wahana yang lebih mudah menguap/
Kanal-kanal tersebut berawal dan posisi tertutup ke terbuka,
berubah akan dibicarakan kemudian.
memungkinkan aliran ion dan satu sisi ke sisi yang lain dan
sebuah membran. Contoh yang paling umum adalah
Protein Kanal depolarisasi dalam transmisi impuls saraf. Pada sejumlah kanal,
misalnya kanal Na'; posisi terbuka tadi tidak stabil dan kanal
tadi berubah dan posisi terbuka menjadi posisi inaktif, yang
Protein kanal mungkin dengan atau tanpa gerbang;
membuat aliran ion terbendung dan dalam waktu singkat
semuanya tidak dapat melewatkan substansi melawan
(dalam hitungan milidetik) gerbang tersebut tidak dapat dibuka
gradien konsentrasi.
lagi. Inilah yang disebut periode refraktori (lihat Bab 9
tentang jaringan saraf). Velositas (laju) tanggapan terhadap
Protein kanal berperan pada pembentukan porihidrofilik, yang depolarisasi mungkin juga beragam, dan beberapa dan kanal-
disebut kanal ion, melintasi plasmalema. kanal tadi disebut bergantunglaju.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 18
1 8 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
A Transpor Pasif
Ruang ekstrasel
Uniport Membran
plasma
B Transpor Aktif
Ruang ekstrasel
Simport Antiport
KANAL BERGERBANG-LIGAN rikatan dengan suatu situs pada protein dan, dengan cara
mengubah konformasi kompleks protein, memungkinkan aliran
ion tertentu melalui kanal ion.
Kanal yang memerlukan keterikatan ligan (molekul isyarat)
pada protein kanal untuk membuka gerbangnya disebut kanal
bergerbang ligan. Berbeda dengan kanal bergerbang voltase, KANAL BERGERBANG-MEKANIS
kanal ini tetap terbuka sampai ligan terdisosiasi (lepas) dari
protein kanal; dan yang ini disebut sebagai reseptor ion Pada kanal jenis ini, manipulasi fisik yang sebenarnya
terikat kanal. Beberapa ligan pengendali kanal berupa diperlukan untuk membuka gerbang. Contoh mekanisme ini
neurotransmiter, sedangkan lainnya berupa nuldeotida. ditemukan pada sel rambut telinga dalam. Sel-sel ini terletak,
Kanal bergerbang neurotransmiter biasanya terdapat pada pada membran basilar, mempunyai stereosilia yang terbenam
membran pasca sinaps. Neurotransmiter tadi terikat pada situs dalam suatu matriks yang disebut membran tektorial.
tertentu pada protein, mengubah konformasi molekular, Gerakan membran basilar menyebabkan pergeseran posisi sel-
sehingga membuka kanal atau gerbang yang memungkinkan sel rambut; akibatnya streosilia melengkung. Distorsi fisik ini
influks ion spesifik ke dalam sel. Sejumlah neurotransmiter membuka kanal bergerbang mekanis pada stereosilia yang
bersifat eksitatori (pelaju), sedangkan lainnya inhibitori terletak di telinga dalam, yang memungkinkan masuknya
(penghambat). Neurotransmiter pelaju (misalnya asetilkolin) kation ke dalam sel dan mendepolarisasi kannya. Kejadian ini
melajukan depolarisasi; neurotransmiter penghambat membangkitkan implus yang diterima otak sebagai bunyi.
melajukan hiperpolarisasi membran.
Pada kanal bergerbang nukleotida, molekul isyaratnya KANAL BERGERBANG-PROTEIN-G
berupa nukleotida (misalnya Monofosfat Adenosin siklik
atau cAMP pada reseptor olfaktori dan Monofosfat Kanal ion bergerbang tertentu (misalnya, reseptor asetilkolin
Guanosin siklik atau cGMP pada sel batang retina) yang be- muskarinik otot jantung) memerlukan interaksi antara molek-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 19
B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 19
ul reseptor dengan kompleks protein-G (akan dibicarakan lain membran, protein pengangkut kembali ke konformasi
kemudian) yang mengakibatkan aktivasi protein G. Protein G semula.
yang teraktivasi selanjutnya berinteraksi dengan protein kanal, Seperti telah dijelaskan sebelumnya, transpor oleh
memodulasi kemampuan kanal untuk membuka atau menutup. protein pengangkut mungkin pasif sejalan dengan gradien
konsentrasi elektrokimia atau aktif melawan gradien.
KANAL TANPA GERBANG ATAU TAK Transpor itu bisa berupa uniport sebuah molekul bergerak
BERGERBANG ke satu arah atau berpasangan dua molekul yang berbeda
bergerak ke arah yang sama (simport) atau berlawanan
Salah satu bentuk yang paling umum dan kanal tak bergerbang (antiport) (lihat Gambar 2-11). Transpor berpasangan
adalah kanal tins kalium (K+), yang memungkinkan mengantar linarut baik secara simultan atau beriringan.
gerakan ion K. melintasinya dan berupa alat untuk
menciptakan gradien potensial (voltase) listrik di antara
kedua sisi membran sel. Karena kanal ini tidak bergerbang, TRANSPOR AKTIF PRIMER
perpindahan ion K+ tidak dikendalikan oleh sel tersebut; OLEH POMPA NA+.-K+
bahkan, arah aliran mencerminkan konsentrasinya pada kedua
sisi membran tersebut. Dalam keadaan normal, kadar Na+ lebih besar di luar
sel daripada di dalam, dan kadar kebih besar di dalam sel
AKUAPORIN daripada di luar. Sel memelihara perbedaan kadar ini
menggunakan adenosin trifosfat (ATP) untuk
mendukung pasangan protein pengangkut antiport yang
Belakangan ini, telah teridentifikasi dua belas jenis akuaporin dikenal sebagai pompa Na+-K+. Pompa ini mengangkut ion
yang berbeda. Mereka adalah keluarga protein multipas yang K+ ke dalam dan Na+ ke luar sel, masing-masing melawan
membentuk kanal yang dikenali sebagai jalan air dari satu sisi
gradien kadar yang tinggi. Karena perbedaan kadar ini
membran sel ke sisi lainnya. Beberapa dan kanal ini murni
perlu untuk kelangsungan fungsi dan keadaan normal bagi
sebagai pengangkut air (AgpZ) sedangkan lainnya
menganglcutgilserol (G1pF). Akuaporin ini membedakan hampir semua sel binatang, membran plasma mempunyai
transpor kedua molekul itu dengan cara membatasi kaliberpod banyak pompa inidalam jumlah besar.
sedemikian rupa sehingga gliserol terlalu besar untuk melewati Pompa Na+-K+mempunyai dua situs ikatan untuk k+ pada
pori kanal AgpZ. Sifat yang menarik dari akuaporin adalah sisi ekstrasel dan tiga untuk Na+ di sisi sitoplasmik; jadi,
mereka sama sekali kedap proton, karenanya aliran proton untuk setiap dua ion K+ yang diantar ke dalam sel, tiga
tidak dapat melalui pori ini sekalipun proton mudah melewati ion Na+ dipindahkan ke luar sel.
molekul air melalui model donor akseptor dengan memaksa Telah dijelaskan di atas bahwa Na+-K+-ATPase berkaitan
molekul air jungkir balik setengah jalan sepanjang kanal, jadi dengan pompa Na+-K+. Saat ion Na+ berikat dengan sisi
molekul air tadi memasuki kanal menghadap ke atas dan sitosolik dan pompa itu, ATP dihidrolisis menjadi adenosin
keluar pori menghadap ke bawah (oksigen di sisi atas dan difosfat (ADP) dan ion fosfat yang dilepas digunakan untuk
hidrogen di sisi bawah). Akuaporin yang berfungsi secara mem-fosforilasi ATPase, yang menjadikan perubahan
benar di ginjal dapat mengangkut sebanyak 20L air per jam, konformasi pompa, dengan konsekuensi transpor Na+ ke luar
dan akuaporin yang tidak berfungsi secara benar dapat sel. Pengikatan dua ion K+ pada sisi luar pompa menyebabkan
menimbulkan penyakit diabetes insipidus dan katarak defosforilisasi ATPase yang menjadikan kembalinya protein
kongenital mata. pengangkut ke konformasi semula, menghasilkan transfer ion
IC ke dalam sel.
Protein Pengangkut Kegiatan yang ajeg dan pompa tersebut mengurangi kadar
ion intrasel, berakibat turunnya tekanan osmotik intrasel.
Jika tekanan osmotik dalam sel tidak dikurangi oleh pompa Na
Protein pengangkut dapat menggunakan mekanisme tranport +-K+, air akan masuk ke dalam sel dalam jumlah besar, sel
panduan-ATP untuk menyeberangkan substansi melintasi
akan bengkak dan akhirnya mati karena lisis osmotik
plasmalema melawan perbedaan konsentrasi tertentu.
(misalnya "meletus"). Jadi, kerja pompalah yang mampu
mengendalikan osmolaritas sel dan tentu saja volumenya.
Protein pengangkut berupa protein transpor membran Tambahan lagi, pompa ini membantu kanal tins K+
multipas yang mempunyai situs ikatan untuk ion spesifik atau dalam memelihara potensial membran sel.
molekul pada kedua sisi lipid bilayer Bila linarut berikat Karena situs ikatan pada sisi luar pompa mengikat bukan
dengan situs ikatan, protein pengangkut berubah secara hanya tetapi juga glikosida ouabain, glikosida ini
konformasional yang revesibel; setelah molekul dilepas di menghambat pompa Na+-K+.
sisi
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 20
20 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
TRANSPOR AKTIF SEKUNDER OLEH garuhi sel di dekatnya. Kadang-kadang sel pengisyarat juga
PROTEIN PENGANGKUT BERPASANGAN berupa sel target, hasilnya adalah isyarat parakrin khusus yang
disebut isyarat autokrin. Yang paling luas jangkauan
Transpor Na+ bertenaga-ATP ke luar sel menjadikan kadar ion pengisyaratan dalah isyarat endokrin; dalam hal ini molekul
tersebut rendah di dalam sel. Cadangan energi bawaan gradien isyarat masuk peredaran darah untukdisampaikan ke sel target
natrium dapat digunakan oleh protein pengangkut untuk yang terletak jauh dan sel pengisyarat.
mengantar ion atau molekul lainnya melawan gradien kadar.
Modus transpor seperti ini sering disebut transpor aktif
Molekul Pengisyarat
sekunder, berbeda dengan transpor aktif primer, yang
menggunakan tenaga yang dilepas dan hasil hidrolisis ATP.
Molekul pengisyarat berikat ke reseptor intrasel ataupun
Protein pengangkut yang mendukung transpor aktif sekunder ekstrasel untuk menimbulkan tanggapan sel khusus.
dapat berupa simport atau antiport. Karena ion Na+ berikat di
suatu daerah sesisi dengan protein pengangkut, ion molekul
kecil lainnya (misalnya glukosa) juga berikat di daerah pada Hampir semua molekul pengisyarat bersifat hidrofilik
sisi yang sama dengan protein pengangkut, mengimbas (misalnya, asetilkolin) dan tidak dapat menembus membran
perubahan konformasional. Perubahan konformasional sel. Karena itu memerlukan reseptor di permukaan sel.
mengakibatkan transfer dan diikuti pelepasan kedua molekul di Molekul pengisyarat lainnya bersifat hidrofobik, seperti
sisi membran lainnya. hormon steroid, atau berupa molekul kecil non-polar, seperti
oksida nitrik (NO), yang semuanya dapat masuk melalui
bilayer lipid. Ligan-ligan itu memerlukan reseptor intrasel.
lsyaratan Sel Ligan hidrofilik mempunyai sintas (life span) pendek (tidak
lebih dan beberapa milidetik sampai menit), sementara
lsyaratan sel merupakan yang terjadi jika sel pengisyarat hormon steroid bersintas lebih panjang (beberapa jam atau
melepas molekul isyarat yang melekat pada reseptor hari).
Molekul pengisyarat sering bekerjasama, dalam arti sejumlah
permukaan pada sel target.
ligan yang berbeda diperlukan untuk menimbulkan tanggapan
khas sebuah sel. Selain itu ligan yang sama atau kombinasi
Jika sel berkomunikasi satu sama lain, sel pengirim isyarat beberapa ligan menimbulkan respons yang berbeda dan sel
disebut sel pengisyarat; yang menerima isyarat disebut sel yang berbeda. Misalnya, asetilkolin menyebabkan sel otot
target. Transmisi informasi dapat terjadi melalui sekresi atau rangka berkontraksi, sel jantung relaksasi, sel endotel
presentasi molekul isyarat yang kontak dengan reseptor pembuluh darah mengeluarkan oksida nitrik, dan sel parenkim
pada membran sel target (atau intrasel pada sitosol ataupun sejumlah kelenjar melepaskan isi granula sekretori.
inti). Komunikasi dapat juga terjadi melalui pembentukan pori
intrasel yang disebut neksus (taut celah), yang Ikatan molekul pengisyarat dengan reseptornya menggiatkan
memungkinkan perpindahan ion dan molekul kecil (misalnya sistem caraka kedua dalam sel, memulai reaksi berantai
cAMP) di antara dua sel. (Neksus dibicarakan dalan Bab 5.) yang menghasilkan respons yang dituju. Sebuah hormon
misalnya, berikat pada reseptornya pada permukaan sel target.
Molekul pengisyarat, atau ligan, mungkin disekresi dan
Reseptor tersebut berubah konformasinya, sehingga hasil
dilepas oleh sel pengisyarat atau tetap terikat pada permukaan
dan dipresentasikan oleh sel pengisyarat kepada sel target. aktivasi siklase adenilat, sebuah protein transmembran, yang
Reseptor permukaan-sel biasanya berupa protein regio sitoplasmiknya mengkatalisis transformasi ATP menjadi
transmembran, sedangkan sebuah reseptor intrasel berupa cAMP, salah satu caraka yang paling umum.
protein yang bermukim di dalam sitosol atau di dalam inti sel
target. Ligan yang berikat kepada reseptor permukaan-sel Selanjutnya cAMP mengaktivasi kaskade (riam) enzim
biasanya berupa molekul polar; sementara yang berikat pada dalam sel, sehingga menggandakan pengaruh molekul
reseptor intrasel bersifat hidrofobik sehingga dapat berdifusi hormon yang sangat sedikit di permukaan sel. Kejadian
melewati membran sel. spesifik intrasel bergantung kepada enzim dalam sel
Pada proses perisyaratan yang paling selektif, isyarat tersebut; jadi, cAMP mengaktivasi seperangkat enzim
sinaptik, molekul isyaratnya, sebuah neurotransmiter, dilepas dalam sel endotel dan seperangkat lainnya di dalam sel
demikian dekat ke sel target sehingga hanya satu sel saja yang folikular kelenjar tiroid. Oleh karena itu, molekul yang
dipengaruhi ligan. Yang lebih umum tetapi masih bentuk lokal sama dapat berpengaruh berbeda pada sel yang berbeda.
isyarat adalah, isyarat parakrin, yang terjadi jika molekul Sistem itu disebut sistem caraka kedua karena caraka
isyaratnya dilepas ke dalam lingkungan intersel dan mempern- pertamanya adalah hormon yang mengaktivasi cAMP,
sebagai caraka kedua. Caraka kedua lainnya termasuk
kalsium (Ca2+), cGMP, inositol trifosfat, dan diasilgliserol.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 21
B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 21
Hormon steroid (mis. kortisol) dapat juga berdifusi melalui 䡲 Sensitif-toksin pertusis (GO)
membran sel. Setelah masuk ke dalam sitosol, lalu berikatan 䡲 Insensitif-toksin pertusis (GBq)
dengan reseptor hormon steroid (anggota keluarga 䡲 Transducin (Gt)
reseptor intrasel), dan kompleks Ligan-reseptor itu
selanjutnya mengaktivasi ekspresi gen, atau transkripsi
(pembentukan asam ribonukleat caraka [mRNA]). Protein G bertindak dengan reseptor pengikat melalui enzim
Transkripsi dapat diinduksi secara langsung, hasilnya adalah yang rnemodulasi kadar molekul pengisyarat intrasel (caraka
respons primer yang cepat, atau secara tidak langsung, yang kedua) cAMP atau Ca2+.
lebih lambat, respons sekunder. Pada respons sekunder,
mRNA menyandi protein yang diperlukan untuk mengaktivasi Isyarat Melalui Protein Gs dan Gi
ekpresi gen tambahan (selanjutnya).
Semua Protein Gs (Gambar 2-12) umumnya tersedia dalam
Reseptor Permukaan Sel bentuk inaktif, dengan satu molekul GDP terikat pada
subunitnya. Pada saat ligan berikat dengan reseptor terikat-
Reseptor permukaan sel ada tiga jenis: terikat-kanal ion, protein-G, keadaan ini mengubah konformasi reseptor tersebut,
terikat-enzim, dan terikat-protein-G. sehingga memungkinkannya berikatan dengan salah satu
subunit protein G, yang kemudian mengganti GDPnya menjadi
Reseptor permukaan sel pada umumnya berupa glikoprotein GTP. Pengikatan GTP menjadikan subunit tersebut
integral yang berfungsi mengenali molekul pengisyarat dan berdisosiasi bukan hanya dari reseptor tetapi juga dari dua
mentransduksi isyarat tersebut menjadi kegiatan intrasel. subunit lainnya dan berikatan dengan adenil siklase, suatu pr-
Ketiga kelas utama molekul reseptor tadi berupa reseptor Ruang ekstrasel
terikat-kanal ion (lihat yang sebelumnya), reseptor terikat- Molekul
pengisyarat
enzim, dan reseptor terikat-protein-G.
Reseptor
RESEPTOR TERIKAT-ENZIM
RESEPTOR TERIKAT-PROTEIN-G
2 2 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
dalam membran plasma dan, dengan bantuan Ca2+,
otein transmembran. Ikatan ini mengaktivasi adenil siklase mengaktifkan enzim kinase protein C (kinase-C). Selanjutnya
membentuk banyak molekul cAMP dari molekul ATP. Setelah kinase-C mengawali kaskade fosforilasi, yang hasil akhirnya
aktivasi adenil siklase terjadi, ligan tersebut lepas dari reseptor adalah aktivasi gen protein regulator yang menginisiasi
terikat protein-G, mengembalikan reseptor tersebut ke
transkripsi gen spesifik.
konformasi semula tanpa mempengaruhi aktivitas subunitnya.
Dalam beberapa detik, subunit tadi menghidrolisis GTPnya Dengan cara defosforilasi IP3 diinaktifkan secara cepat,
menjadi GDP, terlepas dari adenil siklase (menjadikannya dan diasilgliserol rusak dalam beberapa detik setelah
tidak aktif), dan berikatan kembali dengan subunit β dan y. dibentuk. Kegiatan ini meyakinkan bahwa respons terhadap
Gi berperilaku serupa dengan Gs, namun tidak mengaktifkan ligan hanya terjadi dalam waktu yang terbatas.
adenil siklase, sebaliknya malah menghambat, sehingga cAMP Perhatikan bahwa karena C2+ sitosolik bertindak
tidak terbentuk. Ketiadaan cAMP mencegah fosforilasi, jadi sebagai caraka kedua, kadarnya dalam sitosol harus
mengaktivasi, sejumlah enzim yang akan menimbulkan dikendalikan sangat cermat oleh sel tersebut mekanisme
respons khusus. Dengan kata lain, ikatan ligan tertentu dengan kontrol ini termasuk pengucilan Ca2+oleh retikulum
reseptor tertentu mungkin mengaktivasi atau menginaktivasi endoplasma, molekul khusus pengikat-Ca2+ dalam sitosol
sel tersebut, bergantung pada jenis protein G yang dan mitokondria, dan transpor aktif ion ini ke luar sel.
mengikatkannya kepada adenil siklase. Pada saat IP3 menyebabkan peningkatan kadar Ca2+
sitosolik, kelebihan ion itu berikatan dengan kalmodulin,
Monofosfat Adenosin Siklik protein yang ditemukan dengan kadar tinggi pada hampir
sebagai Caraka kedua semua sel hewan. Kompleks Ca2+ kalmodulin mengaktifkan
sekelompok enzim yang disebut sebagai kinase protein
bergantung-Ca2+- kalmodulin (CaM-kinase). C2+-kinase
cAMP merupakan molekul pengisyarat intrasel yang
mempunyai banyak fungsi pengaturan dalam sel, seperti
mengaktivasi protein kinase bergantung-cAMP (Kinase-A)
inisiasi glikogenolisis, sintesis katekolamin, dan kontraksi otot
dengan cara berikatan dengannya. Kinase-A yang teraktivasi
polos.
berdisosiasi menjadi komponen pengaturnya dan dua subunit
katalitik aktif. Subunit katalitik aktif itu memfosforilasi enzim Mesin Sintesis dan Pengepak
lainnya dalam sitosol, jadi memulai kaskade fosforilasi yang dalam Sel
menghasilkan respons khusus. Peningkatan kadar cAMP pada
sejumlah sel menghasilkan transkripsi sejumlah gen yang regio
Komponen utama mesin sintesis protein sel adalah
regulatornya mempunyai elemen respons cAMP (CERs).
ribosom (dan poliribisom), retikulum endoplasma kasar, dan
Kinase-A memfosforilasi, sehingga mengaktivasi sebuah aparat Golgi.
protein regulatori gen yang disebut protein pengikat-CRE
(CREB) yang keterikatannya dengan protein memicu
transkripsi gen-gen tersebut. Ribosom
Sepanjang tersedia cAMP dalam kadar yang cukup tinggi,
respons yang khusus akan muncul dari sel target. Agar dapat Ribosom berupa partikel kecil, lebarnya mendekati 12 nm dan
mencegah respons itu berkepanjangan, cAMP segera panjangnya 25 nm, terdiri atas protein dan RNA ribosomal.
didegradasi oleh fosfodiesterase cAMP menjadi 5'-cAMP, Ribosom berfungsi sebagai landasan untuk sintesis protein.
yang tidak dapat mengaktivasi A-kinase. Tambahan lagi, Setiap ribosom terdiri atas sebuah subunit besar dan subunit
enzim-enzin tersebut menjadi terdefosforilasi oleh rangkaian kecil, yang keduanya dirakit di nukleolus dan dilepas sebagai
enzim lainnya (serin/ treonin fosfoprotein fosfatase). kesatuan (entitas) terpisah ke dalam sitosol. Subunit kecil
bernilai sedimentasi 40S dan terdiri atas 33 protein dan 18S
Pengisyaratan melalui Protein G0 rRNA. Nilai sedimentasi subunit besar adalah 60S, dan terdiri
atas 49S dan 3rRNA. Nilai sedimentasinya adalah 5S, 5,8S,
dan 28S.
Ketika sebuah ligan berikatan dengan reseptor terikat protein- Subunit kecil mempunyai situs pengikat mRNA, sebuah
Go reseptor tersebut mengubah konformasinya dan berikatan situs-P pengikat peptidil asam nukleat transfer (tRNA),
dengan Go. Protein trimerik ini berdisosiasi, dan subunitnya sebuah situs pengikat aminoasil tRNA, dan situs-E tempat
mengaktivasi fosfolipase C, enzim yang bertanggung jawab tRNA melepas asam aminonya keluar dari ribosom.
untuk menyibak membran fosfolipid fosfatidilinositol Beberapa rRNA dari subunit besar dikenal sebagai
bisfosfatase (PIP2) menjadi IP3 dan diasilgliserol. IP3 ribozim karena mempunyai aktivitas enzimatik dan
meninggalkan membran dan berdifusi ke dalam retikulum katalisasi pembentukan ikatan peptida. Subunit besar dan
endoplasma, yang berakibat terlepasnya Ca2+ caraka -kedua kecil semuanya di dalam sitosol secara terpisah dan tidak
lainnya - ke dalam sitosol Diasilgliserol melekat pada lembar membentuk ribosom sampai memulai sintesis protein.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 23
B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 23
Retikulum Endoplasma lasma kasar. Sel pada umumnya tidak mempunyai banyak
SER kecuali sel yang aktif membentuk hormon steroid,
kolesterol, dan trigliserida, dan sel yang berfungsi sebagai
Retikulum endoplasma (ER) merupakan sistem membranosa tempat detoksifikasi bahan toksik (misalnya alkohol dan
terbesar di dalam sel, mencakup hampir separuh volume barbiturat). Pada sel tertentu SER menjadi bangunan khusus
membran. Organel ini berupa sistem tubulus saling (misalnya sel otot rangka); di sini dikenal sebagai retikulum
berhubungan dan sejumlah vesikel yang lumennya disebut sarkoplasma. Di sini fungsinya adalah mengucilkan ion
sisterna. Komponen ER ada dua, retikulum endoplasma kalsium dari sitosol, membantu pengendalian kontraksi otot.
halus (SER) dan retikulum endoplasma kasar (RER).
Walaupun hanya RER yang terlibat dalam sintesis protein,
SER juga dibahas dalam hal ini, namun hanya sebagai Retikulum Endoplasma Kasar
tambahan, dan para pembaca harus mengingat perbedaannya.
Sel yang berfungsi membentuk protein yang akan dikirim,
dilengkapi dengan sejumlah besar RER (lihat Gambar 2-6).
Retikulum Endoplasma Halus Membran organel ini agak berbeda dari yang halus lawan-
pasangannya, karena yang ini mempunyai protein integral
Sebuah sistem tubulus saling berhubungan dan sejumlah yang berfungsi untuk mengenali dan mengikat ribosom pada
vesikel pipih terikat membran membentuk SER (Gambar permukaan sitosoliknya dan mempertahankan agar tetap pipih
2-13). Lumen SER dianggap kelanjutan dari retikulum endop- morfologinya. Dalam buku ini protein integral yang dianggap
2 4 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
penting adalah (1) reseptor partikel pengenal isyarat Yang menarik adalah bahwa waktu yang diperlukan untuk
(protein dermaga), (2) protein reseptor ribosom sintesis protein yang terdiri atas 400 asam amino adalah sekitar
(riboforin I dan ribiforin II), dan (3) protein pori. Fungsi 20 detik. Karena sebuah rantai mRNA dapat mengandung 15
ketiganya akan dibahas kemudian. ribosom yang melakukan translasi bersamaan, sejumlah besar
RER terlibat dalam sintesis semua protein yang akan dikemas molekul protein dapat dihasilkan dalam waktu yang pendek.
atau dikirim ke membran plasma. Organ ini juga melakukan Himpunan kompleks ribosom-mRNA ini, yang biasanya
modifikasi pasca-translasi protein-protein tersebut, termasuk berbentuk spiral atau "tusuk konde", disebut poliribosom atau
sulfasi, pelipatan, dan glikosilasi. Selain itu, lipid dan protein polisom (Gambar 2-14).
integral semua membran sel tersebut juga dibuat oleh RER.
Sisterna RER sambung dengan sisterna perinuklir, yang
merupakan ruang di antara membran inti dalam dan luar.
Sintesis Protein Sitosol
B a b 2 䡲 䡲 䡲 Sitoplasma 䡲 25
A dilepas dari situs-E.Tenaga yang diperlukan untuk langkah Sintesis Protein pada Retikulum
ini berasal dari hidrolis GTP. Endoplasma Kasar
LANGKAH 6
䡲 Langkah 3 sampai dengan 5 diulang, memperpanjang Protein yang perlu dikemas baik untuk dikirim ke luar sel atau
rantai polipeptida sampai mencapai penyandi henti. sekedar dikucilkan dari sitosol harus dikenali dan dikirim
secara kotranslasional (selama proses sintesis) ke dalam
䡲 Dikenal tiga penyandi henti (UAG, UAA, dan UGA),
yang masing-masing dapat menghentikan translasi. sisterna RER. Modus identifikasi bertempat di sebuah segmen
kecil mRNA, terletak berikutnya sesudah penyandi mulai, yang
LANGKAH 7 menyandi urutan asam amino dan disebut peptida
䡲 Saat situs-A subunit kecil ribosom mencapai sebuah pengisyarat.
penyandi henti, sebuah faktor penglepas berikat ke situs-A.
Menggunakan urutan yang disiapkan untuk sintesis protein
䡲 Faktor ini diperlukan untuk penglepasan rantai polipeptida dalam sitosol, mRNA mulai diterjemahkan, membentuk
yang baru saja dibuat dan tRNA di situs-P ke dalam sitosol. peptida pengisyarat (Gambar 2-16). Peptida ini dikenali oleh
LANGKAH 8 sebuah kompleks RNA-protein yang terletak di dalam sitosol,
Akhirnya tRNA berpindah dan situs-P ke situs-A, faktor yang disebut partikel pengenal isyarat (SRP = signal
penglepas dilepas dari situs-A, dan subunit kecil dan besar recognition particle). Partikel itu melekat pada peptida
ribosom meninggalkan mRNA. pengisyarat dan, dengan menempati situs-P pada ribosom su-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 26
26 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
SubunitRibosom
Besar
Asam
tRNA amino
Subunit Ribosom
kecil situs P
Situs E Situs E situs A
situs A
mRNA
situs P
Inisiasi dimulai saat subunit Subunit besar bergabung tRNA-aminoasil kedua, Pembentukan ikatan ini
ribosom kecil berikatan dengan kompleks inisial. membawa sebuah asam membawa ujung penerima
dengan mRNA. Situs A yang kosong amino, mengikat pada situs pada tRNA situs A ke situs
sekarang siap menerima A yang kosong. Suatu ikatan P, saat is mengambil rantai
tRNA penginisiasi sebuah tRNA-aminoasil. peptida terbentuk di antara peptidil
berikatan dengan situs-P kedua asam amino.
asam amino sekutunya
kompleks
yaitu metionin Rantai/
sinyal
polipeptida
menghalangi translasi; yang selanjutnya mengarahkan polisom 4. Setelah translasi mulai lagi, protein nasen (baru) berlanjut
untuk migrasi ke RER. dialirkan ke dalam sisterna RER.
Protein reseptor SRP (protein dermaga) di dalam membran 5. Sebuah enzim yang melekat ke sisi sisternal membran RER,
RER menyentuh SRP, dan protein reseptor ribosom yang disebut peptidase pengisyarat, memecah peptida
menyentuh subunit besar ribosom, melekatkan polisom ke pengisyarat dan protein yang sedang dibentuk. Peptida
permukaan sitosolik RER. Selanjutnya peristiwa berikut ini pengisyarat terdegradasi menjadi komponen asam aminonya.
terjadi hampir serentak: 6. Seperti yang telah dibahas lebih dulu, saat penyandi henti
1. Protein pori merakit, membentuk sebuah pori menembus tercapai, sintesis protein selesai, subunit kecil dan besar
lipid bilayer RER. ribosom berdisosiasi dan masuk kembali ke dalam sitosol
berhimpun di dalam `gudang' subunit ribosom.
2. Peptida pengisyarat menyentuh protein pori dan mulai
dipindahkan (diawali amino terminus) ke dalam sisterna 7. Protein yang baru dibentuk dilipat, diglikosilasi, dan
RER. mengalami modifikasi translasional di dalam sisterna RER.
3. Selanjunya SRP dilepas, masuk kembali ke dalam sitosol, 8. Protein termodifikasi meninggalkan sisterna melalui vesikel
mengosongkan situs-P pada subunit kecil ribosom. Ribosom transpor kecil (tanpa bungkus klatrin) di regio RER yang
tetap pada permukaan RER. tanpa ribosom.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 27
Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 27
Ribosom
Sekuens C
sinyal
N
Partikel
pengenal N
sinyal Sekuensi sinyal N
Karbohidrat Proteinyang
yangterpotong
Reseptor lengkap
Peptidase
SRP
sinyal Retikulum endoplasma kasar
Gambar 2-16 Sintesis protein pada retikulum endoplasma kasar. C, terminus karboksil; mRNA, caraka RNA; N, terminus amino; SRP, partikel
pengenal isyarat.
Aparatus Golgi ai muka keluaran, karena protein yang telah dimodifikasi telah
siap dikemas dan dikirim ke tujuannya dari sini.Adalagi dua
kompartemen yang menarik, yang satu berhubungan dengan
Aparatus Golgi berfungsi dalam sintesis karbohidrat
muka-cis dan yang satu lagi dengan muka-trans. Yang terletak
dan dalam modifikasi dan pemilahan protein yang
di antara RER dan muka-cis aparatus Golgi adalah vesikel
dibuat di RER.
kompartemen intermedia, atau retikulum endoplasma/
kompartemen intermedia Golgi (ERGIC), dan jejaring
Protein yang dibuat dan dikemas dalam RER mengikuti Golgi trans (TGN), yang terletak di arah distal aparatus
jalur keharusan menuju aparatus Golgi untuk Golgi. Nama lain ERGIC adalah kompleks tubulovesikular,
mendapat modifikasi pasca-translasional dan pengemasan. berupa himpunan vesikel dan tubulus dibentuk dari penyatuan
Protein yang harus tetap di dalam RER atau menuju vesikel transfer yang berasal dan sisterna RER, yang disebut
kompartemen selain aparatus Golgi mendapat isyarat yang retikulum endoplasma transisional (TER). Vesikel
mengalihkannya dan jalur yang seharusnya. transfer ini ditunas-lepaskan dan TER dan mengandung
Aparatus Golgi terdiri atas satu atau lebih rangkaian sisterna protein nasen yang dibentuk di permukaan dan dimodifikasi di
terbungkus membran, agak lengkung, dan pipih, yang disebut, dalam sisterna RER.
pepara Golgi (Golgi stack), yang mirip setumpuk roti lapis Vesikel yang berasal dan ERGIC menempuh jalurnya
yang satu sama lain tidak terlalu lekat (Gambar 2-7 sampai menuju dan menyatu dengan tepian muka-cis aparatus Golgi,
2-19). Tepian setiap sisterna tampak melebar dilingkungi oleh jadi menyampaikan protein tersebut ke kompartemennya
vesikel yang mungkin berupa proses penyatuan atau kuncupan untuk dimodifikasi lebih lanjut. Protein hasil modifikasi
kompartemen khusus. dipindakan dan cis ke sisterna medial dan akhirnya ke trans
Setiap pepara Golgi mempunyai tiga peringkat sisterna: melalui vesikel yang bertunas-lepas untuk menyatu di tepian
䡲 Muka-cis (atau jejaring Golgi cis)
komparteman tertentu (Gambar 2-20). Setelah protein melalui
aparatus Golgi, semuanya akan dimodifikasi di dalam pepara
䡲 Muka medial (muka intermedia)
Golgi. Protein pembentuk teras (bagian utama) molekul
䡲 Muka-trans glikoprotein menjalani glikosilasi berat, sedangkan molekul
Muka-cis yang paling dekat dengan RER. Bentuknya lainnya memperoleh atau kehilangan gugus gulanya.
cembung dan dianggap sebagai muka masukan, karena protein Fosforilasi manosa terjadi di dalam sisterna muka-cis,
yang baru dibentuk dan RER memasuki muka-cis belum sedangkan pengangkatan manosa dari protein tertentu terjadi
diizinkan masuk sisterna lainnya pada aparatus Golgi. di dalam kompartemen cis dan medial pepara Golgi.
Sebaliknya muka-trans berbentuk cekung dan dianggap sebag- Penambahan asam sialat (asamN-asetilneuraminat) dan galakt-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 28
28 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
ER
ER transisional
Vesikel
transpor
ERGIC
Muka-cis
Muka medial
Muka-trans
Gambar 2-17 Retikulum endoplasma
kasar dan aparatus Golgi epididimis
tikus. Vesikel transfer mengandung
Jejaring protein yang baru terbentuk dan
Golgitrans diangkut ke retikulum endoplasma/
Granula kompar-temen intermedia Golgi
sekretori (ERGIC) dan dari sana ke aparatus
Golgi. Protein dimodifikasi di berbagai
Vesikel halus permukaan kompleks Golgi dan masuk
dan bersalut jejaring Golgi trans untuk dikemas.
osa, dan juga fosforilasi dan sulfasi asma amino terjadi Tiga jenis protein salut (COP), yang juga disebut kotomer,
dimuka-trans diketahui memicu pembentukan vesikel pengangkut kargo:
kotomer I (COP I), kotomer II (COPII), dan klatrin.
Pada situs yang akan menjadi vesikel nantinya, protein ini
Vesikel Endotel yang Terkait dengan berpadu, melekat pada membran, menarik keluar vesikel
Golgi dan Retikulum Endoplasma Kasar tersebut, dan melapisi permukaan sitosoliknya. Jadi, terdapat
vesikel berlapiskan COP I, COP II, dan klatrin.
Vesikel terkait RER dan aparatus Golgi mempunyai salut
Vesikel transpor meninggalkan ER transisional selalu
protein dan juga penanda permukaan.
berlapiskan COP II sampai mencapai ERGIC, tempat
menanggalkan salut COP II, untuk didaur-ulang vesikel yang
Vesikel pengangkut protein (kargo) antar-organel dan regio
muncul dari ERGIC untuk membawa kargo yang baru sampai
organel, harus punya cara menunas-lepaskan organelnya dan
harus diberi label ke mana tujuannya. Proses bertunas ke muka-cis memerlukan bantuan COP I, seperti vesikel
dimudahkan oleh kumpulan salut protein pada sisi sitosolik lainnya yang melalui medial ke muka-trans dan jejaring
organel tersebut. trans golgi. Memerlukan klatrin dalam pembentukannya.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 29
Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 29
Gambar 2-19 A, permukaan jejaring Golgi cis pada spermatid tingkat 6. Sakulus paling dekat-cis berupa jejaring regular tubulus membranosa
anastomotik, ditutup oleh retikulum endoplasma. Sejumlah sakulus medial dengan pori lebih sedikit tetapi lebih besar dan lebih teratur tampak di
bawah sakulus Golgi cis.B, Pandangan muka sebuah jejaring Golgi cis lain dalam spermatid tahap 6. Perhatikan adanya tingkap-tingkap pada
bagian tepi sakulus Golgi trans yang ireguler. (Dan HC, Tang CY, Suarez SS: Three-dimensional structure of the Golgi apparatus in mouse
spernzatids: A scanning electron microscopic study. Anat Rec 256: 189-194, 1999.)
Mekanisme transpor mematuhi kendali mutu, dalam arti MTOC terletak di dalam lingkungan kompleks golgi, dan
jika protein residen RER (atau ER transisional) sedang ujung-ujung mikrotubulus tadi, yang masing-masing
dikemas dalam vesikel dan molekul `penumpang gelap' ini memancar dan cincin kompleks y-tubulin, disebut ujung
mencapai ERGIC, mereka akan kembali ke RER sebagai minus; ujung lainnya, mendekati tepian sel, disebut ujung
vesikel yang bersalut COP I. Keadaan seperti ini dikenal plus. Motor molekular yang menggerakkan vesikel ke ujung
sebagai transpor retrograd, lawannya adalah transpor minus (mengarah MTOC) adalah dinein beserta kompleks
anterograd kargo, yang telah dibahas tadi. protein kelengkapannya. Motor molekular yang
Karena vesikel dibentuk pada situs tertentu di dalam sel menggerakkan vesikel ke ujung plus (menjauhi MTOC)
dan hams sampai ke tujuan, hams ada tambahan seperangkat adalah kinesin berikut kompleks protein sertaannya. Jadi,
informasi; misalnya, bagaimana vesikel dapat diangkut vesikel bermuasal dari ER dan juga yang dari ERGIK
sampai ke tujuan. Sekalipun hal ini merupakan konsep yang digerakkan mengarah ke MTOC digerakkan oleh dinein,
perlu dipahami, kemmitannya juga mengendala pembahasan sedangkan vesikel yang meninggalkan kompleks Golgi
yang tuntas; sebagai penyulih, sepintas lalu secara umum akan
mengikuti aliran retrograd ke ERGIC atau ke RER digerakkan
disajikan. (untuk informasi tambahan, silahkan baca buku ajar
biologi sel.) oleh kinesin.
Setelah vesikel pengandung-kargo terbentuk, mereka
bukan hanya mempunyai kotomer atau klatrin tetapi juga Pemilahan dalam Jejaring Golgi Trans
penanda permukaan lainnya dan reseptor. Beberapa dan
reseptor tersebut berinteraksi dengan mikrotubulus dan Jejaring Golgi Trans bertugas memilah protein sesuai
kompleks protein motor yang bertugas menggerakkan vesikel. dengan alurnya sehingga mencapai membran plasma,
Seperti yang akan dibahas nanti (lihat Sitoskeleton), granula sekresi, atau lisosom.
mikrotubulus adalah panjang, lums, kaku, berupa struktur
mirip tubulus yang berawal dan dalam pusat pengatur Kargo yang meninggalkan TGN dibungkus dalam vesikel
mikrotubulus (MTOC) dan menganjur sampai ke tepian sel. yang mungkin melakukan salah satu kegiatan di bawah ini lih-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 30
30 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
ER
TER (Retikulum endoplasma transisional)
Fosforilasi manosa
Pembuangan manosa
Sintesis protein
Glikosilasi terminal
Protein membran
Plasma Fosforilasi dan sulfasi asam
amino
Protein
isosomal Penyortiran protein
Granula
Protein sekretori
Triskelion Selubung
Vesikelbersal
klatrin klatrin
COP
ut
II
Vesikel tak
bersalut klatrin
Vesikeltranspor
bersalut COP I Reseptor
fosfat-6 Manosa
jejaring Golgi trans
CIS MEDIAL TRANS Endosom lanjut
TER ERGIC
Lisosom Membran
GOLGI Plasma
Gambar 2-20 Aparatus Golgi dan kemasan dalam jejaring Golgi, ER, retikulum endoplasma; ERGIC, retikulum endoplasma/ kompartemen
intermedia Golgi; COP, protein selubung (kotomer)
Bab 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 31
32 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
ngkaian yang benar pada waktu yang sesuai, sehingga erangkaian protein darah yang disebut komplemen.
memungkinkan sisterna yang menetap matang menjadi Karena beragam regio antibodi berikatan dengan permukaan
sisterna tahap berikutnya. mikroorganisme, regio Fc menganjur dari permukaannya.
Sepintas, teori maturasi sisternal tampaknya meragukan; Makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor Fc yang
namun demikian hal ini dapat digambarkan menggunakan berikatan dengan regio Fc antibodi setelah kontak.
fenomena yang biasa ditemukan. Jika seseorang duduk di Keterhubungan ini menjadi isyarat bagi sel tersebut untuk
kereta yang berhenti, dan melihat kereta di rel sebelahnya menjulurkan pseudopoda,merengkuh mikroorganisme, dan
berjalan, pada awalnya sulit membedakan kereta mana yang menginternalkan dengan membentuk fagasom. Komplomen di
sedang bergerak tanpa melihat secara visual keadaan permukaan mikroorganisme mungkin membantu fagositosis
sekelilingnya. Hasil riset belakangan ini tidak memastikan teori dengan cara yang serupa. Karena makrofag juga mempunyai
yang mana yang benar, tetapi kebanyakan buku ajar histologi reseptor komplomen di permukaannya. Rupanya yang
dan biologi sel menyukai teori transpor vesikel anterograd. mengaktifkan sel untuk membentuk pseudopoda dan menelan
mikroorganisme penyerang.
Endositosis, Endosom, dan
Lisosom Pinositosis
Endositosis, endosom, dan lisosom terlibat dalam proses Karena kebanyakan sel mengekspor bahan ke dalam ruang
pencernaan, pengucilan, .dan penghancuran (degradasi) intersel, mereka secara kontinu menambah membran vesikel
bahan-bahan yang diinternalkan dari ruang ekstrasel. yang mengirim substansi yang dimaksud tadi dari jejaring
Golgi trans ke membran plasma. Untuk mempertahankan
ukuran dan bentuknya sel ini harus membuang kelebihan
Proses ketika sebuah sel `melahap' makromolekul, bahan
membran dan mengembalikannya untuk didaur ulang. Daur
tertentu, atau substansi lainnya dari ruang ekstrasel dinamakan
ulang membran sulihan selama proses eksositosis dan
endositosis. Material yang dilahap itu ditelan dalam sebuah
endositosis itu disebut pertukaran membran (membrane
vesikel sesuai dengan volumenya. Jika sebuah vesikel besar
trafficking), berupa pergerakan membran dari dan ke berbagai
(>250 nm diameternya), cara itu disebut fagositosis (sel
kompartemen sel. Pada kebanyakan sel, pinositosis merupakan
makan) dan vesikelnya disebut fagosom. Jika vesikelnya
proses transpor teraktif dan menyumbang penyulihan membran.
kecil ( <150 nm diameternya), endositosis itu disebut
pinositosis (sel minum) dan vesikelnya disebut vesikel
pinositotik. ENDOSITOSIS BERMEDIA
RESEPTOR
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 33
Nukleus
retikulum
endoplasma
kasar
9
Golgi
4 8
10
3
5 11
6
lubang
12
bersalut klatrin 7
1
2
Gambar 2-22 Jalur endosomal. CURL, kompartemen untuk melepas reseptor dan ligan.
Endosom
34 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
rangkat tubulus dan vesikel yang bermiripan itu, terletak lebih ang menamakan endosom dini seperti ini dengan CURL
ke tengah dalam sitoplasma di dekat aparatus Golgi, membantu (Compartment for Endosome Uncoupling of Receptor and
menyiapkan isinya untuk akhirnya dihancurkan oleh lisosom. Ligand) atau belakangan ini disebut endosom daur-ulang
Endosom awal dan akhir, secara keseluruhan, membentuk (lihat Gambar 2-22 dan 2-25).
kompartemen endosomal. Membran semua endosom Dalam waktu 10-15 menit setelah masuk endosom dini,
mengandung pompa H+ terikat-ATP yang mengasamkan ligan itu mungkin ditransfer ke endosom lanjut (seperti kasus
interior endosom dengan cara memompa secara aktif ion H+ ke lipoprotein densitas rendah) atau dikemas untuk dikembalikan
dalam interior endosom yang menjadikan endosom dini ber-pH ke membran sel, tempatnya dilepas (misalnya, transferin) ke
6.0 dan endosom lanjut ber-pH 5,5. dalam ruang ekstrasel. Kadang-kadang, reseptor dan ligan
Bahan-bahan yang masuk endosom dini mungkin dapat (misalnya, faktor pertumbuhan epidermal [EGF] dan
diambil lagi dari kompartemen itu dan dikembalikan ke tempat reseptornya) dipindah ke endosom lanjut, dan kemudian ke
asalnya, seperti yang terjadi pada reseptor kargo yang perlu lisosom, akhirnya didegradasi.
didaur-ulang. Saat vesikel pinositotik menyatu dengan Transpor antara endosom dini dan lanjut belum terungkap.
endosom dini, lingkungan asam menyebabkan pemisahan ligan Beberapa pengarang menduga bahwa endosom dini pindah
dan molekul reseptornya. Ligan tetap berada dalam lumen mengikuti jalur mikrotubulus ke tempat yang lebih dalam di
endosom dini, sedangkan molekul reseptor (misalnya, reseptor dalam sel dan menjadi endosom lanjut. Yang lainnya
lipoprotein densitas rendah) dikembalikan ke membran plasma menganggap bahwa endosom dini dan lanjut merupakan
tempat asalnya, atau membran plasma di regio lainnya pada sel kompartemen terpisah dan vesikel pengangkut endosomal
tersebut, dan proses ini disebut transitosis. Beberapa pengara- yang mengantar bahan-bahan dari endosom dini ke yang lanju-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 35
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 35
Pembentukan Lisosom
36 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
Individu tertentu dengan defisiensi enzim heriditer Peroksisom (badan mikro) berupa organel kecil
tidak mampu menghancurkan secara tuntas (diameter 0,2-1,0 inn), bentuknya bulat atau ovoid, terikat
berbagai makromolekul menjadi hasil sampingan membran yang mengandung lebih dari 40 enzim oksidatif,
linarut. Kelainan penyimpanan lisosomal terutama oksidase urat, katalase, dan oksidase D-asam
umumnya akan terjadi. Akibat intermedier amino (Gambar 2-27). Mereka semua ada pada hampir semua
substansi tak larut, substansi ini makin menumpuk sel binatang dan berfungsi pada katabolisme asam lemak
di dalam lisosom sel-selnya, sehingga ukuran sel rantai panjang (oksidasi beta), membentuk asetil koenzim-
tadi meningkat sedemikian rupa sehingga A (CoA) selain juga hidrogen peroksida (H202) dengan
mengganggu kemampuan sel-sel tadi untuk mengkombinasikan hidrogen dari asam lemak dengan oksigen
menjalankan fungsinya. molekular. Asetil CoA digunakan oleh sel untuk keperluan
metabolismenya sendiri atau dieksport ke ruang ekstrasel
Mungkin yang paling dikenal pada kondisi serupa untuk digunakan oleh sel di sekitarnya. Hidrogen peroksida
ini adalah penyakit Tay-Sach, yang terjadi (H202) mendetoksifikasi berbagai bahan beracun (misalnya
umumnya pada anak-anak turunan Yahudi Eropa etanol) dan membunuh mikroorganisme. Kelebihan
Timur laut dan individu turunan Cajun di didegradasi ke dalam air dan oksigen molekular oleh enzim
Louisiana. Anak-anak itu memperlihatkan katalase.
defisiensi heksosaminidase dan tidak mampu
Protein yang akan menjadi peroksisom tidak dibuat di
memecah ganliosida GM2. Walaupun hampir
RER tetapi dalam sitosol dan dipindahkan ke dalam
semua sel pada anak ini menghimpun gangliosida
peroksisom melalui dua isyarat target peroksisom khusus yang
GM2 dalam lisosom, hal ini terutama
mengarahkan protein dari sitosol ke peroksisom, tempat
menggganggu neuron SSP dan Perofer yang
mereka mengenal reseptor import terikat membran yang
menjadi problematik. Lisosom sel-sel ini
khusus untuk isyarat yang dituju. Namun demikian, sejumlah
membengkak sehingga menganggu fungsi
protein membran peroksisomal mungkin dibuat pada dan
neuronal, menyebabkan anak tadi menjadi
ditujukan ke peroksisom melalui RER. Sama dengan
vegetatif dalam tahun pertama atau kedua dan
mitokondria, peroksisom meningkat ukurannya dan akan
akhirnya meninggal pada tahun ke-3.
membelah untuk membentuk peroksisom barn; namum
mereka mempunyai materi genetiknya sendiri.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 37
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 37
Mukopolisakaridosis (MPS)
Heparan sulfat, dermatan
MPSI Sindroma Hurler a-L-Iduronidase sulfat
Diadaptasi dan Kumar V, Cotran RS, Robbins SL: Basic Pathology, 5th ed. Philadelphia, WB Saunders, 1992.
38 䡲 Bab 2 ■ ■ ■ Sitoplasma
Setiap mitokondrion mempunyai membran luar halus dan Membran Mitokondrial Luar dan Ruang
membran dalam yang berlipatan (Gambar 2-28; juga lihat Intermembran
Gambar 2-6). Lipatan membran dalam, disebut krista, sangat
menambah luas permukaan membran. Jumlah krista yang Membran mitokondrial luar mempunyai sejumlah besar porin,
dimiliki sebuah mitokondria berkaitan erat dengan kebutuhan protein transmembran multipas. Setiap porin membentuk kanal
energi sel; jadi mitokondria otot jantung mempunyai lebih cair besar tempat lewat molekul linarut air; yang sebesar 10kD,
banyak krista daripada osteosit. Ruang yang sempit (10-20 nm masih dapat lewat. Karena membran ini relatif permeabel
lebar) antara membran luar dan dalam disebut ruang untuk molekul kecil, termasuk protein, isi ruang
intermembran, sedangkan ruang besar yang diliputi membran intermembran menyerupai sitosol. Protein tambaha n yang
dalam disebut ruang matriks (ruang interkrista). Isi kedua terletak di membran luar bertindak untuk membentuk lipid
ruang tadi agak berbeda dan akan dibahas kemudian. mitokondrial.
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 39
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 39
Ruang matriks
H+ H+
ATP ATP
Krista
(lipatan) ADP + Pi ADP + Pi
H+ H+ 2H++1/2 O2
Membran membran e–
H2O
Luar H+
dalam
H+
Ruang
Intermembran
H+ H+ H+ sintase H+
SintaSe H+ H+ H+
Ruang + H+
Ruang ATP
H+
matriks ATP C H
H+
intermembran
A
Ruang
matriks
Ruang
intermembran Membran
Membran dalam
B luar
Gambar 2-28 Struktur dan fungsi mitokondria. A, Mitokondria dipotong memanjang untuk memperlihatkan membran luar dan dalam yang berlipat.
B, perbesaran daerah mitokondria, memperlihatkan subunit membran dalam dan ATP sintetase. C, dua kompleks ATP sintetase dan tiga dari lima
anggota rantai transpor elektron yang juga berfungsi memompa hidrogen (H+) dari matriks ke dalam ruang intermembran. ADP, adenosin difosfat;
ATP, adenosin trifosfat; Pi fosfat anorganik.
Membran Mitokondrial Dalam Pada daerah tertentu, membran mitokondrial dalam dan
luar berkontak satu sama lain; situs kontak ini bertindak
sebagai jalur bagi protein dan molekul kecil masuk dan
Membran mitokondrial dalam berlipatan membentuk krista meninggalkan ruang matriks. Situs kontak itu terdiri
untuk menyediakan permukaan yang lebih besar untuk ATP atas protein pengangkut untuk transpor dan protein
sintase dan rantai respiratori. pengendali mengenali marker penanda transportabilitas
makromolekul khusus. Situs kontak yang sama juga
Membran mitokondrial dalam, yang membungkus ruang digunakan untuk transpor protein ke dalam ruang
matriks, berlipatan untuk membentuk krista. Membran ini intermembran, sepanjang protein itu mempunyai marker
diperkaya dengan kardiolipin, suatu fosfolipid yang khusus untuk masuk ke dalam ruang itu.
mempunyai empat, tidak seperti biasanya dua, rantai asil Situs tambahan juga tersedia untuk transpor makromolekul
berlemak. Adanya fosfolipid dalam konsentrasi tinggi yang ditujukan untuk membran mitokondrial luar atau dalam
membuat membran dalam nyaris impermeabel terhadap ion, atas untuk matrisnya. Pada situs ini, kedua membran tidak
elektron, dan proton. kontak satu sama lain, tetapi keduanya mempunyai molekul
pengangkut sitosilik ( dan pengawal), yang bertanggung jaw-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 40
40 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
ab menyerahkan makromolekul khusus yang dimaksud. Asetil CoA, dibentuk melalui β-oksidasi asam lemak dan
Dilihat pada preparat yang diwarnai secara negatif, degradasi glukosa, untuk menghasilkannya dioksidasi dalam
membran dalam memperlihatkan sejumlah besar subunit siklus asam sitrat, sebagai tambahan pada karbon dioksida
membran dalam mirip lolipop, kompleks protein yang disebut (CO2) sejumlah besar kofaktor tereduksi nikotinamida adenin
ATP sintetase, yang bertugas membuat ATP dari ADP dan dinukleotida (NADH) dan flavin adenin dinukleotida (FADH).
fosfat anorganik. Kepala globular subunit, sekitar 10 nm Setiap kofaktor itu melepas sebuah ion hidrida (H+) yang
diameternya, melekat pada tongkat mirip silinder, gepeng, dan melepaskan dua elektron tenaga tinggi dan menjadi sebuah
sempit, lebar 4 nm dan panjangnya 5 nm, menganjur dari proton (H+). Elektron itu ditransfer ke rantai transpor elektron
membran dalam ke dalam ruang matriks (lihat Gambar 2-28). dan sepanjang respirasi mitokondrial mereduksi oksigen (O2)
untuk membentuk air (H2O).
Selain itu sejumlah besar kompleks protein, rantai
pernapasan, terdapat dalam membran dalam. Setiap rantai Menurut teori kemiosmotik, energi yang dilepas oleh
pernapasan terdiri atas tiga kompleks enzim pernapasan: (1) serangkaian transfer elektron digunakan untuk transpor H+
kompleks dehidrogenase NADPH, (2) kompleks b-cl dari matriks ke dalam ruang intermembran, menciptakan
sitokrom; dan (3) kompleks oksidase sitokrom. konsentrasi proton tinggi di ruang tersebut yang menimbulkan
Kompleks-kompleks tersebut membentuk sebuah rantai kekuatan gerak proton (lihat Gambar 2-28). Hanya melalui
transpor elektron yang berfungsi sebagai pompa proton yang ATP sintetase proton tadi meninggalkan ruang intermembran
memindahkan H+ dari matriks ke dalam ruang intermembran, dan masuk kembali ke matriks. Setelah proton melalui gradien
menciptakan gradien elektrokimia yang menyediakan elektrokimia, perbedaan energi pada tenaga gerak proton
tenaga untuk pembentukan ATP oleh ATP sintetase. diubah menjadi senyawa tenaga tinggi yang stabil yaitu ATP
oleh kepala globular subunit membran dalam, yang
mengkatalisasi pembentukan ATP dari ADP+ Pi, yang berupa
Matriks fosfat inorganik. ATP yang baru terbentuk dapat digunakan
oleh mitokondria atau dikirim, melalui sebuah sistem antiport
Ruang matriks diisi dengan cairan padat terdiri atas paling ADP-ATP, ke dalam sitosol. Selama keseluruhan proses
kurang 50% protein, yang bertanggung jawab atas glikolisis, siklus asam trikarboksilat, dan transpor elektron,
viskositasnya. Kebanyakan dari komponen protein matriks setiap molekul glukosa menhasilkan 36 molekul ATP.
berupa enzim yang menjamin rangkaian langkah degradasi
asam lemak dan piruvat menjadi metabolik antara asetil CoA Pada sejumlah sel, misalnya sel lemak coklat binatang
dan oksidasi selanjutnya dari hasil antara tadi dalam siklus hibernasi, oksidasi berarti penglepasan dari fosforilasi,
asam trikarboksilat (Krebs). Ribosom mitokondrial, tRNA, menghasilkan panas dan bukan ATP. Penglepasan ini
mRNA, dan granula matriks bulat padat (30-50 nm bergantung pada ketersediaan pintas proton, yang disebut
diameter) juga ada di dalam matriks. termogenin, yang menyerupai ATP sintetase tetapi tidak
Fungsi granula matriks belum diketahui. Mereka terdiri dapat menghasilkan ATP. Setelah proton melalui termogenin
atas fosfolipoprotein, sekalipun dalam sejumlah sel, untuk masuk kembali ke dalam matriks, energi tenaga gerak
terutama sel tulang dan tulang rawan, mungkin juga proton diubah menjadi panas. Panas inilah yang
mengikat magnesium dan kalsium. Lebih-lebih, sel yang membangunkan binatang dari hibernasi.
cedera yang kadar Ca+ sitosolik tinggi membahayakan,
granula matriks dapat mengucilkan kalsium untuk Muasal dan Replikasi Mitokondria
melindungi sel dari toksisitas kalsium.
Matriks juga mengandung asam deoksiribonuldeat
sirkular (cDNA) mitokondrial untai-ganda dan enzim yang Karena keberadaan aparatus genetik mitokondria, diyakini
diperlukan untuk ekspresi genom mitokondrial. bahwa mitokondria merupakan organisme hidup-mandiri yang
DNS sirkular mengandung informasi untuk mungkin menyelusup atau difaga (difagosit) oleh sel eukariotik
pembentukan 13 protein mitokondria saja, 16S rRNA dan anaerobik, yang berkembang menjadi hubungan simbiotik.
12S rRNA, dan gen untuk 22tRNA. Karena itu hampir Organisme yang mirip mitokondria memperoleh proteksi dan
semua sandi yang diperlukan untuk pembentukan dan nutrisi dari inangnya dan inangnya itu memperoleh keuntungan
memfungsikan mitokondria terletak di dalam genom inti. karena kemampuannya mereduksi isi oksigen (02) dan
sekaligus memasok energi kimia dalam bentuk yang stabil.
Mitokondria mampu swa-replikasi, artinya mereka berasal
Fosforilasi Oksidatif dan mitokondria sebelumnya. Organel ini bertambah
ukurannya, mereplikasi DNA-nya, dan membelah.
Fosforilasi oksidatif merupakan proses yang Pembelahannya terjadi melalui ruang interkristal salah satu
menjamin pembentukan ATP. yang terletak di tengah. Setengah dari membran mitokondrial
luar di hadapannya mel-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 41
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 41
uas melalui ruang interkristal; setengahnya bertemu dan Gilkogen merupakan bentuk umum cadangan glukosa pada
menyatu satu sama lain, jadi membagi mitokondria menjadi binatang, dan terutama terdapat banyak pada sel otot dan hati.
dua bagian yang nyaris sama. Kedua mitokondria itu menjauh Glikogen tampak dalam mikrograf elektron sebagai
satu sama lain. Sintas (life-span) hidup mitokondria sekitar 10 kelompokan, atau roseta (rosette), terdiri atas partikel β (dan
hari. partikel α yang lebih besar di dalam hati) yang menyerupai
ribosom terletak di sekitar SER. Jika dibutuhkan, enzim yang
bertanggung jawab untuk glikogenolisis akan mendegradasi
Lamela Anulata glikogen menjadi satuan molekul glukosa.
42 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
ATP dua kali lipat yang dihasilkan 1 g glikogen. Sitoskeleton mempunyai tiga komponen utama:
filamen tipis, filamen intermedia, dan mikrotubulus.
Pigmen
Sitoplasma sel binatang mengandung sitoskeleton (kerangka
sel), jejaring rumit tiga dimensi filamen protein yang
Pigmen tersering dalam tubuh, selain hemoglobin sel darah
menjamin terpeliharanya morfologi sel. Selain itu,
merah, adalah melanin, yang dibuat oleh melanosit pada
sitoskeleton merupakan bagian aktif dari pergerakan sel,
rambut dan kulit, sel pigmen retina, dan sel saraf khusus di
mencakup gerak organel atau vesikel, bagian sel, atau selnya
substansia nigra otak. Pigmen ini mempunyai fungsi protektif
sendiri secara utuh. Sitoskeleton terdiri atas tiga komponen:
pada kulit dan membantu sensasi penglihatan di retina, tetapi filamen tipis (mikrofilamen), filamen intermedia, dan
fungsinya pada rambut dan neuron belum dipahami. Selain mikrotubulus.
itu, pada sel yang berumur panjang seperti neuron susunan
saraf pusat dan sel otot jantung, dapat ditemukan pigmen
kuning kecoklatan, lipofusin. Tidak seperti inklusi lainnya, Filamen Tipis
pigmen lipofusin bersalut membran dan dan diyakini
merupakan sisa tak tercerna kegiatan lisosomal. Pigmen Filamen tipis terdiri atas filamen aktin yang berinteraksi
lipofusin dibentuk oleh fusi beberapa badan residu. dengan miosin untuk menghasilkan gerak intrasel atau
gerakan sel.
Kristal
Filamen tipis atau mikrofilamen terdiri atas dua rantai subunit
Kristal jarang ditemukan dalam sel, kecuali pada sel Sertoli globular (aktin-G), mengulir melingkari satu sama lain untuk
(kristal Charcot-Botteher), sel interstisial (kristal Reinke) membentuk protein filamen, aktin-F (Gambar 2-30 dan 2-31).
pada testes, dan kadang-kadang dalam makrofag (Gambar Aktin mencapai 15% isi protein total pada sel non-otot. Hanya
2-29). Diyakini bahwa struktur itu sebenarnya bentuk kristal sekitar setengah dan total aktin dalam bentuk filamen, karena
protein tertentu. bentuk G-aktin-monomerik terikat dengan protein
kecil,Filamen tipis tebalnya 6-nm dan mempunyai ujung plus
SITOSKELETON yang cepat tumbuh dan ujung minus yang lambat tumbuh.
Ketika filamen aktin mencapai panjang yang dimaksudkan,
aktin.
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 43
A Mikrotubulus
Dimer tubulin
Tubulin a (heterodimer)
Tubulin p
5 nm (+) akhir Bergantung pada titik isoeletriknya, ada tiga kelas aktin:
aktin-α otot, dan aktin-β dan aktin-y of sel non-otot.
25 nm
Walaupun aktin berperan pada pembentukan berbagai
pelebaran sel dan sekaligus perakitan struktur yang
bertanggung jawab untuk pergerakan, komposisi dasarnya
Potongan melintang Tampak memanjang tidak berubah. Yang paling terkenal adalah miosin, banyak
lainnya seperti aktinin-α, spektrin, fimbrin, filamin, gelsolin,
dan talin, juga terikat pada aktin untuk menghasilkan fungsi
B filamen tipis (aktin)
penting sel (Tabel 2-3).
Filamen aktin membentuk berkas dengan panjang bervariasi,
6 nm
bergantung pada fungsi yang dihasilkannya pada sel non-otot.
Berkas ini membentuk tiga jenis asosiasi:
Monomer aktin
䡲 Berkas kontraktil
C Filamen intermedia
䡲 Jejaring
mirip jel
䡲 Berkas paralel
8–10 nm
44 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
Filamin 270.000 2 Rantai silang filamen aktin menjadi jejaring mirip jel
Myosin II 260.000 2 Kontraksi dengan menyelisip filamen aktin
erminal (keramba terminal), suatu daerah pinggiran sel at ke aktinin-α, protein pengikat aktin yang merakit aktin
terdiri atas jejaring filamen intermedia dan protein spektrin. menjadi berkas kontraktil. Berkas kontraktil ini, disebut serat
Molekul spektrin sifatnya luwes, berupa tetramer mirip batang penekan (stress fibers) pada fibroblas yang tetap ada pada
yang membantu sel mempertahankan integritas struktural biakan jaringan, menyerupai miofibril otot lurik. Serat
tepiannya. penekan mungkin terbentang di antara dua titik fokal atau
Aktin juga penting dalam pembentukan dan sebuah titik fokal dan filamen intermedia dan membentuk sel
pemeliharaan kontak fokal sel dengan matriks ekstrasel mewujudkan daya lenting pada matriks ekstrasel (seperti
(Gambar 2-32). Pada kontak fokal, integrin (sebuah fungsi kontraksi fibroblas pada luka).
protein transmembran) membran sel berikatan dengan
glikoprotein struktural, seperti fibronektin, matriks Filamen Intermedia
intrasel, memungkinkan sel mempertahankan
perlekatannya. Secara keseluruhan, regio intrasel integrin
kontak dengan sitoskeleton melalui protein intermedia yang IFilamen intermedia dan protein penyertanya
melekatkannya pada filamen aktin. Modus perlekatan membantu pembentukan dan pemeliharaan kerangka
melibatkan ikatan integrin dengan talin, yang berkontak tiga dimensi sebuah sel.
dengan vinkulin dan filamen aktin. Vinkulin terik-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 45
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 45
46 䡲 䡲 䡲 Bab 2 䡲 Sitoplasma
Ukuran Komponen
Filamen Polipeptida (Da) Tipe Sel Fungsi
Keratin(30 variasi) 40,000-70,000 Sel epitel Menyokong bagian-bagian sel
Tipe I (asam) dan memberikan kekuatan
Tipe II (neutral/basa) 40,000-70,000 Sel rambut dan kuku peregangan
Protein asam 50,000 Astrosit, sel Schwann, Menyokong struktur sel glia
fibrilar glia oligodendroglia
Membentuk sitoskeleton akson
Neurofilamen 68,000 Neuron dan dendrit; membantu
L: Berat molekul pembentukan keadaan gel
rendah (NF-L) sitoplasma; saling
M: berat molekul 160,000 menghubungkan untuk
sedang (NF-M)
meningkatkan daya rentang
H: berat molekul
tinggi (NF-H) 210,000
Lamin nuklear 65,000-75,000 Melapisi sampul nuklir Mengontrol dan merakit sampul
A, B, dan C (inti) semua sel nuklir; pengaturan kromatin
perinuklir
䡲 Memberi bentuk kepada sel um (Mg2+) dan GTP. Selama pembelahan sel, polimerisasi
䡲 Mengatur pergerakan organel intrasel dan vesikel cepat mikrotubulus yang ada dan baru bertanggung jawab
untuk pembentukan aparatus spindel.
䡲 Membuat kompartemen intrasel
䡲 Mewujudkan kemampuan gerak silia (dan flagel)
KORELASI KLINIS
Setiap mikrotubulus terdiri atas 13 protofilamen sejajar Proses polimerisasi dapat dihentikan oleh obat
terdiri atas heterodimer polipeptida globular subunit tubulin-α antimitotik, seperti kolkisin, yang menyekat peristiwa
dan β, masing-masing mengandung sekitar 450 asam amino mitosis dengan cara mengikat molekul tubulin, mencegah
heterodimer tadi massa mole-kul sekitar 50.000 dalton (lihat perakitannya menjadi protofilamen.
Gambar 2-30). polimerisasi heterodimer memerlukan magnesi-
Ch002-X2945.qxd 12/8/06 3:19 PM Page 47
BAB 2 䡲 Sitoplasma ■ ■ ■ 47
48 䡲 䡲 䡲 BAB 2 䡲 Sitoplasma
3 䡲 䡲 䡲
Inti (Nukleus)
Inti (nukleus) adalah organel terbesar dalam sel (Gambar 3-1). kul antara inti dan sitoplasma, dan membantu dalam
Inti mengandung hampir seluruh asam deoksiribonukleat pengaturan kromatin.
(DNA) yang dimiliki oleh sel dan juga mengandung
mekanisme sintesis asam ribonukleat (RNA). Anak inti Membran-Inti Dalam
terdapat di dalam inti, dan merupakan tempat merakit subunit
ribosomal. Inti dibatasi oleh dua membran lipid, dan berisi tiga Membran-inti dalam tebalnya sekitar 6-nm, dan
komponen utama, yaitu:: menghadap isi inti. Membran-inti dalam berhubungan erat
dengan lamina inti, yaitu jalinan filamen inter-media
䡲 Kromatin, yang merupakan materi genetik dari sel
dengan ketebalan 80- sampai 100-nm, yang tersusun oleh
䡲 Anak inti (nukleolus), yang merupakan pusat lamin A, B, dan C, dan terletak di perifir nukleoplasma.
sintesis RNA ribosomal (rRNA) Lamina inti membantu mengatur dan menyokong
䡲 Nukleoplasma, yang mengandung makromolekul dan membran dua-lapis lipid dan kromatin perinuklir, serta
partikel nuklir (partikel inti) yang terlibat pada pemeliharaan berperan dalam pembentukan vesikel untuk menyusun
sel. kembali selubung inti setelah terjadinya pembelahan sel.
Inti biasanya bulat dan terletak di tengah sel; akan tetapi, pada Protein-integral tertentu pada membran-inti dalam'
beberapa sel, inti mungkin berbentuk kumparan sampai persegi, bertindak secara langsung atau lewat protein matriks-inti
bengkok, berlobus, atau bahkan berbentuk cakram. Walaupun lainnya sebagai tempat-lekat untuk RNA-inti dan
tiap sel biasanya berinti satu, beberapa sel (misalnya osteoklas) kromosom.
memiliki beberapa inti, sedangkan sel darah merah matang telah
mengeluarkan intinya. Ukuran, bentuk, dan wujud inti
umumnya tetap pada tipe sel tertentu, dan fakta ini berguna Membran-Inti Luar
dalam diagnosis KLINIS tingkat keganasan sel kanker tertentu. Membran-inti luar tebalnya juga 6-nm, menghadap
sitoplasma, dan menyatu dengan endoplasma retikulum
SELUBUNG INTI kasar (rough endoplasmic reticulum [RER]). Oleh
beberapa penulis, membran-inti luar dianggap sebagai
daerah khusus pada RER (lihat Gambar 3-2 dan 3-3).
Selubung inti tersusun oleh dua unit membran paralel yang saling Permukaan sitoplasmiknya diliputi oleh jalinan longgar
menyatu pada tempat tertentu untuk membentuk lubang yang dan tipis yang tersusun oleh filamen intermedia yang
disebut pori inti disebut vimentin. Permukaan sitoplasmiknya biasanya
memiliki ribosom yang aktif mensintesis protein
Inti diliputi oleh selubung (membran) inti, yang tersusun transmembran yang diperuntukkan bagi membran-inti luar
oleh dua unit membran parale yaitu: membran-inti dalam atau dalam.
dan luar, yang saling dipisahkan oleh ruang berjarak 10- sampai
30-nm, yang disebut sisterna perinuklir (Gambar 3-2 dan Pori Inti
3-3). Selubung inti berlubang-lubang. Lubang tersebut disebut
pori inti, yang jaraknya beragam (akan dibicarakan kemudian). Pori inti adalah lubang pada selubung inti, tempat membran-
Pori inti memungkinkan komunikasi antara sitoplasma dan inti. inti dalam dan luar saling menyatu, dan menjadi sarana
Pada pori inti, membran-inti dalam dan luar saling bertemu. komunikasi antara inti dan sitoplasma
Selubung inti membantu mengontrol perpindahan makromole-
49
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 50
Pada banyak tempat tertentu pada permukaan selubung inti, Glikoprotein Terkait Pori Inti
membran-inti luar dan dalam saling menyatu, dan membentuk
lubang yang disebut pori inti, yang memungkinkan Cincin sitoplasmik tersusun oleh delapan subunit, dan terletak
pada pinggiran aspek sitoplasmik pori inti. Tiap subunit
komunikasi antara kompartemen inti dan sitoplasma (Gambar
memiliki sebuah filamen sitoplasmik, yang diyakini merupakan
3-4). Jumlah pori inti berkisar antara beberapa lusin sampai
protein pengikat-Ran (suatu famili protein pengikat-guanosin
ribuan, dan jumlah ini berhubungan langsung dengan aktivitas
trifosfat [GTP]), yang memanjang ke dalam sitoplasma. Diduga
metabolik sel.
filamen tersebut memudahkan import ke dalam inti lewat pori
Mikroskop elektron beresolusi tinggi menunjukkan bahwa inti, dengan cara menggerakkan substrat sepanjang filamen ke
pori inti dikelilingi oleh struktur nonmembran arah pusat pori.
(glikoprotein) yang tertanam pada pinggirannya. Struktur
tersebut bersama dengan pori inti disebut kompleks pori inti,
Luminal spoke ring (cincin jeruji luminal, cincin
yang secara selektif menjaga lintasan lewat pori (Gambar tengah) tersusun oleh seperangkat (delapan) protein
3-5). Bukti mengarah pada dugaan bahwa tiap kompleks pori transmembran yang menonjol ke dalam lumen pori inti dan juga
inti saling berkomunikasi lewat lamina inti dan suatu serat ke dalam sisterna perinuklir. Protein mirip jeruji ini tampak
penghubung-pori. melekatkan komponen glikoprotein dari kompleks pori inti ke
dalam pinggiran pori inti.
Pusat cincin tengah ditempati oleh struktur berbentuk-
Kompleks Pori Inti persegi yang dikenal sebagai transporter , yang bergabung
dengan protein mirip-jeruji pada cincin jeruji luminal.
Kompleks pori inti tersusun oleh pori inti Keberadaan transporter (sumbat sentral) tidaklah diterima secara
dan glikoprotein yang terkait dengannnya universal, karena beberapa peneliti menganggapnya sebagai
bahan yang diangkut ke dalam atau keluar inti; jadi, transporter
Kompleks pori inti berdiameter sekitar 100 sampai 125 nm, tidak ditampilkan pada Gambar 3-6. Lumen sentral pada cincin
dan menjembatani kedua membran-inti. Kompleks pori inti tengah diyakini merupakan gated channel (kanal bergerbang)
tersusun oleh jajaran protein yang membentuk bangunan yang membatasi difusi pasif antara sitoplasma dan
mirip-tiga-cincin yang saling bertumpuk. Tiap cincin nukleoplasma. Lumen sentral ini berkaitan dengan kompleks
menampilkan simetri delapan-kali dan saling dihubungkan protein tambahan yang memudahkan pengaturan trasportasi
oleh sejumlah jeruji yang tersusun vertikal. Selain itu, bahan melewati kompleks pori inti.
kompleks pori inti mempunyai serat (filamen) sitoplasmik, Nuclear ring (cincin nuklir, cincin nukleoplasmik),
sebuah transpoter, dan sebuah keranjang inti (Gambar 3-6). analog dengan cincin sitoplasmik, dan terletak pada pinggiran-
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 51
aspek nukleoplasmik pori inti, serta membantu dalam ekspor Walaupun pori inti relatif lebar, pori ini hampir terisi oleh
beberapa jenis RNA. Sebuah bangunan mirip-keranjang yang bangunan yang menyusun kompleks pori inti. Karena bentuk
lentur dan berserabut tampak tergantung pada cincin sitoplasmik struktural subunitnya, maka terdapat beberapa kanal dengan
dan menonjol ke dalam sitoplasma. Bangunan tersebut, yang lebar 9- sampai 11-nm, tempat difusi ion dan molekul kecil.
disebut nuclear basket (keranjang inti), mengalami perubahan Akan tetapi, makromolekul dan partikel yang lebih besar dari
bentuk selama proses eksport inti. Pada bagian distal keranjang 11 nm tidak dapat mencapai atau meninggalkan kompartemen
inti, melekat cincin distal. inti lewat cara difusi: makromolekul tersebut diangkut secara
selektif lewat proses receptor- mediated transport
Fungsi Pori Inti (transport bermedia-reseptor). Urutan sinyal pada molekul
yang akan diangkut melewati pori inti harus dikenali oleh salah
Pori inti berfungsi pada transportasi
satu dari banyak reseptor yang terdapat pada kompleks pori
nukleoplasmik dua arah. inti. Transport melewati kompleks pori inti sering melibatkan
proses yang membutuhkan energi.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 52
Eukromatin KROMATIN
Sitoplasma
Importin β
Protein GDP
NLSs Importin α
Importin β GDP
Ran GAP
GDP
GTP
Pi
Kompleks
pori inti
Ran
GTP GTP
GTP
GTP
GTP
GTP
Inti
Gambar 3-7 Peran Ran pada impor inti. Kadar Ran/guanosin difosfat (GDP) tinggi di dalam sitoplasma, sedangkan Ran/guanosin trifosfat ( GTP)
kadarnya tinggi di dalam inti. Protein yang akan diimpor ke dalam inti membentuk kompleks dengan sinyal lokalisasi inti (NLSs), yaitu importin α
dan importin β. Setelah melewati kompleks pori inti, Ran/GTP berikatan dengan importin β, sehingga importin α dan protein yang diimpor terlepas.
Untuk menyempurnakan siklus, kompleks Ran/GTP/importin β keluar dari inti dan masuk ke sitoplasma lewat kompleks pori inti. Di sitoplasma,
protein pengaktivasi Ran/GTPase (RanGAP) menghidrolisis GTP, dan membentuk Ran/GDP, dan dengan demikian, melepas importin β kembali
ke dalam sitoplasma.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 55
Bagian Kromosom
yang memadat
30 nm
Benang kromotin
yang merupakan
hasil kemasan Bentuk kromatin
nukleosom Beads-on-a-sting
(untain manik)
11 nm 2 nm
300 nm
700 nm
1400 nm
kromosom
30-nm. Pengemasan kromatin menjadi tali berdiameter 30-nm, Jumlah kromosom pada sel somatik khas untuk spesies dan
diyakini terjadi melalui helical coiling (pilinan) nukleosom disebut genom, yaitu susunan genetik total. Pada manusia,
berurutan, yaitu enam nukleosom tiap satu pilin, yang kemudian genom terdiri atas 46 kromosom, yaitu 23 pasang kromosom
diikat oleh histon H1 (lihat Gambar 3-8). Protein nonhiston homolog. Satu kromosom dari tiap pasang tersebut berasal dari
juga terkait dengan kromatin, tetapi fungsinya tidak jelas. ibu dan yang lain berasal dari ayah. Dari 23 pasang kromosom,
22 pasang disebut autosom; dan sisanya yang menentukan
Kromosom jenis kelamin, disebut kromosom seks. Kromosom seks pada
perempuan adalah dua buah kromosom X (XX); sedangkan
pada laki-laki kromosom X dan Y (XY)(Gambar 3-9).
Kromosom adalah benang kromatin yang terkondensasi
dan terpilin rapat selama mitosis dan meiosis sehingga
tampak dengan mikroskop cahaya.
Kromatin Seks
Ketika sel meninggalkan tahap (stadium) interfase, dan bersiap Hanya satu dari dua kromosom X pada sel somatik perempuan
menjalani aktivitas mitosis atau meiosis, benang kromatin sangat aktif bertranskripsi. Kromosom X inaktif, ditentukan secara
terkondensasi dan membentuk kromosom, yang tampak dengan acak saat perkembangan dini, dan tetap inaktif selama
mikroskop cahaya. Penebalan kromatin terjadi melalui looping kehidupan individu tersebut.
(liukan) pada pilinan serat 30-nm sehingga menjadi liak-liuk Kajian mikroskopik inti interfase pada sel perempuan
berdiameter 300-nm, yang diikat oleh kompleks terikat protein/ menampilkan gumpalan kromatin yang terpilin sangat rapat,
DNA pada basa dari DNAnya. Selanjutnya, liak-liuk 300-nm disebut kromatin seks (badan Barr), yang merupakan salah
membentuk pilinan rapat berdiameter 700-nm yang merupakan satu kromosom X inaktif dari kedua kromosom X. Sel epitel
kromosom terkondensasi maksimal yang tampak pada mitosis yang didapat dari pelapis pipi dan netrofil pada sediaan apus
atau meiosis tahap metafase (lihat Gambar 3 -8). darah sangat berguna untuk mempelajari kromatin seks.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 56
56 䡲 䡲 䡲 Bab3 䡲 (Nukleus)
Gambar 3-9 Kariotip manusia. Kariotip normal manusia dengan pemitaan. (Dari Bibbo M: Comprehensive Cytopathology.
Philadelphia, WB Saunders, 1991. )
TRANSKRIPSI
Inti
Pemprosesan RNA
Nukleotida
Untai DNA sedang
Pre-mRNA bergabung
Untai RNA dengan untai
baru RNA yang
memanjang
Transkripsi DNA
Pori Inti
Selubung Inti
Pengangkutan mRNA Robisom
mRNA
Translasi
mRNA
Protein
Gambar 3-10 Transkripsi DNA menjadi messenger RNA (mRNA). (Dimodifikasi dari Alberts B, Bray D, Lewis J, et al: Molecular
Biology of the Cell, 3rd ed. New York, Garland Publishing, 1994.)
Bersama sejumlah kofaktor, polimerase RNA II memulai panjang, dan disebut RNA caraka prekusor (pre-mRNA),
transkripsi dengan membuka pilin ganda DNA dua putaran, yang mengandung berbagai segmen pengkode (ekson) dan
sehingga menyikap nukleotida, dan kerenanya menyingkap yang noncoding/tak mengkode (intron). Intron harus dibuang,
kodon pada untai DNA. Enzim menggunakan satu dari untai dan berbagai ekson saling disambungkan. Agar hal tersebut
DNA yang tersingkap sebagai tempalate tempat merakit dan dapat terjadi, pre-mRNA dan nuclear processing proteins
polimerisasibasa komplementer molekul RNA. (protein pemroses nuklir/inti) membentuk kompleks
Proses tersebut berulang saat daerah baru pada pilin ganda heterogenous nuclear ribonucleoprotein particles
DNA terbuka, dan lebih banyak nukleotida dipolimerisasi pada (partikel ribonukleoprotein nuklir/inti heterogen
rantai mRNA yang memanjang. Selama enzim bergerak [hnRNP]) yang memulai RNA splicing (penyambungan
sepanjang molekul DNA, rantai mRNA yang terbentuk terpisah ekson RNA), dan dengan demikian, mengurangi panjang
dari untai DNA template, dan menyebkan kedua untai DNA molekul pre-mRNA. Pemrosesan tambahan melibatkan
kembali membentuk pilin ganda (lihat Gambar 3-10). spliceosome, yaitu kompleks yang terdiri atas lima partikel
ribonukleoprotein nuklir/inti kecil (snRNP) dan sejumlah
Transkripsi dimulai pada triplet DNA yang merupakan kodon
besar non-snRNP splicing factors (faktor
mulai (AUG) dan berakhir saat polimerase RNA II mengenali
penyambungan non-snRNP) yang membantu dalam
sebuah situs chainterminator (terminator-rantai) yang
mekanisme penyambungan untuk membentuk
komplementer dengan kodon berhenti UAA, UAG, atau UGA.
ribonukleoprotein caraka (mRNP). Akhirnya, protein
Saat enzim mencapai situs terminator rantai, enzim terlepas dari
pemroses nuklir terlepas dari kompleks, dan meninggalkan
molekul DNA, dan enzim mengulang proses transkripsi. Pada
RNA yang siap diangkut keluat inti, lewat kompleks pori inti
saat bersamaan rantai RNA yang baru terbentuk (transkrip
(lihat Gambar 3-10).
primer) terlepas dari molekul DNA, dan meninggalkannya
Karena DNA dalam genom eukariot sangat
bebas di dalam nukleoplasma.
banyak, kebanyakan DNA tersebut diyakini merupakan
Transkrip primer adalah molekul RNA untai tunggal yang
sisa evolusi
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 59
tanpa fungsi mengkode. Selama transkripsi, DNA terurai dan Salah satunya adalah antikodon yang mengenali kodon
mengkode untai RNA berupa ekson (segmen pengkode) dan pada mRNA; yang lainnya adalah daerah pembawa asam
intron (segmen tak mengkode). Pada proses selanjutnya, berbagai amino, yang terdapat di ujung 3' dari molekul. tRNA
ekson saling disambungkan untuk membentuk seuntai mRNA mengalami aminoasilasi tidak hanya di sitoplasma, tetapi
utuh untuk transkrip RNA primer diduga tak mempunyai dungsi, juga di dalam inti. Hal ini diyakini sebagai langkah
walaupun RNAnya sekitar 95% lebih banyak dibandingkan "proofreading" yang memudahkan kesiapan fungsional di
dengan gen pengkode protein. dalam sitoplasma. Kemudian, tRNA mentransfer asam
Bukti mutakhir menunjukan bahwa intron mempunyai fungsi amino teraktivasi ke kompleks ribosom-mRNA, tempatnya
pengaturan yang sejajar dengan protein regulator, walaupun digabungkan pada rantai polipeptida yang membentuk
intron intron tidak mengkode protein. Perannya mungkin protein (lihat Bab 2).
berkaitan dengan diferensiasi, perkembangan, ekspresi gen, dan
evolusi. Bila terbukti benar, hal ini akan berdampak besar pada RNA Ribosomal
pemahaman proses penyakit tertentu dan penangannya. Misalnya,
telah diketahui bahwa RNA tak mengkode terkait dengan RNA ribosomal membentuk asosiasi dengan
beberapa kanker,autisme,dan schizophrenia. protein dan enzim di dalam inti, untuk membentuk ribosom.
Uraian sintesis mRNA ini hanyalah ikhtisar singkat dan tidak
rinci. Pembaca yang menginginkan informasi lebih lanjut perlu rRNa disintesis di daerah fibrilar (pars fibrosa) pada anak
membaca naskah di bidang Biologi Sel dan Molekul. inti, oleh polimerase RNA I (Gambar 3-11). Transkrip
primernya disiebut rRNA 45S (pre-rRNA), dan
RNA Transfer merupakan molekul sangat besar yang berukuran sekitar
13.000 nukleotida. Sebuah molekul rRNA 5S disintesis
RNA transfer memindahkan asam amino teraktivitasi ke kompleks
dalam inti, sedangkan protein ribosomal disintesis di
ribosom/mRNA, yang menyebabkan pembentukan protein. sitoplasma, dan kemudian diangkut ke dalam anak inti. Di
sini, protein ribosomal berasosiasi dengan molekul rRNA
tRNA adalah molekul RNA kecil yang dihasilkan lewat DNa, 45S, dan membentuk partikel ribonukleoprotein
oleh polimerase RNA III. Panjangnya sekitar 80 nukleotida, dan (RNP) yang sangat besar. RNP ini diproses oleh beberapa
molekulnya melipat karena adanya pasangan basa di antara molekul residen menjadi prekursor dari subunit ribosomal
beberapa nukleotidanya, sehingga bentuknya mirip daun besar dan kecil, didaerah pars granulosa anak inti.
semanggi. Dua daerah pada tRNA mempunyai makna khusus. Kemudian, subunit ribosomal kecil, yang dibentuk dari-
PEMBENTUKAN RIBOSOM
Tanskripsi Inti
Anak inti
rRNA
Protein ribosomal
disintesis dalam
sitoplasma
Subunit
Subunit robosom besar
imatur tersusun atas
rRNA dan protein Subunit
ribosomal
kecil
rRNA 18S dan protein ribosomal lain, diangkut keluar dari terkaitan di atas, karena semua itu belum sepenuhnya
anak inti menuju sitoplasma lewat kompleks pori inti. Sisa jelas.Namun demikian, diduga bahwa inti mungkin
rRNA 28S, 5,8S dan 5S dipersatukan menjadi unit ribosomal mengandung banyak sub-kompartemen yang saling
besar dan diangkut keluar inti menuju sitoplasma lewat berkaitan, fungsinya diatur ketat secara spasial dan
kompleks pori inti. temporal, untuk memudahkan ekspresi gen.
Nukleoplasma terdiri atas granula interkromati, dan Anak inti adalah bangunan tak bersalut membran yang
perikromatin, RNP dan matriks inti. sangat terwarna dan terdapat di dalam inti. Anak inti
berperan dalam sintesis rRNA dan perakitan subunit
Granula interkromatin (IGs), yang diameternya 20-25 nm, ribosomal besar dan kecil.
mengandung RNP dan beberapa enzim, yang mencakup
adenosin trifostafatase (ATPase),guanosin trifosfatase (GTPase), Anak inti, yang merupakan bangunan nonmembran
β-gliserofosfatase, dan nicotinamide adenine dinucleotide padat dan terdapat di dalam inti, hanya terlihat selama
(dinukleotida adenin nikotinamid [NAD]) pirofosfatase. Semua interfase karena anak inti menghilang selama pembelahan
itu membentuk kelompok yang tersebar di seluruh inti, dan sel. Anak inti terwarna basofilik dengan hematoxylin dan
berada diantara materi kromatin. Kelompokan tersebut tampak eosin, karena karya rRNA dan protein. Anak inti hanya
saling dihubungkan oleh fibril tipis, dan fungsinya tidak jelas. mengandung sedikit DNA yang inaktif, dan karenanya
Granula perikromatin berdiameter 30 sampai 50 nm dan tidak terwarna dengan Feulgen. Umumnya, dalam sebuah
terletak di perbatasan heterokromatin. Partikel padat-elektron ini sel, sejumlah tidak lebih dari dua atau tiga; akan tetapi,
diselubungi oleh halo kurang padat yang lebarnya 25-nm. jumlah, ukuran, dan bentuknya umumnya khas-spesies dan
Granula ini tersusun atas fibril yang terkemas padat, dan tergantung aktivitas sintesis sel. Pada sel yang aktif
merupakan kompleks peptida, yang mirip dengan hnRNP. mensitesis protein, anak inti dapat mencapai sampai 25%
snRNPs berperan dalam penyambungan, pemotongan, dan volume inti. Daerah terwarna gelap adalah kromatin
pengangkutan hnRNPs. Walaupun kebanyakan snRNPs terletak terkait-anak inti, yang sedang ditranskripsi menjadi
dalam inti, beberapa terdapat di anak inti. Beberapa subgrup rRNa (lihat Gambar 3-2 dan 3-3).
minor partikel ini ditemukan akhir-akhir ini, tetapi fungsinya
masih harus diteliti. Ada ernpat daerah berbeda pada anak inti, yaitu:
䡲 Pusat fibrilar terwarna-pucat, mengandung DNA
Matriks Inti inaktif (tidak sedang bertranskripsi)
䡲 Pars fibrosa, mengandung RNA anak inti yang sedang
ditranskripsi
Matriks inti merupakan istilah struktural maupun biokimia. Hasil
䡲 Pars granulosa, tempat merakit subunit ribosomal
penelitian mengenai komponen matriks inti menunjukkan hasil
berbeda-beda, yang tampaknya disebabkan oleh cara ekstraksi yang mengalami maturasi
yang digunakan untuk mempelajarinya. Secara biokimia, matriks 䡲 Matriks anak inti, jalinan serat yang aktif dalam
inti mengandung sekitar 10% protein total, 30% RNA, 1% organisasi anak inti
sampai 3% DNA total, dan 2% sampai 5% fosfat inti total.
Komponen strukturalnya mencakup kompleks pori inti-lamina Pada daerah terwarna-pucat juga terdapat ujung kromosom
inti, anak inti residual, jalinan RNP residual, dan elemen fibrilar. 13, 14, 15, 21, dan 22 (pada manusia), yang mengandung
Kajian mutakhir membuktika bahwa inti mempunyai retikulum nucleolar-organizing region (daerah pengorganisasi
nukleoplasma yang menyatu dengan retikulum endoplasma di anak inti), tempat lokus gen pengkode rRNA terletak.
sitoplasma dan selubung inti. Retikulum nukleoplasma ini Subunit ribosomal sel dirakit di dalam anak inti, kecuali
mengandung kalsium inti yang berfungsi di dalam inti. yang terletak di mitokondria. Namun demikian, bukti
Selanjutnya, retikulum nukleoplasma ini memiliki reseptor untuk
mutakhir menunjukkan bahwa anak inti mempunyai fungsi
inositol 1,4,5-trifosfat yang terutama mengatur sinyal kalsium
dalam kompartemen tertentu di inti-yaitu, daerah yang tambahan. Fungsi tersebut mencakup pengaturan beberapa
diutamakan untuk transport protein, transkripsi gen tertentu, dan peristiwa pada siklus sel seperti pengaturan beberapa
kemungkinan juga hal lain. peristiwa pada siklus sel seperti sitokinesis; menginaktifkan
Secara fungsional, matriks inti berkaitan dengan tempat kinafe tergantung-siklin pada mitosis dengan cara
replikasi DNA, transkripsi dan pemrosesan rRNA dan mRNA, menyekap protein regulator siklus sel; memodifikasi RNA
pengikatan reseptor steroid, heat shock protein (protein renjatan kecil yang mengatur dan mengubah pre-rRNA; merakit
panas), pengikatan karsinogen, virus DNA, dan protein viral. RNP; terlibat dalam eksport inti; dan berperan dalam
Daftar ini tidak lengkap dan tidak membahas sifat fungsional ke- penuaan.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 61
SIKLUS SEL
lnterfase
Siklus sel adalah serangkaian peristiwa di dalam sel yang
mempersiapkan sel untuk membelah menjadi dua sel 䡲 Fase G1 (gap) , saat sintesis makromolekul
anak. yang esensial untuk duplikasi DNA dimulai
䡲 Fase S (sintesis), saat duplikasi DNA
Siklus sel terbagi atas dua peristiwa utama yaitu: interfase dan 䡲 Fase G2, saat sel bersiap melakukan mitosis
mitosis. Interfase adalah masa yang panjang, saat sel bertambah
ukuran dan isinya serta mereplikasi materi genetiknya (Gambar Gap 1
3-12). Sebaliknya, mitosis adalah masa yang lebih pendek, saat
sel mengalami pembelahan inti dan sitoplasmanya, untuk- Fase G1 (fase gap 1) adalah masa pertumbuhan sel,
sintesis RNA, dan peristiwa lain untuk persiapan mitosis
berikutnya.
SIKLUS SEL Sel anak yang dibentuk selama mitosis memasuki fase
G1. Selama fase ini, sel minsintesis RNA, protein
regulator yang esensial untuk replikasi DNA, dan enzim
yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas sintesis
tersebut. Karenanya, volume sel yang berkurang karena
I II III IV V VI dibelah menjadi dua saat mitosis, akan kembali ke ukuran
semula yang normal. Selain itu, anak inti dibentuk
kembali selama fase G1. Pada masa ini pula, sentriol mulai
membelah, yang prosesnya berakhir pada fase G2.
Mitosis G0 Pencetus yang menginduksi sel agar memasuki siklus sel
dapat berupa (1) kekuatan mekanik (misalnya, regangan
han pada otot polos), (2) jejas pada jaringan (misalnya
Pembela
iskemia), dan (3) kematian sel. Semua inisiden tadi
G2 menyebabkan lepasnya ligan dari sel pelepas sinyal pada
jaringan terkait. Sering kali ligan tersebut adalah fakor
pertumbuhan secara tak langsung menginduksi ekspresi
proto-onkogen, yaitugen yang bertanggung jawab
G1 mengontrol berbagai jalur proliferasi sel.
Interfase Jelas bahwa ekspresi proto-onkogen harus diatur sengat
ketat untuk mencegah proliferasi sel yang tak diinginkan
dan tak terkontrol. Mutasi proto-onkogen yang
S
menyebabkan sel lepas-kontrol dan membelah tak
terkendali berperan pada banyak kanker. Proto-onkogen
yang bermutasi tersebut dikenal sebagai onkogen.
Ligan, yang dirancang untuk menginduksi proliferasi,
Gambar 3-12 Siklus sel pada sel yang aktif membelah. Sel yang tak
membelah , seperti neuron, meninggalkan siklus untuk memasuki fase berikatan dengan protein reseptor permukaan sel pada sel
G0 (fase istirahat). Sel lain, seperti limfosit, dapat kembali ke dalam target dan mengaktifkan salah satu jalur transduksi
siklus sel. sinyal yang dijelaskan pada bab 2. Selanjutnya, sinyal-
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 62
ekstrasel yang ditangkap pada permukaan sel diteruskan pada persiapan pembelahan sel. Sebaliknya sel germinal yang
sebagai peristiwa interasel, yang sebagian besar melibatkan dihasilkan oleh proses meiosis memiliki jumlah kromosom
rangkaian aktivasi berurutan dari kinase protein sitoplasmik. haploid (1n) dan juga jumlah DNA haploid (1n).
Berbagai kinase tersebut mengaktifkan serangkaian faktor
transkripsi intranuklir yang mengatur ekspresi proto- Fase G2
onkogen, yang menyebabkan pembelahan sel.
Kemampuan sel untuk memulai dan melanjutkan siklus sel Fase gap 2 (fase Gi) adalah masa di antara akhir sintesis
DNA dan dimulainya mitosis
diatur oleh interaksi sekelompok protein yang saling berkaitan
yang disebut siklin, dan kinase tergantung-siklin (CDK)
Selama fase G2, RNA dan protein yang esensial untuk
yang spesifik, yaitu:
pembelahan sel disintesis, enerji untuk mitosis disimpan,
䡲 Siklin D, disintesis selama fase G1 awal, berikatan dengan tubulin disintesis untuk merakit mikrotubul yang diperlukan
CDK4 dan juga CDK6. Selain itu, pada fase G1 lanjut siklin untuk mitosis , replikasi DNA dianalisis terhadap kemungkinan
E disintesis dan berikatan dengan CDK2. Ketiga kompleks kesalahan, dan tiap kesalahan yang terjadi diperbaiki.
tersebut, lewat perantara lainnya, memungkinkan sel
memasuki dan melanjutkan fase S.
Mitosis
䡲 Siklin A berikatan dengan CDK2 dan CDKl, dan kedua
kompleks tersebut memungkinkan sel meninggalkan fase S Mitosis adatah proses pembetahan set yang
dan memasuki fase G2 dan menginduksi pembentukan hasilnya adalah terbentuknya dua sel anak yang identik.
siklin B.
䡲 Siklin B berikatan dengan CDKl, dan kompleks ini
Mitosis (M) terjadi pada akhir fase G2 dan dengan demikian
memungkinkan sel meninggalkan fase G2 dan memasuki menyempurnakan siklus sel.
fase M.
Mitosis adalah proses di mana sitoplasma dan inti sel terbagi
Sesudah siklin melakukan fungsi khasnya, siklin masuk ke rata menjadi dua sel anak yang identik (Gambar 3-13 sampai
jalur ubikitin-proteasom, tempat siklin didegradasi menjadi 3-15). Pertama-tama, materi inti terbagi dua pada proses
molekul penyusunnya. Sel juga menggunakan mekanisme kariokinesis, diikuti oleh pembelahan sitoplasma yang
quality control (pengawasanmutu), yang dikenal sebagai disebut sitokinesis. Proses mitosis terbagi menjadi lima tahap
checkpoint (pos pemeriksaan), untuk melindungi sel berbeda, yaitu: profase, prometafase, metafase, anafase,
terhadap transisi dini antara fase. Pos pemeriksaan tersebut dan telofase (Gambar 3-16).
menjamin penyelesaian cermat peristiwa esensial, seperti
pertumbuhan sel yang cukup, sintesis DNA yang benar, dan
pemisahan kromosom yang sempurna, sebelum mengizinkan
sel meninggalkan fase siklus sel yang sedang berjalan. Sel
mengalami penundaan kemajuan melewati siklus sel dengan
cara mengaktifkan jalur penghambat dan/atau menghambat M
jalur aktivasi.
Mekanisme kontrol yang sesungguhnya jauh lebih rumit dari
berbagai langkah yang dijelaskan di atas. Misalnya, tampaknya
anak inti berperan mengatur siklus sel dengan menyekap
protein tertentu, sehingga menghambat fungsinya. Urutan
langkah yang lengkap berada di luar cakupan buku ajar ini.
(Untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, bacalah buku
ajar biologi sel dan literatur mutakhir mengenai siklus sel).
A
Fase S
P
Sintesis DNA terjadi selama fase S.
Bab 3 䡲 (Nukleus) ■ ■ ■ 63
Profase Tiap kromosom terdiri atas dua sister chromatid yang paralel,
dan saling dihubungkan pada satu titik pada satu titik pada
Selama profase, kromosom menebal dan anak inti
kromosom tersebut.Titik tersebut disebut sentromer. Saat
menghilang.
kromosom menebal, anak inti menghilang. Sentrosom juga
membelah menjadi dua bagian, masing-masing mengandung
Pada permulaan profase, kromosom menebal (terkondensasi), sepasang sentriol dan sebuah pusat pengatur-mikrotubul
(MTOC), yang bergerak saling menjauh menuju kutub
dan dengan demikian menjadi terlihat dengan mikroskop.
berlawanan pada sel.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 64
64 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 (Nukleus)
MITOSIS
Gambar 3-16 Tahap mitosis pada sebuah sel yang mengandung jumlah diploid (2n) dari 6 kromosom.
Dari tiap MTOC, terbentuk astral rays (benang astral) dan Metafase
spindle fibers (benang spindel), yang menjadi aparatus
spindel mitotik. Diduga bahwa benang astral ( mikrotubul yang Metafase dimulai saat kromosom yang baru
memancar keluar dari kutub spindel) membantu dalam berduplikasi mengatur diri di ekuator spindel mitotik.
menempatkan MTOC pada kutub sel.
Mikrotubul yang melekat pada daerah sentromer kromosom Selama metafase, kromosom terkondensasi maksimal dan
adalah benang spindel, yang membantu mengarahkan gerakan berbaris di ekuator spindel mitotik (konfigurasi lempeng
kromosom ke kutub. Bila sentriol tidak ada, materi nukleasi metafase). Tiap kromatid tersusun sejajar dengan ekuator,
mikrotubul tersebar dalam sitoplasma dan akibatnya benang astral dan mikrotubul spindel melekat pada kinetokornya,
dan benang spindel tidak terbentuk sempurna, dan mitosis tidak menjalar ke kutub spindel. Sister chromatid harus bertahan
berlangsung dengan cara yang seharusnya. Pada daerah sentromer saling berdekatan saat kromosom berkondensasi dan sejajar
pada tiap kromatid, sebuah MTOC barn, yang disebut kinetokor, pada spindel mitotik metafase. Selama anafase, protein
terbentuk. Benang spindel melekat pada kinetokor sebagai kohesi yang terdapat di antara kromatid menghilang.
persiapan migrasi kromatid agar kariokinesis terjadi.
Anafase
Prometafase
Selama anafase, sister chromatid berpisah dan mulai
Prometafase dimulai ketika selubung inti menghilang bergerak ke kutub berlawanan pada sel, dan alur
pembelahan mulai terbentuk.
Prometafase dimulai saat lamin inti difosfmilasi, yang
mengakibatkan hancur dan hilangnya selubung inti. Selama fase Anafase dimulai saat sister chromatid , yang terletak di
ini, kromosom tersusun acak di seluruh sitoplasma. Mikrotubul ekuator lempeng metafase, saling menjauh dan mulai
yang menempel pada kinetokor, dikenal sebagai mikrotubul bermigrasi ke kutub berlawanan dari spindel mitotik. Tempat
spindel mitotik, sedangkan mikrotubul yang tidak berada perlekatan spindel/kinetokor menjadi pendahulu, sedangkan
dalam aparatus spindel disebut mikrotubul polar. Beberapa lengan kromatid mengikutinya tanpa peran apapun pada
peneliti meyakini bahwa mikrotubul polar berperan menjaga migrasi ataupun jalurnya.
jarak anatara kedua selama peristiwa mitosis. Mikrotubul spindel Diduga bahwa gerakan kromatid ke arah kutub yang terlihat
mitotik membantu migrasikromosom, sehingga kromosom pada metafase mungkin akibat pemendekan. mikrotubul
berorientasi selaras dengan spindel mitotik. lewat depolimerisasi pada ujung kinetokor.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 65
Bab 3 䡲 (Nukleus) ■ ■ ■ 65
Hal ini, bersama dengan penemuan mutakhir tentang dinein sun menjadi heterokromatin dan eukromoatin pada sel
yang terkait dengan kinetokor, mungkin analog dengan interfase. Anak inti terbentuk dari nuclear-organizing
mutakhir tentang dinein yang terkait dengan kinetokor, mungkin region (daerah pengatur-inti) pada masing-masing dari
analog dengan pengangkutan vesikel di sepanjang mikrotubul. lima pasang kromosom.
Pada anafase akhir, cleavage furrow (alur pembelahan) mulai
terbentuk pada plasmalema, yang menandakan daerah tempat Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma menjadi dua
sel akan terbelah selama sitokinesis. bagian yang sama pada mitosis. Alur pembelahan menjadi
semakin dalam, dan hal ini terus berlanjut sampai midbody
Telofase (badan tengah), serta sisa mikrotubol polar yang
menghubungkan kedua sel anak (Gambar 3-17). Mikrotubul
polar dikelilingi oleh sebuah cincin kontraktil yang
Telofase, yang merupakan fase terminal mitosis, ditandai oleh
sitokinesis, pemulihan inti dan selubung inti, hilangnya spindel
terletak tetap di dalam membran plasma. Cincin kontraktil
mitotik, dan terurainya kromosom menjadi kromatin. tersebut tersusun atas filamen aktin dan miosin yang
melekat pada memran plasma. Konstriksi cincin diikuti oleh
Pada telofase, tiap perangkat kromosom telah mencapai depolimerisasi sisa mikrotubul spindel yang memisahkan
kutubnya masing-masing, lamin inti mengalami defosforilasi , kedua sel anak. Selama pemisahan kedua sel anak dan tidak
dan selubung inti pulih kembali. Kromosom terurai dan tersu- lama sesudahnya, elemen cincin kontraktil dan sisa mikro-
66 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 (Nukleus)
KORELASI KUNIS Meiosis dimulai pada akhir interfase pada siklus sel. Meiosis
menghasilkan sel germinal-ovum dan spermatozoa. Proses ini
Pemahaman lebih lengkap tentang mitosis dan mempunyai dua hasil yang sangat penting, yaitu:
siklus sel telah sangat membantu kemoterapi 1 Pengurangan jumlah kromosom dari jumlah diploid
kanker, karena memungkinkan pembe1ian obat (2n) menjadi haploid (ln), untuk memastikan bahwa
pada saat sel berada pada fase siklus sel tertentu. tiap garnet mengandung jumlah DNA dan kromosom
Misalnya, vinkristin dan obat serupa yang haploid.
mengganggu spindel mitotik, menghentikan sel yang 2 Rekombinasi gen, untuk memastikan variabilitas genetik
sedang bermitosis. Kolkisin, yang merupakan dan diversitaspool (kumpulan) gen.
alkaloid berasal tanaman rnernberikan efek yang Meiosis terdiri atas dua peristiwa berbeda, yaitu:
sama, telah digunakan secara luas pada kajian Meiosis I, atau pembelahan reduksi
kromosom individual dan penyusunan kariotip. (peristiwa pertama). Pasangan kromosom homolog
Methotrexate , yang menghambat sintesis pmin, berbaris, anggota tiap pasangan saling berpisah dan
dan 5-ffuorourasil, yang menghambat sintesis
bergerak ke kutub berlawanan, dan sel membelah; dengan
pirimidin, keduanya rnenghentikan siklus sel pada
fase S, sehingga mencegah pembelahan sel; demikian, tiap sel menerima anak setengah jumlah
keduanya biasa digunakan untuk kemoterapi. kromosom (jumlah haploid).
Meiosis II, atau pembelahan ekuatorial(peristiwakedua).
Onkogen adalah hasil mutasi gen normal
yang disebut proto-onkogen, yang mengkode Kedua kromatid dari tiap kromosom berpisah, seperti pada
protein pengontrol pembelahan sel. Onkogen mitosis, diikuti oleh migrasi kromatid ke kutub berlawanan
dapat berasal da1i infeksi virus atau kecelakaan dan pembentukan dua sel anak. Kedua peristiwa tadi
genetik acak. Bila berada dalam sel, onkogen menghasilkan empat sel (garnet), masing-masing dengan
mendominasi gen lebih daripada alel protoonkogen jumlah kromosom haploid dan isi DNA haploid.
norrnalnya, sehingga rnenyebabkan Meiosis I
pernbelahan dan proliferasi sel yang takterkendali.
Contoh kanker yang berasal daii onkogen, antara Meiosis I (pembelahan reduksi) memisahkan pasangan
lain kanker buli-buli dan lekemia mielogenik kromosom homolog, sehingga mengurangi jumlah
akut. kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (1 n).
MEIOSIS I
Gambar 3-18 Tahap meiosis pada sebuah sel (yang dibuat ideal) yang mengandung jumlah diploid (2n) dari 4 kromosom.
Ch003-X2945.qxd 12/8/06 3:21 PM Page 67
Bab 3 䡲 (Nukleus) ■ ■ ■ 67
MEIOSIS II
68 䡲 䡲 䡲 Bab 3 䡲 (Nukleus)
Meiosis II APOPTOSIS
Meiosis II (pembelahan ekuatorial) terjadi tanpa sintesis
Sel mati akibat berbagai faktor, termasuk (1)
DNA, berlangsung cepat, dan terdiri atas empat fase dan
jejas akut,(2) kecelakaan, (3) kekurangan pasokan
sitokinesis, untuk membentuk empat sel anak yang
darah, (4) kerusakan oleh patogen atau sistem imun,
masing-masing mempunyai jumlah kromosom haploid.
dan (5) genetic programming (pemrograman genetik).
Selama embriogenesis, banyak sel, seperti sel yang
Pembelahan ekuatorial tidak didahului oleh fase S.
seharusnya menjadi ekor pada embrio manusia,
Pembelahan tersebut serupa dengan mitosis dan terbagi
didorong ke proses kematian yang ditentukan secara
atas profase II, metafase II, anafase II, telofase II,
genetik. Proses ini berlanjut selama kehidupan dewasa
dan sitokinesis (lihat Gambar 3-18). Kromosom
untuk membangun keseimbangan antara proliferasi dan
berbaris di ekuator, kinetokornya melekat pada benang
kernatian sel. Misalnya, pada manusia dewasa, pada
spindel, diikuti oleh migrasi kromatid ke kutub
sumsum tulang dan saluran cerna, milyaran sel mati
berlawanan, dan sitokinesis membelah kedua sel, untuk
tiap jam untuk mengimbangi proliferasi pada jaringan
menghasilkan empat sel anak dari sel germinal diploid
tersebut. Sel yang mati dengan cara tersebut dikatakan
asalnya. Masing-masing dari empat sel anak tersebut
mengalami kematian sel terprogram (apoptosis).
mengandung jumlah DNA dan kromosom haploid.
Kebalikan dari apoptosis, selama nekrosis, sel mati
Tidak seperti sel anak yang berasal dari mitosis, yang karena serangan atau jejas yang menyebabkan sel
masing-masing mengandung jumlah kromosom diploid pecah, dan dengan demikian memaparkan isinya pada
dan merupakan salinan identik satu sama lain, keempat sel berdekatan, dan menginisiasi respons inflamasi.
sel yang berasal dari meiosis mengandung jumlah Karena apoptosis mempunyai akibat besar pada sel
kromosom haploid dan berbeda secara genetik karena terkait dan juga organisme secara keseluruhan, maka
terjadinya pengacakan kromosom dan pindah silang. apoptosis harus diatur, dikontrol dan dimonitor dengan
Jadi, setiap gamet mengandung komplemen genetiknya cermat.
yang unik. Proses apoptosis diatur oleh sejumlah gen yang
highly conserved (sangat lestari) yang mengkode suatu
famili enzim dengan berbagai anggota yang semuanya
KORELASI KLINIS dikenal sebagai caspase , yang mendegradasi protein
Abnormalitas dalam jumlah kromosom dapat regulator dan struktural dalam inti dan sitoplasma.
terjadi selama meiosis. Selama meiosis I, saat Pengaktifan berbagai caspace diinduksi oleh sitokin
pasangan homolog yang pada keadaan normalnya tertentu, seperti tumor necrosis factor (TNF), yang
berpisah dapat terjadi nondisjunction (kegagalan dilepaskan oleh berbagai signaling cell (sel pelepas
berpisah); jadi, satu sel anak mendapat kedua sinyal). TNF akan berikatan dengan reseptor TNF
kromosom, dari yang seharusnya satu kromosom pada sel target. Reseptor TNF adalah protein
dari pasangan kromosom, sehingga sel anak transmembran yang aspek sitoplasmiknya mengikat
tersebut mempunyai 24 kromosom, sedangkan sel molekul adaptor, tempat menempel suatu caspace.
anak yang lain hanya mempunyai 22 kromosom. Sekali TNF mengikat bagian ekstrasel dari reseptornya,
Kemudian, fertilisasi dengan gamet normal (yang sinyal ditransduksikan dan caspace yang menempel
mengandung 23 kromosom), akan menghasilkan tersebut menjadi aktif. Caspace teraktivitas akan
zigot yang mempunyai 47 kromosom (trisomi) dilepas, dan kemudian, mencetuskan cascade
atau 45 kromosom (monosomi). Kegagalan (rangkaian) pengaktifan berbagai caspase lainnya, yang
berpisah terjadi lebih sering pada kromosom menyebabkan degradasi kromosom, lamin inti, dan
tertentu (yaitu: trisomi kromosom 8, 9, 13, 18, 21) protein sitoskeletal. Akhirnya, seluruh sel menjadi
yang menghasilkan ciri unik (miss. ciri sindroma hancur, dan fragmen sel difagositosis oleh makrofag.
Akan tetapi, makrofag ini tidak melepaskan sitokin
Down [trisomi 21]).
yang dapat menginisiasi respons inflamasi.
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 69
4
䡲 䡲 䡲
Matriks Ekstraselular
69
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 70
Arteriol
Co
Kapiler
GS
EF
Heparin (90%) 15.000-20.000 L-Asam iduronat-beta-1,4-sulfo- Tidak ada Granula sel mast, hati,
(10%) D-glukosamin-6-SO4 paru, kulit
D-Asam glukuronat-beta-1,4-N-
asetilglukosamin-6-SO4
Kondroitin 4- 10.000-30.000 D-Asam glukuronat-beta-1,3-N- Ada Tulang rawan, tulang, kornea,
sulfat asetilgalaktosamin-6-SO4 pembuluh darah
kaannya menyerupai bulu sikat tersebut (Gambar protein agrekan juga kelompok gula dari asam hialuronat.
4-3). Oleh karena panjang asam hialuronat dapat mencapai 20 µm,
Proteoglikan mempunyai berbagai ukuran, mulai hasil hubungan ini merupakan gabungan agrekan yang
sekitar 50.000 Da (dekorin dan betaglikan) hingga 3 juta menempati ruang yang besar dan dapat mempunyai massa
Da (agrekan). Inti protein proteoglikan diproduksi oleh molekul sebesar beberapa ratus juta Da. Molekul yang sangat
retikulum endoplasma kasar (RER); kemudian ditranspor besar ini memelihara keadaan gel ECM dan berperan sebagai
ke badan Golgi, dimana enzim setempat mengikat sawar pada difusi cepat cairan, seperti pada peristiwa
tetrasakarida secara kovalen pada rantai sisi serinnya; menghilangnya gelembung cairan setelah injeksi subkutan.
GAG kemudian disusun dengan menambahkan gula satu
persatu. Sulfasi, yang dikatalisis oleh sulfotransferase,
dan epimerisasi (penyusunan kembali berbagai kelompok KORELASI KLINIS
di sekeliling atom karbon unit gula) juga terjadi dalam
Banyak di antara bakteri patogen seperti
badan Golgi.
Staphylococcus aureus, menyekresikan
Sebagian besar proteoglikan, khususnya agrekan, hialuronidase, sebuah enzim yang
sebuah makromolekul yang ditemukan pada tulang rawan memecah asam hialuronat menjadi banyak
dan jaringan ikat sejati, melekat pada asam hialuronat bagian kecil, sehingga mengubah keadaan
(lihat Gambar 4-3). Cara pelekatan meliputi sebuah gel ECM menjadi sol. Akibatnya,
interaksi ion nonkovalen antara kelompok gula dari asam penyebaran bakteri pada ruang jaringan
hialuronat dan inti protein molekul proteoglikan. ikat menjadi lebih cepat.
Hubungan tersebut diperkuat oleh protein penghubung
berukuran kecil yang membentuk ikatan dengan inti
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 72
Fibril kolagen Molekul asam proteoglikan dapat menghambat fungsinya dengan mencegah
hialuronat molekul mencapai tujuannya, atau meningkatkan fungsinya
dengan mengumpulkannya pada lokasi tertentu. Sebagian
proteoglikan, seperti dekorin, diperlukan untuk pembentukan
serat kolagen; mencit yang dimutasi sehingga tidak dapat
memproduksi dekorin atau yang memproduksi dekorin yang
cacat, mempunyai kulit dengan kekuatan regangan yang
berkurang.
Sebagian proteoglikan, seperti sindekan, tidak dilepaskan
ke ECM melainkan menempel pada membran sel. Protein inti
sindekan berperan sebagai protein transmembran dan melekat
pada filamen aktin kerangka sel. Muatan ekstraselularnya
berikatan dengan komponen ECM, sehingga memungkinkan sel
melekat pada komponen makromolekular pada matriks.
Sindekan fibroblas juga berfungsi sebagai ko-reseptor karena ia
mengikat faktor pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth
factor/FGF ) dan menyajikannya pada membran sel reseptor
FGF di sekitarnya.
Glikoprotein
Asam hialuronat
Glikoprotein perekat sel mempunyai tempat berikatan untuk
Proteinpenghubung beberapa komponen ECM juga molekul integrin membran sel
yang memfasilitasi pelekatan sel dengan ECM.
Protein inti
Kemampuan sel untuk melekat pada unsur-unsur ECM sebagian
Kondroitin sulfat besar diperantarai oleh glikoprotein perekat sel. Makromolekul
besar ini mempunyai beberapa domain, setidaknya salah satu di
Proteoglikan antaranya biasanya berikatan dengan protein permukaan sel
yang disebut integrin, satu ke serat kolagen, satu lagi ke
Kolagen (tipe II) proteoglikan. Melalui cara ini, glikoprotein perekat mempererat
berbagai komponen jaringan satu sama lain. Jenis-jenis utama
glikoprotein perekat di antaranya ialah fibronektin, laminin,
Gambar 4-3 Hubungan antara molekul agrekan dengan serat kolagen. entaktin, tenasin, kondronektin, dan osteonektin.
Inset memperlihatkan pembesaran kuat dari molekul agrekan, yang Fibronektin merupakan sebuah dimer besar yang tersusun
merupakan protein inti molekul proteoglikan tempat di mana
glikosaminoglikan menempel. Protein inti menempel pada asam
atas dua subunit polipeptida serupa, masing-masing sekitar
hialuronat melalui protein penghubung (Diadaptasi dari Fawcett OW: 220.000 Da, melekat satu sama lain pada ujung karboksilnya
Bloom and Fawcett's A Textbook of Histology, 11th ed. Philadelphia, melalui ikatan disulfida. Tiap lengan makromolekul berbentuk
WB Saunders, 1986.) V ini mempunyai tempat berikatan bagi berbagai komponen
ekstraselular (seperti kolagen, heparin, heparan sulfat, dan asam
Fungsi Proteoglikan hialuronat) dan untuk integrin pada membran sel. Daerah
fibronektin yang spesifik untuk berlekatan dengan membran sel
Proteoglikan mempunyai banyak fungsi. Volumenya besar mempunyai urutan tiga residu yakni arginin, glisin, dan aspartat,
sehingga dapat menahan kompresi serta memperlambat disebut sebagai urutan RGD. Urutan asam amino ini
pergerakan cepat mikroorganisme dan sel metastasis; merupakan karakteristik tempat berikatan integrin pada
dengan cara yang sama, dapat memfasilitasi pergerakan sebagian besar glikoprotein perekat. Fibronektin sebagian besar
normal sel dengan memungkinkan perpindahan sel ke diproduksi oleh sel jaringan ikat yaitu fibroblas. Komponen
ruang yang ditempati oleh makromolekul yang terhidrasi. aktin sitoskeleton sel ini dan miosin pasangannya berinteraksi,
Sebagai tambahan, sehubungan dengan lamina basal, mengakibatkan tekanan pada plasmalema. Molekul integrin
proteoglikan membentuk saringan molekular berupa pori meneruskan kekuatan regangan kepada molekul fibronektin
berbagai ukuran dan muatan sehingga dapat selektif yang baru dieksositosis, meregangkannya sampai tempat
menyaring dan menolak makromolekul saat melewatinya. berikatan yang tersembunyi menjadi terlihat dan fibronektin
Proteoglikan juga mempunyai tempat berkaitan untuk dapat saling berikatan membentuk matriks fibronektin.
molekul pensinyal tertentu, seperti TGF-β (transforming Fibronektin juga terdapat dalam darah sebagai fibronektin
growth factor-β) . Dengan mengikat molekul pensinyal ini, palasma, tempat ia memfasilitasi penyembuhan luka, fagosi-
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 73
tosis, dan koagulasi. Fibronektin dapat melekat sementara ke Serat Kolagen: Struktur
membran plasma sebagai fibronektin permukaan sel. dan Fungsi
Fibronektin menandai jalur migrasi untuk sel embrionik
sehingga sel yang bermigrasi pada organisme yang sedang
berkembang dapat mencapai tujuannya. Serat kolagen tersusun atas subunit tropokolagen yang urutan
asam amino rantai-α memungkinkan klasifikasi kolagen menjadi
Laminin merupakan glikoprotein yang sangat besar setidaknya 20 tipe serat yang berbeda. Terdapat tiga kategori
(950.000 Da), tersusun atas tiga rantai polipeptida besar, A, kolagen: pembentukan fibril, berhubungan dengan fibril, dan
B1, dan B2. Rantai B membungkus rantai A, membentuk pembentukan jejaring; terdapat pula protein mirip kolagen yang
pola silang dari satu rantai panjang dan tiga rantai pendek. merupakan suatu kategori tersendiri.
Ketiga rantai pendek dipertahankan pada posisinya oleh
ikatan disulfida. Lokasi laminin hampir selalu terbatas pada
lamina basal; oleh karena itu, glikoprotein ini mempunyai Kemampuan ECM untuk menahan kekuatan kompresi disebabkan
tempat berikatan untuk heparan sulfat, kolagen tipe IV, oleh adanya matriks terhidrasi yang dibentuk oleh GAG dan
entaktin, dan membran sel. proteoglikan. Kekuatan regangan ditahan oleh serat protein
kolagen yang kuat, kaku, dan tidak elastis. Kelompok protein ini
Glikoprotein tersulfasi entaktin (juga dikenal sebagai
sangat banyak, menyusun sekitar 20% hingga 25% dari semua
nidogen) terikat pada molekul laminin pada tempat
protein dalam tubuh. Kolagen diklasifikasi menjadi tiga kategori,
pertemuan ketiga lengan pendek molekul tersebut. Entaktin
yaitu kolagen pembentuk fibril, berhubungan dengan fibril, dan
juga terikat pada kolagen tipe IV sehingga memfasilitasi
pembentuk jejaring. Ditemukan juga suatu kategori tambahan,
pengikatan laminin ke jejaring kolagen.
yaitu protein mirip kolagen.
Tenasin merupakan glikoprotein besar yang tersusun atas Kolagen pembentuk fibril, membentuk serat fleksibel
enam rantai polipeptida yang disatukan oleh ikatan disulfida. (Gambar 4-4) yang kekuatan tensilnya melebihi baja tahan karat
Makromolekul ini yang menyerupai serangga berkaki enam dengan diameter yang sama. Sekumpulan besar serat kolagen
yang menjulur dari badannya secara radial, mempunyai tampak putih berkilau pada jaringan hidup; oleh karena itu berkas
tempat berikatan untuk sindekan proteoglikan transmembran serat kolagen juga disebut dengan serat putih . Serat kolagen
dan untuk fibronektin. Distribusi tenasin biasanya terbatas jaringan ikat biasanya berdiameter kurang dari 10 µm dan tidak
pada jaringan embrionik, dimana ia menandai jalur migrasi berwarna bila tidak diwarnai. Bila diwarnai dengan hematoksilin
sel tertentu. dan eosin, akan tampak sebagai berkas serat berwarna merah
Kondronektin dan osteonektin serupa dengan muda, panjang, dan bergelombang.
fibronektin. Yang pertama mempunyai tempat berikatan Mikrograf elektron serat kolagen yang diwarnai dengan logam
untuk kolagen tipe II, kondroitin sulfat, asam hialuronat dan berat memperlihatkan gambaran pita melintang dengan interval
integrin kondroblas dan kondrosit. Osteonektin mempunyai teratur setiap 67 nm (periodisitas), yang merupakan
domain untuk kolagen tipe I, proteoglikan, dan integrin karakteristik serat ini. Serat ini terbentuk dari kumpulan fibril
osteoblas dan osteosit. Sebagai tambahan, ia dapat tipis berdiameter 10 hingga 300 nm tersusun paralel dan cukup
memfasilitasi pengikatan kristal kalsium hidroksiapatit panjang (Gambar 4-5). Fibril terbentuk dari perakitan subunit
kepada kolagen tipe I pada tulang. sangat teratur, molekul tropokolagen (kolagen), masing-
masing mempunyai panjang sekitar 280 nm dan berdiameter 1,5
SERAT nm. Setiap molekul tropokolagen tersusun atas tiga rantai
polipeptida, yang disebut rantai-α, dan saling berpilin dalam
susunan tripel heliks.
Serat kolagen dan elastin, dua protein fibrosa besar dari Tiap rantai-α memiliki sekitar 1.000 residu asam amino. Tiap
jaringan ikat, mempunyai kandungan biokimiawi dan mekanis asam amino ketiga ialah glisin, dan sebagian besar asam amino
yang berbeda sebagai konsekuensi karakteristik struktural. sisanya terdiri atas prolin, hidroksiprolin, dan hidroksilisin.
Dipercaya bahwa glisin, karena ukurannya yang kecil,
Serat-serat pada ECM memberikan kekuatan regangan dan memungkinkan hubungan erat antara ketiga rantai-α; ikatan
elastisitas pada substansi ini. Ahli histologi klasik telah hidrogen hidroksiprolin mengikat ketiga rantai-α bersama; dan
menjelaskan tiga tipe serat berdasarkan morfologi dan hidroksiprolin memungkinkan pembentukan fibril dengan
reaktivitas dengan pewarnaan histologis: kolagen, mengikatkan molekul tropokolagen satu sama lain.
retikular, dan elastin (lihat Gambar 4-2). Meskipun Meskipun telah dikenal setidaknya 20 tipe kolagen berbeda
sekarang diketahui bahwa serat retikular merupakan salah bergantung kepada urutan asam amino rantai-α, hanya 10 di
satu tipe dari serat kolagen, kebanyakan ahli histologi antaranya yang dibahas pada buku ini. Tiap rantai-α dikode oleh
mempertahankan terminologi serat retikular tidak hanya caraka (rnessenger) asam ribonukleat (mRNA) yang berbeda.
untuk alasan historis namun juga untuk kemudahan dalam Tipe kolagen yang berbeda ini terletak pada daerah spesifik pada
menjelaskan organ yang banyak mengandung kolagen jenis tubuh, tempat mereka melakukan berbagai fungsi (Tabel 4-2;
khusus ini. Gambar 4-6).
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 74
Tendo
Berkas
Otot
Serat
Rumus Sel
Tipe Molekul Molekul Penyintesis Fungsi Lokasi daiam Tubuh
I (pembentuk fibril); Bentuk [a(I)]2a2(I) Fibroblas, Menahan tekanan Dermis, tendon,
umum dari kolagen osteoblas, ligamen, kapsula
odontoblas, organ, tulang, dentin,
sementoblas sementum
II (pembentuk fibril) elastis [al(II)]3 Kondroblas Menahan tekanan Tulang rawan hialin,
Tulang rawan
VII (pembentuk jejaring); [al(VII)]3 Sel epidermis Membentuk fibril Pertemuan epidermis
membentuk dimer yang penambat yang dan dermis
terangkai menjadi fibril mengikatlamina densa
penambat dan lamina retikularis
IX (berhubungan dengan Berhubungan dengan
fibril); menempel pada [al(IX)a2(IX)a3 Sel epitel
permukaan serat kolagen (IX)] Tulang rawan
tipe II kolagen tipe II
XII (berhubungan dengan [al(XII)]3 Fibroblas Berhubungan dengan Tendon, ligamen,
fibril); Menghiasi permukaan kolagen tipe I dan aponeurosis
Serat kolagen tipe I
tuk fibril yang mempunyai corakan pita selebar 67-nm Saat molekul tropokolagen terangkai sendiri dalam susunan
mewakili kolagen tipe I, II, III dan V (lihat Gambar 4-5). tiga dimensi, ruang antara kepala dan ekor molekul pengganti
Pembentukan dan pemeliharaan struktur fibril diperkuat berderet sebagai daerah celah (tiap 67 nm), deret tidak
oleh ikatan kovalen antara residu lisin dan hidroksilisin dari berdempetan akan tetapi berdekatan (lihat Gambar 4-5 dan
molekul tropokolagen di sekitarnya. 4-7). Tumpang tindih dari kepala dan ekor pada deret yang ber-
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 77
Nukleus
DNA
1 Transkripsi di nukleus
mRNA
mRNA
2 Translasi
preprokolagen di
RER
3 Hidroksilasi ( )
di RER
4 Glikosilasi ( )
di RER
5 Pembentukan
untaian tripel
prokolagen di
RER
6 Sekresi prokolagen
melalui jejaring
trans Golgi
dampingan disebut dengan daerah tumpang tindih. Pewarnaan Susunan fibril kolagen dan berkas serat ditentukan
dengan logam berat yang digunakan pada mikroskop elektron oleh sel yang menyintesisnya. Prokolagen dilepaskan ke
seringkali menumpuk pada daerah celah. Sehingga apabila dilihat dalam lipatan dan alur plasmalema, yang berperan
menggunakan mikroskop elektron, kolagen memperlihatkan sebagai cetakan yang mengatur fibril pembentuk pada
gambaran selang-seling pita gelap dan terang; pita gelap mewakili arah yang seharusnya. Arah fibril lebih lanjut ditentukan
daerah celah terisi oleh logam berat, dan pita terang mewakili saat sel tersebut menarik fibril untuk masuk ke dalam
daerah tumpang tindih, dimana logam berat tidak dapat pola yang dibutuhkan.
menumpuk (lihat Gambar 4-6).
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 78
Gambar 4-8 Degradasi kolagen tipe I oleh fibroblas. Proses pergantian kolagen pada beberapa daerah tubuh tertentu berjalan relatif lambat (mis. pada
tulang, di mana ia dapat stabil selama 10 tahun), sedangkan pada daerah lainnya, seperti pada gusi dan ligamen periodontal, waktu paruh kolagen dapat
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Fibroblas gusi dan ligamen periodontal bertanggung jawab tidak hanya untuk sintesis akan tetapi juga untuk
resorpsi kolagen (Dari Ten Cate AR: Oral Histology: Development, Structure, and Function, 4th ed. St. Louis, Mosby-Year Book, 1994.)
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 79
MEMBRAN BASAL
P
Membran basal terlihat dengan mikroskop elektron
tersusun atas lamina basalis dan lamina retikularis.
Lamina Basalis
Lamina Retikularis
Mikrofibril
Lamina retikularis (lihat Gambar 4-13, 4-14, dan 4-16),
Gambar 4-11 Serat elastin memperlihatkan sebuah daerah dengan aneka ketebalan, diproduksi oleh
mikrofibril mengelilingi elastin yang amorf. fibroblas dan tersusun oleh kolagen tipe I dan III. Struktur ini
merupakan pertemuan antara lamina basalis dengan jaringan
fibril penambat (kolagen tipe VII), dan mikrofibril (fibrilin), ikat di bawahnya, dan ketebalannya beragam sesuai dengan
seluruhnya diproduksi oleh fibroblas pada jaringan ikat banyaknya gesekan terhadap epitel di atasnya. Jadi, lapisan
(Gambar 4-16). ini cukup tebal pada kulit, dan amat tipis di bawah lapisan
epitel alveolus paru.
Lamina basalis berfungsi baik sebagai penyaring
molekular maupun penyokong yang fleksibel dan kokoh bagi Serat kolagen tipe I dan III jaringan ikat melingkar ke
epitel di atasnya. Fungsi penyaring dilakukan tidak hanya dalam lamina retikularis tempat serat ini berinteraksi serta
oleh kolagen tipe IV yang jalinannya membentuk penyaring terikat dengan mikrofibril dan fibril penambat lamina
fisik dengan ukuran pori spesifik, namun juga karena retikularis. Selain itu, gugus basa serat kolagen membentuk
bermuatan negatif dari penyusunnya yaitu heparan sulfat, ikatan dengan gugus asam GAG lamina densa. Di samping
yang khusus menghambat lewatnya molekul bermuatan itu, domain pengikat kolagen dan domain GAG fibronektik
negatif. Fungsi lain lamina basalis termasuk memfasilitasi membantu dalam menambat lamina basalis kepada lamina
aktivitas mitosis dan diferensiasi sel, memodulasi metabo- retikularis.
Ch004-X2945.qxd 12/8/06 3:22 PM Page 81
Sel epitel
Lamina
lusida
Lamina
Lamina basalis
densa
Serat retikular
(kolagen tipe III)
Gambar 4-16 Mikrograf elektron lamina basalis epitel kornea KORELASI KLINIS
(x165.000). H. Sulf., kaya akan Heparan Sulfat. (Dari Albert D,
Jakobiec FA: Principles and Practice of Ophthalmology: Basic Individu dengan kelainan autosom resesif defisiensi
Sciences. Philadelphia, WB Saunders, 1994.) adhesi leukosit tidak dapat menyintesis rantai-β
integrin sel darah putih. Leukosit tersebut tidak dapat
Sebagai tambahan untuk perannya dalam perlekatan, integrin menempel pada sel endotel pembuluh darah sehingga
berfungsi dalam mengantarkan sinyal biokimia ke intraselular tidak dapat bermigrasi ke tempat terjadinya inflamasi.
dengan mengaktifkan kaskade (pencurahan) sistem caraka Pasien dengan penyakit ini mempunyai kesulitan dalam
kedua. Kemampuan integrin dalam pengantaran biokimiawi melawan infeksi bakteri.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 85
5䡲 䡲 䡲
Sekitar 200 jenis sel yang berbeda yang menyusun 䡲 Kontrol dari pergerakan materi antarkompartemen
tubuh manusia dikelompokkan ke dalam empat tubuh melalui permeabilitas selektif dari taut
jaringan dasar. Kelompokan jaringan ini kemudian interselular di antara sel-sel epitel.
terangkai ke dalam berbagai pengaturan fungsional 䡲 Deteksi sensasi melalui kuncup kecap, retina mata,
dan penataan menjadi organ, yang melakukan berbagai dan sel rambut khusus pada telinga.
fungsi tertentu pada tubuh. Keempat jaringan
dasar tersebut ialah jaringan epitel, jaringan ikat, Epitel
otot, dan saraf. Bab ini dan empat bab selanjutnya
akan membahas tiap jaringan dan sel-sel
Sel-sel bersinambung yang terpaut erat satu sama lain
penyusunnya. membentuk lembaran yang membungkus atau melapisi
tubuh disebut dengan epitel.
JARINGAN EPITEL
Jaringan epitel mempunyai dua bentuk: (1) sebagai Lembaran-lembaran sel bersinambung pada epitel
lembaran sel yang kontinu (epitel) yang menyelubungi terpaut erat satu sama lain dengan kompleks tautan.
tubuh pada permukaan luar dan melapisi bagian dalam, Sel-sel epitel memperlihatkan ruang interselular dan
dan (2) sebagai kelenjar yang berasal dari sel epitel matriks ekstraselular yang sedikit. Ia dipisahkan dari
yang berinvaginasi. jaringan yang berada di bawahnya oleh matriks
Epitel berasal dari ketiga lapis benih embrionik, ekstraselular, yakni lamina basalis (dibahas pada bab 4),
meskipun sebagian besar epitel berasal dari ektoderm yang disintesis oleh sel epitel. Oleh karena epitel bersifat
dan endoderm. Ektoderm akan menjadi mukosa oral avaskular, maka jaringan ikat penyokong sekitarnya,
dan nasal, komea, epidermis kulit, kelenjar pada kulit melalui bantalan kapiler, memasok nutrisi dan oksigen
dan kelenjar mamma. Hati, pankreas, dan pelapis dengan cara difusi melalui lamina basalis.
saluran respirasi dan gastrointestinal berasal dari
endoderm. Tubulus uriniferus dari ginjal, pelapis Klasifikasi Membran Epitel
sistem reproduksi pria dan wanita, lapisan endotel clari
sistem sirkulasi clan mesotel dari rongga tubuh Susunan dan morfologi sel adalah dasar dari
berkembang clari lapis benih mesoderm. klasifikasi epitel.
Jaringan epitel mempunyai sejumlah fungsi, yakni:
Membran epitel diklasifikasikan menurut jumlah dari
䡲 Proteksi jaringan yang berada di bawahnya terhadap lapisan sel di antara lamina basalis dan permukaan
abrasi clan jejas. bebas dan juga menurut morfologi dari sel epitel tersebut
䡲 Transpor transelular molekul melewati lapisan (Tabel 5-1). Jika membran tersusun oleh selapis sel, ia
epitel. disebut epitel selapis; jika tersusun oleh lebih dari
䡲 Sekresi mukus, hormon, enzim, dan lainnya clari selapis sel, ia disebut epitel berlapis (Gambar 5-1).
berbagai kelenjar. Morfologi sel dapat berbentuk gepeng (pipih) , kuboid,
䡲 Absorpsi materi dari lumen (seperti saluran intestinal atau silindris saat diamati pada potongan yang
atau tubulus ginjal tertentu) perpendikular terhadap membran basal.
85
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 86
Epitel berlapis diklasiflkasikan menurut morfologi tiap sel (Gambar 5-2A).Bila diamati pada potongan,
dari sel yang terletak pada permukaan superfisial hanya sebagian sel yang memperlihatkan inti, karena
saja. Sebagai tambahan dari kedua tipe mayor dari seringkali tidak terpotong. Epitel gepeng selapis
epitel tersebut, yang kemudian diidentifikasi secara melapisi alveoli paru, menyusun ansa Henle dan lapisan
morfologi selular, terdapat dua tipe berbeda lainnya: parietal kapsul Bowman pada ginjal, dan membentuk
bertingkat dan transisional (lihat Gambar 5-1). lapisan endotel pada pembuluh darah dan limf serta
mesotel rongga pleura dan peritoneum.
Epitel Gepeng Selapis
Epitel Kuboid Selapis
Epitel gepeng selapis dibentuk oleh selapis sel gepeng.
Epitel kuboid selapis tersusun oleh selapis sel berbentuk
Epitel gepeng selapis tersusun oleh selapis sel heksagonal yang terpotong.
poligonal rendah, tipis, dan padat. Bila dilihat dari
permukaan, lembaran epitel tampak seperti lantai Selapis sel berbentuk poligon menyusun epitel kuboid
ubin dengan inti menonjol di bagian tengah pada - selapis (lihat Gambar 5-2A). Saat dilihat pada potongan-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 87
Selapis Bertingkat
Berlapis Transisional
Berkeratin Silindris
tegak-lurus, sel tampak seperti persegi dengan inti bulat Epitel silindris selapis yang melapisi uterus, oviduk,
dan terletak di tengah. Epitel kuboid selapis membentuk duktuli eferentes, dan bronkus kecil mempunyai silia.
duktus kelenjar pada tubuh, lapisan ovarium, dan Pada organ tersebut, silia (struktur menyerupai rambut)
menyusun beberapa tubulus ginjal. menonjol dari permukaan apikal sel silindris ke dalam
lumen.
Epitel Silindris Selapis
Epitel Gepeng Berlapis
Epitel silindris selapis tersusun atas selapis sel tinggi
berbentuk seperti heksagonal padat. Epitel gepeng berlapis (tidak berkeratin) tersusun
oleh beberapa lapisan sel; lapisan paling atas
mempunyai inti. Epitel gepeng berlapis (berkeratin)
Sel epitel silindris selapis tampak seperti epitel kuboid berbeda pada lapisan sel yang menyusun permukaan
selapis pada sudut pandang permukaan; bila diamati yang adalah set mati, tidak berinti, dan dipenuhi
pada potongan membujur, sel tampak persegi dan keratin.
tinggi dengan nukleus bulat telur yang umumnya
terletak pada ketinggian yang sama yakni pada bagian
basal sel (Gambar 5-2B). Epitel silindris selapis TIDAK BERKERATIN
ditemukan pada permukaan sebagian besar saluran cerna, Epitel gepeng berlapis (tidak berkeratin) merupakan
kandung empedu, dan duktus besar pada kelenjar. Epitel lapisan tebal; karena tersusun oleh beberapa lapis
silindris selapis dapat memperlihatkan ujung bergurat, sel, hanya lapisan terdalam berkontak dengan
atau mikrovili (prosesus sitoplasma yang ramping lamina basalis (Gambar 5-3A). Sel pada bagian
menyerupai jari), menonjol dari permukaan apikal sel. basal (paling dalam) berbentuk kuboid; sel terletak-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 88
Gambar 5-2 Gambaran mikroskop cahaya daii epitel selapis. A, Epitel gepeng selapis (panah) (x270). Perhatikan morfologi sel dan intinya.
Terdapat pula epitel kuboid selapis (kepala panah ). Amati inti berbentuk bulat dan terletak di tengah. B, Epitel silindiis selapis (x540). Amati inti
(N) yang berbentuk lonjong dan ujung sel yang bergurat striated border (panah ).
pada bagian tengah epitel berbentuk polimorfik; dan sel Epitel silindris berlapis tersusun oleh lapisan sel
yang menyusun permukaan bebas epitel berbentuk pipih berbentuk polihedral sampai kuboid di bawah yang
(gepeng)maka dinamakan epitel berlapis. Oleh karena berkontak dengan lamina basalis dan selapis sel silindris
sel pada permukaan rnempunyai inti, maka epitel ini superfisial. Epitel ini ditemukan hanya pada beberapa
disebut tidak berkeratin. Sel ini umumnya basah dan ternpat pada tubuh-yakni konjungtiva mata, duktus
ditemukan pada permukaan mulut, faring oral, esofagus, ekskretori besar tertentu, dan daerah uretra laki-laki.
pita suara sejati, dan vagina.
CC
Gambar 5-3 Gambaran mikroskop cahaya epitel berlapis. A, Epitel gepeng berlapis tidak berkeratin (x509). Amati banyak lapisan sel dan sel
berinti (gepeng) pada lapisan atas (panah). B, Epitel gepeng berlapis berkeratin (xl25). C, Epitel kuboid berlapis duktus kelenjar keringat (CC)
(x509). D , Epitel transisional (xl25). Amati permukaan sel menghadap lumen kandung kemih berbentuk kubah (panah), yang merupakan
karakteristik epitel transisional.
Epitel Silindris Bertingkat Semua sel dari epitel silindris bertingkat berkontak
dengan lamina basalis, tetapi hanya beberapa sel
mencapai permukaan epitel (Gambar 5-4). Sel yang
Epitel silindris bertingkat tampak seperti berlapis; semua tidak mencapai permukaan umumnya berdasar lebar
set berkontak dengan lamina basalis. dan menjadi ramping pada ujung apikalnya. Sel yang
lebih tinggi mencapai permukaan dan memiliki dasar
Seperti namanya, epitel silindris bertingkat tampak yang ramping dan berkontak dengan lamina basalis
berlapis tetapi sebenarnya tersusun oleh selapis sel. dan permukaan apikalnya melebar. karena sel dari -
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 90
MIKROVILI
epitel ini mempunyai ketinggian yang berbeda, nukleusnya
terletak pada ketinggian berbeda, memberikan gambaran Mikrovili berupa tonjolan sitoplasma berbentuk jari dan
epitel berlapis meskipun tersusun atas selapis sel. Epitel berukuran kecil dari permukaan sel ke dalam lumen.
silindris bertingkat ditemukan pada uretra laki-laki,
epididimis, dan duktus ekskretorius besar pada kelenjar. Saat diamati dengan mikroskop elektron, sel epitel
Tipe yang paling banyak dari epitel silindris bertingkat silindris (dan kuboid) yang dapat mengabsorpsi
ialah bersilia, mempunyai silia pada permukaan apikal sel memperlihatkan mikrovili yang tersusun padat yang
yang mencapai permukaan epitel. Epitel silindris bertingkat merupakan tonjolan sitoplasma diliputi membran dan
bersilia ditemukan melapisi sebagian besar trakea dan berbentuk menonjol dari permukaan apikal (lumen) sel
bronkus primer, tuba auditori, bagian dari rongga timpani, (Gambar 5-5). Mikrovili merupakan batas bergurat
rongga nasal, dan kantung lakrimal. pada sel absorptif usus, dan batas seperti sikat pada sel
tubulus proksimal ginjal bila diamati dengan mikroskop
Polaritas dan Spesialisasi Permukaan cahaya.
Pada sel yang kurang aktif, mikrovili mungkin saja
Sel jarang dan pendek; dalam epitel usus, yang fungsi
utamanya ialah transpor dan absorpsi, padat dan
Polaritas sel epitel dan spesialisasi permukaan sel panjangnya mencapai 1 hingga 2 µm , sehingga sangat
berhubungan dengan morfologi sel dan fungsinya. meningkatkan permukaan sel. Tiap mikrovilus
mengandung teras yang terdiri dari 25 hingga 30 filamen
Sebagian besar sel epitel mempunyai ranah fungsi, aktin, bersilangan dengan vilin, menempel pada daerah
morfologi, biokimiawi sehingga umumnya memperlihatkan amorf pada ujungnya dan meluas hingga sitoplasma,
suatu polaritas yang mungkin berhubungan dengan salah tempat filamen aktin terbenam dalam jejala terminal
satu atau semua perbedaan ini. Sel terpolarisasi seperti ini, (terminal web). Jejala terminal ialah kompleks molekul
sebagai contoh, memiliki ranah apikal yang menghadap ke aktin dan spektrin juga filamen intermedia yang terletak
lumen dan sebuah ranah basolateral yang komponen pada korteks sel epitel (Garnbar 5-6 hingga 5-8). Pada
basalnya berkontak dengan lamina basalis karena daerah - interval beraturan, miosin-1 dan kalmodulin menghub -
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 91
ungkan filamen aktin dan membran plasma mikrovilus, lainnya, seperti sel rambut aparatus vestibular telinga
untuk menyokongnya. Epitel yang tidak berfungsi dalam, hanya mempunyai silium tunggal, yang
mengabsorpsi dan mentranspor dapat mempunyai berfungsi sebagai mekanisme sensoris
mikrovili tanpa teras dari filamen aktin. Silia khusus berfungsi dalam mengeluarkan mukus
Gambaran mikroskop cahaya epitel yang diwarnai dan substansi lainnya pada permukaan epitel melalui
untuk karbohidrat memperlihatkan glikokaliks, terlihat gerakan ritmis cepat. Silia saluran napas, misalnya,
pada gambaran mikroskop elektron sebagai menggerakkan mukus dan debris ke arah orofaring,
perselubungan baur dan amorf pada permukaan luminal untuk kemudian ditelan atau dibatukkan. Silia oviduk
mikrovili. Glikokaliks merupakan residu karbohidrat menggerakkan ovum yang telah dibuahi ke arah
yang menempel pada protein transmembran plasmalema. uterus.
Fungsi glikoprotein ini ialah untuk proteksi dan Gambaran mikroskop elektron memperlihatkan silia
pengenalan sel (lihat Bab 2). memiliki struktur internal spesifik yang terdapat pada
Stereosilia (berbeda dengan silia) ialah mikrovili dunia flora dan fauna (Gambar 5-9 dan 5-10). Teras
panjang yang terdapat hanya pada epididimis dan sel silium mengandung kompleks mikrotubul yang tersusun
rambut sensoris koklea (telinga dalam). Struktur seragam yang disebut aksonem. Aksonem terdiri atas
nonmotil ini biasanya kaku karena terasnya terdiri sejumlah mikrotubul longitudinal tersusun dalam
dari filamen aktin. Pada epididimis, struktur ini organisasi 9 +2 (Gambar 5-lOB). Dua mikrotubul
kemungkinan berfungsi meningkatkan luas permukaan; yang terletak di tengah (singlet/satu unit) dikelilingi
pada sel rambut di telinga, struktur ini berfungsi oleh sembilan dublet (pasangan) mikrotubul. Dua
m embangkitkan sinyal. mikrotubul terletak di tengah teras dan terpisahkan satu
sama lain, masing-masing memperlihatkan sebuah
gambaran sirkular pada potongan melintang, tersusun
SILIA atas 13 protofilamen. Masing- masing dari sembilan
dublet tersusun atas dua subunit. Pada potongan
Silia berupa struktur panjang, motil seperti rambut yang melintang, subunit A merupakan sebuah mikrotubul
menonjol dari permukaan apikal set. Terasnya terdiri
yang terdiri atas 13 protofilamen, memperlihatkan
atas susunan kompleks mikrotubul yang dikenal sebagai
gambaran sirkular. Subunit B memiliki 10
aksonem.
protofilamen, memperlihatkan gambaran melingkar tidak
lengkap pada potongan melintang, dan tiga protofilamen
Silia merupakan tonjolan seperti rambut yang motil bersama dengan protofilamen dari subunit A.
(diameter, 0,2 µm; panjang, 7 hingga 10 µm ) terletak Beberapa kompleks protein elastin berhubungan
pada permukaan sel epitel tertentu. Pada epitel dengan aksonem. Jari-jari lingkaran dari subunit A
bersilia sistem pernapasan (seperti trakea bronkus) pada masing-masing dublet menganjur masuk ke arah
dan pada oviduk, terdapat ratusan silia dalam selubung tengah mengelilingi dua singlet. Dublet
susunan teratur pada permukaan lumen sel. sel epitel- yang berdekatan terhubung oleh neksin, protein elastin-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 92
KORELASI KUNIS
Sindrom Kartagener disebabkan oleh defek
herediter pada dinein silia yang pada keadaan
normal menyediakan energi untuk pelekukan
silia. Sehingga sel bersilia tanpa dinein fungsional
tidak dapat menjalankan fungsinya. Seseorang
yang mempunyai sindrom ini rentan terhadap
infeksi paru-paru karena sel respiratori bersilia
gagal membersihkan saluran dari debris dan
bakteri. Sebagai tambahan, lelaki dengan sindrom
ini menjadi steril karena spermanya imotil.
Gambar 5-7 Gambaran mikroskop elektron dari jejala terminal dan mikrovilus. Perhatikan bahwa filamen aktin mikrovili menempel pada jala
terminal. A, x83.060; B (inset ), x66.400. (Dari Hirokana N, Tilney LG, Fujiwara K, Heuser JE: Organization of actin, myosin , and intermediate
filaments in the brush border of intestinal epithelial cells . J Cell Biol 94: 425-443, 1982.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 94
Membran
plasma
Heterodimer
bersama
B A
Dinein
Dublet
mikrotubul
perifer
Plasmalema
Jari-jari
Neksin
Selubung
Pasangan
bagian
mikrotubul
bagian tengah tengah
Triplet
mikrotubul
Gambar 5-10 Gambaran mikroskop elektron silia. A, Potongan longitudinal silia (x36.000). B, Potongan melintang memperlihatkan
susunan mikrotubular pada silia (x88.000). (Dari Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 97
Untaian protein
transmembran Zonula okluden
Mengelilingi sel. Mencegah
materi berpindah dari lumen
Ruang ke dalam jaringan ikat.
ekstraselular
Ruang
ekstraselular Zonula adheren
Basal dari zonula okluden.
E-kaderin berikatan satu
sama lain pada ruang
interselular dan ke filamen
Filamen aktin aktin intraselular.
Filamen
intermedia
plak
Makula adheren
E-kaderin berhubungan
dengan plak; filamen
intermedia membentuk
putaran seperti jepit rambut.
Desmoglein
Hemidesmosom
lntegrin Melekatkan sel epitel ke
(protein reseptor lamina basalis di bawahnya.
transmembran)
Gambar 5-11 Kompleks tautan, taut celah atau neksus (gap junction), dan hemidesmosom. Untaian protein transmembran.
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 98
Gambar 5-12 Gambaran mikroskop elektron kompleks tautan. (Dari Fawcett DW: The Cell, 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1981.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 99
B
Gambar 5-14 Gambaran mikroskop elektron desmosom. Amati akumulasi filamen intermedia intraselular yang padat memasuki plak tiap
sel (asterisk) (Dari Fawcett DW: The Cell , 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1981.)
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 101
atau peningkatan konsentrasi Ca2+ sitosol menutup taut Permukaan basal sebagian epitel, khususnya yang
ini. Sebaliknya, pH tinggi atau konsentrasi Ca2+ rendah terlibat dalam transpor ion, memiliki banyak lipatan
membuka kanal ini. Taut ini juga memperlihatkan yang menyerupai jari pada membran plasma basal yang
karakteristik berbeda dengan permeabilitas kanal yang meningkatkan daerah permukaan plasmalerna dan
berbeda pula pada sel yang berbeda. pemisahan sitoplasma basal yang kaya akan
Neksus dapat memperlihatkan berbagai macam mitokondria.Mitokondria menyediakan energi yang
fungsi di dalam tubuh, termasuk perpindahan molekul diperlukan untuk transpor aktif ion dalam menentukan
antar sel untuk mengatur keberlangsungan fisiologis di gradien osmotik untuk memastikan pergerakan air
dalam jaringan tertentu. Sebagai contoh, saat glukosa melewati epitel, seperti pada tubulus ginjal. Kepadatan
diperlukan dalam aliran darah, sistem saraf lipatan membran plasma dipasangkan dengan susunan
menstimulasi sel hati (hepatosit) untuk memulai mitokondria di dalam lipatan membelikan gambaran
pemecahan glikogen. Oleh karena tidak semua hepatosit lurik/gurat saat diamati dengan mikroskop cahaya; ini
distimulasi satu persatu, sinyal disebarkan ke hepatosit merupakan asal istilah duktus bergurat (striated
lainnya melalui neksus, sehingga memasangkan ducts) untuk menjelaskan duktus tertentu pada pankreas
hepatosit. Taut ini juga berfungsi menyiagakan sel dan kelenjar ludah.
secara elektrik (seperti pada otot jantung dan sel otot
polos pada usus saat peristalsis), sehingga Hemidesmosom
mengkoordinasi aktivitas sel ini. Selain itu, taut ini
penting saat embriogenesis untuk menyiagakan sel Hemisdesmosom menautkan membran set basal ke
secara elektrik saat embrio berkembang dan saat lamina basalis di bawahnya.
mendistribusikan molekul penting pada seluruh massa
sel yang berpindah, sehingga tetap terkoordinasi dalam Hemidesmosom menyerupai separuh desmosom dan
jalur perkembangan yang benar. berfungsi melekatkan membran sel basal ke lamina
basalis (Gambar 5-16; juga lihat Gambar 5-11). Plak
perekat, terdiri atas desmoplakin, plektin, dan protein
KORELASI KLINIS lainnya, terdapat pada sisi sitoplasma membran plasma.
Tonofilamen keratin memasuki plak ini, tidak
Mutasi gen koneksin berhubungan dengan tuli seperti pada desmosom, yang filamennya memasuki
nonsindrom genetik dan eritrokeratodermia plak dan kemudian berputar tajam untuk keluar. Sisi
variabilis, sebuah kelainan pada kulit. Selain itu, sitoplasma protein penghubung transmembran
disfungsi migrasi sel krista neuralis saat menempel pada plak, sedangkan muatan ekstraselular
perkembangan juga berhubungan dengan mutasi berikatan dengan laminin dan kolagen tipe IV dari
gen koneksin, yang menyebabkan defek lamina basalis. Protein penghubung transmembran
pembentukan pembuluh pulmonal pada jantung. hemidesmosom ialah integrin, kelompok reseptor
matriks ekstraselular, sedangkan desmosom termasuk
kelompok kaderin yang merupakan protein perlekatan
antarsel.
KEKHUSUSAN PERMUKAAN BASAL
Pembaruan Sel Epitel
Spesialisasi permukaan basal termasuk lamina basalis,
lipatan membran plasma, dan hemidesmosom. Sel yang menyusun jaringan epitel umumnya mempunyai
waktu pergantian yang cepat, yang berhubungan dengan
Tiga ciri penting yang menandai permukaan basal Iokasi dan fungsinya. Rentang waktu pembaruan sel tetap
epitel: lamina basalis, lipatan membran plasma, dan konstan untuk epitel tertentu.
hemidesmosom, yang menambatkan membran plasma Sel pada epidermis, sebagai contoh, secara konstan
basal ke lamina basalis. Lamina basalis merupakan diperbarui pada lapisan basal dengan pembelahan sel.
struktur penyokong ekstraselular yang disekresikan Dari lapisan ini, sel mulai berpindah dari lapisan
oleh epitel dan terletak di perbatasan antara epitel germinativum ke arah permukaan, menjadi
dan jaringan ikat di bawahnya. Struktur dan tampilan terkeratinisasi saat berpindah, mati, dan terkelupas.
lamina basalis dibahas dalam Bab 4. Kejadian ini memakan waktu 28 hari. Sel epitel
lainnya diperbarui dalam rentang waktu yang lebih
Lipatan Membran Plasma pendek.
Sel yang melapisi usus halus digantikan tiap 4 hingga
6 hari oleh sel yang beregenerasi pada bagian basal
Lipatan membran plasma basal meningkatkan kripta. Sel baru kemudian berpindah ke ujung vili, mati,
permukaan yang tersedia untuk transpor. dan terkelupas. Epitel lainnya, sebagai contoh, diperbarui-
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 103
A B
Gambar 5-16 Gambaran mikroskop elektron hemidesmosom menggambarkan hubungan serat penambat bergurat (striated
anchoring fibers ISAF), tersusun atas kolagen tipe VII, dengan lamina densa dan kolagen tipe III dari lamina retikularis. c, serat
kolagen; ER, retikulum endoplasma; F, ekstensi sel. Panah lebar merupakan sisi sitoplasma hemidesmosom; asterisk merupakan plak
SAF (Dari Clermont Y, Xia L, Turner JD, Hermo L: Striated anchoring .fibrils-anchoring plaque complexes and their relation to
hemidesmosomes of myoepithelial and secretory cells in mammary glands of lactating rats. Anat Rec 237: 318-325, 1993.)
䡲 Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak submandibularis merupakan contoh kelenjar ini
mempunyai duktus, kehilangan hubungan dengan (Gambar 5-18).
epitel asalnya sehingga menyekresikan produknya ke Sel kelenjar eksokrin mempunyai tiga mekanisme
dalam pembuluh darah atau limf untuk distribusi. berbeda dalam mengeluarkan produk sekretorinya:(1)
Banyak jenis sel yang menyekresikan molekul holokrin, (2) merokrin, dan (3) apokrin (Gambar 5-19).
pengisyarat atau pensinyal yang disebut sitokin, yang Penglepasan produk sekretori kelenjar merokrin (seperti
berfungsi untuk komunikasi antarsel. Sitokin dilepaskan kelenjar parotis) terjadi dengan cara eksositosis;-
oleh sel pensinyal dan bekerja pada sel target, yang
memiliki reseptor untuk molekul pensinyal spesifik.
(pensinyalan hormon dibahas lebih rinci pada Bab 2).
Bergantung pada jarak sitokin untuk mencapai sel
target, efeknya dapat berupa salah satu dari berikut:
Kelenjar Eksokrin
Kelenjar eksokrin menyekresikan produknya melalui
duktus ke permukaan epitel asal kelenjar tersebut.
A B C
Bagian sel
Gambar 5–19 Cara sekresi: A, yang terlepas
holokrin; B, merokrin; C, apokrin. Sel sebagian
dan kandungannya yang mengalami (sekresi)
disintegrasi (sekresi).
Mikrovili
GC
Teka
Droplet
musinogen
Inti
Batang
Gambar 5–20 Gambaran mikroskop cahaya sel goblet (GC) pada
lapisan epitel ileum monyet (x540).
akibatnya, membran sel maupun sitoplasma tidak ikut Gambar 5–21 Ultrastruktur sel goblet menggambarkan granula
disekresikan. Meskipun banyak peneliti sekretori yang tersusun padat pada teka (Dari Lentz TL: Cell Fine
mempertanyakan cara sekresi apokrin, dulu dipercaya Structure: An Atlas of Drawings of Whole-Cell Structure. Philadelphia,
bahwa kelenjar apokrin (seperti kelenjar mamma WB Saunders, 1971.)
laktans) sebagian kecil dari apikal sitoplasma ikut
terlepas bersamaan dengan produk sekretoriknya. Pada Kelenjar eksokrin uniselular, yang merupakan sel
kelenjar holokrin (seperti kelenjar sebasea), saat selnya sekretori tersendiri pada epitel, ialah bentuk paling
dewasa, sel kemudian mati, dan menjadi produksi sederhana dari kelenjar eksokrin. Contohnya ialah sel
sekretorinya. goblet, yang tersebar sendiri-sendiri pada lapisan epitel
saluran cerna dan sebagian saluran napas (Gambar 5-20
Kelenjar Eksokrin Uniselular dan 5-21). Sekresi mukus yang dikeluarkan melindungi
lapisan luar saluran ini.
Kelenjar eksokrin uniselular merupakan bentuk paling
Sel goblet memperoleh namanya dari bentuknya,
sederhana dari kelenjar eksokrin.
yakni dari piala (goblet) (Gambar 5-22). Daerah
basalnya yangtipis terletak dibagian atas
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 106
Gambar 5–22 Gambaran mikroskop elektron sel goblet pada kolom kelinci (x9.114). Perhatikan beberapa kompleks Golgi (kepala panah) dan
sejumlah granula musinogen yang tersusun padat (MG) yang menempati sebagian besar bagian apikal sel. (Dari Radwan KA. Oliver MG. Specian
RD: Cytoarchitectural reorganization of rabbit colonic goblet cells during baseline secretion. Am J Anat 198: 365-376, 1990.)
lamina basalis, sedangkan bagian apikalnya yang Kelenjar eksokrin multiselular terdiri atas kelompokan
membesar, teka menghadap lumen saluran cerna atau sel sekretori dalam berbagai jenis susunan. Sel sekretori
napas. Teka diisi oleh droplet sekretori yang terikat ini tidak bekerja sendiri dan independen akan tetapi
pada membran, yang menggeser sitoplasma ke perifer berfungsi sebagai organ sekretori. Kelenjar multiselular
sel dan inti ke basal sel. Proses penglepasan musinogen dapat mempunyai struktur sederhana, dicontohkan oleh
diatur dan distimulasi oleh iritasi kimiawi dan epitel kelenjar uterus dan mukosa lambung, atau
persarafan para simpatis, menyebabkan eksositosis struktur kompleks, tersusun atas berbagai jenis unit
seluruh kandungan sekretor dari sel, sehingga sekretori dan tersusun dalam bentuk gabungan
melubrikasi dan melindungi lembaran epitel. percabangan.
Menurut penyusunan strukturnya, kelenjar
multiselular disubklasifikasikan menurut penyususunan
komponen sekretori dan duktusnya juga menurut
Kelenjar Eksokrin Mutiselular bentuk unit sekretorinya (Gambar 5-23).
Kelenjar eksokrin multielular merupakan kelompokan unit
Kelenjar multiselular diklasifikasikan sebagai
sekretori.
sederhana atau simpleks jika duktusnya tidak
bercabang dan kompleks jika duktusnya
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 107
Bagian
sekretori
Tubular simpleks Tubular bercabang Tubular bergelung Asinar simpleks Asinar bercabang simpleks
simpleks simpleks
Duktus
Gambar 5–23 Klasifikasi kelenjar eksokrin multiselular. Hijau melambangkan bagian sekretori kelenjar: Lavender melambangkan bagian
duktus.
Sel mioepitel
Duktus interkalaris
Duktus bergurat
Sel serosa
Asinus serosa
Asinus mukosa
Duktus utama
Demiluna serosa
Duktus lobaris Sel mukosa
Duktus
intralobularis
Duktus
intralobularis
Duktus
interkalaris
Asinus
Kelenjar multiselular
Lobulus
Gambar 5–24 Kelenjar saliva: susunan, unit sekretori, dan sistem duktus
Ch005-X2945.qxd 12/8/06 3:24 PM Page 109
Sistem Neuroendokrin Difus berbagai hormon parakrin dan endokrin (Gambar 5-26).
Oleh karena sel ini dapat mengambil prekursor amin dan
Sistem neuroendokrin difus memproduksi hormon parakrin an asam amino dekarboksilasi, sel ini disebut juga sel APUD
endokrin. (amine precursor uptake and decarboxylation). Dahulu
sebagian dari jenis sel ini disebut dengan sel argentafin
Sel endokrin tersebar pada seluruh saluran sistem dan argiofil karena sel ini terwarnai oleh garam perak.
pencernaan dan pernapasan diselingi oleh sel Jenis sel ini sekarang disebut dengan DNES, yang akan
sekretori lainnya. Sel ini, merupakan bagian dari dibahas rinci dalam Bab 17.
sistem neuroendokrin difus (DNES), memproduksi
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 111
6䡲 䡲 䡲
Jaringan Penyambung
Jaringan penyambung (yang lebih dikenal dengan jaringan 䡲 Memberikan sokongan struktural
ikat), sebagaimana namanya, membentuk struktur yang 䡲 Sebagai media pertukaran
berkelanjutan dengan jaringan epitel, otot, dan saraf; juga 䡲 Membantu fungsi pertahanan dan perlindungan
dengan komponen jaringan penyambung lainnya, untuk tubuh
memelihara fungsi tubuh secara menyeluruh. Sebagian 䡲 Membentuk lokasi penyimpanan lemak
besar jaringan penyambung berasal dari mesoderm,
Tulang, tulang rawan, dan ligamen yang merangkai
bagian tengah lapis germinal pada jaringan embrional. Pada
tulang-tulang, sebagaimana juga tendon yang melekatkan
bagian ini, mesenkim, atau sel-sel multipoten pada
otot ke tulang, semuanya berfungsi sebagai penyokong.
embrio, akan berkembang, meskipun pada beberapa area
Demikian juga jaringan penyambung yang membentuk
pada kepala dan leher, sel-sel mesenkim juga berkembang
simpai pembungkus organ serta stroma yang menyusun
dari sel-sel krista neurahs. Sel-sel mesenkim bermigrasi ke
rangka organ, memiliki fungsi penyokong. Jaringan
seluruh tubuh, menjadi sumber jaringan penyambung dan
penyambung juga berfungsi sebagai media pertukaran
sel-selnya, termasuk tulang, tulang rawan, tendon, simpai,
sisa metabolisme, nutrien, dan oksigen antara darah
darah dan sel-sel hemopoetik, dan sel-sel limfoid (Gambar
dan berbagai sel tubuh.
6-1).
Fungsi pertahanan dan perlindungan dilakukan
oleh (1) sel-sel fagositik, yang akan menyelubungi dan
Jaringan penyambung matur digolongkan menjadi menghancurkan debris seluler, partikel asing, dan
jaringan penyambung sejati, yang sebagian besar mikroorganisme; (2) sel-sel imunokompeten dalam tubuh,
dibahas dalam bab ini, serta jaringan penyambung yang menghasilkan antibodi terhadap antigen;
khusus (antara lain tulang rawan, tulang, dan darah), dan (3) beberapa sel yang memproduksi substansi
yang akan dibahas secara detil dalam Bab 7 dan 10. farmakologik yang akan mengontrol inflamasi. Jaringan
Komposisi jaringan penyambung atau jaringan ikat penyambung juga membantu melindungi tubuh
adalah sel serta matriks ekstraseluler. Matriks ekstraseluler dengan membentuk sawar/barrier fisik terhadap invasi
terdiri atas substansi dasar dan serat (Gambar 6-2 dan 6-3). dan penyebaran mikroorganisme.
Sel adalah bagian terpenting pada jaringan penyambung
jenis tertentu, sementara itu serat adalah komponen
terpenting pada jaringan penyambung jenis lainnya. MATRIKS EKSTRASELULER
Contohnya, fibroblas adalah komponen sel terpenting pada Matriks ekstraseluler, yang terdiri atas substansi dasar
jaringan penyambung longgar, karena sel ini membentuk dan serat, memberikan tahanan terhadap kompresi dan
serta memelihara serat dan substansi dasar yang akan peregangan. Komponen matriks ekstraseluler dijelaskan
membentuk matriks ekstraseluler. Contoh lain, fibroblas dalam Bab 4, dan gambaran umumnya secara singkat
juga bagian terpenting dalam pembentukan tendon dan digambarkan dalam bab ini.
ligamen. Pada jaringan penyambung jenis lainnya,
substansi dasar adalah merupakan komponen terpenting Substansi Dasar
karena melalui substansi dasar itulah beberapa jaringan
penyambung khusus melaksanakan fungsinya. Karenanya, Substansi dasar adalah materi amorf terhidrasi yang
ketiga komponen tersebut sangat penting agar jaringan terdiri atas glikosaminoglikans, polimer disakarida
penyambung dapat berfungsi di dalam tubuh. ganda yang panjang dan tak bercabang; proteoglikans,
suatu inti protein tempat berbagai glikosaminoglikans
berikatan secara kovalen; dan glikoprotein adhesif,
suatu makromolekul besar yang bertanggung jawab
terhadap pengikatan berbagai komponen matriks
FUNGSI JARINGAN ekstraseluler satu sama lain serta dengan integrin dan
PENYAMBUNG distroglikans pada membran sel (lihat Bab 4 dan
Meskipun berbagai fungsi telah disematkan kepada Gambar 4-3).
jaringan penyambung, beberapa fungsi utamanya Glikosaminoglikans terdiri atas dua jenis utama:
adalah: tersulfatasi, termasuk di antaranya adalah keratan sulfat, -
111
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 112
Sel mesenkimal
tidak berdiferensiasi
Sel
Kondroblas Adiposit endotel
Osteoblas
Fibroblas Sel
mesotel
Kondrosit Osteosit
Sel punca
hematopoetik
Sel darah
Prekursor merah
limfosit
Limfosit T
Monosit Netrofil
Limfosit B
Sel mast
Sel plasma
Eosinofil
Makrofag
Basofil
Osteoklas Megakariosit
Gambar 6-1 Asal sel-sel jaringan penyambung (tidak digambar dalam skala).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 113
Kolagen
Sel
C endotel Sel lemak
Parisit
E
Fibroblas
Makrofag
Sel
plasma
Serat
elastin
Gambar 6-2 Gambaran jaringan ikat longgar (areolar) dengan
mikroskop cahaya, memperlihatkan serat kolagen (C) dan elastin (E )
dan beberapa jenis sel lain yang umum didapatkan pada jaringan Sel
penyambung longgar (xl32). mast
snya berkaitan dengan mikrofibril. Elastin adalah materi amorf dan akan mensintesis matriks ekstraseluler jaringan
dengan komponen asam amino utama glisin dan prolin. penyambungan (lihat Gambar6-1).
Selain itu elastin banyak mengandung lisin, yaitu asam amino Fibroblas merupakan sel penyusun jaringan penyambungan
yang bertanggung jawab terhadap pembentukan residu yang paling tidak terpesialisasi sehingga dapat menyusun
desmosin yang sangat mudah berdeformasi, sehingga beberapa populasi dengan fungsi berbeda pada beberapa area
memberikan kemampuan elastisitas yang tinggi pada serat ini. tubuh tertentu. Karena fibroblas matur dan imatur dapat
terletak berdampingan, sel imatur sulit dibedakan dengan sel
UNSUR SELULER mesinkim. Pada keadaan tertentu (tergantung kepada ada/
tidaknya sinyal pembentukan protein), fibroblast imatur akan
Sel pada jaringan penyambungan dikelompokkan dalam 2 berdiferensiasi menjadi sel lain pada jaringan penyambungan
kategori; sel tetap dan sel kembara (lihat Gambar 6-1). (antara lain sel lemak, osteoblas,kondroblas, and
Sel tetap merupakan kelompok sel yang menetap, miofibroblas).
berkembang, dan tetap berada dalam jaringan Fibrovlas dapat berbeda dalam keadaan aktif maupun
penyambung untuk melaksanakan fungsinya. Sel yang tenang. Sebagian ahli histologi membedakan dua keadaan ini,
menetap adalah sel yang stabil dan berumur panjang, dan menyebut sel yang tenang sebagai fibrosit.
antara lain: Bagaimanapun kerena kedua keadaan ini merupakan kondisi
䡲 Fibroblas peralihan, istilah yang digunakan pada bagian ini adala
䡲 Sel lemak fibroblas.
䡲 Perisit
Fibroblas aktif seringkali ditemukan di dekat berkas
䡲 Sel mast
kolegen dan terletak paralel dengan sumbu panjang serat
䡲 Makrofag
kolagen (Gambar 6-4). Karena fibroblas terelongsasi,
Selain itu, beberapa penulis mempertimbangkan berbentuk fusiform yang sitoplasmanya terpulas pucat; maka
beberapa jenis makrofag (misalnya sel Kupffer pada dengan pewarnaan hematoksilineosin (H&E) sulit dibedakan
hepar) untuk dikategorikan ke dalam sel tetap jaringan dengan kolagen (lihat Gambar 6-18). Bagian paling jelas dari
penyambung. fibroblas adalah nukleus yang berbentuk ovoid yang terpulas
Transient cells (sel bebas atau sel kembara) terutama gelap, berukuran beasar, granular, dan terdapat nukleolus
berasal dari sumsum tulang dan beredar di dalam aliran dara. gelap yang terlihat jelas di dalamnya. Dengan mikroskop
Stimulus atau sinyal yang adekuat menyebabkan sel-sel ini elektron, aparatus Golgi tampak jelas dan banyak
meninggalkan peredaran darah menuju jairngan mengandung rough endoplasmic reticulum (RER) di dalam
penyambungan untuk menjalankan fungsi spesifikasinya. fibroblas khususnya saat sel aktif mebentuk matriks
Karena kebanyakan sel-sel aktif ini berumur pendek, meraka intraseluler misalnya dalam proses penyembuhan luka, Aktif
harus digantikan secara terus menerus oleh populasi besar sel dan alfa-aktinin berkolasi di perifer sel, sedangkan miosin
panca. Beberapa jenis sel kembara antara lain: terdapat dalam sitoplasma.
䡲 Sel plasma Berbeda dengan fibroblas aktif, fibroblas inaktif
䡲 Limfosit berukuran lebih kecil, lebih lonjong, dan sitoplasmanya
䡲 Netrofil asidofilik. Nukleusnya juga berukuran lebih kecil, terelongasi,
䡲 Eosinofil dan terpulas lebih gelap. Di bawah mikroskop elektron,
䡲 Basofil terlihat RER dengan jumlah sedikit namun ribosom bebas
䡲 Monosit
berjumlah sangat banyak.
䡲 Makrofag
KORELASI KLINIS
Sel Tetap pada Jaringan Penyambung Meskipun termasuk dalam sel yang menetep di dalam
Empat jenis sel tetap jaringan penyambungan akan jaringan penyambungan, fibroblas juga memiliki
dideskripsikan pada bagian ini. Makrofag, yang menunjukkan kemampuan untuk bergerak. Fibroblas jarang
ciri sel tetap dan sel kembara, akan dibahas lebih lanjut dalam mengalami pembelahan, namun pembelahan fibroblas
bagian "Makrofag" dimungkinkan terjadi pada proses penyembuhan luka.
Sel-sel ini, bagaimanapun juga, dapat berdiferensiasi
Fibroblas pembentukan fibrokartilago), dan osteblas (pada
kondisi patologis).
Fibroblas adalah jenis sel yang paling banyak ditemukan di
jaringan penyambung, bertanggung jawab/berfungsi mensintesis
hampir seluruh komponen dari matriks ekstraseluler.
Miofibroblas
Fibroblas, yang merupakan sel menetap yang paling Miofibroblas adalah modifikasi fibroblas yang memiliki
berlimpah dan terdistribusi secara luas di dalam jaringan penya- karakteristik yang mirip dengan fibroblas dan sel otot
mbungan, berasal dari sel mesinkim yang tidak berdiferensiasi- polos.
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:35 PM Page 115
Secara histologis, fibrobal dan miofibroblas tidak mudah si. Dalam beberapa kondisi, perisit bisa berdiferensiasi
dibedakan dengan mikroskop cahaya biasa. Dengan menjadi sel lain. Perisit dibahas lebih dalam di Bab11.
menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa miofibroblas
memiliki berkas filamen aktin dan miosin serta dense bodies Sel Lemak
yang mirip dengan yang terdapat pada sel otot polos. Selain
itu, permukaan intinya juga menyerupai permukaan inti sel Sel lemak adalah sel yang berdiferensiasi sempurna, berfungsi
otot polos. Perbedaan miofibriblas dengan sel otot polos dalam sintesis, penyimpanan, dan penglepasan lemak.
adalah tidak terdapatnya lamina eksternal (lamina basal).
Miofibroblas merepresentasikan modifikasi peralihan fibroblas Sel lemak, atau adiposit, berasal dari sel mesenkim yang
sebagai akibat adanya kontak dengan molekul sinyal pada tidak berdiferensiasi yang menyerupai fibroblas (Gambar
matriks interseluler regional. Miofibroblas sangat banyak 6-5; lihat juga Gambar 6-1 dan 6-3), meskipun dalam
ditemukan pada daerah penyembuhan luka, untuk menjalankan beberapa keadaan para ahli histologi meyakini bahwa
fungsi kontraksi luka Miofibroblas juga ditemukan pada fibroblas dapat berubah menjadi sel lema. Sel lemak
ligamen periodontal, kemungkinan untuk membantu proses berdiferensiasi sempurna dan tidak mengalami pembelahan
erupsi gigi. sel. Mereka berfungsi dalam sintesis dan penyimpanan
trigliserida. Terdapat dua jenis sel lemak yang membentuk
Perisit dua jenis jaringan lemak yang berbeda. Sel-sel droplet lipid
yang tunggal dan berukuran besar, disebut sel lemak
Perisit mengelilingi sel endotel kapiler dan vena kecil unilokular, membentuk jaringan lemak putih; dan sel
dan secara teknis berada di luar kompartemen jaringan dengan droplet lipid yang multipel dan berukuran kecil,
penyambung, karena perisit memiliki lamina basalnya disebut sel lemak multilokular, membentuk jaringan
sendiri. lemak cokelat. Sebagaimana akan dibahas selanjutnya,
terdapat perbedaan dalam distribusi dan histofisiologi kedua
Perisit berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiiferensiasi, macam jaringan lemak ini. Dalam bab ini dijelaskan
sebagian mengelilingi sel endotelkapiler dan vena kecil karakterisitik sel lemak itu sendiri.
(lihat Gambar 6-3). Sel-sel perivaskular yang multipoten ini Sel lemak pada jaringan lemak putih merupakan sel
berada di luar kompartemen jaringan penyambung karena besar bebentuk sferis, dengan diameter maksimal 120 nm.
memiliki lamina basal sendiri, yang akan bersatu dengan Sel lemak akan berbentuk polihedral saat berdasarkan
lamina basal sel endotel. perisit memiliki karakteristik sel untuk membentuk jaringan lemak (Gambar 6-6). Sel lemak
endotel dan sel otot polos yaitu memiliki aktin, miosin, dan teruss menerus menyimpan lemak dalam bentuk droplet
traopomiosin; menunjukkan bahwa mereka berfungsi kontrak- tunggal, yang membesar sampai sitoplasma dan nukleus ter-
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 116
desak ke perifer, berhadapan dengan membran plasma, Penyimpanan dan Penglepasan Sel Lemak
sehingga akan didapatkan gambaran "signet ring" saat dilihat oleh Jaringan Lemak
dengan mikroskop cahaya. Melaluli mikroskop elektron, Selama prosos pencernaa, lemak dirombak di duodenum oleh
terlihat kompleks Golgi berukuran kecil di dekat nukleus, lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol. Epitel
sedikit ribosom, sedikit RER, namun terdapat banyak sekali intestinal menyerap substansi-substansi terssebut dan terjadi
ribosom bebas. Bahwa droplet lemak tidak berikatan dengan proses reesterifikasi di SER menjadi trigliserida, yang
membran terlihat jelas dengan mikroskop elektron namun kemudian akan diselubungi protein untuk menjadi kilomikron.
tidak terlihat jelas dengan mikroskop cahaya. Permukaan luar
membran plasma diselubungi oleh substansi yang Kilomikron dilepaskan ke dalam ruangan ekstraseluler pada
menyerupai lamina basal. Dalam keadaan puasa, permukaan membran basolateral dari permukaan sel-sel absorptif,
sel menjadi ireguler, terdapat tonjolan yang mirip memasuki villus lakteal, dan dibawa oleh limf ke aliran darah.
pseudopodia. Selain itu, very low density lipoprotein (VLDL) yang
disintesis di haper, dan asam lemak yang berikatan dengan
Sel lemak multilokular sangat berbeda dengan sel lemak albumin, juga ditemukan di aliran darah.
unilokular pada beberapa hal. Pertama, sel lemak cokelat Di dalam kapiler pada jaringan lemak, VLDL, asam lemak,
berukuran lebih kecil dan lebih poligonal dari sel lemak dan kilomikron, akan terpapar pada lipase lipoprotein
putih. Lebih jauh lagi, karena sel lemak cokelat menyimpan (dibuat oleh sel lemak), yang akan menguraikannya menjadi
lemak dalam bentuk beberapa droplet kecil makan nukleus asam lemak dan gliserol didalam sel mereka sendiri dengan
yang berbentuk sferis tidak terdesak ke membran plasma. Sel asam lemak dari luar, untuk membentuk trigliserida, yang
lemak multilokular mengandung banyak mitokondria namun kemudian akan membentuk droplet lipid dalam sel-sel lemak
lebih sedikit ribosom bebas dibantidngkan sel lemak hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan. Sel-sel lemak
unilokular (Gambar 6-7). Meskipin sel lemak cokelat tidak dapat mengubah glukosa dan asam amino menjadi asam
mengandung RER, namun mereka memiliki retikulum lemak melalui stimulasi unsulin.
endoplasma halus/smooth endoplasmic reticulum (SER). Norepinefrin akan dilepaskan dari ujung neuron
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 117
ah kecil. Mereka juga terdapat dalam jaringan Aktivitas Sel Mast dan Degranulasi
penyambungan subepitetial pada sistem respirasi dan
pencernaan. Sel mast pada jaringan penyambungan Sel mast memiliki reseptor permukaan Fc dengan afinitas tinggi
granulanya kebanyakan mengandung heparin di dalam, (FceRI) untuk imunoglobulin E (IgE). Sel mast berfungsi dalam
sementara sel mast pada saluran cerna mengandung sistem imun dengan memulai respons inflamasi yang dikenal
kondrointin sulfat, bukan heparin. Sel yang disebut sebagai reaksi hipersensitivitas segera (bentuk sistemiknya
terakhir ini disebut sel mast mukosa. dikenal sebagai reaksi anafilaktik, yang bisa mengakibatkan
kematian). Respons ini secara umum distimulasi oleh protein
Penyebab terbentuknya dua macam populasi sel mast
asing (antigen) seperti sangat lebah, pollen, dan obat-obatan
belumlah dipahami. Lebih jauh lagi, dipastikan bahwa
tertentu, sebagai berikut:
sel mast bervariasi secara fenotip, morfologi,
histokimia, kandungan mediator, dan respons. 1 Pemaparan awal terhadap salah satu antigen tersebut akan
Karenanya, populasi sel mast yang berbeda secaara menyebabkan pembentukan IgE, yang akan berkaitan dengan
fenotip kemungkinan juga mempunyai fungsi berbeda resptor FceRI pada plasmalema sel mast, yang kemudian akan
dalam keadaan sehat dan sakit. mensensitisasi sel tersebut.
Sebagai contoh, sel mast mukosa melepaskan 2 Pada pemaparan berturutan terhadap antigen yang sama,
histamin untuk memfasilitasi aktivitas sel parietal di antigen berkaitan dengan IgE pada permukaan sel mast,
dalam lambung untuk memproduksi asam klorida (asam menyebabkan ikatan silang pada ikatan IgE dan mengakibat-
lambung).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 119
Gambar 6-9 Gambaran mikroskop cahaya sel mast (tanda panah) pada Gambar 6-10 Gambaran mikroskop elektron sel mast pada tikus
jaringan penyambung monyet (x540). Granula di dalam sel mast (x5.500). Perhatikan granula padat yang mengisi sitoplasma (Dari
mengandung histamin dan agen prekursor farmakologik lainnya. Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of Histology.
Philadelphia, WB Saunders, 1988.)
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 120
kan reseptor mengelompok (Gambar 6-11). Peningkatan Ca2+ sitosolik menyebabkan granula sekresi
3 Ikatan silang dan pengelompokan tersebut menyebabkan menyatu satu sama lain, dan juga dengan membran sel.
membrane-bound receptor coupling factors teraktivitas; Proses ini mengakibatkan degranulasi, penglepasan isi
yang akan memulai setidaknya dua proses yang tidak granula, yaitu histamin, heparin, protease netral, aril sulfatase
berhubungan - penglepasan mediator primer dari granula dan enzim lainnya, faktor kemotaktik eosinofil, dan faktor
kemotaktik neutrofil.
dan sintesis serta penglepasan mediator sekunder dari
prekursor asam arakhidonat dan dari sumber sitoplasma dan 6 Ikatan silang IgE yang terikat membran juga
membran lipid lainnya. mengaktivitasi fosfolipase A2 yang bekerja pada membran
4 Penglepasan mediator preformed (mediator primer) terjadi fosfolipid untuk membentuk asam arakhidonat.
akibat aktivitas siklase adenilat, suatu enzim yang 7 Asam arakhidonat diubah menjadi mediator sekunder
bertanggung jawab dalam proses perubahan adenosin difosfat yaitu lekotrin C4, D4, dan E4, prostaglandin D2, dan
(ADP) menjadi cAMP. tromboksan A2. Sel mast juga melepaskan substansi-
substansi farmakologis lainnya yang baru dibentuk dan juga
5 Peningkatan kada cAMP ini menyebabkan aktivitas
sitokin. Penting diingat bahwa berbagai mediator sekunder
penglepasan ion kalsium (Ca2+) dari tempat penyimpanan
tersebut tidak tersimpan di dalam granula namun diproduski
intraselular dan memfasilitasi inluks dari sumber ekstraselular. dan kemudian langsung dilepaskan.
Antigen IgE
Reseptor
Fc
Faktor pemasangan
("coupling") reseptor
2 Aktivasi siklase
adenilat
3 Aktivasi kinase
protein
4 Fosforilasi
protein
5 Penglepasan
Ca2+
5a Aktivasi 6 Penyatuan
fosfolipase granula-granula
7 Penglepasan Kondroitin sulfat
kandungan granula Histamin
6a Konversi asam Heparin
arakhidonat di ECF
membran NCF
Aryl sulfatase
7a Sekriasi:
Lekotrin
Thromboksan
Prostaglandin
Gambar 6-11 Ikatan antigen dan ikatan silang kompleks imunoglobulin E (lgE)-reseptor pada membran sel mast. Peristiwa ini memicu rangkaian
respons sehingga akan terjadi sintesis dan penglepasan leukotrien dan prostaglandin , akan terjadi juga degranulasi , sehingga akan dilepaskan
histamin , heparin , eosinofil chemotactic factor (ECF), dan neutrophil chemutactic factor (NCF).
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 121
Tabel 6-1 memuat berbagai sumber asal dan aktivitas genantibodi, menghancurkan parasit yang muncul, dan
mediator primer dan sekunder penting yang dilepaskan sel membatasi respons inflamasi.
mast selama proses reaksi hipersensitif segera. Berbagai 4 Faktor kemotaktik neutrofil akan menarik neutrofil ke
mediator ini memulai respons inflmasi, mengaktifkan system tempat terjadinya inflamasi. Sel-sel ini kemudian akan
pertahanan tubuh dengan menarik lekosit menuju tempat memfagosit dan membunuh mikroorganisme (jika muncul).
inflamasi, dan meningkatkan derajat inflmasi. 5 Leukotrein C4, D4, dan E4 meningkatkan permeabilitas
TAHAPAN DAN BERBAGAI PERISTIWA vaskular dan menyebabkan bronkospasme. Zat-zat tersebut
PADA RESPONS INFLAMASI memiliki efek vasoaktif ribuan kali lebih besar dibandingkan
1 Histamin menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan dengan histamin.
permeabilitas vaskular pada pembuluh darah yang 6 Prostaglandin D2 menyebabkan bronkospasme
dipengaruhinya. Histamin juga menyebabkan bronkospasme sekresi mukus oleh lapisan mukosa bronkus.
dan meningkatkan produksi mukus pada saluran pernapasan. 7 PAF menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular.
2 Komponen-komplemen keluar dari pembuluh darah dan 8 Tromboksan A2 adalah mediator agregasi platelet yang
dipecah oleh protease netral menjadi zat-zat tambahan kuat dan juga menyebabkan vasokonstriksi. Tromboksan A2
pada inflmasi. cepat berubah menjadi tromboksan B2, bentuk inaktifnya.
3 Faktor kemotaktik eosinofil akan menarik eosinofil ke 9 Bradikinin adalah vasodilator kuat yang menyebabkan
tempat inflamasi. Sel-sel kemudian memfagosit kompleks anti- permeabilitas vaskular. Bradikinin juga bertanggung jawab
dalam mekanisme nyeri.
TABEL 6-1 Mediator Primer dan Sekunder Utama yang Dilepaskan oleh Sel Mast
Aril sulfatase Primer Granula Menginaktivasi leukotrien C4, untuk membatasi respons
inflamasi
Makrofag
KORELASI KLINIS
Makrofag termasuk dalam sistem fagosit mononuklir
Penderita hay fever mengalami gejala alergi dan terbagi menjadi dua kelompok sel, fagosit dan
akibat penglepasan histamin oleh sel mast di 'antigen-presenting cells'.
mukosa nasal, menyebabkan edema lokal karena
peningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, beberapa
Edema mukosa berdampak pada rasa penuh dan makrofag memiliki karakteristik sebagai sel tetap dan
kesulitan bernapas. sebagian lainnya sebagai sel kembara. Karena rnakrofag
Penderita serangan asma mengalami adalah fagosit aktif, fungsinya adalah membersihkan
kesulitan bernapas karena bronkospasme yang debris selular dan melindungi tubuh terhadap benda/unsur
disebabkan penglepasan leukotrien di paru. asing.
Karena degranulasi sel mast seringkali Makrofagmemiliki diameter 10 sampai 30 nm, dan berbentuk
merupakan fenomena lokal, jenis inflamasi yang tidak teratur (Gambar 6-12). Permukaan selnya tidak rata dan
terjadi biasanya ringan dan spesifik sesuai tempat bervariasi bentuknya, ada yang berupa tonjolan pendek dan
terjadinya inflamasi. Namun, risiko juga bisa tumpul, sampai berupa filopodia seperti jari. Makrofag yang
didapatkan pada mereka yang hiperalergik, lebih aktif memiliki lipatan dan lekuk pada membran plasma,
yang bisa mengalami reaksi hipersensitivitas sabagai akibat pergerakan sel dan fagositosis. Sitoplasmanya
segera (anafilaktik sistemik) menyusul paparan basofilik dan mengandung banyak vakuola kecil dan granula
sekunder terhadap alergen (misalnya sengatan pada yang berukuran kecil. Nukleus yang eksentrik pada
serangga, antibiotika ). Reaksi ini (syok makrofag berukuran lebih kecil dan lebih terpulas delap
anafilaktik), di antaranya adalah pernapasan dibandingkan dengan nukleus fibroblas, dan biasanya tidak
yang pendek dan penurunan tiba-tiba tekanan mempunyai nukleolus. Nukleus makrofag berbentuk khas, yaitu
darah, dapat terjadi dalam beberapa detik sampai ovoid dan biasanya berindentasi pada satu sisi, sehingga
beberapa menit dan dapat mengakibatkan menyerupai bentuk ginjal. Melalui mikroskop elektron terlihat
kematian (dalam waktu beberapa jam) jika tidak aparatus Golgi berkembang baik RER jelas, dan lisosom sangat
segera ditangani. Individu yang rentan terhadap banyak terlihat sebagai granula yang kecil dan padat di bawah
kondisi ini biasanya mengenakan gelang mikroskop cahaya.
kedaruratan medik yang akan menarik perhatian Saat makrofag muda mulai matur, ukurannya
untuk pertolongan medik segera sesuai bertambah, dan meningkat pula profil RER, kompleks
kebutuhan. Golgi, mikrotubul, lisosom, mikrofilamen, dan sintesis
protetin.
KC
KC
Sel Plasma
Sel plasma berasal dari limfosit B dan
membentuk antibodi.
Badan Golgi
Retikulum
endoplasma
Mitokondria kasar (RER)
Heterokromatin
1998.)
Jaringan Penyambungan/Ikat Longgar (Areolar) Jaringan ikat padat mengandung lebih banyak serat dan
sedikit sel dibandingkan dengan jaringan ikat longgar.
Jaringan penyambungan longgar (areolar) terdiri atas serat-
serat yang tersusun longgar dan sel-sel yang tersebar di Jaringan ikat padat mengandung sebagian besar komponen
dalam substansi dasar serupa gel. yang sama dengan jaringan ikat longgar, kecuali bahwa ia
memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel. Arab dan
Jaringan ikat longgar, dikenal juga sebagai jaringan pengaturan berkas-berkas kolagen pada jaringan ini
ikat areolar, mengisi ruang di bawah kulit, berada di bawah menyebabkannya tahan terhadap tekanan. Jika berkas kolagen
lapisan mesotel yang melapisi rongga tubuh, tunika tersusun acak, maka jaringan ini disebut jaringan ikat padat
adventisia pembuluh darah, dan di sekeliling parenkim ireguler. Sedangkan jika berkas kolagen tersusun secara paralel
kelenjar. Jaringan ikat longgar pada lapisan mukosa (seperti atau dalam susunan yang teratur maka disebut jaringan ikat
pada saluran cerna) disebut juga lamina propria. padat reguler, yang terbagi dalam tipe kolagen dan elastis.
Ch006-X2945.qxd 15/8/06 2:36 PM Page 127
CF
KORELASI KLINIS
pada lemak putih). Maka, meskipun orang dewasa sepertinya Tumor jaringan lemak dapat bersifat jinak atau
hanya memiliki jaringan lemak unilokular, terdapat bukti ganas. Lipoma adalah tumor jinak adiposit yang
bahwa merekapun memiliki lemak cokelat. Gambaran ini bisa umum ditemukan, sementara liposarkoma
diperlihatkan pada kondisi beberapa penyakit pada orang tua, adalah tumor ganas adiposit. Liposarkoma
dimana sel lemak multilokular terbentuk kembali di area yang umumnya ditemukan pada daerah tungkai dan
sama dengan neonatus. jaringan retroperitoneal, meskipun bisa juga
Lemak cokelat berhubungan dengan produksi terbentuk di bagian tubuh manapun. Sel tumor
panas tubuh karena terdapat mitokondria dalam jumlah besar dapat menyerupai adiposit unilokular maupun
pada adiposit multilokular yang menyusun jaringan sel. Sel ini multilokular, sebuah indikator bahwa individu
dapat mengoksidasi asam lemak sampai duapuluh kali lebih ba- dewasa memiliki kedua jenis jaringan lemak ini.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 131
dan Tulang
Kartilago dan tulang termasuk jaringan penyambung khusus. 䡲 Kartilago hialin mengandung kolagen tipe II di dalam
Kartilago rnemiliki ciri matriks yang kuat dan mampu menahan matriksnya; merupakan kartilago yang paling banyak
tekanan mekanik. Matriks tulang adalah salah satu jaringan terdapat pada tubuh dan memliki beragam fungsi.
terkeras pada tubuh, dan juga mampu menahan tekanan yang 䡲 Kartilago elastis mengandung kolagen tipe II dan serat
diberikan kepadanya. Kedua jenis jaringan penyambung ini elastin yang sangat banyak di dalam matriksnya, sehingga
memiliki sel khusus yang mampu mensekresikan matriks yang lebih lentur.
selanjutnya akan mengurung sel-sel tersebut. Meskipun 䡲 Fibrokartilago memiliki kolagen tipe I yang padat dan
kartilago dan tulang memiliki fungsi yang berbeda, beberapa tampak kasar di dalam matriksnya, memungkinkannya
fungsi mereka sama dan saling berhubungan. Keduanya terlibat tahap terhadap regangan yang kuat.
dalam menyokong tubuh karena berperan pada sistem rangka. Perikondrium adalah selubung jaringan penyambung
Kebanyakan tulang panjang pada tubuh di masa embrio yang menutupi sebagian besar kartilago. Perikondrium
terbentuk sebagai kaltilago, yang kemudian akan digantikan memiliki lapisan fibrosa di sisi luar dan lapisan selular di sisi
oleh tulang; proses ini disebut sebagai penulangan dalamnya yang mensekresikan matriks kartilago.
endokondral. Sebagian besar tulang pipih terbentuk di dalam Perikondrium bersifat vaskular, dan pembuluh darah di
selubung membran yang sebelumnya sudah ada sebagai suatu dalamnya mensuplai nutrisi bagi sel-sel kartilago. Pada area
cetakan; karenanya metode esteoganesis ini disebut juga dimana kartilago tidak memiliki perikondrium (misalnya pada
penulangan intramembranosa. permukaan sendi pada tulang), sel-sel kartilago mendapat
nutrisi dari cairan sinovial di permukaan sendi. Perikondrium
KARTILAGO didapatkan pada kartilago elastis dan sebagian besar karilago
hialin, namun tidak ditemukan pada fibrokartilago.
Kartilago memiliki sel yang disebut kondrosit, yang berada
pada rongga kecil yang disebut lakuna, di dalam matriks Kartilago Hialin
ekstraselular yang disekresikan kondrosit tersebut. Substansi
pada kartilago bersifat avaskular dan juga tidak memiliki saraf
atau pembuluh limf; namun sel-sel mendapatkan nutrisi dari Kartilago hialin, adalah jenis kartilago yang paling
pembuluh darah yang mengelilingi jaringan penyambung, banyak didapatkan pada tubuh, akan menjadi rangka
melalui proses difusi pada matriks. Matriks ekstraselular terdiri bagi penulangan endokondral.
atas glikosaminoglikans dan proteoglikans, yang
berhubungan erat dengan kolagen dan serat elastin di dalam Kartilago hilain, merupakan substansi berwarna abu-abu
matriks. fleksibilitas dan resistensi terhadap tekanan yang kebiruan, agak transparan, dan lentur, adalah kartilago yang
dimiliki kartilago memungkinkannya berfungsi sebagai paling banyak didapatkan di tubuh. Lokasinya antara lain
peredam kejut, dan permukaannya yang licin memungkinkan terdapat pada hidung dan laring, bagian akhir sisi ventral
terjadinya gerak yang hampir bebas friksi pada sendi, dimana permukaan costae, dan permukaan yang bergerak pada sencli
kartilago melapisi permukaan sendi pada tulang. tubuh. Selain itu, kartilago juga merupakan cetakan bagi
Terdapat tiga macam kartilago berdasarkan serat yang ter- sebagian besar tulang selama perkembangan embrionik dan
dapat pada matriksnya (Gambar 7- 1 dan Tabel 7-1): membentuk lempeng epifisis pada tulang yang sedang tumbuh
(lihat Tabel 7-1).
131
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 132
Matriks
Interteritorium pada area tempat terbentuknya kartilago, sel-sel mesenkim
tunggal menarik prosesus mereka, melingkar, kemudian akan
Lakuna tanpa
kondrosit mengumpul menjadi masssa padat yang disebut pusat
pembentukan tulang rawan. Sel-sel ini akan berdiferensiasi
Kelompok isogen menjadi kondroblas dan mulai mensekresikan matriks
Kondrosit
kartilago tertentu di sekeliling mereka. Saat proses ini berlanjut,
di lakuna kondroblas terkurung di dalam matriksnya sendiri sebagai
kompartemen tunggal berukuran kecil yang disebut lakuna.
Kondroblas yang dikelilingi oleh matriks disebut sebagai
kondrosit (Gambar 7-2). Sel-sel ini masih mampu membelah
KARTILAGO ELASTIS
diri, membentuk kelompokan yang terdiri atas dua sampai sel di
Perikondrium dalam lakuna. Kelompokan ini disebut sebagai kelompok
isogen, dan mewakili satu, dua, atau lebih pembelahan sel dari
sebuah kondrosit asal (lihat Gambar 7-1). Ketika sel-sel pada
Kondrosit kelompok isogen membuat matriks, mereka akan menjauh satu
sama lain, membentuk lakuna terpisah dan menyebabkan
Serat elastin pembesaran kartilago dari dalam. Jenis pertumbuhan seperti ini
disebut pertumbuhan interstisial.
Sel-sel mesenkim pada tepi tulang rawan yang sedang
berkembang akan berdiferensiasi untuk membentuk fibroblas.
Sel-sel ini membentuk jaringan penyambung padat kolagen
iregular, perikondrium, yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan pemeliharaan kartilago. Perikondrium
memiliki dua lapisan, lapisan luar fibrosa yang tersusun atas
kolagen tipe I, fibroblas , dan pembuluh darah; dan lapisan
FIBROKARTILAGO
dalam selular, tersusun sebagian besar atas sel-sel
kondrogenik. Sel-sel kondrogenik menjalani pembelahan dan
berdiferensiasi menjadi kondroblas, yang akan mulai
membentuk matriks. Pada jenis ini kartilago juga tumbuh dari
sisi tepinya, sebuah proses yang disebut pertumbuhan
Kondrosit aposisional.
Pertumbuhan interstisial hanya terjadi pada fase awal
pembentukan kartilago hialin. Kartilago sendi akan
Serat kolagen kekurangan perikondrium dan ukurannya bertambah besar
hanya melalui pertumbuhan interstisial. Jenis pertumbuhan
seperti ini juga terjadi pada lempeng epifisis tulang panjang,
dimana lakuna tersusun pada arah longitudinal, paralel dengan
sumbu panjang tulang; karenanya pertumbuhan interstisial
menyebabkan terjadinya pertambahan panjang tulang. Kaitilago
pada bagian lain dari tubuh akan tumbuh terutama melalui
aposisi, sebuah proses terkontrol yang akan berlanjut selama
masa hidup kartilago.
Gambar 7-1 Jenis-jenis kartilago.
Adalah hal yang menarik dimana sel-sel mesenkim yang
berlokasi di dalam pusat kondrifikasi akan terinduksi untuk
menjadi kondroblas yang bersekresi melalui perlekatannya dan
kondisi kimiawi dari matriks ekstraselular di sekelilingnya.
Selain itu, jika kondroblas dipindahkan dari matriksnya dan
tumbuh pada selapis substrat berdensitas rendah, mereka akan
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:26 PM Page 133
Fibrokartilago Kolagen tipe II, matriks asidofilik; Tidak ada perikondrium Diskus intervertebralis, simfisis
Kondrosit tersusun dalam baris pubis, insersi beberapa
paralel di antara kumpulan kolagen; tendon
selalu dihubungkan dengan jaringan
ikat padat kolagen regular atau
kartilago hialin
dapat rnenyelesaikan sintesis protein jika berubah menjadi berperan dalam kemampuan kartilago menahan tekanan.
konclroblas. Tidak hanya proteglikans yang terhidrasi yang mengisi celah
di antara kumpulan serat-serat kolagen, namun rantai
Matriks Kartilago Hialin glikosaminoglikansnya juga membentuk ikatan elektrostatik
dengan kolagen. Maka, substansi dasar dan serat pada matriks
membentuk jaringan molekul berikataan silang yang tahan
Matriks pada kartilago hialin terdiri atas kolagen tipe II,
terhadap regangan.
proteoglikans, glikoprotein, dan cairan ekstraselular.
Matriks kartilago juga mengandung glikoprotein adhesif
Matriks kartilago hialin yang berwarna abu-abu kebiruan yang disebut kondronektin. molekul besar ini, sama dengan
yang agak transparan, mengandung kolagen sampai 40% fibronektin, memiliki tempat berikatan terhadap kondrosit dan
berat keringnya. selain itu, juga mengandung proteoglikans, kondroblas untuk kolagen tipe II, kondrotin 4-sulfat, kondrotin
glikoprotein, dan cairan ekstraselular. Karena indeks refraksi 6-sulfat, asam hialuronat, dan integrin (protein transmembran).
dari serat kolagen dan substansi dasar adalah hampir sama; kondronektin akan membantu sel-sel ini dalam memelihara
matriks akan sebagai terlihat massa homogen amorf di kontak dengan komponen serat dan amorf pada matriks.
bawah mikroskop cahaya.
Matriks pada kartilago hialin terutama mengandung Histofisiologi Kartilago Hialin
kolagen tipe II, namun tipe IX,X, dan XI, dan kolagen Licinnya kartilago hialin dan kemarnpuannya untuk tahan
langka lainnya, juga akan didapatkan dalam jumlah kecil. terhadap tekanan dan regangan sangat penting bagi fungsinya
kolagen tipe II tidak membentuk kumparan yang besar, di permukaan sendi. Karena kartilago bersifat avaskular,
meskipun ketebalan kumparan bertambah karena berjarak nutrisi dan oksigen harus berdifusi melalui air yang terdapat di
dengan lakuna. Orientasi arah serat berhubungan tekanan dalam matriks. Inefisiensi dari sistem yang seperti ini
yang diberikan di atasnya. Sebagai contoh, pada kartilago mensyaratkan lebar kartilago yang terbatas. Terjadi pergantian
sendi, serat di dekat permukaan letaknya paralel terhadap yang konstan dari proteoglikans di dalam kartilago yang
permukaan, sementara serat yang letaknya lebih dalam berubah seiring pertambahan usia. Hormon dan vitamin juga
terletak pada arah melingkar. memiliki peran dalam mempengruhi perkembangan, pertum-
Matriks terbagi menjadi dua grup, matriks teritoreum, di buhan, dan fungsi kartilago, sebagian besar substansi ini juga
sekitar setiap lakuna, dan matriks interteritorium (lihat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan tulang rangka
gambar 7-1). matriks teritorium, suatu area dengan lebar (Tabel 7-2).
50µm, mengandung sedikit kolagen dan kaya akan kondrotin
sulfat, yang memberikan pulasan basofilik dan menyerap
dengan baik pewarnaan periodic acid-schiff (PAS). Jumlah KORELASI KUNIS
matriks yang banyak terdapat pada daerah interteritorium, Kartilago hialin berdegenerasi saat kondrosit
yang kaya akan kolagen tipe II dan sedikit mengandung mengalami hipertrofi dan kemudian mati, dan
proteoglikans daripada matriks teritorium. matriks mulai berkalsifikasi. Proses ini adalah
Sejumlah kecil area dari matriks, setebal 1-3 mm, yang normal dan merupakan bagian integral dari
segera mengelilingi lakuna, disebut selubung perikapsular. penulangan endokondral; namun juga adalah proses
Daerah ini terlihat sebagai jaringan halus serat kolagen yang alamiah penuaan, yang seringkali menyebabkan
terbenam di dalam substansi yang menyerupai lamina basal. mobilitas berkurang dan nyeri sendi.
Serat ini terdiri atas kolagen yang jumlahnya sedikit dalam Regenerasi kartilago jarang sekali terjadi kecuali
kartilago hialin; diperkirakan selubung perikapsular berfungsi pada anak. Sel kondrogenik di dalam perikondrium
melindungi kondrosit dari tekanan mekanik. akan mengisi defek tersebut yang terjadi dan
membentuk kartilago yang baru. Jika defek tersebut
Matriks kartilago mengandung banyak aggrekans, suatu
berukuran besar, sel-sel akan membentuk jaringan
molekul proteoglikans berukuran besar yang terdiri atas inti
penyambung padat untuk memperbaiki parut.
protein yang berkaitan kovalen dengan molekul
glikosaminoglikans (kondroitin 4-sulfat, kondroitin 6-sulfat,
dan heparan sulfat) (lihat Gambar 4-3). Sebanyak 100 sampai Kartilago Elastis
200 molekul aggrekans berikatan nonkovalen dengan asam
hialuronat, membentuk kompleks aggrekans raksasa yang
dapat mencapai panjang 3 hingga 4 µm. Daya tarik negatif Kartilago elastis sangat mirip dengan kartilago hialin, kecuali
yang disebabkan banyaknya molekul aggrekans yang besar, pada matriksnya, dan perikondrium yang terdiri atas serat-serat
elastin.
akan menarik kation, khususnya ion Na+, yang menyebabkan
tertariknya molekul air. Dengan cara ini, matriks kartilago
dapat mengandung banyak air, sampai 80% beat kartilago Kartilago elastis terdapat pada daun telinga, bagian eksternal dan
terdiri atas air, yang
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 135
Harmon Efek
Tiroksin, testrosteron, Menstimulasi pertumbuhan
dan somatotropin (via kartilago dan pembentukan
insulin-like growth matriks
factors) C
Kortison, Menghambat pertumbuhan
hidrokortison, kartilago dan pembentukan
dan estradiol rnatriks.
Vitamin Efek
Hipovitaminosis A Mengurangi lebar lempeng
epifisis
Hipervitarninosis A Akselerasi penulangan pada
lempeng epifisis
Hipovitaminosis C Menghambat sintesis matriks
dan mengganggu bangunan
arsitektur lempeng epifisis, Gambar 7-3 Gambaran mikroskop cahaya dan kartilago elastis
rentan terjadi scuroy (xl32). Perhatikan perikondrium (P) dan kondrosit (C) di dalam
lakunanya (menyusut dari dinding lakuna karena proses pembuatan
Ketiadaan vitamin D, Proliferasi kondrosit normal, sajian), beberapa di antaranya mengandung lebih dari satu sel, sebagai
namun matriks tidak bukti terjadinya pertumbuhan interstisial. Serat-serat elastin (panah)
menyebabkan terkalsifikasi sebagaimana tersebar di seluruh matriks.
defisiensi dalam seharusnya, menyebabkan
absorpsi kalsiurn terjadinya rickets
dan fosfor Fibrokartilago didapatkan pada diskus intervertebralis, simfi-
sis pubis, diskus antikular, dan perlekatan pada tulang.
Fibrokartilago dikaitkan dengan kartilago hialin karena
internal tuba Eustachius, epiglotis, dan laring (kartilago memiliki kemiripan yaitu terdapatnya jaringan penyambung
kuneiformis). Karena mengandung serat elastin, pada keadaaan padat. Tidak seperti dua jenis kartilago lainnya, fibrokartilago
segar kartilago elastin berwarna kekuningan dan lebih buram tidak memiliki perikondrium. Perikondrium memiliki matriks
daripada kartilago hialin (lihat tabel 7-1). yang sedikit (yang kaya akan kondrotin sulfat dan dermatan
Jika dilihat berbagai cirinya, kartilagi elastis identik dengan sulfat), dan terdapat kumpulan kolagen tipe I yang terpulas
kartilago hialin dan sering kali dihubungkan dengannya. asidofilik (Gambar 7-4). Kondrosit seringkali berada di tepi,
Lapisan luar perikondrium mengandung banyak serat elastin. tersusun paralel, bersama dengan kumpulan serat kolagen
Matriksnya mengandung serat elastin halus yang bercabang
yang tebal dan kasar, yang paralel dengan kekuatan regangan
dan tersebar, bersama dengan kumpulan serat kolagen tipe II,
membuatnya lebih lentur dari matriks kartilagohialin (Gambar yang didapat jaringan ini (lihat Tabel 7-1).
7-3). Kondrosit pada kartilago elastin lebih banyak jumlahnya Kondrosit pada fibrokartilago umumnya berasal dari
dan berukuran lebih besar dari kondrosit pada kartilago hialin. fibroblas yang mulai memproduksi preteoglikans. Ketika
Matriksnya tidak sebanyak matriks pada kartilago hialin, dan substansi dasar mengelilingi fibroblas, sel terkurung didalam
kumpulan serat elastin pada matriks teritorium lebih besar dan matriksnya sendiri dan berdiferensiasi menjadi kondrosit.
kasar dari matriks interteritorium. Diskus intervebralis merepresentasikan contoh fibro-
kartilago yang tersusun rapi. Letaknya di antara kartilago hialin
yang menutupi permukaan sendi dari vertebra di bawahnya.
Fibrokartilago setiap diskus mengandung substansi gelatinosa, disebut
nukleus pulposus, yang terdiri atas sel-sel berasal dari
Fibrokartilago, tidak seperti kartilago hialin dan elastis, tidak memiliki notokord, terleak pada matriks yang banyak mengandung asam
perikondrium dan matriksnya juga tersusun atas kolagen tipe I. hialuronat. Sel-sel ini akan menghilang pada usia ke 20 tahun.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 136
Komponen Organik
Os
Komponen organik yang terdapat predominan pada
L tulang adalah kolagen tipe I.
Oc
Komponen organik pada matriks tulang menyusun hampir
35% berat keringnya, terdiri atas serat-serat, yang hampir
Cl semuanya adalah kolagen tipe I.
Kolagen, kebanyakan adalah tipe I, menyusun 80%
sampai 90% komponen organik tulang. Tersusun dalam
berkas besar (diameter 50 sampai 70 nm), dengan periodisitas
tipikal 67-nm. Kolagen tipe I pada tulang sangat berikatan
silang, yang mencegah dari mudahnya diekstraksi.
Sel-sel Osteoprogenitor
Oc
Sel-sel osteoprogenitor terletak pada lapisan dalam periosteum,
lapisan kanal Havers, dan pada endosteum (lihat Gambar 7-5).
Sel-sel ini, berasal dari sel mesenkim embrionik, tetap berada di
tempatnya pada masa pasca lahir dan mengalami pembelahan
mitossis serta berpotensi berdiferensiasi menjadi osteoblas.
Lebih dari itu, pada beberapa kondisi seperti rendahnya oksigen,
sel-sel ini dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel kondrogenik.
Sel-sel osteoprogenitor berbentuk gelendong dan memiliki inti
lonjong dan terpulas pucat; sitoplasma sangat sedikit dan terpulas
pucat, mengandung RER yang tersebar dan aparatus Golgi yang
tidak berkernbang, narnun merniliki ribosom bebas yang Ob
berlimpah. Sel-sel ini paling aktif selama masa pertumbuhan
tulang yang intens.
Osteoblas
Osteoblas tidak hanya mensintesis matriks organik bagi tulang Gambar 7-6 Gambaran mikroskop cahaya dari penulangan
namun juga memiliki reseptor untuk hormon paratiroid. intramembranosa (x540). Osteoblas (Ob) melapisi spikula tulang
dimana mereka mensekresikan osteoid ke dalam tulang. Osteoklas
(Oc) bisa didapatkan berada di dalam lakuna Howship.
Oseoblas berasal dari sel-sel osteprogenitor dan berkembang di
bawah pengaruh keluaga protein morfogenik tulang yang menyebabkan terjadinya kontak dengan osteoblas di
[BMP] dan faktor-β penumbuh transformasi. Osteoblas sebelahnya, sebagaimana prosesus panjang yang saling
bertanggung jawab pada sintesis komponen protein organik di berhubungan pada osteosit. Meskipun prosesus ini membentuk
matriks tulang, termasuk kolagen tipe I, proteoglikans, dan gap junctions satu dengan lainnya, jumlah gap junctions di
glikoprotein. Selain itu, osteoblas juga memproduksi reseptor antara osteoblas jauh lebih sedikit di bandingkan di antara
untuk mengaktifkan faktor inti kappa B, RANKL (receptor for osteosit.
activation of nuclear factor kappa B), osteoklasin (untuk
mineralisasi tulang), osteopontin (untuk pembentukan daerah
perlekatan di antara osteoklas dan kompartemen KORELASI KUNIS
subosteoklastik), osteonektin (berhubungan dengan
mineralisasi tulang), sialoprotein tulang (mengikat osteoblas Membran sel osteoblas kaya akan enzim fosfatase
dengan matriks ekstraselular), dan faktor penstimulasi kloni alkali. Selama pembentukan tulang, sel-sel ini
makrofag [M-CSF] (akan dibahas lebih lanjut). Osteoblas mensekresikan kadar fosfatase alkali yang tinggi,
terdapat pada permukaan tulang yang tersusun seperti dan terjadi peningkatan kadar enzim ini di dalam
selubung, yang terdiri atas sel kuboid sampai kolumnar darah. Maka, klinisi dapat memantau pembentukan
(Gambar 7-6). Saat sedang aktif mensekresi matriks, terlihat tulang dengan mengukur kadar fosfatase alkali di
sitoplasma yang basofilik. dalam darah.
Organel-organel pada osteoblas terpolarisasi , sehingga inti
terletak jauh dari daerah yang aktif bersekresi, dimana Saat osteoblas mengeksositosis produk sekretolinya, setiap
terdapat granula sekretori yang mengandung prekursor sel mengelilingi dirinya dengan matriks tulang yang baru
matriks. Isi dari vesikel ini akan terpulas pink dengan PAS. diproduksinya; saat hal ini terjadi, sel yang terkurung akan
Melalui mikroskop elektron terlihat RER yang berlimpah, disebut osteosit, dan ruang yang ditempatinya disebut lakuna.
kompleks Golgi yang berkembang baik (Gambar 7-7A), dan Kebanyakan matriks tulang akan terkalsifikasi; namun ost-
beberapa vesikel sekretoli yang berisi materi flocculent yang eoblas sebagaimana juga osteosit akan terpisah dari substansi
menyebabkan vakuol terpulas pink dengan pewarnaan PAS di yang terkalsifikasi dengan lapisan tipis noncalcified yang
bawah mikroskop cahaya. Osteoblas memiliki prosesus pendek disebut osteoid (matriks tulang uncalcified).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 139
Op
4 5
1 2 3
B
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 140
osteoklas. Melalui cara ini RANKL, RANK, dan OPG mengatur ketebalan membran plasma pada daerah ini.
metabolisme tulang dan aktivitas esteoklastik. OPG diproduksi 3 Zona jernih, adalah daerah pada sel yang tepat
tidak hanya oleh osteoblas namun oleh sel-sel pada jaringan
mengitaribagian tepi ruffied border. Daerah ini tidak
lainnya, termasuk sistem kardiovaskular, paru, ginjal, usus,
sebagaimana juga sel-sel imun dan hematopoetik. Maka tidak memiliki organel namun banyak mengandung
mengejutkan jika ekspresi tersebut pada dimodulasi oleh mikrofilamen aktin yang membentuk cincin aktin dan
berbagai sitokin, peptida, hormon, obat-obatan, dan sebagainya. kemungkinan berfungsi membantu integrin pada
Pada tulang, OPG tidak hanya menghambat diferensiasi sel plasmalemma zona jernih untuk memelihara kontak
prekursor untuk menjadi osteoklas, namun juga menekan dengan sisi tepi tulang pada lakuna Howship. Pada
kapasitas resorpsi osteoklas. Selain itu, tekanan regangan pada kenyataannya, membran plasma pada daerah ini sangat
tulang akan memicu sintesis OPG dan mRNA. erat berhubungan dengan tulang yang akan membentuk
Osteoklas menempati lekukan dangkal yang disebut lakuna zona perlekatan pada kompartemen subosteoklastik.
Howship, yang menandakan area tempat terjadinya resorpsi Selanjutnya, zona jernih akan meng-isolasi kompartemen
tulang. Sebuah osteoklas yang aktif pada resorpsi tulang dapat subosteoklastik dari daerah sekelilingnya, memelihara
dibagi ke dalam empat area morfologis yang dapat dikenali: lingkungan mikro yang kandungannya dapat diaktivasi
1 Zona basal, lokasinya terjauh dari lakuna Howship, ditempati oleh aktivitas selular. Agar osteoklas dapat meresorpsi
oleh banyak organel, termasuk inti yang banyak, sentriol, dan tulang, cincin aktin harus terbentuk, dan pembentukannya
kompleks Golgi yang berhubungan. Mitokondria, RER, dan difasilitasi oleh OPGL. Maka saat ruffled border
polisom terdistribusi di seluruh sel namun lebih banyak terbentuk, prosesus yang menyerupai jari akan
terdapat di dekat batas yang bergerigi. meningkatkan area permukaan dari plasmalemma pada
2 Batas berjumbai adalah bagian sel yang secara langsung ter- daerah resorpsi tulang, dan memfasilitasi proses resorptif.
libat dalam resorpsi tulang. Prosesusnya berbentuk seperti jari 4 Zona vesikular pada osteoklas terdiri atas beberapa
dan bersifat aktif dan dinamis, konfigurasi tersebut dapat vesikel endositik dan eksositik yang membawa enzim
berubah secara terus menerus saat sel menuju kompartemen lisosomal dan metaloproteinase ke dalarn kompartemen
resorpsi, dikenal juga sebagai kompartemen subosteoklastik dan membawa produk degradasi tulang ke
subosteoklastik. Bagian sitoplasma dari plasmalemma daerah dalam sel (Gambar 7-8). Zona vesikular terdapat di antara
ini terlihat sebagai lapisan serupa sikat, yang berjarak teratur, zona basal dan ruffied border.
dan menambah
Cz
OSTEOKLAS
Nukleus
Nukleolus
Golgi
RER
Mitokondria
Kapiler
Filamen aktin
Tulang
Lisosom Irisan melalui
zona lingkar
Lingkungan mikro dengan jernih
pH rendah dan enzim
lisosom Batas yang bergerigi
Gambar 7-9 Fungsi osteoklastik. RER, rough endoplasmic reticulum. (Dari Gartner LP, Hiatt JL, Strum JM: Cell Biology and Histology
[Board Review Series}. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 1998, p 100.)
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 143
Tulang diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: melalui serat Sharpey (lihat Gambar 7-10). Periosteum terdiri
䡲 Tulang panjang menunjukkan tulang yang panjang, dan atas dua lapisan. Lapisan fibrosa luar membantu suplai
berlokasi di antara dua kepala/ujung yang besar (misalnya distribusi vaskular dan saraf bagi tulang, sedangkan lapisan
tibia). selular dalam mengandung sel-sel osteopreogenitor dan
䡲 Tulang pendek memiliki lebar dan panjang yang kurang lebih osteoblas.
sama (misanya tulang karpal pada pergelangan tangan). Tulang pipih pada tengkorak berkembang dengan cara yang
䡲 Tulang pipih berbentuk datar, tipis, dan seperti lempengan
berbeda dari kebanyakan tulang panjang pada tubuh, Bagian
dalam dan luar dari calvaria (tudung tengkorak) memiliki
(misalnya tulang-tulang yang membentuk tengkorak). dua lapisan yang relatif tebal yang terdiri atas tulang kompak
䡲 Tulang iregular memiliki bentuk yang iregular dan tidak yang disebut tabula dalam dan tabula luar, dan
termasuk di dalam klasifikasi lainnya (misalnya tulang sphenoid mengelilingi tulang spons (diploë) yang berada di antaranya.
dan ethmoid di dalam rongga tengkorak). Tabula luar memiliki periosteum yang disebut perikranium,
䡲 Tulang sesamoid berkembang di dalam tendon, dimana sedangkan di sebelah dalam dilapisi oleh dura mater, yang
mereka meningkatkan keuntungan mekanis bagi otot pada berfungsi sebagai periosteum bagi tabula dalam dan berfungsi
memproteksi otak.
suatu sendi (misalnya patella).
Kanalikuli
Lamela
Konsentris
Osteon Kanal
Havers
Lakuna
Kanai Havers
Serat sharpey
Periosteum
Pembuluh darah
Rongga sumsum
Tulang padat
Tulang berongga
(tulang spongiosa)
Gambar 7-10 Diagram tulang, menunjukkan ilustrasi dari tulang kompak kortikal, osteon, lamela, kanal Volkmann, kanal Havers, lakuna,
kanalikuli dan tulang spongiosa.
Tulang kompak tersusun atas lapisan tipis tulang serupa LAMELA LINGKAR DALAM DAN LUAR
wafer, lamela, yang akan teratur dalam bentuk sistem
lamelar yang khususnya terlihat jelas pada diafisis tulang Lamela lingkar luar terletak di sisi dalam dari periosteum,
panjang. Lamelar sistem ini adalah lamela sirkumferens membentuk bagian terluar dari diafisis, dan mengandung serat
luar, lamela sirkumferens dalam, osteon (sistem kanal Sharpey yang mengarahkan periosteum ke dalam tulang (lihat
Havers), dan lamela interstisial. Gambar 7-10).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 145
Lamela lingkar dalam, analog namun tidak ekstensif bungan dengan jaringan ikat yang berhubungan. Kanal Havers
seba-gaimana lamela sirkumferen luar, melingkari rongga dari osteon yang berdekatan berhubungan satu sama lain
sumsum tulang secara komplit. Trabekula dari tulang melalui kanal Volkmann (Gambar 7- 12; lihat juga Gambar
spongiosa meluas dari lamela sirkumferen dalam menuju 7-10). Ruang vaskular ini terletak miring atau tegak lurus
rongga sumsum, memutus lapisan endosteal dari lamela terhadap kanal Havers.
sirkumferen dalam. Diameter kanal Havers bervariasi ukurannya dari hampir 20
µm sampai sekitar 100 µm. Selama pembentukan osteon,
SISTEM KANAL HAVERS (OSTEON) lamela yang terletak paling dekat dengan cementing line adalah
yang pertama terbentuk. Saat lamelar pada sistem Havers
Tulang kompak terdiri atas sejumlah besar sistem kanal bertambah banyak, diameter kanal Havers berkurang, dan
Havers (osteon); dimana setiap sistem terdiri atas lamela ketebalan dinding osteon bertambah. Karena nutrisi dari
berstruktur silindris, terletak konsentris di sekitar ruang pembuluh darah pada kanal Havers harus melintasi kanalikuli
vaskular yang disebut kanal Havers (Gambar 7-11; lihat juga untuk mencapati osteosit, suatu proses yang tidak efisien,
Gambar 7-10). Secara teratur, osteon akan bercabang dalam karenanya kebanyakan osteon hanya memiliki 4 hingga 20
sesuai sumbu panjangnya. Setiap osteon diikat oleh selapis lamela.
tipis garis semen (cementing line), terdiri sebagian besar atas
substansi dasar yang terkalsifikasi dengan sejumlah kecil serat
kolagen (lihat Gambar 7-5).
Kumpulan serat kolagen terletak paralel satu sama lain di
dalam sebuah lamela, namun letaknya hampir tegak lurus
terhadap lamela di sebelahnya. Pengaturan ini dimungkinkan
karena serat kolagen mengikuti pegaturan heliks di sekitar
kanal Havers di dalam setiap lamela namun terlihat berbeda
pada lamela di sebelahya.
Setiap kanal Havers dilapisi selapis osteoblas dan sel-sel
osteprogenitor, ditempati oleh berkas neurovaskular yang berhu-
V
Oc
Os
C
Gambar 7-11 Gambaran mikroskop cahaya dari tulang Gambar 7-12 Gambaran mikroskop cahaya dari tulang kompak yang
undecalcified (x270). Perhatikan sistem Havers yang mengandung mengalami dekalsifikasi (x162). Beberapa osteon (Os) terlihat,
kanal Havers (C) dan lamela konsentris (L) dengan lakuna pada bersama lamela konsentrisnya (L). Sebuah kanal Volkmann (V) juga
kanalikulinya (panah). terlihat. Struktur yang terpulas gelap dan tersebar merata adalah inti
osteosit (Oc).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 146
Kulit
Jaringan penyambung
Tulang spongiosa
Jaringan penyambung
D
A B C
Os
E
Os
F
Peristiwa Deskripsi
Model kartilago hialin terbentuk Miniatur model kartilago hialin terbentuk pada embrio yang sedang
berkembang, pada area dimana tulang akan berkembang; beberapa
kondrosit matur, hipertrofi, dan mati; matriks kartilago terkalsifikasi
Osteoblas mensekresi matriks, membentuk Collar tulang subperiosteal terbentuk sebagai tulang primer
collar tulang subperiosteal (penulangan intramembranosa)
Kondrosit di dalam inti diafisis mengalami Didapatkannya periosteum dan tulang mencegah difusi nutrisi kepada
hipertrofi, mati, dan berdegenerasi kondrosit; proses degenerasi Iakuna, terdapat ruang besar pada sekat
kartilago
Osteoklas membuat lubang pada collar tulang Lubang memungkinan sel osteoprogenitor dan kapiler untuk menginvasi
subperiosteal, menjadi jalan masuk bagi tunas model kartilago, yang selanjutnya terkalsifikasi, dan dimulai pembentu-
osteogenik kan matriks tulang
Kompleks kartilago/tulang terkalsifikasi Matriks tulang yang terletak pada sekat kartilago yang terkalsifikasi
terbentuk membentuk kompleks ini (secara histologis kartilago terkalsifikasi
terpulas biru, dan tulang terkalsifikasi terpulas merah)
Collar tulang subperiosteal menebal, Peristiwa ini, setelah satu periode waktu, akan menyebabkan penggantian
mulai tumbuh ke arah epifisis keseluruhan kartilago diafisis dengan tulang
Pusat Osifikasi Sekunder
Osifikasi bermula pada epifisis Proses dimulai dengan cara yang sama seperti pada pusat osifikasi primer,
bahwa tidak didapatkan collar tulang; osteoblas ditempatkan pada matriks
tulang pada rangka kartilago yang terkalsifikasi
Pertumbuhan tulang terjadi pada lempeng Permukaan sendi yang cartilaginous pada tulang tetap ada; lempeng
epifisis epifisis juga bahwa tidak didapatkan collar tulang; osteoblas ditempatkan
pada matriks tulang pada rangka kartilago yang terkalsifikasi
Epifisis dan diafisis menjadi satu bagian Pada tahap akhir dari pertumbuhan tulang, kartilago pada lempeng epifisis
berhenti berproliferasi; perkembangan tulanng berlanjut untuk menyatu-
kan diafisis dan epifisis
PERISTIWA YANG TERJADI PADA sit memberikan hasil berupa pembesaran lakuna dan
PUSAT PENULANGAN PRIMER berkurangnya sekat pada matriks kartilago, yang akan
1 Pada daerah dimana akan tumbuh tulang pada embrio, terkalsifikasi.
suatu pola kartilago hialin tempat tulang akan 2 Secara bersamaan, perikondrium bagian pinggang
berkembang. Peristiwa ini terjadi dengan cara yang sama diafisis akan menjadi vaskular (Gambar 7-17). Saat ini
persis dengan kartilago hialin yang akan berkembang di terjadi, sel kondrogenik rnenjadi sel-sel osteoprogenitor yang
area lainnya (telah dibahas sebelumnya). Pada suatu tahap, membentuk osteoblas, dan perikondrium di atasnya akan
model ini akan tumbuh dengan kedua cara, baik menjadi periosteum.
aposisional maupun interstisial. Selanjutnya, kondrosit 3 Osteoblas yang baru terbentuk akan mensekresikan mat-
pada pusat model kartilago akan mengalami hipertrofi, riks tulang, membentuk ban/kraag tulang subperiosteal
mengakumulasikan glikogen dalam sitop-lasmanya, dan pada permukaan template kaitilago, melalui proses penulangan
memiliki vakuol (Gambar 7-16). Hipertroofit dari kondro- intramembranosa (lihat Gambar 7-17).
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 149
4 Ban/kerah tulang mencegah difusi nutrisi pada kondrosit yang osteoklas mulai menyerap kompleks kartilago/tulang ter-
hipertrofi di dalam model kartilago, menyebabkannya mati. kalsifikasi, menyebabkan pembesaran rongga sumsum tulang.
Proses ini bertanggung jawab terhadap ditemukannya lakuna Saat proses ini berlanjut, kartilago pada diafisis digantikan
yang kosong dan menyatu membentuk rongga yang besar- oleh tulang kecuali pada lempeng epiflsial, yang ber-
terbentuknya rongga sumsum tulang pada pusat model tanggung jawab terhdap kelanjutan pertumbuhan tulang pada
kartilago. masa 18 hingga 20 tahun berikutnya.
5 Lubang yang terbentuk pada ban/kerah tulang oleh osteoklas
PERISTIWA YANG TERJADI PADA
memungkinkan kuncup periosteal (osteogenic bud), yang PUSAT PENULANGAN SEKUNDER
terdiri atas sel-sel osteoprogenitor, sel-sel hemopoetik, dan
pembuluh darah, untuk memasuki rongga di dalam model Pusat penulangan sekunder pada peristiwa osifikasi mulai
kartilago (lihat Gambar 7-15). terbentuk pada epifisis di bagian ujung dari tulang yang
terbentuk melalui proses yang serupa dengan yang terjadi
6 Sel-sel osteoprogenitor membelah untuk membentuk pada diafisis, kecuali bahwa ban/kerah tulang tidak
osteoblas. Sel-sel yang baru terbentuk ini akan menghasilkan
terbentuk. Selain itu, sel-sel osteoprogenitor menginvasi
matriks tulang pada permukaan kartilago yang terkalsifikasi. kartilago epifisis, berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan
Matriks tulang menjadi terkalsifikasi untuk membentuk mulai mensekresikan matriks pada rangka kartilago (lihat
kartilago terkalsifikasi/kompleks tulang terkalsifikasi. Gambar 7-15). Peristiwa ini terjadi dan berkembang seba-
Kompleks ini dapat dilihat pada pewarnaan rutin histologis, gaimana juga pada diafisis, dan juga kartilago pada
karena kartilago terpulas basofilik, sedangkan tulang yang epifisis digantikan oleh tulang kecuali pada permukaan
terkalsifikasi terpulas asidofilik (Gambar 7-18 dan 7-19). artikular dan pada lempeng epifisis. Permukaan artikular
7 Ketika tulang subperiosteal menjadi semakin tebal dan dari tulang tetap menjadi kartilago sepanjang hidup.
tumbuh pada berbagai arah dari sisi muka diafisis menuju Proses pada lempeng epifisis, yang mengontrol panjang
epifisis,
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 150
MC
Tr
BV
Ob
Gambar 7-17 Gambaran mikroskop pada penulangan endokondral
(xl4). Setengah bagian atas menunjukkan kartilago (C) yang berisi
kondrosit yang matur, hipettrofi, dan terkalsifikasi pada permukaan;
setengah bagian bawah menunjukkan dimana kompleks kartilago/
tulang terkalsifikasi (panah) diserap dan tulang (b) terbentuk. P, CC
petiosteum.
PERTUMBUHAN PANJANG TULANG sisi diafisis dari lempeng. Secara histologis, lempeng epifisis
terbagi menjadi 5 zona yang mudah dikenali. Zona-zona
Pertambahan panjang tulang yang berkelanjutan tersebut, dimulai dari sisi epifisis, adalah sebagai berikut:
tergantung kepada lempeng epifisis. 䡲 Zona kartilago cadangan: Kondrosit yang secara acak
terdapat pada matriks, aktif bermitosis.
Kondrosit pada lempeng epifisis berproliferasi dan berperan 䡲 Zona proliferasi: Kondrosit, yang berproliferasi secara
pada proses penulangan endokondral. Proliferasi terjadi pada cepat, membentuk barisan sel-sel isogen yang paralel
bagian epifisis, dan digantikan oleh tulang yang terjadi pada terhadap arah pertumbuhan tulang.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 151
䡲 Zona maturasi dan hipertrofi: Kondrosit matang, Bagaimana tepatnya kalsifikasi terjadi belum jelas benar,
hipertrofi, dan mengakumulasi glikogen pada sitoplasmanya meskipun demikian diketahui bahwa proses ini distimulasi
(lihat Garnbar 7-16). Matriks di antara lakuna akan oleh proteoglikan tertentu dan glikoprotein yang berikatan
menyempit sehubungan dengan pertumbuhan lakuna. dengan Ca2+, osteonektin, dan juga sialoprotein tulang.
䡲 Zona kalsifikasi: Lakuna menyatu, kondrosit yang Sebuah teori, yang disebut nukleasi heterogen, menyatakan
hipertrofi akan mati, dan matriks kartilago terkalsifikasi. bahwa serat kolagen di dalam matriks adalah tempat
terjadinya nukleasi dari kalsium yang metastabil dan larutan
䡲 Zona osifikasi: Sel-sel osteoprogenitor menginvasi daerah
fosfat; dan larutan tersebut mulai terkristalisasi ke dalam
tersebut dan berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang
daerah bercelah dari kolagen. Saat daerah ini "bernukleasi'',
menyebabkan matriks terkalsifikasi pada permukaan kar-
proses kalsifikasi dimulai.
tilago terkalsifikasi. Hal ini diikuti dengan resorpsi
kompleks kartilago/tulang yang terkalfisikasi. Teori yang paling umum diterima mengenai kalsifikasi,
berdasarkan kepada adanya vesikel matriks di dalam osteoid.
Selama laju aktivitas mitosis pada zona proliferasi sama Osteoblas melepaskan matriks vesikel berukuran kecil dan
dengan laju resorpsi pada zona osifikasi, lempeng epifisis akan berikatan pada membran, memiliki rehateeter 100 sampai 200
tetap sama lebar dan tulang akan berlanjut tumbuh lebih nm, yang mengandung ion Ca2+ dan PO43- dalam konsentrasi
panjang. Pada usia sekitar 20 tahun, laju mitosis berkurang tinggi, cAMP, adenosin trifosfat (ATP), trifosfatase adenosin
pada zona proliferasi dan zona osifikasi mengambil peran zona (ATPase), fosfatase alkali, pirofosfatase, protein berikatan
proliferasi dan cadangan kartilago. Kartilago pada lempeng dengan kalsium, dan fosfoserin. Matriks vesikel yang
epifisis digantikan oleh lempeng kompleks kartilago/tulang berikatan pada membran ini memiliki beberapa pompa
terkalsifikasi, yang akan diresorpsi oleh aktivitas osteoklas, kalsium, yang membantu transpor ion Ca2+ ke dalam vesikel.
dan rongga sumsum tulang akan menyatu dengan rongga Saat konsentrasi ion kalsium Ca2+ di dalam vesikel
sumsum tulang pada epifisis. Jika lempeng epifisis sudah meningkat, kristalisasi terjadi dan terbentuk kristal hid-
diresorpsi, maka pertumbuhan panjang tulang tidak mungkin roksiapatit yang melukai membran, memecahkan vesikel
lagi terjadi. matriks, dan melepaskan isinya.
Fosfatase alkali akan membelah kelompok pirofosfatase
PERTUMBUHAN LEBAR TULANG menjadi makromolekul di dalam matriks. Molekul piro-
fosfatase yang dilepaskan adalah penghambat kalsifikasi,
Pertumbuhan lebar tulang terjadi melalui pertumbuhan namun mereka akan dibelah oleh enzim pirofosfatase men-jadi
aposisional. ion PO43-, meningkatkan konsentrasi ion ini di dalam
lingkungan mikro.
Hal yang sudah dideskripsikan dengan detil adalah bagaimana Kristal kalsium hidroksiapatit yang dilepaskan dari vesikel
tulang tumbuh bertambah panjang melalui proliferasi dan matriks, bekerja sebagai nidi of crystallization. Konsentrasi
pertumbuhan interstisial dari kartilago, yang secara bertahap ion yang tinggi di sekitarnya, bersama dengan adanya faktor
akan digantikan oleh tulang. Pertumbuhan keliling diafisis, kalsifikasi dan protein yang berikatan dengan kalsium,
bagaimanapun, terjadi melalui pertumbuhan aposisional. membantu memelihara proses kalsifikasi pada matriks.
Sel-sel osteoprogenitor pada lapisan osteogenik periosteum Kristal akan ditempatkan pada celah di permukaan molekul
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblas yang akan kolagen, air diserap dari matriks.
mulai menghasilkan matriks tulang pada permukaan
subperiosteal tulang. Proses ini terjadi secara terus menerus Mineralisasi terjadi di sekitar beberapa ruang yang ter-
selama masa total pertumbuhan clan perkembangan tulang, tutup pada nidi of crystallization; dalam perkembangannya
karenanya pada tulang panjang yang matur, batang tulang pusat ini akan membesar dan menyatu satu dengan lainnya.
Melalui cara ini, area matriks yang cukup luas akan menga-
tumbuh melalui proses penulangan intramembranosa
lami dehidrasi dan terkalsifikasi.
subperiosteal.
Selama pertumbuhan dan perkembangan tulang, resmpsi
tulang sama penting dengan deposisi tulang. Pembentukan
Remodeling Tulang
tulang di sisi luar batang tulang harus disertai dengan aktivitas
osteoklastik secara internal sehingga rongga sumsum tulang Pada dewasa, perkembangan tulang diseimbangkan
dapat diperbesar. dengan resorpsi tulang, saat tulang dibentuk untuk
mengantisipasi tekanan yang diterimanya.
Kalsifikasi Tulang
Pada orang muda, perkembangan tulang melampaui reso-
rpsinya, karena sistem Havers yang baru berkembang
Kalsifikasi dimulai saat terdapat deposit kalsium fosfat lebih cepat dibandingkan yang lama dan sudah direso-
pada serat kolagen. rpsi. Selanjutnya, pada masa dewasa, saat kedua lempeng
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 152
epifisis mereka saling mendekat dan pertumbuhan tulang Proses perbaikan Tulang
telah terjadi, perkembangan tulang baru diseimbangkan
Proses perbaikan tulang melibatkan kedua mekanisme,
dengan resorpsi tulang. penulangan intramembranosa dan endokondral.
Tulang yang tumbuh sebagian besar mempertahankan
bentuk arsitektural awal saat terjadinya perkembangan Tulang yang patah akan menyebabkan kerusakan dan destruksi
tulang pada masa fetus, hingga masa akhir pertumbuhan pada matriks tulang, kematian sel, dan robeknya periosteum
tulang saat dewasa. Hal ini dicapai melalui remodeling dan endosteum, dan kemungkinan terjadinya perubahan lokasi
permukaan, suatu proses yang melibatkan deposisi tulang pada bagian ujung tulang yang patah (fragmen). Pembuluh
pada beberapa daerah tertentu dari periosteum seiring darah ikut robek pada bagian yang patah, dan perdarahan yang
dengan resmpsi tulang pada beberapa daerah lainnya. terlokalisasi akan mengisi bagian yang patah, menghasilkan
Melalui cara yang sama, tulang juga dideposit pada area pembentukan bekuan darah pada daerah yang cedera. Segera
tertentu dari permukaan endosteal, sementara itu terjadi suplai darah akan dihentikan melalui mekanisme retrograde
resoprsi pada bagian lainnya. Tulang pada calvarium dari tempa cedera kembali ke daerah anastomosis pembuluh
dibentuk ulang melalui cara yang sama untuk darah, yang dapat membentukan rute sirkulasi baru. Sebagai
mengakomodasi pertumbuhan otak; namun belum jelas benar konsekuensinya, akan terjadi pelebaran area cedera, pada salah
bagaimana proses ini diatur. satu sisi dari darah patah yang asli, menyebabkan berkurangnya
Tulang kortikal dan berongga, tidak mengalami suplai darah untuk sejumlah besar sistem Havers, karenanya
remodeling dengan cara yang sama, kemungkinan karena akan menyebabkan bertambahnya zona yang mengandung
osteoblas dan sel-sel osteoprogenitor pada tulang berongga osteosit yang mati dan rusak. Karena sumsum tulang dan
terletak di dekat batas sumsum tulang, dan karenanya berada periosteum adalah area yang tinggi vaskularisasinya, area
dibawah pengaruh langsung sel-sel sumsum tulang melalui cedera awal pada salah satu dari dua area tersebut tidak
mekanisme parakrin. Berbagai faktor yang diproduksi sel-sel tumbuh secara bermakna, dan tidak juga ada penambahan yang
sumsum tulang termasuk di antaranya interleukin-1 (IL-1), bermakna dari jumlah sel yang mati dan rusak melebihi area
tumor necrosis factor, colony-stimulating factor-1, cedera asal. Saat sistem Havers pada tulang tidak memiliki
osteoprotegrin (OPG), osteoprotegin ligand (OPGL), dan suplai darah, osteosit akan berubah piknotik dan mengalami
transforming growth factor-β. Sel-sel osteoprogenitor dan lisis, menyiksakan lakuna yang kosong.
osteoblas dari tulang kompak berlokasi di dalam lapisan Gumpulan darah yang mengisi lokasi fraktur akan diinvasi
selular dari periosteum dan pada lapisan di kanal Havers, oleh kapiler kecil dan fibroblas dari jaringan ikat di sekitarnya,
sehingga terlalu jauh jaraknya dari sel-sel pada tulang membentuk jaringan granulasi. Peristiwa yang sama terjadi
kompak berespons terhadap berbagai faktor sistemik, pada rongga sumsum tulang saat gumpalan darah terbentuk;
diantaranya hormon kalsitonim dan paratiroid. gumpalan darah segera diinvasi oleh sel-sl osteoprogenitor dari
Struktur internal tulang dewasa secara terus menerus endosteunm dan sel multipoten dari sumsum tulang,
mengalami remodeling sebagai tulang barai serta tulang membentuk kalus internal pada trabekula tulang dalam waktu
yang mati diresorpsi; sebagai contoh, kurang lebih satu minggu (Gambar 7-20). Dalam waktu 48 jam
䡲 Sistem Havers secara terus menerus akan berganti. sesudah terjadinya cedera, sel-sel osteoprogenitor akan
䡲 Tulang barus diresorpsi pada satu area dan bertambah karena meningkatnya aktivitas mitosis pada lapisan
bertambah pada daerah lain untuk menyesuaikan osteogenik dari periosteum dan endosteum; dan dari sel-sel
dengan perubahan tekanan yang terjadi (misalnya yang tidak berdiferensiasi pada sumsum tulang. Lapisan
berat, postur tubuh, fraktur). terdalam dari sel-sel osteoprogenitor yang sedang berprofilerasi
Saat sistem Havers diresorpsi, osteosit akan mati; selanjutnya pada periosteum (pada bagian yang paling dekat dengan
osteoklas akan direkrut menuju area untuk meesorpsi tulang), dimana di sekitarnya terdapat kapiler, akan
matriks, membentuk rongga absorpsi. Aktivitas osteoklastik berdiferensiasi menjadi osteoblas dan akan mulai membentuk
bagian collar dari tulang, melekatkannya pada tulang yang mati
yang berkelanjutan akan meningkatkan rehateter dan
disekitar tempat cedera.
panjang rongga ini, yang kemudian akan diinvasi oleh
pembuluh darah. Pada kondisi ini, resorpsi tulang akan Meskipun kapiler tumbuh, laju proliferasinya lebih lambat
berhenti dan osteblas akan menempatkan lamela konsentris daripada sel-sel osteoprogenitor; maka sel-sel osteoprogenitor
yang berada di antara masaa yang berproliferasi saat ini tidak
bari di sekitar pembuluh darah, membentuk sistem Haves
memiliki jaringan pembuluh darah kapiler yang berlimpah. Hal
yang baru. Meskipun tulang primer mengalami remodeling ini akan menyebabkan kadar oksigen yang rendah, dan sel-sel
dengan cara ini, yang akan memperkuat tulang dengan ini akan menjadi sel kondrogenik, yang akan menjadi
tersusunnya kolagen di tepi sistem Havers, remodeling akan kondroblas yang akan membentuk kartilago pada sisi luar dari
berlanjut selama hidup saat resorpsi digantikan dengan collar.
deposisi dan pembentukan sistem Havers yang baru. Proses Bagian paling luar dari sel-sel osteoprogenitor
resorpsi tulang seperti ini, diikuti dengan peletakan tulang, yangberproliferasi (yang melekat pada lapisan fibrosa dari
dikenal juga sebagai penggabungan (coupling). Lamela periosteum), memiliki beberapa kapiler di bagian tengahnya,
interstisial yang didapatkan pada tulang dewasa merupakan berlanjut berproliferasi sebagai sel osteoprogenitor.
sisa dari sistem Havers yang mengalami remodeling. Karenanya, area collar terbagi menjadi tiga zona yang
bercampur: (1) lapisan tulang baru yang melekat dengan
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 153
Periosteum Proliferasi Periosteum Endosteum Kartilago matriks yang melekatpada tulang baru yang
terbentuk pada bagian terdalam dari collar akan
terklasifikasi dan pada akhirnya, seluruh kartilago akan
diganti oleh tulang primer melalui pembentukan tulang
endokondral.
Saat fragmen tulang menyatu melalui hubungan
dengan tulangberongga, maka penting untuk
memperbaiki tempat cedera melalui penggantian tulang
primer dengan tulang sekunder dan penyembuhan kalus.
A Endosteum
Tulang yang pertama terbentuk akibat cedera tulang,
berkembang melalui proses pembentukan tulang
Kartilago hialin intramembranosa, dan trabekula yang baru secara mantap
melekat pada tulang yang cedera atau mati. Matriks dari
tulang yang mati, terletak pada ruang kosong di antara
trabekula tulang yang sedang berkembang, akan diserap,
dan ruang tersebut akan terisi oleh tulang yang baru. Pada
akhirnya seluruh tulang baru yang dibentuk oleh osteoblas
yang menginvasi area ini. Berbagai peristiwa ini terjadi
bersamaan, sebagai hasilnya adalah perbaikan pada
fraktur berupa tulang berongga yang dikelilingi kalus
B tulang.
Tulang primer Pada berbagai peristiwa remodiling, tulang primer pada
yang baru penulangan intramembranosa digantikan oleh tulang
terbentuk Kalus
sekunder, menyebabkan terjadinya penyembuhan pada
daerah faktur; pada saat bersamaan kalus diresorpsi.
Tampaknya proses penyembuhan dan remodeling pada
lokasi faktur merupakan respons langsung pada tekanan
yang mengalami perbaikan akan dipulihkan kepada
bentuk dan kekuatan asalnya. Adalah menarik bahwa
proses penyembuhan tulang melibatkan pembentukan
C
Tulang sekunder kartilago dan kedua macam proses penulangan,
yang baru terbentuk intramembranosa dan endokondral.
Patah tulang
yang sembuh KOLERASI KLINIS
Jika segmen tulang hilang atau rusak berat
sehingga harus dibuang, sedangkan "penyatuan
tulang" tidak mungkin; maka proses
penyembuhan tulang tidak terjadi karena kalus
tulang tidak terbentuk. Pada kondisi ini
dibutuhkan pencangkokan tulang. Sejak tahun
1970an, tersedia bank tulang untuk menyuplai
D tulang yang viable untuk keperluan
pencangkokan. Fragmen tulang ditanam dan
Gambar 7–20 Berbagai peristiwa yang terjadi pada dibekukan untuk memelihara potensi osteogenik
penyembuhan fraktur tulang
dan kemudian digunakan sebagai transplan oleh
ahli bedah ortopedi. Autografts adalah yang
paling sukses karena penerima transplan adalah
fragmen tulang, (2) lapisan tengah yang terdiri atas sekaligus sebagai donor. Homografts berasal dari
kartilago, dan (3) lapisan permukaan osteogenik yang individu yang berbeda dari spesies yang sama,
berproliferasi. Secara bersamaa, collars yang terbentuk karenanya mungkin terjadi penolakan akibat
pada bagian ujung setiap fragmen akan menyatu respons imun. Heterografts, adalah cangkok dari
menjadi satu colla, yang disebut kalus eksternal, yang spesies yang berbeda, kemungkinan keberhasilan
akan memulai penyatuan dari fragmen. Pertumbuhan paling kecil, meskipun pernah dibuktikan bahwa
collar eksternal yang terus berlanjut terutama karena tulang anak sapi kehilangan antigenisitasnya
proliferasi sel-sel osteoprogenitor dan juga berasal dari sesudah dibekukan, sehingga dapat digunakan
pertumbuhan interstisial pada kartilago di zona untuk cangkok tulang jika dibutuhkan.
intermediate.
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 154
Defisiensi/Kelebihan Efek
Defisiensi vitamin A Menghambat pembentukan tulang yang layak karena kegagalan koordinasi aktivitas osteoblas
dan osteoklas; kegagalan resorpsi dan remodeling dasar tengkorak untuk mengakomodasi
perkembangan otak menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf pusat
Hipervitaminosis A Erosi kolumna kartilago tanpa penambahan sel di zona proliferasi; lempeng epifisis dapat
tertutup, terjadi hambatan pertumbuhan yang prematur
Defisiensi vitamin C Jaringa mesekin terpengaruh karena jaringan penyambung tidak dapat memproduksi dan
memelihara matriks ekstraselular; produksi kolagen dan matriks tulang berkurang,
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan proses penyembuhan tertunda (scurvy)
Defisiensi vitamin D Osifikasi kartilago epifisis terganggu; sel menjadi tidak teratur pada metafisis, menyebabkan
gangguan kalsifikasi tulang yang berat, yang akan mengakibatkan deformitas karena tidak
mampu menahan berat tubuh (pada anak disebut rickettsia; pada dewasa, osteomalasia)
Ch007-X2945.qxd 12/8/06 3:27 PM Page 156
Sandi
Tulang dapat bergerak atau mendekat satu sama lainnya
Periosteum
pada sendi, yang diklasifikasikan menurut derajat
pergerakan di antara tulang-tulang yang membentuk
sendi. Tulang-tulang yang berikatan secara dekat dengan Lapisan
pergerakan minimal di antaranya disebut sinartrosis; fibrosa kapsul
sedangkan sendi dimana tulang bebas bergerak dalam
rentang yang lebar diklasifikasikan sebagai diartosis. Membran
sinovial
Terdapat tiga macam sendi sinartrosis berdasarkan
jaringan yang membentuk penyatuannya:
1 Sinostosis. Terdapat pergerakan minimal, dan Rongga
jaringan yang menyatukan sendi, adalah tulang sendi
(misalnya tulang tengkorak pada dewasa)
2 Sinkondrosis. Terdapat pergerakan minimal, dan Kartilago
jaringan yang menyatukan sendi adalah sendi
kartilago hialin (misalnya sendi pada iga
Tulang berongga/
pertama dan pada sternum). tulang spongiosa
3 Sindesmosis. Terdapat pergerakannya minimal,
dan tulang disatukan dengan jaringan ikat padat
(misalnya simfisis pubis). Tulang kompak
8 䡲 䡲 䡲
Otot
157
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 158
°Serat otot intermedia mempunyai karakteristik antara serat merah dan putih.
Selubung
Mikroskop Cahaya
Gambar 8-1 Mikrograf cahaya potongan memanjang otot skelet (x540).
Mikroskop cahaya serat otot skelet memperlihatkan sel yang
Perhatikan inti yang terletak di perifer (N) dan juga unsur jaringan ikat
yang amat halus di antara setiap serat otot. A, pita; Z, diskus. berinti banyak, panjang, dan silindris yang intinya terletak pada
bagian tepi.
yang relatif tetap yang menjadi karakteristik dari otot
tertentu. Pada ayam, contohnya, serat otot paha lebih banyak Serat otot rangka merupakan sel berinti banyak, dengan
banyak intinya berada pada bagian tepi dibawah membran sel
putih. Persarafan serat otot tampaknya merupakan faktor yang
(Gambar 8-3). Tiap sel diselimuti endomisium, yang serat
menetukan tipe serat. Jika persarafan diubah secara retikulum halusnya berbaur dengan endomisium sel otot di
eksperimental, serat akan menyesuaikan dirinya terhadap sekitarnya. Sel satelit kecil, yang berinti tunggal dan
persarafan yang baru. bekerja
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 159
Sarkoplasma
OTOT SKELET
Nukleus
serat
OTOT POLOS
Nukleus di tengah
sarkoplasma
Diskus interkalaris
Endomisium
Miofibril
OTOT JANTUNG
Nukleus
Sarkoplasma
Endomisium
Gambar 8-2 Tiga tipe otot. Atas, Otot skelet; tengah, otot polos; bawah, otot jantung.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 160
berkas
serat otot
pita I
diskus Z
pita H
pita A
sebuah miofibril
sarkomer
Gambar 8-4 Susunan miofibril dan sarkomer dalam sebuah sel otot skelet. Perhatikan bahwa keseluruhan otot dilingkupi oleh selubung tebal jaringan ikat yang
dikenal sebagai epimisium, yang memberikan unsur jaringan ikat yang lebih halus (perimisium) yang melingkupi berkas-berkas serat otot skelet. Setiap sel otot
dilingkupi oleh unsur jaringan ikat yang lebih halus lagi, yaitu endomisium. Setiap serat otot skelet memililki suatu sarkolema yang mempunyai invaginasi tubular
(Tubulus T) yang berjalan dalam sarkoplasma dan diapit oleh sistema terminal dari retikulum sarkoplasma. Unsur kontraktil serat otot skelet tersusun dalam
satuan silindris yang terpisah, yang disebut miofibril. Setiap miofibril terdiri atas ribuan sarkomer dengan karakteristiknya masing-masing pita A, I dan H, serta
diskus Z
Miofibril dipertahankan pada tempatnya satu sama lain oleh Organisasi Struktur Miofibril
filamen intermedia desmin dan vimentin, yang mengamankan
bagian prifer diskus Z miofibril sekitar satu sama lain. Berkas Miofibril tersusun dari miofilamen tebal dan
miofibril ditempelkan pada bagian sitoplasma sarkolema oleh tipis yang berinterdigitasi (saling berseling).
berbagai protein, termasuk distrofin, yaitu protein yang
berikatan dengan aktin. Mikroskop elektron memperlihatkan pita yang serupa seperti
Pada miofibril di bagian dalam sarkolema, dan tersebar di mikroskop cahaya tetapi juga memperlihatkan adanya
antaranya terdapat banyak mitokondria panjang dengan miofilamen tebal seperti batang, berinterdigitasi, dan paralel
banyak krista yang saling berseling (interdigitasi), dan miofilamen tipis. Filamen tebal (diameter 15 nm dan
Mitokondria dapat berada pada paralel dengan sumbu panjang 1,5 um terdiri atas miosin II, sedangkan filamen tipis
memanjang pada miofibril. Selain itu, banyak mitokondria (diameternya 7 nm dan panjang 1,0 um) tersusun terutam oleh
terletak di dalam sarkoplasma. aktin.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 162
Sisterna Terminal
Tubulus Retikulum
Nukleus
Melintang Sarkoplasma Sarkolema
Miofibril
Mitokondria
Garis Z Garis Z
Pita A Pita I
Gambar 8-5 Susunan triad dan sarkomer otot skelet. Perhatikan bahwa pada otot skelet triad selalu terletak pada pertemuan pita A dan I,
sehingga memungkinkan penglepasan ion kalsium secara cepat dan sisterna terminal retikulum sarkoplasrna tepat di daerah tempat interaksi
filamen tebal dan tipis dapat menghasilkan pemendekan sarkomer yang efisien. Amati adanya mitokondria di daerah perifer miofibril.
Filamen tipis berasal dari diskus Z dan menjulur ke pusat melewati filamen tebal (teori filamen geser Huxley).
pada dua sarkomer yang berdampingan, sehingga menunjuk ke Kemudian, saat kontraksi terjadi, gerakan filamen tipis ke
arah yang berlawanan. Karena itu, satu sarkomer mempunyai pusat sarkomer membuat tumpang tindih antara kedua
dua kelompok susunan paralel filamen tipis, tiap filamen kelompok filamen, yang secara efektif mengurangi lebar pita I
menempel pada diskus Z, dengan semua filamen dalam tiap dan H tanpa berpengaruh pada panjang pita A.
kelompok mengarah ke tengah sarkomer (Gambar8-8). Susunan filamen tebal dan tipis mempunyai hubungan yang
Filamen tebal juga membentuk susunan paralel,berinterdigitasi konstan dan spesifik. Pada otot skelet mamalia, tiap filamen
dengan filamen tipis dengan cara yang khas. tebal dikelilingi dengan jarak yang sama oleh enam filamen
Dalam keadaan relaksasi, pada serat otot skelet filamen tipis. Potongan lintang melalui daerah tumpang tindih filamen
tebal tidak meluas ke seluruh panjang sarkomer dan filamen tipis dan tebal memperlihatkan pola segi enam, bagian
tipis yang menjulur dari kedua diskus Z sarkomer, tidak sampai tengahnya ditempati oleh filamen tebal (Gambar 8-9; lihat
ke garis tengah. Karena itu, pada tiap sarkomer, pada kedua sisi juga Gambar 8-8) Filamen tebal saling dipisahkan oleh jarak
diskus Z, hanhya ada filamen tipis. Bagian tersebut pada dua 40 hingga 50 nm, sedangkan jarak antara filamen tebal dan
sarkomer yang berurutan ini, terlihat sebagai pita I dengan tipis, hanya berkisar 15 hingga 20 nm.
mikroskop cahaya. Daerah pada tiap sarkomer yang meliputi Struktur miofibril sebagian besar dipelihara oleh lima
seluruh panjang filamen tebal pita A, dan zona tengah pita A, protein:
di mana tidak terdapat filamen tipis, merupakan pita H.
Seperti dinyatakan sebelumnya, pita H terbagi dua oleh garis 䡲 Titin
䡲 Aktinin-α
M, yang terdiri dari miomesin, protein C, dan protein lain
yang belum dikenal dengan baik yang menhubungkan filamen 䡲Tudung Z
䡲Nebulin
tebal untuk mempertahankan susunan jeruji spesifikasinya
(Tabel 8-2). 䡲Tropomodulin
†
S S
Sarkomer
Pita A
Pita H Tropomodulin
Diskus Z
Pita M Nebulin Titin
lurus dan besar. Dua molekul titin meluas dari setengah 'ke' atau 'dari' filamen tipis, akhirnya membantu terjaganya
bagian filamen tebal ke diskus Z sebelahnya; sehingga ukuran panjang yang benar. Sebagai tambahan, dua molekul
empat molekul titin menambat satu filamen tebal antara nebulin, protein nonelastik yang panjang terbelit sepanjang
dua diskus Z tiap sarkomer. tiap filamen tipis, kemudian menambatkannya dalam diskus Z
Filamen tipis dipertahankan pada tempatnya oleh protein dan menjamin terjaganya susunan spesifik filamen tipis. Lebih
berbentuk batang yaitu aktinin-α, yang merupakan komponen lagi, nebulin bekerja sebagai "penggaris," memastikan panjang
diskus Z yang dapat mengikat filamen tipis dalam susunan yang tepat dari filamen tipis. Fungsi ini dibantu oleh protein
paralel. Bagian akhir positif filamen tipis terletak dengan benar tropomodulin, sebuah penutup ujung negatif filamen tipis,
karena protein yang dikenal dengan sebutan tudung Z yang yang serupa dengan tudung Z, mencegah penambahan atau
juga mencegah penambahan atau pengurangan molekul aktin-G pengurangan molekul aktin-G 'ke' atau 'dari' filamen tipis (lihat
Tabel 8-2 dan Gambar 8-8)
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 165
Protein C 140 Tidak ada Berikatan dengan filamen tebal pada garis M
Aktin G 42 Berpolimerisasi membentuk filamen tipis dari F-aktin;
Tidak ada
interaksi G-aktin dengan miosin II membantu dalam
menghidrolisis ATP, mengakibatkan kontraksi
Tropomiosin 64 2 rantai, masing-masing 32kD Menempati alur filamen tipis
sr
*
*
dengan sudut 60-derajat relatif terhadap meromiosin berat Filamen tipis terbentuk dari dua rantai filamen aktin-f
sebelahnya,sehingga daerah kepala selalu berada dengan terbungkus satu sama lain dalam hubungannya dengan
filamen tipis. tropomiosin dan troponin.
Tiap molekul miosin II terlihat mempunyai dua daerah
fleksibel, satu pada sambungan meromiosin berat dan Komponen utama dari tiap filamen tipis adalah aktin-F,
meromiosin ringan dan lainnya pada sambungan subfragmen S1 polimer unit aktin-G bulat, semua molekul terpolimerisasi
dan S2 yang membuat molekul miosin II untuk menarik filamen dalm orientasi ruang yang sama, memberi polaritas berbeda
tipis, secara bertahap, menuju bagian tengah sarkomer. pada filamen. Ujung positif tiap filamen berikat dengan diskus
Z melalui aktinin-α; ujung negatif meluas ke tengah sarkomer.
Tiap molekul aktin-G juga berisi daerah aktif, di mana daerah
FILAMEN TIPIS kepala (subfragmen S1)
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 167
miosin II terikat. Dua rantai aktin-F terpilin satu sama lain dan kompleks berikatan dengan daerah aktif aktin (Gambar
dalam heliks padat (periodisitas 36-nm) seperti dua untaian 8-10).
mutiara (lihat Gambar 8-8). 5 Pi terlepas, tidak hanya berakibat pada kekuatan ikatan
Sepanjang heliks untaian ganda aktin-F terdapat dua alur lebih besar antara aktin dan miosin II tetapi juga pada
yang dangkal. Molekul tropomiosin berbentuk pensil, perubahan konformasi subfragmen SI.
panjang sekitar 40-nm, berpolimerisasi untuk membentuk
filamen kepala sampai ekor yang menempati alur dangkal 6 ADP juga dilepaskan, dan filamen tipis diseret ke
pada heliks aktin untaian ganda. Tropomiosin yang arah tengah sarkomer ("daya mengayuh/power stroke").
terikat, menutupi sebagian daerah situs aktif molekul 7 Satu molekul ATP baru berikatan ke subfragmen S1
aktin dengan cara menumpang tindih. yang menyebabkan penglepasan ikatan antara aktin dan
Sekitar 25 hingga 30 nm dari permulaan flap miosin II.
molekul tropomiosin merupakan molekul troponin tunggal, Siklus pelekatan dan penglepasan harus diulang berkali-kali
tersusun dari tiga polipeptida bulat: TnT, TnC, dan TnI. agar kontraksi terjadi sempurna. Tiap siklus pelekatan dan
Subunit TnT mengikat seluruh molekul troponin ke penglepasan memerlukan ATP untuk konversi energi kimia
tropomiosin; TnC mempunyai afinitas yang tinggi terhadap menjadi gerak.
kalsium; dan TnI mengikat aktin, mencegah interaksi antara
aktin dan miosin II. Pengikatan kalsium oleh TnC
menyebabkan pergeseran konformasi tropomiosin, KORELASI KLINIS
membuka daerah aktif yang sebelumnya terhalang pada
filamen aktif sehingga molekul miosin II dapat lentur,
membentuk jembatan silang, dan sehingga gugus S1 Segera setelah kematian hewan atau manusia, sendi
(kepala miosin) mengikat daerah aktif pada molekul aktin menjadi tidak dapat digerakkan. Kekakuan sendi ini
(lihat selanjutnya). dikenal dengan rigor mortis dan, bergantung
fluktuasi suhu sekitar, kekakuan ini dapat terjadi
Kontraksi dan Relaksasi Otot selama tiga hari. Karena sel mati tidak dapat
memproduksi ATP, disosiasi filamen tebal dan tipis
tidak dapat terjadi, kepala miosin akan tetap terikat
Kontraksi otot mengikuti "hukum semua-atau-tidak (all-
pada daerah aktif molekul aktin sampai otot mulai
or-none law)" dan diikuti relaksasi otot.
teruraimembusuk. Waktu kematian dapat
diperkirakan oleh keadaan rigor mortis, saat
Kontraksi secara efektif mengurangi panjang serat otot saat dihubungkan dengan catatan fluktuasi suhu sekitar.
istirahat, sejumlah yang sama dengan seluruh pemendekan Menarik untuk dicatat bahwa otot wajah adalah yang
yang terjadi sepanjang sarkomer sel otot tersebut. Proses pertama mengalami rigor mortis dan maksimal rigor
kontraksi, biasanya dipicu oleh impuls saraf, mengikuti terjadi 12-24 jam setelah kematian.
hukum all-or-none, sehingga satu serat otot hanya
berkontraksi sebagai akibat stimulasi atau tidak merespons
sama sekali. Kekuatan kontraksi otot besar anatomik, seperti
bisep, merupakan fungsi sejumlah serat otot yang mengalami Selama konsentrasi kalsium sitosol cukup tinggi, filamen
kontraksi. Stimulus dikirimkan ke tautan neuromuskular. aktin tetap pada keadaan aktif dan siklus kontraksi berlanjut.
Selama kontraksi otot, filamen tipis menggeser melewati Saat impuls rangsang berhenti, relaksasi otot terjadi,
filamen tebal, seperti dijelaskan oleh teori filamen meluncur melibatkan tahap terbalik yang membuat kontraksi.
Huxley (Huxley's sliding filament). Pertama, pompa kalsium pada membran retikulum
Urutan peristiwa yang mengakibatkan kontraksi otot skelet: sarkoplasma secara aktif membawa Ca2+ kembali ke sisterna
terminal, tempat ion terikat dengan protein kalsekuestrin
1 Sebuah impuls, terbentuk sepanjang sarkolema, dikirimkan (calsequestrin). Penurunan kadar Ca2+ di sitosol membuat TnC
ke interior serat melalui tubulus T, ke sisterna melepaskan ikatan Ca2+; kemudian tropomiosin kembali ke
terminal retikulum sarkoplasma (lihat Gambar 8-5) posisi ketika ia menutupi daerah aktif aktin, mencegah
2 Ion kalsium keluar dari sisterna terminal melalui kanal interaksi aktin dan miosin II.
berpintu voltase penglepas kalsium, masuk ke sitosol, dan
mengikat subunit TnC troponin, yang mengubah Sumber Energi Untuk Kontraksi Otot
konformasinya.
3 Perubahan konformasi pada troponin menggeser posisi Sumber energi untuk kontraksi otot adalah sistem energi
tropomiosin ke cekungan yang lebih dalam, membuka daerah fosfogen, glikolisis, dan sistem energi aerobik.
aktif (daerah pengikat miosin) pada molekul aktin.
4 ATP ada di subfragmen S1 miosin II terhidrolisasi, tetapi baik Karena proses kontraksi otot membutuhkan energi yang besar,
adenosin difosfat (ADP) dan fosfat anorganik (P1) tetap sel otot skelet menjaga tingginya konsentrasi tinggi senyawa
menempel pada subfragmen S1, tinggi energi ATP dan kreatin fosfat (atau fosfokreatin). Karena
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 168
Aktin
ADP
P
Miosin
Pi dilepas sehingga
mengakibatkan perubahan
ATP yang terdapat pada subfragmen subfragmen S1
S1, terhidrolis, dan kompleks itu
terikat pada tempat aktif pad aktin.
P
ADP
ATP
Gambar 8-10 Peran adenosin trifosfat (ATP) pada kontraksi otot. ADP, adenosin difosfat; P, fosfat; Pi, Fosfat anorganik; S1, subfragmen,
fragmen miosin. (dimodifikasi dan Albers B, Bray D, Lewis J, et al: Molecular Biology of the Cell. New York, Garland Publishing, 1994.)
baik ATP dan kreatin fosfat mengandung ikatan fosfat tinggi terbentuk direfosforilasi melalui dua cara; (1) glikolisis,
energi, mereka merupakan sistem energi fosfogen, dan dapat menyebabkan akumulasi asam laktat, dan (2) mengirimkan fosfat
menyediakan energi yang cukup untuk aktivitas otot maksimal energi tinggi dari kreatin fosfat (sistem fosfogen) yang
sekitar 9 detik. (3 detik untuk ATP dan 6 detik untuk kreatin dikatalisasi oleh fosfokreatin kinase. Saat aktivitas otot
berkepanjangan, maka akan dikerahkan sistem aerobik
fosfat).
pemproduksi energi.
Tambahkan energi dapat dibuat melalui metabolisme
anaerobik dari glikogen (glikolisis), yang mengakibatkan
pembentukan dan penumpukkan asam laktat. Hal ini diketahui Tautan Miotenden
sebagai sistem asam laktat-glikogen. Sistem ini menyediakan
energi maksimal sekitar 90 sampai 100 detik untuk aktivitas Bagian jaringan ikat pada serat otot melanjutkan diri dengan
otot. tendon tempat otot menempel. Pada tautan miotenden, sel
Sistem ketiga, dikenal sebagai sistem energi aerobik. menjadi gepeng dan amat berlipat. Serat kolagen dari tendon
menggunakan diet normal untuk pembentukan ATP. sistem menyusup ke dalam lipatan dan mungkin menjadi
aerobik tidak menunjang aktivitas otot normal tanpa batas jika berkesinambungan dengan serat retikulum endomisium. Dalam
asupan makanan terus dijaga dan nutrien tersedia. sel, miofilamen tertanam ke bagian dalam sarkolema sehingga
daya kontraksi dikirimkan ke serat kolagen tendon.
ATP dibentuk melalui fosforilasi oksidasi dalam mitokondria
yang melimpah dalam sel otot selama periode inaktivitas atau
aktivitas rendah. Droplet lipid dan glikogen, yang berlimpah Inervasi Otot Skelet
dalam sarkoplasma, juga siap dikonversi menjadi sumber energi.
Ketiga sistem metabolik otot skelet ini dimanfaatkan untuk Sel otot skelet dan satu neuron motor yang menginervasi
menyediakan kebutuhan energi otot bergantung pada modalitas merupakan satu unti motor.
aktivitasnya. Saat terjadi kontraksi terus menerus, ADP yang
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 169
Tiap otot skelet menerima setidaknya dua tipe serat saraf: Transmisi Impuls Tautan Neuromuskular
motorik dan sensorik. Saraf motorik berfungsi menghasilkan
kontraksi, sedangkan serat sensorik melewati gelendong otot
Transmisi impuls dari neuron motor ke serat otot skelet
(muscle spindle) (lihat selanjutnya). Selain itu, serat otonom
terjadi di tautan neuromuskular.
mempersarafi unsur vaskular otot skelet. Spesifisitas inervasi
motorik merupakan fungsi otot terinervasi. Jika otot bekerja
cepat, seperti beberapa otot mata, satu neuron motor mungkin Serat motor merupakan akson bermielin dari neuron
bertanggung jawab terhadap sedikit sekitar 5 sampai 10 serat motora, yang melewati jaringan ikat otot. Akson bercabang-
otot skelet, sedangkan satu otot yang terletak pada dinding cabang secara bebas, dan akan semakin kehilangan selubung
perut dapat mempunyai 1.000 serat di bawah pengaturan satu mielin (tetapi tidak pada sel Schwann-nya). Akhir dari cabang-
neuron motor. Tiap neuron motor dan serat otot yang dikontrol cabang akan berdilatasi dan menimpa ujung saraf motorik
membentuk satu unit motorik. Serat otot dari unit motor tiap serat otot. Tiap tautan saraf-otot ini disebut tautan
terikat dalam kesatuan dan mengikuti hukum all or none neuromuskular, terbentuk dari akson terminal, celah sinaptik,
kontraksi otot. dan membran sel otot (Gambar 8-11 sampai 8-13).
Membran sel otot (membran pascasinaps) dimodifikasi, Transmisi stimulus menyeberang celah sinaps
membentuk celah sinaps primer, suatu struktur mirip palung melibatkan urutan peristiwa berikut (Gambar 8-14):
yang dihuni oleh akson terminial. Awal celah sinaps primer 1 Stimulus, berjalan melalui akson, mendepolarisasi membran
merupakan celah sinaps sekunder yang berlimpah (lipatan akson terminal, kemudian membuka kanal kalsium berpintu
taut), modifikasi lanjut dari sarkolema. Baik celah sinaps voltase, terletak di sekitar struktur yang tersusun linear
primer dan lipatan taut dibatasi oleh lamina basalis-seperti
dikenal sebagai balok padat (dense bar).
lamina eksterna. Sarkoplasma di sekitar celah sinaps
sekunder kaya dengan glikogen, nuklei, ribosom, dan 2 Influks kalsium ke akson terminal menyebabkan
mitokondria. penggabungan sekitar 120 vesikel sinaps setiap impuls saraf
Akson terminal, diliputi oleh sel Schwann, berisi dengan membran akson terminal (membran prasinaps)
mitokondria, retikulum endoplasma halus, dan sebanyak dan selanjutnya melepas asetilkolin (disertai proteoglikan
300.000 vesikel sinaps (tiap vesikel berdiameter 40-50 nm) dan ATP) ke celah sinaps primer. Penggabungan terjadi
berisi neurotransmiter asetilkolin. Fungsi tautan sepanjang daerah spesifik membran presinaps, disebut
neuromuskular mengirimkan stimulus dari serat saraf ke sel daerah aktif, yang berdampingan dengan balok padat.
otot.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 171
Akson
nukleus sel selubung mielin
schwann
percabangan
saraf akhir selubung sel schwann
vesikel
sinaptik
lipatan
tautan
Miofibril
nukleus otot
Gambar 8-13 Tempat pertemuan otot-saraf. Perhatikan bahwa selubung mielin berhenti pada tempat akson bercabang-cabang di atas serat otot skelet, tetapi
selubung sel Schwann melanjutkan diri untuk mengisolasi serat saraf. Ujung cabang-cabang saraf melebar membentuk ujung terminal akson yang menutupi ujung
akhir saraf motorik masing-masing serat otot.
3 Neurotransmiter asetilkolin (ligan) dibebaskan dalam jumlah teraktivasi (diproduksi mitokondria) dan kolin didaur ulang,
besar, dikenal sebagai quanta (sama dengan 10.000 hingga sebuah reaksi dikatalisasi oleh asetil kolin transferase.
20.000 molekul), dari ujung saraf. Asetilkolin yang baru terbentuk ditranspor, melalui
4 Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinaps dan penggunaan sistem antiport yang difasilitasi oleh gradien
berikatan ke reseptor asetilkolin pascasinaps pada konsentrasi proton, menjadi vesikel sinaps yang baru
membran sel otot. Reseptor ini, terletak di sekitar daerah Selain daur ulang kolin, membran vesikel sinaps didaur ulang
aktif prasinaps, kanal ion berpintu ligan, yang terbuka untuk mempertahankan daerah permukaan membran prasinaps.
sebagai respons terhadap ikatan dengan asetilkolin. Influks Daur ulang membran selesai dengan pembentukan vesikel
ion menyebabkan depolarisasi sarkolema dan membentuk endositotik bersalut klatrin, yang menjadi vesikel sinaps yang
potensial aksi (lihat Bab 9). baru terbentuk.
5 Impuls yang terbentuk menyebar dengan cepat ke seluruh
serat otot melalui sistem tubulus T, memulai kontraksi Gelendong Otot dan Organ
otot. Tendon Golgi
Untuk mencegah stimulasi tunggal memperoleh respon
multipel, asetilkolinesterase, suatu enzim yang terletak pada
Gelendong otot dan organ tendon Golgi merupakan
lamina eksterna batas celah sinaps primer dan sekunder, reseptor sensorik yang mengawasi kontraksi otot.
mendegredasi asetilkolinesterase menjadi asetat dan kolin,
sehingga memungkinkan terjadinya potensial istirahat
kembali. Degredasi sangat cepat sehingga semua asetilkolin Kontrol saraf terhadap fungsi otot membutuhkan tidak hanya
yang terlepas akan dipecah dalam beberapa ratus milidetik. kemampuan menginduksi atau menghambat kontraksi otot
Kolin ditransporkan kembali ke terminal akson oleh protein tetapi juga kemampuan mengawasi status otot dan tendonnya
simport natrium-kolin yang difasilitasi gradien konsentrasi saat aktivitas otot. Pengawasan ini dilakukan oleh dua tipe
natrium. Dalam akson terminal, asetilkolin disintesis dari asetat reseptor sensorik:
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 172
Na+
Membran
diperbarui
Na+ sebagai
AskoA
+ vesikel yang
dibungkus
KOLiN
oleh klatrin
Kolin
KOLIN asetiltransferase AS
AS
ATP
ASE PG Vesikel
H+ sinaptik
ASETAT
AS PG
ASETAT KOLIN
Celah
TP
A AS sinaptik
ASE
AS
AS ATP
Sel otot PG
Reseptor
asetilkolin
Gambar 8-14 Diagram yang menggambarkan hal-hal yang terjadi pada tempat pertemuan otot-saraf saat penglepasan asetilkolin. AcCoA, asetil
koA; Ach, asetilkolin; AchE, asetilkolinesterasi; ATP, adenosin trifosfat; PG, proteoglikan. (Dimodifikasi dari Katzung BG: Basic and Clinical
Pharmacology, 4th ed. East Norwalk, Conn, Appleton & Lange, 1989.)
䡲 Gelendong otot, yang memberikan umpan balik Saat otot diregangkan, otot biasanya mengalami kontraksi
terhadap perubahan panjang otot serta laju perubahan refleks, atau refleks regang (stretch reflex). Respon
panjang otot proprioseptif ini dimulai oleh gelendong otot, reseptor sensorik
䡲 Organ tendon Golgi, yang mengawasi tegangan serta berkapsul yang terletak di antara, dan sejajar dengan sel otot
laju tegangan diproduksi saat bergerak (Gambar 8-15). Tiap gelendong otot terbentuk dari 8-10 sel
otot yang termodifikasi, memanjang, sempit, sangat kecil
Informasi dari kedua struktur sensorik umumnya diproses pada disebut serat intrafusal, berada dalam ruang periaksial yang
keadaan tidak sadar, di korda spinalis. Informasi juga berisi cairan, tertutup oleh kapsul. Unsur jaringan ikat kapsul
mencapai serebelum dan bahkan korteks serebri, sehingga bersinambung dengan serat kolagen perimisium dan
orang tersebut dapat merasakan posisi otot. endomisium. Serat otot skelet di sekeliling gelendong otot
terlihat biasa saja dan disebut serat ekstrafusal.
Gelendong Otot Serat intrafusal mempunyai dua tipe: serat kantong nuklir
dan serat rantai nuklir yang lebih banyak dan lebih tipis.
Terdapat dua kategori serat kantong nuklir: stastik dan dinamik.
Gelendong otot secara kontinu mengawasi panjang dan Inti kedua tipe serat ini menempati bagian tengah sel;
perubahan panjang otot. miofibrilnya terletak pada
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 173
Serat sensori
grup II
Serat rantai
nukleas
neuron motorik
Y statis
Akhiran primer
serat aferan
grup Ia
Nukleas
Kapsula interna
Serat motor
alfa
Ruang subkapsularis
Serat ekstrafusal
A
Serat kantong
nuklir ststik
Serat kantong
Serat
nuklir dinamik
rantai
nuklir
II
B
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 175
N Gl
D D
Gl
I
N
Gambar 8-18 Mikrograf cahaya
potongan memanjang sel otot jantung,
memperlihatkan ciri-ciri percabangan
dan endapan glikogen (GI) (x270).
Percabangan serat otot jantung, nukleus
yang terletak di tengah (N), dan
keberadaan diskus interkalaris (I)
merupakan ciri khas otot jantung.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 177
Diskus interkalaris memiliki bagian transversus, dimana Pola lurik serat otot jantung identik dengan pola lurik otot
terdapat banyak fasia adherens dan desmosom, serta bagian skelet, termasuk pita I dan pita A yang bergantian. Tiap
lateral yang banyak mengandung taut celah (lihat Gambar sarkomer memiliki substruktur yang sama dengan otot skelet;
8-20 hingga 8-22). Pada sitoplasma sarkolema diskus maka, cara dan mekanisme kontraksinya juga sama. Namun,
interkalaris, miofilamen tipis melekat pada fasia adherens, terdapat beberapa perbedaan besar yang harus diperhatikan,
yang merupakan analog dari diskus Z. Taut celah, yang letaknya dalam retikulum sarkoplasma, letak tubulus T yang
berfungsi menyalurkan informasi dengan sangat cepat dari satu menyediakan Ca2+ bagi otot jantung, saluran ion dalam
sel ke sel lainnya, juga terdapat di bagian di mana sel-sel yang plasmalema, dan lamanya potensial aksi.
berdampingan saling bersentuh. Retikulum sarkoplasma otot jantung tidak membentuk
sisterna terminal dan tidak seluas pada otot jantung; malah,
Organel ujung-ujung kecil retikulum sarkoplasma terletak berdekatan
dengan tubulus T. Struktur-struktur ini biasanya tidak
Cairan ekstraselular merupakan sumber utama membentuk triad, seperti pada otot skelet; namun, pertautannya
kalsium yang diperlukan untuk kontraksi otot jantung. biasanya terbentuk antara dua pasangan, sehingga membentuk
diad. Berbeda dengan otot skelet, di mana triad terletak pada
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 178
A Is
Mi
M
M
Mitokondria Diskus interkalaris
3
2
Ri
Pita
I Pit
aA
Tu
Diskus Z
ion pada sel otot skelet dan sel otot jantung adalah, bahwa ion besar dari kelenjar gabungan, saluran respirasi, dan seberkas
kalium dapat dengan cepat meninggalkan sel otot skelet, kecil di dalam dermis kulit. Otot polos tidak berada di bawah
sehingga potensial membran istirahat dapat segera dipulihkan; pengaruh kontrol volunter; otot ini diatur oleh sistem saraf
pada sel otot jantung, ion kalium sulit keluar, sehingga turut otonom, hormon (seperti bradikinin), dan kondisi fisiologi
menciptakan potensial aksi yang berkepanjangan. lokal. Sehingga, otot polos juga disebut sebagai otot
involunter.
Pada hipertrofi jantung, jumlah serat 䡲 Sel otot polos multiunit dapat berkontraksi secara
miokardium tidak bertambah, namun sel otot independen tanpa bantuan lain, karena setiap sel otot
jantung menjadi lebih panjang dan lebih besar mempunyai persarafan sendiri.
diameternya. Kerusakan pada jantung tidak 䡲 Membran sel otot polos uniter (single-unit, vaskular)
menyebabkan regenerasi jaringan otot; malah, sel membentuk taut celah (gap junction) dengan sel otot polos
otot jantung yang telah mati akan digantikan oleh yang berkelanjutan, dan serat saraf membentuk sinaps
jaringan ikat fibrosa. dengan hanya sebagian serat otot. Sehingga sel otot polos
Kurangnya Ca2+ dalam kompartemen uniter tidak dapat berkontraksi secara independen.
ekstraselular menyebabkan berhentinya kontraksi Sebagai tambahan dari fungsi kontraksinya, sebagian otot
otot jantung dalam 1 menit, sedangkan serat otot polos dapat menyintesis protein. Subtansi yang diproduksi
skelet masih dapat berkontraksi untuk beberapa oleh sel otot polos untuk penggunaan ekstrasel ialah kolagen,
jam. elastin, glikosaminoglikan, proteoglikan, dan faktor
Walau sedikit energi dapat dihasilkan melalui pertumbuhan.
metabolisme anaerob (hingga 10% pada keadaan
hipoksia), namun keadaan anaerob total tidak Gambaran Mikroskop Cahaya
dapat mempertahankan kontraksi pada ventrikel. Serat Otot Polos
Kontraksi Volunter; "semua atau Involunter; ritmis dan Involunter; perlahan dan kuat;
tidak sama sekali" spontan bukan "semua atau tidak sama
sekali"
Kontrol kalsium Kalsekuestrin dalam Kalsium dan sumber
ekstraselular dan retikulum Kalsium dan sumber ekstraselular
sisterna terminal
sarkoplasma (via kaveola) dan retikulum
sarkoplasma/endoplasma
Pengikatan kalsium Troponin C Troponin C Kalmodulin
Jaringan ikat Epimisium, perimisium, Selubung jaringan ikat dan Selubung jaringan ikat dan
endomisium endomisium
dan endomisium
Ciri khusus panjang bentuk silinder; Selbercabang; diskus Sel fusiform tanpa gurat
interkalaris; satu atau dua
banyak nukleus di perifera melintang; nukleus tunggal
nukleus
memendek nukleus mempunyai karakteristik "gambaran polos, yang merupakan kelompokan miofilamen.
berpiln", yang disebabkan oleh pemendekatan otot polos Sel otot polos umumnya membentuk lembaran dengan
karena kontraksi (Gambar 8-25). berbagai ketebalan, meskipun dapat tampak sebagai sel
Setiap sel otot polos dikelilingi oleh lamina eksterna, individu. Saat sel membentuk lembaran, sel tersusun
yang memisahkan sarkolema sel otot polos yang saling membentuk jejaring kontinu di mana bagian yang melancip
berdampingan (Gambar 8-26). Serat retikulum terbenam dalam menempati daerah di antara sel otot polos yang berdekatan
lamina eksterna, yang tampak membungkus masing-masing sel (lihat Gambar 8-2). Pada potongan melintang, diameter dapat
otot polos dan berfungsi dalam mengontrol kekuatan bervariasi, sebagian mengandung nukleus, sebagian lain tidak
kontraksi. (lihat Gambar 8-24). Potongan melintang tanpa nukleus
Dengan pewarnaan hematoksisilin dan eosin (H&E), merupakan ujung yang melancip sel otot polos saat
sitoplasma serat otot polos tampak biasa; akan tetapi dengan berinterdigitasi dengan serat otot polos lain.
pewarnaan hematoksisilin besi akan terlihat adanya badan Lembaran sel otot polos seringkali tersusun dalam dua
padat yang melekat pada permukaan dalam membran sel yang lapisan yang tegak lurus satu sama lain, seperti pada sistem
berhadapan dengan sitoplasma. Terlihat pula gurat-gurat pencernaan dan perkemihan. Susunan memungkinkan
memanjang dapat terlihat jelas pada sarkoplasma sel otot gelombang peristalsis.
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 181
N
N
Gambar 8-23 Mikrograf cahaya potongan memanjang otot polos Gambar 8-24 Mikrograf cahaya potongan melintang otot polos (x540).
(x540). Nukleus (N) terletak di garis tengah sel agak ke pinggir, Nukleus (N) mempunyai beragam diameter, menandakan bentuknya
sehingga cenderung ke salah satu sisi lateral membran sel. Nukleus seperti gelendong dan telah dipotong pada berbagai daerah di
tidak berbentuk seperti pembuka tutup botol, menandakan bahwa otot sepanjang sel tersebut. Nukleus sel ini terletak pada bagian tengah
tidak sedang berkontraksi. dan sel otot lebih panjang daripada nukleusnya, sehingga akan
tampak gambaran sel otot polos yang tidak memperlihatkan
nukleusnya, karena terpotong pada daerah yang jauh dan bagian
tengah sel.
Struktur Halus Otot Polos kepala meromiosin berat (S1) menonjol dari filamen tebal di
sepanjang filamen, kedua ujungnya tidak mempunyai
Sitoplasma perinuklir sel otot polos, khususnya daerah meromiosin berat. Bagian tengah filamen, tidak seperti otot
berdekatan dengan 2 kutub nukleus, mengandung sejumlah rangka, juga memiliki meromiosin berat, menyebabkan daerah
mitokondria, aparatus Golgi, retikulum endoplasma kasar permukaan lebih luas untuk interaksi aktin dengan miosin II
(RER), retikulum endoplasma halus (SER), dan inklusi seperti dan memungkinkan kontraksi dengan durasi yang lama.
glikogen (lihat Gambar 8-26). Terdapat pula jalinan ekstensif Hukum all or none tidak berlaku pada otot polos. Seluruh
filamen tipis (7 nm) dan filamen tebal (l5nm). Filamen tipis sel, atau sebagian kecil sel, dapat berkontraksi dengan segera
terdiri atas aktin (bersama kaldesmon, suatu protein yang meskipun metode kontraksinya kemungkinan mengikuti teori
menutupi situs aktif aktin-F, dan tropomiosin, terlihat tanpa kontraksi `pergeseran filamen'.
adanya troponin). Filamen tebal terdiri atas miosin II juga, Kekuatan kontraktil ditahan intrasel dengan sistem
sama seperti yang ditemukan pada otot skelet. tambahan dari filamen intermedia, yang terdiri atas vimentin
Miofilamen otot polos tidak tersusun dengan cara dan desmin pada otot polos unitari, dan desmin (saja) pada
parakristalin seperti pada otot rangka, serta susunan filamen otot polos multiunit. Filamen intermedia juga filamen tipis
tebalnya tidak sama. Molekul miosin II berderet sehingga yang dimasukkan ke dalam benda padat, dibentuk oleh akti-
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 182
sel otot yang memiliki taut neuromuskular. Seperti telah rangka. Sel otot rangka mengatur jumlah dan ukurannya
dibahas sebelumnya, transmisi impuls pada otot ini, disebut dengan menyekresikan superfamili dari faktor perubahan
unitari (unit tunggal atau otot polos viseral), terjadi melalui pertumbuhan (transforming growth factor -β /TGF-β) dari
neksus (gap junction) yang dibentuk antara sel otot polos yang molekul pensinyal ekstrasel yakni miostatin. Tikus yang
berdekatan. Otot polos dapat juga diatur oleh faktor humoral bermutasi yang serat otot rangkanya tidak dapat
atau lingkungan mikro, seperti oksitosin dalam uterus atau memproduksi miostatin, akan mempunyai otot yang besar,
peregangan serat otot usus. baik dalam jumlah yang lebih banyak, dan sel otot yang jauh
Otot polos lainnya pada tubuh merupakan jenis lebih besar daripada tikus normal.
intermedia, yang dalam persentase tertentu (30% hingga Otot jantung tidak dapat beregenerasi. Setelah jejas/
60%) selnya menerima persarafan individual (masing-masing). cedera, seperti pada infark miokardium, fibroblas memasuki
daerah yang rusak, mengalami pembelahan
sel, dan membentuk jaringan ikat fibrosa (jaringan parut)
REGENERASI OTOT untuk memperbaiki kerusakan.
Sel otot polos mempunyai kemampuan mitosis
untuk membentuk sel otot polos lebih banyak.
Meskipun sel otot rangka tidak mempunyai kemampuan Kemampuan ini khususnya terdapat pada uterus yang
aktivitas mitosis, jaringan dapat beregenerasi karena adanya sel kehamilan, di mana dinding otot menjadi lebih tebal
satelit. Sel ini dapat bermitosis, mengakibatkan hiperplasia, karena hipertrofi tiap sel dan hiperplasia yang berasal
setelah jejas/cedera otot. Pada kondisi tertentu, seperti bina dari aktivitas mitosis sel otot polos. Defek kecil,
raga (muscle building), sel satelit dapat menyatu dengan sel setelah jejas, dapat mengakibatkan pembentukan sel otot
otot, sehingga meningkatkan massa otot saat hipertrofi otot polos baru. Sel baru ini dapat berasal dari aktivitas
Ch008-X2945.qxd 15/8/06 2:45 PM Page 184
Keadaan inaktif
(rantai ringan tidak difosforilasi) mitosis sel otot polos yang ada seperti pada traktus
Rantai ringan miosin gastrointestinal dan urinarius, atau dari diferensiasi perisit
yang belum berdiferensiasi di sekeliling pembuluh darah.
Rantai
berat miosin
SEL MIOEPITEL DAN
MIOFIBROBLAS
ATP
Kinase rantai Sel tertentu berhubungan dengan unit sekresi kelenjar
ringan miosin memiliki kemampuan kontraktilitas. Sel mioepitel ini
ADP dimodifikasi untuk membantu penghantaran produk sekresi ke
dalam duktus kelenjar. Sel mioepitel berbentuk pipih dan
Keadaan aktif
(rantai ringan difosforilasi) memiliki tonjolan panjang yang membungkus di sekeliling
unit kelenjar (lihat Bab 5, Gambar 5-24 dan 5-25). Sel
mioepitel mengandung aktin dan miosin. Mekanisme dan
pengaturan kontraksi sel mioepitel mirip dengan sel otot polos
P
Tempat
pengikatan aktin P
Ekor miosin Pada kelenjar mamma laktans, sel mioepitel berkontraksi
dilepaskan saat penglepasan oksitosin; pada kelenjar lakrimal, sel ini
berkontraksi karena kerja asetilkolin.
Gambar 8-27 Aktivasi molekul miosin otot polos. ADP, ADP,
adenosin difosfat; ATP, adenosin trifosfat; P, fosfat miosin yang Miofibroblas menyerupai fibroblas tetapi mempunyai
terikat dengan rantai ringan. (Modifikasi dart Alberts B, Bray D, banyak aktin dan miosin. Sel ini dapat berkontraksi dan
Lewis J, et al.: Molecular Biology of the Cell. New York, Garland terutama pada kontraksi luka dan erupsi gigi.
Publishing, 1994.)
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 185
9 䡲 䡲 䡲
Jaringan Saraf
185
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 186
䡲 sel-sel araknoid mater dan pia mater juga dikenal sebagai perikarion atau soma, adalah
䡲 sel-sel satelit pada ganglia bagian sel yang penting karena mengandung inti dan
䡲 sel-sel Schwann sitoplasma sekitar inti. Secara umurn neuron di SSP
berbentuk poligonal (Garnbar 9-1) dengan permukaan di
antara prosesus (juluran) sitoplasrnanya berbentuk
KORELASI KLINIS konkaf. Sementara neuron pada ganglion radiks
Organogenesis SSP yang abnormal menyebabkan belakang (ganglion sensorik SSP) mempunyai badan sel
berbagai macam kelainan pembentukan berbentuk bulat dengan hanya satu prosesus (Garnbar
kongenital. Spina bifida merupakan gangguan 9-2). Badan sel rnernpunyai bentuk dan ukuran yang
penutupan tabung spinal. Pada kasus yang berat berbeda-beda tergantung lokasi dan jenisnya. Bentuk
rnedula spinalis dan meninges mungkin menonjol neuron yang berbeda-beda ini akan diterangkan
keluar melalui bagian yang terbuka. Spina bifida kemudian dalam diskusi berbagai daerah sistem saraf.
anterior adalah gangguan penutupan pada Dendrit merupakan tonjolan badan sel saraf yang
(vertebra). Kasus-kasus yang berat mungkin khusus menerima rangsang dari sel-sel sensorik, akson
berhubungan dengan gangguan perkembangan dan neuron-neuron lainnya (Gambar 9-3). Dendrit
organ-organ yang terdapat di dalam rongga dada sering bercabang-cabang sehingga dapat menerima
dan perut. berbagai rangsang dari berbagai neuron lain lmpuls
Anensefalus adalah kegagalan penutupan saraf yang diterirna oleh dendrit kernudian
bagian depan neuropore dengan otak yang tidak ditransmisikan menuju ke soma.
berkembang dan ketiadaan tulang tengkorak. Setiap neuron mempunyai akson tunggal dengan
Penderita biasanya tidak bertahan hidup. panjang hingga 100 cm dengan bagian ujungnya yang
Epilepsi mungkin akibat migrasi sel-sel melebar, dikenal sebagai akson terminal. Akson akan
korteks serebri yang tidak normal yang memutus meneruskan impuls dari badan sel saraf ke neuron
fungsi interneuron yang normal. lainnya, otot atau kelenjar. Akson rnungkin juga
Penyakit Hirschprung, juga dikenal sebagai menerima impuls dari neuron lainnya dan akan
megakolon kongenital disebabkan oleh memodifikasi perilakunya. Seperti dendrit akson juga
kegagalan sel-sel krista neuralis untuk mencapai bercabang-cabang. Bagian ujung akson dikenal sebagai
dinding usus. Dinding usus tidak mengandung bulbus terminal (bouton terminaux/terminal
pleksus Auerbach, bagian dari sistem saraf button)
parasimpatis yang mensarafi bagian ujung distal
kolon. Ketiadaan pleksus saraf tersebut
mengakibatkan terjadinya dilatasi dan hipertrofi
kolon.
Dendrit
Neuron motorik
Akson Hillock
Akson
Selubung mielin
Nodus Ranvier
Cabang
kolateral
Bulbus terminal
Serat otot/muskular
Dendrit Dendrit
Akson
Badan
sel
Badan
sel
Akson
Akson
Dendrit
Badan
sel
Akson
pada SSP misalnya terbanyak pada substansia nigra Tetes lemak (lipid droplets) kadang-kadang dapat
dan locus ceruleus dan lebih sedikit pada nukleus dilihat pada sitoplasma neuron dan mungkin merupakan
motorik dorsal nervus vagus dan pada medula akibat kesalahan metabolisme atau merupakan cadangan
spinalis) dan pada ganglia simpatis SST. Fungsi energi. Granula sekretorik juga terlihat pada sel
granula ini pada daerah tersebut tidak diketahui. Akan neurosekretorik (neurosecretory cells), umumnya granula
tetapi dihidroksifenilalanin (DOPA) atau metildopa sekretorik ini mengandung molekul sinyal (signaling
yang merupakan prek~rsor dari pigmen ini juga molecule) .
merupakan prekursor neurotransmiter dopamin dan
noradrenalin. Karenanya melanin mungkin terakumulasi
sebagai hasil samping dari sintesis neurotransmiter KOMPONEN SITOSKELETAL
ini.
Lipofusin (lipofuscin) merupakan granula pigmen Dengan menggunakan pulasan perak kerangka sel neuron
bewarna coklat kekuningan dan mempunyai bentuk yang tampak sebagai neurofibril (dengan diameter hingga 2
tak teratur. Granula ini banyak dijumpai pada sitoplasma µm) yang terletak dalam sitoplasma neuron dan
neuron orang tua dan diduga merupakan sisa aktivitas membentang dari badan sel hingga ke prosesus cabang-
enzim lisosom. Jumlah granula lipofusin meningkat seiring cabang (juluran) neuron. Pada pengamatan menggunakan
dengan meningkatnya usia dan dapat mendesak organel mikroskop elektron ditemukan tiga jenis filamen yaitu
dan inti sel ke satu sisi sel sehingga dapat mempengaruhi mikrotubulus (berdiameter 24 nm), neurofilamen
fungsi sel. Hal yang menarik adalah neuron tertentu (filamen berukuran menengah/berdiameter 10 nm) dan
(misalnya sel Purkinje korteks serebelum) tidak mikrofilamen (berdiameter 6 nm). Pada pengamatan
mengakumulasi granula pigmen ini. Pigmen yang menggunakan mikroskop cahaya neurofibril tampak
mengandung besi mungkin dapat ditemukan pada neuron sebagai kelompokan berkas neurofilamen. Mikrofilamen
tertentu SSP dan dapat terakumulasi sesuai dengan (filamen aktin) berhubungan dengan membran plasma.
meningkatnya usia seseorang. Mikrotubulus neuron identik dengan yang
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 190
ditemukan pada sel lain kecuali MAP-2 (suatu protein umur dan gizi yang buruk.Dendrit kadang-kadang
yang berhubungan dengan mikrotubulus) yang hanya mengandung vesikel dan mentransmisikan rangsang ke
ditemukan pada sitoplasma badan serta dendrit neuron dendrit lainnya.
dan MAP-3 yang hanya terdapat pada akson.
Akson
Dendrit
Akson meneruskan impuls ke neuron lainnya atau sel
Dendrit menerima stimulus dari sel saraf lainnya. efektor yaitu sel otot dan kelenjar.
Dendrit merupakan perluasan membran plasma neuron Akson muncul dari badan sel pada akson Hillock sebagai
yang bersifat reseptif (dapat menerima rangsang). Akan prosesus atau juluran sitoplasma tunggal yang tipis, dan
tetapi pada beberapa neuron, badan sel dan pangkal akson lebih panjang dibandingkan dendrit. Pada beberapa bagian
juga dapat bersifat reseptif. Umumnya neuron mempunyai tubuh, akson saraf motorik mempunyai panjang satu meter
banyak dendrit yang muncul dari badan sel. Dendlit atau lebih. Ketebalan akson berhubungan langsung
merupakan struktur tunggal dan pendekyang bercabang- dengan kecepatan rangsang. Kecepatan rangsang akan
cabang membentuk cabang yang lebih kecil, mirip dengan meningkat bila diameter akson meningkat. Walaupun
cabang atau ranting pohon. Setiap jenis neuron mempunyai ketebalan akson berbeda-beda sesuai dengan jenis neuron
pola percabangan dendrit yang khas. Pangkal dendrit tetapi ketebalannya sama untuk jenis akson yang sama.
muncul dari badan sel dan mengandung berbagai organel Beberapa akson mempunyai cabang-cabang kolateral
sel kecuali kompleks Golgi (Gambar 9-5). Jumlah organel pada bagian ujungnya (Gambar 9-3A) yang dikenal
pada dendrit makin ke distal makin berkurang atau sebagai ranting terminal (terminal arbor).
menghilang.
Pada dendrit neuron umumnya, berkas neurofilamen Akson Hillock merupakan suatu daerah pada
akan mengecil atau menjadi filamen tunggal, yang badan neuron berbentuk piramid, tidak mengandung
mungkin akan berikatan silang dengan mikrotubulus. ribosom dan biasanya terletak pada sisi yang
Sebaliknya mitokondria jumlahnya sangat banyak pada berlawanan dengan pangkal dendrit. Daerah akson
dendrit. Percabangan dendrit menyebabkan terdapat mulai dari akson Hillock hingga bagian akson yang
banyak terminal sinaps yang memungkinkan sebuah tertutup selubung mielin dikenal sebagai segmen
neuron menerima dan mengintegrasikan banyak permulaan/inisial. Sisi dalam dinding akson
rangsangan, mungkin mencapai ratusan hingga ribuan. (axolemma ) pada segmen inisial merupakan bagian
duri (spina ) terletak pada permukaan dendrit yang yang padat dan tipis yang fungsinya masih belum
akan membentuk sinaps dengan neuron lainnya. duri-duri diketahui. Struktur seperti ini juga ditemukan pada nodus
ini jumlahnya berkurang sesuai dengan meningkatnya Ranvier. Akson Hillock tidak mengandung retikulum
Dendrit Retikulum
endoplasma
halus
Ribosom
Lisosom
Granula
lipofusin
Badan Nissl
Sinaps
Vesikel sinaps
Gambar 9-5 Struktur ultra badan sel
Golgi neuron (Dari Lentz TL: Cell line
Structure: An Atlas of Drawings of
Mikrotubulus Whole-Cell Structure . Philadelphia,
Akson WB Saunders, 1971.)
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 191
KORELASI KUNIS
Walaupun tumor jaringan saraf mencakup sekitar 50%
tumor intrakranial, tetapi kasusnya sangat jarang.
Sebagian besar tumor intrakranial berasal dari sel
neuroglia (misalnya tumor jinak oligode ndrog lioma,
dan tumor ganas astrositoma yang sangat mematikan.
Tumor yang berasal dari sel jaringan ikat pada jaringan
saraf (misalnya tumor jinak fibroma atau tumor ganas
sarkoma) sebenarnya adalah tumor jaringan ikat dan
tidak terkait sama sekali dengan sistem saraf). Tumor
neuron pada sistem saraf tepi (SST) sangat mungkin
ganas (misalnya neuroblastoma pada kelenjar suprarenal)
yang sebagian besar menyerang bayi-bayi dan anak-anak
usia muda.
Klasifikasi Neuron
neuron pada ganglia koklear dan pada epitel olfaktorius di Pembuluh Kaki perivaskular
rongga hidung. darah
䡲 Neuron unipolar (sebelumnya dikenal sebagai neuron
pseudounipolar) hanya mempunyai satu juluran saraf
yang muncul dari badan neuron, tetapi juluran ini
kemudian bercabang menjadi dua pada bagian ujungnya,
satu cabang menu juke pusat (cabang pusat) dan satu
cabang menuju ke tepi (cabang tepi). Cabang pusat
masuk ke dalam SSP dan cabang tepi menuju ke organ
target pada badan. Secara morfologi setiap cabang Astrosit Astrosit
merupakan akson dan dapat meneruskan impuls saraf, tetapi protoplasmatik fibrosa
ujung distal cabang perifer akan bercabang-cabang
membentuk ujung dendritik kecil-kecil (ranting dendrit)
yang berfungsi sebagai reseptor. Neuron ini berkembang
dari neuron bipolar embrio yang juluran sarafnya berputar
mengelilingi badan neuron selama masa perkembangannya.
Prosesus saraf ini kemudian menyatu dengan prosesus
(juluran) saraf lainnya menjadi prosesus tunggal. Selama
transmisi impuls saraf, impuls akan melintas dari ujung
dendrit pada cabang tepi menuju ke cabang pusat tanpa Mikroglia Oligodendrosit
melibatkan badan neuron. Neuron unipolar terdapat pada
ganglia radiks belakang (dorsal root ganglia) dan pada Gambar 9-9 Berbagai jenis sel neuroglia.
beberapa ganglia saraf kranial.
䡲 Neuron multipolar merupakan jenis neuron yang paling
umum dijumpai, mempunyai banyak dendrit dan satu akson. Sel yang berfungsi untuk memberikan dukungan metabolik
Sel saraf jenis ini terdapat di semua jaringan saraf dan dan mekanik serta perlindungan kepada neuron dikenal
sebagian besar merupakan neuron motorik. Beberapa neuron sebagai sel neuroglia (Gambar 9-9). Jumlah sel neuroglia
multipolar diberi nama sesuai dengan bentuknya (misalnya pada jaringan saraf 10 kali lipat daripada neuron. Sel
sel piramid) atau dinamai sesuai dengan nama penemunya neuroglia mempunyai kemampuan untuk bermitosis
(misalnya sel Purkinje). sedangkan neuron tidak bisa, kecuali sel progenitornya.
Walaupun sel neuroglia membentuk taut imbas atau
Neuron juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok neksus (gap junction) dengan sel neuroglia lainnya,
berdasarkan fungsinya: mereka tidak bisa memberikan reaksi atau membentuk
䡲 Neuron sensoris (aferen) yaitu neuron yang menerima impuls saraf. Sel neuroglia yang terdapat pada SSP adalah
rangsang sensoris pada ujung dendritnya dan meneruskan astrosit, oligodendrosit oligodendroglia, mikroglia, dan sel
impuls saraf ke SSP untuk diproses. Ujung-ujung dendrit ependim. Sel Schwann walaupun terdapat pada SST
ini terdapat di seluruh bagian tubuh luar yang berperan sekarang juga dikelompokkan sebagai sel neuroglia.
untuk mengawasi perubahan yang terjadi pada lingkungan
diluar tubuh dan di permukaan dalam tubuh yang berperan Astrosit
dalam mengawasi perubahan pada lingkungan dalam tubuh.
䡲 Neuron motorik (eferen) yaitu sel-neuron yang berasal
dari SSP dan meneruskan impuls sarafnya ke otot, kelenjar, Astrosit memberikan dukungan struktur dan metabolik untuk neuron
dan sel-neuron lainnya. dan berfungsi sebagai penyerap (scavenger) ion-ion dan
䡲 Neuron mesenjer (interneuron) yaitu neuron yang neurotransmiter yang dilepas ke dalam ruang ekstraselular.
terletak pada SSP dan berfungsi sebagai penghubung
atau pengintegrasi yang membentuk jala-jala sirkuit Astrosit merupakan sel neuroglia terbesar dan dapat
saraf antara saraf sensoris dan saraf motoris serta saraf dibedakan atas dua jenis yaitu (1) astrosit protoplasmatik
mesenjer lainnya. Dengan evolusi jumlah neuron pada yang terdapat pada substansia grisea SSP dan (2) astrosit
susunan saraf manusia telah tumbuh dengan pesat, tetapi fibrosa yang umumnya terdapat pada substansia alba
peningkatan yang paling pesat terjadi pada neuron SSP. Kedua jenis astrosit tersebut sulit dibedakan dengan
mesenjer yang sangat be1peran untuk fungsi kompleks menggunakan mikroskop cahaya. Beberapa peneliti menduga
tubuh manusia. bahwa kedua sel tersebut sebenarnya sel yang sama yang
berperan dalam lingkungan yang berbeda. Gambaran
Sel-sel Neuroglia mikroskop elektron menunjukkan berkas filamen intermedia
sitoplasmik yang nyata dengan diameter 8-11 nm, yang
disusun oleh protein glia berbentuk fibril yang bersifat
Sel neuroglia berfungsi untuk memberikan bantuan fisik
asam (glial fibrillar acidic protein) yang khas untuk
dan metabolik bagi neuron.
astrosit.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 194
*
F
r
r
* t
As
ER
m N
selubung mielin oligodendrosit berfungsi seperti sel Pada embrio juluran sitoplasma yang muncul dari badan selnya
Schwann pada SST, bedanya ialah satu oligodendrosit dapat mencapai permukaan otak tetapi pada masa dewasa prosesus
membentuk selubung mielin untuk beberapa akson. sitoplasmanya berkurang dan berakhir hanya pada sel-sel yang
Perbedaan lain antara sel Schwann dengan oligodendrosit dekat.
adalah sel Schwann mempunyai lamina basalis dan sisa Pada jaringan saraf yang tipis, sel ependim membentuk
sitoplasma di daerah intraselular lamel selubung mielin dan membran pembatas dalam (internal limiting membrane)
adanya jaringan ikat yang membungkus selubung mielin dan yang melapisi ventrikel otak dan membran pembatas luar
sel Schwann yang terdapat di sekitarnya. (external limiting membrane) yang terletak di bawah
Oligodendrosit satelit terletak berdekatan dengan lapisan pia mater. Kedua lapisan ini dibentuk oleh penyatuan
badan neuron berukuran besar; fungsinya tidak diketahui. pedikel. Modifikasi beberapa sel ependim pada ventrikel otak
berperan dalam pembentukan pleksus koroid yang
bertanggung jawab dalam sekresi dan pemeliharaan komposisi
Sel Mikroglia kimiawi CSF.
Tanisit merupakan sel ependim khusus dengan prosesus
Mikroglia adalah anggota sistem fagosit mononuklear. sitoplasma yang menuju ke hipotalamus dan berakhir dekat
pembuluh darah dan sel neurosekretorik. Tanisit diyakini
mengirim CSF ke sel sekretorik ini dan tampaknya di bawah
Mikroglia adalah sel yang terdapat di seluruh jaringan saraf kontrol lobus anterior hipofisis. Sel ini tampaknya bereaksi
pusat. Sel ini berukuran kecil dan berwarna gelap serupa terhadap perubahan kadar hormonal pada CSF dengan
dengan oligodendroglia. Sel ini mempunyai sitoplasma melepaskan produk sekretorik ke dalam kapiler darah pada
sedikit, inti berbentuk oval hingga segitiga dan prosesus daerah eminensia mediana.
sitoplasma yang pendek dan tidak beraturan. Struktur seperti
duri terdapat pada badan sel dan prosesus sitoplasma. Sel ini
berfungsi sebagai fagosit untuk membersihkan sampah dan Sel Schwann
struktur yang rusak pada SSP. Mikroglia juga melindungi
jaringan saraf dari virus, mikroorganisme dan pembentukan Sel Schwann membentuk selubung pada akson bermielin
tumor. Ketika teraktivasi sel ini bekerja sebagai sel penyaji maupun yang tak bermielin pada SST.
antigen/antigenpresenting cells (APC) dan mengeluarkan
sitokin. Berbeda dengan sel glia lainnya yang berasal dari Berbeda dengan sel glia lainnya, sel Schwann terdapat pada
tabung saraf, mikroglia berasal dari sumsum tulang dan SST yang akan membungkus akson bermielin maupun tanpa
merupakan bagian dari populasi sel fagosit mononuklear. mielin. Akson yang dibungkus selubung mielin disebut sebagai
saraf bermielin.
Sel Schwann adalah sel gepeng yang mempunyai
KORELASI KLINIS sitoplasma mengandung inti gepeng, aparatus Golgi yang kecil
dan beberapa mitokondria. Mikrograf elektron menunjukkan
Populasi sel mikroglia dalam jumlah besar terdapat bahwa mielin adalah dinding sitoplasma (plasmalema) sel
pada otak pasien dengan penyakit sindrom Schwann yang tersusun menjadi satu selubung yang melingkari
imunodefisiensi dapatan (AIDS) dan virus akson beberapa kali. Pada selubung mielin ini terdapat
imunodefisiensi manusia-1 (HIV-1). Walau HIV-1 beberapa interupsi (sela) pada jarak tertentu yang teratur
tidak menyerang neuron, virus ini menyerang sel sehingga menampakkan akson. Interupsi ini disebut nodus
mikroglia yang nantinya akan menghasilkan sitokin Ranvier (node of Ranvier) (Gambar 9-13) Setiap nodus
yang toksik untuk neuron. merupakan permukaan antara selubung mielin dari dua sel
Schwann yang berdampingan sepanjang akson.
Bagian luar sel Schwann dibungkus lamina basalis yang
Sel Ependim mendesak ke dalam nodus Ranvier dan menutupi lamel
selubung mielin yang tumpang tindih, sehingga setiap sel
Sel ependim membentuk membran pembatas dan mungkin juga Schwann ditutup oleh lamina basalis seperti yang tampak pada
berfungsi pada transportasi cairan serebrospinal. akson pada nodus Ranvier. Pada cedera saraf, saraf yang
beregenerasi akan dipandu oleh lamina basalis menuju ke
lokasi cidera.
Sel ependim (ependimosit) merupakan sel berbentuk silindris Daerah pada akson yang ditutupi oleh lamel mielin yang
rendah hingga kuboid yang melapisi ventrikel otak dan konsentris dan sel Schwann dikenal sebagai segmen
kanalis sentralis medula spinalis. Sel ini berasal dari lapisan internodal dengan panjang 200-1.000 µm. Mikrograf cahaya
neuroepitel. Sitoplasmanya mengandung banyak mitokondria menunjukkan beberapa celah melintang berbentuk kerucut
dan berkas-berkas filamen intermedia. Pada beberapa bagian dalam selubung mielin pada setiap segmen internodal yang
sel ini bersilia, suatu struktur yang memfasilitasi aliran dikenal sebagai celah (insisura) Schmidt-Lantermann. Celah ini
cairan likuor serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF).- dengan mikroskop elektron tampak sebagai sitoplasma sel-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 197
Oligodendrosit
Serat saraf bermielin
Akson
Nodus Ranvier
Sel Schwann
Plasmalema
Sel Schwann
Akson
Gambar 9-13 Diagram yang
melukiskan struktur selubung mielin
pada nodus Ranvier akson di sistem Selubung mielin
saraf pusat dan (inset ) pada sistem
saraf tepi.
Schwann yang terperangkap di dalam lamel selubung mencapai lebih dari 50 kali putaran. Selama proses ini
mielin. sitoplasma sel Schwann dikembalikan ke badan sel,
Saat membran sel Schwann mengitari akson ia akan sehingga sisi dalam membran sitoplasma dapat
membentuk serangkaian garis yang lebar dan padat yang berhubungan satu sama lain sehingga membentuk
berseling dengan garis yang lebih sempit dan kurang garis padat utama yang melingkar sepanjang selubung
padat pada interval 12 nm. Garis yang lebar (3 nm) mielin. Satu sel Schwann dapat membentuk selubung
dikenal sebagai garis padat utama yang merupakan mielin hanya untuk satu internodus sebuah akson (dan
penyatuan permukaan dalam dinding sitoplasma sel hanya pada SST), sementara oligoden-drosit dapat
Schwann. Garis intraperioda yang lebih sempit membentuk selubung mielin untuk satu internodus
menunjukkan pertemuan permukaan luar membran pada beberapa akson (hanya pada SSP).
sitoplasma sel Schwann. Mikroskop elektron dengan Selama masa pertumbuhan mielinisasi tidak terjadi
resolusi yang lebih tinggi menunjukkan adanya celah secara simultan. Saat mulai dan berakhirnya proses
yang lebih kecil di dalam garis intraperioda di antara mielinasi bervariasi pada daerah yang berbeda pada
lapisan selubung mielin yang berjalan melingkar yang sistem saraf. Perbedaan ini tampaknya berhubungan
dikenal sebagai celah intraperioda. Celah ini tampaknya dengan fungsi. Sebagai contoh proses mielinisasi pada
memberi jalan untuk molekul kecil mencapai akson. serat saraf motorik selesai pada saat lahir, sementara
Garis intraperioda yang melekat dengan akson dikenal proses mielinisasi serat saraf pada radiks sensoris baru
sebagai mesakson interna, sementara sisi yang paling akan selesai beberapa bulan setelah lahir. Proses
luar yang berhubungan dengan badan sel Schwann mielinisasi beberapa jaras saraf pada SSP dan akson
dikenal sebagai mesakson eksterna (Gambar 9-14; juga komisura baru selesai beberapa tahun setelah lahir.
Gambar 9-7). Sebagian akson pada sistem saraf tepi tidak
Mekanisme mielinasi pada akson yang dilakukan dibungkus oleh selubung mielin dengan jumlah lapisan
oleh sel Schwann pada SST atau oligodendrosit pada yang khas untuk akson bermielin. Akson tidak bermielin
SSP dengan cara melingkari akson dengan membran ini dikelilingi oleh selapis membran plasma sel
sitoplasmanya secara konsentris masih belum jelas. Schwann dan sitoplasma sel Schwann (Gambar 9-8).
Proses mielinisasi tampaknya mulai berlangsung ketika Sebuah sel Schwann hanya dapat membentuk selubung
sel Schwann membungkus sebuah akson dan membran mielin untuk sebuah akson bermielin, namun dapat
sitoplasmanya melingkari akson tersebut beberapa kali. membentuk selubung untuk beberapa akson tidak
Proses pembungkusan ini terus berlanjut dan mugkin bermielin.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 198
ii
KORELASI KUNIS
Multiple sclerosis (MS), penyakit yang umumnya pengobatan dengan imunosupresor dan kortikosteroid
mengenai selubung mielin. Penyakit ini 1,5 kali lebih merupakan metode terapi yang paling umum dipakai.
banyak pada wanita dibanding lelaki dan umumnya terjadi Terapi radiasi dapat menyebabkan demielinisasi
antara umur 15 hingga 45 tahun. Gambaran patologisnya pada otak dan medula spinalis. Senyawa yang bersifat
berupa hilangnya selubung mielin (demielinisasi) pada toksik seperti yang digunakan pada kemoterapi untuk
serat saraf SSP (nervus optikus, serebelum dan substansia mengobati penyakit kanker juga mungkin akan
alba serebrum, medula spinalis, saraf spinal, man saraf menyebabkan demielinisasi sehingga menyebabkan
kranial). Penyakit ini ditandai oleh episode proses masalah neurologis.
peradangan (inflamasi) pada beberapa tempat, diikuti Sindrom Guillain-Barre merupakan gangguan
edema dan kerusakan selubung mielin akson SSP secara imunologi yang menyebabkan terjadinya inflamasi
acak, diikuti periode remisi yang berlangsung beberapa dan demielinisasi cepat pada serat saraf perifer dan
bulan hingga beberapa dekade. Setiap episode akan serat sarafmotorik yang muncul dari radiks anterior
menurunkan vitalitas pasien. Setiap episode dernielinisasi medula spinalis. Penyakit ini berhubungan dengan
menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan saraf yang infeksi pada saluran nafas dan/atau saluran cerna
mungkin menyebabkan kematian dalam beberapa bulan. sebelumnya. Gejala penyakit ini berupa kelemahan
Dernielinisasi diduga merupakan akibat penyakit pada otot ekstremitas yang mencapai puncak dalam
autoimun dengan gambaran inflamasi (yang mungkin beberapa minggu. Diagnosis dini harus diikuti oleh
merupakan akibat infeksi kuman sebelumnya) maka- terapi fisik (fisioterapi), respirasi, serta imunoglobulin.
sel menjadi relatif bermuatan positif dibandingkan sisi masih terdepolarisasi dan pintu intrasitoplasma
luarnya) dan membran dikatakan mengalami (pintu yang tidak teraktivasi/inactivation gate)
depolarisasi. yang menutup dalam beberapa 1/10.000 detik setelah
2 Sebagai hasilnya, kanal ion natrium menjadi tidak terbukanya pintu teraktivasi. Karenanya, walaupun
teraktivasi sekitar 1-2 milidetik, suatu kondisi yang pintu yang teraktivasi ini tetap membuka, ion Na+
dikenal sebagai periode refrakter. Selama masa tidak dapat keluar dan masuk sel lebih lama melalui
ini kanal ion Na+ menjadi tidak aktif, tidak dapat kanal ion ini.
membuka atau menutup dan tidak dapat dilintasi. 3 Selama masa refrakter ini, kanal ion K+ yang
Adanya periode refrakter ini disebabkan adanya bermuatan terbuka sehingga memungkinkan
konstruksi khusus pintu kanal ion Na+ bermuatan. keluarnya ion kalium ke dalam cairan ekstraselular
Kanal ini mempunyai dua pintu: pintu ekstrasitoplasma yang akan memperbaiki potensial membran
(pintu aktivasi/activation gate) yang akan membuka istirahat (resting membrane potential ); akan tetapi
bila ada depolarisasi membran sel dan akan tetap kemungkinan dapat terjadi hiperpolarisasi yang
terbuka sepanjang membran sel- berlangsung singkat.
Ruang ekstraselular
+ + + + + +
Gambar 9-15 Diagram skematis K K K K K K
intraselular. Keadaan ini menyebabkan Kanalion K+ yang bocor Kanal ion Cl– Kanal ion Na+
timbulnya perbedaan potensial di antara
kedua sisi permukaan membran sel.
Kanai ion dan pompa ion yang tidak Aksoplasma
secara langsung bertanggung jawab
terhadap timbulnya potensial istirahat
pada membran tidak diperlihatkan.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 200
Na+ K+
– – Propagasi
+ + + + + + + + – – – – – + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
– – – – – – – – + + + + + – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
++ ++
Akson
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
A
Propogasi
+ + + + + +
– – – – +++ – – – – – –
4 Ketika potensial istirahat telah pulih, pintu kanal ion K+ yang memungkinkan ion-ion melintas bebas dari satu sel
yang bermuatan menutup dan waktu refrakter berakhir ke sel yang lain. Ketika ion-ion ini melintas di antara
dengan menutupnya pintu ion kalium yang teraktivasi neuron terjadilah aliran muatan. Transrnisi impuls
dan pembukaan pintu kanal ion Na+ yang belum melintas lebih cepat pada sinaps listrik dibandingkan
teraktivasi. dengan sinaps kimiawi.
Sinaps kimiawi merupakan bentuk komunikasi antar
Siklus depolarisasi membran, hiperpolarisasi dan dua neuron yang umum ditemukan. Membran
kembali ke potensial istirahat membran dikenal sebagai prasinaps melepaskan satu atau lebih neurotransmiter
potensial aksi, ada atau tidak adanya respons dapat terjadi ke dalam celah sinaps, sebuah celah (20-30 µm) yang
dengan kecepatan 1.000 kali perdetik. Depolarisasi terletak di antara membran prasinaps sel yangpertama
membran yang terjadi dengan membukanya pintu kanal dengan membran pascasinaps sel yang kedua (Gambar
Na+ pada satu titik pada sebuah akson akan menyebar (9-17). Neurotransmiter berdifusi melintasi celah sinaps
secara pasif sepanjang jarak yang pendek dan menstimulus menuju pintu reseptor kanal ion pada membran
pembukaan kanal ion di dekatnya sehingga akan terbentuk pascasinaps. Pengikatan neurotransmiter ke reseptor ini
potensial aksi lainnya. Dengan cara ini gelombang akan merangsang terbukanya kanal ion dan
depolarisasi atau impuls akan merambat sepanjang akson. memungkinkan perlintasan ion, mengubah permeabilitas
Secara in-vivo sebuah impuls akan diteruskan hanya ke membran pascasinaps dan mengembalikan potensial
satu arah, dari tempat pembentukan depolarisasi menuju membrannya. Neurotransmiter hanya berfungsi
ke ujung akson. Penginaktifan kanal ion Na+ sepanjang mengaktifkan reaksi membran pascasinaps dan tidak
masa refrakter ini akan mencegah propagasi gelombang terlibat langsung dalam reaksi tersebut.
depolarisasi retrograd. Ketika rangsang pada sinaps menyebabkan timbulnya
depolarisasi membran pascasinaps yang mencapai nilai
Sinaps dan Transmisi lmpuls Saraf ambang, hal ini akan merangsang terjadinya potensial
aksi. Rangsang yang menyebabkan terjadinya potensial
aksi ini dikenal sebagai potensial eksitasi pascasinaps.
Sinaps adalah tempat terjadinya transmisi impuls antara sel
Rangsang pada sinaps yang mempertahankan potensial
prasinaps dan pascasinaps.
membran atau meningkatkan hiperpolarisasinya dikenal
sebagai potensial inhibisi pascasinaps.
Sinaps adalah tempat impuls saraf ditransmisikan dari
sebuah sel prasinaps (neuron) ke sel pascasinaps (neuron Berbagai jenis sinaps yang menghubungkan suatu
lain, sel otot, atau sel suatu kelenjar). Dengan demikian neuron dengan lainnya telah diamati. Jenis-jenis sinaps
sinaps mengizinkan neuron untuk berkomunikasi dengan yang umum adalah (Gambar 9-18 dan Gambar 9-17):
sel efektor lainnya (sel otot dan kelenjar). Transmisi 䡲
Sinaps aksodendritik—sinaps antara akson dengan
impuls pada sinaps dapat terjadi secara listrik atau secara
dendrit
kimiawi. 䡲 Sinaps aksosomatik—sinaps antara akson dengan
Walaupun sinaps listrik tidak umum ditemukan pada badan neuron
mamalia, namun bentuk ini ada pada batang otak, retina 䡲 Sinaps aksoaksonik—sinaps antara dua akson
dan korteks serebri. Sinaps listrik merupakan gap junction 䡲 Sinaps dendrodendritik—sinaps antara dua dendrit
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 201
Vesikel sinaptik
Tonjolan padat
prasinaps
Celah sinaps
Pemadatan pascasinaps
Struktur
seperti duri
Sinaps Struktur
batang duri
Gambar 9-17 Diagram
skematik berbagai bentuk sinaps Aksosomatik Aksodendritik
A B
Menarik bahwa protein target toksin tetanus dan proses depolarisasi (suatu respons inhibisi) membran
neurotoksin B Clostridium botulinum adalah protein glia akan meningkatkan pembentukan sinaps, efisiensi
sinaptobrevin, yaitu protein vesikel sinaptik. Jadi toksin sinaps, dan potensial aksi.
ini memblok secara selektif eksositosis vesikel sinaps Ketebalan dan kepadatan relatif membran pra- dan
tanpa mempengaruhi aspek lain dari fungsi saraf. pascasinaps sesuai dengan lebar celah sinaps yang secara
Membran pascasinaps yaitu bagian membran umum terkait dengan respons alamiah. Kepadatan
plasma sel yang menebal mengandung reseptor untuk membran pascasinaps yang berlebih dan celah sinaps
neurotransmiter dan daerah sitoplasma yang mengandung dengan lebar 30 nm, menyebabkan terbentuknya sinaps
beberapa material yang padat. Pengikatan neurotransmiter asimetris yang biasanya merupakan tempat respons
dengan reseptornya pada membran plasma memulai- eksitasi. Kepadatan pascasinaps yang tipis dan celah-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 203
sinaps yang sempitnya 20 nm, membentuk sinaps Ada kira-kira 100 neurotransmiter (dan
simetris yang biasanya merupakan tempat respons neuromodulator) yang telah dikenal yang dibagi menjadi
inhibisi (inhibitory responses). tiga kelompok yaitu:
䡲 Molekul transmiter kecil
Neurotransmiter 䡲 Neuropeptida
䡲 Gas
Neurotransmiter adalah molekul sinyal yang dilepaskan
pada membran prasinaps dan mengaktifkan reseptor
Molekul transmiter kecil ada tiga jenis yaitu:
pada membran pascasinaps. 䡲 Asetilkolin (bukan turunan as am amino)
䡲 Asam amino: glutamat, aspartat, glisin, and asam gama
Sel-sel pada sistem saraf umumnya berkomunikasi amino butirat (y-aminobutyric acid/GABA)
dengan melepaskan molekul sinyal. Molekul yang 䡲 Amin biogenik: (monoamin) serotonin dan tiga
dilepaskan ini akan berkontak dengan molekul reseptor katekolamin: dopamin, norepinefrin (noradrenalin)
yang terdapat pada membran sitoplasma sel sasaran dan dan epinefrin (adrenalin).
menimbulkan suatu respons dari sel sasaran. Molekul Neuropeptida, sebagian besar merupakan
sinyal ini dikenal sebagai neurotransmiter (Tabel 9-1). neuromodulator, membentuk suatu kelompok besar
Akan tetapi molekul ini mungkin hanya bekerja pada meliputi:
dua jenis reseptor yaitu (1) reseptor yang berkaitan
langsung dengan kanal ion dan (2) reseptor yang 䡲 Peptida opioid: enkefalin and endorfin
berhubungan dengan protein G atau reseptor kinase yang 䡲 Gastrointestinal peptide yang dihasilkan oleh sel
akan mengaktifkan caraka kedua. Karenanya molekul sel sistem neuroendokrin difusa (diffuse
sinyal yang bekerja sebagai "sistem caraka neuroendocrine sistem): substance P, neurotensin
pertama" (misalnya bekerja pada reseptor yang dan vasoactive intestinal peptide
berhubungan langsung dengan kanal ion) diberi nama 䡲 Hypothalamic-releasing hormones, seperti
neurotransmiter dan molekul sinyal yang berfungsi thyrotropinreleasing hormone dan somatostatin
sebagai sistem caraka kedua sekarang dikenal sebagai 䡲 Hormon yang disimpan dan dilepaskan dari
neuromodulator atau neurohormon. Karena neurohipofisis (hormon antidiuretiklantidiuretic hormon
neurotransmiter bekerja secara langsung, keseluruhan dan hormon oksitosin/oxytocin ).
proses berlangsung secara cepat, biasanya tidak Iebih Gasmungkin berperan sebagai neuromodulator.Termasuk
dari 1 milidetik. Proses yang melibatkan neuromodulator
berlangsung lebih lambat dan biasanya lebih dari kelompok ini adalah gas oksida nitrat (nitric oxide/NO)
beberapa menit. dan karbon monooksida (CO).
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 204
Asam gamma amino Transmiter molekul kecil, Neurotransmiter inhibisi SSP paling umum
butirat (GABA) asam amino
Sc
telanjang; tampak bewarna putih karena dibungkus oleh Gambar 9-21 Mikrograf cahaya potongan melintang saraf tepi
selubung mielin. Umumnya setiap kumpulan serat saraf (xl32). Perhatikan akson (A) dan petineutium (P) membungkus
fasikulus .
tanpa memperhatikan ukuran, terdiri atas unsur sensorik
dan motorik.
perineurium. Permukaan dalam perineurium dilapisi oleh terjadinya depolarisasi pada nodus Ranvier. Ada dua
beberapa lapis sel epiteloid yang disatukan oleh zonula hal yang mendasarinya:
okludens dan dikelilingi lamina basalis yang 1 Kanal ion nahium plasmalema akson terutama
mengisolasinya dari lingkungan sekitar. Serat kolagen mengelompok pada nodus Ranvier.
tipis yang berjalan secara longitudinal diseling dengan 2 Selubung mielin pembungkus daerah antarnodus
mencegah pengeluaran ion natrium yang
serat elastin yang terletak di antara lapisan sel epiteloid.
berlebihan pada aksoplasma yang berhubungan
Ketebalan peiinemium makin berkurang hingga tinggal
dengan potensial aksi.
selapisan sel berbentuk gepeng.
Karena itu ion positif yang berlebihan dapat berdifusi
Endoneurium merupakan lapis terdalam selubung hanya melalui aksoplasma menuju nodus selanjutnya
jaringan ikat yang membungkus setiap satu serat saraf dan mencetuskan terjadinya depolarisasi. Dengan cara
(akson). Lapisan ini disusun oleh jaringan ikat longgar ini potensial aksi "melompat" dari satu nodus menuju
yang mengandung serat-serat retikulin (dihasilkan oleh nodus berikutnya. Proses ini dikenal sebagai konduksi
sel Schwann yang terletak di bawahnya), fibroblas yang melompat (saltatory conduction) (lihat Gambar
tersebar, makrofag yang menetap, kapiler darah dan sel 9-16B).
mast yang terletak di sekitar pembuluh darah. Seperti yang telah diuraikan, serat saraf tidak
Endonemium berhubungan dengan lamina basalis sel bermielin kehilangan selubung mielin dan nodus
Schwann. Jadi endoneurium terletak dalam suatu daerah Ranvier. Serat saraf ini dikelilingi oleh sitoplasma dan
terisolasi dari perineu1ium dan sel Schwann, keadaan membran sitoplasma selapis sel Schwann yang
terisolasi ini merupakan faktor penting dalam regulasi memberikan penyekat tipis. Lebih jauh kanal ion
lingkungan mikro serat saraf. natrium tersebar di sepanjang mernbran plasma akson.
Karena itu pembentukan impuls pada serat saraf tidak
Klasifikasi Fungsi Saraf bermielin dilakukan dengan cam perambatan/konduksi
kontinu yang terjadi secam lebih lambat dan
Secara fungsi serat saraf diklasifikasikan sebagai serat membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan
sensoris (aferen) dan serat motorik (eferen). cam konduksi melompat pada serat saraf bermielin.
Seperti ditunjukkan pada tabel 9-2 serat samf tepi
diklasifikasikan rnenjadi tiga kelompok berdasarkan
Secara fungsional serat saraf dibedakan atas serat kecepatan rambatnya. Pada serat saraf tak bermielin
sensorik (aferen) dan serat motorik (eferen). Serat yang tipis kecepatan rambat bervariasi dari 0,5 hingga
saraf sensorik membawa impuls sensorik dari kulit dan 2 meter perdetik, sementara pada semt saraf bermielin
organ dalam untuk diproses pada SSP. Serat saraf tebal bervariasi antara 15-120 meter perdetik.
motorik berasal dali SSP dan membawa impuls motorik Komponen sensmik SST disajikan dalam berbagai
ke organ efektor. Radiks sensmik dan motorik medula bab terkait dengan fungsinya.
spinalis menyatu membentuk saraf tepi campuran yang
dikenal sebagai saraf spinal yang terdiri atas serat saraf
sensmik dan motorik. SISTEM SARAF SOMATIK,
MOTORIK, DAN OTONOM
Kecepatan Rambat Secara fungsional komponen motorik dikelompokkan
menjadi sistem saraf somatik dan otonom.
Kecepatan rambat serat saraf tepi tergantung pada
tingkat mielinasi. Pada serat saraf bermielin ion hanya Sistem saraf somatik membelikan impuls motorik ke
dapat melintasi membran plasma akson dan mencetuskan otot Jurik sementara sistem saraf otonom memberikan
Kecepatan Rambat
Kelompok Serat Diameter (μm) (m/Detik) Fungsi
Serat tipe A - bermielin 1-20 15-120 Serat berkecepatan tinggi:
tebal nyeri akut, suhu, raba, tekan, proprioseptik,
serat somatik eferen
impuls motorik ke otot polos organ dalam, otot jantung menuju ke otot lurik melalui saraf kranial atau saraf
dan sel sekretorik kelenjar eksokrin dan endokrin spinal (Gambar 9-23). Mereka akan bersinaps dengan
sehingga dapat rnenjaga kondisi homeostasis tubuh. otot lurik melalui cakram motorik (motor endplate) (lihat
Bab 8).
Komponen Motorik Sistem Saraf
Somatik (SS somatik) Sistem Saraf Otonom (SSO)
Persarafan motorik ke otot Jurik diberikan oleh Saraf otonom memberikan persarafan motorik ke otot
sarafsaraf somatik polos dan otot jantung serta memberikan persarafan
sekretomotorik ke kelenjar.
Otot lurik menerima impuls saraf motorik dari saraf
spinal dan saraf kranial SS somatik. Badan sel saraf dari SSO (involunter, viseral secara umum didefinisikan
serat saraf spinal dan kranial terdapat di SSP. Saraf sebagai sistem motorik walaupun tidak ada kesepakatan
kranial yang mengandung komponen eferen somatik secara universal untuk hal ini. SSO mengontro bagian
adalah saraf kranial N III, IV, VI dan XII (kecuali serat dalam tubuh dengan cara memberikan komponen eferen
saraf yang mensarafi otot yang berasal dari visera umum (motorik visera) untuk otot polos, otot
brankiomerik. Sebagian besar saraf spinal mengandung jantung dan kelenjar.
komponen somatik eferen untuk otot lurik. SS somatik berbeda dengan SSO. Pada SS somatik
Badan sel saraf SS somatik terdapat pada nukleus satu neuron yang terdapat pada SSP akan mempersarafi
motorik saraf cranial yang terdapat di otak atau di secara langsung organ efektor. Sebaliknya pada SSO
kornu anterior/ventral medula spinalis. Neuron ini terdapat dua neuron antara SSP dan organ efektor.
adalah neuron multipolar yang aksonnya Badan sel neuron pertama dalam rangkaian SSO,
meninggalkan otak atau medula spinalis dan berjalan- terdapat di SSP, dan aksonnya biasanya bermielin.
Radiks Ganglion
Nervus radiks
spinalis ventral
dorsal
Ganglion
pravertebral
Usus
Akson praganglion (ini akan mencapai ganglion otonom SS simpatis berasal dari medula spinalis segmen torakal
yang terletak di luar SSP, tempat akson akan bersinaps hingga lurnbal atas (Tl-L2), sehingga SS simpatis juga
dengan badan-badan sel multipolar neuron dikenal sebagai 'tempat keluar' (divisi)
pascaganglion. Ganglion otonom ini dikenal sebagai torakolumbal (lihat Gambar 9-24). Badan sel saraf
neuron pascaganglion. Serat saraf pascaganglion praganglionik berukuran kecil berbentuk spindel yang
biasanya tak bermielin walaupun serat ini dibungkus berasal pada kornu lateral medula spinalis; aksonnya
oleh sel Schwann. Serat saraf yang keluar dari ganglion meninggalkan medula spinalis melalui radiks anterior/
akan berakhir pada organ-organ efektor yaitu otot polos, ventral untuk bergabung dengan saraf spinal. Setelah
otot jantung, dan kelenjar. jarak tertentu serat saraf akan meninggalkan saraf tepi
Berbeda dengan SS somatik, SSO mernpunyai sinaps melalui rami komunikans putih menuju ke salah satu
pascaganglion yang bercabang dan neurotransmiter dari ganglia pada rantai paravertebra.
serat pascaganglion tersebut akan berdifusi menuju ke Secara khusus sel saraf praganglionik dapat bersinaps
organ efektor. Sel otot polos yang terstimulasi oleh dengan badan sel saraf multipolar pascaganglionik yang
neurotransmiter akan mengaktifkan sel otot polos lain terdapat pada ganglion yang berhubungan dengan
yang terdapat di dekatnya dengan cara memberikan medula spinalis. Selain itu sel saraf praganglionik ini
informasi melalui neksus. juga dapat bersinaps dengan badan sel saraf yang
SSO dapat dibagi lagi berdasarkan fungsinya menjadi terdapat trunkus simpatis maupun pada sel saraf pada
dua divisi yang berbeda yaitu (Gambar 9-24): rantai ganglia lainnya. Akan tetapi ada juga serat saraf
䡲 Sistem saraf simpatis akan memberikan rangsangan praganglionik yang tidak bersinaps pada rantai ganglia
untuk meningkatkan aktivitas pernafasan, tekanan tetapi langsung menuju ke organ dalam rongga
darah, denyut jantung, dan aliran darah ke otot lurik, abdomen sebagai saraf splankikus. Serat saraf ini akan
dilatasi pupil dan menurunkan aktivitas organ-organ bersinaps dengan ganglia kolateral yang terletak
visera. sepanjang aorta abdorninalis.
䡲 Sistem saraf parasimpatis mempunyai fungsi yang Akson neuron pascaganglionik yang badan selnya
sebaliknya dari sistem saraf simpatis yaitu terletak di dalarn trunkus simpatikus/ganglia rantai
menurunkan aktivitas pernafasan, tekanan darah dan keluar dari ganglia tersebut melalui ramus komunikans
denyut jantung, menurunkan aliran darah ke otot grisea menuju saraf tepi lalu menuju ke organ efektor
lurik, konstriksi pupil mata dan rneningkatkan (kelenjar keringat, pembuluh darah, muskulus dilatator
aktivitas organ-organ visera. pupil, otot jantung, bronkus dan cabang-cabangnya,
Jadi sistem saraf parasimpatis akan mempertahankan kelenjar liur, dan muskulus arektor pili).
homeostasis tubuh, sebaliknya sistem saraf simpatis Akson neuron pascaganglionik yang badan sel
mempersiapkan tubuh untuk ''fight or flight" (akan sarafnya terletak pada ganglia kolateral keluar dari
diuraikan selanjutnya). ganglia tersebut bersama pembuluh darah menuju ke
Sistem saraf simpatis secara garis besar berfungsi organ dalam dan bersinaps pada organ efektor
pada vasokonstriksi, sementara sistem saraf parasimpatis (pembuluh darah dan otot polos serta kelenjar visera).
berperan penting dalam sekresi kelenjar. Dalam kondisi
sehat komponen viseral tubuh menerima persarafan dari Sistem Saraf Parasimpatik
kedua divisi SSO secara seimbang.
Asetilkolin merupakan neurotransmiter pada semua Efek sistem saraf parasimpatik adalah mempersiapkan
sinaps antara serat saraf pra-ganglionik dan tubuh untuk "rest or digest."
pascaganglionik dan antara ujung pascaganglionik
parasimpatis dengan organ efektor. Norepinefrin Sistem saraf parasimpatis berasal dari otak dan segmen
(norepinephrine) merupakan neurotransmiter pada sakral medula spinalis (S2-S4) sehingga sistem
sinaps antara serat saraf simpatik pascaganglionik parasimpatis dikenal sebagai divisi kraniosakral
dengan organ efektor (organ sasaran). Secara umum, (craniosacral outflow) (Gambar 9-24).
serat saraf praganglionik SS simpatis merupakan serat Badan neuron praganglionik sistem saraf parasimpatis
saraf pendek tetapi serat saraf pascaganglioniknya (preganglionic parasympathetic neurons) terdapat
panjang. Sebaliknya serat saraf praganglionik sistem di otak yaitu pada inti/nukleus viseromotor empat saraf
saraf parasimpatis panjang sementara serat saraf pasca- kranial yang membawa komponen motorik viseral ialah
ganglioniknya pendek. N. III, VII, IX dan X.
Akson praganglionik SS parasimpatis dari saraf
Sistem Saraf Simpatis (SS simpatis) kranial III, VII dan IX bersinaps dengan ganglia
terminal SS parasimpatis yang terletak diluar otak.
Akson sarafsaraf ini berjalan bersama saraf kranial V
Efek sistem saraf simpatis adalah mempersiapkan
rnenuju ke organ efektor termasuk kelenjar liur dan
tubuh untuk "flight or fight."
kelenjar mukosa. Sementara serat saraf parasirnpatis-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 209
Laring
Trakea
Paru N III
N VII
Ganglion Jantung N IX
servikalis
NX
1 1
2 2
3 3
Servikal 4
Hati
4 Servikal
5 5
6 6
7 7
8 8
1 Pankreas 1
2 2
3 3
4 4
5 Ganglion 5
6 seliakum Lambung 6
Torakal Torokal
7 7
8 8
9
Usus 9
besar
10 10
kelenjar dan kecil
11 adrenal 11
12 12
1 1
Kolon dan
2 2
Lumbal rektum
3 3 Lumbal
4 4
5 Ginjal 5
1 1
2 2
Sakral Kandung kemih
3 3 Sakral
dan genitalia
4 4
5 5
Saraf pelvis
C Ganglion C
mesenterik
superior
Serat kolinergik praganglionik
Ganglion
mesenterik Serat kolinergik pascaganglionik
inferior
Serat adrenergik pascaganglionik
Gambar 9-24 Sistem persarafan otonom. Kiri, divisi simpatetik. Kanan , divisi parasimpatetik.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 210
pascaganglionik dari saraf kranial III mempersarafi otot Secara definisi badan sel saraf ganglia otonom dinyatakan
siliaris dan otot sfingter pupil mata. berfungsi motorik, karena menyebabkan kontraksi otot polos
Akson pra-ganglionik sistem saraf parasimpatis dari dan otot jantung serta sekresi kelenjar. Pada sistem simpatis,
saraf kranial X (N. X) berjalan ke organ-organ dalam serat simpatis pra-ganglionik bersinaps pada badan sel saraf
rongga dada dan abdomen dan bersinaps pada ganglia simpatis pascaganglionik dalam ganglia simpatis yang terletak
terminal. di rantai ganglia simpatikus yang terletak dekat medula
Akson pascaganglionik saraf parasimpatis bersinaps spinalis atau pada ganglia kolateral yang terletak sepanjang
pada kelenjar, otot polos, dan otot jantung. aorta abdominalis di rongga abdomen. Serat saraf simpatikus
Badan sel saraf parasimpatis praganglionik yang terletak pascaganglionik yang berasal dari ganglia ini kemudian akan
pada segmen lateral kornu ventral/anterior medula spinalis. didistribusikan (sebagian besar melalui saraf tepi menuju
Aksonnya keluar dari medula spinalis melalui radiks organ efektor yang clipersarafinya.
anterior/ventral bersama saraf sakral. Akson ini kemudian Pada sistem parasimpatikus, serat parasimpatikus
berjalan menu juke ganglia terminal (pleksus Meissner praganglionik berasal dari salah satu di antara dua tempat
dan Aeurbach) yang terdapat pada dinding saluran cerna yaitu dari saraf kranial atau segrnen tertentu medula spinalis
bawah dan bersinaps dengan badan sel saraf bagian sakral. Serat saraf ini bersinaps dengan badan sel
pascaganglionik sistem saraf parasimpatis. pascaganglionik (Gambar 9-25) yang terletak pada ganglia
Akson sel saraf pascaganglionik bersinaps dengan organ terminal. Serat saraf parasirnpatikus praganglionik yang
efektor pada dinding abdomen bagian bawah dan pelvis. berasal dari nukleus (istilah untuk kumpulan badan sel saraf
yang terdapat pada SSP) saraf kranial bersinaps dengan salah
satu dari empat ganglia terminal yang terletak di kepala
GANGLIA (kecuali N. X). Ganglia terminal berhubungan dengan
sarafkranial ke-X dan untuk serat saraf praganglionik yang
Ganglia merupakan kumpulan badan neuron yang muncul dari segmen sakral medula spinalis terletak pada
terletak di luar SSP. Ada dua tipe ganglia yaitu senso1ik dinding organ-organ viseral.
dan otonomik. Serat saraf parasirnpatis pascaganglionik yang berasal
dari ganglia terminal di dalarn kepala, keluar dari ganglia
dan biasanya bergabung dengan saraf trigeminus (N.V)
Ganglia Sensorik yang akan menuju ke organ-organ efektor. Serat saraf
parasimpatikus pascaganglionik yang berasal dari ganglia
Ganglia sensorik merupakan tempat badan-badan yang terletak di dinding organ visera melintas secara
neuron sensorik. langsung menuju ke organ efektor yang terletak di dalam
organ-organ visera.
Ganglia sensorik berhubungan dengan saraf kranial V, VII,
IX dan X dan dengan setiap saraf spinal yang berasal dari SISTEM SARAF PUSAT (SSP)
medula spinalis. Ganglia sensorik saraf kranial muncul
sebagai sebuah simpulan serat saraf baik di dalarn tulang
tengkorak maupun pada tempat keluarnya. Ganglia SSP terdiri atas otak dan medula spinalis yang masing-
biasanya dikenali dengan nama yang spesifik sesuai dengan masing dibentuk oleh substansia alba (white matter) dan
sarafnya. Ganglia sensorik saraf spinal juga dikenal sebagai substansia grisea (grey matter) tanpa unsur-unsur jaringan
ganglia radiks dorsal. Sel saraf yang terdapat di dalam ikat di antaranya. Karenanya SSP mempunyai konsistensi
ganglia sensorik merupakan sel saraf tipe unipolar seperti gel yang agak padat.
Substansia alba merupakan struktur yang sebagian besar
(pseudounipolar) yang dikelilingi oleh sel-sel kapsul mengandung serat saraf bermielin. Di samping itu juga
(capsule cells) berbentuk kuboid. Sel-sel kapsul ini terdapat serat saraf tak bermielin dan sel-sel neuroglia.
dikelilingi oleh jaringan ikat yang dibentuk oleh sel-sel Warna putih pada struktur ini disebabkan oleh banyaknya
satelit dan kolagen. Endoneurium dari setiap akson selubung mielin yang rnengelilingi akson.
melanjutkan diri menjadi jaringan ikat di sekeliling ganglia. Substansia grisea terdiri atas kumpulan badanbadansel
Ujung prosesus perifer neuron mempunyai reseptor khusus saraf, dendrit, dan akson-akson yang tak bermielin.
untuk menerima berbagai stimulus baik dari lingkungan Ketiadaan selubung mielin ini menyebabkan jaringan ini
dalam maupun dari lingkungan luar. Prosesus yang tampak bewarna grisea dalam kondisi segar.
mengarah ke pusat melintas dari ganglia menuju otak di Akson, dendrit dan prosesus sel-sel neuroglia membentuk
dalam saraf-saraf kranial, atau menuju ke medula spinalis di suatu jaringan saraf seperti jala-jala yang dikenal sebagai
dalam saraf-saraf spinal untuk bersinaps dengan neuron lain neuropil (Gambar 9-26). Pada daerah tertentu di substansia
yang merupakan ternpat terakhir untuk pemrosesan impuls. alba terdapat kelompokan badanbadan sel saraf yang dikenal
sebagai nukleus (jamak: nuklei) sedangkan kumpulan
Ganglia Otonom badan-badan sel saraf pada sistem saraf tepi dikenal sebagai
ganglion (jarnak: ganglia).
Substansia grisea terletak pada bagian tepi (korteks/cortex)
Ganglia otonom merupakan tempat badan-badan se
serebri (otak besar) dan serebelum (otak kecil) serta bagian
saraf otonom pascaganglion.
dalam ganglia basalis. Sebaliknya di medula spinalis substansia-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 211
alba terletak di bagian tepi dan substansia grisea terletak Dura Mater
dibagian tengah yaitu pada daerah berbentuk huruf H.
Daerah atas buruf H dikenal sebagai kornu dorsal (dorsal Dura mater merupakan lapis terluar dari meninges.
horns) medula spinalis yang menerima irnpuls sensoris
dari akson yang badan selnya terletak di dalam ganglion Dura mater merupakan pembungkus otak dan medula
radiks dorsal (dorsal root ganglion). Badan sel interneuron spinalis yang dibentuk oleh jaringan ikat kolagen padat.
(intemuncial neurons atau intercalated neurons) juga Dura mater terdiri atas dua lapisan yang melekat erat
terdapat pada kornu dorsal. Badan sel ini yang rnernbentuk setelah dewasa. Lapis terluar adalah dura mater
jala-jala kornunikasi yang mengintegrasikan neuron periosteal yang dibentuk oleh sel-sel osteoprogenitor,
moto1ik dan sensoris. Bagian bawah huruf H ini dikenal fibroblas, dan berkas serat kolagen yang melekat ke
sebagai kornu ventral (ventral horns) medula spinalis. Sel permukaan dalam tulang tengkorak kecuali pada sutura
saraf yang terdapat di kornu ventral merupakan sel saraf dan dasar tengkorak. Pada sutura dan dasar tengkorak
tipe multipolar besar yang aksonnya keluar dari medula kedua lapis dura mater tersebut menyatu dengan kuat.
spinalis melalui radiks ventral Periosteal dura sebenarnya merupakan lapis dalam
periosteum tulang tengkorak dan mempunyai
Meninges vaskularisasi yang baik.
Lapis dalam dura mater adalah dura mater
meningeal, yang disusun oleh fibroblas dengan
Ada tiga lapis jaringan ikat yang membungkus otak dan sitoplasma yang terpulas gelap, prosesus, inti ovoid, dan
medula spinalis yang dikenal sebagai meninges. Lapis lapis-lapis serat kolagen seperti kertas. Lapis ini juga
terluar jaringan ikat pembungkus otak dikenal sebagai mengandung sejumlah pembuluh darah kecil.
dura mater, lapis tengahnya araknoid dan lapis Lapisan sel yang terletak di sebelah dalam dura
terdalam adalah pia mater (Gambar 9-27). mater meningeal dikenal sebagai lapisan sel batas-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 212
Gambar 9-26 Mikrograf elektron sinaps aksodendritik (panah). (Dari Jennes L, Traurig HH, Conn PM: Atlas of the Human
Brain.Philadelphia, Lippincott-Raven, 1995.)
Kulit kepala
Tengkorak
Dura mater
Ruang
subsural
Membran
arak noid
Vena
Arteri
Ruang
subarak noid
Pia mater
Gambar 9-27 Tengkorak dan
Otak lapisan meningen pembungkus otak.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 213
(border cell layer) yang dibentuk oleh sel-sel fibroblas pipih Pia Mater
dengan prosesus yang panjang dan kadang-kadang melekat satu
sama lain dengan adanya desmosom dan gap junction. Serat Pia mater merupakan lapisan terdalam meninges yang
kolagen tidak ditemukan pada lapis ini. Sebagai pengganti kaya akan pembuluh darah dan berkontak langsung dengan otak.
terdapat matriks ekstraselular amorf, mengandung partikel
halus, yang diduga proteoglikan di sekeliling fibroblas, dan
meluas hingga daerah antara lapis sel-sel batas dan minengeal Pia mater merupakan lapisan meninges terdalam dan
dura. berhubungan dengan jaringan otak sesuai dengan konturnya.
Dura mater spinal tidak melekat ke dinding Pia mater tidak langsung berhubungan dengan jaringan saraf
kanalis vertebralis. Sebaliknya lapis ini membentuk karena di antaranya terdapat lapisan prosesus neuroglia tipis.
tabung yang kontinu dari foramen magnum hingga segmen Pia mater disusun oleh selapis tipis sel-sel fibroblas yang
kedua sakrum dan ditembus oleh saraf-saraf spinal. mengalami modifikasi. Pembuluh darah yang banyak
Ruang epidural merupakan ruang antara dura mater dan terdapat di lapisan ini dikelilingi oleh sel-sel pia. Di samping
dinding tulang kanalis vertebralis yang terisi lemak epidura dan itu juga terdapat makrofag, sel mast, dan limfosit. Serat
pleksus vena. kolagen dan elastin halus terletak di antara pia mater dengan
jaringan saraf.
Araknoid
KORELASI KUNIS
Karena sawar darah otak sangat selektif, C
antibiotik, beberapa obat, dan neurotransmiter
(misalnya dopamin) tidak dapat melintasinya.
Perfusi larutan hipertonik seperti manitol dapat
membuka sementara taut kedap (tight junctions)
endotel kapiler untuk pemberian obat tertentu.
Selain itu obat-obat juga dapat diikatkan pada
antibodi yang dikembangkan untuk berikatan
dengan reseptor transferin pada endotel kapiler
sehingga memungkinkan obat tersebut melintasi
sawar darah otak masuk ke SSP.
Pada beberapa penyakit SSP (misalnya stroke,
infeksi, dan tumor) integritas sawar darah otak
terganggu sehingga terjadi akumulasi toksin dan
metabolit di lingkungan ekstraselular.
Gambar 9-28 Mikrograf cahaya pleksus koroideus.
Perhatikan kapiler (C) dan epitel kuboid selapis pleksus koroideus
(Ce).
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 215
PM PC
D
ML
PC
REGENERASI SARAF
Berbeda dengan sel glia, sel saraf tidak dapat berprfoliferasi tetapi
GL dapat meregenerasi aksonnya yang terletak pada sistem saraf tepi
(SST).
Ketika suatu trauma merusak neuron, neuron yang rusak ini tidak
bisa digantikan karena sel saraf tidak mempunyai
kemampuan untuk berproliferasi (walaupun beberapa peneliti
menduga kemungkinan beberapa jenis sel saraf di SSP masih
dapat berproroliferasi), karenanya kerusakan pada SSP
bersifat permanen. Akan tetapi jika suatu serat saraf tepi
mengalami cedera atau terputus, sel saraf berusaha untuk
Gambar 9-29 Mikrograf cahaya serebelum memperlihatkan lapisan- mereparasi dan meregenerasi bagian yang rusak dan merestorasi
lapisannya: pia mater (PM), lapisan molekular (ML), dan granular
(CL) (xl32). Perhatikan terutama sel Purkinje yang menonjol PC). fungsinya dengan cara menstimulasi terjadinya suatu rangkaian
proses untuk perbaikan struktur dan metabolisme bagian saraf
yang rusak yang dikenal sebagai reaksi akson.
di serebelum (Gambar 9-30; Gambar 9-4 dan Gambar
9-29). Cabang-cabang dendrit diproyeksikan ke dalam
lapisan molekular dan akson bermielin diproyeksikan Reaksi Akson
ke dalam substansia alba. Setiap sel Purkinje Berdasarkan lokasinya, reaksi yang terjadi pada sel saraf yang
menerima ratusan ribu sinaps-sinaps eksitasi dan mengalami trauma dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: (1)
inhibisi yang harus diintegrasikan satu sama lain untuk Pada lokasi terjadinya kerusakan, perubahan lokal; (2) pada
mernbentuk respons yang sesuai. Sel Purkinje bagian distal terjadinya kerusakan, perubahan anterograd;dan
merupakan satu-satunya sel pada korteks serebelurn (3) pada bagian proksimal terjadinya kerusakan, perubahan
yang mengirim informasi ke luar dan informasi ini retrograd. Beberapa perubahan yang terjadi dapat berlangsung
biasanya merupakan impuls inhibisi yang secara simultan. Uraian mengenai regenerasi sel saraf yang
menggunakan GABA sebagai neurotransmiter. mengalami trauma adalah sebagai berikut (Gambar 9-31).
3 Lapisan granular merupakan lapisan terdalam
korteks serebelum yang terdiri atas sel-sel granular Reaksi lokal
kecil dan glomerulus (cerebellar islands).
Glomeruli adalah daerah pada korteks serebelum
tempat terjadinya sinaps antara akson yang masuk ke Reaksi lokal terhadap cedera meliputi perbaikan dan
dalam serebelum dan sel granular. pembersihan debris oleh sel-sel glia.
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 217
Makrofag
Inti menepi
C Tiga pekan pasca-cedera
Otot atrofi
Sel schwann
berproliferasi
Akson menembus
sel Sechwann
Pada reaksi lokal kedua ujung akson yang mengalami Reaksi Anterograd
trauma akan mengalami retraksi dan saling menjauh.
Selubung jaringan ikat yang akan rnenutupi kedua ujung
Pada reaksi anterograd akson yang terdapat di bagian
yang mengalami cedera akan berfusi untuk menutupi
distal daerah yang mengalami cedera akan mengalami
ujung akson yang terbuka dan mencegah hilangnya
proses degenerasi dan difagositosis.
sitoplasma akson (aksoplasma). Makrofag dan fibroblas
menginfiltrasi daerah yang rusak, menyekresikan sitokin
dan faktor tumbuh (growth factor) dan rneningkatkan Akson mengalami reaksi anterograd sebagai berikut:
regulasi ekspresi reseptornya. Makrofag akan 1 Terminal akson menjadi hipertrofi dan berdegenerasi
memfagositosis bagian akson yang rusak dan debris dalam waktu seminggu, sehingga kontak dengan
lainnya. membran pascasinaps akan berakhir. Sel Schwann-
Ch009-X2945.qxd 12/8/06 3:29 PM Page 218
kemudian akan berproliferasi, memfagosit puingpuing yang dipersarafinya sering kali juga atrofi dan
akson terminal yang hancur, dan sel Schwann yang baru berdegenerasi. Peristiwa ini dikenal sebagai degenerasi
akan menempati ruang sinaps. transneuronal.
2 Bagian distal akson mengalami degenerasi Walleri (or
thograde degeneration) yaitu akson dan selubung
mielin di bagian distal lesi akan mengalami disintegrasi. Regenerasi pada Sistem Saraf Pusat
Sel Schwann berhenti berdife-rensiasi sehingga sintesis
mielin terhenti. Selain itu, makrofag dan sampai batas Regenerasi pada SSP berbeda dengan regenerasi pada
tertentu, sel Schwann akan memakan sisa jaringan yang SST karena selubung jaringan ikat tidak terdapat di SSP.
hancur. Sel saraf yang cedera pada SSP akan difagositosis oleh
3 Sel Schwann akan berproliferasi, membentuk kolom makrofag khusus yang dikenal sebagai mikroglia, dan
terdiri atas sel Schwann (tabung Schwann) yang
dibungkus oleh lamina basalis endonemiurn. ruang yang terbentuk akibat proses fagositosis akan
diduduki oleh proliferasi sel-sel glia yang membentuk
suatu jaringan yang dikenal sebagai parut glia. Parut
Reaksi Retrograd dan Regenerasi glia ini akan menghambat proses perbaikan pada SSP.
Jadi secara umum kerusakan saraf pada SSP bersifat
Pada reaksi retrograd dan proses regenerasi, bagian ireversibel.
proksimal akson yang cedera mengalami degenerasi yang Walaupun sel saraf tidak dapat membelah diri, ada
diikuti oleh bertumbuhannya akson baru yang arah suatu keyakinan bahwa pada otak mamalia dan manusia
pertumbuhannya dipandu oleh set Schwann. dewasa terdapat sel punca. Sel ini bila diberi stimulus
yang sesuai dapat diaktifkan untuk menggantikan sel-sel
saraf yang rusak atau hilang. Beberapa sel ini
Akson yang terletak proksimal dari lokasi kerusakan
mempunyai kemampuan untuk membentuk sel glia
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:
sementara sel punca lainnya dapat berdiferensiasi
1 Perikarion neuron yang hancur mengalami hipertrofi,
menjadi sel saraf. Sel punca ini menunjukkan
badan Nisslnya akan tercerai berai dan inti sel akan
kemampuan yang tinggi untuk berdiferensiasi menjadi
bergeser dari tempatnya semula. Peristiwa ini disebut
sel jaringan tempat mereka diletakkan.
kromatolisis yang berlangsung selama beberapa Berkurangnya jumlah sel neuron yang mengalami
bulan. Sementara itu badan sel secara aktif mensintesis kerusakan atau kematian dalam waktu 1 jam setelah
ribosom bebas, protein dan berbagai molekul-molekul terjadinya cedera akan meningkatkan ketahanan neuron
berukuran besar (makromolekul) termasuk asam pada daerah lesi. Informasi ini sesuai dengan hasil-hasil
ribonukleat (RNA). Selama masa ini bagian proksimal penelitian terkini yang melibatkan faktor tumbuh
akson dan selubung mielin yang menyelubunginya penggunaan sel punca saraf embrionik, penurunan
akan berdegenerasi. faktor inhibitor, penggunaan graft akson secara langsung
2 Beberapa tunas akson muncul dari puntung akson proks- ke dalam substansia grisea medula spinalis. Hal ini
imal dan memasuki endoneurium dengan panduan dari mernberikan harapan di masa depan untuk terapi medula
sel Schwann untuk menuju ke sel targetnya. Agar proses spinalis.
regenerasi dapat terjadi dibutuhkan adanya sel Schwann,
makrofag dan fibroblas. Sel ini akan menghasilkan
sitokin, faktor penumbuh, serta peningkatan ekspresi Plastisitas Saraf
reseptor molekul sinyal.
3 Pertumbuhan tunas-tunas akson ke arah distal akan di- Plastisitas adalah peristiwa penghancuran sel-sel saraf
pandu oleh sel Schwann. Sel Schwann akan
berdiferensiasi kembali dan membentuk selubung mielin yang berlebihan yang tidak dapat membentuk hubungan
di sekitar akson yang sedang tumbuh atau membentuk atau koneksi dengan sel lain selama masa pertumbuhan.
selubung Schwann di sekitar akson tak bermielin. Akan tetapi pada mamalia dewasa setelah terjadi cedera
Tunas akson yang mencapai sel target pertama akan pada jaringan saraf, sirkuit saraf akan dibentuk kembali
membentuk sinaps, sementara tunastunas yang lain akan oleh akson yang tumbuh yang terletak jauh dari daerah
berdegenerasi. Proses regenerasi ini berlangsung lesi. Sirkuit saraf yang barn ini akan memperbaiki
dengan kecepatan 3-4 mm/hari. beberapa fungsi dari jaringan yang di sarafi oleh serat
saraf yang mengalami cedera. Proses regenerasi ini
dipengaruhi oleh faktor penumbuh yang dikenal sebagai
Degenerasi Transneuronal neurotrofin yang dihasilkan oleh sel saraf, sel glia, sel
Sel saraf mempunyai pengaruh trofik untuk Schwann, dan juga sel target. Plastisitas saraf pada
sel yang berkontak dengannya. Jika sel saraf mati, sel manusia dapat diobservasi pada pasien stroke, begitu
target juga pada penderita dengan cedera saraf lainnya.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 219
10 䡲 䡲 䡲
Darah ialah cairan kental berwarna merah terang hingga Jika disentrifugasi, akan tampak unsur berbentuk darah berupa
merah tua yang sedikit basa (pH, 7,4) dan merupakan 7% dari endapan merah di dasar tabung (44%), dilapisi oleh lapisan
berat badan total. Volume darah total pada orang dewasa rata- tipis tembus pandang yang disebut buffy coat (1%), dan cairan
rata ialah berjumlah 5 L, dan mengalir ke seluruh tubuh dalam plasma yang terletak di bagian paling atas sebagai supernatan
sistem pembuluh darah. Darah ialah jaringan ikat khusus yang (55%). Endapan merah yang disebut di atas terdiri dari sel
terdiri dari unsur-unsur berbentuk-sel darah merah darah merah, dan volume total sel darah merah disebut
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah- hematokrit; buffy coat terdiri dari sel darah putih dan keping
yang mengapung dalam komponen cair (matriks ekstraseluler), darah.
yang disebut plasma (Gambar 10-1 dan 10-2). Rentang hidup sel darah yang terbatas mengharuskan
Karena darah mengalir dalam tubuh, darah merupakan terjadinya pembaruan yang berkesinambungan untuk
wahana yang ideal untuk mengangkut zat. Fungsi utama darah mempertahankan jumlah yang tetap dalam sirkulasi. Proses
termasuk mengantarkan nutrien dari sistem pencernaan ke pembentukan sel darah dari prekursor sel darah yang tersedia
seluruh sel tubuh sesudah itu mengantarkan produk sisa sel disebut hemopoiesis (juga disebut sebagai hematopoiesis).
tersebut ke organ spesifik untuk dieliminasi. Berbagai
metabolit, produk sel (a.l. hormon, dan berbagai molekul
penanda), serta elektrolit juga diangkut dalam aliran darah DARAH
hingga tujuan akhirnya. Oksigen (O2) diangkut oleh
hemoglobin pada eritrosit dari paru untuk dihantarkan pada sel Darah terdiri dari komponen cair (plasma) dan komponen
organisme, begitu juga karbondioksida (CO2) diangkut oleh berbentuk yang terdiri dari berbagai tipe sel darah dan
hemoglobin dari komponen cairan plasma (sebagai ion keping darah.
bikarbonat, HCO3-, dan sebagai bentuk bebasnya) untuk
dieliminasi oleh paru.
Pemeriksaan sel darah yang bersirkulasi dengan menggunakan
Darah juga membantu mengatur suhu tubuh dan mikroskop cahaya dilakukan dengan mengoleskan setetes darah
mempertahankan keseimbangan asam-basa serta tekanan dengan rata pada kaca objek, dikeringkan dalam udara, lalu
osmotik cairan tubuh. Selain itu, darah juga merupakan jalur dipulas dengan campuran pewarna khusus untuk menunjukkan
migrasi bagi sel darah putih antar berbagai kompartemen
sifat tertentu sel-sel dalam darah. Metode yang digunakan saat
jaringan ikat dalam tubuh.
ini dikembangkan pada akhir abad ke-19 oleh Romanovsky,
Karena darah merupakan cairan, maka diperlukan adanya yang menggunakan campuran biru metilen (methylen blue) dan
sebuah mekanisme protektif, yaitu koagulasi, untuk eosin. Sebagian besar laboratorium saat ini menggunakan
menghentikan aliran darah jika terjadi kerusakan pada cabang modifikasi Wright atau Giemsa, dan berbagai jenis sel darah
pembuluh darah. Proses koagulasi ini diperantarai oleh keping dapat dikenali dari warna yang dihasilkan pemulasan ini. Biru
darah dan berbagai faktor dalam darah yang mengubah darah metilen menyebabkan komponen asam sel menjadi biru, dan
dari bentuk koloid menjadi gel. eosin menyebabkan komponen basa sel menjadi merah muda.
Jika darah dikeluarkan dari tubuh dan ditempatkan dalam Terdapat juga komponen-komponen lain yang akan berwarna
tabung uji, maka akan terjadi penggumpalan, kecuali jika biru kemerahan karena diikat oleh azur, yaitu zat yang
tabung tersebut dilapisi oleh zat anti-koagulan seperti heparin. terbentuk karena oksidasi biru metilen.
219
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 220
Unsur Berbentuk
Gambar 10-1 Mikrograf darah dalam sirkulasi (x270). Perhatikan eritrosit
yang melimpah serta tiga leukosit. Tampak juga banyak keping darah yang Sel darah merah, sel darah putih, dan keping
tampak seperti titik-titik keeil tersebar di antara eritrosit. darah merupakan unsur berbentuk dalam darah.
Eritrosit
Neutrofil Limfosit Eosinofil Monosit
Globulin 80,000-1 × 106 Da Hati Pengangkutan ion logam,lipid terikat protein, dan vitamin
α- dan -β larut lemak
Protein penggumpalan
(yaitu protrombin, fibrinogen, Beragam Hati Pembentukan benang-benang fibrin
globulin akselerator
Protein komplemen
Beragam Hati Penghancuran mikroorganisme dan pemicu inflamasi
(C1 hingga C9)
E E
E
E
Gambar 10-3 Mikrograf cahaya sel dan keping darah dalam darah yang
bersirkulasi (x1.325). Tiap mikrograf cahaya pada rangkaian ini menunjukkan
eritrosit (E), keping darah (panah), dan satu sel darah putih. A, Limfosit; B,
monosit; C, neutrofil; D, eosinofil; E, basofil.
globin pada (T-) Hb lebih besar daripada dalam (R-)Hb, dan karbaminohemoglobin (atau karbamilhemo-globin).
pergerakan rantai globin (T-) Hb lebih banyak daripada dalam Jaringan yang hipoksik melepaskan 2,3-difosfogliserida,
(R-)Hb. Namun, di tempat yang kadar oksigennya rendah, sebuah karbohidrat yang memfasilitasi lepasnya oksigen dari
seperti dalam jaringan, hemoglobin akan melepaskan O2 dan eritrosit. Hemoglobin juga mengikat nitrat oksida (NO), yaitu
mengikat CO2. Sifat ini yang menjadikan hemoglobin ideal sebuah meutransmiter yang menyebabkan pelebaran pembuluh
sebagai pengangkut gas pernafasan. Hemoglobin yang darah, sehingga sel darah merah dapat melepas lebih banyak
mengangkut O2 disebut oksihemoglobin, dan hemoglobin oksigen dan mengikat lebih karbondioksida dalam jaringan
yang mengangkut CO2 disebut tubuh.
Berdasarkan urutan asam aminonya, manusia
normal mempunyai
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 223
KORELASI KLINIS
Beberapa penyakit keturunan terjadi akibat
kelainan pada kode gen yang menghasilkan rantai
polipeptida hemoglobin. Penyakit yang disebut
talasemia dikenali dengan penurunan sintesis satu
atau lebih rantai hemoglobin. Pada talasemia
terjadi penurunan sintesis rantai β. Pada bentuk
homozigot penyakit ini, yang lebih banyak
ditemukan pada keturunan Mediterania, HbA tidak
ditemukan dan kadar HbF setelah lahir tetap tinggi.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) terjadi
akibat mutasi titik suatu lokus tunggal pada rantai
β (valin menggantikan glutamat dalam urutan ini),
sehingga terbentuk hemoglobin abnormal, yaitu
HbS. Jika tegangan oksigen berkurang (mis. pada
olahraga berat), HbS akan berubah bentuk,
sehingga bentuk eritrosit menjadi seperti bulan
Gambar 10-4 Mikrograf elektron pemindai yang menunjukkan bentuk sabit. Bentuk ini menyebabkan eritrosit berkurang
cakram bikonkaf sel darah merah yang bersirkulasi (x5.850). (Dari Leeson TS, kelenturannya, lebih rapuh, dan lebih mudah
Leeson CR, Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, mengalami hemolisis dibandingkan sel normal.
1988.)
Anemia sel sabit sering ditemukan pada ras kulit
hitam, terutama bagi mereka yang nenek
moyangnya tinggal di daerah Afrika di mana
malaria merupakan penyakit endemik. Di Amerika
KORELASI KLINIS Serikat, sekitar 1 dari 600 bayi kulit hitam baru
lahir mengalami kondisi ini.
Karbonmonoksida (CO) memiliki afinitas yang
jauh lebih tinggi daripada O2 terhadap bagian hem
hemoglobin, dan jika CO berikatan dengan zat Membran Sel Eritrosit
besi dalam hem, molekul hemoglobin akan
berubah menjadi (R-)Hb dan akan meningkatkan
afinitasnya terhadap oksigen sehingga tidak dapat Membran sel dan kerangka eritrosit di bawahnya
sangat lentur dan dapat menahan tekanan yang
dilepas ke jaringan, bahkan pada bagian-bagian
tinggi.
yang hipoksik. Orang yang terperangkap dalam
tempat dengan ventilasi buruk dan mesin
berbahan bakar bensin yang menyala, atau dalam Membran plasma sel darah merah, yaitu sebuah lapisan
sebuah gedung terbakar seringkali akan ganda lipid yang khas, terdiri dan sekitar 50% protein, 40%
mengalami keracunan CO. Jika korban yang lipid, dan 10% karbohidrat. Sebagian besar proteinnya ialah
mengalami ini berkulit putih, ia tidak akan tampak protein transmembran, terutama glikoforin A (juga
sianotik (pucat kebiruan), namun akan tampak ditemukan glikoforin B, C, dan D dalam jumlah yang lebih
merah segar karena warna kompleks CO- sedikit), saluran ion (saluran kalium dependen-kalsium
hemoglobin (karbon monoksihemoglobin). (calcium-dependent potassium channels) dan Na+-K+
adenosin trifosfat), dan pengangkut anion protein pita 3
(band 3 protein), yang mengangkut Cl- dan HCO3-; juga
berfungsi sebagai situs penjangkar bagi ankyrin, protein
pita 4,1, hemoglobin, dan enzim glikolisis (Gambar 10-5).
empat rantai polipeptida hemoglobin yang dinamai α,β,y dan Selain itu, membran sel darah merah juga memiliki protein
ᵹ. Hemoglobin utama pada fetus (hemoglobin fetus/hbf) perifer yaitu protein pita 4,1, spektrin, ankirin, dan aktin.
terdiri dari dua rantai α dan dua rantai y. Namun, sesaat Protein pita 4,1 berperan sebagai situs penjangkar untuk
setelah lahir akan digantikan oleh hemoglobin dewasa spektrin, protein pita 3, dan glikoforin. Maka, ankirin, protein
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 224
Spectrin
Gambar 10-5 Sitoskeleton dan protein integral
plasmalema eritrosit. Spektrin membentuk kisi-
kisi heksagonal yang terjangkar pada membran
Rantai b Aktin plasma eritrosit melalui protein pita 4,1 dan pita
3, serta ankirin.
Pita 4.9
Jika seorang ibu Rh- melahirkan anak dengan Rh+, Sebagian besar populasi sel darah putih terdiri dari
darah bayi tersebut dapat memasuki peredaran neutrofil, yang berperan sebagai fagosit,
darah ibunya dan memicu pembentukan antibodi menghancurkan bakteri yang memasuki jaringan ikat.
anti-Rh. Jika ibu ini kembali hamil dengan fetus
yang Rh+, antibodi ini akan menyerang eritrosit Leukosit polimorfonuklear (polys , neutrofil) ialah jenis
fetus, sehingga menyebabkan eritoblastosis sel darah putih yang paling banyak, dengan jumlah sekitar
fetalis, sebuah kondisi yang mematikan bagi bayi 60% hingga 70% dari total populasi leukosit. Pada sediaan
baru lahir. Transfusi pralahir dan pascalahir darah, neutrofil memiliki diameter 9 hingga 12 µm dengan
diperlukan bagi fetus untuk mencegah kerusakan inti yang berlobul banyak (lihat Gambar 10-2 dan 10-3).
otak dan kematian pada bayi baru lahir, kecuali Lobul-lobul ini saling terhubung dengan benang kromatin
bila sang ibu sudah diberi anti-Rh aglutinin Rh0 yang tipis, dan jumlahnya akan semakin banyak seiring
(D)—imunoglobulin (RhoGAM)—sebelum atau bertambahnya usia sel. Pada perempuan, inti neutrofil
tepat sesudah kelahiran bayi Rh+ yang pertama. memiliki tonjolan kecil yang khas, yang disebut "drumstick",
yang mengandung kromosom X kedua yang inaktif dan padat.
Tonjolan ini juga disebut Barr body atau kromosom seks,
namun tidak selalu ditemukan pada tiap sel. Neutrofil
Leukosit termasuk sel-sel hadir pertama bila terjadi infeksi bakteri akut.
Plasmalema neutrofil memiliki reseptor komplemen serta
reseptor Fc untuk IgG.
Leukosit ialah sel darah putih yang dikelompokkan
menjadi dua golongan besar: granulosit dan agranulosit.
GRANULA NEUTROFIL
Jumlah leukosit jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sel
darah merah; malah, dalam seorang dewasa sehat hanya Neutrofil memiliki granula spesifik, azurofilik, dan tersier.
ditemukan 6.500 hingga 10.000 sel darah putih per mm3
darah. Berbeda dengan eritrosit, leukosit tidak melakukan Terdapat tiga jenis granula dalam sitoplasma neutrofil:
perannya dalam pembuluh darah, dan hanya menggunakan
aliran darah untuk mengembara dari satu bagian tubuh ke 䡲 Granula spesifik yang kecil (dengan diameter 0,1 µm),
bagian tubuh lainnya. Jika leukosit telah sampai pada 䡲 granula azurofilik yang lebih besar (dengan diameter 0,5
tujuannya, ia akan keluar dari aliran darah dengan bermigrasi µm),
melewati sel-sel endotelial pembuluh darah (diapedesis), 䡲 granula tersier.
dan memasuki jarin gan ikat untuk melakukan
fungsinya. Dalam aliran darah serta dalam sajian usap,
leukosit tampak bundar; dalam jaringan ikat, leukosit tampak Granula spesifik mengandung berbagai enzim dan zat
pleomorfik. Leukosit secara umum berfungsi melindungi farmakologis yang membantu neutrofil dalam melaksanakan
tubuh dari benda asing. fungsi anti-mikroba (lihat Tabel 10-3). Dengan mikroskop
elektron, granula-granula ini tampak sedikit lonjong (Gambar
Sel darah putih dikelompokkan dalam dua golongan 10-6).
(TABEL 10-3): Granula azurofilik, seperti yang telah disebut di atas,
䡲 Granulosit, yang memiliki granula spesifik dalam granula ini merupakan lisosom, dan mengandung asa
sitoplasmanya hidrolase, mieloperoksidase, zat lisozim anti bakteri, protein
䡲 Agranulosit, yang tidak memiliki granula spesifik. peningkat-permeabilitas bakterisidal (bactericidal
permeability-increasing protein (BPI)), katepsin G, elastase,
Baik granulosit maupun agranulosit memiliki granula dan kolagenase nonspesifik.
nonspesifik (azurofilik), yang dikenal sebagai lisosom.
Granula tersier mengandung gelatinase dan katepsin,
Terdapat tiga tipe granulosit, yang dibedakan berdasarkan serta glikoprotein yang tersisip dalam plasmalema.
warns granula spesifik yang dikandungnya setelah
pewarnaan dengan golongan Romanovski: FUNGSI NEUTROFIL
GRANULOSIT AGRANULOSIT
Ciri-ciri
Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Jumlah/mm3 3.500-7.000 150-400 50-100 1.500-2.500 200-800
% SDP 60-70 2-4 <1 20-25 3-8
Diameter (µm)
7-8 10-12
Potongan 8-9 9-11 7-8
8-10 12-15
Sediaan apus 9-12 10-14 8-10
Jangka hidup <1 minggu <2 minggu 1-2 tahun (pada Beberapa bulan Beberapa hari
tikus) hingga dalam darah,
beberapa tahun beberapa bulan
dalam jaringan
ikat
Fagositosis Hampir sama Sel T: reaksi Berdiferensiasi
Fungsi Fagositosis dan kompleks dengan sel imun seluler menjadi
menghancurkan antigen-antibodi; mast, Sel B: reaksi makrofag:
bakteri menghancurkan membantu imun humoral fagositosis dan
parasit reaksi inflamasi mengemukakan
antigen
°Menggunakan pewarnaan jenis Romanovsky (ataumodifikasinya). CD, cluster of differentiation; HLA, human leukocyte antigen; IgE,
imunoglobulin E; IL, interleukin; SDP, sel darah putih.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 227
N N
Neutrofil
Reseptor C3b
Komplemen C3b
Endositosis
Bakteri
Daerah Fc
pada antibodi
A Reseptor Fc B
Lisozim, laktoferin,
PLA2 dilepaskan dari
granula spesifik
O2
–
O2 H2O2 Protein-protein
HOCl H2O2 HOCl kationik
MPO
Granula azurofilik
melepas isinya ke
C dalam endolsosom D
Gambar 10-7 Fagositosis dan penghancuran bakteri oleh neutrofil. Peran-peran ini tergantung pada kemampuan neutrofil untuk mengenali bakteri melalui
adanya komplemen dan/atau antibodi yang melekat pada mikroorganisme. H202, hidrogen peroksida; HOCI, asam hipoklorit; MPO, mieloperoksidase, O2,
superoksida, PLA2, fosfolipase A2.
KORELASI KLINIS
dismutase dan superoksida; dan asam hipoklorik (HOCI), Anak-anak dengan defisiensi NADPH oksidase
yang terbentuk oleh interaksi mieloperoksidase (MPO) dan herediter mengalami infeksi bakteri yang persisten,
ion klorida dengan hidrogen peroksida (lihat Gambar karena neutrofil dalam tubuhnya tidak dapat
membentuk respons ledakan pernafasan
10-7C dan D).
(respiratory burst) akibat rintangan bakteri.
6 Seringkali, isi granula aurofilik dilepaskan ke matriks Neutrofil dalam tubuhnya tidak dapat membentuk
ekstraseluler sehingga terjadi kerusakan jaringan, namun superoksida, hidrogen peroksida, dan asam
biasanya katalase dan glutation peroksidase membatasi hipoklorik dalam proses fagositosis bakteri.
kerusakan jaringan dengan cara mendegradasi hidrogen
peroksida.
7 Sesudah neutrofil melakukan fungsinya sebagai Eosinofil
pembunuh mikroorganisme, ia juga akan mati,
sehingga membentuk nanah yang merupakan Eosinofil memfagosit kompleks antigen-antibodi dan
membunuh parasit.
kumpulan leukosit mati, bakteri, dan cairan eksraseluler.
8 Neutrofil tidak hanya membunuh bakteri, namun juga
Eosinofil mencakup kurang dari 4% populasi total sel darah
membentuk leukotrien dari asam arakhidonat membran sel. putih. Mereka tampak sebagai sel yang bundar dalam larutan
Leukotrien yang baru terbentuk ini akan memulai proses dan sajian apus, namun selama migrasi melalui
inflamasi. jaringan
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 229
ikat ia dapat menjadi pleomorfik. Membran sel eosinofil sangat ampuh membunuh parasit. Eksternum
memiliki reseptor untuk imunoglobulin G (IgG), IgE, dan mengandung enzim-enzim yang terdaftar dalam Tabel 10-3.
komplemen. Eosinofil berdiameter 10 hingga 14 µm (pada Granula azurofilik non-spesifik merupakan lisosom
sajian apus) dan memiliki inti bilobus berbentuk sosis, yang (berdiameter 0,5 µm) yang mengandung enzim hidrolitik yang
kedua lobusnya terhubung dengan sebuah benang kromatin serupa dengan enzim pada neutrofil. Lisosom ini berfungsi
tipis dan selaput inti yang membungkusnya (lihat Gambar dalam menghancurkan cacing-cacing parasitik dan dalam
10-2 dan 10-3). Mikrograf elektron dapat menunjukkan hidrolisis kompleks antigen-antibodi yang dimakan oleh
sebuah aparatus Golgi kecil di pusat, sejumlah kecil retikulum eosinofil.
endoplasma kasar [rough endoplasmic reticulum (RER)], dan
hanya beberapa mitokondria yang biasanya terletak
berdekatan dengan sentriol di sekitar pusat sel. Eosinofil FUNGSI EOSINOFIL
diproduksi di sumsum tulang, tempat proliferasi sel
prekursornya dan diferensiasi menjadi sel dewasa dipicu oleh Eosinofil membantu mengeliminasi kompleks antigen-
interleukin-5 (IL-5). antibodi dan menghancurkan cacing-cacing parasitik.
䡲 Menelan kompleks antigen-antibodi, yang akan kan jenis kelas imunoglobulin tertentu, yaitu IgE. Bagian Fc
diperangkap dalam kompartemen endosom untuk dan molekul IgE akan menempel pada Fc€RI basofil dan
didegradasi. sel mast tanpa pengaruh yang jelas. Namun, bila antigen
yang sama kembali memasuki tubuh, ia akan terikat pada
KORELASI KLINIS molekul IgE pada permukaan sel-sel ini. Walaupun sel mast
Sel-sel jaringan ikat di sekitar kompleks antigen- dan basofil tampaknya memiliki fungsi yang serupa,
antibodi melepaskan zat farmakologis histamin dan keduanya merupakan sel-sel yang berbeda dan memiliki asal
IL-5, yang akan menyebabkan pembentukan dan usul yang berbeda.
penglepasan eosinofil dari sumsum tulang. Walaupun urutan kejadian di bawah ini terjadi pada
Sebaliknya, peningkatan kadar kortikosteroid dalam basofil maupun sel mast, namun basofil akan digunakan
darah akan mengurangi jumlah eosinofil dalam untuk menggambarkannya:
sirkulasi. 1 Pengikatan antigen pada molekul IgE pada permukaan
basofil akan menyebabkan dilepaskannya isi granula spesifik
Basofil ke ruang ekstraseluler.
2 Selain itu, enzim fosfolipase A menghasilkan residu asam
Basofil merupakan sel yang fungsinya mirip dengan
arakhidonat dari membran plasma yang akan memasuki jalur
sel mast, walaupun asal usulnya berbeda.
siklooksigenase dan lipoksigenase untuk menghasilkan
faktor kimiawi yang akan melaksanakan reaksi inflamasi.
Basofil mencakup kurang dari 1% populasi total leukosit. Sel Faktor-faktor ini ialah platelet activating factor, leukotrien
ini merupakan sel yang bulat dalam larutan, namun dapat B4, prostaglandin D2, tromboksan A2, leukotrien C4,
menjadi pleomorfik ketika bermigrasi melalui jaringan ikat. leukotrien D4, leukotrien E4 (yang sebelumnya dikenal
Ia berdiameter 8 hingga 10 µm (pada sediaan apus) dan dengan slow-reacting substance of anaphylaxis, atau SRS-A),
memiliki inti berbentuk huruf S, yang seringkali terselubung adenosin, bradildnin, superoksida, TNF factor a, IL4, IL5,
oleh granula-granula spesifik yang besar dan banyak dalam IL6, and granulocyte-monocyte colonystimulating factor.
sitoplasmanya (lihat Gambar 10-2 dan 10-3). Dalam 3 Histamin menyebabkan vasodilatasi, kontraksi otot polos
mikrograf elektron dapat dilihat dengan jelas aparatus Golgi
(di cabang-cabang bronkus), dan perembesan pembuluh
yang kecil, beberapa mitokondria, RER yang banyak, dan
endapan glikogen yang kadang dapat ditemukan. Basofil darah.
memiliki beberapa reseptor permukaan pada plasmalemanya, 4 Leukotrien memiliki pengaruh yang serupa, namun
termasuk reseptor imunoglobulin E (IgE) (FcERI). lebih lamban dan lebih persisten dibandingkan dengan
histamin. Selain itu, leukotrien mengaktivasi leukosit,
GRANULA BASOFIL sehingga leukosit akan bermigrasi ke lokasi ditemukannya
antigen.
Basofil memiliki granula spesifik dan granula azurofilik. KORELASI KLINIS
Pada individu tertentu yang hiperalergi,
Granula spesifik basofil berwarna biru tua dengan
pemaparan kedua kali pada alergen yang sama
pemulasan Giemsa dan Wright. Diameter granula-granula ini
dapat menyebabkan terjadinya reaksi umum yang
kira-kira 0,5 µm dan seringkali ditemukan pada pinggiran
berat. Banyaknya basofil (dan sel mast) yang
sel, sehingga dengan mikroskop cahaya akan tampak adanya
melepaskan isi granulanya akan menyebabkan
perimeter di sekitar basofil yang berkesan kasar yang khas.
vasodilatasi luas dan berkurangnya volume darah
Granula-granula ini mengandung heparin, histamin, faktor
yang mendadak (karena perembesan pembuluh
kemotaktik eosinofil, faktor kemotaktik neutrofil, protease
dasar). Maka individu ini akan mengalami syok
netral, kondroitin sulfat, dan peroksidase (lihat Tabel 10-3).
sirkulasi. Otot polos bronkus dan cabang-
Granula azurofilik non-spesifik merupakan lisosom yang
cabangnya akan berkonstriksi, sehingga
mengandung enzim-enzim yang serupa dengan lisosom
menyebabkan kegagalan pernafasan. Efek dari
neutrofil.
semua ini ialah kondisi yang mengancam nyawa
yang disebut dengan syok anafilaksis.
FUNGSI BASOFIL
Monosit
Basofil berfungsi sebagai pemicu proses inflamasi.
buh tertentu untuk mencapai maturasi dan mengekspresikan diubah oleh virus, dan membunuhnya. Selain itu, sel T
penanda serta reseptor permukaan yang spesifik. Sel B tertentu bertanggung jawab sebagai pemicu dan pengembang
memasuki daeerah yang belum diketahui pada sumsum (sel T penolong, T helper cells) atau penekan (sel T
tulang, sedangkan sel T bermigrasi ke dalam korteks timus. pengatur (regulatory T cells), yang sebelumnya dikenal
Pada saat sel-sel ini menjadi kompeten secara imunologis, sebagai sel supresor atau T suppressor cells) kebanyakan
tiap limfosit meninggalkan lokasi maturasinya dan memasuki respons imun humoral maupun seluler. Hal-hal ini dicapai
sistem limfoid, dimana ia menjalani mitosis dan membentuk dengan melepaskan molekul sinyal yang dikenal sebagai
kelompok yang terdiri dari sel-sel identik, yang disebut sitokin (limfokin) yang dapat memicu respons spesifik dan
sebagai klon (clone). Semua anggota klon tertentu dapat sel-sel lain dalam sistem imun (lihat Bab 12).
mengenal dan bereaksi terhadap antigen yang sama.
Setelah terstimulasi oleh antigen yang spesifik, baik sel B
dan T akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua FUNGSI SEL NULL
subpopulasi:
䡲 Sel memori tidak berpartisipasi dalam respons imun, Sel Null terdiri dan dua populasi yang berbeda:
namun menjadi bagian dan klon yang mempunyai "memori Sel punca yang bersirkulasi, yang dapat menjadi semua
䡲
imunologis," yang siap untuk membelah dan berespons unsur berbentuk dalam darah
terhadap antigen tertentu atau zat asing pada pemaparan
䡲 Sel NK (NaturalKiller Cells), yang dapat membunuh
berikutnya. beberapa sel asing atau sel yang telah diubah oleh virus tanpa
䡲 Sel efektor dapat digolongkan menjadi sel B dan sel T dipengaruhi oleh timus atau sel T.
(dan subtipe-subtipenya).).
Sel efektor ialah limfosit imunokompeten yang dapat Keping Darah
menjalani fungsi imun limfosit; yaitu, mengeliminasi
antigen. Sel B bertanggung jawab atas sistem imun Keping darah (tromboplastid) ialah fragmen sel tanpa inti
humoral; yang berarti bahwa ia akan berdiferensiasi yang kecil dan berbentuk cakram, yang merupakan
menjadi sel plasma, yang akan menghasilkan antibodi turunan megakariosit dalam sumsum tulang.
terhadap antigen. Sel T bertanggung jawab atas
sistem imun seluler. Beberapa sel T berdiferensiasi Keping darah berukuran sekitar 2 hingga 4µm dalam
menjadi sel T sitotoksik (CTL; T killer cells) yang akan sediaan apus (lihat Gambar 10-2 dan 10-3). Pada
secara fisik berkontak dengan sel asing atau sel yang telah mikrograf cahaya tampak adanya daerah perifer yang jernih,
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 233
yaitu hialomer, dan daerah pusat yang gelap, yaitu Fungsi Keping Darah
granulomer. Plasmalema keping darah memiliki beberapa
molekul reseptor dan glikokaliks yang relatif tebal (15-20 Keping darah berfungsi dalam menghentikan perdarahan
nm). Dalam tiap mm3 darah terdapat sekitar 250.000 hingga pada lapisan endotel pembuluh darah jika terjadi luka.
400.000 keping darah, masing-masing dengan masa hidup
kurang dari 14 hari. Jika terjadi cedera pada lapisan endotel pembuluh darah dan
kontak terjadi antara keping darah dengan kolagen
subendotelial, maka keping darah akan teraktivasi dan
melepaskan isi granulanya, melekat pada tempat dinding
Tubulus dan Granula Keping Darah pembuluh darah yang cedera (adhesi keping darah), dan
melekat pada sesamanya (agregasi keping darah). Interaksi
Keping darah memiliki tiga jenis granula (alfa, delta, antar faktor jaringan (tissue factors), faktor plasma (plasma-
lambda) serta dua sistem tubular (padat dan bukaan borne factors), dan faktor keping darah (platelet-derived
permukaan). factors) akan membentuk gumpalan darah (Gambar 10-12 dan
10-13). Walaupun mekanisme agregasi, adhesi, dan
penggumpalan keping darah melampaui cakupan histologi,
Mikrograf elektron keping darah menunjukkan adanya 10 berikut ini diuraikan beberapa hal yang menonjol dari proses-
hingga 15 mikrotubul yang teratur saling paralel dan proses ini:
membentuk cincin dalam hialomer. Mikrotubul ini
membentuk keping darah untuk mempertahankan bentuk 1 Pada keadaan normal, endotel utuh menghasilkan prostasiklin
cakramnya. Kumpulan mikrotubul ini terkait denganialah dan NO, yang mencegah agregasi keping darah. Ia juga
monomer aktin dan miosin, yang dengan cepat dapat menghindari terjadinya koagulasi dengan adanya
membentuk alat kontraksi. Selain itu, terdapat dua sistem trombomodulin dan molekul serupa heparin pada
tubular yang dapat ditemukan dalam hialomer, yaitu sistem plasmalema lumennya. Kedua molekul membran ini
pembuka-permukaan (penghubung) dan sistem tubular menginaktifasikan faktor-faktor koagulasi tertentu.
padat (Gambar 10-10 dan 10-11). Sistem pembuka- 2 Sel endotel yang luka tidak lagi menghasilkan dan
permukaan berbentuk melingkar dan membentuk kompleks mengekspresikan penghambat proses koagulasi dan agregasi
labirin dalam keping darah. Karena sistem ini berkomunikasi
keping darah, dan melepaskan faktor von Willebrand dan
dengan dunia luar, aspek lumen sistem tubular ini merupakan
sambungan dari permukaan luar keping darah, sehingga tromboplastin jaringan. Ia juga melepaskan endotelin, yaitu
meningkatkan permukaan keping darah sebanyak tujuh atau vasokontriktor kuat yang membantu membatasi jumlah
delapan kali lipat. pendarahan.
Ultrastruktur granulomer menunjukkan adanya sedikit 3 Keping darah sangat melekat pada kolagen subendotelial,
mitokondria, endapan glikogen, peroksisom, dan tiga tipe terutama dengan adanya faktor von Willebrand.
granula: granula alpha (a-granules), granula delta (8- Selanjutnya keping darah akan mengeluarkan isi granula
granules), and granula lambda (λ-granules) (lisosom). dan melekat pada sesamanya. Ketiga peristiwa ini
Berbagai tubulus dan granula serta isi dan fungsinya tercantum secara kolektif disebut sebagai aktivasi keping darah
dalam Tabel 10-4. Granulomer juga mengandung sistem enzim
(platelet activation).
yang memungkinkan keping darah untuk mengkatabolisasi
glikogen, mengonsumsi oksigen, dan menghasilkan ATP. 4 Dengan dilepaskannya isi granula, terutama adenosin difosfat
Mikrotubulus Mikrotubulus
Membran plasma
Pi
Fe
Th
Mi
Er
(adp) dan trombospondin, keping darah Trombin ialah sebuah enzim yang memfasilitasi agregasi
menjadi :lengket," sehingga keping darah yang bebas akan keping darah. Jika terdapat kalsium (Ca2+), ia juga
melekat pada keping darah yang terikat kolagen dan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
mengalami degranulasi 8 Maka, monomer-monomer fibrin yang dihasilkan akan
5 Asam arakhidonat, yang terbentuk dalam plasmalema mengalami polimerisasi dan membentuk gumpalan
keping darah yang teraktivasi, dikonversi menjadi retikulum, sehingga semakin mengerat keping darah,
tromboksan A2, yaitu sebuah vasokon striktor dan eritrosit, dan leukosit lainnya sehingga membentuk
aktivator keping darah yang poten. gumpalan darah (trombus) yang stabil. Eritrosit
6 Keping-keping darah yang teragregasi bertindak sebagai membantu memfasilitasi aktivasi keping darah, sedangkan
penyumbat, yang menghentikan pendarahan. Selain itu, neutrofil dan sel endotel membatasi aktivasi keping darah
mereka mengekspresikan platelet factor 3 pada maupun ukuran trombus.
plasmalemanya, sehingga menyediakan permukaan 9 Kira-kira satu jam setelah terbentuknya gumpalan darah,
fosfolipid yang diperlukan untuk pembentukan faktor monomer aktin dan miosin akan membentuk filamen tebal
koagulasi yang layak (terutama trombin). dan tipis, yang akan berinteraksi dengan menggunakan ATP
7 Sebagai bagian dari urutan reaksi yang rumit, yang sebagai sumber energinya. Pada akhirnya, gumpalan ini
melibatkan berbagai faktor koagulasi, tromboplastin akan mengerut sehingga sekitar setengah ukuran awalnya,
jaringan dan tromboplastin keping darah sama-sama mendekatkan pinggiran-pinggiran luka sehingga mengurangi
berperan mengubah protrombin bebas menjadi trobin. perdarahan.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 235
Trombin
Protrombin Protrombin
Fibrinogen
Keping darah
Tromboplast tromboplastin
in jaringan keping darah
Mengikat
Trombospondin keping darah
Fibrin
ADP Kolagen
Agregasi terpapar
Sel yang
terluka
A B
Gambar 10-12 Pembentukan gumpalan darah A, Cedera pada lapisan endotel melepaskan berbagai faktor penggumpalan dan menghentikan penglepasan
penghambat penggumpalan B, Gumpalan yang membesar menyumbat luka pada dinding pembuluh darah dan menghentikan aliran darah yang keluar.
(Dimodifikasi dari Fawcett DW: Bloom and Fawcett's A Textbook of Histology, 12th ed. New York, Chapman and Hall, 1994.)
10 Jika pembuluh darah telah kembali utuh, sel endotel banyaknya lemak dan berkurangnya hemopoiesis dalam
melepaskan aktivator plasminogen, yang mengubah rongga tulang ini.
plasminogen bebas menjadi plasmin, yaitu sebuah enzim Pendarahan sumsum tulang disediakan oleh arteri-arteri
yang akan memicu lisis pada trombus. Enzim hidrolitik nutrien yang menembus diafisis melalui foramen nutrien,
granula lambda membantu dalam proses ini. yaitu saluran yang menghubungkan permukaan tulang
dengan rongga medula. Arteri-arteri ini memasuki rongga
sumsum dan sedikit bercabang pada daerah perifer, yang
SUMSUM TULANG banyak bercabang menuju pusat untuk mempendarahi
sumsum tulang, dan menuju perifer untuk mempendarahi
Sumsum tulang ialah jaringan ikat vaskular seperti agar-agar tulang kortikal. Pembuluh darah yang memasuki tulang
yang terdapat dalam rongga sumsum, yang mengandung kortikal tersebar dalam kanal Havers dan Volkmann untuk
banyak sel yang berperan dalam hemopoiesis. mempendarahi tulang padat.
Percabangan yang menuju pusat mengantarkan darah
dalam jaringan luas sinusoid besar (diameter 45 sampai 80
Rongga medular tulang panjang dan ruang intersisial antar
trabekula tulang spons merupakan tempat terdapatnya µm). Sinusoid bermuara pada vena longitudinal sentral,
sumsum, yang merupakan jaringan seluler yang lunak, yang bermuara pada vena yang meninggalkan tulang melalui
seperti agar-agar, dan sangat tervaskularisasi. Sumsum kanal nutrien.
tulang dipisahkan dari tulang melalui endosteum (yang Yang menarik disini ialah bahwa ukuran vena lebih kecil
terdiri dari sel osteoprogenitor , osteoblas, dan kadang daripada ukuran arteri, sehingga tekanan hidrostatik yang
osteoklas). Sumsum tulang mencakup hampir 5% dari berat tinggi dalam sinusoid dapat dipertahankan sehingga sinusoid
badan total. Ia bertanggung jawab atas pembentukan sel tidak kempis. Vena, arteri, dan sinusoid membentuk
darah (hemopoiesis) dan penyampaiannya ke dalam sistem kompartemen vaskular, sedangkan ruang-ruang yang
sirkulasi, dan berfungsi sejak bulan kelima kehidupan melaluinya terisi dengan pulau-pulau sel hemopoietik
prenatal hingga mati. Sumsum tulang juga menjadi yang pleomorfik dan saling menggabung, sehingga
lingkungan mikro bagi sebagian besar proses maturasi membentuk kompartemen hemopoietik (Gambar 10-14).
limfosit B dan maturasi awal limfosit T. Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan dikelilingi oleh
Sumsum tulang pada bayi baru lahir disebut sumsum benang-benang serat retikular dan sejumlah banyak sel
merah karena banyaknya jumlah eritrosit yang dihasilkan. retikular adventisial. Juluran-juluran sel retikular
Namun, pada seseorang yang berusia 20 tahun, diafisis adventisial menyentuh membran basalis sel endotel yang
tulang panjang hanya memiliki sumsum kuning karena jarang-jarang, sehingga menutupi sebagian besar permu-
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 237
KORELASI KLINIS
Pada pasien dengan tromboemboli, yaitu jenis emboli
yang paling sering terjadi, gumpalan darah terlepas dan
beredar dalam aliran darah hingga terperangkap dalam
pembuluh darah yang lumennya terlalu kecil untuk
dilaluinya. Jika sebuah gumpalan darah cukup besar
untuk menyumbat percabangan arteri pulmonaris
(saddle embolus), dapat terjadi kematian yang
mendadak. Jika sebuah gumpalan menyumbat cabang
arteri koroner, dapat terjadi infark miokard.
Telah diketahui beberapa tipe gangguan koagulasi
yang dapat menyebabkan perdarahan masif. Terdapat
beberapa jenis gangguan koagulasi, yaitu yang diperoleh
(defisiensi vitamin K), yang herediter (contohnya
hemofilia), dan yang disebabkan oleh jumlah keping
darah yang kurang (trombositopenia). Vitamin K
dibutuhkan hati sebagai kofaktor dalam sintesis faktor
penggumpalan VII, IX, dan X, serta protrombin.
Tidak adanya atau defisiensi faktor-faktor ini
menyebabkan terjadinya disfungsi proses penggumpalan
yang parsial atau komplit.
Jenis hemofilia yang paling sering ditemukan ialah
yang terjadi akibat defisiensi faktor VIII (hemofilia
klasik), yaitu sebuah sifat herediter resesif yang Gambar 10-14 Mikrograf cahaya sumsum tulang manusia yang
menunjukkan dua megakariosit (panah) (x270). Perhatikan bahwa sumsum
diturunkan melalui ibu kepada anak lelakinya. Karena sifat tulang memiliki populasi sel berinti yang lebih banyak daripada darah perifer.
ini dibawa oleh kromosom X, anak perempuan tidak Perhatikan juga adanya sel retikular epitel yang menyerupai sel adiposa. Pada
terpengaruhi, kecuali kedua orang tua memiliki kromosom ujung atas fotomikrograf tampak tulang yang telah terdekalsifikasi dengan
X yang defisien. Orang yang mengidap kelainan ini osteositnya yang terletak dalam lakuna.
biasanya mengalami perdarahan yang masif jika terjadi
luka pada pembuluh darah besar.
sintesis hem dalam hemoglobin. Seringkali, juluran-juluran
Pada pasien dengan trombositopenia, kadar keping makrofag menembus ruang antar sel endotel untuk
darah dalam darah berkurang. Kondisi ini dapat berakibat memasuki rongga sinusoid.
fatal jika jumlah keping darah dibawah 50.000/mm3.
Sel retikular adventisial menimbun lemak dalam
Walaupun sering ditemukan perdarahan, namun
sitoplasmanya, sehingga lama kelamaan ia akan tampak
perdarahan terjadi secara menyeluruh dan terjadi pada
seperti sel adiposa. Ukuran sel-sel yang besar ini akan
pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak seperti
mendesak kompartemen sel hemopoietik yang menjadi
jejas pada kulit. Kondisi ini dianggap sebagai penyakit
semakin kecil, sehingga sumsum merah akan beralih
autoimun, dimana terjadi pembentukan antibodi
menjadi sumsum kuning.
terhadap keping darahnya sendiri, yang lalu akan
menghancurkan keping darah.
KORELASI KLINIS
Pada jenis leukemia tertentu atau pada
kaan sinusoid. juluran lain sel-sel ini menjauhi sinusoid dan perdarahan yang berat, sel retikular adventisial
menyentuh juluran serupa dengan sel retikular adventisial dapat kehilangan lemaknya dan mengecil,
lainnya, sehingga membentuk jaringan tiga dimensi yang sehingga sumsum kuning menjadi sumsum
mengelilingi korda (pulau) hemopoietik. merah, dan terdapat lebih banyak ruang untuk
Pulau-pulau sel hemopoietik terdiri dan sel darah hemopoiesis.
dalam berbagai tahap maturitas serta makrofag, yang
tidak hanya menghancurkan inti prekursor eritrosit yang
dikeluarkan, sel yang cacat, serta sitoplasma yang Hemopoiesis Prenatal
berlebihan, namun juga mengatur diferensiasi dan
maturasi sel hemopoietik, dan memberikan zat besi pada Pada prenatal, hemopoiesis terbagi menjadi em pat fase:
eritroblas yang berkembang agar dapat digunakan dalam mesoblastik, hepatik, splenik, and mieloid.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 238
Hemopoiesis Pascalahir
Gambar 10-15 Mikrograf cahaya sajian apus sumsum tulang
Hemopoiesis pascalahir terjadi hampir seluruhnya dalam manusia (x270).
sumsum tulang.
Karena sel darah memiliki masa hidup yang terbatas, lebih banyak PHSC serta dua jenis sel punca hemopoietik
mereka harus selalu digantikan. Penggantian ini dapat terjadi multipotensial (multipotential hemopoietic stem cells/
akibat hemopoiesis dari populasi sel punca dalam sumsum MHSC), yaitu: sel limfosit unit pembentuk-koloni (colony-
tulang (Gambar 10-15). Setiap hari, lebih dari 1011 sel darah forming unit-limfosit cells/CFU-Ly) dan sel granulosit,
dihasilkan dalam sumsum tulang untuk menggantikan sel-sel eritrosit, monosit, megakariosit-unit pembentuk-koloni
yang keluar dari aliran darah, mati, atau dihancurkan. (colony-forming unit-granulocyte, erythrocyte,
Selama hemopoiesis, sel punca mengalami beberapa monocyte, megakaryocyte cells/CFU-GEMM), yang
pembelahan dan diferensiasi melalui beberapa tahap antara, sebelumnya dikenal sebagai sel limpa-unit pembentuk-koloni
yang pada akhirnya akan menghasilkan sel darah matang. (colony forming unit-spleen cells/CFU-S). Kedua
Tabel 10-5 menggambarkan berbagai sel antara yang populasi MHSC ini bertanggung jawab atas pembentukan
ditemukan pada pembentukan tiap sel darah matang. Seluruh berbagai sel progenitor. Sel CFU-GEMM ialah pendahulu lini
proses ini diatur oleh berbagai faktor pertumbuhan dan sel mieloid (eritrosit, granulosit, monosit, dan keping darah);
sitokin yang bertindak pada tahap yang berbeda untuk sel CFU-Ly ialah pen-dahulu lini sel limfoid (sel T dan sel
menentukan tipe sel yang dihasilkan dan laju dihasilkannya. B). Baik PHSC dan MHSC menyerupai limfosit dan
merupakan bagian kecil dari populasi sel null dalam peredaran
darah.
Sel Punca, Sel Progenitor, dan
Sel Prekursor Sel punca pada umumnya berada dalam tahap Go siklus
sel, namun dapat dipicu ke dalam tahap G1 oleh berbagai
faktor pertumbuhan dan sitokin. Sel punca yang muda dapat
Sel punca ialah sel yang paling tidak terdiferensiasi, yang dikenali karena mereka mengekspresikan penanda spesifik
bertanggung jawab atas pembentuk unsur berbentuk molekul CD34, pompa p170, dan c-kit pada membran
dalam darah; sel punca menjadi sel progenitor yang lalu plasmanya. Gen homeobox mungkin aktif pada
menjadi sel prekursor. diferensiasi awal sel hemopoietik, terutama Hoxl dalam lini
sel mieloid (namun tidak dalam lini sel eritroid) dan
Semua sel darah terbentuk dari sel punca hemopoetik anggota kelompok Hox2 tertentu dalam lini sel eritroid
pluripoten (pluripotential hemopoietic stem cells (namun tidak dalam lini sel mieloid).
(PHSC)), yang mencakup sekitar 0,1% dari seluruh Sel progenitor juga menyerupai limfosit kecil, namun
populasi sel berinti dalam sumsum tulang. Sel punca bersifat unipoten (yaitu hanya akan menghasilkan satu lini
biasanya amitotik namun dapat sesekali mengalami sel, seperti eosinofil). Aktivitas mitosis dan diferensiasinya
pembelahan sel yang sesaat, sehingga dapat menghasilkan dikendalikan oleh faktor hemopoiesis tertentu. Sel-sel ini
memiliki kemampuan pembaruan din yang terbatas.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 239
PHSC
Sel punca
CFU-GEMM CFU-Ly
Ba., basofil; BFU, burst-forming unit (E, eritrosit ); CFU, colony-forming unit (E, eritrosit); G, granulosit; GEM M, granulosit, eritrosit, monosit, megakariosit;
GM, granulosit-monosit; Ly, limfosit; LyB, sel B; LyT, sel T; M, monosit; Meg, megakarioblas); Eo., eosinofil; Neutro., neutrofil; PHSC, pluripotential
hemopoietic stem cell. Dimodifikasi dari Gartner LP, Hiatt JL, Strum J: Histology. Baltimore, Williams & Wilkins, 1988
Sel prekursor dihasilkan dan sel progenitor dan tidak sit dan keping darah. Maka, dapat disimpulkan bahwa semua
dapat memperbarui diri. Ia memiliki sifat morfologis yang sel darah merupakan turunan dan satu sel punca
spesifik yang menandakannnya sebagai sel pertama sebuah pluripoten. Namun, seringkali sel satuan yang terisolasi
lini sel tertentu. Sel prekursor mengalami pembelahan dan hanya menghasilkan eritrosit atau eosinofil atau jenis sel
diferensiasi sel, yang pada akhirnya akan menghasilkan darah lainnya. Karena percobaan ini menggunakan limpa
sekelompok sel dewasa yang identik. Dengan berlanjutnya sebagai tempat hemopoiesis, maka sel satuan mirip limfosit
maturasi dan diferensiasi sel, sel-sel yang dihasilkan ini disebut CFU-S. Namun dengan berkembangnya ilmu, sel
menjadi semakin kecil, intinya akan menghilang, jaringan ini diberi nama lain yang menggambarkan fungsinya, yaitu
kromatinnya semakin padat, serta ciri-ciri morfologis CFU-GEMM. Penelitian telah menunjukkan bahwa, seperti
sitoplasmanya akan semakin menyerupai sel-sel dewasa telah disebut sebelumnya, terdapat dua tipe sel multipoten
(Gambar 10-16). (CFU-GEMM dan CFU-Ly) yang menghasilkan seri sel
Para peneliti yang mempelajari hemopoiesis telah mieloid dan limfosit. Penelitian yang lebih mutakhir
berhasil mengisolasi sel satuan menyerupai limfosit, menunjukkan bahwa tiap sel prekursor didahului oleh CFU
yang bila diberikan kondisi yang benar, akan unipoten tertentu (lihat Tabel 10-5). Sel prekursor mengalami
menghasilkan kelompok (koloni) sel yang terdiri dan beberapa tahap pembelahan dan diferensiasi untuk
granulosit, eritrosit, monosit, limfo- menghasilkan sel dewasa.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 240
ERITROBLAS
Eosinofilik
Gambar 10-16 Sel prekursor dalam pembentukan eritrosit dan granulosit. Mieloblas dan perantara promielosit dalam pembentukan eosinofil, neutrofil,
dan basofil tidak dapat dibedakan.
KORELASI KLINIS
Sebelum dilakukannya transplantasi sumsum tulang setelah prosedur medis (seperti radiasi atau kemoterapi)
perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat kecocokan antara kompleks
histokompatibilitas utama pasien dan donor. Sering ditemukan kasus dimana pencangkokan gagal, kecuali
bila donor merupakan saudara kembar identik pasien. Hal ini dapat dihindari dengan membekukan
sumsum tulang pasien dalam nitrogen cair dan kemudian menempatkannya kembali (sebagai transplan
autolog) pada pasien setelah radiasi atau kemoterapi. Karena jumlah sel punca yang rendah per unit
volume sumsum tulang, maka perlu diambil sumsum tulang yang cukup banyak dari pasien. Saat ini
telah ditemukan beberapa prosedur yang memungkinkan dilakukannya isolasi sel punca hemopoietik
pluripoten (PHSC) dengan menggunakan antibodi monoklonal terhadap molekul CD34 yang diekspresikan
hanya oleh sel-sel ini. Dengan demikian, hanya diperlukan sejumlah kecil sumsum tulang yang diperkaya
dengan PHSC. Prosedur ini masih dalam tahap uji klinis, dengan melibatkan pasien-pasien dengan
berbagai jenis keganasan.
Mungkin dalam waktu dekat ini, pasien dengan kelainan sel darah herediter (contohnya anemia sel sabit) dapat diobati
dengan menggunakan sel punca yang direkayasa secara genetik. PHSC yang diisolasi dari pasien dapat ditransfeksi dengan
gen normal (contohnya untuk hemoglobin) dan diperkenalkan kembali sebagai transplan autolog. Sel-sel hasil rekayasa ini
mengandung gen normal, dan akan berproliferasi sehingga keturunannya akan menghasilkan sel darah normal. Walaupun
pasien masih akan menghasilkan sel-sel yang defektif, diharapkan cukup banyak sel-sel normal yang diproduksi sehingga
dapat meminimalisir defek herediter.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 241
IL-1 Bersama dengan IL-3 dan IL-6, membantu proliferasi Monosit; makrofag, sel
PHSC, CFU-GEMM, CFU-S, dan CFU-Ly; menekan endotel
prekursor eritroid
IL-2 Menstimulasi mitosis sel T dan sel B Sel T teraktivasi
yang teraktivasi;memicu diferensiasi sel NK
IL-3 Bersama dengan IL-1 dan IL-6, membantu proliferasi Sel T dan sel B yang
PHSC, CFU-GEMM, CFU-S, dan CFU-Ly dan prekursor teraktivasi
unipoten (kecuali LyB dan LyT)
IL-4 Menstimulasi aktivasi sel T dan sel B serta perkembangan Sel T teraktivasi
sel mast dan basofil
IL-5 Mendukung mitosis CFU-Eo dan mengaktivasi eosinofil Sel T
IL-6 Bersama dengan IL-1 dan IL-3, membantu proliferasi Monosit dan fibroblas
PHSC, CFU-GEMM, CFU-S, dan CFU-Ly; juga membantu
diferensiasi CTL dan sel B
IL-7 Mendukung diferensiasi CFU-LyB; membantu diferensiasi Sel stroma, sel retikular
sel NK adventisial?
IL-8 Memicu migrasi dan degranulasi neutrofil Leukosit, sel endotel, sel
otot polos
IL-9 Memicu aktivasi dan proliferasi sel mast; mengatur produksi Sel T penolong
IgE; mendukung proliferasi sel T penolong (T helper cells)
IL-10 Menghentikan produksi sitokin oleh makrofag, sel T, dan Makrofag dan sel T
sel NK; memfasilitasi diferensiasi CTL dan proliferasi sel B
dan sel mast
IL-12 Menstimulasi sel NK; meningkatkan fungsi TCL dan sel NK Makrofag
Interferon-γ Mengaktivasi sel B dan monosit; meningkatkan diferensiasi Sel T dan sel NK
CTL; meningkatkan ekspresi HLA kelas II
Eritropoietin Diferensiasi CFU-E; mitosis BFU-E Sel endotel jaringan kapiler
peritubuler ginjal; hepatosit
BFU-E, burst-forming unit-erythrocyte; CTL, cytotoxic T cell; CFU, colony forming unit (E, eritrosit; Eo., eosinofil; G, granulosit; GEMM, granulosit, eritrosit,
monosit, megakariosit; GM, granulosit-monosit; Meg, megakarioblas; Ly, limfosit; LyB, sel B; LyT, sel T; S, limpa); CSF, colony-stimulating factor (G,
granulosit; GM, granulosit-monosit; M, monosit); Meg, megakariosit; IL, interleuldn; Neut., neutrofil; NK, natural killer; PHSC, pluripotential hemopoietic stem
cell.
Ch010-X2945.qxd 15/8/06 4:24 PM Page 243
Granulositopoiesis
Proeritroblas 14-19 Bulat, merah tua; 3-5 Abu-abu kebiruan, Sedikit RER, banyak
jaringan kromatin; penggumpalan polisom, sedikit
halus; mitosis periffer mitokondria feritin
Eritroblas Sama dengan diatas, 1-2 Sama dengan Sama dengan diatas,
basofilik namun jaringan diatas, namun latar namun memiliki
kromatinnya lebih belakangnya sedikit hemoglobin
kasar; mitosis lebih merah muda
Eritroblas Bulat, pewarnaan Tidak ada Merah muda Sama dengan diatas,
12-5
polikromatofilik padat; jaringan kekuningan dengan namun memilik lebih
kromatin sangat latar belakang banyak hemoglobin
kasar; mitosis kebiruan
*Warm yang muncul dengan pewarnaan jenis Romanovsky (atau modifikasinya). SDM, sel darah merah; RER, rough endoplasmic reticulum.
P
NM
NM
Gambar 10-20 Mikrograf cahaya granulositopoiesis, dengan berbagai tipe sel penengah (x1.234). A, Mieloblas (M) dan metamielosit neutrofilik (NM/MN).
B, Promielosit (P). C, Mielosit neutrofilik (panah). D, Metamielosit neutrofilik (NM/MN), promielosit (P), dan neutrofil batang (mata panah).
Ukuran Mikrograf
Sel Inti* dan Mitosis Nucleoli Sitoplasma* Granula
(mm) Elektron
tuk sel T yang imunokompeten, yang kemudian berpindah ke dihancurkan dalam timus dan diafagositosis oleh makrofag.
bagian korteks timus tempat ia berproliferasi, menjadi Baik limfosit B maupun limfosit T akan berpindah ke
dewasa, dan mulai mengekspresikan penanda pemukaan sel. dalam organ limfoid (seperti limpa dan kelenjar getah
Begitu penanda-penanda permukaan sel ini muncul pada bening), tempat mereka akan membentuk sel-sel T dan B
plasmalema sel T (seperti reseptor sel-T dan kumpulan yang identik dan imonukompeten di daerahnya masing-
penanda diferensiasi), maka sel ini menjadi limfosit T yang masing dalam organ yang bersangkutan. jenis sel limfosit
imonukompeten. Sebagian besar sel T yang baru terbentuk ini akan dibahas lebih rinci pada bab 12.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 251
11 䡲 䡲 䡲
Sistem Sikulasi
Sistem sirkulasi disusun oleh dua komponen terpisah namun Gambaran Struktur Umum Pembuluh Darah
berkaitan, yaitu sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh
darah) dan sistem limfatik (pembuluh limf). Fungsi sistem Secara umum arteri memiliki dinding yang lebih tebal dan
kardiovaskular adalah membawa darah bolak balik dari diameter lumen yang lebih kecil dibandingkan dengan vena
jantung menuju jaringan tubuh dan sebaliknya. Fungsi yang sama kalibernya.
sistem limfatik adalah mengumpulkan cairan limf,
kelebihan cairan dari jaringan ekstra selular dan Umumnya pembuluh darah memiliki beberapa gambaran
membawanya kembali masuk ke dalam sistem struktur yang serupa, namun tetap ada perbedaan. Perbedaan
kardiovaskular. Dengan kata lain, sistem limfatik merupakan inilah yang digunakan sebagai dasar identifikasi dalam
transport satu arah, sedangkan sistem kardiovaskular dua menentukan klasifikasi pembuluh. Sebagai contoh, dinding
arah. pembuluh darah yang memiliki tekanan tinggi (misalnya,
arteri subklavia) memiliki dinding lebih tebal daripada
SISTEM KARDIOVASKULAR pembuluh bertekanan rendah (misalnya, vena subklavia).
Diameter arteri semakin lama semakin kecil dengan adanya
Sistem kardiovaskular disusun oleh dua sirkuit: Sirkuit percabangan-percabangan, sedangkan diameter vena semakin
pulmonal yang menuju paru, dan sirkuit sistemik yang lama semakin besar dalam tiap pertemuan, perubahan ini,
menuju keseluruh jaringan tubuh. menyebabkan terjadi perubahan pada masing-masing lapisan
dinding pembuluh. Dengan demikian, deskripsi yang
Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung, organ muskular digunakan untuk membedakan karakteristik struktur arteri
yang memompa darah dalam dua sirkuit: sirkuit pulmonal, dan vena juga tipe-tipenya tidak berlaku mutlak. Memang,
yang membawa darah dari jantung menuju paru dan dari paru dinding kapilar dan venul sangat berbeda dan tidak
kembali ke jantung, serta sirkuit sistemik, yang sekompleks pembuluh darah lebih besar. secara umum, arteri
mendistribusikan darah dari jantung menuju seluruh seluruh memiliki dinding yang lebih tebal dan diameternya lumen
organ dan jaringan tubuh serta arah sebaliknya, yaitu kembali lebih kecil dibandingkan dengan vena yang sama kalibernya.
ke jantung. Sirkuit-sirkuit ini disusun oleh: Dalam sediaan histologi, arteri terlihat lebih bulat dan
umumnya tidak ada darah dalam lumennya.
䡲 Arteri-serangkaian pembuluh yang membawa darah dari
jantung menuju seluruh bagian tubuh melalui percabangan-
percabangan pembuluh yang semakin lama semakin kecil Lapisan (Tunika) Pada Pembuluh Darah
diameternya, sampai akhirnya menjadi kapilar.
䡲 Kapilar-pembuluh darah terkecil dan berdinding tipis, Dinding pembuluh darah terdiri atas tiga lapisan:
tunika intima, tunika media, dan tunika adventisia.
membentuk bantalan kapilar (capillary beds), tempat
terjadi pertukaran gas, nutrisi, limbah metabolik, dan
sinyal yang berada di darah dengan yang berada di Tiga lapisan konsentris terpisah atau tunika, menyusun
jaringan tubuh demi mempertahankan kelangsungan dinding pembuluh darah (Gambar 11-1). Lapisan terdalam,
tunika intima, terdiri atas satu lapis sel gepeng, sel endotel,
proses metabolisme normal.
yang membentuk tabung melapisi lumen pembuluh darah dan
䡲 Vena-serangkaian pembuluh yang membawa darah kembali
jaringan ikat subendotel di bawahnya. Lapisan tengah, tunika
ke jantung, berawal dari tempat bermuaranya bantalan media, unsur penyusunnya didominasi oleh otot polos yang
kapilar, kemudian menuju pembuluh yang semakin lama tersusun konsentris mengelilingi lumen. Lapisan terluar,
semakin besar sampai akhirnya mencapai jantung. tunika media, unsur penyusunnya didominasi oleh otot po-
251
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 252
peroleh nutrisi secara disfusi dari lumen. Sel-sel ini mendapat dua cabang (bifurkasio) menjadi arteri iliaka komunis kanan
nutrisi dan oksigen dari vasa vasorum, arteri kecil yang (dekstra) dan kiri (sinistra) di pelvis.
masuk ke dalam dinding pembuluh darah dan bercabang- Tiga trunkus arteri utama-arteri brakiosefalika kanan,
cabang sangat banyak terutama untuk menghidupi sel-sel pada arteri karotis komunis dan arteri subklavia kiri merupakan
tunika media dan tunika adventisia. Dibandingkan dengan cabang arkus aorta yang memperdarahi ekstremitas superior,
arteri, vena memiliki lebih banyak sel yang tidak dapat serta kepala-leher. Perlu dicatat bahwa arteri karotis komunis
memperoleh nutrisi dan oksigen melalui difusi, karena darah kanan merupakan cabang dari trunkus brakiosefalika kanan,
vena mengandung lebih sedikit oksigen dan zat nutrisi sedangkan arteri karotis komunis kiri merupakan cabang dari
daripada darah arteri. Karena itulah dinding vena memiliki arkus aorta. Semua pembuluh tadi terus bercabang menjadi
vasa vasorum lebih banyak daripada arteri. pembuluh-pembuluh yang semakin lama semakin kecil
sampai akhirnya menjadi kapilar, bagian fungsional terkecil
Persarafan Pembuluh Darah dari sistem kardiovaskular, yang dindingnya hanya dibentuk
oleh selapis sel endotel.
Saraf simpatis mempersaraf persarafan vasomotor
bagi otot polos di tunika media pembuluh darah. Klasifikasi Arteri
Jaringan saraf vasomotor komponen simpatis dari sistem Ada 3 tipe arteri: ateri tipe alestis (conducting arteries),
saraf otonom mempersarafi sel-sel otot polos dinding arteri tipe muskular (distributing arteries), dan arteriol
pembuluh darah. Saraf simpatis pascaganglion (postganglion) (arteri kecil).
tak bermielin ini bertanggung jawab terhadap vasokonstriksi
dinding pembuluh darah. Karena saraf jarang sekali mencapai
Klasifikasi arteri menjadi tiga tipe utama ini adalah
tunika media, maka sarat tidak memiliki sinaps langsung pada
berdasarkan ukuran relatif, karakteristik morfologi, maupun
sel-sel otot polos. Sebagai gantinya saraf tadi melepaskan keduanya (Tabel 11-1). Berikut ini urutan penggolongan dari
neurotransmiter norepinefrin, yang berdifusi ke dalam tunika yang terbesar sampai terkecil:
media dan bekerja pada sel-sel otot polosnya. Rangsang ini 䡲 Arteri tipe elastis (conducting arteries) atau arteri besar
dihantarkan ke seluruh sel otot polos melalui gap junction
(taut imbas), sehingga terjadi kontraksi pada seluruh otot 䡲Arteri tipe muskular (distributing arteries) atau arteri sedang
polos dan diameter lumen pembuluh darah mengecil. 䡲 Arteriol atau arteri kecil
Arteri memiliki lebih banyak saraf vasomotor daripada Arteri merupakan pembuluh yang berjalan
vena, namun vena memiliki ujung saraf vasomotor pada berkesinambungan. Dalam perjalanan itu, diameter arteri
tunika adventisia. Arteri yang memperdarahi otot skelet juga semakin lama semakin kecil. Sehubungan dengan itu, terjadi
menerima rangsang saraf (parasimpatis) kolinergik yang pula perubahan berkesinambungan dalam hal karakteristik
menyebabkan vasodilatasi. morfologinya. Sehingga pada peralihan dari tipe satu ke tipe
selanjutnya ditemui pembuluh darah tipe peralihan yang
Arteri memiliki karakteristik kedua tipe pembuluh tadi dan tidak
dapat digolongkan secara spesifik ke dalam satu tipe tertentu.
Arteri adalah pembuluh darah yang alirannya
menjauhi jantung. Arteri Elastis (Arteri Tipe Elastik)
Belapis-lapis membran elastin tersusun konsentrasi,
Arteri adalah pembuluh darah eferen yang membawa darah disebut membran berpori, menyusun sebagian besar
dari jantung menuju kapilar. Ada dua pembuluh arteri besar tunika media.
yang keluar dari jantung, yaitu trunkus pulmonalis dari
ventrikel kanan dan aorta dari ventrikel kiri. Aorta dan cabang-cabang arkus aorta (arteri karotis komunis
Trunkus pulmonalis, segera setelah meninggalkan dan arteri subklavia), arteri iliaka komunis, dan trunkus
jantung trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulomalis adalah aiteri elastis (conducting arteries)
pulmonalis kanan dan kiri yang masuk ke dalam paru (Bab 15 (Gambar 11-2). Dalam keadaan segar, dinding arteri tipe ini
menjelaskan percabangan dan suplai darah untuk paru). Arteri dapat terlihat berwana kuning karena mengandung banyak
koronaria kanan dan kiri, yang memperdarahi otot jantung sekali lembaran-lembaran elastin.
merupakan cabang aorta (keluar dari ventrikel kiri). Tunika intima alteri elastis disusun oleh endotel yang
Aorta, setelah meninggalkan jantung, berjalan obliq, ditopang oleh lapisan tipis jaringan ikat di bawahnya. Dalam
lengkung posterior turun masuk ke rongga dada dan jaringan ikat tersebut, terdapat fibroblas, sedikit sel otot
bercabang menuju dinding tubuh dan visera; kemudian polos, dan serat kolagen. Tunika elastika interna (lamina
masuk ke rongga abdomen, di sini kembali bercabang menuju elastika interna) juga dapat ditemukan pada arteri tipe ini.
dinding tubuh dan visera. Aorta abdominalis berakhir dengan Sel endotel pada arteri elastis lebarnya 10-15 nm dan
panjang paralel dengan sumbu panjang pembuluh darah. Sel
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 254
Arteri muskular Endotel dengan badan Weibel- Sampai 40 lapisan sel otot polos Lapisan jaringan ikat fibro-
(distributing) Palade, lamina basal, lapisan tunika elastike eksternal tebal elastin tipis; vasa
(contoh: arteri subendotel, tunika elastika vasorum tapi tidak terlalu
femoralis) interna tebal banyak; pembuluh limf,
serat saraf
Arteriol Endotel dengan badan Weibel- Satu atau dua lapis sel Jaringan ikat jarang,
Palade, lamina basal, lapisan otot polos serat saraf
subendotel tidak jelas,
sejumlah serat elastin
(bukan tunika elastika
interna yang sesungguhnya)
Metarteriol Endotel, lamina basal Sel otot polos membentuk Tidak padat, jaringan
sfingter prakapilar ikat jarang
ini berhubungan satu sama lain melalui taut kedap Tunika media arteri tipe elastis unsur penyusunnya
(occluding junction), membran plasmanya mengandung didominasi oleh lembaran elastin berpori, yang disebut
vesikel yang berkaitan dengan transport air, makromolekul membran berpori (fenestrated membranes), membran
dan elektrolit. Kadang, prosesus pendek terbentuk menjulur berpori ini tersusun berselang seling dengan sejumlah sel otot
dari membran plasma menembus tunika elastika interna polos. Jumlah Iembaran elastin meningkat dengan
membentuk taut imbas (gap junction) dengan sel otot polos bertambahnya usia; terdapat 40 lembaran elastin pada neonatus
di tunika media. Sel endotel mengandung badan Weibel- dan 70 pada orang dewasa. Membran berpori juga bertambah
Palade (Weibel-Palade bodies), yang terikat pada ketebalannya karena terus menerus berlangsung deposit
membran dengan diameter 0.1 µm dan panjang 3 µm, lembaran elastin yang terjadi pada tunika media; sel-sel otot
memiliki matriks padat yang mengandung glikoprotein polos pada arteri elastis tidak banyak seperti pada arteri
faktor von Willebrand. Faktor ini memfasilitasi proses muskular. Matriks ekstrasel disekresi oleh sel-sel otot
koagulasi trombosit dalam proses pembentukan bekuan polos, sebagian besar terdiri atas kondroitin sulfat, serat-serat
darah, dibentuk oleh sel endotel, namun disimpan hanya di kolagen, serat-serat retikular dan serat-serat elastin. Tunika
arteri. elastika eksterna (lamina elastika eksterna) juga dapat
ditemukan di tunika media.
Tunika adventisia arteri elastis relatif tipis, disusun oleh
jaringan ikat fibroelastis longgar yang mengandung fibroblas.
KORELASI KLINIS Vasa vasorum banyak terdapat di tunika adventisia. Dari vasa
vasorum pembuluh terus menjadi bantalan kapilar dan masuk
Pasien dengan penyakit von Willebrand, penyakit sampai ke tunika media, untuk membawa nutrisi dan oksigen
keturunan yang mengakibatkan kegagalan adhesi bagi jaringan ikat dan sel otot polos. Pori yang ada di tunika
trombosit, memiliki waktu pembekuan darah lama elastika memungkinkan sel-sel di tunika media mendapat
dan jika terjadi Iuka, akan terjadi perdarahan masif oksigen dan zat gizi dari darah dalam lumen melalui
di tempat cedera. proses difusi. Namun, kebutuhan terbesar oksigen dan
zat gizi dipenuhi oleh vasa vasorum.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 255
iEL TA
TM
TM
FM
xEL
RBC
KORELASI KLINIS
Aneurisma, dilatasi dinding arteri yang berbentuk L
seperti kantong (pada vena lebih jarang), terjadi akibat
lemahnya dinding pembuluh darah, biasanya berkaitan
dengan pertambahan usia. Aneurisma dapat terjadi pada Ve
bagian dinding pembuluh darah yang mengalami
aterosklerosis, penderita sindrom Marfan, Sifilis,
sindrom Ehlers-Danlos. Pada kondisi yang
disebutkan tadi, serat elastin digantikan oleh serat TM
kolagen. Aorta abdominalis adalah pembuluh yang
paling sering mengalami anemisma. Jika dapat
dideteksi, daerah kantong (halon) dapat diperbaiki,
namun jika tidak terdeteksi, terjadi ruptur dan penderita
mengalami kehilangan darah masif yang membawa Gambar 11-4 Gambaran histalagik mikroskap cahaya arterial dan
kematian. venul, tedapat sel-sel darah merah (x540). Arterial (A) terlihat jelas
dengan tunika media (TM) yang tebal. Nukleus sel endatel (N)
menanjal ke arah lumen (L). Venul (Ve) tidak begitu jelas dengan
lumen besar berisi sel darah merah (RBC = red blood cells). Tunika
media venul tidak sejelas seperti arteriol.
Arteriol
KORELASI KLINIS
Dinding pembuluh yang lemah karena defek
embrional ataupun rusak akibat aterosklerosis,
sifilis dan gangguan jaringan ikat (seperti pada
sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos)
dapat menyebabkan terjadinya kantung (balon),
membentuk aneurisrna. Dalam perjalanan penyakit
selanjutnya dinding pembuluh semakin lemah sehingga
aneurisma dapat ruptur; suatu kondisi yang dapat
membawa kematian.
Sinus Karotikus
Badan karotis merupakan struktur oval, kecil, terletak dian mengalir ke arteri muskular dan arteriol, akhirnya
pada bifurkasio arteri karotis komunis. Badan karotis sampai di kapilar untuk menghidupi jaringan.
memiliki ujung saraf khusus berupa kemoreseptor yang Pusat vasomotor di otak memonitor secara kontinu
bertanggung jawab memonitor perubahan kadar oksigen tekanan darah dengan mengatur vasokonstriksi dan
dan karbondioksida, serta konsentrasi ion H+. Badan vasodilatasi. Vasokonstriksi merupakan kerja saraf
karotis memiliki diameter 3-5 mm, terdiri atasbanyak vasomotor sistem saraf simpatis, sedangkan
kelompokan sel pucat yang terbenam dalam jaringan vasodilatasi merupakan kerja sistem saraf
ikat. Dengan miksroskop elektron dapat dibedakan dua parasimpatis. Selama vasodilatasi asetilkolin dari
macam sel parenkim: sel glomus (tipe I) dan sel ujung saraf pada dinding pembuluh darah
sheath (tipe II). merangsang penglepasan nitric oxide (NO) dari
Sel glomus memiliki nukleus yang besar serta endotel. NO kemudian berdifusi ke dalam otot polos,
organel. Sel ini dapat dikenali dengan adanya vesikel mengaktivasi sistem cyclic guanosine monophosphate
inti padat, berdiameter 60-200 nm, serupa dengan (cGMP ), menghasilkan relaksasi otot polos, sehingga
vesikel pada sel kromafin di kelenjar suprarenal. Dalam terjadi dilatasi lumen pembuluh darah.
prosesus sel terdapat mikrotubul longitudinal, vesikel Sel otot polos arteri memiliki reseptor bagi
inti padat, dan beberapa vesikel kecil electron-lucent. substansi selain neurotransmiter norepinefrin. Ketika
Prosesus ini berhubungan dengan sel glomus lain dan sel tekanan darah rendah, ginjal mensekresi enzim renin,
endotel kapilar. yang merangsang angiotensinogen dalam sirkulasi
Sel sheath lebih kompleks dan memiliki prosesus membentuk angiotensin I. Vasokonstriktor sedang
panjang yang hampir semuanya bersinggungan dengan ini kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
prosesus sel glomus. Nukleus sel ini iregular dan ACE, yang terdapat pada plasmalema endotel kapilar
mengandung lebih banyak heterokromatin daripada (terutama kapilar paru). Angitensin II adalah
nukleus sel glomus; sel sheath juga mengandung vesikel vasokonstriktor poten yang memicu kontraksi otot
inti yang tidak padat. Begitu ujung saraf memasuki polos, sehingga diameter lumen berkurang,
kelompokan sel glomus, saraf tadi kehilangan sel menyebabkan tekanan darah meningkat. Perdarahan
Schwann dan berganti menjadi diselubungi oleh sel hebat menginduksi hipofisis mensekresi antidiuretic
sheath (yang dalam banyak hal mirip dengan sel glia hormone (ADH), atau vasopresin yang juga
dalam menyelubungi serat-serat di sistem saraf pusat). merupakan vasokonstriktor kuat.
Badan karotis mengandung katekolamin (seperti juga Struktur arteri elastis membuat dindingnya dapat
pada sel-sel di medula suprarenal dan paraganglia), meregang (distensi) saat sistole (kontraksi otot
namun belum jelas apakah juga memproduksi hormon. jantung), dan melakukan recoil (kembali ke diameter
Nervus glosofaringeus dan nervus vagus mempersarafi semula) saat diastole (relaksasi otot jantung),
badan karotis dengan banyak serat aferen. Pada beberapa peristiwa ini juga membantu menghantarkan tekanan
sinaps, sel glomus terlihat berfungsi sebagai badan darah dan aliran darah secara konstan. Arteri muskular
presinaps, namun interaksi spesifiknya belum jelas merupakan cabang dari arteri elastis yang
diketahui. mendistribusikan darah ke seluruh tubuh, sehingga
juga dipengaruhi oleh perubahan vasokonstriksi dan
vasodilatasi yang terjadi secara konstan. Untuk
Badan Aorta menyesuaikan dengan keadaan tersebut, tunika
Badan aorta terletak pada arkus aorta di antara arteri adventisia berbaur secara longgar dengan jaringan ikat
subklavia kanan dan arteri karotis komunis kanan, dan sekitarnya, sehingga mencegah tertahannya pembuluh
antara arteri karotis komunis kiri dan arteri subklavia saat terjadi kontraksi dan ekspansi akibat perubahan
kiri. Struktur dan fungsi badan aorta sama dengan badan tekanan darah.
karotis. Lokasi arteri juga menentukan tebalnya lapisan-
lapisan dinding arteri. Sebagai contoh, tunika media
arteri di tungkai lebih tebal daripada tunika media
Pengatur Tekanan Darah Arteri arteri di ekstremitas atas. Keadaan ini adalah respon
terhadap penekanan kontinu akibat gaya gravitasi.
Tekanan darah arteri diatur oleh pusat vasomotor Contoh lain, arteri koronmia yang menghidupi
di otak. jantung, adalah arteri yang bertekanan tinggi, sehingga
juga memiliki tunika media yang tebal. Sebaliknya,
Jantung, selaku pompa kardiovaskular, berdenyut dan arteri dalam sirkulasi paru, berada dalam tekanan
istirahat antara denyutan, menghasilkan semburan rendah; sehingga tunika media pembuluh darah paru
bertekanan yang langsung masuk ke arteri elastis, kemu- lebih tipis.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 259
KORELASI KLINIS
Perubahan Vaskular Normal dan Patologis Lapisan otot polos di tunika media orang sehat mengalami
Arteri terbesar terus berturnbuh sampai usia 25 tahun, regenerasi, namun jika endotel cedera, trombosit yang
namun sudah terjadi proses penebalan dinding yang berkumpul di daerah cedera itu akan melepaskan platelet-
progresif dan penambahan jumlah lapisan lembaran derived growth factor (PDGF), merangsang proliferasi otot
elastin. Pada arteri muskular, sejak usia pertengahan, polos. Akibatnya, sel-sel endotel ini mulai dibungkus oleh lipid
deposit kolagen dan proteoglikan meningkat di kaya kolesterol, yang merangsang sel-sel otot polos
dinding sehingga mengurangi fleksibilitasnya. memprodukasi kolagen dan proteoglikan, akibatnya terjadi
Pembuluh koroner adalah yang pertama menampilkan siklus penebalan tunika intima. Kerusakan endotel lebih lanjut
efek penuaan, dengan tunika intimanya yang menyebabkan nekrosis, yang mengundang lebih banyak
mengalami perubahan terbesar. Perubahan alami ini trombosit dan akhirnya terjadi pembekuan, membentuk
tidak bersifat regresif seperti perubahan pada trombus yang dapat menutup lumen pembuluh di Iokasi
arteriosklerosis (pengerasan arteri). tersebut atau bisa juga masuk ke dalam sirkulasi dan kemudian
menutup lumen di tempat lain di pembuluh yang Iebih
Arteriosklerosis berbahaya (misalnya: pembuluh darah koroner atau pembuluh
Arteri kecil dan arterial, terutama di ginjal, rentan darah otak).
terhadap arteriosklerosis tipe paling umum, Patogenesis penyakit kardiovaskular masih belum
memperlihatkan penebalan hialin atau konsentris, diketahui dengan pasti, namun penelitian terbaru
yang sering berkaitan dengan hipertensi dan/atau menghasilkan teori yang menyatakan keterlibatan kolesterol,
diabetes. lipoprotein dan beberapa mitogen. Sudah disepakati adanya
hubungan antara kadar kolesterol darah dan penyakit jantung,
Aterosklerosis
namun baru-baru ini diketahui bahwa C-reactive protein
Kebanyakan arteri yang berukuran besar-termasuk (CRP), yang diproduksi hati dapat digunakan sebagai
arteri koronaria, arteri karotis, dan sebagian besar penanda adanya inflamasi. Kemudian diketahui bahwa CRP
arteri di otak-rentan terhadap aterosklerosis, penyakit merupakan indikator yang jauh lebih akurat untuk menilai
yang mengawali serangan jantung dan stroke. risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Obat golongan
Aterosklerosis dikenali dengan adanya infiltrasi lunak statin, yang telah digunakan secara luas untuk menurunkan
materi lipid nonselular dalam dinding tunika intima; kadar kolesterol dalam darah dan mengurangi risiko penyakit
infiltrasi ini dapat mengurangi diameter lumen bahkan jantung, ternyata juga menurunkan kadar CRP. Bukti ini
pada usia 25 tahun. Belum jelas apakah ini merupakan penting karena respon terhadap inflamasi dalam menimbulkan
kondisi fisiologis atau manifestasi dari proses penyakit jantung sama kritis nya dengan tingginya kadar
penyakit. Namun plak fibrosa yang terbentuk dalam kolesterol. Jadi ada kesamaan antara inflamasi dan penyakit
tunika intima orang tua adalah proses patologis. kardiovaskular.
Kapilar jadi sebuah tabung, dengan sumbu panjang sel berada searah
dengan arah aliran darah. Sel-sel endotel ini gepeng dengan
Kapilar berawal dari ujung akhir arteriol (Gambar 11-7), yang ujung mengecil perlahan sampai mencapai tebal kurang lebih
terbentuk dari percabangan dan anastomosis, bantalan kapilar 0.2 µm , namun inti selnya yang berbentuk elips menonjol ke
(network) antara arteriol dan venul (vena kecil). Dengan arah lumen kapilar. Sitoplasmanya mengandung kompleks
mikroskop elektron diketahui ada tiga tipe kapilar; (1) kontinu golgi, sedikit mitokondria, sejumlah retikulum endoplasmik
(Gambar 11-8), (2) berpori (fenestrated) dan (3) sinusoid kasar (RER), dan ribosom bebas (Gambar 11- 9; juga
(lihat gambar 11-12). Perbedaan antara ketiganya akan dibahas Gambar 11-8). Filamen intermedia (diameter 9-11 nm),
kemudian. terletak pada zona kitar inti (perinuclear zone), memiliki
komposisi filament beragam. Sebagai contoh , beberapa sel
Struktur Umum Kapilar memiliki filamen dengan komposisi desmin, sel lainnya
memiliki filamen dengan komposisi vimentin, dan ada pula
Kapilar disusun oleh selapis sel endotel, sel endotel yang memiliki kedua filamen tersebut. Filamen-
dan merupakan pembuluh darah terkecil. filamen ini menjadi penunjang struktur sel-sel endotel,
namun apakah keragaman komposisi filamen tadi memiliki
pengaruh bermakna, masih belum diketahui dengan jelas.
Kapilar adalah pembuluh darah terkecil dengan panjang
kurang lebih 50 µm dan diameter antara 8-10 µm. Kapilar Banyaknya jumlah vesikel pinositosis yang berhubungan
dibentuk oleh epitel gepeng selapis yang menggulung men- dengan seluruh plasmalema merupakan pananda karakteris-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 260
Ca
RBC
Gambar 11-7 Gambaran mikroskop cahaya kapilar serebelum monyet (x270). Kapilar (Ca) terlihat dalam lapang pandang, dan dalam lumen
(L) terlihat sel darah merah (red blood cells = RBC). Perhatikan nukleus sel endotel (panah) menonjol ke arah lumen.
ri kapilar (sirkular) dan membentuk beberapa taut imbas perisit berdiferensiasi menjadi sel otot polos dan sel endotel
(gap junctions ) dengan sel endotel. Perisit dan sel endotel pada dinding arteriol dan venul
menduduki lamina basal yang sama. Perisit memiliki
kompleks golgi kecil, RER, mikrotubul dan filamen yang juga Klasifikasi Kapilar
menjulur ke dalam prosesus. Sel-sel ini juga mengandung
trpomiosin, isomiosin, dan protein kinase yang semuanya Ada tiga tipe kapilar: (1) kontinu, (2) berpori (fenestrated),
berkaitan dengan proses kontraktil untuk mengatur aliran darah and (3) sinusoid (Gambar 11-12). Ketiganya berbeda dalam
dalam kapilar. Seperti diskusi pada Bab 6, setelah terjadi cedera strutur dan lokasi.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 262
A Kapilar kontinu
B Kapilar berpori
Gambar 11-11 Gambaran mikroskop elektron dari kapilar berpori
dengan perisitnya pada potongan melintang. Perhatikan bahwa sel
endotel kapilar dan perisit berdiri di lamina basal vang sama (Dari Sato
A, Miyoshi S: Morphometric study of the microvasculature of the main
excretory duct subepitlielia of the rat parotid, submanbular, and
sublingual salivary glands. Anat Rec 226: 288-294, 1990.)
Kapilar Kontinu
Kapilar Sinusoid dikontrol oleh rangsang lokal. Saraf-saraf yang terdapat pada
AVA dikontrol oleh sistem termoregulasi otak.
Kapilar sinusoid memiliki sel endtotel dan lamina basal
diskontinu, dan memiliki pori besar tanpa diafragma,
Glomera
sehingga meningkatkan pertukaran zat antara darah Bantalan kuku dan ujung jari serta ibu jari diperdarahi
dan jaringan. oleh glomera (glomus, bentuk tunggal). Glomus adalah
organ kecil yang menampung darah dari arteriol, tidak
Saluran vaskular pada organ-organ tubuh, termasuk sumsum memiliki lamina elastika dan memiliki banyak otot polos
tulang, hati, limpa, organ limfoid, dan beberapa kelenjar dengan banyak persarafan. Otot polos mengelilingi lumen
endokrin disebut sinusoid, 'kolam' atau saluran iregular berisi pembuluh sehingga secara langsung dapat mengontrol aliran
darah, bentuknya menyesuaikan dengan lokasi. Bentuk sinusoid darah yang masuk ke lokasi sebelum mengosongkannya dan
yang ireguler ini ditentukan saat proses pembentukan sinusoid masuk ke pleksus vena. Bagaimana sesungguhnya komplek
pada organogenesis. Saat organogenesis sinusoid terletak di glomera itu, masih belum dipahami.
antara komponen parenkim.
Karena lokasinya, kapilar sinusoid memiliki diameter yang Pembuluh Jalur Tengah (Central Channel)
besar antara 30-40 µm (Gambar 11-12). Saluran ini juga
memiliki banyak pori yang tidak memiliki diafragma; dinding Metarteriol menyusun bagian proksimal pembuluh jalur
endotelnya diskontinu, juga lamina basalnya, memungkinkan tengah (central chennel), dan saluran penghubung
terjadi pertukaran zat antara darah dengan jaringan. Sinusoid selanjutnya membentuk bagian distal jalur tengah.
dilapisi oleh endotel. Pada organ tertentu, endotelnya tipis dan
kontinu (pada beberapa organ limfoid); sedangkan pada organ Aliran darah sistem aiteri dikontrol oleh metarteriol
lain ada daerah yang kontinu dengan daerah yang berpori (memiliki sfingter prakapilar) atau oleh arteriol terminal.
(seperti pada kelenjar endokrin). Walau sel endotelnya tidak Metarteriole membentuk bagian proksimal pembuluh jalur
memiliki vesikel pinositosis, makrofag dapat ditemukan di tengah (central channel), sedangkan bagian distalnya
dalam sinusoid, maupun di sepanjang sisi luar dinding endotel. dibentuk oleh saluran penghubung (thoroughfare channel),
struktur ini diberi nama demikian karena tidak memiliki
sfingter prakapilar. Saluran penghubung (thoroughfare
Regulasi Aliran Darah Menuju Bantalan Kapilar channel), menampung darah dari bantalan kapilar dan
membawanya ke venul kecil (sistem vena) (Gambar 11-13).
Saat sfingter prakapilar berkontraksi, darah mengalir
Anastomosis Arteriovenosa memasuki pembuluh jalur tengah (central channel), tanpa
(Arteriovenous Anastomeses = AVA atau melewati bantalan kapilar (bypass) langsung masuk ke venul.
Arteriovenous Shunt = Av Shunt)
Histofisiologi Kapilar
Anastomosis arterioveno menghubungkan arteriol dan venul
secara langsung (bypass) tanpa melewati bantalan kapilar. Kapilar adalah bagian tempat darah mengalir sangat
lambat, sehingga memungkinkan terjadinya pertukan zat
dalam sirkulasi darah dengan jaringan ikat ekstrasel.
Ujung sebagian besar arteri berakhir pada bantalan kapilar, yang
kemudian mengalirkan darah ke venul untuk kembali menuju Sel endotel kapilar dapat memiliki dua sistem pori yang
sistem kardiovaskular. Di banyak tempat pada tubuh, sisi arteri berbeda: pori kecil (diameter ~9-11) dan pori besar
dengan sisi vena dihubungkan melalui anastomosis arteriovenosa (diameter ~50-70 nm). Pori kecil diyakini sebagai
(arteriovenous anastomosis = AVA). Struktur arteri dan vena diskontinuitas taut antar sel endotel. Pori besar adalah pori
yang terdapat pada AVA serupa dengan struktur arteri dan vena sesungguhnya (tingkap) dan merupakan vesikel transport.
pada umumnya, sedangkan bagian peralihan memiliki tunika Oksigen, karbondioksida dan glukosa harus berdifusi atau
media yang tebal dan lapisan subendotelnya disusun oleh sel diangkut menyebrang plasmalema, kemudian berdifusi lagi
poligonal yang gemuk yang merupakan modifikasi sel otot polos melalui sitoplasma dan akhirnya menembus plasmalema
yang tersusun longitudinal. abluminal masuk ke ruang ekstrasel. Sedangkan air dan
Ketika AVA menutup, darah masuk ke dalam bantalan kapilar; molekul hidrofilik (-1,5 nm) dapat berdifusi langsung melalui
ketika shunt membuka, darah dalam jumlah cukup besar mengalir hubungan taut antar sel.
tanpa melewati bantalan kapilar (bypass) langsung menuju AVA. Molekul larut dalam air yang berdiameter lebih dari
Shunt ini berguna dalam termoregulasi dan terdapat banyak di 11nm diangkut dari plasmalema adluminal menuju
kulit. Segmen intermedia AVA banyak dipersarafi oleh saraf plasmalema abluminal oleh banyak vesikel pinositosis yang
adrenergik dan kolinergik. Sedangkan sebagian besar saraf tepi terdapat pada membran sel. Proses ini disebut transitosis
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:46 PM Page 264
Metarteriol Sfingter
prakapilar
Sitoplasma sel
endotel
Kapiler
sejati
Jaringan ikat
B Lume
n
Saluran penghubung
(Troughout channel)
Venul
dengan pembekuan, (clotting), tonus otot polos pembuluh me darah berada dalam pembuluh ini. Pada sediaan histologi
darah, sirkulasi limfatik dan pergerakan netrofil. potongan melintang, vena berjalan sejajar dengan arteri;
Susbstansi vasokonstriksor, endotelin I, disekresi oleh sel namun dinding vena biasanya kolaps karena lebih tipis dan
endotel kapilar, berikatan dengan sel otot polos pembuluh kurang elastis dibandingkan dinding arteri, sebab aliran balik
darah. Endotelin I bekerja sebagai agen hipertensi, menjaga (venous return) adalah sistem bertekanan rendah.
kontraksi sel otot polos dalam periode yang cukup lama
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah . Walau Endotelin I Klasifikasi Vena
jauh lebih efektif daripada Angitensin II, namun seberapa luas
efek Endotelin sesungguhnya masih belum diketahui.
Vena digolongkan menjadi tiga tipe berdasarkan diameter
Molekul Adesi (L-selectin and β2-integrins) diekspresikan
dan ketebalan dinding: vena kecil (venul), vena sedang
pada memban plasma lekosit yang bermigrasi, berikatan dengan dan vena besar.
reseptor membran plasma sel endotel kapilar pada daerah
inflamasi. Lekosit yang telah berikatan ini kemudian masuk
dalam ruang jaringan ikat, dan menjalankan fungsinya dalam Struktur vena tidak selalu seragam, meskipun pada vena
proses inflamasi. Prostasiklin, vasodilator poten dan dengan ukuran yang sama atau bahkan pada keseluruhan
penghambat agregasi trombosit, juga dilepaskan oleh kapilar. panjang satu vena (ada ketidak seragaman di sepanjang vena
Sebagai tambahan terhadap fungsi-fungsi di atas, kapilar tersebut) . Dijelaskan bahwa sebagaimana arteri, vena juga
juga memiliki peran dalam pemeliharaan dengan mengkonversi memiliki tiga lapisan (tunika intima, media, and adventisia)
substansi seperti serotonin, norepinefrin, bradikinin, (Tabel 11-2). Lapisan muskular dan lapisan elastika vena
prostaglandin dan trombin menjadi komponen inaktif. tidak berkembang sempurna seperti pada arteri, namun
komponen jaringan ikat vena jauh terlihat jelas. Di beberapa
Enzim pada permukaan lumen kapilar dalam jaringan lemak bagian tubuh, struktur yang menyusun vena melindungi
memecah lipoprotein menjadi trigliserida dan asam lemak untuk bagian tersebut dari tekanan (retina, selaput otak, plasenta,
kemudian disimpan dalam sel lemak. penis), vena-vena ini tidak memiliki lapisan otot polos di
dindingnya; Bahkan pada hampir semua vena, tunika intima
Vena dan tunika media tidak dapat dibedakan, batasnya tidak jelas.
Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung Venul dan Vena Kecil
Setelah meninggalkan bagian akhir kapilar, darah memasuki Venul serupa dengan kapilar; venul yang lebih besar tidak
venul kecil, bagian awal dari aliran balik vena (venous return ) memiliki perisit, sebagai gantinya memiliki sel-sel otot.
yang mengalir menjauhi organ dan jaringan menuju jantung.
Venul-venul ini bermuara pada pembuluh vena yang lebih Setelah darah berkumpul dalam bantalan kapilar, darah
besar, dan seterusnya proses ini berjalan melalui pembuluh yang dikeluarkan ke dalam venul pasca kapilar, yang berdiameter
semakin lama semakin besar menuju jantung. Tidak hanya 15-20 µm. Dindingnya serupa dengan dinding kapilar, dengan
karena vena lebih banyak daripada arteri, tapi vena juga karena endotel dikelilingi oleh serat retikular dan perisit (Gambar
memiliki lumen yang lebih besar, maka hampir 70% total volu- 11-4). Perisit pada venul pasca kapilar membentuk hubungan
Vena sedang dan Endotel; lamina basal, kutup Serat elastin dan serat Lapisan kolagen dengan fibroblas
vena kecil pada beberapa tempat; jaringan reticular, sejumlah
ikat subandotel subendotel sel otot polos
Venul Endotel lamina basal Jaringan ikat jarang-jarang Sejumlah kolagen dan sedikit fibroblas
(perisit, venul pasca dan sedikit sel
kapilar) otot polos
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 266
yang kompleks dengan jaringan ikat longgar sekitar endotel. basal dan serat retikular. Kadang sejumlah jejaring elastin
Kedudukan perisit digantikan oleh sel-sel otot polos pada membungkus endotel, namun serat elastin di sini tidak
venul yang lebih besar (diameter > 1mm), awalnya sel-sel memiliki ciri seperti tunika elastika interna (lamina elastika
otot polosnya berpencar; kemudian dengan bertambah interna). Otot polos pada tunika medianya tersusun dalam
besarnya diameter, sel-sel otot polos semakin merapat, lapisan longgar di selingi serat kolagen dan fibroblas. Tunika
membentuk lapisan kontinu pada venul terbesar dan vena adventisia, tunika yang paling tebal, disusun oleh serat
kecil. Pada venul pasca kapilar ini terjadi pertukaran materi, kolagen dan serat elastin secara longitudinal, juga sedikit sel
dinding venul pasca kapilar lebih permeabel daripada dinding otot polos yang tersebar.
kapilar. Pembuluh ini menjadi tempat yang lebih dipilih
lekosit untuk beremigrasi dari pembuluh darah ke ruang Vena Besar
jaringan ikat (Gambar 11-15). Pembuluh ini memberi respon
terhadap agen farmakologi seperti histamin dan serotonin.
Vena besar berhubungan secara langsung dengan
Sel endotel venul yang berada dalam organ limfoid jantung, mengembalikan darah dari ekstermitas, kepala,
tertentu bentuknya lebih kuboid (bukan gepeng) sehingga hati dan dinding tubuh.
disebut venul berendotel tinggi (highendothelial
venules). Sel yang tinggi ini berfungsi dalam mengenali Vena besar termasuk vena kava dan vena pulmonalis, vena
limfosit dan segregasi, fungsi ini dilakukan oleh reseptor porta, vena renalis, vena jugularis interna, vena iliaka dan vena
spesifik pada permukaan lumen, memastikan bahwa lifosit zigomatikus. Tunika intima vena-vena ini sama dengan vena
bermigrasi menuju bagian yang tepat pada parenkim limfoid. sedang, kecuali bahwa vena besar memiliki lapisan jaringan
ikat subendotel yang tebal, mengandung fibroblast dan jejaring
Vena Sedang serat-serat elastin. Hanya sedikit pembuluh vena utama (seperti
vena pulmonalis) memiliki lapisan otot polos yang sempurna,
sebagian vena besar tidak memiliki tunika media; pada daerah
Vena Sedang berdiameter kurang lebih 1 cm.
yang seharusnya menjadi tunika media, diisi oleh tunika
adventisia yang berkembang sempurna. Pengecualian pada vena
Vena sedang merupakan tempat bermuaranya sebagian besar superfisial di tungkai yang memiliki dinding muskular yang
darah dari seluruh tubuh, termasuk dari sebagian besar terbentuk sempurna, diduga ini untuk menahan tarikan gaya
ekstremitas. Tunika intimanya meliputi endotel dengan lamina grafikasi.
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 267
Endokardium
Jantung adalah pompa dengan empat ruang dalam
sistem kardiovaskular.
Endokardium: epitel gepeng selapis dan lapisan jaringan
ikat subepitel yang melapisi lumen jantung.
Dinding otot jantung (miokardium) disusun oleh otot jantung
(lihat Bab 8). Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua
atrium, yang menerima darah, dan dua ventrikel, yang Endokardium merupakan kelanjutan dari tunika intima
mendorong darah keluar jantung (Gambar 11-16). Vena kava pembuluh darah yang masuk dan keluar jantung. Disusun oleh
superior dan inferior membawa kembali darah sistemik vena endotel, yaitu epitel gepeng selapis dengan lapisan jaringan
ke atrium kanan jantung. Dari sini darah melewati katup ikat fibroelastis di bawahnya dan fibroblas yang tersebar.
atrioventrikular (katup trikuspid) masuk ke dalam Berada pada lapisan lebih di bawah lagi adalah jaringan ikat
ventrikel kanan. Saat ventrikel berkontraksi, darah dari padat, terutama terdiri atas serat elastin diselingi oleh sel-sel
ventrikel kanan dipompa keluar jantung menuju trunkus otot polos. Jauh di bawah endokardium terdapat lapisan
pulmonalis, pembuluh darah besar yang bercabang dua subendokardium, berupa jaringan ikat jarang yang mengan-
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 268
KORELASI KLINIS
Anak-anak yang menderita demam rema
(rheumatic fever) di kernudian hari dapat menderita
penyakit katup jantung rema (rheumatic heart
valve disease) . Dalam episode demam rema timbul
parut pada katup jantung, akibatnya katup tidak dapat
menutup sempurna (insufisien) atau tidak dapat
membuka sempurna (stenosis) karena elastisitas nya
berkurang. Katup bikuspid (mitral) paling sering PF
mengalami kondisi ini diikuti oleh katup aorta.
Miokardium
N
Lamina
basal
Gambar 11-19 Diagram ultrastruktur kapilar limf. (Dali Lentz TL: Gambar 11-20 Gambaran mikrokop cahaya pembuluh limf dari vilus
Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings of Whole-Cell Structure. intestinalis disebut lacteal (L) (x270). Amati epitel yang mendasarinya
Philadelphia, WB Saunders, 1971.) (panah ).
Ch011-X2945.qxd 15/8/06 2:47 PM Page 271
lebih tipis. Pembuluh darah besar memiliki selapis serat elastin Tunika intima duktus limfatikus disusun oleh endotel dan
tipis di bawah endotel dan selapis tipis sel otot polos. Lapisan otot beberapa lapis serat elastin dan serat kolagen. Pada bagian
polos ini kemudian dilapisi oleh serat elastin dan serat kolagen yang berbatasan dengan tunika media, ada lapisan serat
dan membaur dengan jaringan ikat sekitar, seperti tunika elastin yang padat menyerupai tunika elastika interna (lamina
adventisia. Walaupun beberapa ahli histologi menjelaskan bahwa elastika interna). Lapisan otot polos longitudinal dan sirkular
pada pembuluh limf terdapat tunika seperti pada pembuluh darah, ditemukan pada tunika media. Pada tunika adventisia
namun lebih banyak yang tidak setuju, karena tidak ada batas terdapat sel-sel otot polos memanjang dan serat kolagen yang
tegas antara lapisan dan karena dindingnya sangat beragam. membaur dengan jaringan ikat sekitar. Dalam dinding duktus
torasikus terdapat pembuluh kecil yang homolog dengan vasa
Duktus Limfatikus vasorum pada arteri.
12 䡲 䡲 䡲
Sistem Limfoid
(Imun)
Sistern limfoid bertanggung jawab atas pertahanan imun sistem imun adaptif tidak hanya bereaksi terhadap satu
tubuh. Beberapa unsur organ dalam sistem ini-yaitu kelenjar unsur antigen yang spesifik dari suatu patogen, akan tetapi
getah bening/limfonodus, timus, dan limpa-terbungkus dapat pula bereaksi terhadap unsur tertentu yang akan
oleh kapsul jaringan ikat, sedangkan unsur lainnya, yaitu semakin kuat seiring dengan meningkatnya frekuensi
sistem limfoid difus, tidak memiliki kapsul. Sel-sel sistem pertemuan dengan sistem imun tersebut.
limfoid melindungi tubuh terhadap makromolekul asing, virus, Walaupun adanya perbedaan jenis respon dari kedua
bakteri, dan berbagai rnikroorganisme yang invasif, dan juga sistem, namun kedua sistem ini sangat berhubungan satu
membunuh sel yang telah diubah oleh virus. sama lain, dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Sistem imun merupakan garis pertahanan kedua dan ketiga Walaupun sistem imun bawaan jauh lebih tua daripada
terhadap patogen. Garis pertahanan pertama adalah lapisan sistem imun adaptif, namun sistem ini dapat bereaksi dengan
epitel, yakni kulit dan mukosa, yang membentuk lapisan utuh cepat (biasanya dalam beberapa jam) terhadap invasi
yang meliputi seluruh tubuh. Garis pertahanan kedua dan antigen; ia bereaksi secara nonspesifik; dan tidak memiliki
ketiga dapat terpicu bila rintangan fisik ini ditembus; baik memori imunologis. Unsur penting sistem imun bawaan
akibat Iuka, robek, atau abrasi; atau bahkan bila terdapat adalah komplemen, peptida antimikroba, sitokin, makrofag,
benda asing yang merupakan ancaman, walaupun belum neutrofil, sel NK, dan reseptor serupa-Tol (Toll-like
sampai menembus. Pertahanan ini disebut sistem imun bawaan receptors/ TLR). (Lihat Tabel 12-1 untuk akronim dan
dan adaptif. kependekan yang digunakan dalam bab ini).
Sistem imun bawaan (sistem imun alami) merupakan Komplemen adalah serangkaian protein dalam darah
sistem non-spesifik yang terdiri dari (1) sistem makromolekul yang menyerang mikroba yang masuk ke dalam aliran darah.
dari darah yang disebut sebagai komplemen; (2) kelompokan Ketika mereka mengendap pada permukaan patogen, mereka
sel yang dikenal sebagai makrofag dan neutrofil, yang membentuk kompleks penyerang membran (membrane
berfungsi fagositosis; (3) kelompok sel lain, yaitu sel attack complex/MAC) yang menghancurkan membran sel
pembunuh alami (natural killer cells/NK), yang membunuh mikroba. Sel fagositik seorang pengidap, contohnya neutrofil
sel tumor, bakteri, parasit, dan sel yang terinfeksi virus. dan makrofag, memiliki reseptor terhadap bagian spesifik
Sistem imun adaptif (sistem imun didapat) bertanggung komplemen (yaitu C3b); kehadiran C3b pada permukaan
jawab atas pertahanan terhadap penyerang yang spesifik. mikroba memfasilitasi fagositosis mikroba oleh sel
Makrofag dapat memfagosit sebagian besar bakteri, sedangkan ketahanan pejamu.
273
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 274
TABEL 12-1 Akronim dan Singkatan yang Digunakan pada Bab lni
Akronim/Singkatan Definisi
ADDC Antibodi sitotoksisitas selular dependen
AIDS Sindrom imunodefisiensi dapatan
APC Sel penyaji antigen
BALT Jaringan limfoid berhubungan dengan bronkus
Limfosit B Limfosit yang berasal dari sumsum tulang (Limfosit B)
C3b Komplemen 3b
CD Molekul kelompok diferensiasi (biasanya diikuti oleh penomoran Arab)
CLIP Protein invarian yang berhubungan dengan kelas II
CSF Faktor penstimulasi koloni
CTL Limfosit T sitotoksik (Sel T pembunuh)
Fab Fragmen antibodi pengikat antigen
Protein Fas CD 95 (menginduksi apoptosis)
Fe Fragmen terkristalisasi (fragmen konstan pada antibodi)
GALT Jaringan limfoid yang berhubungan dengan saluran pencernaan
G-CSF Faktor penstimulasi koloni granulosit
GM-CSF Faktor penstimulasi koloni granulosit-monosit
HEVs Venula berendotel tinggi
HIV Virus Imunodefisiensi manusia
IFN-α Interferon-alfa
IFN-γ Interferon-gamma
lg lmunoglobulin (biasanya diikuti oleh sebuah huruf kapital (A, D, E, G, atau M)
IL Interleukin (biasanya diikuti oleh penomoran Arab)
M cell Sel microfold
MAC Kompleks penyerang membran
MALT Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa
MHC Kompleks histokompatibilitas mayor
MHC I dan MHC II Molekul MHC kelas I dan kelas II
Vesikel MIIC Kompartemen MHC kelas II
Sel NK Sel pembunuh alami
PALS Selubung limfatik periarterial
RER Retikulum endoplasma kasar
slgs Imunoglobulin permukaan
TAP Protein pembawa (transporter 1 dan 2)
TCM Sel T memori sentral
TCR Sel T reseptor
TEM Sel T memori efektor
TGF Faktor pertumbuhan tumor
Sel TH Sel T-helper (biasanya diikuti oleh penomoran Arab)
TLR Reseptor serupa-Tol
Limfosit T Limfosit yang berasal dari timus
TNF-α Faktor nekrosis tumor - alfa
Sel T reg Sel T regulator
TSH Hormon penstimulasi tiroid
Peptida antimikroba, misalnya defensin, disintesis dan sitokin yang mempunyai sifat kemoatraktan biasanya disebut
dilepaskan oleh sel epitel dan tidak hanya mempertahankan sebagai kemokin. Sitokin yang memicu diferensiasi dan
tubuh terhadap bakteri Gram negatif, namun juga menjadi mitosis pada sel hemopoietik disebut sebagai faktor
kemoatraktan bagi sel dendritik yang belum dewasa, dan penstimulasi koloni (CSF), sedangkan sitokin yang memiliki
bagi limfosit T. sifat antivirus disebut sebagai interferon.
Sitokin merupakan molekul pensinyal yang dilepaskan Makrofag memiliki reseptor terhadap bagian antibodi yang
oleh berbagai sel sistem imun bawaan maupun adaptif untuk konstan (reseptor Fc), reseptor komplemen, dan reseptor yang
mendapatkan respons dari sel target. Sitokin yang dihasilkan mengenali karbohidrat yang biasanya tidak ditemukan pada
oleh limfosit disebut sebagai interleukin (IL), sedangkan permukaan sel-sel makhluk vertebrata. Makrofag juga meru-
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 275
pakan sel penyaji antigen (antigen-presenting cells), yang molekul MHC I mencegah terjadinya pembunuhan sel yang
menyajikan antigen kepada limfosit T maupun B. Makrofag sehat oleh sel NK.
juga melepas G-CSF dan GM-CSF yang menginduksi
pembentukan neutrofil dan penglepasannya ke sirkulasi darah.
Neutrofil meninggalkan sistem vaskular pada daerah yang
KORELASI KLINIS
mengalami inflamasi dan memasuki kompartemen jaringan Kehadiran molekul MHC I pada membran sel
ikat yang penuh dengan bakteri, kemudian memfagositosis dan berinti diperlukan agar limfosit T sitotoksik
menghancurkan bakteri. Bakteri dapat dibunuh dalam keadaan (cytotoxic T lymphocyte/CTL) dapat mengenali
tergantung oksigen, yaitu dengan pembentukan hidrogen sel sebagai target yang perlu dihancurkan. Namun,
peroksida, radikal hidroksil, dan tanpa oksigen dalam sel tumor dan sel yang terinfeksi virus dapat
fagolisosom, atau melalui pencernaan oleh enzim, yang menekan produksi molekul MHC I sehingga tidak
menggunakan protein kationik serta mieloperoksidase dan dapat dikenali sebagai target oleh CTL. Manuver
lisozim. evasif ini memungkinkan tumor dan sel yang
Sel NK merupakan sel yang mirip dengan sel T sitotoksik terinfeksi virus untuk menjadi target sel NK
(bagian dari sistem imun adaptif, yang akan dibahas karena reseptor penghambat-pembunuhnya tidak
kemudian), namun tidak perlu memasuki kelenjar timus untuk diaktivasi.
maturasi. Sel-sel ini menggunakan penanda nonspesifik untuk
mengenali sel targetnya; hal ini dapat dicapai dengan dua cara
yang berbeda, yaitu: Reseptor serupa-Tol (Toll-like receptors/TLRs)
mrupakan protein integral membran yang sangat awet;
䡲 Sel NK memiliki reseptor Fe yang dapat rnengenali bagian manusia setidaknya memiliki 12 TLR yang berbeda, yang
konstan antibodi IgG sebagai sinyal untuk membunuh sel memiliki peran masing-masing (Tabel 12-2). Tampaknya
target. Hal ini dikenal sebagai antibodi sitotoksisitas TLR berperan secara berpasangan, sehingga sepasang TLR
selular dependen. membentuk satu reseptor aktif. Beberapa TLR tampak pada
䡲 Permukaan sel NK juga memiliki protein transmem- membran sel sehingga memiliki bagian intra maupun
beran yang dikenal sebagai reseptor pengaktivasi ekstraselular, sedangkan TLR lainnya terdapat hanya pada
pembunuh (killer-activating receptor) yang mengikat bagian intrasel saja. Semua TLR (kecuali TLR3)
penanda tertentu pada sel permukaan sel berinti. Untuk berhubungan dengan serta mengaktivasi jalur faktor nukleus
mengendalikan proses pembunuhan ini, sel NK juga NF-KB yang melaksanakan perannya melalui beberapa
memiliki reseptor penghambat pembunuh (killer- protein sitosol, termasuk MyD88, yang memicu serangkaian
inhibitory receptor) yang mengenali molekul MHC I respons spesifik TLR dalam sel. urutan dalam kejadian ini
(kompleks histokom patibilitas mayor tipe I) yang menghasilkan penglepasan sitokin yang sesuai bagi patogen
terletak pada memberan plasma semua sel. Keberadaan yang dideteksi, dan mungkin juga mengaktivasikan
Pasangan Reseptor
Domain Serupa Toll (TLR) Fungsi
Intraselular dan TLR1-TLR2 Berikatan dengan lipoprotein bakteri; juga berikatan dengan protein tertentu pada parasit
ekstraselular (pada TLR2-TLR6 Berikatan dengan asam lipoteikoat dari dinding bakteri gram-positif; juga berikatan
membran sel) dengan zimosan, polisakarida yang berhubungan dengan jamur
TLR4-TLR4 Berikatan dengan sakarida lipoprotein dari bakteri gram-negatif
TLR5-?* Berikatan dengan flagelin pada flagela bakteri
TLRll-?* Pengenalan pejamu dari Toxoplasmosis gondii
Hanya intraselular TLR3-?* Berikatan dengan RNA virus untaian ganda
TLR7-?* Berikatan dengan RNA virus untaian tunggal
TLR8-?* Berikatan dengan RNA virus untaian tunggal
TLR9-?* Berikatan dengan DNA bakteri dan virus
TLRl0-?* Tidak diketahui
TLR12-?* Tidak diketahui
*Saat ini , pasangan TLR tidak diketahui.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 276
sel B dan T yang dirancang untuk melaksanakan respons timus disebut dengan organ limfoid primer (sentral).
imun adaptif yang spesifik. Untuk itu, TLR memiliki Setelah limfosit menjadi imunokornpeten di dalam sumsum
kemampuan memodulasi sistem imun, dan menunjukkan tulang atau timus, limfosit bermigrasi ke organ imfoid
bahwa sistem imun bawaan bukanlah sesuatu yang statis dan sekunder (perifer) yakni jaringan lirnfoid difus, limfonodus
umum, namun merupakan sesuatu yang dinamis yang mampu dan limpa, tempat mereka berkontak dengan antigen.
mengendalikan dengan baik respons imun maupun respons
inflamasi.
lmunogen dan Antigen
KORELASI KLINIS lmunogen ialah molekul yang selalu memicu respons imun;
antigen ialah molekul yang terikat kepada antibodi tetapi tidak
TLR yang hipoaktif menjadikan seseorang lebih
selalu memicu respons imun.
rentan terhadap patogen; sedangkan bila TLR
hiperaktif, maka ia akan menyebabkan penyakit
autoimun seperti lupus eritematosus sistemik, Struktur asing yang dapat memicu respons imun pada pejamu
penyakit kardiovaskular, dan aitritis reumatoid. tertentu disebut imunogen; antigen ialah molekul yang dapat
bereaksi dengan antibodi tanpa memandang kemampuannya
untuk memicu respons imun. Meskipun tidak semua antigen
merupakan imunogen, dalam buku ajar ini kedua istilah
Sistem lmun Adaptif tersebut dianggap sinonim, dan hanya istilah antigen yang
digunakan.
Sistem imun adaptif bereaksi lebih /ambat dibandingkan Daerah antigen yang bereaksi dengan antibodi atau reseptor
dengan sistem imun bawaan, memiliki memori imunologis, sel T, disebut epitop, atau determinan antigen. Setiap epitop
dan tergantung pada limfosit B dan T dalam menghasilkan merupakan bagian kecil molekul antigen dan terdiri atas hanya
respons imun. 8 hingga 12 atau 15 hingga 22 asam amino hidrofilik atau
residu gula yang dapat diakses oleh kompleks imun. Benda
Respons imun adaptif memiliki empat sifat berbeda: asing berukuran besar seperti bakteri mempunyai beberapa
spesifisitas; diversivitas; memori; dan pengenalan diri/ epitop yang masing-masing mampu berikatan dengan antibodi
non-diri, yaitu kemampuan untuk membedakan struktur yang berbeda.
yang merupakan bagian dari organisme sendiri (diri), dan
yang asing (non-diri). Limfosit T, limfosit B, dan makrofag
khusus yang disebut sel penyaji antigen (antigen- KORELASI KLINIS
presenting cell, APC), berperan dalam respons imun Kompleksitas benda asing juga merupakan faktor
adaptif. Sel-sel ini berkomunikasi dengan anggota sistem penting dalam penentuan antigenisitasnya. Maka
imun bawaan serta dengan sesamanya melalui molekul molekul polimer berukuran besar yang mempunyai
pensinyal (sitokin), yang dilepaskan sebagai respons komposisi kimiawi relatif sederhana, seperti plastik
terhadap pertemuan dengan zat asing yang disebut antigen. tertentu buatan manusia, mempunyai imunogenisitas
Pengenalan suatu zat sebagai benda asing oleh sistem minimal dan oleh karena itu digunakan sebagai
imun menstimulasi serangkaian reaksi kompleks yang bahan baku pembuatan implan artifisial (seperti
mengakibatkan produksi imunoglobulin (disebut juga pada penggantian panggul).
antibodi), yang mengikat antigen, atau memicu sekumpulan
sel khusus yang berperan dalam proses sitotoksitas, misalnya
membunuh sel asing atau sel diri yang berubah (contoh: sel Seleksi Klonal dan Ekspansi
tumor). Respons imun yang bergantung kepada pembentukan
antibodi disebut dengan respons imun humoral, sedangkan Saat perkembangan embrio, kelompokan kecil limfosit
respons sitotoksik disebut dengan respons imun selular. yang berjumlah sangat banyak (klon) dibentuk. Tiap
Sel yang menyusun unsur fungsional sistem imun bawaan klon dapat mengenal sebuah antigen asing spesifik.
dan adaptif (sel T, sel B, makforag dan subkategorinya yakni
APC) dibentuk dalam sumsum tulang. Sel B menjadi Sistem imun dapat mengenal dan memerangi sejumlah besar
imunokompeten di dalam sumsum tulang, sedangkan sel T antigen berbeda. Penjelasan kemampuan ini ialah pada saat
sumsum tulang, sedangkan sel T bermigrasi ke timus untuk perkembangan embrio, sejumlah besar (tepatnya 1015) klona
menjadi imunokompeten; oleh karena itu, sumsum tulang dan limfosit dibentuk oleh penyusunan ulang sekitar 400 gen yang
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 277
mengkode imunoglobulin atau TCR. Semua sel pada klona dengan pembunuhan atau pelumpuhan sel-sel yang mungkin
tertentu mempunyai penanda permukaan yang identik dan akan bereaksi terhadap 'diri' sendiri. Saat perkembangan
dapat bereaksi dengan antigen spesifik, meskipun sel tersebut embrio, jika limfosit bertemu dengan substansi yang
belum pernah terpapar oleh antigen tersebut. Protein per- seharusnya menimbulkan reaksi, maka limfosit dapat
mukaan sel yang memungkinkan limfosit berinteraksi dengan terbunuh (deteksi klona) sehingga klona khusus ini tidak
antigen ialah antibodi terikat membran (reseptor sel B terbentuk, atau limfosit dilumpuhkan (anergi klon) tak
atau imunoglobulin permukaan [slg]) pada sel B dan sel T mampu menimbulkan respons imun, walaupun limfosit tetap
reseptor (T-cell receptor/TCR). Meskipun struktur molekul ada.
antibodi dan TCR berbeda, namun secara fungsional
mempunyai kemampuan ekuivalen dalam mengenal dan berin-
teraksi dengan epitop spesifik. KORELASI KLINIS
Pertama kali suatu organisme bertemu dengan antigen, Penyakit autoimun melibatkan gangguan fungsi sistem
respons imun adaptif dimulai secara lambat dan tidak terlalu imun yang mengakibatkan kehilangan toleransi imu-
intens; respons ini disebut dengan respons imun primer. nologis. Salah satu contohnya ialah penyakit Graves,
Paparan selanjutnya terhadap antigen yang sama memicu suatu keadaan di mana reseptor hormon penstimulasi
respons imun sekunder, yang mulai secara cepat dan lebih tirod (thyroid stimulating hormonef TSH) pada sel
intens daripada respons primer. Potensi reaksi sekunder yang folikel kelenjar tiroid yang dianggap sebagai antigen.
meningkat disebabkan oleh proses memori imunologis, yang Antibodi yang dibentuk terhadap reseptor TSH mengikat
merupakan suatu bagian dari sistem imun. Sel B dan T ke reseptor ini dan menstimulasi sel untuk melepaskan
dianggap sel perawan (sel naïf) sebelum terjadi paparan hormon tiroid berlebih. Pasien dengan penyakit Graves
antigen. Setelah berkontak dengan antigen sel yang naïf mempunyai kelenjar tiroid membesar dan eksoftalmus
tersebut berproliferasi membentuk sel aktif dan sel memori. (bola mata menonjol).
Sel aktif, disebut juga sel efektor, bertanggung jawab
dalam proses respons imun, Sel efektor yang diturunkan dari
sel B disebut dengan sel plasma dan memproduksi dan lmunoglobulin
menghasilkan antibodi. Sel efektor yang diturunkan dari sel T
menyekresikan sitokin atau menghancurkan sel asing atau sel lmunoglobulin merupakan antibodi yang diproduksi oleh sel
diri yang mengalami perubahan. plasma. lmunoglobulin mempunyai sepasang rantai berat
Sel memori mirip dengan limfosit naif, mengekspresikan dan sepasang rantai ringan yang melekat satu sama lain
reseptor sel B (slg) atau TCR, yang dapat berinteraksi dengan dengan ikatan disulfida.
antigen spesifik. Sel memori secara tidak langsung terlibat
dalam respons imun saat mereka dibentuk. Akan tetapi sel ini Imunoglobulin (antibodi) merupakan glikoprotein yang
hidup selama beberapa bulan atau tahun dan mempunyai menginaktivasi antigen (termasuk virus) dan menimbulkan
afinitas lebih besar terhadap antigen daripada limfosit naif. respons ekstraselular melawan mikroorganisme yang me-
Pembentukan sel memori setelah paparan pertama terhadap nginvasi. Respons dapat melibatkan fagositosis pada ruang
antigen memperbesar ukuran klon asli, proses ini disebut jaringan ikat oleh makrofag (atau netrofil) atau aktivasi sistem
dengan ekspansi klonal. Oleh karena keberadaan populasi sel komplemen darah.
memori yang makin banyak dengan afinitas terhadap antigen
yang meningkat, paparan selanjutnya terhadap antigen yang
sama memicu sebuah respons sekunder (respons anam- KORELASI KLINIS
nestik) yang lebih cepat, poten, dan lama daripada respons Sistem komplemen tersusun atas 20 protein plasma
primer. yang terangkai dalam urutan dan ragam spesifik pada
permukaan mikroorganisme yang menginvasi untuk
Toleransi lmunologis membentuk kompleks penyerang membran
(membrane attack complex/MAC) yang melisiskan
sel asing. Unsur utama dari sistem komplemen ialah
Makromolekul diri tidak dipandang sebagai antigen,
protein C3. Defisiensi protein C3 merupakan
oleh karena itu ia tidak memicu sebuah respons imun.
predisposisi seseorang untuk berulang kali terinfeksi
bakteri.
Sistem imun dapat mengenali makromolekul milik sendiri dan
tidak berusaha menimbulkan respons imun terhadap diri
mereka sendiri. Ketiadaan aksi ini diakibatkan oleh toleransi Imunoglobulin diproduksi oleh sejumlah besar sel
imunologis. Mekanisme toleransi imunologis dilaksanakan plasma, yang melepaskannya ke dalam sistem limfatik atau
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 278
NH2 NH2 tersebut identik. Dianggap bahwa setelah klona yang melawan
NH2 Daerah variabel NH2
diri sendiri tereliminasi, terdapat sisa 106 hingga 109 tipe
antibodi berbeda dalam seseorang, masing-masing melawan
Daerah
sebuah antigen tertentu. Tiap tipe antibodi diproduksi oleh
konstan
anggota klona yang sama. Maka terdapat 106 hingga 109
Daerah klona yang anggotanya bereaksi terhadap epitop tertentu (atau
engsel sejumlah kecil epitop yang serupa).
Rantai ringan
Seperti yang telah dijelaskan semula, sejumlah kecil
imunoglobulin diproduksi oleh sel B dan dimasukkan ke
HOOC COOH
dalam plasmalema; disebut dengan slg atau reseptor sel B;
Ikatan disulfida yang berfungsi sebagai molekul reseptor antigen. Mereka
sedikit berbeda dari antibodi yakni mempunyai unsur pengikat
Rantai berat
membran tersusun atas dua pasang rantai membran peng-
hubung, Igββ dan Igβ, yang mengikat rantai berat molekul
antibodi ke membran sel.
Kelas lmunoglobulin
COOH COOH
Manusia mempunyai lima isotipe (kelas) imunoglobulin
Gambar 12-1 Sebuah antibodi dan daerah-daerahnya. (Tabel 12-3):
IgM, yang mirip dengan lima molekul IgG berikatan satu
pembuluh darah. Antibodi yang khas ialah imunoglobulin G sama lain (bentuk pentametrik imunoglobulin).
(IgG). Tiap IgG merupakan molekul berbentuk Y, tersusun IgA, yang mirip dengan dua molekul IgG berikatan satu
atas dua polipeptida 55-70 kDa panjang dan identik, dikenal sama lain (bentuk clirnerik imunoglobulin).
sebagai rantai berat, dan dua polipeptida 25 kDa yang IgG, bentuk monomerik imunoglobulin telah dijelaskan sebe-
lebih pendek dan identik sebagai rantai ringan. Keempat lumnya
rantai terikat satu sama lain oleh beberapa ikatan disulfida IgD, yang ada dalam konsentrasi sangat rendah dalam darah,
dan ikatan nonkovalen sedemikian rupa sehingga batang Y akan tetapi di permukaan sel B sebagai bentuk mono-
tersusun atas rantai berat dan lengan yang bercabang merik imunoglobulin yang dikenal sebagai IgD
tersusun atas rantai ringan dan berat (Gambar 12-1). permukaan (surface IgD/slgD).
Daerah yang berdekatan dengan ikatan sulfida antara 2 IgE, sebuah bentuk monomerik imunoglobulin yang ada pada
rantai berat-daerah engsel-merupakan daerah fleksibel dan permukaan basofil dan sel mast.
memungkinkan lengan untuk menjauhi dari atau menuju satu Kelas imunoglobulin juga ditentukan oleh urutan asam
sama lain. Daerah distal pada ujung lengan (empat segmen amino rantai beratnya. Beragam rantai berat yang dinamakan
terminal amino) bertanggung jawab dalam mengikat ke epitop dengan huruf Yunani α, δ, γ, ε, dan µ.
sehingga tiap molekul antibodi dapat mengikat dua epitop
identik.
Sel-sel pada Sistem lmun Adaptif dan
Enzim papain memecah molekul antibodi pada daerah Bawaan
engselnya (lihat Gambar 12-1), membentuk tiga fragmen: 1
Sel-sel pada sistem imun adaptif dan bawaan ialah limfosit B,
fragmen Fc tersusun atas batang Y dan mengandung bagian
limfosit T, makrofag, sel penyaji antigen dan sel NK.
yang sama dari kedua rantai berat, dan 2 fragmen Fab,
masing-masing tersusun atas sisa satu rantai berat dan
keseluruhan satu rantai ringan. Fragmen Fc mudah meng- Limfosit B
kristal (sehingga disingkat dengan "c"), sedangkan fragmen
Fab merupakan daerah pengikat antigen (antigen-binding) Limfosit B berasal dan menjadi imunokompeten
pada antibodi (sehingga disingkat dengan "ab"). dalam sumsum tulang. Sel ini bertanggung jawab
Urutan asam amino fragmen Fc sebagian besar konstan dalam sistem imun humoral.
pada kelasnya; maka batang antibodi berikatan dengan
reseptor Fc pada banyak sel yang berbeda. Urutan asam Limfosit B, dikenal juga sebagai sel B, ialah limfosit kecil (lihat
amino daerah Fab bervariasi, dan perubahan urutan Bab 10) yang berasal dan menjadi imunokompeten dalam
tersebutlah yang menentukan spesifisitas molekul antibodi sumsum tulang, Namun pada golongan burung, tempat sel B
untuk antigen spesifiknya. pertama kali ditemukan, imunokompetensi didapat dalam
Tiap antibodi khusus untuk suatu epitop yang spesifik; divertikulum kloaka, yang disebut bursa Fabrisius (maka
maka daerah Fab dari seluruh antibodi yang melawan epitop disebut sel "B"). Saat dalam proses menjadi imunokompeten,
TABEL 12-3 Karakteristik lmunoglobulin Manusia
lg dalam
Darah Melewati Berikatan
Kelas Sitokin* No. Unitt (%) Plasenta dengan Sel Karakteristik Biologis
IgA TGFβ 1 atau 2 10-15 Tidak Sel epitel Juga dikenal sebagai antibodi sekretori karena disekresikan ke dalam air
(sementara) saat mata, saliva, lumen usus, dan rongga nasal sebagai dimer; unit individu
sekresi dimer diikat oleh protein J yang diproduksi oleh sel plasma dilindungi dari
degradasi enzimatis oleh komponen sekretori yang diproduksi oleh sel
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 279
IgD 1 <1 Tidak Membran lmunoglobulin permukaan; membantu sel B mengenali antigen spesifik;
plasma sel B fungsi mengaktivasi sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma setelah
paparan antigen
IgE IL-4, IL-5 1 <1 Tidak Sel mast dan Antibodi reagenik; saat beberapa antibodi terikat membran terlibat reaksi
basofil silang oleh antigen, IgE memfasilitasi degranulasi basofil dan sel mast,
dengan penglepasan agen farmakologis, seperti heparin, histamin, faktor
kemotaktik eosinofil dan neutrofil, dan leukotrien; memperlihatkan reaksi
hipersensitivitas; membantu eosinofil dalam mengenali dan membunuh
parasit
IgG IFN-γ, IL-4, 1 80 Ya Makrofag dan Melewati plasenta-sehingga melindungi fetus dengan imunitas pasif;
IL-6 neutrofil disekresikan dalam susuomelindungi neonatus dengan imunitas pasif;
memperbaiki kaskade komplemen; berfungsi sebagai opsonino yakni
dengan membungkus mikroorganisme; memfasilitasi fagositosis oleh
makrofag dan neutrofil, sel yang memiliki reseptor Fc untuk daerah Fc pada
antibodi; juga berpartisipasi dalam sitotoksisitas selular bergantung
antibodi dengan mengaktivasi sel NK; diproduksi dalam jumlah besar saar
respons imun sekunder
Bab 12 䡲 Sistem Limfoid (Imun)
■
IgM 1 atau 5 5-10 Tidak Sel B (bentuk Bentuk pentamer dipelihara oleh tautan protein J, yang mengikat daerah Fc
■
monometri) pada tiap unit; mengaktivasi kaskade sistem komplemen; ialah isotipe
■
†Unit A ialah imunoglobulin tunggal yang tersusun atas 2 rantai berat dan 2 rantai ringan; sehingga, IgA terdapat dalam 2 bentuk yakni
monomer dan dimer. Fc, fragmen yang dapat mengkristal; IFN, interferon; lg, imunoglobulin; IL, interleukin; NK, pembunuh alami; TGF,
faktor pertumbuhan tumor.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 280
tiap sel memproduksi 50.000 hingga 100.000 imunoglobulin sel B memori dan dapat mengeluarkan hanya bentuk antibodi
IgM dan IgD dan memasukkannya ke dalam membran IgM. Akan tetapi kebanyakan antigen memerlukan keterlibatan
plasma sehingga tempat berikatan dengan epitop pada sel T sebelum dapat menginduksi respons imun humoral (lihat
antibodi berhadapan dengan ruang ekstrasel. Daerah Fc pada di bawah).
antibodi menempel pada dua lapisan fosfolipid melalui dua
pasang protein transmembran, Igβ dan Igα, yang ujung Limfosit T
karboksilnya berhubungan dengan kompleks protein intrasel.
Tiap anggota dari klona sel B tertentu mempunyai antibodi
Limfosit T berasal dari sumsum tulang dan bermigrasi ke
yang berikatan dengan epitop yang sama.
timus untuk menjadi imunokompeten. Sel ini bertanggung
Saat imunoglobulin permukaan bereaksi dengan jawab dalam respons imun selular.
epitopnya, lgβ and Igα , meneruskan informasi kepada
kompleks protein intrasel yang berhubungan, memulai
serangkaian kejadian yang mengakibatkan aktivasi sel B. Limfosit T (sel T) juga dibentuk dalam sumsum tulang, akan
Sel B yang teraktivasi akan mengalami mitosis, membentuk tetapi sel ini bermigrasi ke korteks timus, dimana sel menjadi
sel plasma pembentuk antibodi dan sel B memori, seperti imunokompeten dengan mengekspresikan molekul spesifik
yang telah didiskusikan sebelumnya Oleh karena antibodi pada membran selnya yang memungkinkan sel tersebut
yang diproduksi oleh sel plasma dikeluarkan ke dalam melakukan fungsinya.
sirkulasi darah atau limf, sel B bertanggung jawab dalam Walaupun secara histologis sel T tampak mirip dengan sel B,
respons imun humoral. terdapat perbedaan penting antara kedua sel tersebut:
Saat sel B naif mulai teraktivasi, sel tersebut memproduksi 䡲 Sel T mempunyai TCR dan bukan sIG pada permukaan selnya
IgM, yang bila berikatan dengan permukaan patogen yang 䡲 Sel T hanya mengenali epitop yang disajikan oleh sel
menginvasi, dapat mengaktivasi sistem komplemen (fiksasi perantara (APC)
komplemen). Molekul IgM juga dapat berikatan dengan
䡲 Sel T hanya berespons terhadap antigen protein
virus , mencegah virus berkontak dengan permukaan sel,
sehingga melindungi sel dari invasi virus. 䡲 Sel T melakukan fungsinya haya pada jarak dekat
Sekali IgM diproduksi, sel B dapat memproduksi kelas Mirip dengan slg pada sel B, TCR pada plasmalema sel T
imunoglobulin yang berbeda. Kemampuan ini disebut dengan berfungsi sebagai reseptor antigen. Daerah konstan TCR
pergantian kelas (pergantian isotipe) dan ditentukan oleh berikatan dengan membran, sedangkan daerah terminal
sitokin tertentu yang berada pada lingkungan mikro sel B. amino mengandung tempat perikatan antigen pada permukaan
Sitokin ini dikeluarkan oleh sel T-helper (TH) dan tergantung sel. Sebagai tambahan molekul TCR, sel T mengekspresikan
tipe patogen yang dihadapi: molekul kelompok diferensiasi (molekul CD/penanda
䡲 Saat infeksi cacing parasit, sel T-helper mengeluarkan IL-4 CD) pada plasmalemanya. Protein tambahan ini berikatan
dan IL-5, dan Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma dan dengan ligan spesifik pada sel target. Walaupun hampir 200
setelah berubah kelas membentuk IgE untuk menimbulkan molekul CD telah diketahui, Tabel 12-4 hanya merinci molekul
degranulasi sel mast pada permukaan parasit. yang langsung berhubungan dengan diskusi selanjutnya dari
䡲
interaksi selular pada proses imun. Bagian TCR yang terikat
Saat invasi bakteli dan virus, sel T-helper mengeluarkan membran berhubungan dengan protein membran, CD3, dan
interferon-γ (IFN-γ) dan IL-6, dan sel B berubah baik dengan CD4 atau CD8, membentuk kompleks TCR.
membentuk IgG yang mengopsonisasi bakteri, memfiksasi Beberapa protein membran lain mempunyai peran penting
komplemen, dan menstimulasi sel NK untuk membunuh sel dalam transduksi sinyal dan dalam mempererat interaksi antara
yang diubah oleh virus antibodi sitotoksisitas selular TCR dan sebuah epitop, sehingga memfasilitasi aktivasi sel T
dependen (antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity yang terstimulasi antigen.
{ADCC}).
TCR dapat mengenali sebuah epitop hanya jika epitop
䡲 Saat invasi virus atau bakteri pada permukaan mukosa, sel
merupakan sebuah polipeptida (tersusun atas asam amino)
T-helper mengeluarkan faktor pertumbuhan tumor-β (TGF- dan jika epitop berikatan dengan sebuah kompleks
β), dan sel B berubah menjadi bentuk IgA yang histokompatibilitas mayor (major histocompatibility
disekresikan ke permukaan mukosa. complex/MHC), seperti pada plasmalema APC. Terdapat
Antigen tertentu (seperti polisakarida kapsul mikroba) dapat dua jenis glikoprotein: MHC kelas I dan MHC kelas II.
mengeluarkan respons imun humoral tanpa perantara sel T. Sebagian besar sel berinti mengekspresikan molekul MHC
Antigen ini dikenal sebagai antigen tidak bergantung I pada permukaannya, sedangkan APC (dibahas nanti)
timus. Antigen ini tidak merangsang pembentukan susunan dapat mengekspresikan kedua molekul MHC I dan MHC
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 281
Ligan dan
Protein Permukaan Sel Sel Target Fungsi
CD3 Semua sel T Tidak ada Transduksi kompleks MHC-epitop berikatan dengan sinyal
intraselular, aktivasi sel T
CD4 Sel T-helper MHC II pada APC Koreseptor untuk TCR berikatan dengan kompleks MHC II-
epitop, aktivasi sel T-helper
CD8 Sel T sitotoksik dan MHC I pada Koreseptor untuk TCR berikatan dengan kompleks MHC I-
supresor sel berinti sebagian besar epitop; aktivasi sel T sitotoksik
CD28 Sel T-helper B7 pada APC Membantu dalam aktivasi sel T-helper
CD40 Sel B Molekul reseptor CD40 Berikatan dengan reseptor CD40 dengan CD40 memung-
yang diekspresikan pada kinkan sel T-helper untuk mengaktifkan sel B untuk
sel T-helper yang aktif berproliferasi menjadi sel B memori dan sel plasma
APC, sel penyaji antigen; CD, molekul kelompok diferensiasi; MHC, kompleks histokompatibilitas mayor; TCR, reseptor sel T.
II pada plasmalemanya. Molekul MHC unik pada tiap individu CD45RO pada membran selnya. Sel ini membentuk memori
(kecuali pada kembar identik) dan agar teraktivasi, sel T harus imunologis sistem imun adaptif karena sel tersebut
mengenali tidak hanya epitop asing akan tetapi juga molekul membentuk klona yang anggotanya identik dan mempunyai
MHC sebagai diri sendiri. Jika sel T mengenali epitop tapi tidak kemampuan memerangi antigen tertentu. Sel memori ini
mengenali molekul MHC-nya, sel T tersebut tidak akan menjadi aktif dan mengekspresikan kemampuan efektor.
terstimulasi; maka kapasitas sel T untuk beraksi melawan Terdapat dua tipe sel T memori: yaitu yang mengekspresikan
sebuah epitop merupakan hal yang dibatasi oleh MHC. molekul CR+ pada permukaannya, dikenal sebagai sel T
Terdapat tiga jenis sel T, beberapa di antaranya, dengan dua memori sentral (TCM), dan sel CR7- yang dikenal sebagai
atau lebih subtipe: sel T memori efektor (TEM). TCM menempati daerah
pada limfonodus yang kaya akan sel T, tidak mampu
䡲 Sel T naïf
melakukan fungsi efektor dengan segera, dan berinteraksi
䡲 Sel T memori dengan dan menstimulasi sel penyaji antigen dan
䡲 Sel T efektor menyebabkan sel tersebut melepaskan IL-12. Molekul
pensinyal ini berikatan dengan reseptor IL-12 pada TCM dan
menstimulasi TCM untuk berdiferensiasi menjadi sel T
Sel T Naif memori efektor. TEM mengekspresikan reseptor yang
Sel T naif mempunyai molekul CD45RA pada permukaan memungkinkan sel ini untuk bermigrasi ke daerah
selnya dan sel tersebut meninggalkan timus sebagai sel yang peradangan, dimana mereka mempunyai fungsi efektor yang
kompeten secara imunologis, akan tetapi sel tersebut tidak segera dengan cara berdi-ferensiasi menjadi sel T efektor.
langsung siap untuk bertindak sampai menjadi sel T teraktivasi.
Saat sebuah limfosit T teraktivasi, sel tersebut mengalami Sel T Efektor
pembelahan sel dan membentuk sel T memori dan sel T efektor.
Terdapat tiga tipe sel T efektor: sel TH, limfosit T sitotoksik,
Sel T Memori dan sel T regulator (T reg). Sel ini merupakan sel yang dapat
berespons terhadap tantangan imunologis.
Terdapat dua tipe se/ T memori: sel T memori sentral dan
sel T memori efektor. Se/ tersebut bertanggung jawab untuk Sel T efektor merupakan sel imunologis kompeten yang
memori imunologis sistem imun adaptif mampu berespons terhadap dan meningkat kepada respons
imun. Terdapat tiga tipe sel T efektor: sel T4, sel T pembunuh
Sel T memori, tidak seperti sel T naif, mengekspresikan molekul (limfosit T sitotoksik/ CTL), dan sel T reg: Sel TH
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 282
Tiga subtipe sel TH memperlihatkan molekul CD4 pada LIMFOSIT T SITOTOKSIK (CTL)
permukaan selnya dan bertanggung jawab kepada
pengenalan antigen asing juga berakibat pada respons
Limfosit T sitotoksik (CTL, sel T pembunuh) memperlihatkan
imunologis melawannya.
molekul COB pada membran selnya dan bertanggung jawab
dalam membunuh sel asing, sel tumor, dan sel yang berubah
Sel TH mempunyai molekul CD4 sebagai penanda membran karena virus.
selnya, mampu berinteraksi dengan sel lain sistem imun
bawaan dan adaptif, dan dapat mengaktivasi sel sistem imun CTL mempunyai molekul CD8 pada membran selnya. CTL
selular untuk memulai respons terhadap patogen yang mengenali epitop yang diperlihatkan pada membran sel asing,
menginvasi dan mengeliminasinya. Sel TH juga mempunyai sel tumor, juga sel yang telah diubah oleh virus dan
peran besar dalam menstimulasi sistem imun humoral dengan memperlihatkan epitop pada plasmalema, dan kemudian
cara berinteraksi dengan sel B dan menstimulasinya menjadi membunuh sel tersebut. Pembunuhan sel tersebut dilakukan
sel plasma penghasil antibodi. Terdapat 3 subtipe sel Th: THO, dengan satu dari dua cara:
TH1, dan TH2; sebuah subtipe tambahan Th3, telah
䡲 CTL meletakkan perforin ke membran sel yang telah diubah
diklasifikasikan ulang sebagai sel T reg yang dapat diinduksi.
virus.
Sel THO merupakan sel prekursor yang mempunyai 䡲 Perforin menstimulasi formasi pori pada plasmalema.
kemampuan memproduksi dan mengeluarkan sejumlah besar
sitokin. Sel ini dapat berdiferensiasi menjadi sel THl atau 䡲 CTL mentransfer granzim ke dalam sitoplasma sel yang
TH2, dan kemudian persediaan penglepasan sitokin menjadi telah diubah virus.
terbatas. 䡲 Granzim menstimulasi kapsasi untuk menginduksi
Sel THI mensekresi IL-2, IFN-γ, dan TNF-β: apoptosis, sehingga membunuh sel yang telah diubah
䡲 IL-2 menstimulasi proliferasi sel T CD4 dan CD8 juga virus.
sitotoksisitas oleh sel T CD8 (CTL). 䡲 CTL mengekspresikan Fas L, dikenal juga sebagai
䡲 CD95L (ligan kematian), pada membran selnya.
IFN-γ menstimulasi makrofag sehingga dapat
menghancurkan patogen yang telah difagosit olehnya, seperti 䡲 Fas, dikenal juga sebagai CD95 (reseptor kematian), yang
mikobakterium, protozoa, dan jamur; sitokin ini juga terletak pada permukaan sel target teraktivasi.
mengaktifkan sel NK sisitem imun bawaan untuk menjadi 䡲 Setelah Fas teraktivasi, kemudian kaskade apoptosis ter-
sitotoksik. Makrofag mengeluarkan IL-12, yang stimulasi, mengakibatkan kematian sel target.
menginduksi proliferasi sel TH1 dan menginhibisi proliferasi
sel TH2. SEL T REG
䡲 TNF-β menstimulasi neutrofil untuk memfasilitasi
perangsangan proses radang akut. Sel T reg memiliki molekul CD 4 pada membran selnya
dan berfungsi menekan respons imun.
䡲 Sel THl penting untuk kendali patogen intraselular dan
juga bertanggung jawab dalam induksi respons imun
selular, seperti pada penolakan alograf akut dan pada Sel T reg memperlihatkan molekul CD4 pada membran selnya
kasus sklerosis multipel. dan berfungsi menekan respons imun. Sejak semula, peranan
menekan respons imun dilakukan oleh sel T supresor; akan
Sel TH2 menyekresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, dan tetapi, banyak ahli imunologi tidak mengakui keberadaan sel
IL-13, dan kebanyakan interleukin ini memfasilitasi produksi ini. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada sel yang
antibodi oleh sel plasma. Sel TH2 mengeluarkan sebuah menekan fungsi imun, dan sel ini disebut sel T regulator (T
respons terhadap infeksi parasit (IgE) atau mukosa (IgA). reg). Terdapat dua tipe sel T reg: natural (konstitutif) dan
Interleukin yang disekresikan mempunyai efek beragam, terinduksi (adaptif). Keduanya mengekspresikan molekul CD4
termasuk fungsi berikut ini: pada membran plasmanya.
䡲 IL 4 menstimulasi sel untuk menyintesis IgE; sehingga 䡲 Sel T reg alami berkembang dalam timus; kemudian
mempunyai peranan penting dalam reaksi alergi. meninggalkan timus dan saat TCR-nya terikat kepada APC,
sel ini menekan respons imun dengan cara spesifik non-
䡲 IL 10, beraksi sinergis dengan IL 4, menekan diferensiasi sel antigen.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 283
䡲 Sel T reg terinduksi (dikenal juga sebagai sel TH3) Pemuatan Epitop pada Molekul MHC I
diturunkan dari sel T naif; menyekresikan sitokin, seperti
IL-10 dan TGF-β, yang menghambat pembentukan sel THI. Epitop berasal dari protein endogen yang ditranspor oleh
Kemungkinan kedua tipe sel T reg mempunyai fungsi yang protein pembawa khusus ke dalam sisterna retikulum
tumpang tindih dan beraksi bersamaan untuk menekan respons endoplasma kasar.
autoimun terhadap molekul diri sendiri.
Protein yang diproduksi oleh sel, baik sel itu sendiri maupun
SEL T PEMBUNUH ALAMI oleh virus atau parasit yang mengambil alih mesin
penyintesis protein sel, dikenal dengan protein endogen.
Sel T pembunuh alami merupakan efektor yang menyerupai sel Kualitas protein yang diproduksi sel ditentukan oleh
NK akan tetapi harus memasuki korteks timus untuk menjadi proteasom, yang dimodifikasi untuk memecah protein defek
efektor yang imunokompeten. Sel ini mengeluarkan sitokin: atau asing menjadi fragmen polipeptida berukuran normal
IFNγ, IL-4, dan IL-10. Sel ini sama seperti sel NK yaitu dapat (panjangnya 8 hingga 12 asam amino). Fragmen ini dikenal
teraktivasi langsung. Sel ini merupakan sel yang tidak biasa sebagai epitop yang ditranspor oleh protein pembawa khusus
karena dapat mengenali antigen lipid yang disajikan pada (TAP1 dan TAP2) ke dalam sistema retikulum endoplasma
permukaan sel dendritik imatur. Agar sel T pembunuh alami kasar (RER), tempat fragmen ini disatukan dengan molekul
mengenali antigen lipid, lipid harus disajikan bersamaan dengan MHC I yang diproduksi pada permukaan RER. Kompleks
molekul CD1. Terdapat empat jenis isoform molekul CD1 dan MHC I-epitop ditranspor ke dalam aparatus Golgi dan
molekul ini dapat terletak pada permukaan sel atau mengawasi dikemas menjadi vesikel yang dibungkus clathrin di dalam
kompartemen lisosom dan endosom akhir. jaringan trans Golgi untuk kemudian ditranspor ke dan
dimasukkan ke dalam membran sel. Dengan cara demikian,
TCL "mencari" pada permukaan sel dan "melihat" apakah sel
Molekul Kompleks Histokompatibilitas tersebut memproduksi protein sendiri atau protein non-diri
Mayor (MHC) sendiri.
Molekul MHC menyajikan epitop patogen terhadap sel T. Pemuatan Epitop pada Molekul MHC II
Terdapat dua kelas molekul MHC: MHC I dan MHC II.
Vesikel MIIC menerima tidak hanya kompleks MHC II- menyajikan kompleks ini ke sel T. Kebanyakan APC bera-
CLIP akan tetapi juga epitop dari antigen yang telah berasal dari monosit maka termasuk sistem fagosit mono-
diproses dari endosom akhir. Di dalam vesikel MIIC, CLIP nuklear. APC termasuk makrofag, sel dendritik (seperti sel
dipisahkan secara enzimatik dari molekul MHC II dan Langerhans epidermis dan mukosa oral), dan dua tipe sel yang
digantikan oleh epitop. Kompleks MHC II-epitop kemudian berasal dari non-monosit (sel B dan sel retikulum epitelial
ditranspor dan dimasukkan ke dalam membran sel. Dengan timus).
cara ini, sel TH dapat "mencari" pada permukaan sel dan Mirip dengan sel TH, APC memproduksi dan mengeluarkan
"melihat" apakah sel bertemu dengan protein non-diri sitokin. Molekul pensinyal ini dibutuhkan untuk mengaktivasi
sendiri. sel target untuk melakukan fungsi khusus, tidak hanya respons
imun akan tetapi juga proses lainnya. Tabel 12-5 merinci
Sel Penyaji Antigen (APC) beberapa di antara sitokin tapi hanya yang memiliki sifat yang
berhubungan dengan respons imun.
APC mengekspresikan baik MHC I dan MHC II pada
plasmalemanya, dan memfagosit, mengkatabolisasi, lnteraksi di antara Sel Limfoid
memproses dan menyajikan antigen.
Sel sistem limfoid berinteraksi satu sama lain untuk
mempengaruhi respons imun. Proses interaksi diatur oleh
APC memfagosit, mengkatabolisasi dan memproses anti- pengenalan molekul permukaan; jika molekul tidak dikenal,
gen, menempel pada epitopnya ke molekul MHC II, dan sel dieliminasi untuk mencegah respons yang tidak tepat. Jika
IL-2 Sel THI Sel T & B yang Memicu proliferasi sel T dan B yang teraktivasi
teraktivasi
IL-4 Sel TH2 Sel B Menginduksi proliferasi sel B dan maturasinya menjadi sel
plasma; juga memfasilitasi penggantian dari produksi IgM ke
IgG dan IgE
IL-5 Sel TH2 Sel B Menginduksi proliferasi dan maturasi sel B; juga memfasilitasi
penggantian dari produksi IgM menjadi IgE
IL-6 APC dan sel Sel T dan sel B Mengaktifkan sel T; memulai maturasi sel B untuk menjadi sel
TH2 yang teraktivasi plasma penghasil IgG
IL-10 Sel TH2 Sel THI Menghambat perkembangan sel THI dan menghambatnya dari
menyekresikan sitokin
IL-12 Sel B dan Sel NK dan sel T Mengaktivasi sel NK dan menginduksi pembentukan sel serupa
makrofag THI
IFN-γ Sel THI Makrofag dan Sel T Menginduksi penghancuran sel oleh sel T sitotoksik dan
fagositosis oleh makrofag
APCs, sel penyaji antigen; lg, imunoglobulin; IL, interleukin ; IFN, interferon ; NK, pembunuh alami; TH, T-
helper; TNF, faktor nekrosis tumor.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 285
Sel B menjadi teraktivasi Sel TH2 mengenali kompleks IL-4, IL-5, dan IL-6 memfasilitaasi
oleh reaksi silang antigen MHC II-epitop yang disajikan oleh aktivasi dan diferensiasi sel B Sel B memori
terhadap antibodi permu- sel B menggunakan TCR dan menjadi sel B memori dan sel
kaan. molekul CD4-nya. Kemudian plasma yang membentuk anti-
reseptor CD40 pada TH2 berikatan bodi. IL-10 menginhibisi proliferasi
dengan molekul CD40 pada plasma- sel TH1
lema sel B dan CD28 berikatan
dengan CD80.
Proses berikatan CD40 dengan
reseptor CD40 menyebabkan
proliferasi sel B. Sel TH2
melepaskan sitokin IL-4, IL-5, IL-6
dan IL-10. Proses berikatan CD28
sel B dengan CD80 dari sel TH2
mengaktivasi lebih banyak sel TH2.
Gambar 12-2 Interaksi antara sel B dan sebuah sel T-helper (sel TH2) pada pembentukan dependen timus, terangsang oleh antigen, B memori, dan
sel plasma. CD, kelompok molekul diferensiasi; lL, interleukin; MHC, kompleks histokompatibilitas mayor; TCR, reseptor sel T.
molekul permukaan dikenal, limfosit berproliferasi dan Jika kedua rangkaian pensinyalan dilakukan secara benar,
berdiferensiasi. Inisiasi kedua respons ini disebut aktivasi. sel B menjadi teraktivasi dan berproliferasi dengan cepat.
Setidaknya dua sinyal diperlukan untuk aktivasi: Saat berproliferasi, sel TH2 melepaskan IL-4, IL-5, IL-6 dan
䡲 Pengenalan antigen (atau epitop). IL-10. Tiga sitokin pertama bertugas memfasilitasi diferen-
siasi sel B yang baru terbentuk menjadi sel B memori dan
䡲 Pengenalan sinyal kedua yang merupakan kostimulator yang sel plasma penyekresi antibodi, sedangkan IL-10
mungkin diperantarai oleh sitokin atau oleh molekul menghambat proliferasi sel TH1. Interaksi CD40 dengan
pensinyal yang terikat membran. ligan CD40 memfasilitasi perubahan isotipe dari IgM
menjadi IgG, dan interaksi antara CD28 dan CD80 mening-
Respons Imun HumoraI Diperantarai Sel katkan aktivitas sel TH2. IL-4 memfasilitasi perubahan
T-Helper/ TH2 isotipe menjadi IgE.
Kecuali terhadap antigen independen timus, sel B dapat
merespons antigen hanya jika diinstruksi oleh subtipe sel TH2
Pembunuhan Sel (yang Telah Diubah
(Gambar 12-2). Saat sel B mengikat antigen pada slg-nya, ia Virus) yang Diperantarai Sel T-Helper (TH1)
memasukkan kompleks antigen antibodi, mengeluarkan epitop Pada sebagian besar kasus, CTL butuh sinyal dari sel THl
dan menempelkannya pada molekul MHC II, serta menem- untuk dapat membunuh sel yang telah ditransformasi virus.
patkan kompleks epitop-MHC II pada permukaannya lalu Sel THl sebelumnya harus diaktivasi oleh AFC yang menya-
menyajikannya pada sel TH2. jikan epitop yang sesuai, agar dapat mengirimkan sinyal
Sinyal 1. Sel TH2 tidak hanya harus mengenali epitop den- (Gambar12-3).
gan TCR-nya akan tetapi juga harus mengenali molekul Sinyal 1. TCR dan molekul CD4 sel THl harus mengenali
MHC II dengan molekul CD4-nya. mengenali kompleks epitop-MHC II pada permukaan
Sinyal 2. Reseptor CD40 sel TH2 harus terikat ke molekul APC. Jika hal ini terjadi, APC akan mengekspresikan
CD40 sel B, dan CD28 sel TH2 harus berkontak dengan sebuah molekul yang disebut B7 pada permukaanya.
molekul CD80 sel B. Sinyal 2. Molekul CD28 sel TH1 terikat dengan molekul B7
pada APC.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 286
Molekul
B7 Kompleks CTL
TNF Molekul MHC I-epitop
IL-2 CD28 Molekul CD8
IFN-γ Granzim Perforin
Sel TH1 berikatan dengan kompleks APC yang sama juga mempunyai kompleks CTL yang baru terbentuk menempel pada
MHC II-epitop sel penyaji antigen. MHC I-epitop yang diekspresi pada permu- kompleks MHC I-epitop melalui TCR dan
Molekul CD4 dari sel TH1 mengenali kaannya, yang terikat oleh CTL molekul CD8. molekul CD8-nya dan menyekresikan perforin
MHC II. Kedua kejadian ini menyebab- Kemudian, CTL mempunyai molekul CD28 dan granzim, membunuh sel yang diubah
kan APC mengekspresikan molekul B7 berikatan dengan APC molekul 87. CTL juga virus. Proses pembunuh saat granzim me-
pada permukaannya, yang berikatan mempunyai reseptor IL-2, yang berikatan masuki sel melalui pori yang dibentuk oleh
dengan CD28 dari sel TH1, menyebab- dengan IL-2 yang dilepaskan oleh sel TH1, perforin dan bekerja sebagai komponen
kan penglepasan IL-2, IFN-γ, dan TNF. menyebabkan CTL mengalami proliferasi, dan intraselular untuk menarik sel berapoptosis.
IFN-γ, menyebabkan aktivasinya.
Gambar 12-3 Aktivasi sel T-helper (sel TH1) dari sel T sitotoksik dalam membunuh sel yang telah diubah oleh virus. APC, sel penyaji antigen;
CD, kelompok molekul diferensiasi; CTL, limfosit T sitotoksik; IFN-γ, interferon-gamma; MHC, kompleks histokompatibilitas mayor; TCR,
reseptor sel T; TNF, faktor nekrosis tumor.
Sel THl telah teraktivasi dan mengeluarkan IL-2, IFN-γ, penglepasan perforin dan granzim. Granzim dilepaskan dari
dan TNF. IFN-γ menyebabkan aktivasi dan proliferasi CTL granula penyimpanan CTL; enzim ini memasuki sel yang
jika CTL tersebut terikat kepada APC yang sama dan jika berubah tersebut melalui pori yang telah dibentuk
kondisi di bawah ini terpenuhi: perforin dan mendorong sel menjadi apoptosis, sehingga
Sinyal 1. TCR dan molekul CD8 CTL harus mengenali kom- akan mati dalam beberapa menit.
pleks epitop-MHC I dari APC; juga molekul CD28 3 Pengikatan juga dapat menyebabkan ligan Fas CTL ber-
CTL harus terikat kepada molekul B7 pada APC hubungan dengan protein Fas (CD95) membran sel target.
Sinyal 2. IL-2 yang dikeluarkan sel THl berikatan kepada rese- Saat ikatan ligan Fas dan protein Fas mencapai ambang
ptor IL-2 dari CTL. batas, protein Fas yang mengelompok akan menginduksi
CTL sekarang telah teraktivasi dan akan berproliferasi kaskade protein intraselular yang berakhir kepada apoptosis.
dengan cepat. CTL yang baru terbentuk mencari sel yang Perhatikan bahwa APC tertentu yang sangat aktif dapat
telah diubah oleh virus dengan cara mengikatkan TCR dan berperan sebagai sinyal awal. Pada kondisi demikian, CTL
CD8-nya dengan kompleks epitop-MHC I milik sel yang tidak memerlukan perantara sel TH akan tetapi dapat menge-
telah berubah tersebut. Pembunuhan sel target dapat terjadi luarkan IL-2 dan mengaktifkan dirinya sendiri.
melalui salah satu cara berikut ini:
1 Pengikatan (dengan adanya kalsium) yang menyebabkan
penglepasan perforin, sekelompok glikoprotein yang
Sel TH1 Membantu Makrofag dalam
berhubungan erat dengan fraksi C9 kompleks penyerang Membunuh Bakteri
komplemen membran. Perforin menempatkan dirinya ke Bakteri yang difagositosis oleh makrofag dapat langsung
dalam membran sel yang telah berubah tersebut dan berproliferasi di dalam fagosom (menjadi terinfeksi) karena
membentuk pori hidrofilik dengan cara menggabungkan makrofag tidak dapat menghancurkan mikroorganisme kecuali
dirinya. Pori-pori ini menjadi begitu besar dan banyak diaktifkan oleh sel THl (Gambar 12-4).
sehingga sel target tidak dapat mempertahankan integritas
sitoplasmanya dan sel akan mengalami nekrosis. Menarik Sinyal 1. TCR dan molekul CD4 sel THl harus mengenali kom-
pleks epitop-MHC II makrofag yang memfagosit bakteri.
untuk diketahui bahwa CTL terlindung dari destruksi diri
oleh perforin karena adanya kondroitin sulfat A Sinyal 2. Sel THl mengekspresikan reseptor IL-2 pada permu-
proteoglikan di dalam vesikel yang mengandung granzim. kaannya dan mengeluarkan IL-2, yang terikat kepada
2 Pengikatan (dengan adanya kalsium) yang menyebabkan reseptornya, sehingga mengaktifkan dirinya sendiri.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 287
IL-2
Proliferasi bakteri Makrofag
dalam fagosom IFN-γ Lisosom aktif
Gambar 12-4 Aktivasi makrofag oleh sel T. CD, kelompok molekul diferensiasi; IL, interleukin; IFN-γ, interferon-gamma; MHC,
kompleks histokompatibilitas mayor; TCH, reseptor sel T; TNF-α, faktor nekrosis tumor-alfa.
Timus terbentuk pada awal kehidupan embrio dan terus Korteks timus secara histologis tampak lebih gelap daripada
tumbuh hingga pubertas, saat mempunyai berat 35 hingga 40 medula karena keberadaan sejumlah besar limfosit T (timosit)
g. Setelah beberapa tahun pertama kehidupan, timus mulai (Gambar 12-6; juga lihat Gambar 12-5). Sel T yang inkompeten
berinvolusi (atrofi) dan menjadi terinfiltrasi oleh sel lemak. secara imunologis meninggalkan sumsum tulang dan
Akan tetapi, timus tetap dapat berfungsi sampai dewasa tua. bermigrasi ke perifer korteks timus, tempat mereka mengalami
Kapsul timus, tersusun atas jaringan ikat kolagen padat proliferasi yang ekstensif dan diarahkan menjadi sel T yang
dan tidak teratur, mempunyai juluran septa ke dalam lobus, imunokompeten. Selain limfosit, korteks mengandung
membagi timus menjadi lobulus yang inkomplit (Gambar makrofag dan sel retikulum epitel. Pada manusia dipercaya
12-5). Tiap lobulus terdiri atas korteks dan medula, meskipun bahwa sel retikulum epitelial berasal dari endoderm kantung
medula lobulus yang berdekatan saling berhubungan. faring ketiga (dan mungkin keempat). Terdapat tiga tipe sel
retikulum epitelial dalam korteks timus:
Korteks Timus 䡲 Sel tipe I memisahkan korteks dari kapsul jaringan ikat
dan trabekula dan mengelilingi unsur vaskular dalam
Kompetensi imunologis sel T, eliminasi limfosit T yang korteks. Sel ini membentuk zonula okludens/ tight
intoleran terhadap diri sendiri, dan pengenalan MHC junction satu sama lain, mengisolasi korteks timus secara
terjadi dalam korteks timus. menyeluruh dari bagian tubuh lain. N ukleus sel tipe I
beraneka bentuknya, dan mempunyai nukleolus yang berbatas
tegas.
Medula Korteks
Kapsula
Pembuluh
darah kapsular
dalam kapsula
Korteks
Medula
Badan Sel
Hassall retikular
epitel Pembuluh darah septa
Septum Gambar 12-5 Diagram timus
Limfosit Yang memperlihatkan suplai
Kapiler dalam korteks darah dan susunan histologinya.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 289
Medula
C
Medula timus terwarnai jauh lebih pucat daripada korteks
karena populasi limfosit tidak padat dan karena mengandung
sejumlah besar sel retikulum epitelial yang berasal dari
endotel (lihat Gambar 12-5 dan 12-6). Terdapat tiga tipe sel
Gambar 12-6 Mikrograf cahaya dari lobulus timus (x124). Korteks
perifer (C) terwarnai lebih gelap daripada bagian tengah medula (M)
retikulum epitelial pada medula:
yang dibedakan dengan keberadaan badan Hassall (H). 䡲 Sel tipe IV berhubungan erat dengan sel tipe III pada
korteks dan membantu pembentukan perbatasan
kortikomedular. Nukleus sel mempunyai jaringan kromatin
䡲
kasar, dan sitoplasmanya terwarnai gelap dan kaya akan
Sel tipe II terletak pada daerah korteks pertengahan
tonofilamen.
(midcortex). Sel ini mempunyai prosesus panjang lebar
seperti lembaran yang membentuk taut desmosom satu sama 䡲 Sel tipe V membentuk sitoretikulum medula. Nukleus sel
lain. Prosesus membentuk sitoretikulum yang membagi ini beraneka bentuk, dengan jaringan kromatin perinuklir
korteks timus menjadi kompartemen berukuran kecil yang yang berbatas tegas dan sebuah nukleolus yang jelas.
berisi limfosit. Nukleus sel tipe II merupakan struktur yang 䡲 Sel tipe VI menyusun sebagian besar gambaran medula
besar dan pucat dan agak heterokromatin. Sitoplasmanya juga timus. Sel pucat berukuran besar ini menyatu sama lain,
pucat dan kaya akan tonofilamen. membentuk badan timus (badan Hassall), yang
䡲 jumlahnya meningkat seiring pertambahan usia (lihat
Sel tipe III terletak pada korteks bagian dalam dan
pada perbatasan dengan medula. Sitoplasma dan nukleus Gambar l2-5 dan 12-6). Sel tipe VI akan sangat mengalami
selnya lebih padat dibanding dengan sel retikulum keratinisasi dan menjadi terkalsifikasi. Tidak seperti sel
epitelial tipe I dan II. RER sel tipe III memperlihatkan tipe IV dan V, sel retikulum epitelial dapat berasal dari
sisterna yang melebar, mengisyaratan terdapatnya sintesis ektoderm. Fungsi badan timus tidak diketahui, meskipun
protein. Sel retikulum epitelial tipe III ini juga mempunyai kemungkinan merupakan tempat limfosit T mati pada
prosesus lebar seperti lembaran yang membentuk medula.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 290
Suplai Vaskular Hormon tersebut bersifat parakrin yang beraksi jarak pendek,
akan tetapi sebagian hormon tersebut diduga juga dilepaskan ke
Suplai vaskular korteks membentuk sawar timus yang
dalam aliran darah. Keempat hormon ini ialah timosin,
sangat tangguh untuk mencegah sel T yang berkembang
timopoietin, timulin, dan faktor humoral timus, dan
berkontak dengan makromolekul yang berasal dari darah.
hormon ini memfasilitasi proliferasi sel T dan ekspresi penanda
permukaannya. Hormon dari luar timus terutama dari gonad
dan hipofisis, tiroid, dan suprarenal, mempengaruhi
Timus menerima sejumlah arteri kecil, yang memasuki pematangan sel T. Efek yang paling poten disebabkan oleh (1)
kapsul dan didistribusikan ke seluruh organ melalui trabekula adrenokortikosteroid, yang menurunkan jumlah sel T dalam
di antara lobulus yang berdekatan. Percabangan pembuluh korteks timus; (2) tiroksin, yang merangsang sel retikulum
darah ini tidak memperoleh akses langsung ke korteks; epitelial korteks untuk meningkatkan produksi timulin; dan (3)
melainkan, dari trabekula memasuki perbatasan somatotropin, yang mempromosikan perkembangan sel T
kortikomedular, kemudian membentuk jaring-jaring kapiler pada korteks timus.
yang memasuki korteks.
Kapiler korteks merupakan jenis yang kontinu,
mempunyai sebuah lamina basalis yang tebal, dan dibungkus KORELASI KLINIS
oleh sel retikulum epitelial tipe I yang membentuk sawar Kegagalan perkembangan kongenital timus disebut
timus. Sehingga sel T yang berkembang pada korteks sindrom DiGeorge. Pasien dengan penyakit ini
terlindung dari makromolekul yang berasal dari darah. Akan tidak dapat memproduksi sel T. Oleh karena itu
tetapi makromolekul diri sendiri dapat melewati sawar timus respons imun selularnya tidak berfungsi, dan pasien
(kemungkinan diatur oleh sel retikulum epitelial), ini meninggal dunia pada usia muda karena infeksi.
kemungkinan untuk mengeliminasi sel yang diprogram untuk Karena pasien ini juga tidak mempunyai kelenjar
melawan antigen diri sendiri. Jaringan kapiler korteks paratiroid, kematian juga dapat disebabkan karena
bermuara ke dalam venula kecil daerah medula. tetani.
Sel T yang baru terbentuk dan belum imunokompeten dari
sumsum tulang akan keluar dari aliran darah pada perbatasan
kortikomedula dan bermigrasi ke perifer korteks. Seiring Limfonodus
dengan matangnya sel, sel ini bergerak lebih jauh ke dalam
korteks dan memasuki medula sebagai sel naif tetapi sudah Limfonodus ialah struktur oval, berkapsul, berukuran kecil
imunokompeten. Sel-sel ini akan meninggalkan medula yang tersebar sepanjang pembuluh limf dan bertindak
melalui vena yang keluar dari timus. sebagai saringan untuk pengeluaran bakteri dan zat asing
lainnya.
Histofisiologi Timus
Limfonodus terletak pada daerah yang bervariasi dalam tubuh
Fungsi utama timus ialah mengarahkan sel T yang akan tetapi paling sering pada leher, aksila, alat kelamin,
imunoinkompeten untuk mencapai imunokompetensi. sepanjang pembuluh besar, dan rongga tubuh. Parenkimnya
tersusun atas sekumpulan limfosit T dan B, APC, dan
Sel T yang berkembang berproliferasi luas dalam korteks, makrofag. Sel limfoid ini bereaksi terhadap keberadaan
memulai mengekspresikan penanda permukaannya, dan antigen dengan memulai respons imunologi dimana makrofag
dicoba kemampuannya untuk mengenali molekul MHC diri memfagosit bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
sendiri dan epitop diri sendiri. Sel T yang tidak dapat memasuki limfonodus bersama dengan cairan limf.
mengenali molekul MHC-I diri sendiri dan MHC II diri Tiap limfonodus merupakan struktur lembut dan berukuran
sendiri dihancurkan secara apoptosis. Kemudian, limfosit T kecil dengan diameter kurang dari 3 cm dan mempunyai kapsul
yang TCR-nya direncanakan untuk melawan makromalekul jaringan ikat yang biasanya dikelilingi oleh jaringan lemak
diri sendiri juga dihancurkan. (Gambar 12-7). Struktur ini mempunyai permukaan cembung
Proses menguji coba malekul MHC diri sendiri dan epitop yang ditembus oleh pembuluh limf aferen yang mempunyai
diri sendiri dianggap merupakan fungsi sel retikulum epitelial katup, sehingga memastikan cairan limf masuk ke dalam
tipe II dan tipe III dan sel dendritik yang berasal dari nodulus. Permukaan cekung nodus ini yakni hilus, merupakan
sumsum tulang, karena ketiga tipe sel ini mengekspresikan tempat arteri dan vena masuk dan keluar dari nodulus.
kedua kelas kompleks molekul epitop-MHC pada Kemudian cairan limf meninggalkan nodus melalui pembuluh
permukaannya. limf eferen, yang juga terletak pada hilum. Pembuluh limf
Sel retikululum epitelial timus memproduksi setidaknya eferen mempunyai katup yang mencegah regurgitasi cairan limf
empat hormon yang penting untuk pematangan sel T. kembali ke dalam nodulus.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 291
Limf
Darah arteri
Limf
Darah vena
Arteri
Pembuluh limf eferen
Vena
Sinus subkapsularis
Venula pascakapiler
Bantalan kapiler
Sinus trabekularis
Parakorteks
KORELASI KLINIS
hilum yang menebal, memperlihatkan pembuluh darah yang Limfonodus terletak di sepanjang jalan yang dilalui
masuk dan keluar limfonodus. pembuluh limf dan membentuk rangkaian
limfonodus sehingga cairan limf mengalir dari
Vaskularisasi Limfonodus satu nodus ke nodus lainnya. Oleh karena itu,
infeksi dapat menyebar dan sel yang ganas dapat
Suplai arteri masuk ke bagian dalam limfonodus pada hilum. bermetastasis melalui serangkaian nodus hingga
Pembuluh tersebut berjalan memasuki medula di dalam ke bagian terpencil dalam tubuh.
trabekula dan mengecil seiring dengan percabangan pembuluh
tersebut. Akhirnya pembuluh kehilangan pembungkus jaringan
ikat, berjalan di dalam genjel-genjel medula, dan berperan Limpa
dalam pembentukan jejaring kapiler medula. Percabangan kecil
dari arteri berlanjut dalam genjel-genjel medula hingga
mencapai korteks. Kemudian di sini membentuk jejaring Limpa merupakan organ limfoid terbesar pada tubuh dibungkus
oleh kapsul jaringan ikat kolagen. Limpa mempunyai permukaan
kapiler korteks yang bermuara ke venula pascakapiler.
cembung dan cekung yang dikenal sebagai hilus.
Histofisiologi Limfonodus
Limpa merupakan organ limfoid terbesar pada tubuh
terletak di peritoneum bagian kuadran kiri atas rongga
Limfonodus menyaring cairan limf dan bertindak sebagai abdomen. Kapsul jaringan ikat fibroelastis yang tersusun
tempat pengenalan antigen. padat dan ireguler, terkadang mengandung sel otot polos,
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 294
dikelilingi oleh peritoneum viseralis. Epitel gepeng selapis Limpa mempunyai permukaan cembung dan permukaan
peritoneum membentuk permukaan yang licin untuk limpa. cekung yang dikenal sebagai hilus. Kapsul limpa menebal
Limpa berfungsi tidak hanya dalam kapasitas imunologi yaitu pada hilus, di sinilah arteri dan serat saraf yang menyertainya
pembentukan antibodi dan proliferasi sel T dan sel B, akan masuk dan vena serta pembuluh limf meninggalkan limpa.
tetapi juga sebagai penyaring darah yaitu menghancurkan Trabekula, berasal dari kapsul, membawa pembuluh darah
eritrosit yang sudah tua. Saat perkembangan dalam janin, limpa ke dalam dan ke luar parenkim limpa (Gambar 12-10). Secara
ialah organ hemopoietik; jika diperlukan, fungsi tersebut dapat histologi, limpa mempunyai jejaring serat retikulum tiga
berlanjut hingga dewasa. Pada sebagian hewan (tidak pada dimensi dan sel retikulum. Jejaring serat retikulum menempel
manusia), limpa dapat berfungsi sebagai penampung sel darah pada kapsul juga trabekula dan membentuk kerangka arsitektur
merah, yang akan dilepaskan ke sirkulasi bila diperlukan. organ ini (Gambar 12-11).
Nodulus limfatikus
Kapsula
PULPA MERAH
Korda pulpa
Sinusoid vena
PULPA PUTIH
Sentrum germinativum
Korona
Selubung limf periarteri
Trabekula
Vena trabekularis
Arteriol berselubung
Arteriol berselubung
Arteriol pulpa
Limfosit
Arteri sentralis
Selubung limf periarteri
Korona
Sinusoid marginalis
Gambar 12- 10 Diagram skematik limpa. Atas, gambaran pembesaran lemah pulpa putih dan pulpa merah. Bawah, gambaran pembesaran
kuat arteriol sentralis dan percabangannya.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 295
Kapsul
Sentrum
germinativum
Kapiler
arteri Pulpa putih
Ca terminal
Sinusoid
Vena
trabekularis Sinus
marginal
Trabekula
Arteri
Ln trabekularis
Pulpa merah Sirkulasi
terbuka
Korda pulpa Sirkulasi
tertutup
Vena pulpa
Pulpa Putih dan Zona Marginalis (Gambar 12-14; lihat Gambar 12-10 dan 12-13). Zona ini
tersusun atas sel plasma, limfosit T dan B, makrofag, dan sel
Pulpa putih tersusun atas PALS yang mengandung sel T dendritik interdigitasi (APC). Sejumlah saluran kecil, sinus
dan nodulus limfatikus yang mengandung sel B. Zona marginalis, tampak pada zona marginalis, khususnya nodulus
marginalis mengandung sel B yang khusus mengenali limfatikus yang mengelilinginya. Pembuluh darah yang lebih
antigen timus-independen. ramping menjulur dari arteriol sentralis, masuk ke dalam pulpa
merah, kembali, dan mengantarkan darahnya ke dalam sinus
marginalis.
Struktur pulpa putih berhubungan erat dengan arteriol
sentralis. PALS yang mengelilingi arteriol sentralis tersusun Oleh karena ruang antara sel endotel sinus dapat berlebar 2
atas limfosit T. PALS seringkali mengandung nodulus hingga 3 µm, sel yang berasal dari darah, antigen, dan zat
limfatikus, yang tersusun atas sel B dan menggeser arterial lainnya dapat mempunyai akses ke dalam parenkim limpa.
sentralis ke bagian perifer. Nodulus limfatikus dapat Sehingga kejadian-kejadian berikut ini tampak pada zona
memperlihatkan sentrum germinativum, yang menunjukkan marginalis:
adanya perlawanan terhadap antigen (Gambar 12-13; lihat 1 APC memeriksa materi yang berada dalam darah untuk
Gambar 12-10). PALS dan nodulus limfatikus merupakan mencari antigen.
penyusun pulpa putih, seperti pada limfonodus, sel T dan B 2 Makrofag menyerang mikroorganisme yang berada dalam
ditempatkan pada lokasi khusus.
darah.
Pulpa putih dikelilingi oleh zona marginalis, mempuyai
3 Kelompokan limfosit T dan B yang beredar, meninggalkan
lebar 100 µm, yang memisahkan pulpa putih dari pulpa merah
aliran darah untuk masuk ke lokasinya di dalam pulpa
putih.
4 Limfosit berkontak dengan APC; jika mengenali
kompleks epitop-MHC, limfosit memulai respons imun
di dalam pulpa putih.
5 Sel B mengenali dan bereaksi terhadap antigen yang
independen terhadap timus (seperti polisakarida dinding
sel bakteri).
Pulpa Merah
Saat trimester kedua kehamilan, limpa aktif berperan dalam Jaringan Limfoid yang Berhubungan
hemopoiesis; setelah lahir, pembentukan sel darah terbentuk dengan Mukosa
hanya dalam sumsum tulang. Jika diperlukan, limpa dapat Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa (Mucosa-
melanjutkan fungsi hemopoiesisnya.
associated lymphoid tissue/MALT) tersusun atas kelompokan
limfosit tidak berkapsul serta nodulus limfatikus dalam mukosa
KORELASI KLINIS traktus gastrointestinal, respiratorius, dan urinarius. Contoh
paling tepat dari akumulasi ini adalah yang terdapat pada
Karena limpa merupakan organ yang rapuh, trauma mukosa usus: jaringan limfoid pada usus (GALT),
besar pada kuadran kiri atas abdomen dapat jaringan limfatik pada bronkus (BALT), dan tonsil.
menyebabkan ruptur pada limpa. Pada kasus yang
berat, limpa mungkin perlu dikeluarkan secara
pembedahan, tanpa membahayakan hidup Jaringan Limfoid yang Berhubungan dengan
seseorang. Sel darah merah yang menua kemudian Saluran Pencernaan (GALT)
akan difagosit oleh makrofag hati dan sumsum
tulang. Akumulasi GALT yang paling jelas terlihat terletak pada
ileum dan dikenal sebagai plakat Peyeri.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 299
Tonsil
Tonsil (palatina, faringeal, dan lingual) merupakan kumpulan
nodulus limfatikus berkapsul tidak lengkap yang menjaga
pintu masuk ke orofaring. Oleh karena letaknya, tonsil
terletak pada jalur antigen pada udara dan yang tertelan.
Tonsil bereaksi terhadap antigen ini dengan membentuk
limfosit dan memulai sebuah respons imun.
Tonsil palatina bilateral terletak pada perbatasan rongga
oral dan orofaring, di antara lipatan palatoglosal dan
Gambar 12-16 Mikrograf elektron dari makrofag mengandung materi palatofaringeal. Bagian dalam tiap tonsil palatina terpisah dari
yang difagositosis, termasuk sebuah badan kristaloid. Mp, makrofag; jaringan ikat sekitarnya oleh kapsul fibrosa yang padat.
Mit, sel mengalami mitosis; Lye, Limfosit; Eb, eritroblas; Ret, serat Bagian superfisial tonsil dibungkus oleh epitel gepeng berlapis
retikulum pada ruang interstisial; Ri, ribosom. (Dari Rhodin JAG: An
Atlas of Ultrastructure. Philadelphia, WB Saunders, 1963.) nonkeratin yang melapisi 10 hingga 12 kripta yang
berinvaginasi ke dalam parenkim tonsil. Kripta tersebut
seringkali mengandung sisa makanan, sel epitel yang
GALT tersusun atas folikel limfoid sepanjang saluran terdeskuamasi, leukosit mati, bakteri, dan zat antigen lain.
gastrointestinal. Sebagian folikel limfoid terpisah satu sama
lain; akan tetapi pada ileum, folikel ini membentuk gabungan Parenkim tonsil tersusun atas sejumlah nodulus limfoid,
limfoid yang dikenal sebagai plakat Peyeri (Gambar 12-17). yang sebagian besar memperlihatkan sentrum genninativum,
Folikel limfoid plakat Peyeri tersusun atas sel B dikelilingi oleh penanda terdapat pembentukan sel B.
daerah sel T yang kurang padat dan sejumlah APC. Sebuah tonsil faringeal terdapat pada langit-langit
Meskipun ileum dilapisi oleh epitel gepeng selapis, daerah nasofaring. Tonsil ini mirip dengan tonsil palatina, tetapi
yang berdekatan dengan folikel limfoid dilapisi oleh sel kapsulnya yang tidak lengkap lebih tipis. Tonsil faringeal
berbentuk gepeng, yang dikenal sebagai sel M (sel tidak mempunyai kripta, melainkan mempunyai lipatan
microfold). Sel M diketahui dapat menangkap antigen dan landai dan longitudinal yang disebut 'lipit'. Duktus kelenjar
mentransfernya (tanpa memproses nya terlebih dahulu menjadi seromukosa bermuara ke dalam dasar dari lipit ini.
epitop) ke makrofag yang terletak pada plakat Peyeri (lihat Bab Permukaan superfisialnya dilapisi oleh epitel silindlis
17). bertingkat bersilia yang diselingi oleh plakat epitel gepeng
Plakat Peyeri tidak mempunyai pembuluh limf aferen, akan berlapis (Gambar 12-18).
tetapi mempunyai drainase limf eferen. Plakat ini menerima Parenkim tonsil faringal tersusun atas nodulus limfoid,
arterial kecil yang membentuk jejaring kapiler, didrainase oleh sebagian di antaranya mempunyai sentrum germinativum.
HEV. Limfosit yang ditakdirkan untuk memasuki plakat Peyeri Saat tonsil ini mengalami inflamasi, tonsil ini disebut dengan
mempunyai reseptor homing yang spesifik untuk HEV dari adenoid.
GALT.
Ch012-X2945.qxd 15/8/06 3:54 PM Page 300
Ln
13 䡲 䡲 䡲
Sistem Endokrin
Sistem endokrin mengatur aktivitas metabolik pada organ Berdasarkan komposisinya, hormon terbagi atas tiga
dan jaringan tertentu, sehingga membantu tercipta macam, yaitu:
homeostasis. Sistem saraf autonom mengatur organ dan
jaringan tertentu lewat impuls yang menyebabkan dan polipeptida—pada umumnya bersifat larut
䡲 Protein
penglepasan neurotransmiter, yang menimbulkan respons dalam air (misalnya, insulin, glukagon, dan follicle-
cepat pada jaringan terkait. Akan tetapi, sistem endokrin stimulating hormone [FSH]).
menghasilkan efek lambat dan difus melalui substansi
䡲 Derivat asam amino—pada umumnya bersifat larut
kimiawi yang disebut hormon, yang dilepaskan ke dalam dalam air (misalnya, tiroksin dan epinefrin).
aliran darah untuk mempengaruhi sel target di tempat yang
䡲 Steroid dan derivat asam lemak—pada umumnya larut
jauh. Walaupun sistem saraf dan endokrin berfungsi melalui
cara yang berbeda, kedua sistem tersebut saling berinteraksi dalam lemak (misalnya, progesteron, estradiol, dan
untuk memodulasi dan mengkoordinasi aktivitas metabolik testosteron).
tubuh.
Sistem endokrin mencakup kelenjar tanpa saluran Sesudah suatu hormon dilepaskan ke dalam aliran darah dan
keluar (kelenjar endokrin), kelompokan sel di dalam sampai di dekat sel targetnya, mula-mula hormon tersebut
suatu organ, dan sel endokrin yang terdapat pada epitel berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan (atau di
saluran cerna dan sistem pernafasan, yang berturut-turut dalam) sel target. Reseptor untuk hormon tertentu
akan dibahas di Bab 17 dan 15). Kelenjar endokrin (yang (kebanyakan hormon protein dan peptida) terletak pada
dibahas di Bab ini) kaya pembuluh darah, sehingga membran sel (plasmalemma) sel target dan disebut reseptor
sekretnya (yang dilepaskan ke dalam jaringan ikat yang permukaan-sel, sedangkan reseptor yang terletak dalam
terdapat di antara sel endokrin dan jalinan kapilar), mudah sitoplasma (reseptor sitoplasmik) hanya berikatan dengan
masuk ke aliran darah. Kelenjar endokrin mencakup badan hormon yang telah berdifusi melewati plasmalemma. Ikatan
pineal, hipofisis, kelenjar tiroid, paratiroid, dan hormon dengan reseptornya mengirimkan pesan pada sel
suprarenal. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran target, dan memulai transduksi sinyal atau perubahan
keluar, sedangkan kelenjar eksokrin (yang akan dibahas di pesan menjadi reaksi biokimia.
Bab lain) menyalurkan sekretnya ke sistem saluran keluar,
dan hanya menimbulkan efek lokal. Hormon tiroid dan hormon steroid berikatan dengan
reseptor sitoplasmik. Kompleks hormon reseptor kemudian
mengalami translokasi ke dalam inti, dan di sana berikatan
HORMON dengan asam deoksiri bonuldeat (DNA) di dekat promoter,
dan menyebabkan transkripsi gen. Akan tetapi, beberapa
hormon steroid dapat berikatan dengan reseptor permukaan-
Hormon adalah pembawa pesan kimia (chemical sel, dan karenanya hormon tersebut langsung bekerja tanpa
messenger) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan melalui transkripsi gen atau sintesis protein. Hormon atau
dicurahkan ke dalam aliran darah untuk mencapai sel atau reseptor saja tidak mungkin memulai respons pada sel target.
organ targetnya.
Hormon yang mengikat reseptor permukaan-sel
menggunakan beberapa mekanisme berbeda untuk
Sifat kimia hormon menentukan mekanisme kerjanya. menimbulkan respons pada sel targetnya. Kompleks
Kebanyakan hormon menyebabkan beberapa efek pada hormon-reseptor diduga menginduksi kinase protein untuk
sel targetnya (yaitu: efek jangka pendek dan jangka panjang memfosforilasi protein regulator tertentu, dan karenanya
303
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 304
menimbulkan respons biologik. Misalnya, beberapa mempunyai dua bagian yang berasal dari sumber embrionik
kompleks hormon-reseptor menstimulasi siklase adenilat yang berbeda, yaitu: (1) adenohipofisis yang berkembang
untuk mensintesis adenosin monofosfat siklik (cAMP), yang dari evaginasi ektoderm oral (kantong Rathke) yang
kemudian menstimulasi kinase protein A di dalam sitosol. melapisi rongga mulut primitif (stomadeum ), dan (2)
Pada keadaan tersebut, cAMP bertindak sebagai caraka neurohipofisis yang berkembang dari ektoderm neural
kedua (second messenger). Beberapa caraka kedua lainnya yang merupakan pertumbuhan diensefalon ke bawah.
telah ditemukan, antara lain: (1) guanosin 3', 5'- Kemudian, adenohipofisis dan neurohipofisis menyatu dan
monofosfat siklik (cGMP), (2) metabolit fosfatidil- diselubungi kapsula, sehingga menjadi sebuah kelenjar.
inositol, (3) ion kalsium, dan (4) ion natrium (pada Karena kedua bagian hipofisis berbeda asal embrioniknya,
neuron). maka sel penyusunnya dan fungsinya juga berbeda.
Beberapa kompleks hormon-reseptor terikat pada protein Hipofisis terletak di bawah hipotalamus yang merupakan
pengikat Guanosin trifosfat (Guanosine triphosphate- bagian otak. Hipofisis berhubungan dengan hipotalamus,
binding proteins, protein G), yang menghubungkan yang menonjol dari diensefalon ke inferior. Hipofisis duduk
kompleks hormon reseptor pada respons terinduksi-hormon di fosa hipofiseal, yang merupakan lekukan pada sella tursika
(hormone-induced responses) pada sel target. Misalnya, tulang sfenoid yang dilapisi oleh duramater. Hipofisis
reseptor untuk epinefrin, hormon penstimulasi-tiroid diselubungi oleh bagian duramater yang disebut diafragma
(thyroid-stimulating hormone, TSH), dan serotonin sellae. Kelenjar ini berukuran sekitar 1 cm x 1 sampai 1,5
menggunakan protein G untuk mengaktifkan caraka kedua, cm; tebalnya 0,5 cm, dan beratnya sekitar 0.5 g pada laki-laki
yang kemudian menimbulkan respons metabolik. Hormon dan sedikit lebih berat pada perempuan.
lainnya, antara lain insulin dan hormon pertumbuhan, Hipofisis dihubungkan ke otak oleh jalur neural. Hipofisis
menggunakan reseptor katalitik yang mengaktifkan kinase juga kaya akan pasokan vaskular dari pembuluh darah yang
protein agar memfosforilasi protein target. memasok darah ke otak, yang menunjukkan keterkaitan
Sesudah hormon mengaktivasi sel target, sinyal kedua sistem tersebut dalam mempertahankan keseimbangan
penghambat (inhibitory signal) akan timbul untuk fisiologik. Kenyataannya, memang hampir semua hormon
mengendalikan kelenjar endokrin. Cara pengendalian ini yang dihasilkan hipofisis diatur oleh hormon atau sinyal
disebut mekanisme umpan-balik (feedback mechanism), saraf dari hipotalamus. Selain mengontrol hipofisis,
yang dapat bekerja langsung atau tidak langsung dalam hipotalamus juga menerima input dari berbagai daerah
menghentikan sekresi hormon. Mekanisme umpan balik susunan saraf pusat (yaitu: informasi mengenai kadar
untuk menghentikan sekresi hormon disebut mekanisme elektrolit dan hormon yang beredar dalam plasma) dan
umpan-balik negatif. Mekanisme umpan-balik juga dapat mengontrol sistem saraf autonom; karenanya, hipotalamus
bekerja dengan cara sebaliknya, yaitu: saat kadar hormon adalah pusat di otak yang mempertahankan homeostasis.
tidak cukup untuk menimbulkan cukup respons metabolik Pada tiap bagian hipofisis terdapat berbagai daerah yang
pada targetnya, maka sinyal umpan-balik positif dilepaskan, mengandung sel khusus yang melepaskan berbagai hormon
mencapai kelenjar endokrin terkait, dan menimbulkan (Gambar 13-1 dan 13-2). Bagian hipofisis dan nama
peningkatan sekresi hormon. Jadi, mekanisme umpan-balik berbagai daerah tersebut adalah:
mengatur kelenjar endokrin untuk mempertahankan
homeostasis, lewat umpan-balik positif dan negatif. 䡲 Adenohipofisis (hipofisis anterior)
Banyak hormon yang beredar dalam aliran darah 䡲 Pars distalis (pars anterior)
jumlahnya berlebihan. Hormon tersebut biasanya terikat pada 䡲 Pars intermedia
protein plasma, yang membuatnya menjadi tidak aktif secara 䡲 Pars tuberalis
biologis. Ikatan tersebut dapat terlepas dengan cepat, 䡲 Neurohipofisis (hipofisis posterior)
sehingga hormon tersebut kembali aktif. Hormon menjadi 䡲 Eminensia mediana
tidak aktif secara permanen pada jaringan targetnya; selain 䡲 Infundibulum
itu, hormon dapat mengalami degradasi dan dihancurkan di 䡲 Pars nervosa
hati dan ginjal.
Di antara lobus anterior dan posterior hipofisis terdapat
KELENJAR PITUITARI (HIPOFISIS) sisa kantong Rathke berupa sel epitel, yang meliputi koloid
amorf. Pars tuberalis membentuk selubung di sekitar tangkai
infundibulum.
Kelenjar pituitari tersusun atas beberapa bagian yang berasal dari
ektoderm oral dan ektoderm neural, yang menghasilkan berbagai
hormon yang mengatur pertumbuhan, metabolisme, dan Pasokan Darah dan
reproduksi. Pengontrolan Sekresi
Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar endokrin Sistem vena-portal hipofisis menyalurkan hormon
yang menghasilkan berbagai hormon yang mengatur neurosekretoris dari pleksus kapilar primer pada eminensia
pertumbuhan,reproduksi, dan metabolisme. Kelenjar ini mediana ke pleksus kapilar sekunder pada pars distalis.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 305
Sel neurosekretoris di
Nukleus hipotalamus mensekresi
paraventikular hormon penglepas dan
penghambat
Hipotalamus (oksitan)
Nukleus
supraoptik
(ADH)
Emininensia mediana
Sekret
Absorbsi air
Tangkai hipofisis
Sistem portal
Korteks Pars
Pars
adrenal nervosa
distalis
ACTH Ginjal
ADH
Prolaktin
Perkem Kelenjar
bangan mamma
folikel; Kontraksi
sekresi miopitel
estragen
Ovulasi:
Sekresi
Progester Ovarium
on
Kelenjar Jaringan Otot Tulang
mamma lemak
Pertumbuhan
Gambar 13-1 Hipofisis dan organ targetnya. ACTH, hormon adrenokortikotropik; ADH, hormon antidiuretik; FSH, follicle-stimulating hormone; LH,
luteinizing hormone; TSH, thyroid-stimulating hormone.
Pasokan darah arterial untuk hipofisis berasal dari dua memasok lobusposterior, tetapi juga memberikan beberapa
pasang arteri yang berasal dari arteri karotis interna (lihat cabang pembuluh darah ke lobus anterior.
Gambar 13-2). Yang pertama adalah sepasang arteri
hipofiseal superior yang mendarahi pars tuberalis dan Darah dari pleksus kapilar primer di eminensia mediana
infundibulum, serta membentuk jalinan kapilar pada amnesia disalurkan lewat vena portal hipofisis ke pleksus kapilar
mediana yang disebut pleksus kapilar primer. Yang kedua sekunder yang terdapat di pars distalis (lihat Gambar 13-2).
adalah sepasang arteri hipofisealis inferior yang terutama Kapilar pada kedua pleksus tadi berpori. Karena itu, hor-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 306
Traktus hipotala-
Arteri hipofiseal mohipofisis
superior Infundibulum
(tangkai)
Vena hipofiseal
Pars distalis
Gambar 13-2 Hipofisis dan
sistem sirkulasinya. ADH, hormon antidiuretik
mon neurosekretoris hipotalamus (yang dibuat oleh 䡲 Somatotropin-releasing hormone (SRH) merangsang
hipotalamus dan disimpan di eminensia mediana) masuk penglepasan somatotropin (hormon pertumbuhan).
ke dalam pleksus kapilar primer, dan disalurkan oleh vena 䡲Luteinizing hormone—releasing hormone (LHRH)
portal hipofisis (yang berjalan lewat infundibulum) ke merangsang penglepasan luteinizing hormone (LH) dan
dalam pleksus kapilar sekunder di lobus anterior. Di lobus
anterior, hormon neurosekretoris keluar dari darah dan
FSH.
merangsang atau menghambat sel parenkimal. Jadi, sistem 䡲Prolactin-releasing hormone (PRH)
portal hipofisis adalah sistem pasokan darah yang berperan merangsangpenglepasan prolaktin.
dalam pengaturan hormonal pars distalis oleh hipotalamus. 䡲Prolactin inhibitory factor (PIF) menghambat
Akson dari neuron yang badan selnya berada di sekresi prolaktin.
berbagai tempat di hipotalamus berakhir di sekitar pleksus
kapilar primer. Ujung akhir akson tersebut berbeda dari Berbagai efek fisiologik hormon hipofisis ditampilkan pada
akson lainnya, karena tidak menyalurkan sinyal ke sel lain,
Tabel 13-1.
melainkan melepaskan berbagai hormon (faktor)
penglepas (releasing factors) atau penghambat
(inhibiting factors) langsung ke dalam pleksus kapilar Adenohipofisis
primer. Hormon tersebut disalurkan oleh sistem portal
hipofisis ke dalam pleksus kapilar sekunder di pars
distalis, tempat hormon tersebut mengatur sekresi berbagai Hipofisis anterior (adenohipofisis) berkembang dari kantong
hormon hipofisis anterior. Berikut ini adalah hormon Rathke yang merupakan divertikulum pada ektoderm oral.
penglepas dan penghambat utama: Adenohipofisis terdiri atas pars distalis, pars intermedia, dan
pars tuberalis.
䡲 Thyroid-stimulating hormone (TSH)—releasing
hormone yang juga disebut thyrotropin-releasing Pars Distalis
hormone (TRH) merangsang penglepasan TSH.
䡲 Corticotropin-releasing hormone (CRH) merangsang Sel parenkimal pada pars distalis terdiri atas kromofil dan
penglepasan adrenokortikotropin. kromofob.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 307
Follicle-stimulating hormone Penglepas: LHRH Merangsang pertumbuhan folikel sekunder ovarium dan
(FSH) Penghambat: Inhibin (pada sekresi estrogen; merangsang sel Sertoli di tubulus
pria) seminiferus untuk memproduksi protein pengikat
androgen (androgen-binding protein)
Luteinizing hormone (LH) Penglepas: LHRH Membantu FSH dalam mendorong ovulasi, pembentukan
korpus luteum, dan sekresi progesteron dan estrogen,
menyebabkan umpan balik negatif pada hipotalamus
untuk menghambat LHRH pada wanita
Interstitial cell-stimulating Merangsang sel Leydig untuk mensekresi dan
hormone (ICSH) pada pria melepaskan testosteron, yang menjadi umpan balik
negatif pada hipotalamus untuk menghambat LHRH
pada pria
Thyroid-stimulating hormone Penglepas: TRH
(TSH) (tirotropin) Penghambat: Umpan balik
metabolisme Merangsang sintesis dan penglepasan hormon tiroid,
negatif melalui sistem saraf yang meningkatkan laju
pusat
CRH, corticotropin-releasing hormone; LHRH, luteinizing hormone—releasing hormone; PIF, prolactin inhibitory factor; PRH, prolactin¬releasing hormone;
SRH, somatotropin-releasing hormone; TRH, thyrotropin-releasing hormone.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 308
nya eksentrik, dan hanya memiliki sedikit organel. Granula Gonadotrof adalah sel bulat yang mengandung
sekretorisnya berdiameter 250 sampai 400 nm. Kortikotrof kompleks Golgi yang berkembang baik, dan banyak RER
mensekresi hormon adrenokortikotropik dan mitokondria. Diameter granula sekretorisnya beragam,
(adrenocorticotropic hormone, ACTH) dan hormon mulai dari 200 sampai 400 nm. Gonadotrof terletak dekat
lipotropik (lipotropic hormone, LPH). Sekresinya sinus, sensekresi FSH dan LH; terkadang LH disebut
dirangsang oleh CRH. ACTH merangsang sel korteks interstitial cell-stimulating hormone (ICSH), karena
suprarenal untuk melepaskan produk sekretorisnya. LH merangsang produksi hormon steroid oleh sel interstisial
Tirotrof terdapat di bagian dalam kelompokan sel pada testis. Masih belum jelas apakah terdapat dua
parenkim dan jauh dari sinudoid. Sel ini dapat dikenali dari subpopulasi gonadotrof, yaitu yang mensekresi FSH dan
granula sekretorisnya yang kecil (berdiameter 150 nm), yang yang mensekresi LH, atau kedua hormon dihasilkan oleh sel
mengandung TSH yang juga disebut tirotropin. Sekresinya yang sama, pada fase siklus sekretoris yang berbeda.
dirangsang oleh TRH dan dihambat oleh tiroksin (T4) dan Sekresi dirangsang oleh LHRH dan dihambat oleh
triiodotironin (T3) (hormon tiroid) dalam darah. berbagai hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan testis.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 310
Pars lntermedia Akson tak bermielin dari sel neurosekretoris, yang badan
selnya terletak di nukleus supraoptik dan
Pars intermedia terletak di antara pars distalis dan pars paraventrikular hipotalamus, mencapai hipofisis posterior
nervosa, dan mengandung kista yang merupakan sisa dan berakhir di dekat kapilar. Akson tersebut membentuk
kantong Rathke. traktus hipotalamohipofisis dan merupakan bagian terbesar
hipofisis posterior. Sel neurosekretoris nukleus supraoptik
dan paraventrikular mensistesis dua hormon, yaitu:
Pars intermedia dicirikan oleh banyak kista berisi koloid vasopressin (antidiuretic hormone [ADH]) dan
yang dilapisi oleh sel kuboid (kista Rathke) yang oksitosin. Suatu protein karier, yaitu neurofisin, juga
merupakan sisa ektoderm dari kantong Rathke. Pars dihasilkan oleh sel tersebut, dan terikat pada masing-masing
intermedia, atau pada manusia dewasa lebih tepat disebut hormon saat hormon tersebut berjalan ke bawah lewat
zona intermedia, terkadang mengandung deretan basofil akson ke hipofisis posterior, tempat hormon dilepaskan dari
di sepanjang jalinan kapilar. Basofil tersebut mensintesis ujung akson ke dalam aliran darah.
prohormon pro-opiomelanokortin (pro-opiometanocortin,
POMC), yang mengalami pemotongan pasca-translasi
untuk menjadi a-melanocyte-stimulating hormone (a- Pars Nervosa
MSH), kortikotropin, b-fipotropin, dan b-endorfin. Akan
tetapi, diduga bahwa POMC sebenarnya dihasilkan oleh sel Pars nervosa dari hipofisis posterior menerima
kortikotropin lobus anterior, sedangkan pars (zona) ujung traktus hipotalamohipofisis neurosekretoris.
intermedia pada manusia bersifat rudimenter. Walaupun a-
MSH merangsang produksi melanin pada hewan tingkat
rendah, pada manusia a-MSH merangsang penglepasan Sebenarnya, pars nervosa hipofisis posterior bukanlah
prolaktin dan karenanya disebut prolactin-releasing kelenjar endokrin. Ujung akhir distal dari akson traktus
factor. hipotalamohipofisis (Gambar 13-5) berakhir di pars nervosa
dan menyimpan neurosekret yang dihasilkan oleh badan
selnya yang terletak di hipotalamus. Akson tersebut disokong
Pars Tuberalis oleh sel mirip-sel glia yang disebut pituisit. Walaupun hanya
inti pituisit yang dapat terwarna sehingga dapat dilihat dengan
Pars tuberalis menyelubungi tangkai hipofisis dan tersusun mikroskop cahaya, mikrograf elektron membuktikan bahwa
atas sel basofil kuboid sampai kolumnar rendah. ada populasi akson yang mengandung granula bersalut mem-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 311
KORELASI KLINIS
Adenoma hipofisis adalah tumor yang umum
terdapat di hipofisis anterior. Pertumbuhan dan
Gambar 13-5 Mikrograf cahaya pars nervosa hipofisis menampilkan pembesarannya dapat menekan produksi hormon
pituisit (P) dan badan Herring (panah) (132x). Badan Herring adalah
pelebaran ujung serat saraf tempat produk neurosekretoris, yaitu vasopresin sel sekretoris lain di pars distalis. Bila dibiarkan,
(hormon antidiuretik) dan oksitosin disimpan. adenoma ini dapat mengikis tulang dan jaringan
saraf lain di sekitarnya.
Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh lesi
bran yang berisi vasopressin dan populasi lainnya yang di hipotalamus atau pars nervosa yang menurunkan
berisi oksitosin. Badan sel dari neuron yang mensekresi produksi ADH oleh sel neurosekretoris yang ujung
vasopressin terutama terletak di nukleus supraoptik dari aksonnya terletak di neurohipofisis. Keadaan ini
hipotalamus, sedangkan badan sel dari neuron yang menyebabkan disfungsi ginjal, yang menyebabkan
mensekresi oksitosin terutama terletak di nukleus ginjal tidak cukup meresorpsi air, dan
paraventrikular dari hipotalamus. Kedua hormon peptida mengakibatkan poliuri (banyak pengeluaran urin)
tersebut berjalan ke bawah di sepanjang akson dari neuron dan dehidrasi.
yang memproduksinya, bersama-sama dengan protein
prekursor yang disebut neurofisin. Saat kedua hormon
mencapai pars nervosa hipofisis, hormon tersebut
mengalami pematangan dan terpotong dari prekursornya. KELENJAR TIROID
Pewarnaan krom-alum hematoksilin menunjukkan pelebaran
akson yang terwarna biru-hitam dengan mikroskop cahaya;
pelebaran akson tersebut disebut badan Herring, yang Kelenjar tiroid terletak di bagian anterior leher, dan
merupakan akumulasi granula neurosekretoris (lihat Gambar mensekresi hormon tiroksin, triiodotironin,dan kalsitonin.
13-5) yang tidak hanya terdapat di ujung akson, tetapi juga
di sepanjang akson. Bila ada rangsang saraf, isi granula tadi Hormon T4 dan T3 (yang sekresinya di bawah kontrol TSH
dilepaskan ke ruang perivaskular di dekat kapilar bertingkap yang dihasilkan oleh hipofisis anterior) merangsang laju
yang terdapat pada pleksus kapilar. metabolisme. Hormon lainnya, kalsitonin, membantu
Target vasopressin (ADH) adalah duktus koligens ginjal, menurunkan kadar kalsium darah dan memudahkan
tempat vasopressin memodulasi permeabilitas membran pla- penyimpanan kalsium di tulang (Tabel 13-2).
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:34 PM Page 312
TABLE 13-2 Hormon dan Fungsi Kelenjar Tiroid, Paratiroid, Adrenal, dan Pineal
Hormon Fungsi
Hormon Sumber sel Pengatur
Kelenjar Tiroid
Tiroksin (T4) dan Sel folikular Thyroid-stimulating Memfasilitasi transkripsi gen yang berperan pada
triiodotironin (T3) hormone (TSH) sintesis protein; meningkatkam
metabolisme selular, laju perrtumbuhan;
memfasilitasi proses mental; meningkatkan aktivitas
kelenjar endokrin; merangang metabolisme
karbohidrat dan lemak; menurunkan kolesterol,
fosfolipid, dan trigliserida; meningkatkan asam
lemak; menurunkan berat badan; meningkatkan
denyut jantung, respirasi, aksi otot
Kalsitonin Sel Mekanisme umpan
Menurunkan kadar kalsium plasma dengan
(tirokalsitonin) parafolikular balik dengan paratiroid
menekan resorpsi tulang
Kelenjar Paratiroid
Mineralokortikoid: Angiotensin II dan Kontrol volume cairan tubuh dan kadar elektrolit
aldosteron dan Sel zona hormon dengan mempengaruhi tubulus distal ginjal, yang
deoksikortikosteron glomerulosa adrenokortikotropik menyebabkan ekskresi kalsium dan resorpsi natrium
(ACTH)
Glukokortikoid: Sel zona Mengatur metabolisme karbohidrat, lemak, dan
ACTH protein; menurunkan sintesis protein, meningkatkan
kortisol dan fasikulata
kortikosteron (spongiosit) asam amino darah;
merangsang glukoneogenesis dengan mengaktifkan
hati untuk mengubah asam amino menjadi glukosa;
melepaskan asam lemak dan gliserol; bertindak
sebagai bahan anti-inflamasi; menurunkan
permeabilitas kapilar; menekan respons imun
Androgen: Sel zona ACTH Menimbulkan ciri maskulinisasi ringan
dehidroepiandrosteron retikularis
dan androstenedion
Medula Suprarenal
Sel
Sel
parafolikular
folikular
TG
F
KELENJAR TIROID
PG
Sel oksifil
Gambar 13-7 Mikrograf cahaya kelenjar tiroid dan paratiroid (132x).
Amati folikel berisi koloid (F) pada kelenjar tiroid (TG) di bagian atas
Sel utama gambar. Di bagian bawah tampak kelenjar paratiroid (PG), yang
dibuktikan oleh adanya sel utama dan oksifil.
Kapsula
(simpai)
Pembuluh darah
KELENJAR PARATIROID
Kelenjar tiroid terletak di anterior perbatasan tulang Berbeda dari kebanyakan kelenjar endokrin, yang
rawan tiroid dan krikoid, tepat di inferior laring (Gambar menyimpan produk sekretorisnya di dalam sel parenkim,
13-6). Kelenjar ini terdiri atas lobus kanan dan lobus kiri, kelenjar tiroid menyimpan produk sekretorisnya dalam
yang saling dihubungkan oleh ismus. Pada beberapa orang lumen folikel (Gambar 13-7). Folikel adalah bangunan
kelenjar ini mempunyai lobus tambahan, yaitu lobus bulat mirip-kista berdiameter 0,2 sampai 0,9 mm, dan
piramidal, yang menjulur ke atas dari ismus sebelah kiri. tersusun atas epitel selapis kuboid yang membungkus lumen
Lobus pyramidal adalah sisa embriologik calon tiroid yang berisi koloid. Tiap folikel dapat menyimpan pasokan
terdapat di sepanjang perjalanan ke bawah dari asalnya di hormon untuk kebutuhan selama beberapa minggu di dalam
dalam lidah lewat duktus tiroglosus. koloidnya. Hormon T4 dan T3 disimpan dalam koloid dan
Kelenjar tiroid dibungkus oleh kapsula (simpai) jaringan terikat pada glikoprotein sekretoris besar (660.000 Da),
ikat padat kolagen irregular yang tipis, yang merupakan yaitu tiroglobulin. Saat hormon akan dilepaskan,
derivat fasia servikal dalam (deep cervical fascia). Jaringan tiroglobulin terikat-hormon diendositosis dan hormon
ikat simpai masuk ke dalam kelenjar sebagai septa yang dilepaskan dari tiroglobulin lewat pemotongan oleh protease
membagi kelenjar menjadi banyak lobulus. Pada permukaan lisosomal.
Septa jaringan ikat yang berasal dari jaringan ikat simpai
posterior kelenjar tiroid, terdapat kelenjar paratiroid yang
masuk ke dalam jaringan parenkim bersama dengan
ikut diselubungi oleh simpai kelenjar tiroid.
pembuluh darah, pembuluh limf, dan serat saraf. Elemen
jaringan ikat tipis yang terutama tersusun atas serat retikulin
Susunan Selular dan kaya akan pleksus kapilar membungkus tiap folikel,
tetapi terpisah dari sel folikular dan parafolikular oleh
Folikel tiroid adalah unit struktural dan fungsional kelenjar
lamina basal tipis. Terkadang, sel folikular dari folikel
tiroid.
yang berdampingan saling bersinggungan dan memutus
kontinuitas lamina basal.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 314
Lisosom berfusi
Vesikel apikal dengan tetes
berisi Oksidasi koloid
tiroglubin iodida
Sintesis T3, T4
tiroglobulin
Gambar 13-9 Sintesis dan iodinasi tiroglobulin (A) dan penglepasan hormon tiroid (B).
lin mengandung kurang dari empat molekul T4 dan kurang Efek Fisiologik Triiodotironin dan Tiroksin
dari 0,3 residu T3. Triglobulin teriodinasi kemudian
dilepaskan oleh sel folikular ke dalam koloid dan disimpan Sesudah berada dalam aliran darah, T3 dan T4 berikatan
di sana. dengan protein-pengikat plasma dan secara perlahan dilepas
ke jaringan dan mencapai sel targetnya. Sesudah memasuki
Sekresi Hormon Tiroid (T3 sitoplasma sel target, T3 dan T4 berikatan dengan protein
dan T4) intrasel dan digunakan secara perlahan-lahan dalam jangka
beberapa hari sampai beberapa minggu. Karena hanya
hormon bebas yang dapat masuk ke dalam sel target dan
TSH merangsang sel folikular kelenjar tiroid
untuk mensekresi T3 dan T4 ke dalam aliran
karena ikatan T3 dengan protein-pengikat plasma lebih lemah
darah.
daripada T4, maka T3 lebih mudah masuk ke dalam sel target
daripada T4. Selain itu, baik T3 maupun T4, berikatan dengan
protein reseptor hormon tiroid di inti (nuclear thyroid
TSH, yang disekresi oleh basofil pada hipofisis anterior, hormone receptor proteins), tetapi T3 berikatan dengan
berikatan dengan reseptor TSH di plasmalema basal dari sel afinitas yang jauh lebih tinggi daripada T4, dan karenanya
folikular. Ikatan TSH dengan reseptornya memfasilitasi aktivitas biologis T3 lebih besar daripada T4.
pembentukan filopodia pada membran sel bagian apikal, Kedua hormon tersebut menstimulasi transkripsi banyak
diikuti oleh endositosis sebagian kecil koloid. Vesikel gen yang mengkode berbagai jenis protein (lihat Tabel
sitoplasmik berisi koloid menyatu dengan endosom awal 13-2), yang berakibat pada peningkatan umum laju
(early endosome) atau akhir (late endosome). Di dalam metabolisme sel yang dapat mencapai dua kali lipat laju saat
endosom, residu teriodinasi dipotong dari tiroglobulin oleh istirahat. T3 dan T4 juga meningkatkan laju pertumbuhan
protease dan ditransfer ke dalam sitosol sebagai MIT, DIT, pada anak, memfasilitasi proses mental, dan menstimulasi
T3, dan T4 bebas. aktivitas kelenjar endokrin.
Umumnya, hormon tiroid menstimulasi metabolisme
MIT dan DIT kemudian dilepas dari iodin oleh enzim
karbohidrat. Hormon tiroid menurunkan sintesis kolesterol,
iodotirosin dehalogenase, dan baik iodin maupun asam
fosfolipid, dan trigliserida, tetapi meningkatkan sintesis
amino tirosin kembali ke dalam tempat penyimpanannya di
asam lemak dan pengambilan berbagai vitamin. Peningkatan
sitosol untuk digunakan bila dibutuhkan.
produksi hormon tiroid juga menurunkan berat badan, dan
T3 dan T4, disekresi lewat bagian basal plasmalemma sel meningkatkan denyut jantung, metabolisme, respirasi, fungsi
folikular, masuk ke ruang antar sel pada jaringan ikat di otot, dan nafsu makan. Kelebihan jumlah hormon tiroid
dalam tiroid, dan diedarkan lewat aliran darah. Walaupun T4 menyebabkan tremor otot, kelelahan, impotensi pada pria,
mencakup 90% dari hormon tiroid yang dilepaskan, tetapi T4 dan berkurangnya atau hilangnya perdarahan menstrual pada
tidak seefektif T3. wanita.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 316
bal sekitar 2 mm. Beratnya sekitar 25 sampai 50 mg. eosin terwarna lebih merah daripada sel utama. Sel oksifil
Simpai jaringan ikatnya meluas dan memasuki kelenjar dapat tampil berkelompok maupun menyendiri. Sel tersebut
sebagai septa, yang berjalan bersama pembuluh darah, mengandung lebih banyak mitokondria dibanding sel utama,
pembuluh limf, dan saraf. Septa terutama berperan tetapi aparat Golginya kecil, dan RERnya sedikit. Glikogen
menunjang parenkima dan terdiri atas deretan atau juga berada di sitosol dan dikelilingi oleh mitokondria.
kelompokan sel epitel yang diselubungi serat retikulin,
yang juga menunjang parenkima dan jalinan kaya kapilar. Efek Fisiologik
Pada individu dewasa yang lebih tua, stroma jaringan
ikatnya sering mengandung beberapa sampai banyak sel
Hormon Paratiroid
adiposa, yang dapat mencapai 60% dari kelenjar.
Parenkima kelenjar paratiroid tersusun atas dua jenis sel, PTH, yang dihasilkan oleh sel utama kelenjar paratiroid,
yaitu sel utama (chief cells) dan sel oksifil (lihat Gambar membantu mempertahankan konsentrasi ion kalsium (8,5
13-7). sampai 10,5 mg/dL) dalam cairan ekstrasel maupun plasma.
Hormon ini bekerja pada sel tulang, ginjal, dan, secara tak
langsung pada sel usus, yang menyebabkan peningkatan
Sel Utama (Chief Cells) konsentrasi ion kalsium cairan tubuh (lihat Tabel 13-2). Saat
konsentrasi ion kalsium cairan tubuh berada di bawah
Sel utama (chief cells) mensintesis hormon paratiroid. normal, sel utama meningkatkan produksi dan penglepasan
PTH, dan dengan cepat menggandakan sekresinya menjadi
10 kali lipat laju sekresi normalnya. Respons cepat ini
Sel parenkima fungsional utama pada kelenjar paratiroid sangat penting, terutama karena banyaknya fungsi kalsium
adalah sel utama yang terwarna agak eosinofilik dalam homeostasis, diantaranya yaitu menstabilkan gradien
(berdiameter 5 sampai 8 µm) yang mengandung granula ion lewat plasmalema sel otot dan saraf, dan perannya
pigmen lipofusin yang tersebar di seluruh sitoplasmanya. dalam penglepasan neurotransmiter pada ujung akhir akson.
Granula padat yang lebih kecil, berdiameter 200 to 400 nm,
muncul dari kompleks Golgi dan bergerak menuju bagian Interaksi PTH dan kalsitonin merupakan mekanisme
perifer sel, adalah granula sekretoris yang mengandung ganda dalam pengaturan kadar kalsium dalam darah: PTH
hormon paratiroid (PTH). Mikrograf elektron juga berperan meningkatkan kadar kalsium serum, sedangkan
menampilkan kompleks Golgi jukstanuklir, mitokondria kalsitonin berefek sebaliknya.
panjang, dan banyak RER. Terkadang, desmosom Pada tulang, PTH mengikat reseptor pada osteoblas,
menautkan dua sel utama yang berdekatan. Sebuah silia memberi isyarat pada sel tersebut untuk meningkatkan
tunggal dapat menjulur ke dalam ruang antarsel. Beberapa sekresi osteoclast-stimulating factor. Faktor tersebut
sel utama mengandung kompleks Golgi yang lebih kecil, menginduksi aktivasi osteoklas, dan karenanya meningkatkan
sedikit granula sekretoris, dan sejumlah besar glikogen; sel resorpsi tulang yang berakhir dengan penglepasan ion
tersebut diduga berada dalam fase inaktif. kalsium ke dalam darah (lihat Bab 7). Pada ginjal, PTH
Prekursor hormon paratiroid, yaitu hormon mencegah lepasnya kalsium ke dalam urin. Terakhir, PTH
preproparatiroid, disintesis pada ribosom di RER dan mengontrol laju ambilan kalsium di traktus gastrointestinal
dengan cepat dipotong menjadi hormon proparatiroid dan secara tidak langsung, dengan cara mengatur produksi
sebuah polipeptida, dan ditransport ke lumen RER. Setelah vitamin D di ginjal; vitamin D penting pada ambilan kalsium
mencapai kompleks Golgi, hormon proparatiroid dipotong oleh usus. Vitamin D berfungsi menstimulasi mukosa
lagi menjadi PTH dan sebuah polipeptida kecil. Hormon intestinal untuk mereabsorbsi kalsium dengan cara
kemudian dikemas ke dalam granula sekretoris dan dilepas menginduksi sel epitel pada vilus intestinal untuk membentuk
lewat permukaan sel secara eksositosis. protein pengikat-kalsium yang terlokalisasi pada mikrovili
dan memudahkan transport kalsium ke dalam sel epitel
tersebut.
Sel Oksifil
Jenis sel kedua pada kelenjar paratiroid adalah sel oksifil. Kelenjar suprarenal menghasilkan dua kelompok
Fungsinya belum diketahui, walaupun sel oksifil dan sel hormon yang berbeda, yaitu: steroid dan katekolamin.
ketiga, yang disebut sel intermedia, kemungkinan adalah
jenis sel yang sama dengan sel utama (yang sedang berada Kelenjar suprarenal terletak di kutub superior ginjal dan
pada fase aktif bersekresi), yang berada dalam fase inaktif. terbenam dalam jaringan adiposa. Kelenjar suprarenal kanan
Sel oksifil jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih dan kiri bukanlah gambaran cermin satu sama lain; kelenjar
besar (diameternya 6 sampai 10 µm), dan dengan suprarenal kanan berbentuk piramid
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 318
Capsula (simpai)
Zona glomerulosa
Zona fasikulata Korteks
Zona retikularis
Medulla
Hormon:
Arteri
kapsular
Mineralokortikoid
(mis. aldosteron)
Kapsula
(simpai)
Zona
glomerulosa
Glukokortikoid
(mis. kortison)
dan
Terminal
praganglion simpatis
Zona Adrenalin
retikularis
Terminal
praganglion simpatis
Medula Noradrenalin
zona retikularis (Gambar 13-12; juga lihat Gambar 13-10). Ketiga kelas hormon korteks adrenal adalah:
Walaupun masing-masing dari ketiga zona korteks suprarenal mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen, yang
mensekresi hormon spesifik, perlu diingat bahwa batas ketiga seinuanya disintesis dari kolesterol, yang merupakan
zona tadi tidak je1as; jadi lebih baik menganggap korteks komponen utama low-density lipoprotein. Kolesterol
sebagai unit sekresi untuk ketiga kelas hormon korteks diambil dari darah dan disimpan dalam bentuk ester di dalam
adrenal. tetes lemak dalam sitoplasma sel korteks adrenal. Keti-
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 320
ka sel tersebut dirangsang, kolesterol dilepas dan digunakan junction) kecil menggabungkan sel satu dengan sel lainnya,
untuk sintesis hormon pada endoplasma retikulum dan beberapa sel mempunyai mikrovili pendek.
halus (SER) oleh enzim yang ada di sana dan dalam Sel parenkimal pada zona glomerulosa mensintesis dan
mitokondria. Produk-antara (intermediate products) dari mensekresi hormon mineralokortikoid, terutama
hormon yang sedang disintesis ditranfer antara SER dan aldosteron dan sejumlah deoksikortikosteron. Sintesis
mitokondria sampai hormon final dihasilkan. hormon tersebut distimulasi oleh angiotensin II dan
ACTH, yang keduanya dibutuhkan untuk keberadaan
Zona Glomerulosa normal sel zona glomerulosa. Fungsi hormon
mineralokortikoid adalah mengontrol keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh dengan cara mempengaruhi fungsi
Sel parenkimal zona glomerulosa, saat distimulasi
tubulus ginjal, yaitu tubulus kontortus distal (lihat bab 19).
angiotensin II dan ACTH, mensistesis dan melepaskan
hormon aldosteron dan deoksikortikosteron.
Zona Fasikulata
Cincin konsentrik terluar sel parenkimal yang terletak tepat
Sel parenkimal zona fasikulata (spongiosit), bila distimulasi
di bawah kapsula suprarenal adalah zona glomerulosa, yang
oleh ACTH, mensintesis dan melepaskan hormon kortisol
mencakup sekitar 13% volume total adrenal (lihat Gambar
dan kortikosteron.
13-10). Sel kolumnar kecil yang membentuk zona ini
tersusun berkelompok. Intinya yang kecil dan terwarna gelap
mengandung satu atau dua anak inti. Sitoplasmanya Lapisan konsentrik bagian tengah korteks suprarenal adalah
asidofilik dan mengandung banyak SER yang meluas, zona fasikulata, yang merupakan lapisan korteks yang
mitokondria pendek dengan krista mirip-rak (shelf-like ), terbesar dan mencakup sampai 80% volume total kelenjar.
kompleks Golgi yang berkembang baik, banyak RER, dan Zona ini mengandung kapilar sinusoidal yang tersusun
ribosom bebas. Beberapa tetes lemak juga tersebar dalam longitudinal di antara kolom sel parenkimal. Sel di lapisan ini
sitoplasma. Terkadang desmosom dan taut salur (gap bentuknya polihedral dan ukurannya lebih besar dari sel di
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 321
Histofisiologi Korteks
Suprarenal
Mineralokortikoid
Gambar 13-12 Mikrograf cahaya korteks kelenjar suprarenal (132x).
Amati zona glomerulosa (G) dan zona fasikulata (F).
Mineralokortikoid yang disekresi oleh zona glomerulosa
terutama terdiri atas aldosteron, dan juga sejumlah
deoksikortikosteron. Target hormon tersebut antara lain
zona glomerulosa. Selnya tersusun membentuk kolom radial mukosa lambung, kelenjar liur, dan kelenjar keringat, tempat
yang tebalnya satu atau dua sel, dan terwarna asidofilik hormon tersebut menstimulasi absorbsi natrium. Akan tetapi,
lemah. Karena sitoplasmanya mengandung banyak tetes target utamanya adalah sel tubulus kontortus distal pada
lemak, yang larut saat pemrosesan histologik, selnya ginjal, tempat hormon menstimulasi pengaturan
tampak bervakuol dan disebut spongiosit. Spongiosit keseimbangan cairan dan homeostasis natrium dan kalium,
mempunyai mitokondria bulat dengan krista tubular dan dengan cara mengabsorbi natrium dan mengekskresi kalium.
vesikular, jalinan SER yang meluas, beberapa RER,
lisosom, dan granula pigmen lipofusin.
Sel zona fasikulata mensintesis dan mensekresi hormon Glukokortikoid
glukokortikoid, yaitu: kortisol dan kortikosteron.
Sintesis hormon tersebut distimulasi oleh ACTH. Glukokortikoid, yang dihasilkan oleh zona fasikulata,
Glukokortikoid berfungsi dalam kontrol metabolisme antara lain hidrokortison (kortisol) dan
karbohidrat, lemak, dan protein. kortikosteron. Hormon steroid tersebut mempunyai
fungsi beragam yang mempengaruhi sebagian besar
Zona Retikularis jaringan tubuh, dan juga mengontrol metabolisme umum.
Sel zona retikularis apabila distimulasi oleh ACTH akan Glukokortikoid berefek anabolik pada hati, yaitu
mensintesis dan melepaskan dehidroepiandrosteron, memudahkan pengambilan asam lemak, asam amino, dan
androstenedion, dan beberapa macam glukokortikoid. karbohidrat untuk sintesis glukosa dan polimerisasi glikogen;
akan tetapi, pada jaringan lain, glukokortikoid bersifat
Lapisan terdalam korteks suprarenal disebut zona retikularis, katabolik. Misalnya, pada adiposit, glukokortikoid
dan mencakup sekitar 7% volume kelenjar. Pada lapisan ini, menstimulasi lipolisis, dan pada otot menstimulasi
selnya terwarna sangat asidofilik dan susunan selnya proteolisis. Apabila kadar glukokortikoid dalam sirkulasi di
membentuk tali-temali yang saling beranastomosis. atas normal, glukokortikoid mempengaruhi respons anti-
Selnya
inflamasi dengan cara menghambat infiltrasi makrofag
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 322
Androgen Lemah
CC
Androgen yang disekresi oleh zona retikularis adalah
dehidroepiandrosteron dan androstenedion; keduanya
adalah hormon seks maskulinisasi yang efeknya jauh di
bawah efek maskulinisasi dari hormon yang dihasilkan oleh V
testes. Pada keadaan normal, pengaruh hormon tersebut
tidak bermakna.
KORELASI KLINIS
Gambar 13-13 Mikrograf cahaya medula kelenjar suprarenal (270x).
Penyakit Addison ditandai oleh kurangnya Perhatikan sel kromafin (CC) yang intinya (N) mengandung sebuah anak inti
sekresi hormon korteks adrenal yang disebabkan (n). Amati pasokan arteri yang kaya dan sistem vena (V) medula suprarenal.
oleh destruksi korteks suprarenal. Penyebab paling
sering penyakit ini adalah proses autoimun;
penyebab lain adalah sekuele tuberkulosis atau jaringan ikatnya dan sel ganglion simpatis, yang tersebar di
penyakit infeksi lainnya. Bila tidak diobati dengan seluruh jaringan ikatnya.
steroid, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Cushing (hiperadrenokortisisme) Sel Kromafin
disebabkan oleh tumor kecil pada hipofisis anterior,
yang selnya terdiri atas basofil yang menyebabkan
peningkatan produksi ACTH. Kelebihan ACTH Medula suprarenal berfungsi sebagai ganglion
menyebabkan pembesaran kelenjar suprarenal dan simpatis termodifikasi, yang mengandung sel
hipertrofi korteks suprarenal, yang mengakibatkan pascaganglon simpatis yang tidak mempunyai
kelebihan produksi kortisol. Pasiennya akan dendrit dan akson.
mengalami obesitas terutama di wajah, leher dan
badan, dan juga mengalami osteoporosis dan atrofi Sel kromafin pada medula suprarenal adalah sel epiteloid
otot (muscle wasting). Penderita laki-laki menjadi besar yang tersusun membentuk kelompokan atau deretan
impoten, dan penderita perempuan mengalami pendek; sel tersebut mengandung granula yang tewarna
amenore. coklat tua dengan garam kromafin. Reaksi pada granula yang
menyebabkannya terwarna dengan garam kromafin
Medula Suprarenal menandakan bahwa sel tersebut mengandung katekolamin,
yaitu transmiter yang dihasilkan oleh sel pascaganglion
Sel kromafin medula suprarenal adalah neuron sistem saraf simpatis. Jadi, medula suprarenal berfungsi
pascaganglion yang mengalami modifikasi sehingga sebagai ganglion simpatis termodifikasi, yang mengandung
berfungsi sekretoris. sel pascaganglion simpatis yang tidak mempunyai dendrit
dan akson. Katekolamin yang disintesis oleh sel kromafin
adalah transmiter simpatis, yaitu epinefrin dan
Bagian tengah kelenjar suprarenal disebut medula norepinefrin (Gambar 13-14). Transmiter tersebut disekresi
suprarenal dan seluruhnya diliputi oleh korteks suprarenal. oleh sel kromafin sebagai jawaban atas rangsang nervus
Medula suprarenal berkembang dari sel krista neural yang splanknikus simpatis (kolinergik) praganglion
berasal ektodermal dan mengandung dua populasi sel (preganglionic sympathetic [cholinergic ] splanchnic
parenkimal, yaitu: sel kromafin (Gambar 13-3) yang nerves ). Tiap sel kromafin primata, termasuk manusia,
menghasilkan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) mempunyai kemampuan untuk memproduksi baik epinefrin
dan sel ganglion simpatis, yang tersebar di seluruh maupun norepinefrin, dan menyimpannya di dalam
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 323
ER
M
SG
vesikel skretoris. Walaupun mikrograf elektron menunjukkan di dalam membran pembatas granula, sedangkan granula sel
bahwa ada dua macam vesikel sekretoris, yaitu yang densitas kromafin penyimpan epinefrin tampak homogen dan kurang
elektronnya tinggi dan rendah, perbedaan densitas mungkin padat. Sel kromafin primata mempunyai kompleks Golgi
menunjukkan tingkat kematangan epinefrin (maturational yukstanuklir yang berkembang baik, beberapa RER dan
state of epinephrine ) dan bukan menandakan adanya dua banyak mitokondria. Ciri khas untuk mengidentifikasi sel
jenis katekolamin. kromafin adalah adanya sekitar 30.000 granula kecil padat
Pada beberapa hewan, tetapi tidak pada primata dan bersalut membran dalam sitoplasmanya; sekitar 20% granula
manusia, ada dua jenis sel kromafin yang dapat dibedakan tersebut mengandung epinefrin atau norepinefrin. Granula
dengan pewarnaan histokimia, yaitu: yang memproduksi dan lainnya mengandung adenosin trifosfat, enkefalin, dan
menyimpan norepinefrin dan yang memproduksi dan protein larut yang disebut kromagranin. Kromagranin
menyimpan epinefrin. Granula sel penyimpan norepinefrin adalah protein yang diyakini mengikat epinefrin dan
mempunyai teras padat-elektron yang letaknya eksentrik norepinefrin.
Ch013-X2945.qxd 12/8/06 3:35 PM Page 324
BS
Pi
Pinealosit adalah sel parenkimal kelenjar pineal yang Sel interstisial kelenjar pineal diyakini merupakan sel
mensekresi melatonin. mirip-astroglia (astroglia-like cells).
Pinealosit adalah sel yang terwarna agak basofilik dan Sel interstisial, yang diyakini merupakan sel mirip astroglia,
mempunyai satu atau dua juluran panjang sitoplasma yang tersebar di antara pinealosit dan terutama banyak terdapat di
ujungnya melebar. Pelebaran tersebut berada di dekat tangkai kelenjar pineal yang menuju diensefalon. Sel ini
kapilar, dan terkadang di dekat sel parenkimal lain. Intinya mempunyai inti memanjang yang terwarna gelap, dan RER
bulat dan mengandung sebuah anak inti mencolok. yang berkembang baik; beberapa sel mempunyai deposit
Sitoplasmanya mengandung SER dan RER, aparat Golgi glikogen. Juluran panjang sitoplasmanya kaya akan filamen
kecil, banyak mitokondria, dan vesikel sekretoris kecil yang intermedia, mikrotubul, dan mikrofilamen.
beberapa diantaranya mempunyai teras padat-elektron. Kelenjar pineal juga mengandung konkremen
Pinealosit juga mengandung sitoskeleton yang berkembang (concretions) kalsium fosfat dan karbonat, yang mengendap
baik, yang terdiri atas mikrotubul, mikrofilamen, dan dalam bentuk cincin konsentris di sekeliling matriks organik.
bangunan tubular padat yang dilekati oleh elemen vesikular Bangunan tersebut dikenal sebagai corpora arenacea atau
bulat. Bangunan khas tersebut adalah pita sinaptik "pasir otak" ("brain sand"), yang muncul pada awal masa
(synaptic ribbons) (yang juga terdapat di retina dan kanak-kanak, dan bertambah ukurannya selama hidup.
telinga dalam). Pita sinaptik jumlahnya meningkat selama Walaupun cara terbentuk dan fungsi pasir otak ini belum jelas,
periode gelap siklus diurnal, tetapi fungsinya belum jelas. pasir otak ini bertambah selama masa terang yang pendek, dan
Melatonin, yang disintesis oleh pinealosit dari triptofan, berkurang saat kelenjar pineal aktif bersekresi.
dan dilepaskan pada malam hari, menghambat penglepasan
hormon pertumbuhan oleh hipofisis, dan gonadotropin oleh
hipotalamus. Diduga, melatonin menginduksi perasaan Histofisiologi Kelenjar Pineal
mengantuk, dan karenanya, beberapa orang
menggunakannya sebagai suplemen untuk mengatasi Walaupun kelenjar pineal terhubung dengan garis tengah
gangguan tidur, gangguan suasana hati (mood), dan depresi. otak dan merupakan tonjolan atap diensefalon, tidak ada
serat saraf aferen atau eferen asal-otak yang memasuki
KORELASI KLINIS kelenjar. Sebaliknya, badan pineal dipersarafi oleh saraf
simpatis pascaganglion dari ganglion servikal superior.
Diduga melatonin dapat memproteksi susunan saraf Saat akson memasuki kelenjar, selubung mielinnya
pusat karena mampu menyapu (scavenge) dan menghilang dan akson bersinaps dengan pinealosit.
mengeliminasi radikal bebas yang terbentuk saat stres Norepinefrin yang dilepaskan pada pinealosit mengontrol
oksidatif. Selain itu, ada teori yang mengatakan produksi melatonin (lihat Tabel 13-2). Sintesis hormon
bahwa melatonin dapat mengubah mood manusia, dan pineal mengikuti ritme diurnal, yaitu meningkat saat periode
menyebabkan depresi selama siang hari yang gelap dan dihambat saat periode terang. Melatonin dilepas
memendek di bulan-bulan musim dingin. Ada laporan ke ruang antarsel untuk disebarkan lewat pembuluh darah,
yang mengatakan bahwa pajanan sinar buatan yang sedangkan serotonin diambil oleh ujung akson prasinaps.
terang dapat mengurangi sekresi melatonin, dan Penelitian lanjutan pada kelenjar pineal dipusatkan pada
karenanya akan mengurangi depresi. hormon pineal dan fungsinya.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 327
14 䡲 䡲 䡲
Integumen
Integumen, tersusun atas kulit dan turunannya, berupa kelenjar keringat dan kelenjar sebasea) menyebabkan
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, rambut dan pertemuan epidermis dermis tidak teratur.
kuku, merupakan organ terbesar tubuh dan menyusun Hipodermis, jaringan ikat longgar mengandung berbagai
16% dari total berat tubuh. Kulit meliputi seluruh jumlah lemak yang terletak di bawah kulit. Hipodermis bukan
permukaan tubuh, menjadi kontinyu dengan membran merupakan bagian dari kulit namun bagian fasia superfisial
mukosa sistem pencernaan (pada bibir dan anus), sistem (dari potongan anatomi makroskopik) yang menyelubungi
respirasi (pada hidung), dan sistem urogenital. Sebagai seluruh tubuh, tepat di bawah kulit. Orang yang kelebihan
tambahan, kulit kelopak mata menjadi kontinyu dengan nutrisi atau yang tinggal pada iklim dingin mempunyai lemak
konjungtiva pada bagian anterior orbita. Kulit juga yang banyak pada fasia superfisial (hipodermis) yang
melapisi meatus auditori eksterna dan melapisi dinamakan panikulus adiposus.
permukaan luar membran timpani.
Pada daerah tertentu pada tubuh, kulit memperlihatkan
tekstur dan ketebalan yang berbeda. Sebagai contoh, kulit
KULIT pada kelopak mata lembut, halus dan tipis serta mempunyai
rambut halus, sedangkan pada jarak yang dekat dengannya,
Kulit, merupakan organ terbesar tubuh, tersusun atas yakni pada alis, kulit lebih tebal dan mempunyai rambut
epidermis pada bagian atas dan dermis pada bagian yang kasar. Kulit pada kening memproduksi sekret
bawah. berminyak; kulit pada dagu tidak banyak memproduksi
sekret berminyak namun mempunyai banyak rambut (pada
kaum lelaki).
Kulit mempunyai banyak fungsi selain menyelubungi
jaringan lunak di bawahnya, termasuk (1) proteksi Telapak tangan dan telapak kaki termasuk kulit tebal dan
terhadap jejas, invasi bakteri dan desikasi /evaporasi; (2) tidak memproduksi rambut namun mengandung banyak
pengaturan temperatur tubuh; (3) reseptor sensasi kelenjar keringat. Permukaan jari jemari mempunyai rigi dan
dari lingkungan secara terus menerus (seperti sentuhan, lekuk yang berselang-seling serta berbatas tegas, yang
temperatur dan nyeri; (4) ekskresi dari kelenjar keringat; kemudian membentuk pola lingkaran, lengkungan, busur dan
(5) absorpsi radiasi ultraviolet dari matahari untuk pusaran disebut dermatoglifi (sidik jari) yang berkembang
sintesis vitamin D. pada fetus dan tetap tak berubah sepanjang hidup. Dermatoglifi
Kulit terdiri dari 2 lapisan: epidermis pada bagian luar sangat spesifik untuk tiap individu sehingga digunakan untuk
dan dermis, yang merupakan jaringan ikat, pada bagian tujuan identifikasi dalam kedokteran forensik dan penyelidikan
dalam (Gambar 14-1 ). Epidermis tersusun atas epitel kriminal. Meskipun sidik jari ditentukan secara genetik,
berlapis gepeng berkeratin yang berasal dari ektoderm. kemungkinan oleh gen yang multipel, alur dan lekuk pada lutut,
Lapisan di bawah epidermis yang juga berinterdigitasi siku dan tangan sebagian besar berhubungan dengan kebiasaan
dengannya ialah dermis, berasal dari mesoderm dan penggunaan dan stres fisik dalam lingkungan seseorang.
tersusun atas jaringan ikat padat kolagen yang tersusun
tidak teratur. Pertemuan antara epidermis dan dermis
Epidermis
dibentuk oleh rigi yang menonjol pada dermis (papil
dermis/rigi dermis), yang berinterdigitasi dengan
invaginasi epidermis (rigi epidermis). Kedua rigi Epidermis, lapisan permukaan kulit, merupakan turunan
tersebut disebut apparatus rete. Invaginasi lainnya yang dari ektoderm dan tersusun atas epitel berlapis gepeng
merupakan turunan epidermis (seperti folikel rambut, berkeratin.
327
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 328
Batang Rambut
Pori keringat
Stratum korneum
Stratum spinosum
Lapisan Epidermis
Malpighi Stratum basal
Melanosit
Epidermis
Hipodermis
Dermis
Stratum Folikel rambut
spinosum
Sel Merkel Kelenjar keringet
Sel Langerhans ekrin
Akar rambut
Melanosit Kelenjar Sebasea Arteri
Stratum basal Musklus arektor pili Vena
Serat saraf Jaringan lemak
Membran basal
Pembuluh darah
KULIT TEBAL KULIT TIPIS
Epidermis mempunyai ketebalan 0,07 hingga 0,12 mm pada keratinosit pada lapisan basal epidermis. Keratinosit
sebagian besar tubuh, dengan penebalan setempat pada melakukan mitosis pada malam hari, dan seiring
telapak tangan dan telapak kaki (ketebalan hingga sekitar 0,8 pembentukan sel baru, sel diatasnya terdorong ke
mm dan 1,4 mm). Kulit yang lebih tebal pada telapak tangan permukaan. Dalam perjalanan sel ke arah permukaan, sel
dan telapak kaki terlihat jelas pada fetus, namun seiring berdiferensiasi dan mulai mengakumulasi filamen keratin
waktu berjalan dan dengan penggunaan, tekanan dan gesekan pada sitoplasmnya. Akhirnya, pada saat sel dekat dengan
mengakibatkan peningkatan ketebalan kulit pada daerah ini. permukaan, sel mati dan terkelupas, proses ini berlangsung
Epitel berlapis gepeng berkeratin kulit tersusun atas selama 20-30 hari.
empat populasi sel: Oleh karena sitomorfosis keratinosit saat migrasi dari
䡲 Keratinosit lapisan basal epidermis ke permukaan, dapat diidentifikasi 5
䡲 Sel Langerhans daerah epidermis. Dari lapisan terdalam ke lapisan terluar,
䡲 Melanosit lapisan tersebut ialah: (1) stratum basal (germinativum),
䡲 Sel Merkel (2) stratum spinosum, (3) stratum granulosum, (4)
stratum lusidum, dan (5) stratum korneum. Menurut
ketebalan epidermis, kulit diklasifikasikan menjadi kulit
Karatinosit tebal dan tipis (lihat Gambar 14-1). Namun, klasifikasi ini
Keratinosit, yang membentuk populasi terbesar sel, tersusun juga dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya lapisan
dalam 5 lapisan; Tiga jenis sel lainnya tersebar di antara epidermis tertentu dan ada atau tidaknya rambut.
keratinosit pada lokasi tertentu (lihat di bagian selanjutnya). Kulit tebal menutupi telapak tangan dan kaki (Tabel
Oleh karena keratinosit terus menerus mengelupas dari 14-1). Epidermis kulit tebal (lihat Gambar 14-2), mempunyai
permukaan epidermis, populasi sel ini harus diperbarui ketebalan 400 hingga 600 mm, ditandai dengan adanya
secara konstan. Perbaruan ditempuh melalui aktivitas mitosis kelima lapisan. Kulit tebal tidak mempunyai folikel rambut,
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 329
Epidermis Berasal dari ektoderm; tersusun atas epitel gepeng berlapis berkeratin
(keratinosit)
Stratum korneum Beberapa lapisan sel gepeng berkeratin, keratinosit tanpa nuklei dan
organel (skuama, atau sel tanduk) yang akan terkelupas
Stratum lusidumo Lapisan tipis keratinosit tanpa inti dan organel yang terwarna secara samar; sel mengandung
filamen keratin tersusun padat dan eleidin
Stratum granulosumo Lapisan dengan ketebalan 3-5 lapisan sel; keratinosit ini masih mempertahankan intinya; sel
mengandung granula keratohialin besar dan kasar juga granula pelapis membran
Stratum spinosum Lapisan epidermis yang paling tebal, yang keratinositnya dikenal sebagai sel berduri, saling
berinterdigitasi membentuk jembatan interseluler dan sejumlah besar desmosom; sel
berduri mempunyai banyak tonofilamen dan granula pelapis membran dan aktrif bermitosis;
lapisan ini juga ditempati oleh sel Langerhans
Stratum basal Lapisan ini disusun oleh selapis sel kuboid hingga silindris rendah yang aktif bermitosis,
(germinativum) dipisahkan dari lapisan papilar dermis oleh membran basalis yang berkembang dengan baik; sel
Merkel dan melanosit juga terdapat pada lapisan ini.
Dermis Berasal dari mesoderm; sebagian besar tersusun dari kolagen tipe I dan serat elastin. Dermis
dibagi menjadi 2 daerah: lapisan papilar dan retikuler, yakni jaringan ikat kolagen yang tersusun
ireguler
Lapisan papilar Berinterdigitasi dengan epidermis membentuk papila dermis yang merupakan bagian dari aparatus
rete; terdiri atas kolagen tipe III, serat elastin serta fibril penambat (anchoring fibril) (kolagen
tipe VII) yang teranyam longgar; bantalan kapiler yang banyak, sel-sel jaringan ikat, dan
mekanoreseptor terdapat pada lapisan ini; terkadang terdapat pula melanosit pada lapisan papilar
Lapisan retikular Lapisan terdalam dari kulit; tersusun atas kolagen tipe I, serat elastin tebal, dan sel jaringan ikat;
mengandung kelenjar keringat dan duktusnya, folikel rambut dan muskulus arektor pili, dan
kelenjar sebasea juga mekanoreseptor (seperti badan Pacini)
oHanya terdapat pada kulit tebal. Semua lapisan biasanya lebih tipis pada kulit tipis.
muskulus arektor pili, dan kelenjar sebasea tetapi mempunyai Merupakan lapisan terdalam pada epidermis yang disokong
kelenjar keringat. oleh membran basal yang terletak di atas dermis,
membentuk daerah perbatasan yang ireguler. Stratum basal
Kulit tipis menutupi sebagian besar tubuh. Epidermis kulit terdiri atas selapis sel kuboidal hingga silindris rendah yang
tipis, mempunyai ketebalan 75-150 mm, mempunyai stratum aktif bermitosis, mengandung sitoplasma basofilik dan sebuah
korneum yang tipis dan tidak lagi mempunyai stratum lusidum nukleus besar (Gambar 14-3). Desmosom banyak terletak
serta stratum granulosum yang utuh, namun sisa-sisa sel lapisan ini pada sisi lateral membran sel melekatkan antar sel stratum
kadang masih dapat ditemukan. Kulit tipis mempunyai folikel basal, dan antara sel stratum basal dengan sel stratum
rambut, muskulus arektor pili, kelenjar sebasea dan kelenjar spinosum. Hemidesmosom terletak di basal sel berfungsi
keringat. melekatkan sel pada lamina basal. Mikrograf elektron
menunjukkan beberapa mitokondria, sebuah kompleks Golgi
Stratum Basal kecil, beberapa retikulum endoplasma kasar (rough
endoplasmic reticulum/RER), dan banyak ribosom bebas.
(Stratum Germinativum)
Sejumlah filamen intermedia (tonofilamen) baik tunggal
(10 nm) maupun berupa berkas, melintasi plak desmosom
Stratum basal, lapisan germinal yang melakukan aktivitas yang berada di lateral sel dan berakhir pada plak
mitosis, membentuk interdigitasi dengan dermis dan hemidesmosom.
dipisahkan dari dermis dengan membran basal. Gambaran mitosis harusnya mudah terlihat pada
stratum basal karena lapisan ini sebagian bertanggung jawab
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 330
SS
SB
ER
D
DR
basofilik, kasar, berbentuk ireguler dan berukuran besar, yang Stratum Korneum
tidak terikat pada membran. Berkas filamen keratin melewati
granula tersebut.
Stratum korneum tersusun atas beberapa lapis sel
Sel stratum granulosum mengandung granula berselubung
gepeng yang mati dan mengandung keratin yang disebut
membran. Kandungan granula ini dilepaskan secara eksositosis
skuama.
ke dalam ruang ekstraseluler, membentuk lembaran substansi
yang kaya akan lipid yang berperan sebagai sawar kedap air,
yang merupakan salah satu fungsi kulit. Lapisan impermeabel Lapisan paling superfisial dari kulit, stratum korneum,
ini mencegah sel superfisial terbenam dalam cairan tersusun atas beberapa lapis sel gepeng berkeratin dengan
ekstraseluler yang berisi nutrien sehingga mempercepat plasmalema yang menebal. Sel ini tidak mempunyai nukleus
kematian sel tersebut. dan organel tetapi terisi dengan filamen keratin yang
terbenam dalam matriks amorf. Sel yang terletak jauh dari
permukaan kulit memperlihatkan desmosom, sedangkan sel
Stratum Lusidum
dekat dengan permukaan kulit disebut skuama, atau sel
tanduk, kehilangan desmosomnya dan menjadi
Stratum lusidum hanya terdapat pada kulit tipis. Stratum ini terdeskuamasi (terkelupas).
tidak mempunyai nuklei dan organel tetapi mengandung
eleidin.
Nonkeratinosit pada Epidermis
Selain keratinosit, epidermis mengandung 3 tipe sel lain
Lapisan sel yang tipis dan terwarnai pucat, jernih dan homogen yaitu: sel Langerhans, sel Merkel dan melanosit.
terletak tepat di atas stratum granulosum. Lapisan ini hanya
terdapat pada kulit tebal (seperti telapak tangan dan telapak
Sel Langerhans
kaki). Meskipun sel gepeng stratum lusidum tidak mempunyai
organel dan nuklei, sel mengandung filamen keratin yang Sel Langerhans ialah sel yang mempresentasikan antigen
tersusun padat yang terletak paralel terhadap permukaan kulit yang terletak di antara sel stratum spinosum.
dan eleidin, suatu produk turunan keratohialin. Sitoplasma dari
membran plasma sel mempunyai struktur menebal oleh karena Meskipun sel tersebut tersebar di seluruh epidermis yang
deposisi protein nonkeratin yang dikenal sebagai involukrin, secara normal merupakan 2%-4% dari seluruh populasi sel
yang fungsinya masih belum diketahui. epidermis, sel Langerhans, terkadang disebut sel dendritik
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 332
karena sejumlah prosesusnya yang panjang, yang sebagian nuklir dan dalam prosesusnya, yang fungsinya belum jelas,
besar terletak pada stratum spinosum. Sel ini juga dapat ialah gambaran khas dari sel Merkel.
ditemukan dalam dermis sebagaimana juga dalam epitel Saraf sensoris bermielin melewati lamina basalis hingga
berlapis gepeng di rongga mulut, esofagus dan vagina. Namun, mendekati sel Merkel, dan membentuk kompleks sel
sel ini paling banyak terdapat pada epidermis, yakni mencapai Merkel-neurit. Kompleks ini dapat berfungsi sebagai
800 buah per mm2. mekanoreseptor. Sel ini mernperlihatkan reaktivitas imun
Jika dilihat dengan mikroskop cahaya, sel Langerhans mirip sinaptofisin, mengindikasikan bahwa sel Merkel dapat
mempunyai nukleus yang padat, sitoplasma pucat serta melepaskan substansi mirip neurokrin, sehingga memberi
prosesus panjang dan ramping yang menjulur keluar dari kesan bahwa sel memperlihatkan aktivitas yang berhubungan
badan sel ke dalam rongga interseluler diantara keratinosit. dengan sistem neuroendokrin difus.
Mikrograf elektron memperlihatkan nukleus yang polimorfik;
sitoplasma elektron lusen menampung beberapa mitokondria, Melanosit
beberapa retikulum endoplasma kasar dan tidak ada filamen
intermedia tetapi mengandung lisosom, badan multivesikuler
Melanosit, merupakan turunan dari sel krista neuralis,
dan vesikel berukuran kecil.
memproduksi pigmen melanin yang memberi warna coklat
Walaupun nukleus yang berbentuk ireguler dan ketiadaan pada kulit.
tonofilamen membedakan sel Langerhans dengan keratinosit
sekitarnya, fitur paling unik dari sel Langerhans ialah
granula Birbeck (granula vermiformis) yang terikat pada Melanosit, merupakan turunan dari krista neuralis, terletak
membran, pada sediaan bentuknya menyerupai pemukul bola diantara sel stratum basal, walaupun juga dapat terletak di
Ping Pong (panjangnya 15 hingga 50 nm dan ketebalan 4 bagian superfisial dermis (Gambar 14-6).
nm). Granula ini terbentuk dari endositosis - yang - dibantu Melanosit ialah sel berbentuk bundar hingga silindris yang
klatrin, namun fungsinya tidak diketahui. mempunyai prosesus panjang bergelombang menjulur dari
Sel Langerhans, dahulu dianggap turunan sel krista neuralis, permukaan sel dan menembus ruang interseluler stratum
spinosum (lihat Gambar 14-6). Tirosinase diproduksi oleh
sekarang diketahui berasal dari prekursor dalam sumsum
retikulum endoplasma kasar melanosit, kemudian dikemas
tulang dan merupakan bagian dari sistem fagositosis menjadi granula berbentuk oval oleh aparatus Golgi yang
mononuklir. Meskipun ia dapat bermitosis, aktivitas ini disebut dengan melanosom (meskipun melanosom orang
terbatas, sehingga ia terus menerus digantikan oleh sel berambut merah berbentuk bundar, bukan oval). Asam amino
prekursor yang meninggalkan aliran darah untuk bermigrasi ke tirosin ditranspor ke dalam melanosom, di sini tirosinase
dalam epidermis dan berdiferensiasi menjadi sel Langerhans. mengkonversinya menjadi melanin dengan serangkaian reaksi
Sel ini berperan dalam respon imun dan mempunyai Fc melalui 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa, metildopa) dan
permukaan sel (antibodi) dan C3 (komplemen) juga reseptor dopakuinon. Enzim tirosinase diaktifkan oleh sinar ultraviolet.
lainnya, dan ia memfagositosis dan memproses antigen asing,
setelah proses demikian maka ia akan bermigrasi ke nodus
limfatikus sekitar, dimana ia mempresentasikan epitop antigen KORELASI KLINIS
asing yang diproses kepada limfosit T; maka, sel Langerhans
ialah sel yang mempresentasikan antigen (APC). Sinar ultraviolet menggelapkan/memekatkan melanin
dan mempercepat sintesis tirosinase, sehingga
meningkatkan produksi melanin. ACTH dari kelenjar
Sel Merkel hipofisis juga memengaruhi pigmentasi. Pada penyakit
Addison terdapat insufisiensi produksi kortisol oleh
Sel Merkel tersebar diantara sel stratum basal, dapat
korteks adrenal sehingga terdapat produksi ACTH
berperan sebagai mekanoreseptor.
berlebih, yang berujung kepada hiperpigmentasi.
Albinisme ialah ketiadaan produksi melanin yang
Sel Merkel, yang tersebar diantara keratinosit stratum basal disebabkan oleh defek genetik pada sintesis tirosinase.
epidermis, banyak terdapat di ujung jari, mukosaoral dan Melanosom dapat dijumpai, namun melanosit gagal
pangkal folikel rambut. Sel ini merupakan turunan krista memproduksi tirosinase.
neuralis dan biasanya ditemukan sebagai sel tunggal berjajar
paralel terhadap lamina basalis; namun ia dapat menjulurkan
prosesusnya di antara keratinosit, yang menempel satu sama Melanosom meninggalkan badan sel melanosit dan berjalan
lain melalui desmosom (Gambar 14-5). Nukleus sel Merkel hingga ke ujung prosesus melanosit. Setibanya disana, ujung
mempunyai takik yang dalam, dan terdapat tiga tipe prosesus melanosit menembus sitoplasma sel stratum spinosum
sitokeratin dalam sitoplasma yang membuat filamen dan mengeluarkan sekretnya dengan proses sekretori khusus
sitoskeletal. Granula berinti padat terletak dalam zona peri- yang disebut sekresisitokrin. Setiap prosesus melanosit ya-
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 333
ng terpotong ujungnya memanjang dan menerima jumlah melanosit yang efektif namun karena peningkatan
makin banyak melanosom, dan siklus tersebut aktivitas tirosinase.
berulang. Sebuah melanosit berhubungan dengan Meskipun paparan yang terbatas terhadap radiasi
sejumlah keratinosit dan membentuk unit melanin ultraviolet meningkatkan ukuran dan aktivitas fungsional
epidermis. Di dalam sel pada stratum intermedia, melanosit, namun populasi selnya tetap sama. Setelah
melanosom ditranspor ke daerah supranuklir (yakni paparan yang terus menerus terhadap radiasi ultraviolet,
diantara nukleus dan daerah yang mengarah ke akan terdapat juga peningkatan populasi melanosit. Pada ras
permukaan sel) sehingga melanosom membentuk kulit hitam, melanosom berukuran besar, berjumlah banyak,
sebuah sawar pertahanan di antara nukleus dan sinar dan tersebar di seluruh sitoplasma keratinosit, sedangkan
ultraviolet matahari yang menerpa kulit. Pada pada ras Kaukasia, melanosom berukuran lebih kecil, lebih
akhirnya, pigmen melanin diserang dan didegradasi sedikit dan berkumpul di sekitar nukleus. Melanosom pada
oleh lisosom keratinosit. Proses ini berlangsung ras Kaukasia didegradasi dan dibuang lebih cepat dibanding
beberapa hari. ras kulit hitam.
Jumlah melanosit per millimeter persegi bervariasi
pada daerah yang berbeda di kulit seseorang, berkisar
antara 800 hingga 2.300. Sebagai contoh, terdapat KORELASI KLINIS
melanosit yang lebih sedikit pada bagian dalam lengan Sinar ultraviolet terbagi atas 2 tipe. Ultraviolet B
dan paha dibandingkan pada wajah. Perbedaan (UVB) ialah komponen dalam sinar matahari yang
pigmentasi kulit ini berhubungan dengan lokasi mengakibatkan kulit terbakar, sedangkan ultraviolet A
melanin, bukan total jumlah melanosit pada kulit, (UVA) bertanggung jawab dalam menggelapkan warna
yang berjumlah relatif sama pada semua ras. Sebagai kulit. Hingga saat ini, dipercaya bahwa UVA relatif
contoh, terdapat lebih banyak melanosit pada kulit aman namun nampaknya radiasi UVA menembus kulit
tangan di permukaan dorsum daripada palmar; namun, dan merusak lapisan bagian dalam, mengakibatkan
jumlahnya sangat mirip diantara berbagai ras. Sebab mutasi yang mengakibatkan progresi tumor.
dari pigmentasi yang lebih gelap ialah bukan karena
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 334
Sinar matahari meningkatkan produski dan normal, dermis lebih tebal pada laki-laki daripada perempuan
mengubah karakteristik kimia melanin dan pada bagian dorsal daripada ventral permukaan tubuh.
Stratum
spinosum Lapisan Papilar Dermis
KORELASI KLINIS
Bintik- bintik (freckles) ialah bintik hiperpigmentasi yang biasanya disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet.
terdapat pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari, Meskipun karsinoma sel basal jarang bermetastasis,
khususnya pada orang kulit putih yang dapat terbakar sinar keganasan ini merusak jaringan setempat. Dari beberapa
matahari dengan mudah. Freckles biasanya terlihat pada usia tipe lesi yang terjadi, yang paling sering ialah jenis
3 tahun dan merupakan hasil peningkatan produksi melanin nodular, ditandai dengan papul atau nodul dengan bagian
dan akumulasi pada daerah basal epidermis tanpa tengah seperti 'kawah' yang terdesak ke dalam
peningkatan jumlah melanosit. Freckles cenderung kemudian mengalami ulserasi dan mengkrusta. Lesi ini
berkurang saat musim dingin dan bertambah gelap bila paling sering terdapat pada wajah, khususnya hidung.
terpapar sinar ultraviolet. Pembedahan adalah tatalaksana paling lazim dilakukan,
Psoriasis ialah penyakit yang ditandai dengan lesi tidak dan hingga 90% pasien sembuh tanpa ada sekuele.
merata yang disebabkan oleh proliferasi keratinosit yang lebih Karsinoma sel skuamosa (gepeng), ialah keganasan
masif pada stratum basal dan stratum spinosum dan siklus sel kedua yang sering terjadi, mengenai keratinosit epidermis.
yang terakselerasi (pergantian meningkat hingga 7 kali lipat), Keganasan ini bersifat invasif pada jaringan setempat dan
mengakibatkan akumulasi keratinosit dan stratum korneum. dapat bermetastasis. Keganasan ini ditandai dengan plak
Lesi ini sering terdapat pada kulit kepala, siku dan lutut, hiperkeratosis bersisik atau nodul yang seringkali berdarah
namun dapat pula terjadi pada bagian tubuh mana saja. Pada atau ulserasi. Keganasan ini menginvasi hingga ke dalam,
beberapa kasus, kuku juga dapat terlibat. Psoriasis ialah mengakibatkan fiksasi ke jaringan di bawahnya. Beberapa
kondisi kronis yang dapat dikontrol tetapi tidak dapat faktor penyebab penyakit ini, termasuk radiasi ultraviolet,
disembuhkan, seita gejalanya dapat meningkat pada periode radiasi sinar X, jelaga, karsinogen kimia, dan arsenik. Lesi
tertentu dan menghilang tiba-tiba tanpa sebab. ini paling sering terjadi pada kepala dan leher.
Pembedahan biasanya merupakan tatalaksana pilihan
Kutil (warts) ialah pertumbuhan epidermis yang jinak
utama.
disebabkan oleh infeksi papilomavirus pada keratinosit.
Hiperplasia epidermis menyebabkan epidermis menebal Melanoma malignum, keganasan kulit yang paling
dengan sisik. Pertumbuhan dermis ke dalam membuat sering terjadi pada orang kulit putih dan insidensinya makin
kapiler mendekat ke permukaan. Kutil sering terdapat pada meningkat. Biasanya berhubungan dengan paparan yang
anak-anak, dewasa muda, dan pasien dengan keadaan berlebihan terhadap sinar matahari. Melanoma maligna
imunosupresi. bersifat sangat invasif karena sel ganas berasal dari melanosit
yang berubah; melanost menembus hingga dermis dan
Karsinoma sel basal, ialah keganasan yang paling memasuki pembuluh limf dan darah sehingga terdistribusi luas
sering terjadi, timbul pada sel stratum basal epidermis dan ke seluruh tubuh.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 336
Histofisiologi Kulit
Protein struktural yang diproduksi oleh keratinosit ialah
keratin, yang membentuk filamen berukuran 10 nm di dalam L
sitoplasma keratinosit. Sekitar 10 jenis keratin telah
teridentifikasi, dan 4 daripadanya berada dalam epidermis.
Sel stratum basal mensintesis 2 dari 4 keratin, sedangkan sel dari
stratum spinosum mensintesis 2 jenis lainnya, yang cenderung
membentuk berkas filamen yang lebih kasar. Sel stratum spinosum
juga memproduksi dan menyimpan protein involukrin dalam
sitoplasma plasmalema. Terlebih lagi, sel stratum spinosum juga
membentuk granula berselubung membran, yang akan
melepaskan kandungan kaya lemak ke dalam ruang interseluler,
membentuk sawar yang permeabel.
Proses pembentukan keratin terhenti sat keratinosit S
memasuki stratum granulosum. Sel pada lapisan ini
memproduksi filagrin, sebuah protein yang dianggap
S
membantu merangkai filamen keratin menjadi berkas padat
yang kaku. Saat keratinosit mencapai stratum ini, ia menjadi
permeabel terhadap ion kalsium yang membantu dalam Gambar 14-7 Mikrograf cahaya kelenjar keringat memperlihatkan
interaksi silang involukrin dengan protein lainnya, sehingga unit sekretori (S) dan duktus (d), beberapa mengandung lumen (L)
membentuk lapisan yang kuat di bawah plasmalemma. Seiring (xl32).
dengan keratinosit bergerak dari stratum granulosum memasuki
stratum lusidum, enzim-enzim yang dikeluarkan dari lisosom
mencerna organel dan nucleus. Saat sel akhirnya memasuki
stratum korneum, sel menjadi cangkang mati dan bebas organel Kelenjar keringat ekrin mempunyai diameter 0,4 mm dan
yang kuat serta terisi oleh berkas filamen keratin. terletak dalam kulit pada hampir seluruh bagian tubuh.
Epidermal growth factor (EGF) dan interleukin (IL-la) Terhitung sekitar 3-4 juta buah, kelenjar ini berperan penting
memengaruhi perturnbuhan dan perkembangan keratinosit, dalam proses termoregulasi. Kelenjar keringat ekrin
setidaknya pada kultur jaringan. Sebaliknya, transforming berkembang dari invaginasi epitel pada rigi dermis ke dalam
growth factor (TGF) menekan proliferasi dan diferensiasi dermis, bagian terdalamnya menjadi bagian yang
keratinosit. mensekresikan keringat pada kelenjar tersebut. Kelenjar ini
yang mulai berfungsi segera setelah lahir, mengekskresikan
Kelenjar pada Kulit keringat dan dapat mensekresikan sekitar 10L keringat per hari
di dalam kondisi ekstrim seperti pada orang dengan aktivitas
Kelenjar pada kulit terrnasuk kelenjar ekrin, kelenjar keringat tinggi seperti pada orang yang sedang berolahraga berat.
apokrin, kelenjar sebasea dan kelenjar mammae (kelenjar Kelenjar keringat ekrin ialah kelenjar tubuler bergelung
keringat yang termodifikasi dan sangat terspesialisasi ). Kelenjar sederhana (simple coiled tubular gland) terletak di dalam
mammae dijelaskan dalam Bab 20. dermis atau hipodermis (Gambar 14-7 dan 14-8). Terdapat
struktur yang menyalurkan keringat dari bagian sekretori dari
Kelenjar Keringat Ekrin tiap kelenjar, yakni duktus yang berbentuk bergelung dan
ramping, melewati dermis dan epidermis hingga ke permukaan
Kelenjar keringat ekrin banyak terdapat di dalam kulit.
kulit yang terbuka yang disebut pori keringat. Kelenjar
Kelenjar ini melepaskan produk sekretorinya yakni keringat
keringat ekrin mempunyai metode merokrin dalam melepaskan
melalui metode sekresi merokrin.
produk sekretorinya. Kelenjar ekrin dipersarafi oleh serat
postganglion dari sistem persarafan simpatis.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 337
Sel kelenjar
sebasea (tahap
akhir)
Kelenjar sebasea
Sel gelap
Kelenjar
Sel terang keringat ekrin
Gambar 14-8 Kelenjar keringat ekrin dan kelenjar sebasea beserta sel-sel penyusunnya.
yang terlibat dalam transpor transepitel. Sel terang Kelenjar keringat apokrin termodinkasi merupakan penyusun
mempunyai akses terbatas ke lumen kelenjar karena sel gelap kelenjar serumen (lilin) pada saluran auditori eksterna dan
yang menghalanginya; maka sekresinya yang bersifat cair kelenjar Moll pada kelopak mata. Kelenjar keringat apokrin
memasuki kanalikuli interseluler yang terdapat di sela-sela berukuran lebih besar daripada kelenjar keringat ekrin , dapat
sel terang, yang kemudian bercampur dengan sekresi mukus hingga berdiameter 3 mm. Kelenjar ini terbenam di bagian
sel gelap. dalam dermis dan hipodermis. Tidak seperti duktus kelenjar
keringat ekrin, yang bermuara ke permukaan kulit, duktus
SEL MIOEPITEL kelenjar keringat apokrin bermuara ke dalam saluran folikel
rambut tepat pada bagian atas muara duktus kelenjar sebasea.
Sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekretori kelenjar
Sel sekretori kelenjar apokrin berjenis selapis kuboid
mengandung aktin dan miosin, yang mengakibatkan sel ini hingga silindris rendah. Saat lumen kelenjar terisi dengan
dapat berkontraksi. produk sekretori, sel ini dapat menjadi gepeng. Lumen
kelenjar ini lebih besar daripada kelenjar ekrin , dan sel
sekretori mengandung granula yang terisolasi dari membran
Sel mioepitel mengelilingi bagian sekretori dari kelenjar apikal oleh terminal web. Produk sekretori yang kental dari
keringat ekrin terbungkus oleh lamina basalis dari sel kelenjar apokrin tidak mempunyai bau saat disekresikan,
sekretori. Sitoplasma sel mioepitel mempunyai filamen namun saat dimetabolisme oleh bakteri, kelenjar mempunyai
miosin dan filamen aktin yang terwarnai asidofilik, sehingga bau yang khas. Sel mioepitel mengelilingi bagian sekretori
sel mioepitel mempunyai kemampuan berkontraksi. Kontraksi kelenjar keringat apokrin dan membantu mengeluarkan produk
sel mioepitel membantu dalam mengeluarkan cairan dari sekretori ke dalam duktus kelenjar.
kelenjar.
Kelenjar keringat apokrin berasal dari epitel folikel rambut
sebagai tunas epitel yang kemudian berkembang menjadi
Duktus kelenjar. Sekresi oleh kelenjar apokrin berada di bawah
pengaruh hormon dan tidak dimulai sebelum pubertas.
Duktus kelenjar keringat ekrin tersusun atas sel basal dan Persarafannya berasal dari serat postganglion sistem persarafan
luminal, merupakan duktus yang sangat bergelung. Duktus simpatik. Karena kemiripan lokasi, struktur histologis, dan bau
ini berjalan melewati dermis dan epidermis hingga sampai yang kemungkinan besar karena metabolisme bakteri terhadap
ke permukaan kulit. 3-metil-1,2-asam heksanoat (asam volatil mirip dengan sinyal
feromon), diperkirakan bahwa kelenjar keringat apokrin
Duktus kelenjar keringat ekrin bersifat kontinyu dengan unit berkembang dari kelenjar yang mensekresikan atraktan (daya
sekretori pada bagian dasarnya namun menyempit pada saat tarik) seksual pada hewan. Kelenjar keringat apokrin pada
berjalan melewati dermis untuk sampai ke permukaan wanita melalui perubahan siklus yang tampaknya berhubungan
epidermis. Duktus ini tersusun atas epitel berlapis kuboid (2 dengan siklus menstruasi, yakni sel sekretori dan luminal
lapis) (lihat Gambar 14-7 dan 14-8). Sel lapisan basal berinti membesar sebelum periode premenstruasi dan menghilang saat
besar, heterokromatik dan banyak mitokondria. Sel pada menstruasi.
lapisan luminal berinti yang berbentuk ireguler, sedikit Istilah apokrin diberikan kepada kelenjar keringat khusus ini
sitoplasma, hanya beberapa organel, dan sebuah terminal web yang berarti bahwa sekresi kelenjar ini mengandung sebagian
tepat di bawah membran plasma apikal. dari sitoplasma sel pensekresi. Walaupun beberapa peneliti
Duktus berjalan mengulir saat melewati dermis. Saat menganggap bahwa sel ini melepaskan sekresinya melalui
duktus mencapai epidermis, keratinosit menyelubungi duktus metode apokrin, sebagian besar peneliti melaporkan bahwa,
dalam perjalanannya ke pori keringat. Cairan yang meskipun namanya demikian, kelenjar keringat apokrin
disekresikan oleh bagian sekretori kelenjar mirip dengan melepaskan produk sekretorinya melalui metode sekresi
plasma darah dari segi keseimbangan elektrolit, termasuk merokrin.
potasim dan sodium klorida juga amonia dan urea. Namun
sebagian besar ion kalium, natrium dan klorida direabsorbsi Kelenjar Sebasea
kembali oleh sel duktus saat berada di dalam lumen. Sel
duktus mengekskresikan ion , urea, asam laktat dan beberapa Kelenjar sebasea mensekresikan substansi minyak yang dikenal
jenis obat ke dalam lumen. sebagai sebum, yang berfungsi mempertahankan kekenyalan
kulit.
Kelenjar Keringat Apokrin
Kelenjar sebasea dapat ditemukan di seluruh bagian tubuh, pada
Kelenjar keringat apokrin ditemukan hanya pada aksila, dermis dan hipodermis, kecuali telapak tangan, telapak kaki ,
areola puting, dan bagian anal. Kelenjar ini dapat mewakili dan sisi kaki yang terletak di bawah garis rambut. Kelenjar ini
kelenjar bau vestigial (vestigial scent gland). paling banyak terdapat di wajah, kulit kepala, dan kening.
Produk sekretori kelenjar sebasea, sebum, bahan seperti lilin,
Kelenjar keringat apokrin hanya ditemukan pada lokasi campuran berminyak kolesterol, trigliserida, dan debris
tertentu: aksila (ketiak), areola puting, dan daerah anal. sekretori seluler. Sebum berperan mempertahankan tekstur kulit
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 339
dan fleksibilitas rambut. rasi. Sel yang terwarnai pucat ini memperlihatkan
Sama halnya seperti kelenjar keringat apokrin, kelenjar sitoplasma, nuklei piknotik yang terwarnai gelap,
sebasea merupakan pelengkap tambahan folikel rambut. Duktus plasmalemma yang ruptur, dan droplet lipid yang menyatu.
kelenjar sebasea bermuara ke dalam sepertiga bagian atas Sintesis lipid berlanjut sejenak, kemudian diikuti oleh
saluran folikel, dimana kelenjar mengeluarkan produk nekrosis sel dan pelepasan lipid dan debris seluler, yang
sekretorinya untuk melapisi batang rambut dan, pada akhirnya membentuk produk sekretori (sekresi holokrin). Produk
seluruh permukaan kulit (lihat Gambar 14-8). Duktus kelenjar sekretori dilepaskan ke dalam duktus yang dilapisi oleh
sebasea pada daerah tertentu pada tubuh yang tidak mempunyai epitel berlapis gepeng yang kontinyu dengan saluran folikel
folikel rambut (seperti glans penis, areola puting, labia minora, pada folikel rambut.
dan permukaan mukosa dari preputium) bermuara langsung ke
permukaan kulit. Kelenjar sebasea dipengaruhi oleh hormon
seks dan aktivitasnya meningkat pesat setelah pubertas.
Kelenjar sebasea ialah lobulus dengan kelompokan asini yang KORELASI KLINIS
bermuara ke dalam sebuah duktus pendek. Tiap asinus tersusun
atas sel basal kecil terletak di perifer (bersandar di atas lamina Akne, penyakit yang paling sering ditemukan para
basalis), yang mengelilingi sel bulat yang lebih besar yang ahli dermatologi, ialah penyakit peradangan menahun
mengisi sisa asinus (Gambar 14-9). Sel basal mempunyai yang melibatkan kelenjar sebasea dan folikel rambut.
nukleus berbentuk bulat, retikulum endoplasma kasar dan halus, Obstruksi akibat penyumbatan sebum dan debris
glikogen dan droplet lipid. Sel ini membelah untuk membentuk keratin di dalam folikel rambut ialah salah satu
sel basal lebih banyak dan sel bulat yang lebih besar. Sel yang penyebab lesi akne. Bakteri anaerob dekat tempat
lebih besar mempunyai retikulum endoplasma halus yang obstruksi ini dapat pula berperan dalam menyebabkan
banyak dan sitoplasma terisi dengan droplet lipid. Bagian akne, walaupun peran bakteri ini tidak jelas. Namun,
tengah dari asinus terisi oleh sel dalam berbagai tahapan degene- efektivitas pengobatan antibiotik untuk akne
mendukung anggapan keterlibatan bakteri dalam
patogenesis akne. Penyakit ini paling parah terjadi
pada anak lelaki, dengan onset umumnya pada usia
9-11 tahun, saat peningkatan kadar hormon seks
meningkat mulai menstimulasi kelenjar sebasea. Akne
biasanya mereda pada akhir masa remaja, namun juga
dapat bertahan hingga dekade keempat kehidupan.
Bahkan pada beberapa orang, akne tidak timbul
sebelum masa dewasa.
AP
Rambut
menyimpan panas seperti pada bulu dari hewan. Sebaliknya, yakni akar rambut, bertakik dan cekungannya menyesuaikan
rambut manusia mempunyai sensasi taktil, sehingga apabila bentuk papila dermis yang menempati daerah tersebut. Aka
ada stimulus yang mengenai rambut dialirkan menuruni rambut dan papila dermis disebut sebagai bulbus rambut
batang rambut ke dalam saraf sensoris yang mengelilingi (bulbus pili). Papila dermis mengandung kapiler yang kaya
folikel rambut. suplai nutrien dan oksigen untuk sel folikel rambut. Papila
Pertumbuhan rambut optimal dari usia 16-46 tahun; dermis juga berperan dalam mengontrol aktivitas fisiologis dari
setelah usia 50, pertumbuhan rambut mulai berhenti. Saat folikel rambut.
kehamilan, pertumbuhan rambut berjalan normal; setelah Kumpulan sel yang menyusun akar rambut disebut
partus, siklus pertumbuhan rambut mereda dan kerontokan matriks. Proliferasi sel matriks berperan dalam pertumbuhan
rambut meningkat sementara. rarnbut; maka matriks rambut homolog dengan stratum basal
epidermis. Lapisan luar epitel folikel membentuk sarung
Folikel Rambut akar rambut luar (SARL), yang tersusun atas selapis sel
pada bulbus rambut dan beberapa lapis sel yang dekat dengan
permukaan kulit (Gambar 14-12).
Folikel rambut berkembang mulai dari epidermis dan kemudian SARL mengelilingi beberapa lapis sel yang diturunkan dari
memasuki dermis dan hipodermis. epidermis, yakni sarung akar rambut dalam (SARD),
yang terdiri atas 3 komponen: (1) sederet sel kuboid pada
Folikel rambut, organ yang merupakan tempat asal rambut, bagian luar, lapisan Henle, yang bertemu dengan lapisan
berasal dari invaginasi epidermis yang masuk hingga dermis, terdalam sel dari sarung akar rambut luar; (2) Satu atau dua
hipodermis atau keduanya. Folikel rambut dikelilingi oleh lapis sel gepeng membentuk lapisan Huxley; dan (3)
kumpulan jaringan ikat padat dari dermis (Gambar 14-10). kutikula SARD, dibentuk oleh sel berbentuk sisik yang
Membrana basalis yang menebal, membran kemaca (glassy berselisip dengan ujung bebas menonjol ke arah dasar folikel
membrane), memisahkan dermis dari epitel folikel rambut rambut. SARD berakhir di tempat duktus kelenjar sebasea
(Gambar 14-11). Akhiran yang melebar dari folikel rambut, menempel pada folikel rambut (lihat Gambar 14-12).
HR
E
C I
P
Gambar 14-10 Mikrograf cahaya potongan memanjang folikel rambut Gambar 14-11 Mikrograf cahaya folikel rambut dalam potongan
dengan akar rambut (HR) dan papila (P) (xl32). Daerah gelap (panah) melintang (x l32). Perhatikan sarung akar rambut luar (E), sarung akar
adalah pigmen. rambut dalam (I), dan korteks (C).
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 341
Medula
Korteks Rambut
Kutikula
Kutikula
Lapisan Huxley Sarung akar
Lapisan Henle rambut dalam
External root
sheath
Glassy membrane
Folikel rambut
Batang rambut merupakan filamen panjang dan ramping yang granula keratohialin (mirip granula keratohialin pada
menembus hingga ke permukaan epidermis (Gambar 14-13). epidermis) yang banyak. Granula tersebut kemudian
Terdiri atas 3 daerah: medulla, korteks, dan kutikula rambut. menyatu, membentuk substansi amorf yang dibenami oleh
Seiring sel matriks di dalam akar rambut berproliferasi dan filamen keratin. Tersebar diantara sel pada matriks yang
berdiferensiasi, sel tersebut bergerak ke permukaan kulit, akhirnya terdekat ke papila dermis ialah melanosit berukuran besar,
berkembang menjadi batang rambut. Sel bagian tengah matriks dengan prosesus dendritik panjang yang mentransfer
terletak paling dekat ke papila dermis di bawahnya dan paling melanosom ke sel dari korteks. Melanosom menetap dalam
terpengaruh olehnya; maka sel yang terletak perifer dari bagian sel tersebut untuk mewarnai rambut berdasarkan jumlah
tengah matriks secara progresif kurang dipengaruhi oleh papila melanin yang ada. Seiring waktu, melanosit secara perlahan
dermis. Perbedaan lapisan dari folikel merupakan perkembangan kehilangan kemampuan untuk memproduksi tirosinase,
dari matriks yang berbeda yakni sebagai berikut: yang esensial untuk produksi melanin, dan kemudian rambut
䡲 Sel matriks paling tengah merupakan asal dari sel berubah warna menjadi abu-abu.
bervakuola besar yang membentuk inti batang rambut
(medula). Lapisa ini hanya ada pada rambut tebal. Muskulus Arektor Pili
䡲 Sel matriks yang terletak sedikit perifer dari tengah
menjadi korteks dari batang rambut. Muskulus arektor pili ialah sel otot polos yang menjangkau
䡲 Sel matriks yang lebih perifer menjadi kutikula mulai dari bagian bagian tengah dari folikel rambut hingga
rambut. lapisan papilar dermis.
䡲 Sel matriks paling perifer berkembang menjadi sel
dari SARD. Muskulus arektor pili merupakan otot yang menempel
pada sarung jaringan ikat yang mengelilingi folikel
Seiring sel korteks terdesak ke arah permukaan, sel rambut dan ke dalam lapisan papilar dermis (lihat
mensintesis filamen keratin dan granula keratohialin (mirip Gambar 14-1). Otot polos ini menempel tepat pada ba-
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 342
gian atas dari pertengahan folikel rambut dengan sudut oblik. sekitar 4 bulan, sedangkan rambut kulit kepala dapat tetap
Kontraksi otot menurunkan kulit pada bagian atas insersi dari berada pada fase anagen selama 6 tahun dan fase telogen 4
otot dan menegakkan batang rambut dan kulit di sekitar bulan.
batang rambut, sehingga membentuk "bulu kuduk" yang kecil
pada permukaan kulit. Hal ini mudah diamati saat seseorang Folikel rambut pada daerah tertentu pada tubuh berespon
kedinginan atau mendadak ketakutan. terhadap hormon seks laki-laki. Maka saat pubertas laki-laki
mulai mempunyai lebih banyak rambut terminal berpigmen
Histofisiologi Rambut gelap pada daerah dagu, pipi dan bibir atas. Walaupun
perempuan mempunyai jumlah folikel rambut yang sama pada
Rambut tumbuh rata-rata sekitar 1 cm/bulan, namun daerah ini, rambutnya tetap berjenis velus yang halus dan
pertumbuhannya tidak kontinyu. Siklus pertumbuhan rambut pucat. Namun pada laki-laki dan perempuan saat pubertas,
terdiri atas 3 fase : (1) periode pertumbuhan, yakni fase rambut terminal yang kasar dan berpigmen gelap mulai
anagen; (2) periode involusi yang singkat, fase katagen; dan tumbuh di aksila dan daerah pubis.
(3) fase istirahat, yakni fase telogen, ditandai dengan rambut
yang matur dan menua akan dilepaskan (rontok atau tertarik Proses keratinisasi pada rambut dan kulit, walaupun
keluar). Rambut yang rontok dengan cara ini disebut club hair mempunyai kemiripan, berbeda dalam beberapa hal. Lapisan
karena akar yang berbentuk pemukul bola golf (club) sel superfisial epidermis kulit membentuk keratin lunak,
dipertahankan. Segera setelahnya, rambut baru dibentuk oleh terdiri atas filamen keratin terbenam dalam filagrin; sel yang
folikel rambut dan siklus pertumbuhan rambut mulai kembali. berkeratin terkelupas terus menerus. Sebaliknya, keratinisasi
Masa siklus pertumbuhan rambut bervariasi pada berbagai pada rambut membentuk keratin keras, terdiri atas filamen
daerah di tubuh. Sebagai contoh, rentang hidup rambut aksila keratin terbenam dalam trikohialin, tetapi sel berkeratin tidak
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 343
Kuku, terletak pada falang distal pada tiap jari, tersusun atas
lempeng sel epitel yang sangat padat dan berkeratin tinggi yang Kapilar
membentuk lempeng kuku, terletak di atas epidermis yang
dikenal sebagai bantalan kuku (Gambar 14-15 dan 14-16). Rigi
Kuku berkembang dari sel matriks kuku yang berproliferasi epidermal
dan menjadi terkeratinisasi. Matriks kuku, yakni sebuah daerah
pada akar kuku, terletak di bawah lipatan kuku proksimal. Papila dermis
Stratum korneum dari lipatan kuku proksimal membentuk
eponikium (kutikula), yang menjangkau dari ujung proksimal Gambar 14-15 Struktur kuku ibu jari.
Ch014-X2945.qxd 12/8/06 3:36 PM Page 344
hingga naik sekitar 0.5 sampai 1 mm. Pada sisi lateral, kulit
melipat ke bawah sebagai lipatan kuku lateral, membentuk
alur kuku lateral; epidermis berlanjut di bawah lempeng
kuku sebagai bantalan kuku dan lempeng kuku menggantikan
D posisi (dan fungsi) stratum korneum.
Bulan sabit putih yang terlihat pada ujung proksimal kuku
Hy
NB disebut lunula. Ujung distal lempeng kuku yang tidak melekat
pada bantalan kuku, akan berlanjut dengan kulit pada ujung
kuku. Di dekat pertemuan ini terdapat akumulasi stratum
korneum yang disebut hiponikium,
Kuku jar i tumbuh terus menerus pada kecepatan sekitar 0,5
mm/minggu; kuku jempol tumbuh lebih lambat. Kuku jali
yang tembus pandang memberikan pertanda yang cepat akan
kesehatan seseorang; warna merah muda menandakan suplai
darah yang cukup teroksigenasi.
15 䡲 䡲 䡲
Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan meliputi paru dan seperangkat saluran sun oleh rongga hidung, rongga mulut, nasofaring, faring,
udara yang mengarah ke lingkungan luar, berfungsi laring, trakea, bronki primer, bronki sekunder (bronki lobar),
menyediakan oksigen (O2) dan membuang karbon dioksida bronki tersier (bronki segmental), bronkiolus dan bronkiolus
(CO2) yang berasal dari sel tubuh. Fungsi tersebut dapat terminalis. Susunannya tidak hanya untuk mengangkut, tapi
dilaksanakan melalui empat kegiatan yang secara juga untuk menyaring, melembabkan dan untuk
keseluruhan dikenal sebagai respirasi (pernapasan): menghangatkan udara inspirasi sebelum mencapai bagian
respirasi di dalam paru.
䡲 Pergerakan udara keluar masuk paru (bernapas atau Tetap terbukanya saluran udara dipertahankan oleh
ventilasi) perpaduan antara tulang, tulang rawan, dan unsur serat
䡲 Pertukaran O2 yang masuk bersama udara inspirasi dengan
fibrosa pada dindingnya. Saat udara inspirasi mengalir
sepanjang saluran udara, udara akan bertemu dengan
karbon dioksida (CO2) di dalam darah (pernapasan percabangan saluran. Walaupun penampang setiap saluran
eksternal) semakin kecil, namun secara keseluruhan jumlah penampang
䡲 Mengangkut O2 dan CO2 ke dan dari akan meningkat pada setiap tingkat percabangan. Sebagai
sel (pengangkutan gas) hasilnya, kecepatan aliran udara inspirasi pada volume
䡲 Pertukaran CO2 dengan O2 di sekitar sel tertentu akan terns menurun sampai ke bagian respirasi.
(pernapasan internal)
Rongga Hidung
Dua kegiatan pertama, ventilasi dan pernapasan eksternal,
berlangsung di dalam sistem pernapasan, sedangkan Rongga hidung dibagi dua menjadi rongga kiri dan kanan
pengangkutan gas terjadi melalui sistem sirkulasi dan oleh sekat hidung yang terbentuk dari tulang dan tulang
pernapasan internal berlangsung di seluruh jaringan tubuh. rawan. Setiap bagian rongga hidung di tepi lateral dibatasi
Sistem pernapasan dibagi menjadi dua bagian utama oleh dinding yang tersusun dari tulang dan tulang rawan
yaitu bagian penghantar (konduksi) dan bagian pernapasan hidung, berhubungan keluar pada bagian anterior melalui
(respirasi) (Tabel 15-1). Bagian penghantar (konduksi) nares (lubang hidung) dan berhubungan dengan nasofaring
terletak baik di luar maupun dalam paru, mengangkut udara melalui koana. Pada bagian lateral dinding hidung terdapat
dari lingkungan luar ke dalam paru. Sedangkan bagian tiga tonjolan tulang yang tipis, melengkung seperti rak
pernapasan (respirasi) terdapat di dalam paru, berfungsi bertingkat, satu di atas lainnya, dikenal sebagai konka
dalam proses pertukaran O2 dengan CO2 (pernapasan nasalis superior, medius dan inferior.
eksternal).
Bagian Anterior
BAGIAN KONDUKSI (PENGHANTAR) Rongga Hidung
SISTEM PERNAPASAN
Bagian anterior rongga hidung, di sekitar lubang hidung
Bagian konduksi sistem pernapasan mengangkut udara (nares), melebar dan dikenal sebagai vestibulum.
ke dan dari bagian respirasi sistem pernapasan.
Daerah ini dilapisi oleh kulit yang tipis dan
mengandung rambut kasar yaitu vibrisae yang akan
Bagian konduksi sistem pernapasan mencakup saluran menyaring partikel debu yang kasar yang masuk ke
napas yang terdapat di luar sampai di dalam paru, disu- dalam rongga hidung. Lapisan dermis di bagian vesti-
345
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 346
Nasofaring Otot rangka Seromukosa Respiratori Basal, goblet, Tonsil faring dan
bersilia, sikat, tuba eustakius
serosa, SNED
Sakus alveolaris Serat kolagen tipe III tak ada gepeng selapis Pneumosit tipe I Kelompokan alveoli
dan serat elastin yang sangat tipis dan II
Alveoli Serat kolagen tipe tak ada
III dan serat gepeng selapis Pneumosit tipe I berdiameter 200 µm;
elastin yang sangat tipis dan II, makrofag mempunyai alveolus
Regio olfaktori tersusun oleh epitel olfaktori dan lamina Sel olfaktori merupakan neuron bipolar. Bagian apikalnya
propria di bawahnya, dengan kelenjar Bowman dan merupakan bagian distal dan ujung-ujung dendrit yang
banyak pleksus vaskular. ramping, dan berubah bentuk menjadi gelembung vesi-
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 348
Kelenjar
Bowman
Sel Schwann
Jaringan
penyambung
Sel Basal
Sel reseptor
olfaktori
Sel
sustentakular
Dendrit
Vesikel olfaktori
Gambar 15-2 Epitel olfaktori, memperlihatkan sel basal, olfaktori, dan sustentakular. (Bandingkan dengan Gambar 15-1.)
kel olfaktori, yang akan menonjol di atas permukaan sel SEL SUSTENTAKULAR
sustentakular (Gambar 15-2 dan Gambar 15-3). Inti selnya
berbentuk bulat (sferis) dan terletak lebih dekat ke lamina
DAN SEL BASAL
basalis, daripada vesikel olfaktori. Sebagian besar organel
sel terletak di sekitar inti. Sel sustentakular merupakan sel silindris, tinggi sel 50
Dengan mikroskop elektron pemindai terlihat enam sampai 60 µm, di permukaan apikal dengan batas bergaris
sampai delapan silia olfaktori yang panjang dan nonmotil disusun oleh mikrovili. Inti sel lonjong terletak di sepertiga
muncul keluar dari vesikel olfaktori dan terletak di atas apikal sel, lebih superfisial terhadap letak inti sel olfaktori.
permukaan bebas epitel. Pengamatan silia olfaktori Sitoplasma bagian apikal sel mengandung granula sekretori
menggunakan mikroskop elektron transmisi memperlihatkan dengan pigmen berwarna kuning yang menyebabkan warna
aksonema yang tidak biasa yang awalnya berupa cincin khas dari mukosa olfaktori. Dengan mikroskop elektron, sel
perifer yang khas berupa sembilan mikrotubulus rangkap, sustentakular memperlihatkan susunan komplek taut kedap
mengelilingi dua bangunan tunggal yang terletak di bagian dengan bagian vesikel sel olfaktori, dan juga dengan sel
pusat (konfigurasi 9 + 2) tanpa lengan dinein yang khas. sustentakular lain yang bersentuhan dengannya. Bentuk sel
Aksonema di bagian distal akan berubah menjadi susunan sustentakular tidak istimewa, walaupun sel-sel tersebut
sembilan mikrotubulus tunggal mengelilingi dua bagian memperlihatkan jala terminal yang jelas dari mikrofilamen
tunggal di bagian tengah, dan dekat bagian akhir silia hanya aktin. Sel sustentakular diyakini memberi dukungan fisik,
terlihat bangunan tunggal di bagian tengah. nutrisi dan menjadi penyekat (isolator) listrik bagi sel
Bagian basal sel olfaktori merupakan akson yang akan olfaktori.
menembus lamina basalis dan akan bergabung dengan Sel basal Terdapat dua jenis sel basal yaitu sel
akson sejenis untuk membentuk berkas serat saraf. Tiap horizontal dan bulat (globos). Sel horizontal berbentuk
akson, walaupun tidak bermielin, namun diselubungi sel-sel pipih dan terletak langsung di atas membran basalis,
(glia) pembungkus olfaktori yang mirip dengan sel sedangkan sel bulat pendek, basofilik, berbentuk piramid
Schwann Serat saraf akan menembus lempeng fibrosa di dengan bagian apikalnya tidak mencapai permukaan
atap rongga hidung untuk selanjutnya bersinaps dengan epitel. Inti sel terletak di bagian pusat. Tetapi karena sel ini
neuron sekunder di bulbus olfaktori. pendek, inti sel menempati sepertiga basal lapisan epitel. Sel
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 349
jenis bulat merupakan sel basal yang memiliki kemampuan inspirasi. Partikel seperti debu akan ditangkap oleh mukus
memperbanyak diri dan menjadi sel pengganti baik untuk sel yang dihasilkan oleh sel goblet lapisan epitel dan kelenjar
sustentakular maupun sel olfaktori. Pada orang sehat, sel seromukosa yang terdapat di lamina propria. Cairan serosa
olfaktori bertahan hidup paling sedikit tiga bulan. yang dihasilkan oleh kelenjar seromukosa, terletak di antara
Sedangkan, rentang hidup sel sustentakular mencapai kurang mukus dan plasmalema bagian apikal dari epitel respiratori.
dari setahun. Sel basal horizontal memperbanyak did untuk Karena silia sel silindris bersilia tidak dapat mencapai
menggantikan sel basal bulat. permukaan lapisan mukosa, gerakan silia terbatas sampai
lapisan cairan serosa. Saat silia bergerak dalam cairan serosa
LAMINA PROPRIA yang encer, mukus juga tersapu ("hydroplaned ") sepanjang
permukaan antara kedua cairan. Partikel yang terperangkap
Lamina propria mukosa olfaktori disusun oleh banyak dalam mukus selanjutnya akan dipindahkan oleh gerakan
pembuluh darah, jaringan ikat kolagen baik yang jarang silia ke arah faring untuk kemudian ditelan atau dibatukkan
maupun yang padat dan melekat langsung ke jaringan keluar.
periosteum di bawahnya. Di dalam lamina propria dijumpai Selain disaring, udara akan juga dihangatkan dan
banyak unsur limfoid, sama banyaknya dengan kumpulan dilembabkan saat melintas di permukaan mukosa, dan akan
akson sel olfaktori yang akan menyusun berkas serat saraf tetap hangat dan lembab karena banyaknya aliran darah.
tak bermielin. Kelenjar Bowman (kelenjar olfaktori) Hangatnya udara inspirasi dijaga oleh ketersediaan jejaring
menghasilkan sekret yang bersifat serosa, terdapat di pembuluh darah yang luas yang berkelompok membentuk
mukosa olfaktori. Kelenjar tersebut melepaskan IgA, barisan lengkung yang tersusun pada bagian anteroposterior.
laktoferin, lisozim, dan protein pengikat bau yaitu suatu Jaring-jaring kapiler yang berasal dari pembuluh darah
molekul yang akan menjaga agar bau tidak meninggalkan tersebut terletak tepat di bawah epitel dan aliran darah
daerah epitel olfaktori, sehingga orang akan dapat menuju jejaring pembuluh darah ini berjalan dari bagian
mengenali bau tertentu. posterior ke arah anterior, berlawanan dengan arah aliran
udara. Dengan demikian penghangatan udara inspirasi akan
Histofisiologi Rongga Hidung terus berlangsung melalui mekanisme arus berlawanan
(countercurrent).
Mukosa hidung menyaring, menghangatkan, dan Antigen dan alergen yang diangkut melalui udara akan
melembabkan udara yang dihirup dan juga dilawan oleh unsur limfoid di lamina propria. Imunoglobulin
mempersepsi bau. (Ig) yang dihasilkan oleh sel plasma, diangkut melintasi
epitel menuju ke rongga hidung oleh sel silindris bersilia dan
Mukosa hidung yang lembab akan menyaring udara sel asinus kelenjar seromukosa. IgE yang juga dihasilkan
oleh sel plasma akan mengikat reseptor IgE (FcERI)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 350
terdapat pada sel mast dan plasmalema basofil. Selanjutnya, tori mempunyai kemampuan membedakan tidak kurang dari
ikatan antigen dan alergen spesifik dengan IgE 10.000 bau yang berbeda-beda. Hal itu terjadi dengan
menyebabkan sel mast (dan basofil) akan melepaskan pengenalan informasi yang muncul dari kombinasi
berbagai mediator inflamasi. Kejadian ini akan glomeruli tertentu sebagai bau tunggal. Oleh karena itu,
menyebabkan mukosa hidung bereaksi, menimbulkan glomeruli khusus mungkin aktif dalam mengenali beberapa
gejala yang berkaitan dengan selesma dan alergi musiman. bau.
Untuk memastikan sebuah rangsang tunggal tidak
menghasilkan respons berulang kali, aliran cairan serosa
KORELASI KLINIS yang kelenjar Bowman yang kontinu akan terus
Mukosa hidung dilindungi dari dehidrasi oleh menyegarkan silia olfaktori.
aliran darah yang mengalir bergantian ke sinus
venosus di lamina propria konka nasalis rongga Sinus Paranasalis
hidung kanan dan kiri. Di daerah yang mirip
jaringan erektil (swell bodies) pada satu sisi
akan mengembang bila sinus venosus Sinus paranasalis adalah rongga yang dibatasi oleh jaringan
membengkak terisi darah, mempersempit aliran mukoperiosteum yang berhubungan dengan rongga hidung.
udara yang melewati sisi tersebut. Rembesan Sinus paranasalis terdapat di tulang tengkorak yaitu tulang
cairan plasma dari sinus dan sekresi seromukosa sfenoid, etmoid, frontal dan maksila (nama sinus
kelenjar akan merehidrasi mukosa sekitar tiap disesuaikan dengan lokasi tulang). Mukosa setiap sinus
setengah jam sekali. disusun oleh lamina propria dari jaringan ikat vaskular
yang bersatu dengan periosteum. Lamina propria yang tipis
Iritan kimia dan materi partikulat disingkirkan mirip dengan yang ada di rongga hidung, mengandung
dari rongga hidung melalui refleks bersin. kelenjar seromukosa dan juga unsur limfoid. Sinus
Dorongan udara yang terjadi mendadak pada paranasalis dilapisi epitel respiratori, sama seperti yang
refleks bersin acapkali dapat menghilangkan melapisi rongga hidung, memiliki sejumlah sel silindris
iritan di saluran hidung. bersilia yang silianya mendorong mukus ke arah rongga
hidung.
KORELASI KLINIS
rior sepasang tulang rawan aritenoid) dan tulang rawan Laringitis (inflamasi jaringan laring termasuk pita
elastis (epiglotis, sepasang tulang rawan kornikulata dan suara) menghambat pita suara untuk bergetar dengan
kuneiformis, dan sisi superior tulang rawan aritenoid bagian bebas. Seseorang yang mengalami laringitis, suaranya
superior). Tulang-tulang rawan tersebut dihubungkan satu menjadi serak atau hanya dapat berbisik.
sama lain oleh ligamen dan pergerakannya satu sama lain
dikontrol oleh otot rangka intrinsik maupun ekstrinsik. Adanya iritan atau benda asing di saluran udara atas,
termasuk trakea atau bronki, membangkitkan refleks
Tulang rawan tiroid dan krikoid membentuk penyokong batuk, menimbulkan desakan udara yang eksplosif
silindris bagi laring, sedangkan epiglotis menjadi penutup dalam upaya menghilangkan iritan. Refleks batuk
aditus (pembukaan) laringeal. Selama bernapas, epiglotis dimulai dengan inhalasi udara dalam volume besar dan
dalam kedudukan vertikal, mempermudah aliran udara. penutupan epiglotis dan glotis (pita suara abduksi),
Selama proses menelan baik makanan, cairan ataupun air diikuti oleh kontraksi kuat otot untuk membuat
liur, kedudukan epiglotis akan horizontal, menutup aditus ekspirasi kuat (kontraksi otot interkostal dan abdomen).
laringeal; walaupun dalam keadaan normal, bahkan jika Terbukanya glotis dan epiglotis secara tiba-tiba,
tidak ada epiglotis, saat menelan bahan akan melewati aditus menyebabkan desakan udara dengan kecepatan
laring. Tulang rawan aritenoid dan kornikulata jarang alirannya mencapai 100 mil per jam, mengeluarkan
menyatu satu sama lain dan sebagian besar serat otot iritan dengan dorongan yang kuat.
instrinsik laring bergerak mendekatkan kedua aritenoid satu
sama lain, dan kepada tulang rawan krikoid.
Lumen laring ditandai secara khusus oleh adanya dua Trakea
pasang lipatan mirip papan rak, bagian atas adalah lipatan
vestibular dan bagian bawah lipatan vokalis. Lipatan Trakea memiliki tiga lapisan: mukosa, submukosa, and
vestibular tidak dapat bergerak. Lamina proprianya disusun adventisia. Cincin C terletak di lapisan adventisia.
oleh jaringan ikat jarang, mengandung kelenjar seromukosa,
sel-sel lemak dan unsur limfoid. Tepi bebas lipatan vokalis Trakea berbentuk tabung dengan panjang 12 cm dan
diperkuat oleh jaringan penyambung padat elastis dan berdiameter 2 cm, mulai dari tulang rawan krikoid di laring
tersusun teratur yaitu ligamen vokalis. Otot vokalis, dan berakhir ketika bercabang dua menjadi bronkus primer.
tertambat pada ligamen vokalis, membantu otot instrinsik Dinding trakea diperkuat oleh 10 sampai 12 cincin tulang
lain laring pada saat pengaturan ketegangan pita vokalis. rawan hialin berbentuk tapal kuda (cincin berbentuk C).
Otot-otot tersebut juga mengatur lebarnya ruang antara Ujung-ujung cincin tersebut terbuka ke arah posterior dan
kedua lipatan vokalis (rima glotidis), sehingga satu sama lain dihubungkan oleh otot polos, muskulus
mempermudah pengaturan vibrasi tepi bebasnya saat udara trakealis. Dengan susunan cincin C yang demikian, trakea
ekspirasi. membulat di bagian anterior dan datar di bagian posterior.
Selama bernapas tenang, pita suara sebagian abduksi Perikondrium setiap cincin C akan dihubungkan dengan
(terpisah), dan selama bernapas kuat pita suara vokalis perikondrium cincin C lainnya yang terletak langsung di atas
sepenuhnya abduksi. Selama fonasi, pita suara vokalis atau di bawahnya melalui jaringan ikat fibroelastik sehingga
mengalami adduksi kuat (saling mendekat) membentuk trakea dapat lentur dan dapat memanjang saat inspirasi.
celah sempit di antara keduanya. Gesekan udara terhadap Kontraksi muskulus trakealis akan menyempitkan diameter
bagian tepi pita suara yang tegang menghasilkan dan lumen trakea, menyebabkan aliran udara lebih cepat sehingga
memodulasi bunyi (tapi bukan suara yang terbentuk dari akan membantu pengeluaran benda asing (mukus atau iritan
pergerakan faring, palatum mole, lidah, dan bibir). Semakin lain) dari laring melalui batuk.
relaks dan lama pita suara, semakin rendah bunyinya. Trakea memiliki tiga lapisan: mukosa, submukosa, dan
Karena laring pada lelaki dewasa lebih luas daripada adventisia (Gambar 15-4).
perempuan, lelaki cenderung memiliki suara lebih rendah.
Laring dilapisi oleh epitel bertingkat bersilia, kecuali
pada permukaan atas epiglotis dan pita suara yang dilapisi
Mukosa
oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Silia pada
bagian laring bergerak ke arah faring, mendorong mukus Lapisan mukosa yang membatasi trakea disusun oleh epitel
dan partikel-partikel yang terperangkap ke arah mulut untuk bertingkat bersilia (epitel respiratori), jaringan penyambung
dibatukkan atau ditelan. subepitel (lamina propria) dan seberkas serat elastin yang
relstif tebal memisahkan lapisan mukosa dan submukosa.
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 352
Ci
MG
HC
GC
PC
L
Gambar 15-4 Gambaran mikroskop cahaya
trakea kera (x270). Tampak banyak silia (Ci)
seperti halnya sel Goblet (GC) di dalam
epitel. Juga perhatikan kelenjar mukosa
(MG) di jaringan penyambung subepitel dan
cincin-C hialin (HC) di adventisia. L, lumen;
PC, perikondrium.
Epitel Respirasi/Respiratori
Serat otot
polos
Arteri pulmonal
(membawa darah
Septum yang terdeoksigenasi
intraalveolaris
Bronkiolus
respiratorius
Bronkiolus
respiratorius
Vena pulmonal
(membawa
darah yang
teroksigenasi) Duktus alveolaris
Duktus alveolaris, atrium, dan alveolus disuplai oleh memancar dari bagian intrapulmonal lain. Jejaring serat
jaringan yang kaya akan kapiler. elastin tidak hanya menjaga patensi (terbukanya lumen)
duktus dan sakus ini selama inhalasi, tetapi juga
melindunginya terhadap kerusakan selama mengembang,
Duktus alveolaris tidak mempunyai dinding sendiri dan dan berperanuntuk ekspirasi normal (tanpa tenaga).
disusun oleh alveolus saja (Gambar 15-11 dan 15-12).
Sebuah duktus alveolaris yang berasal dari percabangan
bronkiolus respiratorius, dan duktus alveolaris berakhir Alveolus
sebagai kantong buntu yang terdiri dari dua atau lebih
kelompok kecil alveolus disebut sebagai sakus alveolaris.
Alveolus merupakan kantong kecil udara, disusun oleh
Sakus alveolaris ini akan terbuka ke arah ruang bersama pneumosit tipe I yang sangat tipis dan penumosit tipe II
yang oleh beberapa peneliti disebut atrium. yang lebih besar.
Unsur jaringan penyambung tipis antar alveolus, septa
interalveolaris, memperkuat duktus alveolaris dan
menstabilkannya. Sebagai tambahan, muara tiap alveolus ke Alveolus merupakan pengantongan keluar (outpouching )
duktus alveolaris dikendalikan oleh sebuah sel otot polos yang kecil, berdiameter sekitar 200µµm
tunggal (otot polos "knob"), terbenam di dalam kolagen tipe dari dinding bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
III, yang membentuk sfinkter yang halus mengatur diameter sakus alveolaris (Gambar 15-13; juga lihat Gambar 15-11A
pembukaan. dan B dan 15-12). Alveolus membentuk struktur primer dan
unit fungsional sistem pernapasan, karena dinding tipisnya
Serat elastin halus berasal dari bagian tepi duktus dan sakus memungkinkan pertukaran CO2 dengan O2 di antara udara di
alveolaris yang saling bersilang dengan serat elastin yang lumen dan darah dalam kapiler di sekitarnya. Walaupun tiap
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 358
Porus alveolaris
Bronkiolus Interior alveolus
respiratorius O2 Sel alveolus
CO2
Plasma
Duktus alveolar Sel darah merah
Darah miskin
Kapila alveolar oksigen dari
jantung
B
Darah yang
kaya oksigen
ke jantung
Alveolus
Difusi CO2 ke darah dan konversi menjadi HCO3- Difusi CO2 dari darah ke dalam alveolus
CO2
Diproduksi Cl–
oleh sel-sel CO2
jaringan
Hb
HCO3–+H+
CO2+H2O HCO3–+H+ Hb
Alveolus
H2CO3
Karbonik CO2+H2O
anhidra H2CO3 Karbonik
se anhidrase
HCO3– CO2
Cl–
CO2
Gambar 15-11 A, bronkiolus respiratorins. sakes alveolar, pores alveolar, dan alveoli. B, Septum interalveolar. C, Karbondioksida diambil dari jaringan tubuh
oleh eritrosit dan plasma. D. Karbondioksida dilepaskan oleh eritrosit dan plasma di paru (Bandingkan A dengan duktus alveolaris pada Gambar 15-10.)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 359
alveolus merupakan struktur kecil sekitar 0,002 mm3, jumlah mitokondria, beberapa tampilan RER dan aparat Golgi.
totalnya sekitar 300 juta, memberikan gambaran konsistensi Pneumosit tipe I membentuk taut kedap dengan sel
paru seperti karet busa. Diperkirakan permukaan total pneumosit lain, dengan demikian mencegah rembesan
seluruh alveolus yang ada untuk pertukaran gas mencapai cairan ekstraseluler (cairan jaringan) ke dalam lumen
140 m2 (kira-kira seluas lantai apartemen dengan dua kamar alveolus. Bagian permukaan dalam lumen sel ini ditutup
tidur atau seukuran lapangan tenis). oleh lamina basafis yang meluas hampir mencapai tepi
Karena jumlahnya yang banyak, alveolus sering terdesak porus alveolus. Bagian tepi porus alveolaris dibentuk oleh
satu sama lain, menggeser jaringan penyambung intersisial fusi membran dua sel penumosit tipe I yang berdekatan,
di antaranya. Pada tempat terjadinya kontak, ruang udara yang merupakan dinding dua alveoli yang berdampingan.
antara dua alveolus mungkin berhubungan satu sama lain Permukaan lumen pneumosit tipe I dilapisi oleh surfaktan
melalui porus alveolaris (porus Kohn), berdiameter seperti dijelaskan berikut ini.
bervariasi antara 8 sampai 60 µm (lihat Gambar 15-12).
Porus ini diduga berfungsi sebagai keseimbangan tekanan
udara dalam segmen paru. Daerah antara alveoli yang Pneumosit Tipe II
berdekatan dikenal sebagai septum interalveolaris. Daerah
ini diisi oleh banyak pembuluh kapiler, disusun oleh Meskipun pneumosit tipe II (juga dikenal sebagai sel
kapiler tipe kontinu yang disuplai dari arteri pulmonalis alveolar besar, sel septal, dan sel alveolar tipe II)
dan dialirkan kembali melalui vena pulmonalis. Jaringan berjumlah lebih banyak dari pneumosit tipe I, sel tersebut
penyambung septum interalveolaris, banyak mengandung hanya menempati sekitar 5% dari permukaan alveoli. Sel
serat elastin dan kolagen tipe III (serat retikulin). kuboid ini terletak di antara dan membentuk taut kedap
Karena alveolus dan kapiler disusun oleh sel epitel, dengan pneumosit tipe I. Permukaan apikalnya berbentuk
keduanya ditopang oleh lamina basalis yang jelas. Muara kubah menonjol ke dalam lumen alveolus (Gambar 15-15
alveolus pada sakus alveolaris, berbeda dengan pada dan 15-16). Pneumosit tipe II seringkali berlokasi di tempat
bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris, tidak alveolus yang berdampingan saling dipisahkan oleh sebuah
mempunyai sel otot polos. Di sekitar muara alveolus sekat (karenanya disebut sel septal) dan permukaan
tersebut, dikelilingi serat elastin, terutama serat retikulin. adluminalnya dilapisi oleh lamina basalis.
Dinding alveolus disusun oleh dua jenis sel: pneumosit tipe I
dan pneumosit tipe II. Gambaran mikroskop elektron pneumosit tipe II
menampilkan mikrovili di bagian apeks yang pendek. Sel
Pneumosit Tipe I memiliki inti di bagian tengah, banyak RER, aparatus Golgi
yang berkembang baik, dan mitokondria. Gambaran yang
sangat khusus yang membedakan sel ini adalah keberadaan
Sekitar 95% permukaan alveolus terdiri dari epitel selapis badan lamelar yang mengandung surfaktan paru, yaitu
gepeng yang dikenal sebagai penumosit tipe I (atau sekret yang dihasilkan sel ini.
disebut sel alveolar tipe I dan sel alveolar gepeng).
Karena sel epitel ini sangat tipis, sitoplasma sel tipis dan Surfaktan paru disintesis di RER pneumosit tipe II,
hanya setebal 80 nm (Gambar 15-14; juga lihat Gambar komposisi primernya adalah dua fosfolipid, dipalmitoil
15-12). Bagian inti sel, dengan sendirinya, lebih lebar fosfatidilkolin dan fosfatidilgliserol; lemak netral; dan
dan mengandung bayak organel se, terdiri dari sejumlah kecil empat protein unik, apoprotein surfaktan SP-A, SP-
r
p
en
ep
b a
Gambar 15-14 Gambaran mikroskop elektron transmisi sawar gas-darah (x71.250). Perhatikan adanya alveolus (a), pneumosit tipe I yang jenuh (ep), fusi lamina
basalis (b), sel endotel kapiler yang jenuh (en) dengan vesikel pinositotik (panah), plasma (p), dan eritrosit (r) dalam lumen kapiler. (Dan Maim JN: Morphology
and morphometry of the normal lung of the adult vervet monkey (Cercopithecus aethiops). Am J Anat 183: 258-267, 1988.)
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 361
Gambar 15-16 Gambaran mikroskop elektron transmisi pneumosit tipe II. Perhatikan inti yang terletak di tengah (N) dikelilingi oleh beberapa badan lamela.
a, alveolus; c, kapiler; e, serat elastin; En, inti sel endotel; f, serat kolagen. Panah menandakan sawar gas-darah; asterisk memperlihatkan keping darah. (Dari
Leeson TS, Leeson CR, and Paparo AA: Text/Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)
DC
Pertukaran Gas antara Jaringan 1 Ion bikarbonat memasuki eritrosit (dengan konsekuensi
dan Paru penglepasan Cl- dari sel darah merah ke dalam plasma yang
dikenal sebagai pergeseran klorida).
Di paru, O2 ditukar dengan CO2 yang diangkut darah di 2 Ion bikarbonat dan ion hidrogen dalam sitosol eritrosit
dalam jaringan tubuh, CO2 ditukar oleh O2 yang diangkut bergabung membentuk asam karbonat.
darah. 3 Dalam paru, penggabungan O2 dengan hemoglobin
membuat hemoglobin lebih besifat asam dan menurunkan
Sepanjang inspirasi, udara yang mengandung oksigen kesanggupan mengikat CO2. Selanjutnya ion hidrogen
memasuki ruang alveolus dari paru. Karena jumlah total yang berlebih dilepaskan, disebabkan kelebihan sifat
permukaan seluruh alveoli kira-kira 140 m2 dan volume total keasaman hemoglobin akan mengikat ion bikarbonat
darah seluruh kapiler dalam paru pada suatu waktu membentuk asam karbonat.
tidal( lebih dari 140 mL, ruang yang tersedia untuk difusi
4 Karbonik anhidrase mengatalisis pemecahan asam
gas sangat besar. Lebih lanjut, diameter kapiler cukup kecil
sehingga sel darah merah dapat berjalan hanya dalam satu karbonat membentuk air dan CO2.
baris tunggal, dengan demikian oksigen dapat mencapai 5 CO2 larut di dalam plasma, berikatan dengan hemoglobin
setiap eritrosit dari seluruh lingkaran sehingga dan pecah dari asam karbonat mengikuti perbedaan gradien
memanfaatkan seluruh area permukaan sel darah merah yang konsentrasi untuk berdifusi melewati sawar gas-darah
tersedia untuk pertukaran gas. Oksigen berdifusi melalui masuk ke dalam lumen alveoli.
sawar gas-darah, memasuki lumen kapiler darah dan
berikatan dengan bagian hem dari hemoglobin eritrosit Hemoglobin juga mempunyai dua jenis ikatan, tempat
membentuk oksihemoglobin. CO2 meninggalkan darah, ikatan untuk nitrit oksida (NO), suatu
berdifusi melalui sawar gas-darah ke dalam lumen alveolus neurotransmiter, bila dilepaskan oleh sel endotel pembuluh
dan keluar dari ruang alveolus sebagai udara kaya CO2 darah menimbulkan relaksasi sel otot polos pembuluh darah
Ch015-X2945.qxd 15/8/06 2:50 PM Page 364
dan akibatnya terjadi dilatasi pembuluh darah. Hemoglobin, Untuk terjadinya ekshalasi, otot pernapasan (dan otot
S-nitrosilat (tempat ikatan 1) oleh nitrit oksida yang dibuat bantu pernapasan) akan relaksasi, menurunkan volume
oleh pembuluh darah di paru, mengikatkan nitrit oksida ke rongga pleura dengan akibat meningkatkan tekanan dalam
arteriol dan metarerteriol jaringan ketika NO dilepaskan dan rongga pleura. Selanjutnya serat elastin yang teregang
menimbulkan vasodilatasi. Pada keadaan ini hemoglobin kembali ke panjang saat istirahat, mendorong udara ke luar
tidak hanya berkontribusi terhadap modulasi tekanan darah, paru. Dengan demikian ekspirasi normal tidak
tapi juga memfasilitasi agar pertukaran O2 dan CO2 menjadi membutuhkan tenaga. Pada ekspirasi bertenaga, otot-otot
lebih efisien. Lebih lanjut, sekali O2 meninggalkan bagian interkostal internal dan otot abdominal berkontraksi,
hem hemoglobin untuk mengoksigenasi jaringan, NO menurunkan volume rongga pleura, menambah dorongan
menempati atom besi (tempat ikatan 2) dan diangkut ke paru udara meninggalkan paru.
dan akan dilepaskan ke dalam alveolus dan diekshalasi
bersama CO2.
KORELASI KLINIS
Seseorang yang menderita poliomielitis, otot
Rongga Pleura dan pernapasan mungkin menjadi sangat lemah dan
Mekanisme Ventilasi otot tambahan akan mengalami hipertrofi karena
otot tersebut yang mengelevasi rongga dada.
Perubahan volume rongga pleura melalui kegiatan otot
Pada penyakit lain seperti miastenia gravis dan
berpengaruh terhadap pergerakan gas ke dalam dan ke
sindrom Guillain Barre, kelemahan otot
luar sistem pernapasan. pernapasan dan otot pernapasan tambahan, dapat
menimbulkan gagal napas dan berakibat
kematian walaupun paru berfungsi normal.
diameter kapiler ini hanya 8 µm, eritrosit, seperti disebutkan arteri dan vena pulmonalis serta pohon bronkus turun ke
di atas, mengikuti satu sama lain dalam satu deretan dalam tingkat bronkiolus respiratorius. Seluruh rangkaian mengalir
pembuluh kapiler, mengurangi ruang pertukaran gas dan ke nodus limfatikus di hilus pada akar setiap paru. Pembuluh
secara maksimal memaparkan eritrosit dengan oksigen. limf eferen dan nodus limfatikus menyalurkan cairan limf ke
Darah dalam bantalan kapiler akan teroksigenasi dan duktus toraksikus atau duktus limfatikus kanan yang akan
selanjutnya dialirkan ke dalam vena dengan diameter lebih mengembalikan limf ke pertemuan antara vena jugularis
lebar. Vena pulmonalis membawa darah yang sudah interna dan subklavia bagian kiri atau kanan.
teroksigenasi dan berjalan dalam septum antar lobulus paru.
Dengan demikian, vena mengikuti jalur yang berbeda
dengan arteri sampai vena mencapai bagian puncak lobulus, Persarafan Paru
selanjutnya akan berjalan bersama bronkus ke hilus paru
untuk mengantar darah miskin oksigen ke bagian jantung
kiri. Rangkaian ganglion simpatis toraks menyediakan serat
simpatis dan nervus vagus menyediakan serat parasimpatis
Arteri bronkialis yang bercabang dari aorta torakalis
ke otot polos di pohon bronkus. Serat saraf simpatis (β-
membawa darah kaya nutrisi dan oksigen ke pohon
adrenergik) menyebabkan relaksasi otot polos bronkus dan
bronkus, septum interlobularis dan pleura paru. Beberapa
bronkodilatasi (selain menyebabkan konstriksi pembuluh
cabang kecil beranastomosis dengan sistem pulmonal.
darah pulmonalis `respon paradoksal'); serat saraf
Lainnya disalurkan melalui vena bronkialis yang
parasimpatis merupakan kolinergik, menimbulkan
mengembalikan darah ke sistem vena azigos.
kontraksi otot polos bronkus, menimbulkan
bronkokonstriksi. Sebagai tambahan, nonadrenergik, dan
Paru memiliki dua aliran limf. Sistem pembuluh limf serat nonkolinergik juga berjalan dengan nervus vagus
superfisial di pleura viseralis dan pembuluh limf profunda di menyebabkan bronkodilatasi dengan melepas NO di dekat
intersisium paru. Pembuluh limf superfisial membentuk otot polos bronkus dan menimbulkan relaksasi.
beberapa pembuluh besar yang mengalir menuju nodus Kadang terdapat sinaps yang melibatkan pneumosit tipe
limfatikus di hilus (bronkopulmonal) pada akar setiap paru. II, sehingga menimbulkan dugaan adanya kontrol saraf
Jejaringan yang profunda, terbagi atas tiga grup, mengikuti terhadap produksi surfaktan paru.
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 367
16 䡲 䡲 䡲
Sistem Pencernaan:
Rongga Mulut
Sistem pencernaan terdiri atas rongga mulut, saluran cerna, berlapis berlapisan keratin atau berlapisan parakeratin dan
dan kelenjar pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi untuk jaringan ikat padat kolagen yang susunannya iregular. Bagian
melahap (ingestion), mengunyah, menelan, mencerna lain rongga mulut dilapisi oleh mukosa pelapis (lining
(digestion) dan menyerap (absorption) makanan serta mucosa) yang terdiri atas epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
membuang sisa makanan yang tak tercerna. Berbagai bagian keratin dan jaringan ikat padat kolagen yang lebih longgar dan
dari sistem pencernaan berubah, menyesuaikan diri, susunannya tidak teratur. Selain itu, bagian mukosa mulut
mengandung struktur khusus, sehingga dapat melakukan yang mengandung kuncup kecap (permukaan dorsal lidah,
berbagai fungsinya masing-masing. langitan lunak, dan farings) dilapisi oleh mukosa khusus
Bab ini dan dua bab berikutnya akan menjelaskan tentang (specilazed mucoca, yang khusus untuk mengecap).
histologi dan fungsi berbagai bagian sistem pencernaan. Bab Saluran keluar ketiga kelenjar liur mayor (parotis,
ini membahas rongga mulut; Bab 17 membahas saluran cerna submandibular, dan sublingual) bermuara di rongga mulut,
(esofagus, lambung, usus kecil dan besar, rektum, dan anus); dan mencurahkan air liur untuk membasahi mulut. Kelenjar
dan Bab 18 membahas kelenjar pencernaan (kelenjar liur, tersebut membuat dan mensekresikan enzim amilase liur
pankreas, hati, dan kandung empedu). untuk mencerna karbohidrat, laktoferin dan lizosim yang
bersifat antibakteri, dan imunoglobulin A sekretorik
(IgA). Selain itu, kelenjar liur minor yang terdapat dalam
MUKOSA MULUT jaringan ikat mukosa mulut ikut menambah aliran liur ke
rongga mulut. Dalam rongga mulut, makanan dibasahi oleh
Mukosa mulut tampak basah dan terdiri atas epitel gepeng liur, dikunyah, dan diolah oleh lidah sehingga terbentuk
berlapis (tanpa lapisan keratin, berlapisan keratin sebagian sejumlah massa bulat berdiameter 2 cm yang disebut bolus.
atau parakeratinasi, atau berlapisan keratin penuh atau Bolus didorong oleh lidah ke dalam farings hingga tertelan.
ortokeratinasi) dan jaringan ikat kolagen yang susunannya tak
Bibir membentuk batas anterior dan lipat palatoglosal
teratur yang terdapat dibawah epitel. Mukosa mulut dibedakan
membentuk batas posterior rongga mulut. Bangunan penting
atas tiga jenis yaitu: mukosa pelapis (lining), mukosa
di dalam dan sekitar rongga mulut adalah bibir, gigi dan
penguyah (masticatory), dan mukosa khusus (specialized).
bangunan terkait, palatum, dan lidah.
Rongga mulut dilapisi oleh mukosa mulut yang tampak
basah dan terdiri atas epitel gepeng berlapis (tanpa
Bibir
lapisan keratin, berlapisan keratin sebagian atau
parakeratinasi, atau berlapisan keratin penuh atau
ortokeratinasi) dan jaringan ikat kolagen yang Bibir terdiri atas tiga daerah: bagian yang dilapisi kulit,
susunannya tak teratur atau iregular yang terdapat di merah bibir dan yang dilapisi mukosa (permukaan dalam/
bawah epitel. Bagian rongga mulut yang terpapar pada internal).
gesekan dan tarikan (gusi, permukaan dorsal lidah dan
langitan keras) dilapisi oleh mukosa pengunyah Bibir atas dan bawah umumnya saling bersentuhan
(masticatory mucosa) yang terdiri atas epitel gepeng membentuk gerbang yang menjaga rongga mulut. Bagian
367
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 368
tengah bibir mengandung serat otot rangka yang berfungsi Bibir bawah
untuk menggerakkan bibir. Bibir terdiri atas tiga daerah: M. orbikularis oris
permukaan eksternal, merah bibir dan permukaan mukosa Kelenjar labial dalam jaringan ikat
(permukaan dalam/internal yang basah). Vestibulum
Email
Permukaan eksternal bibir dilapisi oleh kulit tipis dengan Dentin
kelenjar keringat, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Bagian
Mahkota
ini berbatasan dengan merah bibir, yaitu bagian bibir
berwarna merah muda yang dilapisi kulit tipis juga. Akan Gusi
tetapi, merah bibir tidak mengandung kelenjar keringat dan
folikel rambut, walaupun terkadang mengandung kelenjar
sebasea non fungsional. Ketiadaan kelenjar yang fungsional Alveolus
menyebabkan merah bibir perlu dibasahi oleh lidah. Tautan Akar gigi
antara epitel dan jaringan ikat dibawahnya (rete aparatus) Pulpa
sangat berkembang, sehingga lengkung kapilar pada papila
dermis sangat dekat dengan permukaan kulit, yang membuat Sementum
merah bibir tampak merah muda. Ligamen
periodontal
Permukaan mukosa (internal) bibir selalu basah dan
dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin. Saluran akar
Jaringan ikat subepitelnya adalah jaringan ikat padat kolagen
yang susunannya tak teratur dan mengandung kelejar liur Foramen apikal
Mandibula
minor yang terutama terdiri atas kelenjar mukosa.
Manusia mempunyai 2 perangkat gigi: 20 gigi desidua Pembuluh darah, pembuluh limf, dan saraf masuk dan keluar
(susu), yang akan digantikan oleh 32 gigi tetap (dewasa) rongga pulpa lewat foramen apikal (Gambar 16-2).
yang terdiri atas 20 gigi suksedanosa/pengganti
(succedaneous) dan 12 molar (accessional). Gigi desidua
dan gigi tetap terbagi rata pada lengkung mandibula dan Komponen Bermineral
maksila.
Berbagai gigi mempunyai gambaran morfologi, jumlah Bahan bermineral pada gigi adalah email, dentin dan
akar dan fungsi yang berbeda satu sama lain, yaitu untuk sementum. Dentin melingkupi rongga pulpa dan saluran akar.
menangkap mangsa, memotong bongkahan besar menjadi Pada mahkota gigi, dentin dilapisi oleh email, sedangkan pada
potongan kecil, dan melunakkan potongan makanan menjadi akar gigi, dentin dilapisi oleh sementum. Bagian keras gigi
bolus. Namun demikian, di sini hanya struktur umum gigi sebagian besar terdiri atas dentin. Email dan sementum
yang akan dibahas. bertemu pada serviks gigi.
Tiap gigi tertanam dalam rongga (alveolus) pada tulang
dan dilapisi oleh jaringan ikat kolagen yang susunannya Email
iregular yang disebut ligamen periodontal yang terdapat di
antara gigi dan tulang. Gusi juga ikut menyangga gigi, dan Email melapisi dentin pada mahkota gigi; email terdiri
epitelnya memisahkan rongga mulut dari ruang di jaringan atas 96% kalsium hidroksiapatit yang merupakan bahan
ikat subepitel (Gambar 16-1). terkeras di dalam tubuh kita.
Bagian gigi yang tampak di dalam rongga mulut disebut
mahkota klinis, sedangkan bagian yang tertanam dalam
alveolus disebut akar gigi. Daerah di antara mahkota dan akar Email adalah bahan terkeras dalam tubuh kita. Email tampak
disebut serviks (leher) gigi. Seluruh gigi terdiri atas tiga jernih dan warnanya tergantung warna dentin dibawahnya.
bahan bermineral yang melingkupi pulpa gigi yang lunak dan Email terdiri atas 96% kalsium hidroksiapatit dan 4% bahan
merupakan jaringan ikat gelatinosa, yang terdapat di dalam organik dan air. Bagian terkalsifikasi pada email terdiri atas
rongga pulpa yang melanjutkan diri menjadi saluran akar. kristal besar yang dilapisi selapisan tipis matriks organik.
Saluran akar berhubungan dengan ligamen periodontal lewat Bahan organik pada email adalah glikoprotein berberat
lubang kecil yang disebut foramen apikal pada ujung akar gigi molekul
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 369
Dantin
Mahkota
klinis KORELASI KLINIS
Sulkus gingiva
Karies (lubang) disebabkan oleh penumpukan
Mahkota mikroorganime pada lekukan di permukaan email. Pada
anatomi Gingiva bebas permukaan gigi, bakteri memetabolisme nutrien dalam
Serviks
air liur dan menghasilkan asam yang mendekalsifikasi
email. Bakteri kemudian berproliferasi dalam rongga
Epitel gusi yang dibentuknya, kemudian, bakteri bersama toksin
yang dihasilkannya memperluas karies.
Rongga Fluorida meningkatkan kekerasan email, terutama
pulpa pada orang muda, membuat email menjadi resisten
terhadap karies. Insidens karies sangat menurun
Sementum
dengan penambahan fluorida pada sumber air publik
dan pasta gigi, dan aplikasi fluorida topikal di klinik
gigi. Dengan bertambahnya usia, kristal email
membesar ukurannya, sehingga ruang untuk
Ligamen pertukaran ion hidroksil dan fluorida jadi menyempit.
Akar
periodontal Karena itu, penggunaan fluorida pada orang dewasa
tidak seefektif pada anak-anak.
Alveolus
Saluran akar
Selama pembentukannya, email dibentuk bertahap, berupa
Foramen apikal segmen harian; karena itu, kualitas email yang terbentuk
beragam tergantung kesehatan ibu selama masa pranatal dan
kesehatan anak sesudah lahir. Dengan demikian, batang
email menunjukkan status metabolik seseorang selama masa
pembentukan email, yang hasil akhirnya dapat berupa segmen
Gambar 16-2 Gigi dan bangunan sekitamya. Perhatikan bahwa
batang berurutan yang mengalami hipokalsifikasi, diikuti oleh
mahkota klinis adalah bagian mahkota yang tampak di dalam rongga email yang normal derajat kalsifikasinya. Urutan derajat
mulut, sedangkan mahkota anatomi meluas dari taut semento-email ke kalsifikasi yang berselang-seling ini terlihat secara histologi
permukaan oklusal gigi. dan disebut striae Retzius, yang analog dengan lingkaran
pertumbuhan pada batang pohon.
Permukaan bebas gigi yang baru bererupsi dilapisi oleh
bahan serupa lamina basal, yaitu kutikula email primer,
besar yang mirip-keratin, yaitu enamelin kaya-tirosin, dan yang dibentuk oleh ameloblas. Kutikula ini segera terlepas
protein terkaitnya, yaitu tuftleins. saat gigi muncul di rongga mulut.
Email dihasilkan oleh ameloblas, yang dalam sehari
membentuk email berupa segmen 4-8 µm yang disebut segmen Dentin
batang. Segmen batang yang berurutan saling melekat
membentuk batang (prisma) email berbentuk lubang kunci, Dentin membentuk bagian terbesar gigi; dentin tersusun
yang meluas keseluruh ketebalan email, mulai dari batas oleh 70% kalsium hidroksiapatit dan merupakan bahan
dentin-email sampai ke permukaan email. Dalam batang kedua terkeras di tubuh kita.
email, orientasi kristal kalsium hidroksiapatit bervariasi. Hal
ini menyebabkan subdivisi batang email menjadi kepala Dentin adalah bahan kedua terkeras di tubuh kita (Gambar
silindris yang melekat pada ekor (email antar-batang) berbentuk 16-3, juga lihat Gambar 16-2). Dentin berwarna kekuningan,
segi empat padat. Email adalah bahan nonvital; karena dan elastisitasnya yang tinggi melindungi email diatasnya
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 370
KORELASI KLINIS
Sensitivitas dentin diperantarai serat saraf sensoris yang
berhubungan erat dengan odontoblas, prosesus
odontoblas, dan tubulus dentin. Gangguan cairan
D
jaringan dalam tubulus dentin diduga menyebabkan
depolarisasi serat saraf, dan pengiriman sinyal ke otak
yang diinterpretasikan sebagai rasa nyeri.
P
Sementum
KORELASI KLINIS
Perdarahan pulpa tampak secara klinis sebagai warna
gelap pada gigi. Karena pulpa dapat sembuh, maka
O perdarahan bukanlah indikator tunggal untuk
perawatan saluran akar.
CF
Odontogenesis
CR
Email Pulpa
Dentin
Tulang alveolar
Sementum
E Pembentukan akar F Pembentukan akar G Erupsi Gambar 16-5 Odontogenesis.
tahap awal tahap akhir
Stadium Tunas/Kuncup (Bud Stage) stadium sungkup pada perkembangan gigi. Dua dari ketiga
lapisan - bagian cembung epitel selapis gepeng yang disebut
Segera setelah munculnya lamina dentis, aktivitas mitosis epitel email luar dan epitel gepeng selapis pada bagian
meningkat pada bagian inferior penebalan epitel, dan cekung yang disebut epitel email dalam - bertemu pada
terbentuklah 10 bangunan epitel yang disebut kuncup gigi. daerah yang disebut lengkung servikal. Kedua epitel
Munculnya kuncup gigi memulai bud stage pada menyelimuti lapis ketiga yang terletak di bagian dalam dan
perkembangan gigi. Kesepuluh kuncup gigi akan berkembang disebut retikulum stelata, yang selnya mempunyai cabang
menjadi 10 gigi desidua pada masing-masing lengkung sitoplasma yang saling berhubungan. Ketiga lapisan yang
maksila dan mandibula. Pada bagian inferior tiap kuncup, sel berasal dari epitel ini membentuk organ email yang
ektomesenkim berkumpul membentuk calon papila dentis. dipisahkan dari ektomesenkim sekitarnya oleh lamina basal.
Perkembangan selanjutnya, walaupun serupa pada tiap kuncup, Bagian cekung bangunan berbentuk topi ini ditempati oleh
tetapi tidak terjadi bersamaan, sehingga munculnya gigi pada kumpulan sel ektomesenkim yang disebut papila dentis.
anak-anak terjadi secara berurutan. Pembuluh darah dan saraf terbentuk di papila dentis pada
stadium sungkup perkembangan gigi.
Stadium Sungkup (Cap Stage)
Proses morfodiferensiasi menyebabkan terbentuknya
cetakan bakal gigi; yaitu, organ email dapat berubah bentuk
Stadium sungkup pada perkembangan gigi ditandai oleh menjadi seperti gigi seri, taring atau molar. Perubahan bentuk
organ email yang terdiri atas 3 lapisan. Ketiga lapisan ini diatur oleh kelompokan padat sel yang disebut simpul
tadi adalah: epitel email luar, retikulum stelata, dan epitel email (enamel knot) yang terletak dekat epitel email dalam
email dalam. di dalam organ email. Sel ektomesenkim pada papila dentis
diduga menginduksi sel pada simpul email agar
Epitel kuncup gigi berproliferasi sehingga kuncup mengekspresikan molekul sinyal, dan dengan demikian,
bertambah besar dan berubah bentuk menjadi bangunan menjadikan simpul email sebagai pusat sinyal utama untuk
berlapis tiga berbentuk sungkup atau topi, yang memulai morfogenesis gigi.
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 373
Sel pada simpul email membuat dan melepaskan bone Proliferasi sel pada benih gigi menyebabkan pembesaran
morphogenetic protein BMP-2, BMP-4, BMP-7, sonic organ email, dan penumpukan cairan di dalam organ email.
hedgehog (sebuah protein berbentuk seperti landak mainan), Selain itu, bagian cekungnya bertambah dalam, dan
dan fibroblast growth factor-4 (FGF-4) pada rentang waktu terbentuk lapisan sel di antara retikulum stelata dan epitel
yang spesifik, dan dengan demikian menyebabkan pola kejadian email dalam yang disebut stratum intermedium.
induktif yang membentuk tonjolan pada gigi. Akan tetapi, sel Keseluruhan penampilan di atas menandai stadium genta
pada simpul email membutuhkan epidermal growth factor pada perkembangan gigi. Karena terjadi perubahan bentuk
(EGF) dan FGF-4 untuk mencegah apoptosis dan kematian organ email dan juga perubahan bentuk sebagian selnya,
selnya. Karena itu, simpul email bertanggung jawab untuk tahap odontogenesis ini disebut juga tahap
terbentuknya tonjolan gigi; akan tetapi, setelah pola tonjolan morfodiferensiasi dan histodiferensiasi.
pada gigi terbentuk, EGF dan FGF-4 menghilang, sel pada Karena sebagian besar cairan dalam organ email
simpul email mati, dan simpul email tidak lagi berperan pada diresorpsi, epitel email luar kolaps pada stratum intermedium,
odontogenesis. Selain itu, simpul email pada calon gigi seri yang sehingga sakus dentis yang berpembuluh darah menjadi lebih
tidak mempunyai tonjolan tidak menjadi pusat sinyal utama, dekat pada stratum intermedium. Dekatnya pembuluh darah
malahan selnya mengalami apoptosis dan kematian pada saat menyebabkan stratum intermedium menginduksi epitel
stadium tunas. selapis gepeng pada epitel email dalam sehingga
Papila dentis dan organ email bersama-sama membentuk berdiferensiasi menjadi preameloblas yang kemudian menjadi
benih gigi (tooth germ). Papila dentis yang lapisan sel paling sel kolumnar yang memproduksi email dan disebut
perifemya terpisah dari epitel email dalam oleh lamina basal ameloblas (Gambar 16-6). Akibat histodiferensiasi epitel
akan membentuk pulpa dan dentin gigi. Sel ektomesenkim email dalam, sel paling perifir pada papila dentis yang ber-
yang menyelimuti benih gigi membentuk selubung yang
mengandung pembuluh darah dan disebut sakus dentis atau
kantong gigi, yang akan membentuk sementum, ligamen
periodontal, jaringan ikat ginggiva, dan alveolus. Sel epitel
email dalam berdiferensiasi menjadi preameloblas dan
kemudian menjadi ameloblas yang membentuk email. Karena
itu, kecuali email, gigi dan bangunan yang berhubungan
dengannya berasal dari krista neural.
Selama stadium tunas, tonjolan padat sel epitel yang berasal
dari lamina dentis tumbuh ke dalam ektomesenkim dan disebut
lamina suksedanosa (lamina pengganti). Sel di ujung lamina
suksedanosa berproliferasi membentuk kuncup, sehingga
terbentuklah bakal gigi suksedanosa (pengganti) yang akan
menggantikan gigi susu. Karena gigi susu jumlahnya hanya 20
buah, gigi suksedanosa yang terbentuk juga 20 buah. Keduabelas
gigi tetap sisanya disebut gigi aksesional atau gigi tambahan
(tiga molar/geraham permanen pada tiap kuadran). Karena tidak
menggantikan gigi susu, gigi tambahan muncul dari perluasan
posterior lamina dentis pada mandibula dan maksila.
Pembentukan perluasan posterior lamina dentis ini dimulai pada
bulan kelima kehamilan.
Ameloblas Odontoblas
Stadium genta ditandai oleh organ email yang terdiri atas
empat lapisan. Keempat lapisan tersebut adalah: epitel Gambar 16-6 Ameloblas dan odontoblas. Perhatikan bahwa prosesus
email luar, retikulum stelata, stratum intermedium, dan odontoblas sangat panjang dan sebagian besar terpotong (ruang
epitel email dalam. putih). (Dari Lentz TL. Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings
of Whole Cell Structure . Philadelphia, WB Saunders, 1971).
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 374
Ligamen Periodontal
KORELASI KLINIS
Ligamen periodontal terdiri atas jaringan ikat padat
Serat proprioseptif dalam ligamen periodontal berperan
kolagen yang susunannya tidak teratur (iregular), yang
pada refleks sentak-rahang (jaw-jerk), yaitu gerakan
serat utamanya adalah serat kolagen tipe I. Ligamen ini
membuka rahang secara involunter saat tiba-tiba tergigit
melekatkan gigi pada alveolusnya.
sesuatu yang keras . Refleks ini menyebabkan relaksasi
otot pengunyah dan kontraksi otot yang berperan pada
pembukaan rahang, dan dengan demikian melindungi
Ligamen periodontal terdapat pada ruang periodontal, yaitu gigi agar tidak patah.
ruang di antara sementum akar gigi dan alveolus tulang rahang
(lihat Gambar 16-1 dan 16-2). Ruang periodontal lebarnya 0,5
mm. Walaupun jaringan kaya akan pembuluh darah ini Alveolus
diklasifikasikan sebagai jaringan ikat padat kolagen iregular
yang serat utamanya adalah serat kolagen tipe I, susunan Alveolus adalah rongga pada tulang tempat gigi tertanam.
seratnya memiliki pola yang khas untuk menyerap dan Gigi diletakan pada tempatnya oleh serat yang berasal dari
menahan tenaga mengunyah. Ujung seratnya tertanam dalam ligamen periodontal.
alveolus dan sementum, dan disebut serat Sharpey, yang
membuat ligamen periodontal melekatkan gigi pada
tempatnya (Gambar 16-8). Prosesus alveolar adalah lanjutan tulang mandibula dan
maksila, yang mengandung rongga-rongga yang disebut
Fibroblas adalah sel utama dalam ligamen periodontal. Sel alvelous, tempat akar gigi tertanam. Alveoli yang berdekatan
tersebut menghasilkan serat kolagen dan zat antar sel amorf, terpisah oleh tulang yang disebut septum interalveolar.
tetapi juga meresorpsi seat kolagen. Dengan demikian, Alveolus terdiri atas 3 lapisan (lihat Gambar 16-1 dan 16-2).
fibroblas menyebabkan pergantian serat kolagen yang Lempeng kortikal terdapat di lapisan paling luar, di bagian
cepat di dalam ligamen periodontal. Selain itu, dalam ligamen lingual dan labial, dan terdiri atas tulang kompakta yang
periodontal juga terdapat sel mast, makrofag, sel plasma, dan berperan sebagai penyokong. Tulang kompakta ini bagian
lekosit. dalamnya dilapisi oleh tulang spongiosa yang disebut
Saraf pada ligamen periodontal terdiri atas: (1) serat spongiosa, yang dilapisi lagi oleh tulang kompakta tipis di
autonom yang mengatur diameter lumen arteriol; (2) serat bagian terdalam, yang disebut tulang alveolar sejati yang
yang menghantarkan rasa nyeri; dan (3) serat proprioseptif bentuk rongganya sesuai dengan akar gigi yang tertanam di
yang berperan dalam persepsi orientasi spasial. dalamnya.
Arteri pemasok nutrien berjalan dalam kanal yang disebut karena bagian tengahnya mengandung otot polos
kanal nutrien di dalam spongiosa, dan memberi darah pada Mukosa pengunyah (masticatory mucosa) pada
alveolus tulang kompakta. Tulang alveolar sejati yang permukaan-oral palatum keras terdiri atas epitel gepeng
disokong oleh spongiosa dan lempeng kortikal berlubang- berlapis dengan lapisan keratin (atau sebagian dilapisi keratin/
lubang. Cabang arteri pemasok nutrien yang disebut parakeratinasi) yang basah, dan di bawahnya terdapat jaringan
perforating arteries berjalan dari spongiosa, menembus lubang, ikat padat kolagen yang susunannya iregular. Jaringan ikat di
menuju ligamen periodontal dan memasok vaskularisasi untuk bagian anterior lateral palatum keras mengandung kelompokan
ligamen tersebut. jaringan lemak, sedangkan di bagian posterior lateral
mengandung asini kelenjar liur-minor mukosa. Permukaan-
Gingiva (Gusi) nasal palatum keras dilapisi epitel respiratorius yang di sana-
sini diselingi oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin.
Gusi melekat pada permukaan email lewat epitel gepeng Permukaan-oral palatum lunak dilapisi oleh mukosa
berlapis tanpa lapisan keratin (tanduk) yang disebut epitel pelapis (lining mucosa), yang terdiri atas epitel gepeng
taut (junctional epithelium). Epitel ini tipis dan berbentuk berlapis tanpa lapisan keratin yang basah, dan dibawahnya
seperti mata kapak (wedge). terdapat jaringan ikat padat kolagen yang susunannya iregular
dan mengandung kelenjar liur-minor mukosa yang merupakan
Karena gusi terpajan daya gesek yang besar, maka epitel lanjutan kelenjar serupa di palatum keras. Epitel permukaan-
gepeng berlapis yang melapisinya mempunyai lapisan keratin nasal palatum lunak serupa dengan yang terdapat pada
penuh (ortokeratinasi) atau sebagian dilapisi keratin palatum keras, yaitu epitel bertingkat kolumnar bersilia.
(parakeratinasi) (lihat Gambar 16-1 dan 16-2). Di bawah Tonjolan yang terdapat di bagian paling posterior palatum
epitel gusi terdapat jaringan ikat padat kolagen yang lunak disebut uvula. Penampilan histologi uvula serupa dengan
susunannya tidak teratur yang serat kolagen tipe I di dalamnya palatum lunak, tetapi epitelnya hanya terdiri atas epitel gepeng
membentuk kelompokan serat utama yang mirip pada ligamen berlapis tanpa lapisan keratin. Jaringan ikat uvula juga
periodontal. merupakan jaringan ikat padat kolagen yang susunannya
Saat epitel gusi mendekati gigi, epitel ini berbalik arah iregular dan mengandung kelenjar liur-minor mukosa seperti
sepanjang 1-2 mm menuju bagian apikal (ujung) akar gigi, pada palatum lunak. Di bagian tengah uvula terdapat otot
dan kemudian melekat pada permukaan email lewat rangka yang berperan pada gerakan uvula.
hemidesmosom. Ruang dengan kedalaman 1-2 mm di antara
gusi dan gigi ini disebut sulkus gingiva. Lidah
Epitel gusi yang melekat pada permukaan email disebut
epitel taut, dan membentuk lingkaran di sekitar leher gigi. Lidah terdiri atas tiga daerah, yaitu: duapertigabagian anterior,
Epitel taut membentuk sawar (barrier) yang kokoh , sehingga sepertiga bagian posterior, dan akar lidah.
rongga mulut yang penuh bakteri tidak berhubungan dengan
lingkungan steril pada jaringan ikat gusi. Kelompokan serat
utama gusi membantu perlekatan epitel taut pada permukaan Lidah adalah bangunan terbesar dalam rongga mulut.
gigi, dan mempertahankan keutuhan sawar epitel. Sawar Kemampuan geraknya disebabkan oleh adanya massa besar
epitel ini bentuk irisan vertikalnya seperti mata kapak dengan yang saling berjalin yang terdiri atas serat otot rangka (Gambar
ukuran tinggi 1 mm, dan lebih tebal di bagian korona 16-9). Serat otonya terdiri atas dua kelompok, yaitu: yang
ketimbang bagian apikal (ke arah akar gigi), karena terdiri berorigo di luar lidah dan disebut otot ekstrinsik, dan yang
atas 35- 50 sel di bagian korona, dan 5-7 sel di bagian apikal. origo dan insersionya di dalam lidah dan karenanya disebut
otot intrinsik. Otot ekstrinsik berperan pada gerakan lidah ke
dalam dan ke luar rongga mulut, serta gerakan ke samping,
Palatum sedangkan otot intrinsik berperan pada perubahan bentuk lidah.
Otot intrinsk tersusun dalam empat kelompok, yaitu yang
Palatum terdiri atas palatum keras, palatum lunak, dan arahnya longitudinal superior dan inferior, vertikal, dan
uvula. Palatum memisahkan rongga mulut dari rongga transversal.
hidung. Lidah mempunyai sebuah permukaan dorsal dan
ventral, dan dua permukaan lateral. Permukaan dorsal
Rongga mulut dan rongga hidung terpisah oleh palatum keras tampak terdiri atas dua daerah berbeda, yaitu duapertiga
dan palatum lunak. Palatum keras terletak di bagian anterior, anterior yang lebih luas, dan sepertiga posterior yang
tak dapat bergerak, dan disebut keras karena mengandung lebih sempit. Kedua daerah tadi terpisah oleh alur dangkal
lapisan tulang. Sebaliknya, palatum lunak dapat digerakkan, berbentuk huruf-V, yang disebut sulkus terminalis, yang
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 377
Lipat palatoglosal
Muskulus genioglosus
Tonsila palatina
Foramen sekum
Tonsila lingua
Epiglotis
Tulang Hioid
Papila
fungiformis
Papila sirkumvalata
Papila filiformis
Kuncup kecap
Otot intrinsik
Kuncup kecap
pada papila
Gambar 16-9 Lidah dan papila lidah. sirkumvalata
Kelenjar serosa
yang puncak (apeks)nya mengarah ke posterior dan Papila filiformis jumlahnya banyak dan bentuknya
mengandung bagian cekung yang disebut foramen sekum langsing, sehingga menyebabkan penampilan permukaan
Permukaan dorsal sepertiga posterior lidah tidak rata karena dorsal lidah yang seperti beludru atau karpet (velvety) (lihat
adanya tonsila lingua (lihat Bab 12). Bagian paling posterior Gambar 16-9, dan 16-10). Papila filiformis diliputi oleh
lidah disebut akar lidah. Papila lidah, yang sebagian besar epitel gepeng berlapis dengan lapisan keratin yang
menonjol di atas permukaan, menutupi duapertiga anterior membantu dalam menjilat makanan dari suatu permukaan.
permukaan dorsal lidah. Keratinisasi berderajat tinggi terdapat pada lidah kucing
yang penampilannya seperti kertas ampelas. Papila filiformis
tidak mengandung kuncup kecap.
Papila fungiformis bentuknya seperti jamur, yang
terdiri atas tangkai langsing dan bagian atas yang melebar
mirip-topi. Tangkainya menghubungkan bagian atasnya yang
Papila Lidah melebar dengan permukaan lidah (lihat Gambar 16-9, dan
16-10). Epitel yang melapisi papila fungiformis adalah epitel
Papila lidah ada empat jenis, yaitu: papila filiformis, fungiformis, gepeng berlapis tanpa lapisan keratin; karenanya, darah di
foliata, dan sirkumvalata. dalam lengkung kapilar subepitel menyebabkan papila
fungiformis tampak sebagai titik merah yang tersebar di
antara papila filiformis pada permukaan dorsal lidah. Papila
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, papila lidah dibedakan atas fungiformis memiliki kuncup kecap pada pemukaan dorsal
empat macam, yaitu: papila filiformis, fungiformis, foliata, dan bagian atasnya yang mirip-topi.
sirkumvalata (Gambar 16-10, lihat juga Gambar 16-9). Papila Papila foliata terletak di sepanjang bagian
lidah semuanya terletak pada permukaan dorsal dan lateral posterolateral lidah. Papila ini tampak sebagai jajaran alur
lidah, di anterior sulkus terminalis. vertikel. Papila ini mempunyai kuncup kecap yang fungsi-
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 378
Kelenjar serosa
Papila fungiformis
B
Jaringan ikat
Pori kecap
Mikrovili
Dinding
pori kecap Gambar 16-11 Gambaran mikroskop cahaya kuncup kecap monyet
(497x). Kuncup kecap (B) seluruhnya berada di dalam epitel. dan
Serat tampak terdiri atas bebearapa jenis sel, tetapi sel tersebut adalah sel
Saraf saraf yang sama pada berbagai tahap siklus hidupnya.
Sel tipe I sensoris
Sel basal Pada kuncup kecap terdapat empat macam sel:
(tipe IV)
䡲 Sel basal (sel tipe IV)
Gambar 16-10 Papila lidah dan kuncup kecap. 䡲 Sel gelap (sel tipe I)
䡲 Sel terang (sel tipe II)
䡲 Sel intermedia (sel tipe III)
onal pada neonatus, tetapi kuncup kecapnya berdegenerasi Hubungan antara berbagai sel di atas tidak jelas, walaupun
pada tahun kedua atau ketiga kehidupan balita. Saluran keluar telah disepakati bahwa sel basal berfungsi sebagai sel
kelenjar liur-minor serosa (kelenjar von Ebner) yang cadangan yang meregenerasi sel kuncup kecap yang jangka
terletak di bagian tengah lidah bermuara pada dasar alur hidupnya sekitar 10 hari. Selain itu, diduga bahwa: sel basal
papila ini. akan menjadi sel gelap, yang kemudian menjadi sel terang
Papila sirkumvalata berjumlah 8-12 buah dan terletak yang matang, kemudian menjadi sel intermedia yang akhirnya
tepat di anterior sulkus terminalis. Papila ini berderet mati.
membentuk huruf-V. Papila sirkumvalata terbenam di bawah Serat saraf memasuki kuncup kecap dan membentuk taut
permukaan lidah dan dikelilingi parit melingkar yang dilapisi sinaptik dengan sel tipe I, II, dan III, yang menandakan bahwa
epitel. Pada dasar parit, bermuara saluran keluar kelenjar von ketiga jenis sel tersebut mungkin berperan dalam mengecap.
Ebner (lihat Gambar 16-9 dan 16-10). Epitel yang melapisi Ketiga jenis sel tersebut juga memiliki mikrovili halus dan
parit dan dinding papila (tetapi tidak pada bagian dorsal panjang yang menjulur dari pori kecap (lihat Gambar 16-12).
papila) mengandung kuncup kecap. Di masa lampau, mikrovili tersebut terlihat dengan mikroskop
cahaya dan disebut rambut kecap.
KUNCUP KECAP Tastant (tastan) adalah berbagai zat kimia asal makanan
yang larut dalam saliva, dan berinteraksi dengan kanal ion atau
Kuncup kecap adalah organ sensoris intraepitel yang berfungsi reseptor yang terdapat pada mikrovili sel pengecap, yang
untuk mengecap. Permukaan lidah dan bagian posterior kemudian menimbulkan perubahan elektrik pada potensial
rongga mulut memiliki sekitar 3.000 kuncup kecap. Kuncup istirahat sel tersebut, sehingga terjadi depolarisasi yang
kecap adalah bangunan berbentuk oval dengan panjang 70-80 menginisiasi potensial aksi yang ditransmisikan ke otak, dan
µm, lebar 30-40 µm, yang tampak lebih pucat dari epitel akhirnya sinyal diinterpretasikan sebagai sensasi rasa tertentu.
sekitarnya, dan terdiri atas 60-80 sel berbentukkumparan Ada lima sensasi rasa primer, yaitu: asin, manis, asam, pahit,
(spindle shaped) (Gambar 16-10, 16-11, dan 16-12). Ujung dan umami (rasa sedap yang dikecap lewat reseptor glutamat).
atas kuncup kecap yang menyempit menonjol lewat lubang Diduga, walaupun setiap kuncup kecap dapat mengecap kelima
pada permukaan bebas epitel tempat kuncup kecap berada. sensasi rasa tadi, setiap kuncup kecap mengkhususkan diri pada
Lubang tersebut disebut pori kecap (lihat Gambar 16-12). dua dari kelima sensasi rasa tersebut. Sensasi rasa disebabkan
Ch016-X2945.qxd 12/8/06 3:38 PM Page 379
adanya kanal ion khusus (untuk rasa asin dan asam) dan reseptor sehingga sebagian individu menyukai makanan berlemak.
membran terkait protein G (untuk rasa pahit, manis, dan umami) Proses persepsi rasa yang kompleks lebih melibatkan alat
pada plasmalema sel kuncup kecap. Baru-baru ini, telah penciuman (olfactory apparatus) daripada kuncup kecap. Hal
ditemukan reseptor baru pada kuncup kecap, yaitu CD36, suatu ini terbukti oleh berkurangnya kemampuan mengecap pada
transporter asam lemak, yang berkemampuan mendeteksi lemak, orang yang hidungnya tersumbat (nasal congestion) saat
pilek.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 381
17 䡲 䡲 䡲
Sistem Pencernaan:
Saluran Cerna
381
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 382
Lambung
Lamina propria
Vilus intestinal
Kelenjar di dengan lapisan
submukosa epitel
Kelenjar di lamina
Serosa
propria
Lapis otot
longitudinal luar
Muskularis
eksterna Lapis otot
sirkular dalam
Submukosa
Muskularis
mukosa
Nodulus limfatikus
(nodul limfoid)
bertanggung jawab untuk terjadinya aktivitas peristaltik bila organnya terletak retroperitoneal dan melekat pada
yang mendorong isi lumen di sepanjang saluran cerna. dinding rongga abdomen lewat jaringan ikat padat yang
Muskularis eksterna terdiri atas otot polos (kecuali pada susunannya iregular, maka lapisan jaringan ikat ini disebut
esofagus) dan biasanya terdiri atas lapisan sirkular dalam sebagai adventisia.
dan longitudinal luar. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel
mirip-otot polos yang disebut sel interstisial Cajal, yang
berkontraksi ritmik dan karenanya dianggap sebagai Persarafan Saluran Cerna
pacemaker (pengatur irama) untuk kontraksi muskularis
eksterna. Selain itu, di antara lapisan sirkular dalam dan
longitudinal luar terdapat komponen sistem saraf enterik Sistem saraf enterik yang mensarafi saluran cerna
yang disebut pleksus mienterikus Auerbach, yang dimodulasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
mengatur aktivitas muskularis eksterna (dan sampai batas
tertentu, aktivitas mukosa). Pleksus Auerbach ini Persarafan saluran cerna terdiri atas dua bagian, yaitu:
mengandung badan sel saraf parasimpatis pascaganglion. sistem saraf enterik dan komponen simpatis dan
Gambaran tiga dimensi muskularis mukosa dan parasimpatis sistem saraf autonom. Faktor pengatur utama
muskularis eksterna menunjukkan bahwa lapisan sirkular adalah sistem saraf enterik yang mandiri, tetapi fungsi
dalam dan longitudinal luarnya berjalan spiral. Bedanya normalnya dimodifikasi oleh komponen simpatis dan
terletak pada kerapatan spiralnya, yaitu, pada lapisan parasimpatis tadi. Apabila persarafan simpatis dan
sirkular dalam, spiralnya sangat rapat, sedangkan pada parasimpatis ke seluruh sistem pencernaan diputus, saluran
lapisan longitudinal luar, spiralnya sangat longgar. cerna tetap dapat melakukan seluruh fungsinya tanpa
gangguan berarti.
Serosa dan Adventisia
Sistem Saraf Enterik
Muskularis eksterna dibungkus oleh lapisan jaringan ikat
tipis. Bila bagian saluran cerna berada intraperitoneal, maka Sistem saraf enterik adalah sistem yang mandiri dan terdiri
lapisan jaringan ikat tadi dilapisi oleh epitel gepeng selapis atas banyak ganglia berulang yang disebut pleksus
dari peritoneum viseral dan lapisan serosa. Sebaliknya, submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 383
Saluran cerna mempunyai sistem saraf mandiri (sistem dari reseptor di dalam mukosa dan muskularis saluran cerna
saraf enterik), yang mencakup seluruh panjang saluran ke susunan saraf pusat. Seringkali, respons terhadap
cerna dari esofagus sampai anus. Sistem saraf enterik ini informasi kemudian diteruskan oleh serat vagal ke saluran
mengatur motilitas dan fungsi sekretorik saluran cerna. cerna. Proses ini dikenal sebagai refleks vasovagal. Serat
Sistem saraf enterik mengandung sekitar 100 juta neuron parasimpatis bersinaps dengan badan sel saraf parasimpatis
yang tersebar dalam banyak kelompokan kecil badan sel pascaganglion, dan juga dengan badan sel saraf sistem saraf
saraf dan serat sarafnya, di dalam pleksus mienterikus enterik pada kedua pleksus. Persarafan parasimpatis
Auerbach dan pleksus submukosa Meissner. Jumlah berperan menginduksi sekresi kelenjar saluran cerna dan
neuron sistem saraf enterik mendekati jumlah seluruh kontraksi otot polos.
neuron dalam sumsum tulang belakang, dan hal ini Persarafan simpatis berasal dan nervus splangnikus.
menunjukkan bahwa sistem saraf enterik sangatlah penting. Serat simpatis bersifat vasomotor, dan mengontrol aliran
Karena itu beberapa peneliti mengusulkan sistem saraf darah ke saluran cerna.
enterik sebagai komponen ketiga sistem saraf autonom, Secara umum, dapat dikatakan bahwa persarafan
sehingga sistem saraf autonom terdiri atas sistem saraf parasimpatis merangsang gerak peristaltik, menghambat
simpatis, parasimpatis, dan enterik. otot sfingter, dan mencetuskan aktivitas sekretorik,
Walaupun kedua pleksus saling berinteraksi, fungsi sedangkan persarafan simpatis menghambat gerak
kedua pleksus tersebut berbeda, dan ada pula dugaan peristaltik dan mengaktifkan otot sfingter.
bahwa kedua pleksus tadi mungkin saja saling mengontrol. Sisa bab ini akan membahas berbagai bagian saluran
Umumnya, gerak peristaltik saluran cerna diatur oleh cerna dan perbedaan masing-masing bagian dibandingkan
pleksus mienterikus, sedangkan fungsi sekretorik, gerakan dengan gambaran umum.
mukosa, dan aliran darah lokal diatur oleh pleksus
submukosa. Selain itu, pleksus mienterikus tidak hanya
terkait kondisi lokal, tetapi juga kondisi sepanjang saluran ESOFAGUS
cerna, sedangkan pleksus submukosa terutama terkait
kondisi lokal di sekitar kelompokan sel sarafnya.
Komponen sensoris juga terdapat pada dinding saluran Esofagus adalah saluran muskular yang panjangnya sekitar
cerna. Komponen sensoris ini meneruskan informasi 25 cm, yang melewatkan bolus (kunyahan makanan) dari
tentang isi lumen, status muskular dan sekretorik usus ke orofarings ke lambung. Di seluruh panjangnya, mukosanya
pleksus di sekitar informasi tersebut dan juga ke pleksus menampakkan banyak lipatan memanjang dengan alur
yang letaknya jauh dari sumber informasi. Sebagian penghubung yang menyebabkan lumennya tampak
informasi ditransmisikan ke ganglia sensoris dan susunan tersumbat; akan tetapi, ketika esofagus melebar, lipatan tadi
saraf pusat oleh serat saraf yang menyertai serat saraf menghilang dan lumen jadi terbuka.
simpatis dan parasimpatis yang mensarafi usus.
Histologi Esofagus
Persarafan Simpatis dan Mukosa
Parasimpatis Pada Usus
Mukosa esofagus terdiri atas epitel gepeng berlapis,
Persarafan parasimpatis merangsang gerak peristaltik, lamina propria fibroelastik, dan lapisan otot polos, yaitu
menghambat otot sfingter, dan mencetuskan aktivitas muskularis mukosa yang tersusun longitudinal.
sekretorik; saraf simpatis menghambat gerak peristaltik dan
mengaktifkan otot sfingter.
Mukosa esofagus terdiri atas tiga lapisan, yaitu: epitel,
Saluran cerna menerima saraf parasimpatis dari nervus lamina propria, dan muskularis mukosa (Gambar 17-2).
vagus, kecuali kolon desendens dan rektum, yang disarafi Lumen esofagus, yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis
oleh cabang sakral (spinal). Sebagian besar serat saraf tanpa lapisan keratin yang tebalnya 0,5 mm ini biasanya
nervus vagus adalah serat sensoris yang meneruskan kolaps dan hanya terbuka selama proses menelan. Epitelnya
informasi dari reseptor di dalam mukosa menampilkan aparatus rete (rete apparatus) yang
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 384
LP
S
IC
berkembang seperti yang tampak pada interdigitasinya Submukosa esofagus mengandung kelenjar mukosa yang
dengan jaringan ikat di bawahnya. Epitelnya lebih lambat disebut kelenjar esofagus sejati.
regenerasinya dibandingkan dengan daerah lain saluran
cerna; sel yang barU terbentuk di lapisan basal epitel Submukosa esofagus terdiri atas jaringan ikat padat
mencapai permukaan bebasnya dalam 3 pekan. Di antara fibroelastik, yang mengandung kelenjar esofagus sejati.
keratinosit pada epitel, tersebar sel penyaji-antigen (antigen- Esofagus dan duodenum adalah dua bagian saluran cerna
presenting cells) yang disebut sel Langerhans, yang yang mengandung kelenjar di lapisan submukosa.
memfagositosis dan mendegradasi antigen menjadi Gambaran mikroskop elektron kelenjar tubuloasinar ini
polipeptida kecil yang disebut epitop. Sel ini juga menunjukkan bahwa unit sekretorisnya terdiri atas dua
mensistesis molekul major histocompatibility complex macam sel, yaitu sel mukosa dan serosa.
(MHC) II, melekatkan epitop pada molekul MHC, dan
menyodorkan kompleks MHC II-epitop ke limfosit (lihat Sel mukosa mempunyai inti gepeng yang terletak di
Bab 12). basal, dan bagian apikalnya dipenuhi oleh granula sekretorik
berisi mukus. Sel serosa berinti bulat yang terletak di
Lamina proprianya tidak mencolok, dan mengandung tengah. Granula sekretoriknya mengandung proenzim
kelenjar kardia esofagus, yang dapat dijumpai di dua pepsinogen dan suatu bahan antibakteri, yaitu lisozim.
daerah, yaitu kelompokan kelenjar di daerah dekat farings, Saluran keluar kelenjar ini menyalurkan sekret kelenjar ke
dan kelompokan lainnya di perbatasan dengan lambung. lumen esofagus.
Selain itu, lamina propria terkadang juga mengandung
Pleksus submukosa terdapat di lapisan ini, di dekat
nodul limfoid, yang merupakan bagian sistem MALT.
lapisan sirkular dalam dari muskularis eksterna.
Muskularis mukosanya khas karena hanya terdiri atas
selapis serat otot polos yang tersusun longitudinal, yang
menebal di daerah dekat lambung. Muskularis Eksterna dan Adventisia
Kelenjar kardia esofagus menghasilkan mukus yang
melapisi dan melumasi permukaan esofagus untuk
Muskularis eksterna esofagus terdiri atas serat otot skelet
melindungi epitelnya dari gumpalan makanan (bolus) yang dan otot polos.
menuju lambung. Karena kelenjar ini mirip dengan kelenjar
kardia lambung, beberapa peneliti menduga bahwa kelenjar
ini adalah jaringan lambung ektopik. Muskularis eksterna esofagus terdiri atas 2 lapis, lapis
sirkular dalam dan longitudinal luar. Akan tetapi, lapisan
otot esofagus khas karena terdiri atas serat otot skelet dan
Submukosa otot polos. Muskularis eksterna esofagus sepertiga
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 385
bagian atas terutama terdiri atas otot skelet; sepertiga bagian Lambung memproses makanan yang ditelan menjadi
tengah terdiri atas otot skelet dan otot polos;dan sepertiga larutan kental bersifat asam, yang disebut adonan
bagian bawah hanya terdiri atas serat otot polos. Pleksus (chyme).
Auerbach terdapat di antara kedua lapisan otot polos
muskularis eksterna sirkular dalam dan longitudinal luar.
Lambung adalah bagian paling melebar pada saluran cerna,
Esofagus diliputi oleh adventisia sampai esofagus yang bentuknya mirip kantong. Pada keadaan istirahat,
menembus diafragma, dan sesudahnya, esofagus diliputi rerata volume lambung orang dewasa adalah 50 mL. Akan
oleh serosa. tetapi, lambung dapat menampung sekitar 1.500 mL
makanan dan cairan lambung saat mengembang maksimal.
Histofisiologi Esofagus Saat lambung mengembang, tekanan intraluminalnya relatif
tetap konstan karena hormon ghrelin, yang tidak hanya
menyebabkan rasa lapar tetapi juga menyebabkan relaksasi
Esofagus tidak mempunyai sfingter anatomik, tetapi reseptif serat otot polos muskularis eksterna. Bolus dari
mempunyai dua sfingter fisiologik, yaitu sfingter faringo- esofagus akan lewat batas gastroesofageal dan masuk ke
esofageal dan sfingter gastroesofageal interna dan lambung untuk diolah menjadi cairan kental yang disebut
eksterna, yang berturut-turut mencegah refluks dari adonan (chyme). Lambung secara bertahap mengeluarkan
esofagus ke farings dan dari lambung ke esofagus. Sfingter sejumlah kecil isinya lewat katup pilorik ke dalam
gastroesofageal interna terdiri atas serat otot polos, dan duodenum. Lambung membuat makanan menjadi cair, dan
berada di tempat esofagus menembus diafragma untuk melanjutkan pencernaan lewat produksi asam lambung dan
menyatu dengan lambung. Serat otot polos sfingter ini berbagai enzim, yaitu pepsin, rennin, dan lipase lambung,
selalu berkontraksi, kecuali saat bolus akan lewat ke dalam serta hormon parakrin.
lambung, atau saat seseorang sedang muntah. Selain itu, Secara anatomik, lambung mempunyai kurvatura minor
otot skelet dari diafragma melingkari esofagus dan yang cekung dan kurvatura mayor yang cembung. Secara
menutupnya saat inspirasi dan saat ada peningkatan makroskopik, lambung terdiri atas 4 bagian:
tekanan intraabdominal (saat defekasi). Bolus yang masuk
ke esofagus akan didorong ke arah lambung dengan 䡲 Kardia: daerah sempit pada batas gastroesofageal,
kecepatan sekitar 50 mm/detik oleh gerak peristaltik lebarnya 2-3 cm
muskularis eksterna. 䡲 Fundus: daerah berbentuk kubah di kiri esofagus, dan
sering berisi gas
䡲 Korpus: bagian terbesar, yang bertugas membentuk
adonan (chyme)
KORELASI KLINIS 䡲 Pilorus (antrum pilorik): bagian yang mengkerut,
berbentuk corong, dan dilengkapi sfingter pilorik yang
Pada tempat esofagus menembus diafragma,
esofagus diperkuat oleh serat otot diafragma. Pada tebal untuk mengontrol pengeluaran adonan (chyme) secara
beberapa orang tertentu, perkembangannya bertahap ke duodenum
abnormal, sehingga terjadi celah melingkar di antara Secara histologik, fundus dan korpus penampilannya sama.
diafragma dan esofagus, yang menyebabkan Semua bagian lambung menampilkan lipatan longitudinal
lambung dapat naik ke rongga dada. Keadaan ini (transversal di daerah antrum) yang disebut rugae, yang
disebut sebagai hernia hiatal, dan menyebabkan menghilang saat lambung mengembang. Lipatan
kelemahan sfingter gastroesofageal dengan akibat longitudinal ini melibatkan lapisan mukosa dan submukosa.
terjadinya refluks isi lambung ke dalam esofagus. Rugae menyebabkan lambung dapat mengembang saat
penuh berisi makanan dan cairan lambung. Selain itu,
Sindrom Barrett yang merupakan keadaan pra-
lapisan epitel lambung masuk ke dalam mukosa dan
maligna diduga diawali oleh refluks gastroesofageal.
membentuk sumur lambung (foveola gastrika). Sumur
Karena itu, pada sindrom ini, sebagian epitel gepeng
lambung yang paling dangkal terdapat di fundus dan yang
berlapis tanpa lapisan keratin pada esofagus bagian
paling dalam di pilorus. Sumur lambung meningkatkan luas
terbawah umumnya digantikan oleh epitel silindris
permukaan lambung. Lima sampai tujuh kelenjar
selapis yang mirip epitel yang melapisi lambung.
lambung yang berada di lamina propria bermuara pada
Dengan endoskopi, daerah metaplastik ini berwarna
dasar tiap sumur lambung.
kemerahan, dan dianggap sebagai sindrom Barret
bila mencakup sedikitnya 3 cm daerah esofagus.
Bila terdapat banyak bercak kemerahan di bagian Histologi Lambung
bawah esofagus, mungkin reseksi esofagus perlu
dilakukan. Struktur mikroskopik mukosa lambung yang akan dibahas
secara rinci adalah strutur mikroskopik fundus lambung
(Gambar 17-3), karena bagian lainnya adalah variasi dari
fundus lambung.
LAMBUNG
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 386
Lambung
Sel regeneratif
Sumur
Mukosa Ismus
Sel mukus leher
Leher
Kelenjar
Dasar Sel parietal (oksintik)
Kelenjar
Muskularis mukosa
lambung
Submokosa
Sel utama (zimogen
Gambar 17-3 Komposisi sel fundus lambung dan kelenjar fundus. Kelenjar fundus bermuara di dasar sumur lambung, dan tiap kelenjar terdiri atas ismus, leher
dan dasar.
lah variasi dan fundus lambung. Lumen fundus lambung berbatasan dengan epitel silindris
selapis yang terdiri atas sel epitel permukaan, yang
Mukosa Fundus menghasilkan lapisan mukus kental (Gambar 17-4A)
berupa bahan mirip-jeli yang menempel pada permukaan
Mukosa fundus lambung terdiri atas tiga lapisan, yaitu: (1) lambung dan melindunginya dari autodigesti. Selain itu, ion
epitel yang berbatasan dengan lumen; (2) jaringan ikat di bikarbonat terperangkap dalam lapisan mukus tadi, sehingga
bawah epitel yang disebut lamina propria; dan (3) lapisan pada perbatasan lendir dengan membran sel epitel
muskularis mukosa yang terdiri atas serat otot polos. permukaan dapat dipertahankan pH yang relatif netral,
walupun isi lumen pHnya rendah (bersifat asam). Sel epitel
Epitel Lambung permukaan akan melanjutkan diri ke bawah dan melapisi
sumur lambung. Sel regeneratif terdapat pada dasar sumur
lambung, tetapi jumlahnya lebih banyak di daerah leher
Lapisan epitel lambung mensekresi mukus (lendir) yang kelenjar lambung. Karena itu, sel regeneratif akan dibahas
tampak melapisi dan melindungi perrmukaan lambung. pada pembahasan mengenai kelenjar lambung.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 387
LP E M
Pada gambaran mikroskop elektron, sel epitel pemukaan merupakan bagian terpanjang (lihat Gambar 17-3). Epitel
lambung tampak mempunyai sekumpulan mikrovili gemuk silindris selapis yang menyusun kelenjar fundus terdiri atas 6
pendek yang dilapisi glikokaliks pada permukaan apikalnya. macam sel, yaitu: (1) sel epitel permukaan, (2) sel mukus
Sitoplasma bagian apikalnya mengandung granula sekretoris leher, (3) sel regeneratif (punca), (4) sel parietal (oksintik),
yang berisi bahan homogen yang merupakan prekursor (5) sel utama (zimogen), dan (6) sel sistem neuroendokrin
mukus kental (Gambar 17-5). Pada sel epitel permukaan, difus (diffuse neuroendocrine system, DNES) yang juga
membran sel bagian lateralnya membentuk zonulae disebut sel APUD (amine precursor uptake and
occludentes atau taut kedap dan zonulae adherentes atau taut decarboxylation) atau sel enteroendokrin. Distribusi berbagai
lekat dengan membran sel sebelahnya. Intinya terletak di sel tersebut pada ketiga daerah kelenjar dapat dilihat di Tabel
basal, dan sitoplasma di antara inti dan bagian apikal yang 17-1.
berisi granula sekretoris terutama mengandung mitokondria Sel epitel permukaan pada daerah ismus mirip dengan sel
dan aparatus pensintesa dan pengemas protein. epitel permukaan yang telah dibahas sebelumnya. Struktur
dan fungsi kelima sel lainnya akan dibahas di bawah ini.
Lamina Propria Lambung
Lamina propria lambung terdiri atas jaringan ikat longgar
yang sangat vaskular (mengandung banyak pembuluh darah).
Jaringan ikat ini mengandung banyak sel plasma, limfosit, sel Sel Mukus Leher
mast, dan fibroblas, serta di sana-sini terdapat serat otot polos.
Sebagian besar lamina propria dipenuhi oleh kelenjar
lambung yang berjumlah sekitar 15 juta, yang pada bagian Sel mukus leher menghasilkan mukus encer yang
fundus disebut kelenjar fundus (oksintik) (Gambar 17-4B). bercampur dan melumasi adonan (chyme), sehingga
mengurangi gesekan saat adonan (chyme) lewat
KELENJAR FUNDUS sepanjang saluran cerna.
Tiap kelenjar fundus memanjang dari muskularis mukosa
sampai dasar sumur lambung, dan terbagi menjadi tiga Sel mukus leher bentuknya silindris atau kolumnar, mirip
daerah yaitu: ismus, leher dan dasar. Daerah dasar sel mukus (epitel) permukaan, tetapi bentuknya sering te-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 388
mv
rER
Ismus Sel pelapis (epitel) permukaan dan sedikit Sel Regeneratif (Punta)
sel DNES
Leher Sel regeneratif jumlahnya relatif sedikit dan tersebar di
Sel mukus leher, sel regeneratif, sel
antara sel mukus leher (lihat Gambar 17-3). Sel ini
parietal, dan sedikit sel DNES
bentuknya kolumnar dan hanya mengandung sedikit
Dasar Sel utama, terkadang sel parietal, dan organel, tetapi mengandung banyak sekali ribosom. Intinya
sedikit sel DNES terletak di basal, heterokromatinnya sedikit, dan
mengandung satu anak inti yang besar. Membran sel
DNES, diffuse neuroendocrine system. lateralnya juga membentuk taut kedap dan taut lekat dengan
sel sekitarnya.
Sel regeneratif berproliferasi untuk menggantikan semua
rdistorsi karena terjepit di antara sel lain di sekitarnya. macam sel lainnya pada kelenjar fundus, sumur lambung,
Jadi, sel mukus leher mempunyai mikrovili pendek, inti dan permukaan luminal. Sel baru yang terbentuk bermigrasi
yang terletak di basal, dan aparat Golgi yang berkembang ke lokasinya yang baru di bagian terbawah kelenjar atau ke
baik, serta retikulum endoplasma kasar (Gambar 17-6). atas, yaitu ke sumur lambung dan permukaan lambung. Sel
Mitokondrianya terutama terletak di basal. Sitoplasma epitel pemukaan, sel enteroendokrin, dan sel mukus leher
bagian apikalnya dipenuhi oleh granula sekretoris yang diganti setiap 5-7 hari; jadi, sel regeneratif laju
mengandung produk sekretoris homogen yang berbeda da- proliferasinya tinggi.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 389
Sel Parietal (Oksintik) Sel parietal mempunyai inti bulat yang terletak di basal,
dan sitoplasmanya eosinofilik. Ciri yang mencolok adalah
adanya invaginasi plasmalema apikal yang membentuk
Sel parietal menghasilkan asam klorida dan faktor intrinsik
kanalikuli intrasel yang permukaannya penuh dengan
lambung; kedua produk ini dilepaskan ke dalam lumen
mikrovili (Gambar 17-7 dan 17-8). Sitoplasma yang
lambung.
berbatasan dengan mikrovili ini kaya akan sistem
tubulovesikular yang terdiri atas vesikel bulat dan
Sel parietal adalah sel besar yang bentuknya bulat sampai tubular. Selain itu, sel parietal kaya mitokondria yang
seperti piramid. Letaknya terutama di setengah bagian atas keseluruhan volumenya mencapai setengah volume
kelenjar fundus, dan hanya sedikit yang terdapat di daerah sitoplasma. Organel untuk sintesis protein, yaitu aparat
dasar (lihat Gambar 17-3 dan 17-4). Diameternya sekitar Golgi dan retikulum endoplasma kasar jumlahnya terbatas.
20-25 µm dan letaknya di bagian perifir kelenjar. Sel ini Jumlah mikrovili dan sistem tubulovesikular secara tidak
menghasilkan asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik langsung saling berhubungan, dan bervariasi tergantung
lambung. aktivitas mensekresi HCl oleh sel parietal. Saat aktif
memproduksi HCl, jumlah mikrovili bertambah dan sistem
tubulovesikular berkurang. Jadi, cadangan membran sel
KORELASI KLINIS disimpan dalam bentuk tubulus dan vesikel, yang mungkin
Faktor intrinsik lambung adalah glikoprotein digunakan pada pembentukan mikrovili yang meningkatkan
yang disekresikan ke lumen lambung, dan luas permukaan sel empat sampai lima kali lipat saat
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari ileum. persiapan produksi HC1.
Tiadanya faktor ini menyebabkan defisiensi Proses pembentukan mikrovili membutuhkan energi dan
vitamin B12 yang berakibat terjadinya anemia melibatkan polimerisasi aktin larut menjadi filamen, yang
permisiosa. Karena hati menyimpan vitamin B12 kemudian berkerja sama dengan miosin untuk
dalam jumlah besar, defisiensi vitamin ini memindahkan membran dari sistem tubulovesikular ke
memerlukan waktu beberapa bulan untuk muncul kanalikuli intrasel. Cadangan membran mengandung
sesudah terhentinya produksi faktor intrinsik ini. banyak H+, K+-ATPase (suatu protein yang memompa pro-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 390
䡲 Sel APUD, karena beberapa dari sel tersebut mampu cerna (tipe terbuka) dan yang tidak (tipe tertutup). Tipe
mengambil prekursor amin dan mendekarboksilasikannya terbuka mencapai permukaan lewat tonjolan apikal tipis
䡲
Sel DNES, karena sel tersebut adalah anggota dari sistem bermikrovili, yang mungkin berfungsi untuk memantau isi
lumen lambung. Sitoplasma sel DNES mengandung
neuroendorin difus
䡲 retikulum endoplasma kasar dan aparat Golgi yang
Sel enteroendokrin, karena sel tersebut berkembang baik, dan banyak mitokondria. Selain itu,
menghasilkan substansi mirip-hormon, dan sebagian besar sel mengandung granula sekretoris kecil di
terdapat dalam epitel saluran cerna (enterik) bagian basalnya.
Semua sel DNES melepas isi granulanya ke bagian basal,
Beberapa sel tersebut dinamai khusus sesuai dengan bahan ke dalam lamina propria. Bahan yang dilepaskan oleh sel
yang dihasilkannya. Umumnya, suatu sel DNES (pelepas sinyal), berkelana dalam jarak pendek di zat antar
menghasilkan hanya satu macam bahan, tetapi terkadang sel sekitar sel pelepas sinyal tersebut dan bekerja pada sel
ada sel yang menghasilkan dua bahan berbeda. Dengan target di dekat sel pelepas sinyal (efek parakrin). Bahan yang
demikian, sedikitnya ada 13 macam sel DNES, dan hanya dilepaskan dapat pula masuk dalam pembuluh darah dan
beberapa yang terdapat pada mukosa lambung (Tabel 17-2). berkelana jauh untuk mencapai target selnya (efek
Sel DNES tidak hanya terdapat di saluran cerna, tetapi juga endokrin). Selain itu, bahan yang dilepaskan mungkin pula
pada sistem respirasi dan pankreas bagian endokrin. Selain identik dengan neurosekret. Karena ketiga kemungkinan di
itu, beberapa produk sekretoris yang dilepaskan oleh sel atas, maka para peneliti menggunakan istilah parakrin,
DNES identik dengan neurosekret pada susunan saraf pusat. endokrin dan neurokrin untuk membedakan akibat dan
Makna lokasinya yang beragam dan bahan yang bahan yang dilepaskan.
dihasilkannya belum sepenuhnya jelas.
Gambaran mikroskop elektron sel DNES menunjukkan Muskularis Mukosa Lambung
bahwa sel kecil tersebut terdapat di atas lamina basal dan Sel otot polos yang membentuk muskularis mukosa
terdiri atas dua jenis, yaitu yang mencapai lumen saluran lambung tersusun dalam tiga lapisan. Ketiga lapisan ta-
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 392
Tabel 17-2 Sel Diffuse Neuroendocrine System (DNES) dan Hormon Saluran
Gastrointestinal
Lambung, usus
GL Glisentin 400 Stimulasi glikogenolisis hepatosit, sehingga
besar dan usus
meningkatkan kadar gula darah
kecil
Muskularis Eksterna
Submukosa Lambung
Muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga lapisan otot
jaringan ikat padat kolagen yang susunannya tidak teratur
polos: yaitu lapisan terdalam yang serong (oblik), lapisan
pada submukosa lambung kaya jalinan vaskular dan limfatik
tengah yang sirkular, dan lapisan luar yang longitudinal.
yang mensuplai dan menerima darah dari pembuluh darah
lamina propria. Populasi sel submukosa lambung serupa
dengan yang terdapat pada jaringan ikat sejati. Pleksus Sel otot polos muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga
submukosa terdapat pada lokasinya yang biasa, yaitu di lapisan. Lapisan terdalam yang oblik tidak tampak jelas,
dekat muskularis eksterna. kecuali di kardia. Lapisan tengah yang sirkular tampak
394 䡲 䡲 䡲
Kelenjar Adventisia
Esofagus Berlapis gepeng Sel pensekresi Hanya lapis Kelenjar Sirkulas dalam
kardia (kecuali serosa
tanpa keratin mukus longitudinal esofagus dan longitudinal
esofagus pada ruang
luar
abdominal)
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 394
Ileum Selapis Sel absorbtif Sel absorbtif Sirkular dalam, Sirkular dalam,
Kriptus Tanpa kelenjar; Serosa
kolumnar (sel permukaan, sel permukaan, sel longitudinal plakat peyer longitudinal
goblet) goblet, sel lieberkuhn; luar luar
plakat peyer goblet, sel dapat meluas
DNES regeneratif, sel sampai lapisan
DNAS, sel paneth ini
Kolon* Selapis Sel absorbtif Kriptus Sel absorbtif Sirkular dalam, Sirkular dalam, Serosa dan
kolumnar (sel permukaan, sel lieberkuhn permukaan, sel longitudinal Tanpa kelenjar longitudinal adventisia
goblet) goblet, sel goblet, sel luar luar
DNES regeneratif, sel termodifikasi
DNAS, sel paneth menjadi taenia
koli
Rektum Selapis Sel absorbtif Kriptus Sel absorbtif Sirkular dalam, Tanpa kelenjar Sirkular dalam, adventisia
kolumnar (sel permukaan, sel lieberkuhn permukaan, sel longitudinal longitudinal
goblet) goblet, sel dangkal goblet, sel luar luar
DNES regeneratif, sel
DNAS, sel paneth
Bab 17 䡲
infiltrasi sel
panetth
■
lemak
■
°Termasuk sekum
DNES, diffuse neuroendocrine system.
395
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 396
jelas di semua bagian lambung, dan sangat jelas di pilorus, yang memindahkan sejumlah kecil adonan (chyme) ke
karena lapisan ini membentuk sfingter pilori. Lapisan luar dalam duodenum. Kecepatan lambung dalam mengeluarkan
yang longitudinal paling jelas pada kardia dan korpus adonan (chyme) ke duodenum tergantung keasaman, isi
lambung, tetapi kurang berkembang pada pilorus. Pleksus kalori dan lemak, dan osmolalitas adonan (chyme).
mienterikus terdapat di antara lapisan tengah yang sirkular Gelombang peristaltik terjadi secara ritmik dengan
dan lapisan luar yang longitudinal. kecepatan sekitar tiga gelombang permenit, dan ritmisitas ini
Seluruh lambung diliputi oleh serosa, yang terdiri atas disebabkan oleh adanya pace-maker lambung. Sebagai
jaringan ikat longgar subserosa yang tipis dan diliputi oleh respons atas datangnya adonan (chyme) di duodenum,
epitel gepeng selapis yang tampak basah dan licin di bagian reseptor di duoenum segera menyebabkan penutupan
luarnya. Serosa ini menyediakan lingkungan yang hampir sfingter pilorus dan kontraksi muskularis eksterna antrum
bebas gesekan selama gerakan mengocok oleh lambung. pilorus mendorong kembali adonan (chyme) ke korpus
lambung agar adonan (chyme) bercampur sempurna dengan
enzim pencernaan.
Histofisiologi Lambung
Faktor yang mempermudah pengosongan lambung adalah
Lapisan epitel dan kelenjar lambung melepaskan sekret ke derajat distensi dan kerja gastrin. Gastrin adalah hormon
dalam lumen lambung. Sekret ini terdiri atas air, asam yang merangsang kontraksi muskularis eksterna daerah
klorida, faktor intrinsik lambung, pepsinogen, rennin, lipase pilorus dan relaksasi sfingter pilorus. Faktor yang
lambung, mukus kental dan encer. menghambat pengosongan lambung adalah distensi
duodenum; terlalu banyak lemak, protein atau karbohidrat;
Kelenjar lambung menghasilkan kurang lebih 2-3 L cairan dan peningkatan osmolaritas dan adonan (chyme ) yang
lambung perhari. Sekret ini terdiri atas (1) air (berasal dari terlalu asam yang berada di duodenum. Faktor di atas
cairan ekstra sel dalam jaringan ikat interstitial dan mengaktifkan mekanisme umpan balik neural dengan
dikeluarkan lewat sel parietal); (2) asam klorida (HCl) dan merangsang pengeluaran kolesistokinin, yang melawan kerja
faktor intrinsik lambung (dihasilkan oleh sel parietal); (3) gastrin, dan merangsang penglepasan gastric inhibitory
enzim pepsinogen, rennin, dan lipase lambung peptide , yang juga menghambat kontraksi lambung.
(dihasilkan oleh sel utama); (4) glikoprotein berupa mukus
kental (dihasilkan oleh sel epitel permukaan) yang
membentuk selubung mukus yang melindungi epitel Produksi Asam Lambung (HCI)
lambung dan berperan membentuk lingkungan berpH
hampir netral yang sesuai untuk bakteri Helicobacter pylon; Asam lambung diproduksi dalam 3 fase, yaitu: sefalik,
dan (5) mukus encer yang merupakan bagian isi lambung gastrik dan intestinal.
(dihasilkan oleh sel mukus leher). Absorbsi bahan makanan
di lambung sangat terbatas, walaupun beberapa bahan,
antara lain alkohol dapat diserap oleh mukosa lambung. Asam hidroklorida tidak hanya menghancurkan bahan
Ketiga lapis otot polos muskularis eksterna bekerjasama makanan, tetapi juga mengaktifkan proenzim pepsinogen
saat kontraksi dan mengaduk isi lambung dan makanan yang agar menjadi menjadi enzim proteolitik yang aktif yaitu
tertelan sehingga mencair dan membentuk adonan pepsin. Pepsin membutuhkan pH rendah agar dapat bekerja;
(chyme), yang berupa cairan kental. Selanjutnya, kontraksi dan HCl menyediakan lingkungan asam yang dibutuhkan
muskularis muskosa akan menyebabkan adonan (chyme) (pH 1 sampai pH 2).
bersentuhan dengan seluruh permukaan mukosa lambung. Sekresi HCl terjadi dalam 3 fase akibat berbagai
rangsang berbeda:
Pengosongan Isi Lambung
䡲 Sefalik: sekresi disebabkan faktor psikologis (misalnya:
pikiran, bau, melihat makanan, atau stres) yang
Interaksi antar neuron pleksus mienterik dan submukosus, mencetuskan impuls parasimpatis dan nervus vagus, yang
dan terutama efek hormon ghrelin menyebabkan tekanan menyebabkan pelepasan asetilkolin
䡲 Gastrik: sekresi disebabkan adanya bahan makanan
intraluminal lambung tetap konstan, dan tidak berkaitan
dengan tingkat distensi lambung. Saat lambung kosong, tertentu dalam lambung, atau regangan lambung yang
pilorus selalu terbuka; tetapi, saat peristaltik, sfingter disebabkan hormon parakrin, yaitu gastrin dan histamin,
pilorus tertutup. Kontraksi muskularis eksterna yang dan substansi neuroendokrin, yaitu asetilkolin; gastrin dan
terkoordinasi dan relaksasi sesaat sfingter pilorus histamin dihasilkan sel DNES pada lambung, yaitu sel G
memungkinkan pengosongan lambung secara intermiten,
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 397
H2O
HCl
Tubulovesikel Kanalikulus
ADP
+ Pi
H+
K+
Cl–
K+
ATP
KCl
Gambar 17-12 Sel parietal. A, aparat tubulovesikular berkembang baik pada sel istirahat. B, mekanisme pelepasan asam klorida. C, banyak mikrovili pada sel
aktif.
dan sel mirip-enterokromofin (sel enterochromaffin-like/ yang menonjol pada permukaan kanalikuli intrasel,
ECL), sedangkan asetilkolin dilepaskan oleh nervus vagus sehingga meningkatkan kadar K+. Kadar K+ intrasel yang
䡲 Intestinal: sekresi disebabkan oleh adanya makanan tinggi memaksa K+ keluar sel lewat kanal ion pada
dalam usus kecil yang dicetuskan oleh hormon endokrin bagian basal plasmalema dan membran plasma mikrovili.
gastrin, yang dilepaskan oleh sel G pada usus kecil Jadi K+ terus-menerus beredar keluardan ke dalam sel
parietal.
5 air yang berasal dari cairan ekstrasel masuk ke dalam sel
Mekanisme Produksi Asam parietal dan meninggalkan sitoplasma untuk masuk
Lambung kanalikuli intrasel sebagai akibat kekuatan osmotik yang
ditimbulkan oleh perpindahan ion di atas. Karena
Produksi HCI dimulai saat gastrin, histamin dan asetilkolin
kanalikuli intrasel adalah perluasan lumen lambung, HCl
berikatan dengan reseptornya pada bagian basal membran
plasma sel parietal.
yang dibentuk oleh sel parietal masuk ke dalam lumen
lambung.
Sel parietal mempunyai reseptor gastrin, histamin dan Pelapis lambung dilindungi dari isinya yang sangat
asetilkolin pada bagian basal plasmalemanya. Ikatan asamoleh aktivitas bufer HCO3- yang terdapat dalam lapisan
molekul sinyal di atas pada reseptornya menyebabkan sel mukus yang diproduksi terutama oleh sel epitel permukaan
parietal memproduksi dan melepaskan HCl ke dalam dan sebagian kecil oleh sel mukus leher. Selain itu, zonula
kanalikuli intrasel. Prosesnya adalah sebagai berikut okludens sel epitel mencegah masuknya HCl ke dalam
(Gambar 17-12): lamina propria, sehingga melindungi mukosa dari kerusakan.
Tambahan lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa
1 enzim karbonik anhidrase menyebabkan produksi asam
karbonat (H2CO3) (dari air [H2O] dan karbon dioksida prostaglandin tidak hanya melindungi sel pelapis lumen
lambung, tetapi juga meningkatkan sirkulasi lokal, terutama
[CO2]), yang kemudian terdisosiasi menjadi ion hidrogen
saat integritas barier epitel terganggu. Peningkatan aliran
(H+) dan bikarbonat (HCO3-) di dalam sitoplasma sel darah ini menghalau H+ dari lamina propria.
parietal.
2 kemudian, H+, K+-ATPase menggunakan adenosin Inhibisi Penglepasan Asam
trifosfat (ATP) sebagai sumber energi untuk memompa Lambung
H+ intrasel keluar sel, ke dalam kanalikuli intrasel dan
mentransfer ion kalium (K+) ekstrasel ke dalam sel. Hormon somatostatin, prostaglandin, dan gastric
3 selain itu, protein karier yang menggunakan ATP inhibitory peptide (GIP) menghambat produksi HC1
sebagai sumber energi memompa K+ dan ion klorida lambung. Somatostatin bekerja pada sel G dan ECL untuk
(Cl-) keluar sel, ke dalam kanalikuli intrasel. Jadi, Cl- menghambat penglepasan gastrin dan histamin. Prostaglandin
dan H+ masuk ke lumen kanalikuli intrasel secara dan GIP bekerja langsung pada sel parietal dengan
terpisah dan bergabung di dalam sel menjadi HCI. menghambat produksi HC1.
4 K+ diangkut ke dalam sel secara aktif lewat-lewat Selain itu, urogastron yang dihasilkan oleh kelenjar
plasmalema bagian basal, maupun lewat mikrovili Brunner pada duodenum juga bekerja langsung pada sel
parietal untuk menghambat produksi HC1.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 398
Pencernaan dimulai di rongga mulut, dan berlanjut di lambung pada permukaan apikal sel epitel yang melapisi vili
dan usus kecil, yang panjangnya 7m dan merupakan bagian intestinal, dan meningkatkan luas permukaan usus kecil
terpanjang saluran cerna. Usus kecil terbagi menjadi tiga sebanyak 20 kali.
bagian, yaitu: duodenum, jejunum, dan ileum. Walaupun
ketiga bagian tersebut secara histologis serupa, terdapat ciri Jadi, ketiga jenis modifikasi permukaan intestinal
yang dapat membedakan ketiga bagian tersebut. tersebut meningkatkan permukaan absorbsi nutrien
Usus kecil mencerna bahan makanan dan mengabsorbsi sebanyak 400 sampai 600 kali.
produk-akhir hasil proses pencernaan. Untuk malakukan Invaginasi epitel ke dalam lamina propria di antara vili
fungsi pencernaan, bagian pertama usus kecil (duodenum) membentuk kelenjar usus yang disebut kriptus
menerima enzim dan dapar (bufer) alkali dari pankreas, dan Lieberkuhn, yang juga meningkatkan luas permukaan
empedu dari hati. Selain itu, sel epitel dan kelenjar mukosa usus kecil.
juga berperan menghasilkan dapar dan enzim untuk
memudahkan pencernaan.
Permukaan luminal usus kecil diperluas oleh adanya plika SEL ABSORBTIF PERMUKAAN
sirkularis, viii, mikrovili, dan kriptus Liberkuhn (kelenjar
usus).
Sel absorbtif permukaan adalah sel kolumnar tinggi yang
Permukaan luminal usus kecil bermodifikasi agar luas berfungsi pada pencernaan akhir dan absorbsi air dan
permukaannya meningkat. Ada tiga jenis modifikasi, yaitu: nutrien.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 399
Usus halus
Vilus Vilus
Vili
Sel goblet
Kriptus
Lieberkuhn
Sel enteroendokrin
Lakteal
Lamina propria
Nodul limfoid Sel regeneratif
Muskularis mukosa Kriptus Lieberkuhn
Sel Paneth
Gambar 17-13 Mukosa, vili, kriptus Lieberkuhn, dan sel pada usus halus. Perhatikan bahwa kriptus bermuara pada ruang antarvilus. Ada nodul limfoid soliter
pada lamina propria.
Sel terbanyak pada epitel adalah sel absorbtif permukaan dipeptida dan disakarida menjadi monomernya. Teras
(Gambar 17-16, lihat juga Gambar 17-13 dan 17-15). Sel ini mikrovili mengandung aktin yang menjangkar pada filamen
adalah sel yang tingginya sekitar 25 µm, dan intinya yang aktin dan intermedia pada cell web atau terminal web atau
lonjong terletak di basal. Permukaan apikalnya menampilkan jejaring terminal di puncak sel . Sitoplasma sel absorbtif
gambaran brush border (paras sikat), dan sedian yang permukaan kaya organel, terutama endosom, retikulum
bagus, terminal barnya juga terlihat. Fungsi utama sel ini endoplasma halus (SER), retikulum endoplasma kasar
adalah pencernaan akhir dan absorbsi air dan nutrien. Selain (RER), dan aparat Golgi.
itu, sel ini juga melakukan re-esterifikasi asam lemak Membran sel bagian lateralnya membentuk zonula
sehingga menjadi trigliserida, membentuk kilomikron, dan okludens (taut kedap), zonula aderens (taut lekat),
mengangkut nutrien yang diabsorbsi ke lamina propria, desmosom, dan gap junction (taut salur) dengan sel
untuk didistribusikan ke seluruh tubuh. Proses absorbsi akan sebelahnya. Taut kedap mencegah lewatnya bahan dari dan
dibahas kemudian. ke lumen usus, lewat jalur paraselular.
Mikrograf elektron sel absorbtif permukaan menunjukkan
3.000 mikrovili, yang panjangnya sekitar 1 µm dan
ujungnya dilapisi lapisan glikokaliks tebal. Lapisan
SEL GOBLET
glikokaliks tidak hanya melindungi mikrovili dari Sel goblet adalah kelenjar uniselular (lihat Gambar 17-13
autodigesti, tetapi juga mengandung komponen enzimatik dan 17-15, juga lihat Bab 5). Duodenum memiliki jumlah sel
yang ikut berfungsi pada pencernaan akhir, yaitu memecah goblet paling sedikit, dan jumlah sel goblet meningkat ke
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 400
Gambar 17-14 Mikrograf-elektron skening vili pada ileum tikus. A, amati vili dan muara kriptus Lieberkuhn pada ruang antarvilus (160x). B, perhatikan
bahwa vilus dipecah untuk memperlihatkan teras jaringan ikat dan sel yang sedang bermigrasi (500x). (Dari Magney JE, Elandsen SL, Bjerknes ML, Cheng H:
Scanning electron microscopy of isolated epithelium of the murine gastrointestinal tract: Morphology of the basal surface and evidence for paracrine-like cells.
Am J Anat 177: 43-53, 1.986.)
arah ileum. Sel ini membuat musinogen, yang terhidrasi kecil (Gambar 17-7; lihat juga Gambar 17-14 dan 17-15).
menjadi musin yang merupakan komponen mukus. Mukus Jaringan ikat longgar lamina propria yang meluas ke bawah
membentuk lapisan pelindung epitel yang melapisi lumen. sampai muskularis mukosa sangat vaskular, dan terjepit di
antara kelenjar usus yang bentuknya tubular yang disebut
SEL DNES kriptus Lieberkuhn. Lamina propria juga kaya sel limfoid
Usus kecil mengandung berbagai jenis sel DNES yang yang terkadang membentuk nodul limfoid. Nodul limfoid ini
menghasilkan hormon parakrin dan endokrin (lihat bagian membantu melindungi pelapis usus dari serbuan
yang membahas lambung dan Tabel 17-2). Sekitar 1% sel mikroorganisme, dan akan dibahas kemudian.
yang melapisi permukaan vili dan antar-vili pada usus kecil
merupakan sel DNES.
KRIPTUS LIEBERKUHN
SEL M (MIKROFOLD)
Kriptus Lieberkuhn meningkatkan luas permukaan
Sel mikrofold memfagositosis dan mengangkut antigen usus. Kriptus ini terdiri atas sel DNES, sel absorbtif
dari lumen ke lamina propria. permukaan, sel goblet, sel regeneratif, dan sel Paneth.
Muskularis Mukosa
Muskularis mukosa usus kecil terdiri atas sel otot polos
yang membentuk lapisan sirkular dalam dan longitudinal
luar (lihat Gambar 17-17). Serat otot dari lapisan sirkular
dalam memasuki vilus, meluas sampai ujung vilus, dan
mencapai membran basal. Saat pencernaan, serat otot tadi
berkontraksi ritmik, dan menyebabkan vilus memendek
beberapa kali dalam semenit.
Submukosa
Submukosa usus kecil terdiri atas jaringan ikat padat
Gambar 17-15 Mikrograf cahaya mukosa duodenum, memperlihatkan fibroelastik yang susunannya iregular dan kaya akan
epitel silindris selapis (E), lamina propria yang selular (LP) dengan lakteal
pada vili, dan muskularis mukosa (132x). Submukosanya mengandung
pembuluh darah dan limf. Persarafan intrinsik submukosa
kelenjar Brunner, yang merupakan penanda khas duodenum. CL, kriptus berasal dari persarafan parasimpatis pleksus submukosa
Lieberkuhn; Lu, lumen. Meissner. Submukosa duodenum khas karena
mengandung kelenjar Brunner (kelenjar duodenum).
hidup pendek; mungkin karena sesudah mengeluarkan
musinogen, maka sel ini akan mati dan terlepas dari epitel. KELENJAR BRUNNER
Setengah bagian kelenjar yang di basal tidak mempunyai
sel absorbtif permukaan, dan hanya mempunyai sedikit sel
goblet. Di bagian basal, yang terbanyak adalah sel Kelenjar Brunner menghasilkan mukus yang kaya akan
regeneratif (dan turunannya), sel DNES, dan sel Paneth. Di bikarbonat dan urogastron (faktor pertumbuhan epidermal
bawah ini akan dibahas tentang sel regeneratif dan sel manusia).
Paneth.
Sel regeneratif usus kecil adalah sel punca yang Kelenjar Brunner adalah kelenjar tubuloalveolar bercabang,
mengalami proliferasi ekstensif untuk merepolusi epitel yang bagian sekretoriknya mirip asinus mukosa (lihat
kriptus, permukaan mukosa dan vili. Sel ini langsing dan Gambar 17-15). Saluran keluar kelenjar ini menembus
tampak terjepit di antara sel yang baru terbentuk pada ruang muskularis mukosa dan biasanya bermuara pada kriptus
yang terbatas (lihat Gambar 17-13). Laju pembelahan Lieberkuhn untuk mencurahkan sekretnya ke dalam lumen
selnya tinggi, dengan siklus sel yang relatif singkat, yaitu duodenum. Terkadang, saluran keluarnya bermuara pada
24 jam. Diduga, 5-7 hari sesudah munculnya sel baru, sel ruang antarvilus. Mikrograf elektron sel asinar menunjukkan
tersebut sudah mencapai ujung vilus dan mengalami RER dan aparat Golgi yang berkembang baik, banyak
eksfoliasi. Gambaran mikrograf elektron sel tak mitokondria, dan inti gepeng atau bulat.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:39 PM Page 402
B C
Kelenjar Brunner menghasilkan cairan mukus alkali mienterikus Auerbach, yang merupakan persarafan
sebagai respons rangsangan parasimpatis. Cairan alkali ini intrinsik lapisan muskularis eksterna. Muskularis eksterna
membantu menetralkan adonan (chyme) yang asam yang menyebabkan aktivitas peristaltik usus kecil.
masuk ke duodenum dari pilorus lambung. Kelenjar ini juga Bagian terluar keseluruhan usus kecil dilapisi oleh
menghasilkan hormon polipeptida, yaitu urogastron (yang serosa, kecuali bagian kedua dan ketiga duodenum yang
juga dikenal dengan nama faktor pertumbuhan dilapisi oleh adventisia.
epidermal manusia), yang dilepaskan ke dalam lumen
duodenum bersama dengan dapar alkali. Urogastron Pasokan Vaskular dan Limfatik Usus
menghambat produksi HC1 dengan menghambat sel
parietal secara langsung, dan menggandakan kecepatan Kecil
mitosis sel epitel.
Saluran limf usus kecil berawal pada pembuluh
limf berujung buntu yang disebut lakteal.
Muskularis Eksterna dan Serosa
Muskularis eksterna usus kecil terdiri atas lapisan otot polos Usus kecil mempunyai pembuluh darah dan limf yang
yang terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. berkembang baik. Kapilar limf berujung buntu yang disebut
Di antara kedua lapisan otot polos tadi terdapat pleksus lakteal terdapat diteras vilus, dan mengalirkan limf ke
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 403
KORELASI KLINIS
S
Divertikulum Meckel adalah anomali
kongenital yang umum dan terjadi pada sekitar
Ic 2% populasi Kaukasia. Divertikulum ini adalah
sisa duktus vitelinus, yang pada embrio
menghubungkan midgut (usus tengah) dan yolk
Ol sac (kantung kuning telur). Divertikulum tadi
adalah perluasan pendek bermulut lebar pada
bagian distal ileum, di daerah yang jaraknya
sekitar 100 cm dari sekum. Kebanyakan
divertikulum Meckel sifatnya asimptomatik,
Gambar 17-17 Mikrograf cahaya mukosa jejunum monyet (132x). tetapi beberapa diantaranya dapat menimbulkan
Amatilah vili yang berkembang baik, dan perhatikan bahwa tidak ada plakat perdarahan dan obstruksi usus. Obstruksi
Peyer di lamina propria, dan tidak ada kelenjar Brunner di submukosa; biasanya disebabkan oleh intususepsi, yaitu
karena itu, sediaan ini adalah sediaan jejunum. CL, kriptus Lieberkuhn; le,
lapis otot sirkular dalam; MM, muskularis mukosa; O1, lapis otot prolaps ileum ke dalam divertikulum.
longitudinal luar; S, submukosa.
Perbedaan Regional Lamina propria kaya akan sel plasma, limfosit, sel mast,
Duodenum adalah segmen terpendek usus kecil yang leukosit yang mengalami ekstravasasi, dan fibroblas. Selain
panjangnya hanya 25 cm. Duodenum menerima empedu dari itu, nodul limfoid soliter sering terdapat di lamina propria,
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 404
di dekat lapisan epitel pada mukosa; dan seperti yang telah diangkut ke lumen oleh proses transsitosis, kemudian
diterangkan sebelumnya, ileum mempunyai kelompokan terikat pada glikokaliks untuk mempertahankan tubuh
nodul limfoid permanen yang disebut plakat Peyer. melawan serangan antigen.
Tempat nodul limfoid berkontak dengan epitel, sel Sebagian besar IgA yang dihasilkan di lamina propria
kolumnar akan digantikan oleh sel M, yang memfagositosis memasuki sistem sirkulasi, dan diangkut ke hati. Di hati,
antigen dari lumen (Gambar 17-19 dan 17-20). Antigen hepatosit membentuk kompleks IgA-komponen sekretoris,
akan mengalami endositosis dan memasuki sistem endosom dan melepaskan kompleks tersebut ke dalam empedu. Jadi,
sel tersebut; akan tetapi, antigen tersebut tidak diproses, banyak dari IgA luminal memasuki usus lewat saluran
melainkan dikemas ke dalam vesikel bersalut klatrin, dan empedu, sebagai bagian dan empedu.
kemudian di transfer ke bagian basal sel untuk dilepaskan
ke lamina propria. Antigen-presenting cells (sel penyaji
antigen) dan sel dendritik pada nodul limfoid akan Aktivitas Sekretoris Usus
mengendositosis antigen tadi, memprosesnya, dan Kecil
mempresentasikan epitopnya ke limfosit agar terjadi inisiasi
respons imun. Kelenjar pada usus kecil mensekresi mukus dan cairan
sebagai respons terhadap rangsang neural dan hormonal.
Limfosit teraktivasi bermigrasi ke kelenjar getah bening
Rangsang neural yang berasal dari pleksus submukosa
mesenterik, dan di sana limfosit membentuk pusat germinal,
adalah pencetus utama, tetapi hormon sekretin dan
yaitu daerah tempat sel B berproliferasi. Sel B yang baru
kolesistokinin ikut berperan mengatur aktivitas sekretoris
terbentuk kembali ke lamina propria, dan di lamina propria
kelenjar Brunner di duodenum dan krisptus Lieberkuhn,
sel B tersebut berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
yang secara bersama-sama memproduksi hampir 2 liter
menghasilkan imunoglobulin A (IgA).
cairan alkalis lemah perhari.
Sebagai antibodi yang dilepaskan mengikat reseptor IgA Sel DNES usus kecil memproduksi berbagai hormon
pada sel epitel dan membentuk kompleks dengan yang mempengaruhi gerakan usus kecil dan membantu
komponen sejretoris (protein yang dibentuk oleh sel mengatur sekresi HCI lambung dan pelepasan sekret
epitel) di dalam sel epitel. Kompleks IgAprotein tadi pankreas (lihat Tabel 17-2).
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 405
Sel M
Gerakan usus kecil terdiri atas dua fase yang saling
Limfosit berhubungan, yaitu:
IgA
KORELASI KLINIS
Bila mukosa usus terkena iritasi hebat oleh bahan
toksik, muskularis eksterna akan mengalami kontraksi
hebat untuk jangka waktu lama yang disebut
Sel B
peristaltic rush. Kontraksi kuat ini akan mendorong
IgA adonan (chyme) ke kolon dalam beberapa menit
IgA sehingga terjadi eliminasi bahan toksik dalam bentuk
Sel plasma diare.
Lamina propria
Gambar 17-19 Sel M dan dan peran imunologiknya pada saluran cerna.
Pencernaan
Imunoglobulin A (Ig A) dihasilkan oleh sel plasma di lamina propria. Adonan (chyme) yang masuk duodenum sedang mengalami
Sebagian IgA kemudian langsung masuk ke lumen duodenum lewat sel proses pencernaan oleh enzim yang berasal dari rongga mulut
absorbtif permukaan. Sebagian besar IgA masuk ke sistem portal hati dan
hepatosit hati membentuk kompleks IgA-protein sekretoris, lalu dan lambung. Proses pencernaan tadi diperkuat di duodenum
mencurahkannya ke kandung empedu, tempat IgA disimpan bersama empedu. oleh enzim dari pankreas bagian eksokrin. Pencernaan akhir
Saat empedu dicurahkan ke duodenum, empedu tersebut kaya akan IgA. dari protein dan karbohidrat terjadi di mikrovili, tempat
Karena itu, sebagian besar IgA masuk ke lumen duodenum lewat empedu. dipeptidase dan disakaridase yang melekat pada
glikokaliks membebaskan monomer asam amino dan
KORELASI KLINIS monosakarida. Monomer tersebut diangkut ke dalam sel
absorbtif permukaan oleh protein karier spesifik; akan tetapi,
Laju sekresi cairan ke dalam usus kecil sangat dipeptida dan tripeptida juga diendositosis oleh sel absorbtif
meningkat sebagai respons terhadap toksin kolera. permukaan. Lipid akan teremulsi oleh garam empedu
Jumlah cairan yang hilang dalam bentuk diare dapat menjadi globul lemak kecil, dan kemudian dipecah menjadi
mencapai 10 L/hari, dan bila tidak diganti dapat monogliserida dan asam lemak. Garam empedu memisahkan
menyebabkan syok sirkulatoris dan kematian dalam monogliserida dan asam lemak bebas menjadi misel yang
beberapa jam. Hilangnya cairan diikuti oleh ketidak- berdiameter 2 nm, yang berdifusi ke dalam sel absorbtif
seimbangan elektrolit yang merupakan faktor yang permukaan lewat plasmalemanya.
ikut berperan dalam efek letal kolera.
Absorbsi
Tiap hari, kurang lebih 6 sampai 7 L cairan, 30 sampai 35 g
Gerakan Usus Kecil natrium, 0,5 kg karbohidrat dan protein, dan 1 kg lemak
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 406
diabsorbsi oleh sel absorbtif permukaan pada usus kecil. Asam lemak rantai pendek (yang panjangnya <12 karbon)
Air, asam amino, dipeptida, tripeptida, ion, dan tidak masuk ke dalam SER untuk mengalami reesterifikasi.
monosakarida masuk ke dalam sel absorbtif permukaan, dan Asam lemak bebas yang cukup pendek untuk menjadi agak
dilepaskan ke ruang antarsel lewat membran basolateral. larut-air ini akan menuju membran basolateral sel absorbtif
Nutrien tersebut kemudian masuk jalinan kapilar pada vilus permukaan, berdifusi ke dalam lamina propria, dan masuk ke
dan diangkut ke hati untuk diproses. dalam lengkung kapilar untuk menuju hati dan diproses.
Asam lemak rantai panjang dan monogliserida masuk ke
dalam SER sel absorbtif permukaan, dan di sana KORELASI KLINIS
mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida (Gambar Malabsorbsi di usus kecil dapat terjadi walaupun
17-21). Trigliserida kemudian ditransfer ke aparat Golgi, pankreas menghasilkan enzim secara normal. Berbagai
dan di sana diselubungi B-lipoprotein yang dibentuk di penyakit yang menyebabkan malabsorbsi disebut
RER, sehingga menjadi kilomikron. sprue. Salah satu bentuk sprue yang menarik adalah
Kilomikron yang dikemas dan dilepas oleh aparat Golgi enteropati gluten (sprue nontropikal) yang
akan diangkut ke bagian basolateral sel, melewati membran disebabkan oleh gluten. Gluten adalah bahan yang
sel dan masuk ke dalam lamina propria. Kemudian, terdapat pada gandum dan gandum hitam, dan
kilomikron masuk ke lakteal dan memenuhi pembuluh limf menyebabkan hancurnya mikrovili, atau bahkan vili
buntu tersebut dengan bahan kaya-lipid yang disebut pada orang yang rentan. Hancurnya vili disebabkan
chyle(emulsi lemak). Kontraksi ritmik sel otot polos yang oleh respons alergi terhadap gluten. Pada orang dengan
terdapat di teras vili menyebabkan pemendekan vilus, yang penyakit tersebut, luas permukaan absorbsi menyempit.
Pengobatan penyakit ini mencakup diet yang
berperan seperti suntikan yang menyuntikkan chyle dari
menghindari biji-bijian yang mengandung gluten.
lakteal ke dalam pleksus pembuluh limf di submukosa.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 407
Lipase
Empedu
USUS BESAR anatomik dan fisiologik, yang mencegah refluks isi sekum
ke ileum.
Usus besar terdiri atas sekum, kolon, rektum, dan anus;
apendiks adalah tonjolan kecil dan buntu di ujung sekum. Histologi Kolon
Kolon tidak mempunyai vilus, tetapi sangat kaya akan
Usus besar panjangnya sekitar 1,5 m, dan terdiri atas kriptus Lieberkuhn yang komposisi selnya mirip dengan
sekum, kolon (asendens, transversum, desendens, dan yang di usus kecil, kecuali tiadanya sel Paneth pada kriptus
sigmoid), rektum, dan anus (lihat Tabel 17-3). Usus besar di kolon (Gambar 17-22 sampai 17-25). jumlah sel goblet
menyerap sebagian besar air dan ion dari adonan (chyme) meningkat dari sekum ke kolon, tetapi pada sebagian besar
yang berasal dari usus kecil, dan memadatkan adonan kolon, sel absorbtif permukaan adalah jenis sel terbanyak.
(chyme) menjadi feses, untuk dibuang. Sekum dan kolon Sel DNES jumlahnya sedikit. Aktivitas mitosis sel
tak dapat dibedakan secara histologi, dan keduanya akan regeneratif yang cepat menggantikan sel epitel pelapis
dibahas sebagai kolon. Apendiks adalah tonjolan buntu di kriptus dan permukaan mukosa tiap 6-7 hari.
ujung sekum, dan akan dibahas tersendiri. Lamina propria, muskularis mukosa, dan submukosa
kolon mirip dengan yang ada pada usus kecil.
Kolon Muskularis eksternanya khas, karena lapisan
Kolon mencakup hampir seluruh panjang usus besar. Kolon longitudinal luarnya tidak sama tebalnya di tiap
menerima adonan (chyme) dari ileum lewat katup tempat, tetapi mengumpul menjadi tiga pita yang
ileosekal. Katup tersebut adalah sfingter terdiri atas berkas otot polos yang disebut taenia koli.
Tonus konstan taenia koli menyebabkan usus besar
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 408
Usus besar
Sel absorbtif
Sel Goblet
Lamina propria
Muskularis mukosa
Sel enteroendokrin
Nodul limfoid (sel APUD)
Submukosa
Otot sirkular
muskularis eksterna
KORELASI KLINIS
Iritasi hebat pada mukosa kolon, seperti pada flora intestinal terganggu keseimbangannya oleh
enteritis, menyebabkan sekresi mukus, air dan terapi antibiotik, Clostridium difficile berperan besar
elektrolit dalam jumlah besar. Pengeluaran sejumlah dalam terjadinya penyakit ini. Manifestasi kliniknya
besar feses cair, yang disebut diare, melindungi mencakup akumulasi cairan di usus kecil, lepasnya
tubuh dengan cara mengencerkan dan membuang epitel, dan terbentuknya membran kental tebal yang
iritan. Diare berjangka panjang dan kehilangan terdiri atas fibrin, mukus, netrofil, dan sel
banyak cairan dan eletrolit, tanpa terapi penggantian mononuklir. Gejalanya adalah demam ringan
cairan, akan menyebabkan syok sirkulatoris dan (30°-40°C), diare cair dan banyak, kejang abdominal
bahkan kematian. hebat, dan nyeri perut. Angka kematian cukup tinggi
Klotis pseudomembranosa adalah penyakit (10%-15% dari individu terjangkit) bila tidak
usus inflamatoris yang dapat disebabkan oleh ditangani pada saat yang tepat dengan terapi
keracunan merkuri, iskemi intestinal, dan penggantian cairan (sebanyak 10-15 L per 24 sampai
bronkopneumonia, tetapi paling sering adalah akibat 36 jam) untuk mengembalikan keseimbangan
terapi antibiotik jangka panjang. Pasien yang paling elektrolit dan mempertahankan volume cairan
berisiko adalah yang lemah dan/atau lansia. Karena adekuat.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 409
L
O
G
LP
P
CL
MM
SM
KORELASI KLINIS
Gambar 17-25 Milcrograf-elektron skening kolon monyet (516x). Amati
muara kriptus. (Dari Specian RD, Neutra MR: The surface topography of Peningkatan ukuran pembuluh darah pleksus
the colonic crypt in rabbit and monkey. Am J Anat 160: 461-472, 1981.) vena submukosa pada kanal anal menyebabkan
hemorhoid, yaitu keadaan yang biasa terjadi pada
kehamilan dan lansia di atas usia 50 tahun.
yang mengkerut dan panjangnya sekitar 3 sampai 4 cm. Hemorhoid dapat berakibat sakit saat defekasi,
Kriptus Lieberkuhnnya pendek dan sedikit, dan menghilang defekasi dengan darah segar, dan gatal pada anus.
pada setengah bagian distal kanal. Mukosanya mempunyai Karena pemeriksaan rektal dilakukan
lipatan longitudinal yang disebut kolumna anal (kolumna dengan memasukkan jari telunjuk lewat lubang
rektal dari Morgagni). Kolumna ini saling bertemu anal eksterna, sfingter anal eksterna akan
membentuk tonjolan mirip-kantong yang disebut katup menjepit jari. Penetrasi jari yang dilanjutkan
anal (anal valves), dengan sinus anal di antaranya. Katup mengaktivasi sfingter anal interna yang ikut
anal membantu anus menahan lempengan feses. menjepit jari. Pada laki-laki, bangunan yang perlu
diraba (palpasi) pada kanal anal adalah bulbus
penis, prostat, pembesaran vesikula seminalis,
bagian inferior kandung kemih yang
Mukosa Kanal Anal menggembung, dan pembesaran kelenjar getah
Epitel mukosa kanal anal adalah epitel selapis kuboid mulai bening iliaka; pada wanita, bangunan yang perlu
dari rektum sampai garis pektinata (setingkat katub anal), diraba adalah serviks uteri, dan pada keadaan
epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin mulai dari garis patologik, ovarium dan ligamentum latum uteri
pektinata sampai lubang anal eksterna (external anal (broad ligament).
orifice), dan epitel gepeng berlapis dengan lapisan keratin
(epidermis) pada anus. Lamina proprianya adalah jaringan
ikat fibroelastik yang mengandung kelenjar anal pada Apendiks
batas rektoanal dan kelenjar sirkumanal pada ujung distal
kanal anal. Selain itu, pada anus terdapat folikel rambut, dan
kelenjar sebasea. Muskularis mukosanya terdiri atas otot Penampilan histologik apendiks mirip dengan kolon,
polos yang membentuk lapisan sirkular dalam dan tetapi ukuran apendiks jauh lebih kecil, mempunyai lebih
longitudinal luar. Lapisan otot ini berhenti sampai garis banyak banyak elemen limfoid, dan pada kriptus
pektinata. Lieberkuhnnya terdapat jauh lebih banyak sel DNES.
Ch017-X2945.qxd 12/8/06 3:40 PM Page 411
18 䡲 䡲 䡲
Kelenjar yang letaknya di luar dinding sistem pencernaan oleh simpai jaringan ikat yang membentuk septa yang
adalah kelenjar liur mayor yang berhubungan dengan rongga menjadi rangka jaringan ikat, dan membagi kelenjar menjadi
mulut (kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual), lobus dan lobulus. Asinus individual diliputi oleh jaringan
pankreas, dan hati dan kandung empedu. Masing-masing ikat tipis. Komponen vaskular dan neural kelenjar mencapai
kelenjar tadi mempunyai berbagai fungsi yang membantu unit sekretoris lewat rangka jaringan ikat tersebut.
proses pencernaan, dan produk sekretorisnya dicurahkan ke
lumen saluran cerna melalui sistem duktus (saluran keluar).
Anatomi Kelenjar Liur
Saliva (liur) yang dihasilkan oleh kelenjar liur memudahkan
proses mengecap makanan, memulai pencernaannya, dan Tiap kelenjar liur mayor mempunyai bagian sekretoris dan
memudahkan menelan. Kelenjar tadi juga melindungi tubuh duktus (Gambar 18-1). Perhatikanlah bahwa menurut bebe-
dengan mensekresi bahan antibakteri, yaitu lisozim dan rapa penulis, asinus, duktus interkalaris, dan duktus striasi,
laktoferin, dan juga imunoglobulin A (IgA) sekretoris. bersama-sama membentuk salivon, yaitu unit fungsional
Pankreas menghasilkan cairan kaya akan bikarbonat yang kelenjar liur.
menetralkan adonan (chyme) yang sifatnya asam, dan
menghasilkan berbagai enzim yang diperlukan saat pencernaan Bagian Sekretoris
lemak, protein, dan karbohidrat. Sekresi eksokrin pankreas
dilepaskan ke dalam lumen duodenum bila dibutuhkan. Selain
itu, pankreas mensintesis dan melepaskan hormon endokrin, Bagian sekretoris kelenjar liur tersusun oleh sel sekretoris
antara lain, insulin, glukagon, somatostatin, gastrin, dan serosa danlatau mukosa yang tersusun membentuk asinus
polipeptida pankreas. (alveolus) atau tubulus yang dilapisi sel mioepitel.
413
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 414
S
Sel mioepitel
Duktus
interkalar Striated duct
(duktus striasi)
M
Asinus serosa
Asinus mukosa
Demiluna serosa
(bulan sabit serosa)
䡲 Sel mukosa bentuknya serupa dengan sel serosa. Intinya Bagian Duktus (Saluran Keluar)
juga terletak di basal, tetapi bentuk intinya gepeng, tidak
bulat seperti pada sel serosa (Gambar 18-2). Populasi Duktus kelenjar liur mayor bercabang-cabang; cabang
organelnya berbeda dari sel serosa, yaitu, sel mukosa terkecil adalah duktus interkalaris, dan berakhir pada
mitokondrianya lebih sedikit, RERnya kurang berkembang, duktus terbesar, yaitu duktus utama (terminal).
dan aparat Golginya jauh lebih besar, yang menandakan
bahwa produk sekretorisnya mengandung lebih banyak Duktus kelenjar liur mayor bercabang-cabang. Cabang terkecil
komponen karbohidrat (Gambar 18-3). Sitoplasma bagian adalah duktus interkalaris, tempat menempelnya asinus dan
apikalnya penuh berisi granula sekretoris. Kanalikuli antarsel tubulus sekretoris. Duktus interkalaris tersusun oleh selapis sel
dan tonjolan membran sel di basal jauh lebih sedikit dari sel kuboid rendah dan mempunyai beberapa sel mioepitel.
serosa. Beberapa duktus interkalaris bermuara pada duktus striasi,
䡲 Sel mioepitel (basket cells) berbagai lamina basal dengan yang tersusun oleh selapis sel kuboid sampai kolumnar rendah
sel aninus. Sel tersebut mempunyai badan sel yang berisi (lihat Gambar 18-1). Membran basolateral sel tersebut
intinya, dan beberapa cabang panjang yang memeluk asinus membentuk banyak lipatan yang membagi sitoplasmanya
sekretoris dan duktus interkalar (lihat Gambar 18-1). Selain menjadi kompartemen longitudinal yang berisi mitokondria
mengandung inti, badan selnya mengandungsejumlah kecil yang bentuknya memanjang. Membran basolateral sel tersebut
organel, dan membentuk perlekatan hemidesmosom dengan mengandung adenosin trifosfatase (Na+-ATPase) yang
lamina basal. Cabang sitoplasmanya membentuk kontak memompa natrium keluar sel, ke jaringan ikat, dengan
demikian menahan natrium dan mengurangi tonisitas liur.
desmosom dengan sel asinus dan duktus, dan kaya akan
Beberapa duktus striasi bergabung dan melanjutkan diri
aktin dan miosin. Pada mikrograf elektron, cabang menjadi duktus intralobular yang ukurannya semakin
sitoplasma ini mirip sel otot polos. Saat cabang sel mioepitel bertambah besar, dan diliputi oleh lebih banyak jaringan ikat.
berkontraksi, cabang tersebut memeras asinus, dan Beberapa duktus yang keluar dari lobulus menyatu dan
memudahkan penglepasan produk sekretoris ke dalam melanjutkan diri menjadi duktus interlobular, yang
saluran keluar kelenjar. kemudian berturut-turut
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 415
menjadi duktus intralobar, duktus interlobar, dan berakhir darah ke otot rangka. Saat sekresi maksimal, terjadi
sebagai duktus utama (terminal) yang mencu-rahkan liur ke peningkatan aliran darah.
rongga mulut. Liur mempunyai berbagai fungsi yaitu: melumasi dan
membersihkan rongga mulut, mempunyai aktivitas anti-
Histofisiologi Kelenjar Liur bakteri, berperan dalam pengecapan dengan melarutkan
bahan makanan, memulai pencernaan lewat kerja ptialin
Sel sekretoris pada asinus menghasilkan liur primer yang (amilase liur) dan lipase liur, membantu proses menelan
dimodifikasi oleh duktus striasi menjadi liur sekunder. dengan cara melembabkan makanan yang memungkinkan
pembentukan bolus, dan berperan dalam proses pembekuan
dan penyembuhan Iuka karena liur mengandung faktor
Kelenjar liur mayor menghasilkan sekitar 700 sampai 1.100
pembekuan dan epidermal growth factor.
mL liur per hali. Kelenjar liur minor terletak dalam mukosa
dan submukosa rongga mulut, tetapi hanya berperan dalam 5% Liur yang dihasilkan oleh sel asinar disebut liur primer
luaran total liur harian. Untuk melakukan hal tersebut, kelenjar yang isotonik dengan plasma. Liur primer dimodifikasi oleh
liur sangat kaya akan pembuluh darah. Laju basal aliran darah sel duktus striasi dengan cara menyingkirkan ion natrium dan
ke kelenjar liur diperkirakan 20 kali lebih besar dari aliran klorida dari liur dan mensekresi ion
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 416
kalium dan bikarbonat ke dalam liur. Setelah dimodifikasi, Sifat Masing-masing Kelenjar Liur
liur tersebut menjadi liur skunder yang hipotonik.
Sel asinar dan duktus juga mensintesis komponen
sekretoris yang diperlukan untuk mentransfer IgA dari Kelenjar Parotis
jaringan ikat ke dalam lumen asinus (atau duktus). IgA
sekretoris berikatan dengan antigen dalam liur dan meredam Walaupun kelenjar parotis adalah kelenjar liur terbesar;
efek merusaknya. Liur juga mengandung laktoferin, lisozim, kelenjar ini hanya memproduksi sekitar 30% jumlah total
ion tiosianat. Laktoferin mengikat zat besi yang merupakan liur; liur yang dihasilkannya adalah liur encer.
elemen esensial bagi metabolisrne bakteri; lisozim
menghancurkan kapsul bakteti, yang memungkinkan Kelenjar parotis adalah kelenjar liur terbesar, beratnya sekitar
masuknya ion tiosianat, yang merupakan suatu bakterisida, 20 sampai 30 g, tetapi hanya memproduksi sekitar 30% jumlah
ke dalam bakteri. total liur. Walaupun kelenjar ini dianggap sebagai kelenjar
Kelenjar liur juga mensekresi enzim kalikrein ke dalam serosa murni, tetapi sekretnya mengandung mukus. Mikrograf
jaringan ikat. Kalikrein kemudian masuk ke pembuluh darah, elektron bagian apikal sel serosa menunjukkan banyak granula
dan mengubah kininogen, yaitu suatu famili protein plasma, sekretoris berisi bahan kedap-elektron yang berteras lebih
menjadi bradikinin, suatu vasodilator yang melebarkan kedap-elektron lagi yang komposisinya belum diketahui.
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke tempat Liur asal kelenjar parotis mengandung enzirn dan IgA
tersebut. sekretoris dalam jumlah besar. Enzimnya adalah amilase liur
(ptialin) yang mencerna sebagian besar pati (tepung) dalam
Peran Persarafan Autonom pada makanan, dan pencernaan ini berlanjut di lambung sampai
adonan (chyme) asam menginaktivasi enzim tersebut. IgA
Sekresi liur sekretoris menginaktivasi antigen yang terdapat di rongga
Kelenjar liur mayor tidak mensekresi terus-menerus. Aktivitas mulut.
sekretorisnya dirangsang oleh persarafan simpatis dan
Kapsula jaringan ikat kelenjar parotis sangat berkembang
parasimpatis. Persarafan terdapat di intraepitel (yaitu berupa
dan membentuk banyak septa, yang membagi kelenjar tersebut
kontak sinaptik antara ujung saraf dan sel asinar) atau menjadi banyak lobus, dan selanjutnya menjadi banyak
subepitel. Pada persarafan subepitel, ujung akson tidak lobulus. Sistem duktus mengikuti distribusi yang telah
membentuk kontak sinaptik dengan sel asinar, tetapi dijelaskan sebelumnya. Pada usia 40 tahun, kelenjar ini diserbu
melepaskan asetil kolin ke sekitar sel sekretoris, pada jarak jaringan lemak, yang menyebar dari jaringan ikat ke dalam
sekitar 100 sampai 200 nm dari plasmalema basal sel tersebut. parenkima kelenjar.
Sel yang teraktivasi kemudian merangsang sel di sebelahnya
lewat neksus (gap junction), untuk melepaskan sekret
encernya ke dalam lumen asinus. Kelenjar Sublingual
Persarafan parasimpatis adalah inisiator utama salivasi
(pengeluaran liur) dan menyebabkan terbentuknya liur encer. Kelenjar sublingual sangat kecil, dan terutama tersusun oleh
Asetil kolin yang dilepas oleh serat saraf parasimpatis pasca asinus mukosa dengan demiluna (bulan sabit) serosa, serta
ganglion mengikat reseptor kolinergik muskarinik yang menghasilkan liur campur.
menyebabkan penglepasan inositol trifosfat. Hal tersebut
menyebabkan penglepasan ion kalsium yang merupakan
caraka kedua ke dalam sitosol, yang memudahkan sekresi liur Kelenjar sublingual adalah kelenjar terkecil di antara ketiga
encer dari sel asinar. kelenjar liur mayor. Bentuknya seperti kacang almon, beratnya
Awalnya, persarafan simpatis mengurangi aliran darah hingga 2 sampai 3 g, dan hanya menghasilkan sekitar 5%
ke salivon, tetapi pengurangan tersebut berakhir dengan jumlah liur total. kelenjar ini tersusun oleh unit sekretoris
cepat. Norepinefrin yang dilepaskan oleh serat saraf simpatis tubular mukosa, yang banyak di antaranya mempunyai topi
pasca ganglion mengikat reseptor β-adrenergik yang yang tersusun oleh kelompokan kecil sel serosa, yang disebut
menyebabkan terbentuknya adenosin monofosfat siklik demiluna (bulan sabit) serosa (lihat Gambar 18-2). Walaupun
(cAMP). Caraka kedua tersebut mengaktifkan kaskade mikroskop cahaya rutin menunjukkan adanya deminula (bulan
berbagai kinase dan menyebabkan sekresi mukus dan sabit) serosa, bila jaringan dipotong beku, demiluna (bulan
komponen enzimatik liur oleh sel asinar. Mukus menyebabkan sabit) tersebut tidak tampak, yang menandakan bahwa demiluna
adhesi partikel makanan dalam bolus, dan juga membentuk (bulan sabit) tersebut kemungkinan adalah artefak yang timbul
permukaan yang licin untuk memudahkan menelan. karena fiksasi dan sebenarnya merupakan kelompokan kecil sel
Pengeluaran liur ditingkatkan oleh rasa dan bau makanan, serosa yang mencurahkan sekretnya ke dalam lumen bersama
dan juga oleh proses mengunyah. Aliran liur yang banyak juga
dengan unit sekretoris tubular mukosa. Sel serosa tersebut
terjadi tepat sebelum, selama, dan sesudah muntah. Inhibitor
pengeluaran liur adalah kelelahan, ketakutan, dan dehidrasi; ternyata menghasilkan lisozim. Kelenjar sublingual
selain itu, aliran liur sangat berkurang saat tidur. menghasilkan liur campur, tetapi terutama liur kental.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 417
Kanalikuli antar sel berkembang baik di antara sel mukosa pada melintang duktus tersebut, yang menjadi ciri khas kelenjar
unit sekretoris. Mikrograf elektron sel demiluna (bulan sabit) ini.
serosa menampilkan akumulasi apikal vesikel sekretoris; tetapi, Kapsula jaringan ikat kelenjar submandibular cukup tebal
berbeda dari kelenjar parotis dan submandibular, vesikel tersebut dan membentuk banyak septa, yang membagi kelenjar
tidak mengandung teras kedap-elektron (lihat Gambar 18-3). tersebut menjadi lobus, dan kemudian lobulus. Infiltrasi
Kapsula jatingan ikat pada kelenjar sublingual sangat tipis, lemak dari jaringan ikat ke dalam parenkima tampak jelas
dan sistem duktusnya tidak membentuk duktus terminal. pada usia limapuluhan.
Sebagai gantinya, beberapa duktus bermuara pada dasar rongga
mulut dan pada duktus kelenjar submandibular. Karena susunan
duktusnya, beberapa penulis menganggap bahwa kelenjar KORELASI KLINIS
sublingual tersusun oleh beberapa subunit glandular kecil. Adenoma pleomorfik jinak adalah tumor jinak kelenjar
liur, yang biasanya terjadi pada kelenjar parotis dan
Kelenjar Submandibular submandibular. Operasi pengangkatan kelenjar parotis
harus dilakukan dengan hati-hati karena pleksus saraf
fasial berjalan di dalam kelenjar.
Kelenjar submandibular menghasilkan 60% dari jumlah total liur;
walaupun hasilnya adalah liur campur, bagian terbesarnya ada/ah Kelenjar parotis (dan kadang-kadang kelenjar liur
liur encer. mayor lain) dapat terserang infeksi virus, yang
menyebabkan gondongan (mumps), yaitu
Walaupun berat kelenjar submandibular (Gambar 18-4) hanya 12 pembengkakan kelenjar yang menyakitkan dan biasanya
sampai 15 g, kelenjar ini menghasilkan 60% dari jumlah total terjadi pada anak-anak, yang dapat mengakibatkan
liur. Sekitar 90% asinus menghasilkan liur encer, sedangkan sterilitas bila menyerang pada saat dewasa.
sisanya manghasilkan liur kental. Mikrograf elektron bagian
apikal sel serosa kelenjar ini menunjukkan granula sekretoris
bersalut membran yang berisi sekret kedap-elektron, dengan
PANKREAS
teras yang lebih kedap-elektron. Jumlah demiluna (bulan sabit)
serosanya terbatas. Duktus striasi pada kelenjar submandibular Pankreas adalah ke/enjar ganda yang terdiri atas bagian eksokrin
jauh lebih panjang dari di kelenjar parotis atau sublingual; karena yang menghasilkan cairan pencerna dan bagian endokrin yang
itu, sediaan histologi kelenjar ini menampilkan banyak potongan menghasilkan hormon.
SD
Se
M
Gambar 18-4 Pada mikrograf cahaya
ini, kelenjar submandibular dicirikan
oleh banyaknya potongan melintang
duktus striasi (132x). Perhatikan bahwa
saluran tersebut tampak berwarna
merah muda, dan banyak diantaranya
menampilkan lumen kecil yang jelas.
SA
Produk sekretoris (mukus) tampak
berbusa. Se, septum; SA, asinus serosa;
SD, demiluna (bulan sabit) serosa; M,
sel mukosa pada sebuah asinus.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 418
Pankreas, yang terletak di atas dinding tubuh posterior, jauh lumennya dilapisi oleh tiga atau empat sel sentroasinar, yang
di dalam peritoneum, terdiri atas empat bagian yaitu: merupakan permulaan sistem duktus pada pankreas (Gambar
prosesus unsinatus, kepala, badan, dan ekor. Panjangnya 18-5). Adanya sel sentroasinar di tengah asinus adalah ciri
sekitar 25 cm, lebarnya 5 cm, dan tebalnya 1 sampai 2 cm, khas kelenjar ini.
serta beratnya sekitar 150 g. Kapsula jaringan ikatnya tipis
dan membentuk septa, yang membagi kelenjar menjadi Bagian Sekretoris dan Duktus
lobulus. Pembuluh darah dan saraf yang memasok pankreas,
berjalan bersama sistem duktus di dalam kompartemen
Sel asinar pankreas mengandung reseptor kolesistokinin dan
jaringan ikat. Pankreas menghasilkan sekret eksokrin dan
asetilkolin, sedangkan set sentroasinar dan duktus interkalaris
endokrin. Komponen endokrin pankreas yang disebut pulau
mengandung reseptor sekretin dan mungkin juga asetilkolin.
Langerhans tersebar di antara asinus sekretoris.
Bagian Eksokrin Pankreas Tiap sel asinar bentuknya seperti piramid terpancung, dengan
dasar menempel pada lamina basal. Lamina basal ini
Bagian eksokrin pankreas tersusun oleh kelenjar tubuloasinar memisahkan sel asinar dari kompartemen jaringan ikat. Intinya
yang menghasilkan sekitar 1.200 mL cairan kaya bikarbonat bulat, terletak di basal, dan berada dalam sitoplasma yang
mengandung proenzim percernaan perhari. Empat puluh basofil (Gambar 18-6). Apeks sel yang menghadap lumen
sampai 50 sel asinar membentuk asinus berbentuk oval yang asinus mengandung granula sekretoris (granula zimogen)
ER kasar
Golgi
Duktus koledokus
Kapilar
Duktus interkalar
Pulau Langerhans
Sel
sentroasinar
Sel asinar
pankreas
ASINUS PANKREAS
SEL SENTROASINAR
Kanalikuli antarsel
Gambar 18-5 Pankreas dengan asinus sekretorisnya, jenis sel, dan bagian endokrin (pulau Langerhans).
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 419
tersusun oleh sel kuboid rendah yang pucat (lihat Gambar 18-5
dan 18-6). Sel sentroas inar dan duktus interkalaris
mempunyai reseptor di bagian basal plasmalemanya. Reseptor
tersebut adalah reseptor hormon sekretin, dan mungkin juga
CC Se asetilkolin yang dilepaskan oleh serat parasi-mpatis
pascaganglion. Beberapa duktus interkalaris bergabung dan
melanjutkan diri menjadi duktus intralobular, yang
SA selanjutnya beberapa duktus intralobular menyatu, membentuk
duktus interlobular. Duktus tersebut diliputi oleh banyak
jaringan ikat dan mencurahkan isinya ke duktus pankreatik
utama, yang bergabung dengan duktus biliaris komunis
(koledokus) sebelum membuka ke dalam duodenum pada
papila Vater.
KORELASI KLINIS
Kadang-kadang, enzim pencernaan pankreas
menjadi aktif di dalam sitoplasma sel asinar,
sehingga terjadi pankreatitis akut yang seringkali
fatal. Perubahan histologiknya mencakup reaksi
inflamasi, nekrosis pembuluh darah, proteolisis
parenkima pankreas, dan destruksi enzimatik sel
lemak tidak saja di dalam pankreas, tetapi juga di I
daerah sekitar di rongga abdomen. Se
Kanker pankreas adalah penyebab kelima SA
kematian karena kanker, yang membunuh sekitar
25.000 orang per tahun, di USA. Kurang dari 50%
pasien bertahan lebih dari 1 tahun, dan kurang dari
5% bertahan selama 5 tahun. Laki-laki lebih rentan
daripada wanita. Perokok 70% lebih berisiko ter-
kena kanker pankreas di banding bukan perokok.
Hormon dan
% dari Struktur Halus Berat Molekul
Sel Total Lokasi Granula (Da) Fungsi
Sel β 70% Tersebar Diameter 300nm; Insulin, 6.000 Menurunkan kadar gula darah
di seluruh granula padat
pulau (tetapi elektron dikelilingi
terkonsentrasi oleh halo lebar
di tengah) yang elektron-lusen
Sel α 20% Di perifir Diameter 250nm; Glukagon, 3.500 Menaikkan kadar gula darah
pulau granula padat-
Langerhans elektron dengan
halo sempit yang
elektronlusen
Sel δ 5% Tersebar di Diameter 350 nm; Sel D: Somatostatin, Paracrine: menghambat pelepasan
(D dan seluruh pulau granula homogen 1.640 hormon dari pankreas bagian
D1) Langerhans yang elektron- endokrin dan enzim dari
lusen pankreas bagian eksoklorin
Endokrin: rnengurangi kontraksi
otot polos saluran
cerna dan kandung empedu
Insulin yang dilepaskan akan berikatan dengan reseptor memecah glikogen menjadi glukosa, yang dilepaskan ke
insulin pada permukaan banyak macam sel, terutama sel otot aliran darah, sehingga meningkatkan kadar gula darah.
rangka, sel hati dan sel lemak. Membran plasma sel tersebut Glukagon juga mengaktifkan enzim hati yang berfungsi
juga mengandung protein pengangkut glukosa, yaitu permease untuk glukoneogenesis (sintesis glukosa dari sumber
glukosa (unit transport glukosa), yang akan teraktivasi dan nonkarbohidrat) apabila simpanan glikogen intrasel pada
sel akan mengambil glukosa, sehingga menurunkan kadar hepatosit berkurang.
glukosa darah. Selama ada rangsang oleh insulin, vesikel
Somatostatin dihasilkan oleh salah satu dari dua
subplasmalema yang kaya permease glukosa bergabung dengan
macam sel d (D). Hormon tersebut mempunyai efek
membran sel, dan saat kadar insulin turun, vesikel tersebut
parakrin dan endokrin. Efek parakrin menyebabkan
kembali ke tempatnya di dalam sel.
inhibisi penglepasan hormon endokrin oleh sel α dan β.
Glukagon, suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh sel α, Efek endokrinnya bekerja pada sel otot polos saluran
dilepaskan sebagai respons atas kadar gula darah yang rendah, cerna dan kandung empedu dan menyebabkan penurunan
dan juga pada konsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi motilitas kedua organ tersebut. Somatostatin dilepaskan bila
protein. Sama seperti pada produksi insulin, glukagon juga kadar gula, asam amino atau kilomikron darah meningkat,
diproduksi sebagai prohormon yang kemudian mengalami yang terjadi sesudah makan. Vasoactive intestinal peptide
pemotongan proteolitik untuk menghasilkan hirmon aktif. (VIP) dihasilkan oleh jenis sel δ yang dikenal sebagai sel D1.
Glukagon terutama bekerja pada hepatosit, menyebabkan sel Hormon tersebut mengindukasi glikogenolisis dan
tersebut mengaktifkan enzim glikogenolitik. Enzim tersebut hiperglikemia dan juga mengatur motilitas
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 422
usus dan tonus sel otot polos dinding usus. Selain itu, VIP HATI
mengontrol sekresi ion dan air oleh sel epitel intestinal.
Hati adalah kelenjar terbesar, dan beratnya 1500 g. Hati
Gastrin, yang dilepaskan oleh sel G, merangsang terletak di rongga abdomen, di kuadran kanan atas, tepat di
penglepasan HC1, motilitas, dan pengosongan lambung, serta bawah diafragma. Hati terdiri atas empat lobus: lobus kanan,
laju pembelahan sel regeneratif lambung. kiri, kuadratus dan kaudatus, tetapi lobus kanan dan kirilah
Polipeptida pankreas adalah hormon yang dihasilkan yang menyusun sebagian besar hati (Gambar 8-9A).
oleh sel PP. Hormon tersebut menghambat sekresi bagian Serupa dengan pankreas, hati mempunyai fungsi endokrin
eksokrin pankreas dan merangsang penglepasan enzim oleh dan eksokrin; akan tetapi hati berbeda dari pankreas, karena sel
sel utama lambung, tetapi menekan penglepasan HCl oleh sel yang sama, yaitu hepatosit yang melakukan fungsi eksokrin
parietal lambung. dan endokrin. Fungsi eksokrin memproduksi empedu. Selain
KORELASI KLINIS
Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik berumur kurang dari 20 tahun. Ciri diabetes adalah
hiperglikemik yang disebabkan oleh (1) kekurangan adanya tiga tanda utama yaitu polidipsia (selalu haus),
insulin yang dihasilkan oleh sel β pulau Langerhans polifagia (lapar yang tak berkurang), dan poliuria
atau (2) reseptor insulin yang cacat pada sel target. Ada (berkemih berlebihan).
dua bentuk mayor diabetes mellitus, yaitu tipe 1 dan 2 Diabetes tipe 2 (diabetes tak-bergantung insulin)
(Tabel 18-2). Insidens tipe 2 sekitar lima sampai enam adalah jenis diabetes yang paling sering dijumpai dan
kali tipe l. Bila tak terkontrol, kedua tipe diabetes biasanya mengenai orang dengan usia di atas 40 tahun.
tersebut dapat menyebabkan sekuele yang mengganggu,
yang meliputi gangguan sirkulasi, gagal ginjal, buta, Sindroma Vener-Morrison (kolera pankreatik)
gangren, stroke , dan miokard infark. Hasil pemeriksaan ditandai oleh diare cair eksplosif yang menyebabkan
laboratorium paling bermakna yang mengindikasikan hipokalemia dan hipoklorhidria. Sindroma ini
diabetes adalah kadar glukosa darah yang meningkat disebabkan oleh pembentukan dan penglepasan
sesudah puasa semalaman. vasoactive intestinal peptide berlebihan disebabkan
Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes; oleh adenoma sel D1 yang menghasilkan hormon
juvenile-onset diabetes) biasanya mengenai orang muda tersebut. Tumor sel D1 seringkali bersifat ganas.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 423
itu, hepatosit juga mengubah bahan toksik menjadi nontoksik hepatika, yang keluar dari permukaan posterior, dan
yang disekresikan ke dalam empedu. selanjutnya menuju ke vena cava inferior. Empedu dialirkan
keluar hati lewat duktus hepatikus kanan dan kiri yang keluar
Struktur Umum dan Pasokan lewat porta hepatis, dan selanjutnya menuju ke kandung
Vaskular Hati empedu untuk disimpan dan dipekatkan.
Karena hati menempati posisi sentral dalam metabolisme,
Permukaan inferior hati bentuknya cekung dan di sana terdapat semua nutrien (kecuali kilomikron dan lipid dengan panjang
porta hepatis yang menjadi tempat masuknya vena porta dan kurang dari 12 karbon) yang diserap oleh saluran cerna
arteri hepatika yang memasok darah ke hati, dan tempat langsung diangkut ke hati melalui vena porta. Selain itu,
keluarnya duktus biliaris yang mengalirkan empedu keluar hati. darah kaya zat besi dari limpa juga dialirkan ke hati lewat
vena porta untuk diproses. Banyak nutrien yang sampai di
Hati diliputi oleh kapsula Glisson yang tersusun oleh jaringan hati diubah oleh hepatosit menjadi produk simpanan,
ikat padat yang susunannya iregular. Kapsula tersebut dilapisi misalnya glikogen, yang akan dilepas sebagai glukosa bila
oleh peritoneum yang tersusun oleh epitel gepeng selapis, dibutuhkan.
kecuali pada daerah terbuka. Kapsula Glisson melekat longgar Hepatosit tersusun membentuk lobulus berbentuk
pada jaringan hati, kecuali pada porta hepatis, tempat jaringan heksagonal (lobulus klasik) yang panjangnya sekitar 2mm dan
ikat kapsula memasuki hati bersama dengan masuknya diameternya sekitar 700 µm. Lobulus tersebut dibatasi oleh
pembuluh darah dan limf, dan keluarnya duktus biliaris. elemen jaringan ikat tipis yang sangat jelas pada hewan seperti
Jaringan ikat di dalam hati jumlahnya sedikit; jadi hati terutama babi dan unta. Akan tetapi, pada manusia, jaringan ikat ini
terdiri atas satu jenis sel parenkim, yaitu hepatosit. sangat sedikit dan lobulus tersusun rapat, sehingga batas
Permukaan superior hati bentuknya cembung, sedangkan lobulus klasik tidak terlihat dan hanya dapat diperkirakan saja.
permukaan inferiornya mempunyai indentasi mirip hilus yang Pada daerah pertemuan sudut dari tiga lobulus klasik,
disebut porta hepatis. Hati mendapat pasokan darah dari dua elemen jaringan ikat meningkat, dan daerah tersebut disebut
sumber, dari arteri hepatika kiri dan kanan yang memasok jalur/traktus/daerah (triad portal). Daerah portal
darah kaya oksigen (25%) dan darah kaya nutrien dari vena mengandung pembuluh limf dan juga tiga saluran lain yang
porta (75%). Pembuluh darah tadi masuk lewat porta hepatis, berjalan sejajar dengan sumbu longitudinal lobulus (Gambaran
sedangkan darah yang meninggalkan hati keluar lewat vena 18-9B) ketiga saluran lain tersebut adalah:
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 424
Vena sublobular
Lobus kiri
Ligamen falsiformis
Arteri hepatika
Vena kava
Vena porta
Daerah portal
Lobulus hati
Lobus kanan
Vena sentralis
A Arteri hepatika
Duktus biliaris
Triad portal
Vena porta
B
Vena sentralis
Lempeng hati
Sinusoid
Kanalikuli biliaris
Duktus biliaris
Arteri hepatika
C
Gambar 18-9 Hati. A, Gross anatomi hati. B, Lobulus hati yang menampilkan daerah portal dan vena sentralis. C, Bagian lobulus
hati yang menampilkan daerah portal, lempeng hati, sinusoid, dan kanalikuli biliaris.
䡲 cabang arteri hepatika tersusun oleh hepatosit termodifikasi. Ruang sempit, yang
disebut space of Möll, memisahkan limiting plate (lempeng
䡲 cabang vena porta yang relatif lebar
pembatas) dari jaringan ikat daerah portal.
䡲 duktus biliaris interlobular (dapat dikenali dari epitel
Walaupun seharusnya ada enam daerah portal di sekeliling
selapis kuboid yang melapisinya) tiap lobulus klasik, biasanya hanya tampak tiga daerah portal
Daerah portal terpisah dari parenkima hati oleh limiting yang tersebar rata pada satu potongan acak (lihat Gambar
plate (lempeng pembatas), yang merupakan selubung yang 18-9B). Di sepanjang tiap cabang arteri hepatika pada daerah
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 425
portal, muncul cabang halus yang disebut arteriol distribusi, lobulus, vena sentralis berakhir ke dalam vena sublobular.
yang terentang hingga mencapai arterial distribusi mitranya Banyak vena sentralis menuju ke satu vena sublobular;
dari daerah portal yang bersebelahan. Selanjutnya, pembuluh selanjutnya beberapa vena sublobular bergabung menjadi
darah yang lebih halus lagi, yaitu arteriol inlet, muncul dari vena pengumpul, yang kemudian membentuk vena hepatika
arterial distribusi (atau langsung dari cabang arteri hepatika). kanan dan kiri.
Selain itu, duktus biliaris interlobular dipasok oleh pleksus
kapilar peribiliar. Venula yang berasal dari vena porta Tiga Konsep lobulus hati
mempunyai dua ukuran, vena distribusi yang lebih besar dan
venula inlet yang lebih kecil.
Ketiga jenis lobulus hati adalah lobulus klasik, lobulus
Sumbu longitudinal tiap lobulus klasik ditempati oleh vena portal, dan asinus hati (asinus Rappaport).
sentralis, yaitu cabang vena yang mula-mula muncul dari vena
hepatika. Hepatosit membentuk lembaran berlubang-lubang.
Lembaran hepatosit tersusun radier terhadap vena sentralis,
yang pada potongan melintang menampilkan gambaran seperti Ada tiga konsep dasar lobulus hati (Gambar 18-11). Lobulus
jeruji roda sepeda. Lembaran hepatosit saling beranastomosis klasik hati adalah yang pertama dikenal secara histologi,
dan dipisahkan satu dari yang lain oleh ruang vaskular besar karena susunan jaringan ikat pada hati babi menunjang alasan
yang disebut sinusoid hati (Gambar 18- 10; lihat juga Gambar keberadaanya yang jelas. Pada konsep ini, darah mengalir
18-9C). Arteriol inlet, venula inlet, dan cabang dari pleksus dari perifer ke tengah lobulus, ke dalam vena sentralis.
kapilar peribiliar menembus limiting plate (dari hepatosit Empedu yang dibuat oleh sel hati masuk ke ruang antar sel
termodifikasi) untuk menuju sinusoid hati (lihat Gambar sempit yang disebut kanalikuli biliaris yang terletak di
18-10). Saat darah memasuki sinusoid, alirannya sangat antara hepatosit, dan mengalir ke perifer lobulus ke dalam
melambat dan perlahan-lahan menuju ke vena sentralis. duktus biliaris interlobular di daerah portal.
Konsep sekresi eksokrin yang mengalir ke prifer lobulus
Karena pada tiap lobulus hanya ada satu vena sentralis,
tidak konsisten dengan yang terjadi pada asinus kebanyakan
dan vena sentralis menerima darah dari semua sinusoid pada
lobulus tersebut, maka makin ke ujung lobulus, diameter kelenjar, yang sekresinya menuju lumen asinus. Karena itu,
vena sentralis bertambah besar. Saat vena sentralis keluar ahli histologi menduga bahwa semua hepatosit, yang
mengalirkan empedunya ke duktus biliaris interlobular
tertentu, membentuk sebuah lobulus yang disebut lobulus
portal. Pada sediaan histologi, lobulus portal tampak berbagai
daerah berbentuk segitiga yang pusatnya adalah daerah portal
KC dan batas perifernya adalah garis imajiner yang
PA
Si Asinus
Daerah portal (PA) hati
CV
Arteri hepatika
Duktus biliaris
PA
Vena porta
Lobulus
Klasik
CV CV
Lobulus portal
CV
Vena
sentralis (CV)
PA PA PA
LP CV CV
Gambar 18-10 Mikrograf cahaya hati anjing yang menampilkan vena Lobulus hati
sentralis (CV), lempeng hati (LP), dan sinusoid (Si) (270x).
Hewannya disuntik tinta Cina yang difagositosis oleb sel Kupffer
(KC), yang karenanya sel Kupffer tampak sebagai bercak hitam. Gambar 18-11 Ketiga macam lobulus hati: lobulus klasik, lobulus
portal, dan asinus hati.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 426
Duktus Hepatikus beberapa sel ovoid yang mampu berproliferasi. progeni sel
ovaltersebut dapat menjadi sel kuboid pada sistem duktus
biliaris maupun menjadi hepatosit.
Sistem duktus pada hati terdiri atas kolangiol, kanal
Hering, duktus biliaris yang menjadi semakin besar dan Sel epitel kuboid yang melapisi kolangiol, kanal Hering,
akhirnya menjadi duktus hepatikus kanan dan kiri. dan duktus biliaris interlobular mensekresi cairan kaya
bikarbonat yang serupa dengan yang dihasilkan oleh sistem
duktus pankreas. Pembentukan dan penglepasan bufer alkalis
Kanalikuli biliaris saling beranastomosis, membentuk terowongan tersebut dikontrol oleh hormon sekretin yang dihasilkan oleh
labirin di antara hepatosit. Saat kanalikuli biliaris mencapai daerah sel DNES di duodenum. Cairan tersebut bersama dengan
perifer lobulus klasik, kanalikuli tersebut saling menyatu cairan dari pankreas menetralkan adonan (chyme ) asam yang
membentuk kolangiol, yaitu tubulus pendek yang tersusun oleh masuk ke duodenum.
gabungan hepatosit dan sel kuboid rendah, dan terkadang sel oval.
Empedu dari kolangiol menuju kanal Hering, yaitu cabang halus
duktus biliaris interlobular, yang menyebar (radiate ) sejajar Hepatosit
dengan arterial dan venula inlet. Duktus biliaris interlobular saling
menyatu dan menjadi lebih lebar, dan akhirnya saling menyatu dan Hepatosit adalah sel poligonal bersisi 5-12, diameternya
membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri. Sistem saluran sekitar 20-30 µm, dan tersusun rapat membentuk lempeng
empedu ekstra hepatik akan dijelaskan kemudian. Kebanyakan sel yang saling beranastomosis, dengan ketebalan satu sel.
kanal Hering adalah sel kuboid rendah, dan diantara tersebar Hepatosit menunjukkan penampilan struktural, dan sifat
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 428
Sel pelapis
sinusoid
Eritrosit dalam
sinusoid hati
Mitokondria
ER halus
Kompleks Golgi
ER kasar
histokimia dan biokimia yang beragam tergatung lokasinya Mikrovili pendek tumpul mencuat dari hepatosit ke dalam
di lobulus hati. kanalikuli biliaris untuk meningkatkan luas permukaan untuk
sekresi empedu (lihat Gambar 18-14). Teras aktin pada mikro-
vili bertaut dengan jalinan tebal aktin dan filamen intermedia
Ranah (Domain) Plasmalema Hepatosit yang memperkuat daerah plasmalema hepatosit yang mem-
bentuk kanalikuli biliaris.
Membran plasma hepatosit mempunyai dua ranah, yaitu
Mebran sel yang membentuk dinding kanalikuli biliaris
ranah lateral dan sinusoidal.
mempunyai aktivitas tinggi enzim Na+, K+-ATPase dan
adenilat siklase. Ranah lateral juga mempunyai neksus
Hepatosit tersusun sedemikian sehingga tiap sel tidak hanya sehingga hepatosit dapat saling berkomunikasi.
berkontak dengan hepatosit lain, tetapi juga membatasi celah
Disse. Jadi, plasmalema hepatosit mempunyai ranah lateral
dan sinusoidal. RANAH SINUSOIDAL
Organel dan Badan lnklusi Hepatosit darah meningkatkan SER sel hati, karena detoksifikasi
terjadi di dalam sisterna SER.
Hepatosit adalah sel besar kaya akan organel yang membuat
empedu sebagai sekret eksokrin, dan juga beragam sekresi
KORELASI KLINIS
endokrin; selain itu, hepatosit juga melakukan berbagai fungsi
metabolik. Orang yang mengkonsumsi bahan hepatotoksik,
misalnya alkohol, menampilkan peningkatan
jumlah deposit lemak pada hepatosit zona 3. Selain
Walaupun hepatosit hanya mencakup 60% jumlah total sel,
itu, orang yang mengkonsumsi barbiturat
tetapi membentuk sekitar 75% bobot hati. Sel ini membuat
menampilkan peningkatan jumlah SER pada sel
empedu primer, yang akan dimodifikasi oleh sel epitel
hati di zona 3. Karena zona ini kadar oksigennya
pelapis duktus biliaris dan kandung empedu sehingga menjadi
paling rendah di antara ketiga zona asinus hati,
empedu. Sekitar 75% hepatosit mempunyai satu inti, dan
zona ini paling rentan terhadap nekrosis dalam
sisanya mempunyai dua inti. Ukuran intinya beragam, yaitu:
keadaan jejas hati berat.
inti terkecil (sekitar 50% inti) adalah inti diploid, yang lebih
besar adalah inti poliploid, sedangkan inti terbesar dapat Pecandu alkohol dan penyandang obstruksi
mencapai 64N. saluran empedu atau keracunan kronik berisiko
akan terjadinya sirosis, yaitu penyakit yang
Hepatosit aktif mensintesis protein untuk digunakan sendiri ditandai oleh adanya fibrosis, degenerasi hepatosit,
dan juga diekspor. Jadi, hepatosit mempunyai banyak ribosom dan disintegrasi susunan normal hati.
bebas, RER, dan aparat Golgi (Gambar 18-15 dan 18-16).
Setiap sel mempunyai beberapa perangkat aparat Golgi, yang Penyakit Wilson adalah kelainan herediter
umumnya terletak di dekat kanalikuli biliaris. yang menyebabkan hati tidak dapat mengeliminasi
tembaga dengan cara memindahkannya ke dalam
Karena hepatosit membutuhkan banyak enerji, tiap sel
empedu. Karena itu, tembaga tertimbun di mata,
mengandung 2.000 mitokondria. Sel dekat vena sentralis (asinus
sehingga timbul gambaran cincin hijau sampai
hati zona 3) mempunyai mitokondria hampir dua kali lebih
keemasan pada kornea; tertimbun di otak sehingga
banyak, tetapi jauh lebih kecil, ketimbang mitokondria pada
mengganggu fungsi normalnya dan menyebabkan
hepatosit di daerah periportal (asinus hati zona 1). Hepatosit
tremor, afasia, dan terkadang psikosis; dan
juga kaya endosom, lisosom, dan peroksisom. tertimbun di hati sehingga terjadi sirosis. Bila tidak
Retikulum endoplasma halus (SER) pada hepatosit beragam ditangani, penyakit ini fatal, tetapi penggunaan
tidak saja dalam lokasinya, tetapi juga dalam fungsinya. Sel di bahan kelasi, biasanya digunakan penisilamin yang
asinus hati zona 3 jauh lebih kaya SER ketimbang sel di daerah mengikat tembaga akan memudahkan pengeluaran
periportal. Selain itu, obat tertentu dan toksin yang ada dalam tembaga dari tubuh.
Pe
HC
HC
Produksi Empedu
Empedu adalah cairan yang dibuat oleh hati,
dan tersusun oleh air, garam empedu, fosfolipid,
kolesterol, pigmen empedu dan lgA.
diekskresi ke dalam kanalikuli biliaris untuk disalurkan dan aseton dikenal dengan nama badan keton. Fosfolipid,
ke saluran cerna dan akhirnya dibuang lewat feses (Gambar kolesterol, dan badan keton disimpan dalam hepatosit sampai
18-18). saatnya dilepaskan ke dalam celah Disse. Selain itu, hati
membuat VLDL, yang juga dilepaskan ke dalam celah Disse
Metabolisme Lipid sebagai tetesan dengan diameter 30 sampai 100 nm.
Hepatosit menyingkirkan kilomikron dari celah Disse dengan
cara mendegradasinya menjadi asam lemak dan gliserol. Metabolisme Karbohidrat dan
Protein
Kilomikron yang dilepaskan oleh sel absorbtif permukaan usus
kecil masuk ke sistem limfatik dan mencapai hati lewat cabang Fungsi hati lainnya adalah mempertahankan kadar normal
arteri hepatika. Di dalam hepatosit, kilomikron didegradasi glukosa darah, deaminasi asam amino, dan sintesis beragam
menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak kemudian protein darah.
mengalami desaturasi dan digunakan untuk membuat fosfolipid
dan kolesterol atau didegradasi menjadi asetil koenzim A. Dua Hati mempertahankan kadar normal glukosa darah dengan
molekul asetil koenzim A digabungkan menjadi asam cara mentransport glukosa dari darah ke dalam hepatosit dan
asetoasetat. Sebagian besar asam asetoasetat diubah menjadi menyimpannya dalam bentuk glikogen. Bila kadar glukosa
asam β-hidroksibutirat dan sebagian lagi diubah menjadi turun sampai di bawah nilai normal, hepatosit menghidrolisis
aseton. Ketiga senyawa tadi, yaitu asam asetoasetat, asam β- glikogen (glikogenolisis) menjadi glukosa dan
hidroksibutirat, mengangkutnya
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 432
keluar sel, ke dalam celah Disse (lihat Gambar 18-18). Penyimpanan Vitamin
Hepatosit juga dapat mensintesis glukosa dari gula lain Sebagian terbesar Vitamin A disimpan di dalam hati, juga
(misalnya fruktosa dan galaktosa) atau dari sumber vitamin D dan B12 terdapat dalam jumlah besar. Hati
nonkarbohidrat (misalnya asam amino), dan proses tersebut mengandung simpanan vitamin yang cukup untuk mencegah
disebut glukoneogenesis. defisiensi vitamin, yaitu vitamin A untuk sekitar 10 bulan,
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 433
vitamin D untuk sekitar 4 bulan, dan vitamin B12 untuk lebih mempunyai reseptor Fc dan reseptor komplemen, dan
dari 12 bulan. karenanya dapat memfagositosis partikel asing. Sel ini
pentingkarena darah dari vena porta mengandung banyak
mikroorganisme yang berasal dari lumen saluran cerna yang
Degradasi Harmon dan masuk ke aliran darah. Bakteri akan diopsonisasi di dalam
Detoksifikasi Obat dan Toksin lumen atau mukosa usus, atau dalam aliran darah. Sel Kupffer
mengenali dan mengendositosis sedikitnya 90% dari
Hati mengendositosis dan mendegradasi hormon dari kelenjar mikroorganisme tadi. Sel Kupffer juga menyingkirkan debris
endokrin. Hormon yang diendositosis ditransport ke dalam selular dan eritrosit rusak dari darah.
kanalikuli biliaris dalam bentuk aslinya untuk dicerna dalam
lumen saluran cerna, atau disampaikan ke endosom akhir untuk
didegradasi oleh enzim lisosomal.
Obat-obatan seperti barbiturat dan antibiotik, serta toksin
Regenerasi Hati
diinaktivasi di dalam hepatosit oleh oksidase mikrosomal Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang hebat sesudah
dengan beragam fungsi. Obat-obatan dan toksin biasanya paparan bahan hepatotoksik atau bahkan sesudah sebagian
diinaktivasi dalam sisterna SER dengan cara metilasi, hati
konyugasi, atau oksidasi. Terkadang, detoksifikasi terjadi di
dalam peroksisom. Hepatosit mempunyai masa hidup sekitar 150 hari; jadi
gambaran mitosis jarang terlihat. Namun demikian, bila
diberikan obat hepatotoksik atau sebagian hati dieksisi,
hepatosit akan berproliferasi, dan hati ber-regenerasi ke
KORELASI KLINIS ukuran semula dengan arsitektur normal.
Penggunaan jangka panjang obat tertentu, seperti
barbiturat, menurunkan efektivitasnya, sehingga Kemampuan regenerasi hati rodensia sangat besar,
diperlukan pemberian dosis yang lebih besar. sehingga bila 75% hati dieksisi, hati akan ber-regenerasi
Toleransi obat ini disebabkan oleh hipertrofi keukuran semula dalam 4 minggu. Kemampuan regenerasi
komplomen SER pada hepatosit yang diikuti hati manusia jauh lebih kecil dari tikus dan mencit.
peningkatan oksidase dengan beragam fungsi. Mekanisme regenerasi dikontrol oleh transforrning growth
Peningkatan ukuran organel dan konsentrasi enzim factor-α, transforming growth factor-β , epidermal growth
ini diinduksi oleh barbiturat, yang detoksifikasinya factor, interleukin-6, dan hepatocyte growth factor. Banyak
lewat demetilasi oksidatif. Selain itu, hepatosit dari faktor tersebut dilepaskan oleh sel stellata hati (sel Ito)
tersebut juga menjadi lebih efisien dalam yang terletak dalam celah Disse, walaupun hepatocyte growth
mendetoksifikasi obat lain dan toksin. factor yang terikat heparin juga terdapat di dalam matriks
ekstrasel yang di hati jumlahnya sedikit. Pada kebanyakan
kasus, regenerasi disebabkan kemampuan replikasi hepatosit
yang tersisa; akan tetapi, bila paparan bahan hepatotoksik
Fungsi Imun terlalu banyak, regenerasi hati dibantu oleh aktivitas mitosis
sel oval pada kolangiol dan kanal Hering.
Hepatosit menggabungkan lgA dengan komponen sekretoris
dan melepaskan lgA sekretoris ke dalam kanalikuli biliaris.
Sebagian besar antibodi IgA yang dibentuk oleh sel plasma KANDUNG EMPEDU
dalam mukosa saluran cerna memasuki sistem sirkulasi dan Kandung empedu adalah organ kecil berbentuk buah pir yang
diangkut ke hati. Hepatosit menggabungkan IgA dengan terletak pada permukaan inferior hati. Panjangnya sekitar 10
komponen sekretoris dan melepaskan kompleks IgA-komponen cm, dan ukuran pada potongan melintang sekitar 4 cm.
sekretoris ke dalam empedu, yang kemudian masuk ke lumen Kandung empedu dapat menampung sekitar 70 mL empedu.
duodenum. Jadi, banyak dari IgA luminal memasuki usus kecil Organ ini mirip kantong dengan satu bukaan. Bagian terbesar
lewat duktus biliaris komunis, bersama empedu. IgA luminal organ ini membentuk badan, dan bukaan yang berlanjut
sisanya diangkut dari mukosa usus kecil ke dalam lumen oleh menjadi duktus sistikus, disebut leher. Leher mempunyai
sel absorbtif permukaan. tonjolan yang disebut kantong Hartmann, tempat batu
Sel Kupffer yang berasal dari prekursor monosit adalah empedu biasanya tersangkut. Kandung empedu menyimpan
sel berumur panjang yang terletak di dalam sinusoid hati dan dan memekatkan empedu dan mengeluar-kannya ke dalam
melekat pada permukaan l uminal sel endotel. Sel Kupffer duodenum saat diperlukan.
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 434
Struktur Kandung Empedu Lamina proprianya tersusun oleh jaringan ikat longgar
berpembuluh darah yang kaya serat elastin dan kolagen. Pada
Dinding kandung empedu terdiri atas empat lapisan: leher kandung empedu, lamina propria-nya mengandung
epitel, lamina propria, otot polos, dan serosa/adventisia. kelenjar simple tubuloalveolar, yang menghasilkan sejumlah
kecil mukus untuk melumasi lumen bagian yang menyempit
Mukosa kandung empedu kosong sangat berlipat-lipat ini. Lapisan otot polos pada kandung empedu tipis dan
membentuk rigi paralel tinggi (Gambar 18-19). Saat kandung terutama tersusun oblik (serong), sedangkan sebagian kecil
empedu teregang penuh oleh empedu, lipatan berkurang tersusun longitudinal. Walaupun jaringan ikat adventisia
menjadi beberapa lipatan pendek, dan mukosa menjadi relatif melekat pada kapsula Glisson pada hati, jaringan ikat tersebut
licin. dapat dilepaskan dari kapsula Glisson dengan relatif mudah.
Lumen kandung empedu dilapisi oleh epitel selapis Permukaan kandung empedu yang tidak melekat pada hati
kolumnar, yang tersusun oleh dua macam sel, yaitu: sel dilapisi oleh peritoneum atau serosa, yang memberikan
jernih yang lebih umum, dan sel sikat yang lebih jarang tampilan licin, karena dilapisi epitel gepeng selapis.
(Gambar 18-20). Inti kedua macam sel tersebut bentuknya
oval dan terletak di basal, dan sitoplasma supranuklirnya
terkadang menampilkan granula sekretoris berisi musinogen. Saluran (Duktus) Ekstrahepatik
Pada mikrograf elektron, permukaan luminalnya
menampilkan mikrovili pendek yang dilapisi oleh selapis tipis Duktus hepatikus kanan dan kiri bersatu dan membentuk
glikokaliks. Bagian basal sitoplasmanya sangat kaya duktus hepatikus komunis, yang bergabung dengan
mitokondria, yang menyediakan banyak enerji untuk pompa duktus sistikus yang keluar dari kandung empedu.
Na+, K+-ATPase yang terdapat di membran sel basolateral. Penggabungan kedua duktus tadi akan melanjutkan diri
sebagai duktus koledokus (common bile duct), yang
panjangnya 7 to 8 cm, dan kemudian menyatu dengan duktus
pankreatikus untuk membentuk ampulla Vater. Ampula
membuka ke dalam lumen duodenum pada papila duodenal.
Pembukaan duktus koledokus dan duktus pankreatikus
dikontrol oleh suatu kofpleks yang terdiri atas empat otot,
yaitu: sfingter koledokus, sfingter pankreatikus, sfingter
ampula, dan fasikulus longitudinalis, yang secara bersama-
sama disebut sfingter Oddi. Lokasi dan fungsi semua otot tadi
dirangkum dalam Tabel 18-3.
Histofisiologi Kandung Empedu Na+ ditransport secara aktif dari bagian basolateral epitel
selapis kolumnar kandung empedu ke dalam ruang ekstrasel
Kandung empedu menyimpan, memekatkan, dan mengeluarkan dan secara pasif diikuti oleh klorida (C1-) dan air. Untuk
empedu. Pengeluaran empedu dicetuskan oleh kolesistokinin dan mengkompensasi hilangnya ion intrasel, kanal ion di apikal
stimulasi vagal. memungkinkan Na+ dan Cl- untuk masuk ke dalam sel
selapis kolumnar, dan menurunkan konsentrasi garam (NaC1)
Fungsi primer kandung empedu adalah menyimpan, pada empedu. Kebutuhan akan keseimbangan osmotik
memekatkan, dan mengeluarkan empedu. Empedu terus- menyebabkan air pindah dari empedu ke dalam sel selapis
menerus dibuat oleh hati dan harus menuju ke kandung kolumnar, dan menyebabkan pemekatan empedu.
empedu. Hal ini menuntut otot sfingter koledokus,
pankreatikus dan ampula agar selalu berada dalam posisi Molekul sinyal kolesistokinin dilepaskan oleh sel I (sel
menutup sehingga empedu tertahan dan berbalik kembali ke DNES) duodenum sesudah memakan makanan berlemak.
pangkal duktus koledokus untuk menuju duktus sistikus dan Kolesistoldnin berikatan dengan reseptornya pada sel otot
kemudian masuk ke kandung empedu. polos kandung empedu dan menyebabkan berkontraksi secara
Ch018-X2945.qxd 12/8/06 3:41 PM Page 436
intermiten. Pada saat yang sama, ikatan kolesistokinin dengan ritmik kandung empedu memuntahkan empedu ke lumen
reseptor-nya di sel otot polos sfingter Oddi menyebabkan duodenum. Selain itu, asetilkolin yang dilepaskan oleh serat
relaksasi otot sfingter. Akibatnya, kekuatan kontraksi parasim-patis vagal merangsang kontraksi kandung empedu.
KORELASI KLINIS
Batu empedu (kolelitiasis) lebih sering terjadi pada hebat. Sekitar 80% batu empedu tersusun oleh kolesterol
wanita daripada pria, dan paling sering terjadi pada usia (batu kolesterol); sebagian besar sisanya terbentuk oleh
empat puluhan. Sekitar 20% wanita dan 8% pria garam kalsium empedu, kalsium bilirubinat (batu
mempunyai batu empedu. Umumnya orang tidak pigmen), atau kombinasi kolesterol dan bilirubinat
menyadari adanya batu empedu karena ukurannya cukup terkalsifikasi. Batu kolesterol ukurannya besar (1 sampai
kecil sehingga dapat keluar bersama aliran empedu normal 3 cm), berwarna kuning pucat, mempunyai banyak segi,
atau terlalu besar untuk meninggalkan kandung empedu. dan jumlahnya sedikit. Batu pigmen ukurannya lebih
Ketika batu empedu masuk dan terperangkap dalam duktus kecil (1 cm), hitam, ovoid, dan jumlahnya banyak.
sistikus atau duktus hepatikus komunis, akan terjadi Umumnya, kedua jenis batu bersifat radiolusen.
obstruksi aliran empedu dan dapat menyebabkan sakit yang
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:51 PM Page 437
19 䡲 䡲 䡲
Sistem Urinarius
Sistem urinarius membuang toksin by-products padat kolagen iregular dengan sejumlah serat elastin dan
metabolisme dari aliran darah dan mengeluarkan urine sel-sel otot polos.
dari tubuh. Kerja ini dilakukan oleh dua ginjal, yang
tidak hanya mengeluarkan toksin dari aliran darah, tapi Garis Besar Gambaran Ginjal
juga memelihara kadar garam, glukosa, protein dan air
serta beberapa zat esensial agar tercapai kesehatan yang Ginjal dibagi dalam bagian korteks di sisi luar dan
optimal. Karena memiliki fungsi mengeliminasi dan medula di bagian dalam.
memelihara inilah, maka ginjal juga membantu
meregulasi tekanan darah, hemodinamik dan Potongan di garis tengah sagital ginjal (hemisected )
keseimbangan asam-basa tubuh. Urin dari ginjal memperlihatkan gambaran korteks dan medula. (Gambar
dibuang ke ureter, dari sini menuju organ penampung 19-1). Bagian korteks tampak berwarna coklat dan granula,
kandung kemih (vesika urinaria). Selama proses sedangkan medula terdiri atas 6-12 bagian berbentuk piramid,
pengeluaran, kandung kemih mengosongkan diri, urin pucat, dan bergaris (striated ), bagian ini disebut piramid
disalurkan melalui uretra ke luar tubuh. Selain itu, ginjal. Dasar tiap piramid menghadap korteks, membentuk
ginjal juga memiliki fungsi endokrin, dengan batas kortikomedular. Sedangkan bagian puncak piramid
memproduksi (antara lain), renin, eritropoetin, dan (apeks), yang juga dikenal dengan nama papila renalis
prostaglandin; ginjal juga mengkonversi prekursor vit (papila ginjal) , menghadap ke hilus. Apeks ditembus oleh
D (dalam sirkulasi) menjadi vitamin D (vitamin aktif). lebih dari 20 muara duktus papilaris Bellini (duktus
Bellini); bagian yang tampak seperti saringan ini disebut
area cribrosa . Bagian apeks piramid dikelilingi oleh
GINJAL bangunan seperti cangkir yang disebut kaliks minor (minor
calyx ). Dua atau tiga kaliks minor yang bersebelahan
bergabung membentuk kaliks mayor (major calyx ). Tiga
atau empat kaliks mayor membentuk bagian lebih besar yang
Ginjal memiliki bagian konkaf, yang disebut hilus, di tempat
mengosongkan isinya dalam pelvis renalis , bagian pelvis
ini terdapat ureter, vena renalis, arteri renalis dan pembuluh
renalis ini ada yang melanjutkan diri menjadi bagian
limf.
proksimal ureter. Piramid ginjal dipisahkan satu sama lain
oleh struktur yang serupa dengan korteks, yaitu kolumna
kortikalis Bertini (cortical columns of Bertin).
Ginjal adalah organ yang berukuran besar, berwarna
Bagian korteks yang menyelimuti dasar piramid disebut
kemerahan, berbentuk seperti kacang terletak
arkus korteks atau lengkung korteks (cortical arch). Secara
retroperitoneal pada dinding posterior abdomen. Karena
makroskopik, ada tiga struktur yang dapat diamati pada
adanya hati (posisi hati), ginjal kanan lebih rendah
korteks (1). Bagian berupa titik seperti granula berwarna
kurang lebih 1-2 cm daripada ginjal kiri. Masing-
merah, yaitu korpuskel ginjal; (2) tubulus kontortus (tubulus
masing ginjal berukuran panjang sekitar 11 cm, lebar
bergelung), labirin korteks; dan (3) garis-garis yang berjalan
4-5 cm, dan tebal 2-3 cm. Ginjal terbenam dalamlemak longitudinal, yaitu prosesus medula/berkas medula
perirenal, dengan batas konveks nya berada pada sisi (prosesus Ferreini atau medullary ray), merupakan
lateral dan bagian konkaf (hilus) di medial. Pada hilus kelanjutan dari piramid ginjal menjorok ke korteks.
ginjal terdapat cabang arteri dan vena renalis, pembuluh
Piramid ginjal, dengan arkus korteks dan kolumna
limf, dan ureter. Bagian ureter yang berada di hilus
kortikalisnya, merupakan komponen yang menyusun satu
melebar membentuk pelvis renalis (pelvis ginjal).
lobus ginjal. Ginjal manusia merupakan organ multilobus.
Perpanjangan hilus jauh menjorok ke dalam ginjal
Tiap berkas medula/medullary ray dengan bagian labirin
berisi lemak disebut sinus renalis (sinus ginjal).
korteks di sekelilingnya membentuk lobulus ginjal, yang
Ginjal memiliki kapsula tipis yang menempel terus menjorok ke medula membentuk struktur seperti
secara longgar, terutama mengandung jaringan ikat kerucut.
437
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:51 PM Page 438
Tubulus Uriniferus
KORELASI KLINIS
Tubulus uriniferus adalah unit fungsional ginjal, terdiri atas
Dalam perkembangan fetus, lobus ginjal dipisahkan oleh nefron dan tubulus pengumpul (tubulus kolektifus).
celah yang dalam. Normalnya, setelah dewasa celah tadi
mengalami obliterasi. Jika lobus ginjal bertahan sampai Unit fungsional ginjal disebut tubulus uriniferus, struktur
setelah masa kanak-kanak, kondisi ini dinamakan ginjal berupa saluran bergelung, memproses cairan yang mengalir di
lobatus. dalamnya sampai di proses pembuangan akhir (output)
Anomali perkembangan ginjal lain adalah penyakit menjadi urin. Tubulus ini terdiri atas dua bagian, masing-
ginjal polikistik, gambaran morfologinya bervariasi masing berasal dari jaringan embrional yang berbeda, nefron
tergantung pada keparahan penyakit; terdapat kista dan tubulus pengumpul (collecting tubule) (Gambar 19-1).
berdinding tipis pada permukaan ginjal dan di dalam Ada sekitar 1, 3 juta nefron dalam tiap ginjal. Beberapa
ginjal. bermuara pada satu tubulus pengumpul, dan beberapa tubulus
pengumpul bergabung pada bagian lebih dalam di medula
membentuk duktus yang semakin lama
Simpai/ Arteri
interlobularis Korteks
kapsul
Arteri interlobar
Medula
(piramid ginjal)
Arteri arkuata
Arteri renalis
Berkas medula/
medullary rays Nefron
(Prosesus kortikal
Ferreini)
Gambar 19-1 A penampang segital ginjal memperlihatkan morfologi ginjal B, Susunan nefron kortikal dan jukstamedular.
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 439
Korteks
Tubulus
kontortus
proksimal
Glomerulus
Kapsul
Bowman
Tubulus
kontortus
distal
Vena dan
arteri arkuata Garis
luar
Zona
luar
Garis medula
dalam
Medula
Duktus
koligens
Zona
luar
medula
Ansa Henle
(lengkung Henle)
Gambar 19-1, Lanjutan C, Tubulus uriniferus dengan vaskularisasi serta drainasenya. Nefron jukstamedular menjorok lebih dalam ke
medulla daripada nefron kortikal.
Korpuskel Ginjal
Kapsula Bowman
Kapsula Bowman pars viseral
pars parietal (podosit)
Basal lamina
Ruang Bowman
Arteriol eferen
Paras sikat/
bursh border
(mikrovili) Kutub
vaskular
Lamina basal
Tubulus distal
Tubulus
kontortus
proksimal
Kutub
urinarius
Makula densa
tubulus distal
Kapsula Sel-sel
jukstaglomerular Arteriol aferen
Bowman
Cairan filtrat keluar menembus glomerulus masuk ke dalam mesiangial juga dapat berkontraksi karena memiliki reseptor
ruang Bowman melewati kompleks sawar filtrasi (filtration unuk vasokonstriktor seperti angiotensin II untuk mengurangi
barrier) yang disusun oleh dinding endotel kapilar, lamina aliran darah glomerulus. Lebih lanjut, sel-sel ini bersama
basal endotel dan lapisan Bowman pars viseral. dengan podosit dan membran basal glomerulus secara
struktural menyokong kapilar glomerulus. Glomerulus disusun
GLOMERULUS oleh kapilar berpori (Gambar 19-7; lihat pula Gambar 19-5
dan 19-6) yang sel endotelnya tipis, kecuali di bagian yang
mengandung inti; porinya tidak ditutup oleh diafragma.
Glomerulus disusun oleh kapilar berpori yang bergelung, diperdarahi
Porinya besar, dengan diameter berukuran antara 70-90 nm;
oleh arteriol eferen glomerulus dan aliran baliknya melalui arteriol
jadi, kapilar di sini hanya menjadi barier terhadap elemen-
eferen glomerulus.
elemen darah dan makromolekul yang diameternya lebih
besar daripada pori.
Glomerulus dibentuk oleh beberapa gelung anastomosis kapilar
yang berasal dari cabang arterial aferen glomerulus. Unsur
jaringan ikat arterial aferen tadi tidak ikut masuk menembus Lamina Basal
kapsula Bowmann, dan sel-sel jaringan ikatnya berbeda dari sel-
Lamina basal glomerulus (tebal-300), terdiri atas tiga lapisan
sel jaringan ikat pada umumnya, berupa sel khusus yang disebut
(lihat Gambar 19-6 dan 19-7). Lapisan tengah, lamina
sel mesangial. Ada dua kelompok sel mesangial: sel
densa, tebalnya sekitar 100 nm dan terdiri atas kolagen tipe
mesangial ekstraglomerular berada di kutub vaskular, dan sel
IV, disusun oleh rantai α3 α4, dan α5 (berbeda dengan tipe
mesangial interglomerular (seperti perisit) berada dalam
biasa yang disusun oleh rantai α1 dan α2), lamina rara,
korpuskel ginjal (Gambar 19-5 dan 19-6).
lapisan dengan densitas elektron rendah, mengandung
Sel mesangial intraglomerular diduga memiliki kemampuan laminin, fibronektin, dan proteoglikan polianionik
fagositosis dan berfungsi dalam resorpsi pada lamina basal. Sel terhidrasi tinggi,
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 442
KAPSULA BOWMAN
PARS VISERAL
Pedikel Diafragma
celah filtrasi
Lamina
basal
Endotel
berpori
Lamina basal
Podosit
Celah
filtrasi
padat dan prosesus lateral dengan sistem saling mengunci dan menggumpal. Namun potongan parafin umumnya
menjalin dengan kompleks. Sehingga membran lateral sel memperlihatkan gambaran lumen yang sebagian besar tertutup;
biasanya tidak dapat dilihat dengan jelas jika menggunakan paras sikat bergelombang dan kusut; beberapa inti terlihat
mikroskop cahaya. Tinggi sel bervariasi sesuai status terletak di basal sel pada potongan melintang; dan membran
fungsionalnya dari kuboid rendah sampai kuboid. lateral sel tidak jelas. Sel-sel kuboid berada di atas membran
Metode dan kecepatan fiksasi mempengaruhi tampilan basal yang terbentuk sempurna, dapat dengan mudah terlihat
morfologi mikroskopik tubulus kontortus proksimal karena dengan pewarnaan reaksi periodic acid-Schiff (PAS). Tiap
lumennya selalu terbuka akibat tekanan cairan. Fiksasi yang potongan melintang 1 tubulus terdiri atas 10-20 sel, tetapi
baik, idealnya menampilkan gambaran lumen yang terbuka karena sel-selnya besar, umumnya hanya terlihat 6-8 inti saja
lebar dan kosong serta paras sikat tidak (lihat Gambar 19-3).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 447
Berdasarkan gambaran ultrastruktur untuk komponen interselular yang jarang-jarang dan tidak mempunyai
selnya, tubulus proksimal dibagi lagi berdasarkan 3 bagian kanalikuli apikal.
lokasi sel: Sekitar 67%-80% natrium, klorida (C1-), dan air diresorpsi
䡲 2/3 bagian awal dari tubulus kontortus (tubulus bergelung), dari cairan ultrafiltrat glomerular dan dibawa ke jaringan ikat
disebut sebagai daerah S1 stroma oleh sel-sel tubulus proksimal. Natrium dipompa
䡲 Bagian tersisa dari tubulus kontortus (tubulus bergelung) dan secara aktif keluar sel pada membran basolateral oleh pompa
sebagian besar ansa Henle segmen tebal pars desendens natrium yang berhubungan dengan Natrium-Kalium
(tubuh rektus), disebut sebagai daerah S2 adenosine trifosfatase (Na+, K+-ATPase). Ion Natrium (Na+)
䡲 Bagian sisa dari ansa Henle segmen tebal pars desendens diikuti oleh klorida untuk menjaga agar muatan tetap netral
dan diikuti juga oleh air untuk menjaga keseimbangan
(tubulus rektus), disebut sebagai daerah S3 tekanan osmotik. Air melewati channel aquaporin-1 yang
Sel-sel di daerah S1 memiliki mikrovili yang panjang (1,3-1,6 berada di membran basolateral sel. Sedangkan semua
µm), dan tersusun rapat serta sistem kaveol intermikrovili glukosa, asam amino, dan protein yang terkandung dalam
(caveolae) yang dikenal sebagai kanalikuli apikal. Kanalikuli cairan ultrafiltrat glomerular diresorpsi oleh vakuol aparatus
ini meluas sampai ke dalam sitoplasma apikal. (Gambar 19-12). endositik sel tubulus proksimal. Tubulus proksirnal juga
Sistem ini lebih panjang selama proses aktif diuresis, yang mengeliminasi larutan organik, obat, dan toksin yang harus
menunjukkan bahwa fungsinya adalah meresorpsi protein saat segera diekskresikan dari tubuh.
bersihan tubular (tubular clearing) pada ultrafiltrat glomerular.
Mitikondria, apparatus Golgi, dan komponen-komponen sel ANSA HENLE SEGMEN TIPIS
normal lainnya, dapat ditemukan pada sel-sel S1 ini. Dengan
pengamatan lebih rinci, ditemukan bahwa prosesus lateral dan
Ansa Henle Segmen tipis dibagi dalam tiga bagian: segmen tipis
basal dapat memanjang sampai hampir seluruh ketinggian sel.
pars desendens, lengkung Henle, dan segmen tipis pars
Prosesus ini panjang dan sempit dan biasanya memiliki
asendens.
mitokondria tubular yang memanjang.
Sel-sel di daerah S2 serupa dengan sel-sel di daerah S1, Ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus rektus
namun memiliki lebih sedikit mitokondria dan kanalikuli proksimal) melanjutkan diri menjadi ansa Henle segmen
apikal, serta lebih rendah tipis (lihat Gambar 19-11). Segmen tipis yang secara
Sel-sel di daerah S3 merupakan sel kuboid rendah dengan keseluruhan berdiameter 15-20 µm ini, disusun oleh epitel
sedikit mitokondria. Sel-sel ini hanya memiliki prosesus gepeng selapis dengan tinggi kurang lebih 1,5-2 µm. Panjang
segmen tipis ini bervariasi sesuai dengan letak nefron desendens adalah bahwa pars asendens hanya memiliki
(lihat Gambar 19-1). Pada nefron kortikal, panjang permeabilitas sedang terhadap air. Perbedaan yang nyata
segmen tipis hanya 1-2 mm, atau ada juga yang sama sehubungan dengan permeabilitas terhadap air ini akan
sekali tidak ada. Nefron jukstamedular lebih panjang, didiskusikan kemudian.
yaitu 9-10 mm dan memiliki lengkung seprti lengkungan
pada jepitan rambut yang menjorok masuk jauh ke bagian Tubulus Distal
medula. Bagian segmen tipis yang merupakan kelanjutan
dari ansa Henle segmen tebal pars desendens (tubulus
rektus proksimal) disebut ansa Henle segmen tipis pars Tubulus distal dibagi dalam tiga bagian: ansa Henle
segmen tebal pars asendens (tubulus rektus distal), makula
desendens, bagian yang menyerupai lengkung jepit
densa, dan tubulus kontortus distal.
rambut adalah lengkung Henle (ansa Henle), dan
bagian yang menghubungkan bagian lengkung dengan
tubulus distal disebut ansa Henle segmen tipis pars Tubulus distal dibagi menjadi bagian yang lurus (pars
asendens. rektus) dan bagian yang bergelung (pars kontortus). Bagian
Inti sel penyusun ansa Henle segmen tipis, menonjol yang lurus merupakan kelanjutan dari ansa Henle segmen tipis
ke arah lumen; sehingga dalam sediaan blok parafin, pars asendens, juga dikenal dengan nama ansa Henle segmen
tampilannya seperti kapilar yang terpotong melintang tebal pars asendens atau tubulus rektus distal. Sedangkan
(lihat Gambar 19-11). Perbedaannya dengan kapilar bagian yang bergelung disebut juga tubulus kontortus distal.
adalah sel-sel epitelnya sedikit lebih tinggi, inti terwarna Ada struktur khusus yang berada di peralihan bagian lurus
kurang padat, dan dalam lumen tidak ada sel darah. dengan bagian bergelung, yang disebut makula densa,
merupakan modifikasi sel-sel tubulus distal.
Ultrastruktur sel epitel penyusun segmen tipis ini
Ansa Henle segrnen tebal pars asendens panjangnya kurang
seperti biasa, terdapat beberapa mikrofili yang pendek
lebih 9-10 mm dengan diameter sekitar 30-40 µm. Bagian ini
gemuk pada permukaan lumen dan beberapa mitokondria
menghubungkan ansa Henle segmen tipis pars asendens di
di sitoplasma di sekeliling inti. Banyak prosesus menjulur
daerah garis dalam medula dan terus naik melewati medula
dari bagian basal mengadakan interdigitasi dengan sel di
mencapai korteks. Epitel kuboid selapis yang membentuk
sebelahnya.
ansa Henle segmen tebal pars asendens ini memiliki inti di
Keempat tipe sel penyusun ansa Henle di lokasi yang tengah, berbentuk bulat sampai oval dan sedikit mikrovili
berbeda ini dapat dibedakan berdasarkan ultrastrukturnya. yang pendek seperti drum stick (club-shaped). Meskipun
Lokasi dan gambaran struktur dari keempat tipe sel tadi bagian lateral sel berinterdigitasi satu sama lain, namun
terdapat pada Tabel 19-1. hubungan antar sel yang bersebelahan itu masih belum
Ansa Henle segmen tipis pars desendens memiliki terungkap sejelas tubulus kontortus proksimal. Interdigitasi di
permebilitas yang tinggi terhadap air, karena terdapat daerah basal lebih luas, dan jumlah mitokondria sel ini lebih
banyak kanal air aquaporin-1 , yang permeable terhadap banyak daripada tubulus kontortus proksimal. Lebih lanjut,
urea, natrium, klorida, dan ion-ion lainnya. Perbedaan sel-sel ini membentuk zonula okludens (zonulae occludentes)
utama antara segmen tipis pars asendens dengan pars yang sangat efisien dengan sel di sebelahnya.
Ansa Henle segmen tebal pars asendens tidak permeabel Perbandingan tubulus kontortus proksimal dengan tubulus
terhadap air dan urea. Sebagai tambahan, sel-selnya memiliki kontortus distal pada satu korpuskel ginjal adalah 7:1.
pompa klorida (kemungkinan juga natrium) yang berfungsi Tubulus kontortus distal umumnya naik sedikit di atas
dalam transport aktif klorida (dan natrium) dari lumennya. korpuskelnya dan bermuara pada bagian melengkung duktus
Saat cairan filtrat mencapai korteks ginjal dalam lumen koligens.
tubulus distal, konsentrasi garamnya rendah dan konsentrasi Serupa dengan ansa Henle segmen tebal pars asendens,
ureanya tetap tinggi. Sel-sel ini juga merupakan pabrik protein tubulus kontortus distal juga tidak permeabel terhadap air
Tamm-Horsfall, yang dilepaskan ke lumen ansa Henle segmen dan urea. Namun pada plasmalema basolateral sel ini,
tebal pars asendens untuk mencegah pembentukan batu ginjal. berlangsung aktivitas Na+, K+-ATPase yang tinggi,
Saat ansa Henle segmen tebal pars asendens berjalan dekat menggerakkan pompa pertukaran natriumkalium. Sebagai
korpuskel ginjalnya sendiri, maka ansa Henle tersebut berada respons terhadap hormon aldosteron, sel-sel ini secara aktif
di antara arterial aferen dan eferen glomerulus. Di daerah ini, meresorpsi hampir semua sisa natrium (dan resorpsi klorida
tubulus distal diberi nama makula densa. Karena sel makula secara pasif) dari lumen tubulus ke jaringan interstisial
densa tinggi dan langsing, maka inti selnya terlihat jauh lebih ginjal. Selanjutnya, kalium dan ion hidrogen secara aktif
rapat daripada inti sel tubulus distal di lokasi lain. disekresi ke dalam lumen, hal ini untuk mengontrol kadar
Tubulus kontortus distal tidak panjang, (hanya 4-5 mm saja) kalium cairan ekstraselular tubuh dan selanjutnya juga
dengan diameter keseluruhan 25-45 µm. Jika dibandingkan mengontrol keasaman urin.
dengan tubulus kontortus proksimal, pada sediaan parafin,
lumen tubulus ini tampak terbuka lebar, dengan granula Aparatus Jukstaglomerular
sitoplasma lebih pucat, dan karena selnya lebih langsing maka
lebih banyak inti yang terlihat pada potongan melintang Aparatus Jukstaglomerular memiliki tiga komponen: macula
tubulus. Ultrastruktur sel ini memperlihatkan sitoplasma yang densa (bagian dari tubulus distal), sel-sel jukstaglomerular
jernih dan pucat, dengan sedikit mikrovili apikal yang tumpul (bagian dari arteriol aferen glomerulus, dan sel-sel mesangial
(Gambar 19-13). Inti kurang lebih berbentuk bulat dan terletak ekstraglomerular.
apikal, memiliki satu atau dua anak inti padat. Jika
dibandingkan dengan ansa Henle segmen tebal pars asendens, Aparatus jukstaglomerular terdiri atas makula densa (bagian
mitokondria kurang banyak, dan interdigitasi basal kurang dari tubulus distal), sel-sel jukstaglomerular (bagian dari
luas. arterial aferen glomerulus terdekat, dan ada juga di arterial
Karena tubulus kontortus distal jauh lebih pendek daripada eferen), dan sel-sel mesangial ektraglomerular (atau
tubulus kontortus proksimal, maka potongan korteks ginjal Polkissen, sel lacis, atau bantal kutub) (Gambar 19-14).
manapun akan memperlihatkan lebih banyak potongan tubulus Sel-sel makula densa tinggi, langsing, dan pucat
kontortus proksimal daripada tubulus kontortus distal. dengan inti di sentral (Gambar 19-15; juga Gambar 19-2
Tubulus distal dan gambar 19-14). Karena sel-sel ini langsing, inti yang
terwarna padat terlihat berdekatan;bersama-sama, dengan
Sel-sel
jukstaglomerular mikroskop cahaya inti-inti tersebut terlihat sebagai bercak
padat. Dengan mikroskop elektron, terlihat banyak mikrovili,
Arteriol Makula densa Arteriol
mitokondria kecil, dan badan golgi terletak di bawah inti
aferen eferen (infranuclear) (lihat Gambar 19-15).
Sel-sel jukstaglomerular, merupakan modifikasi sel-sel
otot polos tunika media arterial aferen (dan, terkadang eferen)
glomerulus. Sel-sel ini memiliki banyak sekali persarafan serat
saraf simpatis. Inti sel nya bulat, tidak memanjang. Sel
jukstaglomerular mengandung granula spesifik yang ternyata
merupakan enzim protealitik bernama renin (lihat Gambar
Sel-sel 19-15). Angiotensin-converting enzyme (ACE),
mesangial
ekstraglomerular angiotensin I, dan angiotensin II juga terdapat pada sel ini
(lihat penjelasan sesudah ini).
Sel jukstaglamerular dan makula densa memiliki hubungan
geagrafik yang spesial karena lamina basal yang normalnya
terdapat pada epitel dan jaringan lain, tidak ditemukan di lokasi
Podosit ini, sehingga terjadi kantak yang sangat erat antara sel-sel
makula densa dengan sel-sel aparaus jukstaglamerular.
Sel mesangial ekstraglamerular, adalah anggota ketiga
Ruang
Bowman penyusun apparatus jukstaglamerular, menempati ruangan yang
dibatasi aleh arterial aferen, makula densa, arterial eferen dan
Sel-sel mesangial kutub vaskular karpuskel ginjal. Sel-sel mesangial terkadang
intraglomerular mengandung granula dan mungkin berhubungan dengan sel
Kapilar
glomerulus
JG
mesangial intraglomerular. Manfaat fungsi apparatus Membran basal sel memiliki banyak lipatan. Sedangkan
jukstaglomerular akan dibahas kemudian. membran lateral selnya tidak memiliki lipatan, sehingga dapat
terlihat jelas dengan menggunakan mikroskop cahaya. Sel-sel
ini memiliki banyak kanal aquaporin-2 yang sangat sensitif
Duktus Koligens (Collecting Tubules atau terhadap hormon anti-diuretik/ antidiuretic hormone (ADH)
Tubulus Pengumpul) dan membuatnya permeabel terhadap air.
Duktus koligens, disusun oleh epitel kuboid selapis, yang Sel-sel interkalaris memiliki banyak vesikel apikal
membawa dan memodifikasi cairan ultrafiltrat dari nefron ke berdiameter 50-200 nm, mikroplika di plasmalema apikal,
kaliks minor ginjal. dan banyak mitokondria. Inti selnya bulat dan terletak di
tengah. Ada dua tipe sel interkalaris: tipe A, yang membran
Duktus koligens bukan merupakan bagian nefron. Saluran ini lumen selnya memiliki H+-ATPase yang berfungsi membawa
berasal dari jaringan embryologi yang berbeda, dan baru pada ion H+ ke dalam lumen tubulus sehingga membuat urin
tahap perkembangan selanjutnya bergabung dengan nefron menjadi asam; tipe B, yang membran basolateral selnya
membentuk struktur yang kontinu. Tubulus kontortus distal memiliki H+ -ATPase juga, namun memiliki fungsi lain yaitu
dari beberapa nefron bergabung membentuk saluran pendek, meresorpsi ion H+ dan sekresi HCO3-.
yaitu tubulus penghubung (connecting tubule) yang Duktus koligens medular memiliki ukuran yang lebih
kemudian bermuara pada duktus koligens (collecting tubule) besar karena terbentuk dari gabungan beberapa duktus
(gambar 19-16; lihat juga Gambar 19-11). Cairan yang masuk koligens kortikal (lihat Gambar 19-11). Duktus koligens
ke dalam duktus koligens dimodifikasi dan dialirkan ke papila yang berada di zona luar medula dengan yang berada di
medul. Panjang duktus koligens kurang lebih 20 mm dan korteks sama-sarna memiliki sel prinsipal dan sel
ditemukan di tiga lokasi (lihat Gambar 19-1): interkalaris, sedangkan yang berada di zona dalam medula
䡲 Kortikal hanya memiliki sel prinsipal (Gambar 19-17).
䡲 Medular
䡲 Papilar Duktus papilaris Bellini, masing-masing dibentuk oleh
pertemuan beberapa duktus koligen medular. Duktus ini
Duktus koligens kortikal terletak di prosesus besar, dengan diameter 200-300 µm, dan bermuara pada area
medula (prosesus Ferreini) dan disusun oleh dua tipe cribrosa (daerah seperti saiingan) papila ginjal untuk
sel kuboid (hhat Gambar 19-2 dan 19-11): kemudian dialirkan ke dalam kaliks minor. Duktus ini hanya
䡲 Sel-sel Prinsipal disusun oleh sel-sel principal kolumnar tinggi.
䡲 Sel-sel interkalaris
Duktus koligens bersifat impermeabel terhadap air.
Sel-sel prinsipal memiliki inti oval dan terletak sentral, Namun jika ada ADH, menjadi permeabel terhadap air
sedikit mitokondria, serta mikrovili pendek dan jarang. (dan sampai batas tertentu, juga urea). Sehingga tanpa
HL
CT
Gambar 19-16 Medula ginjal
memperlihatkan epitel kuboid selapis
duktus koligens (collecting tubules )
(CT) juga epitel gepeng selapis ansa
Henle segmen tipis (Henle's loop )
(HL) dan sel endotel (E) vasa rekta.
Perhatikan komponen jaringan ikat
sangat jarang, sebagian besar berupa
elemen pembuluh darah (x270).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 452
adanya ADH urine menjadi sangat banyak dan hipotonik, banyak. Terdapat tiga jenis sel dalam jaringan ikat medula
sedangkan jika ada ADH, volume urin sedikit dan pekat. ginjal, yaitu:
䡲 Fibroblas
Interstisial Ginjal 䡲 Makrofag
䡲 Sel-sel interstisial
Interstisial ginjal sangat tipis, jaringan ikat longgar hanya Sel interstisial tersusun seperti anak tangga, satu sel di
sedikit dengan tiga tipe sel di dalamnya: fibroblas, atas sel lainnya, dan paling banyak terdapat di antara duktus
makrofag dan sel interstisial. koligens (straight collecting ducts) dan di antara duktus
papilaris Bellini. Sel-sel interstisial memiliki inti memanjang
dan banyak droplet lipid. Diyakini bahwa sel-sel ini
Ginjal memiliki jaringan ikat padat kolagen iregular mensintesis medullipin I, substansi ini di hati diubah
dengan diselingi oleh sejumlah serat elastin yang tersebar menjadi medullipin II (sebuah vasodilator kuat sehingga
di antara berkas-berkas kolagen tersebut. Simpai ginjal menurunkan tekanan darah.
tidak melekat erat pada korteks di bawahnya. Saat
pembuluh darah memasuki hilus, pembuluh darah itu
dibungkus oleh jaringan ikat tipis yang merupakan Sirkulasi Ginjal
perpanjangan dari kapsula/simpai. Bagian korteks hanya Perdarahan Ginjal - Sistem arteri
memiliki jaringan ikat yang halus, kurang dari 7% volume
korteks dan sebagian besar merupakan membran basal Masing-masing ginjal menerima 10% dari total volume
tubulus uriniferus dan pembuluh darahnya. Komponen darah/menit melalui arteri renalis, yang merupakan cabang
selular jaringan ikat korteks terdiri atas 2 macam sel, yaitu aorta abdominalis.
fibroblas dan sel yang diyakini sebagai
sel dendritik interstisial (termasuk dalam kelompok
sistem fagositik mononuklear). Ginjal menerima darah dalam jumlah sangat banyak
melalui pembuluh darah yang cukup besar, yaitu arteri
Komponen jaringan ikat interstisial medula lebih renalis, yang merupakan cabang langsung aorta
banyak daripada korteks, jumlahnya hampir mencapai abdominalis (lihat Gambar 19-1). Sebelum memasuki
30% volume zona dalam (inner zone) medula. Banyak daerah hilus ginjal, arteri renalis bercabang dua menjadi
komponen terdapat dalam jaringan ikat ini, yaitu tubulus cabang anterior dan posterior, yang kemudian bercabang lagi
uriniferus dan jejaring pembuluh darah yang sangat menjadi lima arteri segmental. Cabang dari satu segmen tidak
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 453
na stelata juga menampung darah dari bagian terminal arteriol renalis, berjalan bersama dengan arteri renalis. Badan
eferen glomerulus. Vena interlobular (berjalan paralel dengan sel serat saraf ini kemungkinan terletak pada pleksus
arteri dengan nama yang sama), mengalirkan darahnya ke aorta dan seliaka. Serat simpatis didistribusikan oleh
vena arkuata. Vena arkuata menampung darah dari medula percabangan arteri renalis, dan pembuluh ini diatur
dan korteks ginjal. Vena arkuata merupakan tempat bermuara oleh sebagian serat saraf ini. Serat saraf simpatif
darah dari vena interlobaris, vena-vena interlobaris lainnya mencapai epitel tubulus renalis, sel
berkumpul dekat hilus, membentuk vena renalis. Vena ini jukstaglomerular dan interstitial, serta simpai ginjal.
membawa darah ke vena kava inferior. Perhatikan bahwa pada Serat saraf sensoris dan parasimpatis (kemungkinan
sistem vena ginjal tidak ada pembuluh vena lobaris dan vena dari nervus vagus) juga telah dijelaskan pada bagian
segmental seperti yang terdapat pada sistem arteri ginjal. ginjal.
Osmolaritas ultrafiltrat glomerular sama dengan darah. dari lingkungan mikro sekitrnya. Ansa Henle segmen tipis pars
Osrnolaritas ini tidak diubah oleh tubulus proksimal karena asenden relatif tidak permeabel terhadap air, tapi garam dapat
air meninggalkan lumen sebagai respon atas pergerakan ion. masuk dan keluar tubulus tergantung dari kondisi interstisium.
Bagaimanapun, tekanan osmotik urin berbeda dengan darah. Sangat penting untuk dipahami bahwa pada titik ini, urea
Perbedaan tekanan osmotik dibentuk oleh bagian lain dari memasuki lumen ansa Henle segmen tipis.
tubulus uriniferus. Osmolaritas dan volume urin bervariasi, Ansa Henle segmen tebal pars asenden impermeabel
mengindikasikan bahwa ginjal dapat mengatur faktor ini. terhadap air, namun pompa klorida secara aktif
Gradien osmolaritas meningkat dari perbatasan memindahkan ion klorida dari lumen tubulus dan ion ini
kortikomedular ke bagian dalam medula, dipertahankan di masuk ke interstisium ginjal. Ion natrium mengikuti secara
interstisium medula ginjal. Ansa Henle nefron pasif (walaupun ada beberapa yang mengatakan terdapat
jukstamedular membantu tidak hanya membentuk gradien pompa natrium ) untuk mempertahankan muatan elektrik dalam
osmotik tapi juga mempertahankannya melalui sistem keadaan netral. Makin naik filtrat maka ion makin sedikit; oleh
pengganda berlawanan arah (countercurrent multiplier sebab itu jumlah garam yang berpindah ke interstisium
system) (Gambar 19-20). Sel pada ansa Henle segmen tipis menurun. Jadi, gradien konsentrasi garam terbentuk dimana
pars desenden sangat permeabel terhadap air dan garam. Oleh osmolaritas interstisial tertinggi berada di dalam medula, dan
sebab itu, pergerakan air bereaksi terhadap tekanan osmotik osmolaritas intersisial makin menurun ke arah korteks.
DIURRESIS ANTIDIURESIS
H2O
Cl– H2O Cl–
Na+ Na+
Cl– Cl–
Na+ Na+
300 300
50 300
75
Vena
arkuata
Korteks Korteks
300 300
Zona 100
Zona 100
luar medula luar medula
Na+ Na+
50 300
Cl– Cl–
H2O
200
200 600
400 600
Zona Zona
dalam medula dalam medula
H2O Na+ H2O
Na+
Urea
Urea Urea
H2O
Urea
50
Urea 1200
Urea 1200
700
A B
Gambar 19-20 Histofisiologi tubulus uriniferus. A, Diures is (pada kondisi tidak adanya antidiuretic hormone [ADH]). B, Antidiuresis (pada
kondisi ada ADH). Angka menunjukkan miliosmol per liter. Daerah yang dibingkai oleh garis tebal menunjukkan tubulus tidak permeabel
terhadap air. Adanya ADH, duktus koligens berubah menjadi penneabel dan meningkatkan konsentrasi dalam interstisium zona dalam medula.
Vasa rekta disederhanakan dalam gambar ini karena vasa rekta meliputi seluruh tubulus uriniferus (Gambar 19-1).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 457
Korpuskel ginjal: epitel Filtrasi Sawar filtrasi: sel-sel endotel, gabungan membran
gepeng selapis, basal, celah filtrasi
gabungan membran
basal basal, podosit
Tubulus proksimal: Resorpsi 67-80% air, natrium, dan Pompa natrium pada membran basolateral;
epitel kuboid selapis klorida (mengurangi volume cairan cairan ultrafiltrat isotonik terhadap darah
ultrafiltrat); resorpsi 100% protein,
asam amino, glukosa, dan bikarbonat
Ansa Henle segmen tipis Permeabel (secara keseluruhan) terhadap Cairan ultrafiltrat menjadi hipertonik terhadap
pars desendens: epitel air dan garam (mengurangi volume darah; urea masuk ke dalam lumen tubulus
gepeng selapis cairan ultrafiltrat)
Ansa Henle segmen tebal Tidak permeabel terhadap air; permeabel Cairan ultrafiltrat menjadi hipertonik terhadap
pars asendens: epitel terhadap garam; natrium dan klorida darah; urea meninggalkan interstisium ginjal
gepeng selapis meninggalkan tubulus masuk ke masuk ke dalam lumen tubulus
interstisium ginjal
Ansa Henle segmen tebal Tidak permeabel terhadap air; Cairan ultrafiltrat menjadi hipotonik; pompa klorida
pars asendens: epitel klorida dan natrium meninggalkan pada membran sel basolateral
kuboid selapis lumen masuk ke interstisium ginjal bertanggungjawab menjaga gradein osmotik
pada interstisium zona luar medula
Makula densa: epitel Memonitor kadar natrium dan volume Kontak (bersentuhan) dan berkomunikasi dengan
silindris selapis cairan ultrafiltrat dalam lumen tubulus distal sel-sel jukstaglomerular
Sel-sel Jukstaglomerular: Sintesis dan melepaskan renin ke Renin menginisiasi reaksi yang berujung pada
Modifikasi sel- dalam sirkulasi darah formasi Angiotengsin II (lihat Tabel 19-2)
sel otot polos
Tubulus kontortus distal: Dipengaruhi oleh aldosteron (sebagai Ultrafiltrat menjadi semakin hipotonik
epitel kuboid respon terhadap aldoseron) terjadi (dengan adanya aldosteron); pompa natrium
selapis resorpsi natrium dan klorida dari pada membran basolateral; Kalium disekresi
lumen ke dalam lumen
Duktus koligens: epitel Dalam kondisi ada ADH, air dan Urin menjadi hipertonik dalam kondisi ada ADH;
kubid selapis urea meninggalkan lumen masuk urea dalam jaringan interstisium
ke jaringan interstisium bertanggungjawab terhadap gradien konsentrasi
dalam interstrisium zona dalam medula
Aquaporin-2 (AQP-2) Dalam kondisi ada ADH, terdapat Dalam kondisi ada ADH, kanal AQP-2 masuk
di permukaan lumen sel Prinsipal ke dalam membran lumen sel Prinsipal dan
duktus koligens air dapat melintasi sel masuk ke interstisium
ginjal
Aquaporin-3 dan Selaluada di membran basolateral Membran basolateral sel Prinsipal duktus koligens
Aquaporin-4 sel Prinsipal duktus koligens selalu permabel terhadap air
(AQP-3 dan AQP-4)
vesika urinaria. Saat ureter menernbus sisi posterior dasar Plak tersebut impermeabel terhadap air dan garam;
vesika, terdapat lembaran mukosa seperti katup yang sehingga sel ini berfungsi sebagai sawar osmotik antara
berada pada tiap muara ureter sehingga mencegah urin dan lamina propria yang berada di bawahnya. Sel
regurgitasi urin dari vesika urinaria kembali ke ureter. pada bagian permukaan sel epitel transisional terikat oleh
desmosom dan taut kedap (tight junction) yang juga
Vesika Urinaria berfungsi sebagai sawar osmotik untuk mencegah
lewatnya air antar sel.
Vesika Urinaria menampung urin sampai urin siap Vesika urinaria berbentuk segitiga, pada tiap bagian
untuk di keluarkan. apeksnya terdapat muara kedua ureter dan uretra yang
dikenal sebagai trigonum. Mukosa trigonum selalu
halus dan tidak pernah melipat. Asal embriologik
Vesika urinaria merupakan organ penting untuk trigonum berbeda dengan bagian lain vesika urinaria.
menampung urin sampai tekanannya cukup untuk
menginduksi keinginan miksi. Mukosa vesika urinaria Lamina propria vesika minaria terdiri dari dua lapis;
berperan sebagai sawar osmotik antara urin dengan lamina bagian paling luar, terdiri dari jaringan ikat padat,
propria (Gambar 19-22 dan 19-23). Mukosa vesika urinaria kolagen, dengan susunan tidak teratur dan bagian dalam
tersusun beberapa lipatan, yang menghilang saat vesika yaitu jaringan ikat yang lebih longgar, tersusun atas
urinaria teregang karena terisi urin. Selama teregang, sel serat kolagen dan elastin. Lamina propria tidak
bundar berbentuk kubah berukuran besar, yang terdapat mempunyai kelenjar kecuali pada bagian sekitar
pada permukaan epitel transisional mejadi teregang dan orifisium uretra, terdapat kelenjar mukus. Biasanya
morfologinya berubah menjadi pipih. kelenjar ini hanya terdapat pada lapisan luar lamina
Bagian yang memberikan ciri unik pada sel epitel propria. Kelenjar ini mensekresikan cairan bening yang
transisional adalah plasmalema, yang te rdiri dari kental untuk melubrikasi orifisium uretra.
gabungan daerah menebal, khusus, dan kaku, yakni plak,
diselingi oleh membran sel normal, bagian interplak. Saat
vesika kosong, bagian plak melipat menjadi kontur yang
angular dan iregular, yang menghilang saat sel teregang.
Bagian plak yang kaku ini, bermuara ke filamen
intrasitoplasmik, menyerupai gap junction tapi hanya pada
bagian permukaan.
CT
E LP
Gambar 19-22 Gambaran histologi mikroskop cahya pada Gambar 19-23 Gambaran mikroskop cahaya epital transisiolnal
pembesaran lemah vesika urinaria monyet (x58). Amati epitel (E), vesika urinaria monyet (x540) Amati sel yang sangat besar, berbentuk
jaringan ikat subepitel (CT), dan lapisan muskular (M) vesika urinaria. seperti kubah membatasi lumen. Lamina propria (LP).
Ch019-X2945.qxd 15/8/06 2:52 PM Page 462
Dinding muskular vesika urina1ia tersusun oleh tiga lapis bertingkat. Mukosa tersusun dalam lipatan memanjang
otot polos yang dapat dipisahkan hanya pada bagian leher karena adanya lamina propria fibroelastik. Sepanjang
vesika urinaiia. Lapisan dalam tersusun longitudinal dan uretra terdapat kelenjar Littre yang mensekresikan
tipis, lapisan tengah tersusun sirkular dan tebal, lapisan mukus jernih.
paling luar longitudinal dan tipis. Lapisan tengah sirkular Lapisan erektil yang tipis dan mengandung pembuluh
membentuk otot sfingter interna di sekitar orifisium uretra darah mengelililingi mukosa, membentuk korpuskel
interna. spongiosum laki-laki. Lapisan muskular uretra
Lapisan adventisia vesika urinaria tersusun atas jaringan merupakan kelanjutan dari otot polos vesika urinaria,
ikat padat, kolagen, dengan susunan tidak teratur yang namun hanya terdiri atas dua lapis, yaitu lapis
mengandung sejumlah serat elastin. Padabagian tertentu longitudinal interna (di sebelah dalam) dan sirkular
adventisia, dilapisi oleh serosa, sisi yang mengarah ke eksterna (di sebelah luar). Di tempat uretra menembus
peritoneum, sedangkan pada bagian lain diselimuti lemak perineum (diafragma urogenital), sfinkter otot skelet ada
disekelilingnya dan memungkinkan kontrol miksi secara
Uretra voluntar.
Uretra menyalurkan urin dari vesika urinaria ke luar tubuh Uretra Pria
Uretra pria panjangnya 15-20 cm, memiliki tiga bagian
Vesika urinaria mengosongkan isinya melalui struktur yang diberi nama sesuai dengan struktur yang dilaluinya,
tubular tunggal, uretra, yang langsung berhubungan dengan yaitu:
dunia luar, mengeluarkan urin dari tubuh. Di tempat uretra
menembus perineum, serat otot rangka membentuk otot
䡲 Uretra pars prostatika, panjangnya 3-4 cm,
seluruhnya berada dalam kelenjar prostat. Dilapisi oleh
sfingter eksterna (external sphincter muscle) yang
epitel transisional dan menampung banyak duktus
mengelilingi uretra. Otot ini memungkinkan kontrol secara
kecil dari prostat, utrikulus prostatika (rudimenter,
sadar (voluntary) terhadap proses berkemih. Uretra laki-laki
homolog dengan uterus) dan sepasang duktus
lebih panjang daripada uretra perempuan dan memiliki fungsi
ejakulatorius.
ganda, sebagai jalur pengeluaran semen dan pengeluaran urin.
䡲 Utera pars membranasea, panjangnya hanya 1-2
cm. Namanya demikian karena bagian ini melewati
membran perianal (diafragma urogenital). Bagian ini
KORELASI KLINIS dilapisi leh epitel silindris berlapis dan diselingi oleh
Hilangnya kemampuan mengontrol secara sadar epitel silindris bertingkat.
(voluntary) otot sfingter uretra eksterna akan 䡲 Uretra pars spongiosa (uretra penil), bagian
menyebabkan inkontinensia uretra, kondisi ini palingpanjang dari uretra (15 cm), terdapat di
terutama banyak dialami wanita lansia. sepanjang penis, berakhir pada ujung glans penis
sebagai orifisium uretra ekstema. Segmen ini
dinamakan demikian karena berlokasi di korpus
spongiosum. Dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis,
Uretra Perempuan diselingi dengan epitel kolumnar berlapis semu dan
Uretra wanita panjangnya sekitar 4-5 cm dengan diameter 5-6 berlapis gepeng tidak berkeratin. Bagian terminal uretra
mm. berjalan dari kandung kemih (vesika urinaria) sampai ke yang meluas pada glans penis (fosa navikularis)
minsium uretra eksterna tepat di atas anterior liang vagina. dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin.
Normalnya, lumen uretra ini kolaps kecuali saat berkemih.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional pada bagian dekat Lamina propria pada tiga bagian ini tersusun atas
kandung kemih dan sisanya sampai menuju dunia luar dilapisi jaringan ikat longgar fibroelastin yang kaya akan
oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin. Epitel ini vaskularisasi. Terdapat banyak kelenjar Littre yang
diselingi oleh bagian yang dilapisi oleh epitel slindris mensekresi mukus untuk lubrikasi epitel uretra.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 463
20 䡲 䡲 䡲
Sistem Reproduksi
Perempuan
Sistem reproduksi perempuan terdiri atas organ reproduksi 1,5 hingga 2 cm, dan tebal 1 cm, masing-masing dengan
internal (sepasang ovarium dan saluran telur, uterus/rahim, berat sekitar 14 g. Ovarium tergantung dalam ligamentum
dan vagina; Gambar 20-1), dan genitalia eksterna (klitoris, latum uterus melalui penggantung yang disebut
labia mayora, dan labia minora). Walaupun kelenjar mamma mesovarium, suatu lipatan khusus peritoneum yang berisi
tidak dianggap bagian dari sistem reproduksi perempuan, pembuluh darah yang menuju ke ovarium (lihat Gambar
fisiologi dan fungsinya sangat erat hubungannya dengan 20-1).
sistem reproduksi sehingga akan didiskusikan juga dalam Epitel permukaan yang meliputi ovarium, disebut epitel
bab ini. germinal, merupakan modifikasi peritoneum. Epitel kuboid
Organ reproduktif berkembang tidak sempurna dan rendah ini, berasal dari epitel mesotel yang meliputi
menetap dalam keadaan rehat hingga hormon ovarium yang sedang berkembang, dahulu diduga
gonadotropin yang disekresi oleh kelenjar pituitari/ menghasilkan sel benih; walaupun sekarang diketahui tidak
hipofisis memberi sinyal dimulainya pubertas. Mulai saat benar, namanya tetap dipakai. Tepat di bawah epitel ini
itu, banyak perubahan terjadi pada sistem reproduksi, terdapat tunika albuginea, suatu kapsula jaringan ikat
termasuk diferensiasi organ reproduksi, yang memuncak kolagen padat tak beraturan, dengan sedikit pembuluh
dengan menarke, haid pertama kali, yang terjadi antara darah, yang serat kolagennya tersusun lebih kurang sejajar
usia 9 hingga 15 tahun, dengan rerata 12,7 tahun. Setelah permukaan ovarium. Setiap ovarium terbagi dalam korteks
aliran darah haid pertama, siklus menstruasi, yang yang amat selular dan medula, yang terdiri terutama atas
melibatkan banyak perubahan hormonal, histologi, dan jaringan ikat longgar yang banyak pembuluh darah.
psikologi, yang berulang setiap bulan (sekitar 28 hari) Pembuluh darah medula berasal dari arteri ovarium. Secara
sepanjang masa reproduksi, kecuali apabila terjadi histologi, perbatasan antara korteks dan medula tidak jelas.
kehamilan. Saat seorang perempuan mendekati akhir masa
reproduksinya, siklus menstruasinya menjadi makin kurang
teratur bersama dengan perubahan sinyal hormonal dan Korteks Ovarium
neurologik, memulai menopause. Kemudian siklus
menstruasi berhenti; setelah menopause, involusi organ Korteks ovarium terdiri atas stroma jaringan ikat yang
reproduksi terjadi. Jadi, sistem reproduksi perempuan diatur ditempati oleh folikel ovarium dalam berbagai tahapan
oleh suatu kerja sama yang kompleks antara faktor-faktor perkembangan.
hormonal, neurologik, dan psikologik.
Korteks ovarium terdiri atas kerangka jaringan ikat, stroma
OVARIUM (dikenal juga sebagai kompartemen interstisial),
ditempati oleh sel stroma yang mirip fibroblas (dikenal
Ovarium dilapisi oleh epitel germinal, terbagi secara juga sebagai sel interstisial) di samping juga folikel
tidak tegas menjadi bagian korteks dan medula. ovarium dalam berbagai tahapan perkembangan (Gambar
20-2A).
Pasangan ovarium, terletak dalam panggul, merupakan Sel benih primordial, disebut oogonia, berkembang
bangunan berbentuk almond berukuran panjang 3 cm, lebar dalam lapisan endodermal kandung kunir (yolk sac) tak
463
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 464
Miometrium
Adventisia
Ligamen
bundar/
rotundum
Ligamrn
lebar/latum
Infundibulum
Fimbria
Ovarium
Mesovarium
Ligamen ovarium
Uterus
Kandung kemih
Serviks
Vagina
Gambar 20-1 Traktus reproduksi perempuan. Ovarium dibelah untuk menunjukkan folikel dalam perkembangan. Uterus dan tuba Fallopi dibelah
untuk menunjukkan lumen masing-masing.
lama setelah bulan pertama kehamilan. Oogonia mengalami akan terjadi setiap 28 hari sehingga selama 30 hingga 40
beberapa pembelahan mitosis dan, selama minggu ke-6 tahun (periode reproduksi), dengan dilepasnya satu oosit
setelah fertilisasi, bermigrasi ke rigi germinal untuk setiap bulan, maka akan dilepas sejumlah 450 oosit. Sisa
menempati korteks ovarium yang sedang dalam folikel akan berdegenerasi dan mati selama kurun waktu
perkemebangan. Di tempat tersebut oogonia mengalami yang sama.
pembelahan mitosis hingga mendekati bulan kehidupan
fetus ke-5. Saat ini setiap ovarium mengandung sekitar 5 Perkembangan Seksual Fenotopik
hingga 7 juta oogonia. Sekitar 1 juta oogonia kemudian
dikitari sel folikel dan bertahan hingga saat dilahirkan. Sisa Selama Embriogenesis
oogonia tidak akan tertanam dalam folikel. Melainkan akan
mengalami atresia;yaitu akan berdegenerasi dan mati. Perempuan ialah perkembangan fenotopik yang 'baku'
Oogonia yang bertahan memasuki tahap profase
meiosis I dan akan dikenali sebagai oosit primer Semasa permulaan embriogenesis, tanpa adanya testosteron
(Gambar 20-3). Meiosis akan dihentikan pada tahap dan hormon anti mullerian, perkembangan fenotipik ialah
diploten oleh faktor parakrin seperti subtansi pencegah ke arah perempuan. Tiadanya testosteron mengakibatkan
meiosis, yang diproduksi oleh sel-sel folikular. Oosit tidak berkembangnya duktus Wolffii, yaitu prekursor
primer menetap dalam fase tersebut sampai tepat sebelum saluran genital lelaki, dan ketiadaan hormon anti mullerian
ovulasi, mereka akaan dipicu, sebagai respons terhadap memungkinkan perkembangan duktus mulleri, yang
lonjakan hormon pelutein (luteinizing hormone/LH) merupakan prekursor saluran genital perempuan.
dan subtansi penginduksi meiosis untuk melengkapi
pembelahan mitosis pertamanya, dan membentuk oosit
sekunder dan badan polar pertama. Korteks Ovarium Saat
Di antara 1 juta oorgonia yang selamat dan kemudian Mulainya Pubertas
terbungkus dalam folikel primordial, 600.000 menjadi
atretik selama sekitar 10 tahun kehidupan, dan saat Penglepasan secara berkala (pulsatile) hormon
menarke seorang perempuan muda hanya mempunyai penglepas-gonadotropin mempunyai peran besar bagi
300.000 hingga 400.000 folikel. Umumnya, ovulasi mulainya pubertas.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 465
Folikel primordial
Folikel Sel folikular
Folikel primer primordial Oosit
Korpus
albikans Folikel
Folikel sekunder primer Teka folikuli
multilaminar Zona pellucida
Sel-sel folikular
Korpus
luteurn:
Teka folikuli
Lutein Sel-sel granulosa
teka Zona pelusida
Lutein Folikel
sekunder Membran basal
Granulosa
Teka eksterna
Folikel Teka interna
Graaf Membran
granulosa
Korona radiata
Folikel Graaf
Antrum
Oosit dalam
Kumulus
ooforus
Zona
pelusida
A Oosit yang
dilepas B
korona radiata
Gambar 20-2 Struktur ovarium (A) dan perkembangan folikel (B). Perhatikan korpus luteum dan korpus albikans. Semua tahapan perkembangan folikel, dari
tahap folikel primordial hingga folikel Graaf, tersaji di sini.
Sebelum pubertas dimulai, semua folikel pada korteks jang kehidupan reproduksi perempuan. Penglepasan pulsatil
ovarium ada dalam tahap primordial. Hormon LHRH menyebabkan penglepasan yang sama, secara
dekapeptida, hormon penglepas hormon pelutein pulsatil gonadotropin [hormon perangsang folikel
(luteinizing hormon-releasing hormo/LHRH), yang (follicle-stimulating hormon/FSH), dan LH] dari
juga dikenal sebagai hormon penglepas gonadotropin basofil hipofisis anterior yang memuncak dengan
(GnRH), diproduksi sebagai neurosekret oleh neuron dimulainya perkembangan folikel dan dimulainya siklus
daerah nukleus arkuata dan preoptik hipotalamus, ovulatari. Siklus ovulatari, perkembangan folikel, dan
memegang peran yang besar dalam memulai pubertas. interelasi hormonal akan dijelaskan sesudah ini.
Menarik bahwa penglepasan LHRH bersifat pulsatil atau
berkala, terjadi setiap 90 menit, dan masa paruh-waktunya Folikel Ovarium
dalam sirkulasi dan hanya sekitar 2 hingga 4 menit.
Penglepasan LHRH secara pulsatil, tidak hanya sebagai
pengdahulu mulainya menarke akan tetapi juga untuk Folikel ovarium berkembang melalui empat tahap
mempertahankan siklus ovulasi dan menstruasi/haid sepan- perkembangan : primordial, primer, sekunder, dan Graaf.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 466
P
Folikel Primordial
Folikel primer multilaminar terus berkembang dan Dengan bertambahnya produksi cairan, butiran likuor
membesar hingga mencapai diameter 200 um. Sebuah folikuli menyatu membentuk sebuah ruangan berisi cairan,
folikel yang besar dan bundar terbentuk dengan banyak yaitu antrum. Sel-sel granulosa akan tersusun kembali
lapisan sel granulosa di sekitar oosit primer (yang sehingga oosit primer akan dikitari oleh sekelompok kecil sel-
ukurannya sejak saat ini akan menetap). Beberapa ruang sel granulosa yang menonjol keluar dari dinding ke dalam
antarsel kemudian terbentuk dalam massa sel granulosa dan antrum yang berisi cairan. Struktur ini disebut kumulus
akan terisi cairan yang akan dikenal sebagai likuor ooforus. Sel granulosa kuboid rendah yang tersusun longgar
folikuli. Segera setelah folikel primer multiminar tepat berdampingan dengan zona pelusida bergerak agak
menunjukkan adanya likuor folikuli, kemudian akan disebut menjauh dari oosit, namun filopodianya tetap di dalam zona
sebagai folikel sekunder (Gambar 20-5; lihat juga Gambar pelusida, mempertahankan kontak dengan dengan oosit primer.
20-2B). Satu lapis sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit
Keberlanjutan proliferasi sel-sel granulosa folikel sekunder primer disebut korona radiata. Pada saat ini, dapat dibedakan
tergantung dari FSH yang dilepaskan oleh sel-sel basophil dua jenis sel granulosa: yang membrana granulosa dan
hipofisis anterior. Di bawah pengaruh FSH, jumlah lapisan sel- kumulus granulosa (Tabel 20-2).
sel granulosa meningkat, di samping juga jumlah ruang yang Mendekati akhir stadium ini, sel-sel stromal membesar dan
berisi likuor folikuli. Cairan ini, merupakan exudat plasma, teka interna akan diinvasi oleh kapilar-kapilar yang
mengandung glikosaminoglikan, proteoglikan, dan protein- membawa nutrisi untuk stroma maupun sel-sel granulosa
pengikat-steroid yang diproduksi oleh sel-sel granulosa. yang avaskular. Sebagian besar folikel yang mencapai
Tambahan pula, cairan juga mengandung hormon-hormon stadium perkembangan ini akan mengalami atresia, akan
progesteron, estradiol, inhibin, folliostatin tetapi beberapa sel granulosa yang berada pada folikel yang
(folikulostatin), dan aktivin, yang meregulasi penglepasan atretik tidak ber-degenerasi; namun akan membentuk
LH dan FSH. Sebagai tambahan, FSH (bersama dengan kelenjar interstisial, yang akan bersekresi sejumlah kecil
estrogen) menginduksi sel-sel granulosa untuk membentuk androgen hingga saat menopause. Beberapa folikel sekunder
reseptor untuk LH yang akan ter tanam pada plasmalemanya. tetap berkembang menjadi folikel matang.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 469
Korpus Luteum
Medula Ovarium
Gambar 20-7 Mikrograf elektron sel lutein-granulosa kera resus dengan inti Medula ovarium merupakan jaringan ikat fibroelastis yang
besar, yang tidak terletak di tengah dan banyak organel (x6800). G, aparatus
Golgi; L, droplet lipid; M, mitokondria (diperlihatkan pada inset di kiri bawah, banyak berpembuluh darah, ditempati oleh sel-sel jaringan ikat,
dengan pembesaran lebih kuat); N, nukleus (inti); RER, retikulum endoplasma sel-sel interstisial, dan sel-sel hilus.
kasar; SER, retikulum endoplasma halus. (Dari Booher C, Enders AC,
Hendrick X, Hess DL: Struktural characteristics of the corpus luteurn during Daerah tengah ovarium, medula, terdiri atas sel-sel fibroblas
implantation in the rhesus monkey (Macaca mulatta). Am J Anat 160: 1736, tertanam dalam jala-jala yang banyak mengandung kolagen,
1981.)
dan serat-serat elastis (lihat Gambar 20-2A). Medula juga
mengandung pembuluh darah besar, pembuluh limf dan
serat-serat saraf. Medula ovarium manusia yang
kehamilan, akan membesar hingga berdiameter 5 cm dan terus pramenstruasi mempunyai beberapa kelompok sel
akan bersekresi hormon yang dibutuhkan untuk interstisial yang epiteloid yang bersekresi estrogen. Pada
mempertahankan kehamilan. Walaupun plasenta menjadi mamalia yang melahirkan banyak anak sekaligus,
tempat utama produksi berbagai hormon yang berperan dalam ovariumnya mengandung banyak kelompokan sel interstisial,
mempertahankan kehamilan hingga 2-3 bulan setelah terbentuk, yang secara bersama disebut sebagai kelenjar interstisial.
korpus luteum tetap akan membentuk hormon-hormon tersebut Pada manusia, sebagian besar sel interstisial berinvolusi saat
hingga beberapa bulan (lihat selanjutnya). siklus menstruasi pertama dan kalaupun ada, amat sedikit
fungsinya.
Korpus Albikans Sel-sel hilus merupakan kelompokan sel epiteloid lainnya
di medula ovarium. Sel-sel ini mempunyai konfigurasi
Saat korpus luteum berdegenerasi dan difagosit oleh makrofag, organel yang sama dan mengandung substansi yang sama
fibroblas masuk, membentuk kolagen tipe dan suatu bangunan dalam sitoplasmanya seperti sel Leydig pada testis. Sel-sel
fibrosa (berserat) yang dikenal sebagai korpus albikans. ini menyekresikan androgen.
Ringkasan Pengaturan Hormonal Fungsi
Korpus luteum menstruasi (dan juga kehamilan) diinvasi Ovarium
oleh fibroblas, menjadi fibrotik, dan berhenti berfungsi. Seperti telah diuraikan sebelum ini, FSH dan LH
Sisanya akan mengalami autolisis, suatu proses yang dikenal meregulasi pematangan folikel ovarium dan ovulasi. Sekresi
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 472
Hipotalamus
LHRH
Estradiol
Progesteron
Hipofisis
anterior
Estradiol
Progesteron
Estradiol
FSH Progesteron
LH
Ovulasi Korpus luteum
Foliostatin
Inhibin
Aktivin Gambar 20-8 Interaksi hormonal antara
sumbu hipotalamo-hipofisis dan sistem
reproduksi perempuan. FSH, hormon
perangsang folikel (follicle-stimulating
hormone); LH, luteinizing hormone; LHRH,
Perkembangan folikel Estradiol luteinizing hormone-releasing hormone.
Progesteron Perhatikan bahwa foliostatin dan inhibin
Relaksin keduanya menekan penglepasan FSH,
Jaringan perempuan sementara aktivin memudahkan penglepasannya
yang pulsatil hormon-hormon gonadotropik ini, yang reseptor sel-sel granulosa folikel sekunder merangsang
diproduksi dalam pars distalis hipofisis anterior, pada perkembangannya menjadi folikel Graaf. FSH juga
gilirannya diatur oleh LHRH yang dilepaskan secara pulsatil, menginduksi sel-sel teka interna folikel berkembang agar
setiap sekitar 90 menit, oleh neuron neurosekretori yang mengekspresikan reseptor LH. LH berikatan dengan reseptor-
terletak dalam nukleus arkuatus hipotalamus (Gambar 20-8 reseptornya, hingga menginduksi sel-sel teka interna untuk
dan Tabel 20-3). Sifat pulsatil penglepasan LHRH penting memproduksi androgen dari kolesterol. Hormon-hormon
untuk fungsi normal siklus ovulasi perempuan oleh karena androgen, yang dilepas dari sel-sel teka interna, menyeberangi
pengaturan reseptor LHRH pada sel-sel basofil kelenjar membran basal dan masuk ke sel-sel granulosa. Enzim
hipofisis pars anterior hanya dapat terjadi apabila sifat pulsatil aromatase sel-sel granulosa mengonversi androgen menjadi
dipertahankan antara 60 dan 90 menit (Tabel 20-4). estrogen. Sel-sel granulosa folikel sekunder juga
memproduksi beberapa jenis hormon lain, (misalnya inhibin,
Walaupun tidak jelas sinyal apa yang merangsang folikel
foliostatin, aktivin) yang membantu regulasi penglepasan
primordial dan folikel primer dini (unilaminar) untuk
FSH (lihat Gambar 20-8).
berkembang, namun diketahui bahwa molekul pemberi sinyal
yaitu aktivin, yang diproduksi oleh sel granulosa, Saat kadar estrogen darah dan hormon lain yang diproduksi
merangsang lepasnya FSH dari hipofisis, yang kemudian, oleh sel-sel granulosa meningkat, hormon-hormon ini akan
menghasilkan tidak hanya proliferasi sel-sel granulosa folikel terus merangsang produksi LH oleh basofil hipofisis anterior.
sekunder dan yang lebih lanjut perkembangannya akan tetapi Apabila konsentrasi estrogen darah mencapai tingkat ambang,
juga dalam meningkatkan kerja FSH dalam folikel-folikel akan menghentikan sekresi FSH melalui dua cara: secara tidak
tersebut. Perkembangan folikel-folikel dini tampaknya bebas langsung, dengan menekan penglepasan LHRH hipotalamus,
dari pengaruh FSH, sementara perkembangan berkelanjutan dan langsung, dengan menghambat penglepasan FSH dari
folikel sekunder menjadi folikel Graaf tergantung pada FSH. hipofisis anterior.
Tepat sebelum titiktengah siklus menstruasi (hari ke-14
Pengikatan LHRH pada reseptor-reseptor basofil pars sebelum mulai haid), kadar tinggi estrogen dalam darah
distalis menginduksi penglepasan FSH dan LH dan menyebabkan peningkatan mendadak LH oleh sel-sel
merangsang keberlangsungan sintesis FSH dan LH. gonadotrof kelenjar hipofisis. Kadar LH darah yang mendadak
Pengikatan FSH sesudahnya pada reseptor spesifik pada tinggi merangsang oosit primer (dengan mengaktivasi substansi
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 473
TABEL 20-3 Hormon Utama yang Berperan dalam Sistem Reproduksi Perempuan
Follicle-stimulating Basofil kelenjar hipofisis anterior Merangsang sekresi estrogen dan perkembangan folikel
hormone (FSH) ovarium (mulai folikel sekunder dan seterusnya)
Luteinizing Basofil kelenjar hipofisis anterior Stimulasi pembentukan estrogen dan progesteron;
hormone (LH) memulai ovulasi dan pembentukan korpus luteum
Estrogen Sel granulosa ovarium; Menghambat penglepasan FSH dan LHRH; memicu
Sel lutein granulosa lonjakan LH; proliferasi dan hipertrofi miometrium
korpus Luteum; dan uterus; menyebabkan perkembangan ciri seks
plasenta perempuan termasuk payudara dan lemak tubuh
Progesteron Sel granulosa ovarium; Menghambat penglepasan LHRH dari hipotalamus dan
sel lutein-teka dan sel LH dari basofil hipofisis anterior; menyebabkan
lutein- granulosa perkembangan endometrium uterus dan mengatur
korpus luteum; plasenta viskositas mukus yang diproduksi oleh kelenjar serviks
uteri; menyebabkan perkembangan ciri seksual
perempuan termasuk payudara
penginduksi meiosis) untuk menyelesaikan meiosis I, membentuk korpus luteum.Sel-sel granulosa dan teka
membentuk oosit sekunder dan badan kutub I. Oosit sekunder interna akan dikonversi menjadi sel-sel lutein granulosa dan
kemudian memulai meiosis II dan melanjut ke metafase. teka. Kedua tipe sel luteal ini sekarang akan secara aktif
Meiosis II akan terhenti pada metafase dan akan diselesaikan memproduksi progesteron, walaupun sejumlah besar
saat terjadi fertilisasi. progesteron dihasilkan oleh sel-sel lutein granulosa. Sebagai
Lonjakan kadar LH juga memicu mulainya proses ovulasi, tambahan, regulator umpan balik balik penglepasan FSH
saat oosit sekunder dikeluarkan dari folikel matang. Sel-sel berupa inhibin, foliostatin, dan aktivin tetap diproduksi oleh
granulosa teka interna dari sisa folikel setelah ovulasi, keduanya korpus luteum.
memiliki reseptor LH, akan diaktivasi oleh LH untuk
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 474
Antara 60 dan 90 menit Jumlah reseptor LHRH yang cukup pada Siklus ovulasi normal
basofil
Bila pembuahan dan implantasi tidak terjadi, aktivitas ovulasi; sekali folikel menjadi dominan, folikel ini masih harus
sekresi korpus luteum akan berlanjut sekitar 14 hari dan menunggu sekitar 15 hari sebelum akan berovulasi. Jadi
organ ini disebut sebagai korpus luteum menstruasi. Bila rentang waktu antara tahap folikel primer multilaminar dan
pembuahan, dan implantasi terjadi korpus luteum akan ovulasi, sekitar 100 hari.
meningkat ukurannya dan organ ini dikenal sebagai korpus
luteum kehamilan. Organ ini melanjutkan fungsi sekresinya Saluran Telur (Tuba Fallopi)
walaupun kemudian plasenta akan berperan utama untuk
pengaturan hormonal (lihat Gambar 20-8). Saluran telur berperan sebagai pipa penyalur bagi spermatozoa
untuk mencapai oosit primer dan menyalurkan telur yang telah
Progesteron merangsang perkembangan endo-metrium
dibuahi ke uterus.
uterus selama setiap siklus menstruasi dan menghambat
produksi LH secara langsung dan tak langsung (bekerja Saluran telur, atau tuba fallopi, merupakan sepasang
terhadap hipotalamus dan gona-dotrof hipofisis). Bila tidak bangunan, tubular berdinding otot berukuran panjang sekitar
terjadi kehamilan, kadar LH akan cepat turun di bawah yang 12 cm, masing-masing mempunyai ujung terbuka dan ujung
dibutuhkan untuk mempertahankan korpus luteum, dan proses yang berikatan (lihat Gambar 20-1). Saluran telur akan
degenerasi korpus luteum pun akan dimulai. Bila kehamilan melanjutkan diri dengan dinding uterus pada ujung terikatnya,
terjadi, hCG yang diproduksi oleh plasenta akan memberi tempat saluran ini menembus dinding uterus dan bermuara ke
umpan balik positif pada korpus luteum kehamilan, dengan lumen. Ujung-ujung bebasnya membuka ke ruang peritoneum
demikian mempertahankan produksi progesteron pada dekat ovarium.
kehamilan dini Pada bulan ke-4 kehamilan, sebagian besar
kontrol hormonal dilakukan oleh plasenta. Sebuah hormon Saluran telur terbagi dalam empat daerah secara anatomis:
lain, relaksin, diproduksi oleh plasenta, memfasilitasi 䡲 Permulaan pada ujung terbuka merupakan infundi-bulum,
kelahiran dengan melunaknya jaringan fibrokartilago simfisis yang ujung terbukanya berakhir dengan tonjolan-tonjolan
pubis untuk mempermudah pembukaan dan pelebaran jalan berumbai yang disebut fimbria. Fimbria membantu
lahir panggul. menangkap oosit sekunder.
䡲 Bagian ampula yang melebar tempat pembuahan biasa
Walaupun sekitar 50 folikel mulai mengalami pematangan
pada setiap siklus menstruasi dan terdapat sekitar lima buah terjadi.
yang mencapai tahap folikel Graaf, biasanya hanya satu saja 䡲 Ismus merupakan bagian sempit antara ampula dan uterus.
yang mengalami ovulasi. Alasan tepatnya peristiwa ini tidak 䡲
diketahui; namun, apabila folikel Graaf mencapai tahap Bagian intramural berjalan menembus dinding uterus
tertentu perkembangan, saat dikenal sebagai folikel untuk membuka ke dalam lumen uterus.
dominan, maka folikel ini tidak lagi bergantung pada FSH. Saluran telur dilapisi peritoneum viseral. Dindingnya
Folikel dominan mulai memproduksi sejumlah besar inhibin, terdiri atas tiga lapisan (Gambar 20-9):
yaitu hormon yang menekan penglepasan FSH oleh hipofisis. 䡲 Mukosa
Kekurangan FSH, pada gilirannya, menyebabkan folikel- 䡲 Muscularis
folikel Graaf yang masih tergantung pada FSH mengalami 䡲 Serosa
atrofi, sehingga tinggal folikel Graaf yang dominan saja yang
siap ovulasi. Agara folikel primer multilaminar dapat Lapisan mukosa mempunyai ciri-ciri banyak lipatan.
mencapai tahap folikel dominan, harus melalui tiga siklus longitudinal. Lipatan ini ditemukan pada keempat daerah
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 475
Uterus
di mana lipatan-lipatan bercabang-cabang; lipatan mukosa di
daerah lainnya berkurang hingga menjadi penonjolan yg pendek Uterus merupakan organ muskular yang teridiri atas fundus,
saja. Epitel kolumnar selapis yang melapisi lumen paling tinggi korpus, dan serviks (leher rahim).
di daerah infundibulum dan memendek saat saluran telur
mendekati uterus. Dua jenis sel menyusun epitel tersebut: Uterus sebuah bangunan berbentuk buah pir atau alpukat
䡲 Sel pasak tak bersilia yang terletak di garis tengah panggul, pada sisinya yang
䡲 Sel-sel bersilia lebar, ujung tertutup terminal sepasang saluran telur. Uterus
merupakan organ muskular yang kuat berukuran panjang
Sel-sel pasak tak mempunyai silia. Berfungsi sekretori, sekitar 7 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2,5 cm. terbagi dalam
menghasilkan lingkungan yang bernutrisi dan aman untuk tiga daerah (lihat Gambar 20-1):
memelihara spermatozoa dalam perjalanan migrasinya 䡲 Korpus, merupakan bagian lebar tempat membukanya
mencapai oosit sekunder. Produksi dalam sekret sel pasak saluran telur
memfasilitasi kapasitasi spermatozoa, suatu proses yang 䡲 Fundus, merupakan bagian yang membulat, yang
menyebabkan spermatozoa menjadi matang penuh dan menjadi dasar terletak di atas pintu keluar saluran
mampu membuahi ovum. Tidak diketahui apakah telurnya
spermatozoa manusia membutuhkan kapasitasi penuh, oleh 䡲 Serviks, bagian sirkular sempit yang menonjol dan
karena mereka mampu untuk membuahi ovum secara in membuka ke dalam vagina
vitro tanpa perlu berada dalam lingkungan saluran
reproduksi perempuan. Apabila terdapat kebutuhan itu, Badan Uterus dan Fundus Uterus
maka kebutuhan untuk singgah dalam saluran reproduksi
perempuan hanya amat singkat saja waktunya. Produk
Dinding uterus pada korpus dan fundus terdiri atas
sekretori juga menyediakan nutrisi dan perlindungan bagi
endometrium, miometrium, dan adventisia atau serosa
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 476
Endometrium
Endometrium merupakan mukosa penutup uterus, terdiri atas Endometrium terdiri atas dua lapisan (lihat Gambar 20-11):
dua lapisan, lapisan superfisial fungsional dan lapisan basal di 䡲 Lapisan fungsional, suatu lapisan superfisial, tebal yang
bawahnya.
dilepaskan saat menstruasi
䡲 Lapisan basal, lapisan di bawahnya, lebih tipis yang unsur
Endometrium, atau lapisan mukosa uterus, terdiri atas epitel kelenjar dan jaringan ikatnya berproliferasi dan dengan
silindris selapis dan lamina propria. Epitel terdiri atas sel-sel
demikian meregenerasi lapisan fungsional selama setiap
silindris sekretorik tak bersilia dan sel-sel bersilia, dan
lamina propria berisi kelenjar tubular simpleks bercabang siklus menstruasi
yang menjulur hingga miometrium (Gambar 20-11). Walaupun Lapisan fungsionalis dipasok oleh banyak arteri ulir
sel-sel kelenjar mirip dengan sel-sel yang pada epitel (helical), yang mengulir yang berasal dari arteri-arteri
permukaan, namun tidak ditemukan sel bersilia pada kelenjar. arkuata dari stratum vaskulare, yang terletak di bagian
Jaringan ikat kolagenosa padat tidak beraturan pada lamina tengah lapisan miometrium. Arteri-arteri mengulir akan
propria banyak mengandung sel (selular) dan mengandung sel mencabangkan banyak jaring-jaring kapiler yang memasok
berbentuk bintang, makrofag, leukosit, dan banyak serat-serat kelenjar dan jaringan ikat lapisan fungsional. Kumpulan arteri
retikular. Perubahan morfologis dan fisiologis yang terjadi pada lain yang berjalan lurus, arteria rekta, juga bersal dari arteria
endo-metrium selama fasefase siklus menstruasi diatur oleh arkuata namun jauh lebih pendek dan hanya menyuplai
berbagai hormon (lihat kemudian). lapisan basal.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 477
Epitel
Kelenjar Uterina Sekret ena
apisan ̀
fungsional
Endometrium
Basal
layer
Siklus Menstruasi
Serviks merupakan ujung terminal uterus yang menjorok ke
dalam vagina (lihat Gambar 20-1). Lumen serviks dilapisi oleh Siklus menstruasi dibagi menjadi fase menstruasi,
suatu epitel silindris selapis yang bersekresi mukus; proliferatif (folikel), dan sekretorik (luteal).
namun, permukaan luarnya, di daerah serviks yang menonjol
ke vagina, diliputi oleh epitel gepeng berlapis tanpa Secara normal, rerata siklus menstruasi berlangsung 28 hari.
lapisan tanduk seperti yang terdapat pada vagina. Dinding Walaupun kejadian yang berurutan menyusun siklus terjadi
serviks terdiri terutama atas jaringan ikat pada kolagen dengan terus menerus, siklus ini dapat digambarkan dalam tiga fase:
banyak serat-serat elastik dan hanya beberapa serat otot polos. fase menstruasi, fase proliferatif (folikel), dan sekretori
Mukosa servikal mempunyai kelenjar serviks yang (luteal) (Gambar 20-12).
bercabang. Walaupun mukosa serviks mengalami perubahan
selama siklus menstruasi, namun tidak dilepaskan saat Fase Menstruasi (Hari ke 1 hingga 4)
menstruasi.
Saat titik tengah siklus menstruasi, sekitar waktu ovulasi, Fase menstruasi siklus menstruasi ditandai oleh adanya
kelenjar serviks menyekresikan cairan serosa yang pengelupasan lapisan fungsional endometrium
memfasilitasi masuknya spermatozoa ke dalam uterus. Pada
saat lain, termasuk saat kehamilan, sekresi kelenjar serviks Menstruasi, yang mulai pada hari perdarahan dari uterus
menjadi semakin kental, membentuk sumbat dari mukus dimulai, terjadi saat tidak terjadi pembuahan. Pada keadaan ini
kental pada mulut serviks, sehingga mencegah masuknya korpus luteum jadi tidak berfungsi sekitar 14 hari setelah
sperma dan organisme mikro ke dalam uterus. Hormon ovulasi, sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun.
progesteron mengatur perubahan kekentalan sekresi kelenjar Beberapa hari sebelum perdarahan mulai, lapisan fungsional
serviks. endometrium akan kekurangan darah saat arteri yang
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:43 PM Page 479
0 5 10 15 20 25
Hari siklus menstrual/haid
Kadar hormon
FSH Estrogen LH Progesteron
mengulir (helikal) menyempit secara berjeda. Setelah sekitar Fase Proliferatif (Folikular)
dua hari, arteri mengulir akan menyempit secara permanen,
(Hari 4-14)
mengurangi oksigen ke lapisan fungsional, menyebabkan tidak
berfungsinya kelenjar, invasi leukosit, iskemia, dan diikuti
nekrosis lapisan fungsional. Tak lama kemudian, arteri ulir Fase proliferatif siklus menstruasi ditandai dengan reepitelisasi
melebar kembali; namun karena dinding arteri mengulir telah dinding lumen endometrium dan pembaruan lapisan fungsional.
melemah oleh karena kejadian-kejadian sebelumnya, mereka
akan pecah. Darah yang tertumpah melepaskan potongan-
potongan lapisan fungsional sebagai darah haid Fase proliferatif (disebut juga fase folikular oleh karena
(hemorrhagic discharge), memulai hari pertama haid. terjadi bersamaan dengan perkembangan folikel-folikel pada
ovarium) dimulai setelah aliran darah menstruasi berhenti,
Walaupun seluruh lapisan fungsional endometrium akan pada sekitar hari ke-4, dan berlangsung terus hingga hari
terkelupas, namun tidak seluruhnya segera dilepaskan dari ke-14. Fase proliferatif ditandai dengan reepitelisasi pelapis
dinding; proses ini berlangsung selama 3 hingga 4 hari. endometrium; rekonstruksi kelenjar, jaringan ikat, dan arteri
Selama masa haid normal, kehilangan darah sekitar ulir lamina propria; dan pembaruan lapisan fungsional.
jumlahnya sekitar 35 mL, walaupun mungkin lebih banyak Selama fase ini, lapisan fungsional menjadi lebih tebal
pada beberapa orang perempuan. (sehingga 2-3 mm) oleh karena proliferasi sel-sel pada bagian
Sebelum dan selama fase menstruasi, lapisan basal basal kelenjar, yang pasokan darahnya tetap utuh, dan tidak
endometrium terus dipendarahi oleh arteria rekta, sehingga terganggu selama fase menstruasi. Seperti telah dinyatakan di
tetap terpelihara. Sel-sel basal kelenjar pada lapisan basal atas, sel-sel inilah yang bertanggung jawab unutk
akan mulai berproliferasi, dan sel-sel yang baru terbentuk pembentukan lapisan epitel uterus juga untuk penggantian
akan bermigrasi ke permukaan untuk memulai reepitelisasi kelenjar baru dalam lapisan fungsional. Kelenjar tubular ini
luka jaringan ikat pada lumen uterus. Peristiwa-peristiwa lurus (belum mengulir), namun sel-selnya mulai.
ini memulai fase proliferatif siklus menstruasi. mengumpulkan glikogen, seperti juga sel-sel stroma yang
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 480
E
Fase Sekretori (Luteal)
(Hari ke 15-28) L St
3 hari,
tahap 8 sel
Dalam uterus:
5-6 hari
Blastokista
Zona pelusida
Pembuahan / lenyap
fertilisasi Ovarium
6–7 days
Oosit sekunder
Endometrium
Cakram
embrionik
Blastokel
14-15 hari Trofoblas
Ruang
korionik 12-13 hari
Ruang Ruang amnion
aminor Blastokel
Garis primitif
14-15 hari
Mesoderm Ruang amnion
Kandung kunir
Sisa-sisa
Pembuluhdarah blastokel
ibu/maternal
Kandung kunir
Gambar 20-14 Proses pembuahan/fertilisasi, pembentukan zigot, morula dan perkembangan blastokista, dan implantasi
Kontak antara sperma dan oosit mengakibatkan timbulnya Pada saat ini, masuknya inti sperma memicu oosit
reaksi kortikal, yang mencegah polis-permi, proses di mana sekunder untuk memulai dan menyelesaikan pem-belahan
lebih dari satu sperma berfusi dengan telur. Reaksi kortikal meiosis II. Hal ini mengakibatkan pembelahan yang tidak
mempunyai komponen cepat dan lambat. Komponen cepat berimbang sitoplasma, hingga terbentuk dua sel haploid,
meliputi perubahan potensial membran rehat oosit membran ovum dan badan kutub II. Inti ovum (pronukleus
plasma yang mencegah kontak antara oosit dengan sperma lain. perempuan) berfusi dengan inti spermatozoa (pronukleus
Perubahan potensial membran ini hanya berlangsung beberapa lelaki), membentuk suatu zigot dengan kromosom berjumlah
menit. Komponen lambat meliputi penglepasan isi banyak diploid dan dengan demikian menyelesaikan peristiwa
granula kortikal yang terletak dalam sitoplasma oosit ke dalam pembuahan.
ruang perivitelin. Enzim dalam granula kortikal bekerja Jarak waktu antara ovulasi dan pembuahan sekitar 24
menghidrolisis molekul-molekul ZP3, reseptor sperma, dalam jam. Apabila pembuahan tidak terjadi dalam masa ini, oosit
zona pelusida, jadi mencegah spermatozoa lain mencapai oosit. berdegenerasi dan difagositosis oleh makrofag.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 482
Desidua basalis
Korion frondosum
Ruang korionik
Lumen uterus
Desidua kapsularis
Korion laeve
(plasenta bagian
fetal/janin)
Chorion formation
Weeks 4-5
Decidua basalis
(maternal portion
of placenta)
Maternal
vein
Minggu 8
Vilus korionik
Intervillous space
containing maternal
Arteri blood
darah ibu
Ruang antar-vili berisi
darah ibu/maternal
tercurah ke dalam lacuna sinsisiotrofoblas yang mengelilingi 䡲 Desidua kapsularis, terletak antara lumen uterus dan
embrio. Jadi, darah ibu memberikan nutrisi bagi embrio yang embrio yang sedang dalam perkembangan
sedang dalam perkembangan. Dengan pertumbuhan dan 䡲 Desidua basalis, terletal antara embrio dalam
perkembangan selanjutnya, plasenta mulai terbentuk, dengan perkembangan dengan miometrium dibawahnya
akibat terpisahnya darah embrio dalam perkembangan dengan
darah ibu (darah maternal). Dari sisa sel-sel trofoblas, korion 䡲 Desidua parietalis, meliputi endometrium yang
berkembang dan berubah menjadi lempeng korion, yang berhadapan dengan desidua kapsularis
akan menumbuhkan vili korialis (Gambar 20-16).
Trofoblas yang sedang berkembang menginduksi perubahan
pada endometrium di sekitarnya, mengubahnya untuk memulai Mula-mula, seluruh embrio dikelilingi oleh desidua untuk
pembentukan plasenta bagian maternal. Jaringan maternal yang memungkinkan pemberian nutrisi padanya. Daerah tempat
mengalami perubahan ini, disebut desidua, dibagi dalam tiga korion menempel pada desidua kapsularis membentuk vili
bagian: pendek yang tidak berarti, sehingga permukaannya tetap.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 484
terlihat licin; daerah korion ini dikenal sebagai korion laeve oleh darah maternal dialirkan dari dan dikeluarkan dari lakuna
atau korion gundul. Namun daerah desidua kapsularis, akan oleh pembuluh darah maternal desidua basalis.
banyak menerima vaskularisasi dari pembuluh darah
Sebagian besar dari vili tidak berlabuh ke desidua basalis
maternal; di daerah inilah plasenta akan berkembang. Daerah
namun mengambang dalam darah maternal di lakuna, mirip
tempat lempeng korionik menempel pada desidua basalis
dengan akar tumbuhan yang tumbuh dalam lingkungan
membentuk vili korion yang ekstensif, dikenal sebagai vili
hidroponik; dan dikenal sebagai vili bebas. Vili yang
primer; jadi, korion di daerah ini dikenal sebagai korion
berlabuh ke desidua basalis disebut vili pancang (anchoring
frondosum.
villi). Kapiler pada vili bebas dan vili pancang terletak dekat
Vili primer terdiri atas sinsisiotrofoblas dan sito-trofoblas. permukaan vili dan dipisahkan dari darah maternal oleh
Dengan perkembangan selanjutnya, sel-sel mesenkim sedikit jaringan ikat dan lapisan sinsisiotrofoblas yang
ekstraembrional memasuki sumbu vili primer, mengubahnya meliputi vilus sekunder. Jadi, darah ibu dan janin tidak saling
menjadi vili sekunder (Gambar 20-17). Jaringan ikat vili bercampur; nutrien dan oksigen dari darah ibu berdifusi
sekunder menerimavaskularisasi dari jaring-jaring kapiler, melalui sinsisiotrofoblas, jaringan ikat, dan sel-sel endotel
yang terhubung dengan suplai darah yang sedang kapiler dalam vili untuk mencapai darah janin. Struktur ini
berkembang pada embrio. membentuk sawar plasenta. Substansi tertentu, seperti air,
Dengan berlanjutnya perkembangan, populasi sitotrofoblas oksigen, karbon dioksida, molekul-molekul kecil, beberapa
berkurang oleh karena sel-sel ini akan bergabung dengan protein, lipid, hormon, obat-obatan, dan beberapa antibodi
sinsisium dan membantu pertumbuhannya. Desidua basalis (khususnya imunoglobulin G), dapat menembus sawar
membentuk ruang-ruang vaskular yang besar, lakuna, yang plasenta, sementara sebagian besar makro-molekul tidak
akan terbagi dalam ruang-ruang yang lebih kecil oleh septa dapat.
plasenta, yang merupakan penjuluran desidua. Vili sekunder Selain menjadi tempat pertukaran substansi nutrisi, sisa
menonjol ke dalam ruang-ruang vaskular dan dikelilingi metabolisme, dan aneka gas antara darah ibu dan janin,
plasenta (khususnya sinsisiotrofoblast) bekerja sebagai organ
endokrin, menyekresikan hCG, tirotropin korionik,
progesteron, estrogen, dan somatomamotropin korionik
(merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan badan dan
kelenjar mamma). Juga, sel-sel jaringan ikat stroma desidua
membentuk sel-sel desidua, yang membesar dan menyintesis
prolaktin dan beraneka prostaglandin.
Ca KORELASI KLINIS
Blastokista biasanya berimplantasi ke dalam
sepertiga atas dinding anterior atau posterior uterus
dan di tempat itulah plasenta akan berkembang.
Sesekali, 1 di antara 200 kehamilan, implantasi
terjadi pada bagian bawah uterus, dekat serviks,
tempat endometrium jauh lebih tipis dan stroma
jaringan ikat jauh lebih padat. Saat plasenta mulai
IS berkembang dan membesar, ia akan menutupi
sebagian atau seluruh pintu ke serviks, sehingga
tidak mungkin proses kelahiran vaginal yang
normal terjadi. Kondisi ini disebut sebagai plasenta
previa dan biasanya dibutuhkan proses melahirkan
SK melalui seksio sesarea.
Vagina
Gambar 20-17 Mikrograf cahaya irisan vili korionik (x270).
Perhatikan sitotrofoblas dan sinsisiotrofoblas menutupi vili korionik. Vagina, suatu sarung fibromuskular, terdiri atas tiga
Ca, kapiler; IS, ruang antarvilus; SK, pulau proliferasi (syncytial
knot). lapisan: mukosa, muskularis, dan adventisia
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 485
Vagina merupakan bangunan tubular fibromuskular dengan halus. Banyak kelenjar keringat dan sebasea bermuara pada
panjang 8-9 cm berhubungan dengan uterus di sebelah kedua permukaannya.
proksimal dan membuka ke vestibulum genitalia eksterna di Labia minora, terletak medial dan lebih dalam terhadap
sebelah distal. Vagina terdiri atas tiga lapisan: mukosa, labia mayora, homolog dengan permukaan uretra pada penis
muskularis, dan adventisia. lelaki. Labia minora merupakan dua lipatan kulit yang lebih
Lumen vagina dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tanpa kecil tanpa folikel rambut dan jaringan lemak. Sumbunya
lapisan tanduk yang tebal (150-200 µm), beberapa sel terdiri atas jaringan ikat yang seperti busa mengandung serat-
permukaannya mungkin mengandung granula keratohialin. serat elastis tersusun dalam jalinan. Mengandung banyak
Sel-sel Langerhans pada epitel berfungsi mempresentasikan kelenjar sebasea dan banyak mengandung pembuluh darah
antigen ke limfosit yang bertempat di kelenjar limf inguinal. dan ujung saraf.
Sel-sel epitel dirangsang oleh estrogen untuk menyintesis dan
Ceruk memanjang (cleft) di antara labia minora kanan dan
menyimpan glikogen dalam jumlah besar, yang akan
kiri ialah vestibulum, suatu ruang yang menerima sekret dari
dilepaskan ke dalam lumen saat sel-sel epitel vagina
kelenjar Bartholin, yang merupakan sepasang kelenjar
dilepaskan. Flora bakteri vagina yang alami memetabolisasi
penyekresi mukus, dan banyak kelenjar vestibular minor.
glikogen, membentuk asam laktat, yang menyebabkan pH
Pada vestibulum juga terletak muara uretra dan vagina. Pada
rendah di lumen vagina, khususnya saat pertengahan siklus
kaum perawan, muara vagina disempitkan oleh adanya lipatan
menstruasi. pH rendah juga mencegah invasi patogen.
jaringan fibrovaskular yang berlapis epitel yang disebut
Lamina propria vagina terdiri atas jaringan ikat himen.
fibroelastis mengandung banyak suplai vaskular pada daerah
yang lebih dalam. Ditemukan juga banyak limfosit dan Klitoris terletak di antara lipatan labia minora di atas,
neutrofil yang mencapai lumen dengan melalui ruang-ruang tempat kedua labia minora menyatu membentuk prepusium
antarsel pada periode tertentu siklus menstruasi, saat sel-sel menutupi bagian atas glans klitoridis. Klitoris, homolog
tersebut berpartisipasi dalam respons imun. Walaupun penis pada perempuan, diliputi epitel gepeng berlapis terdiri
vagina tidak mengandung kelenjar, terjadi peningkatan atas dua jaringan erektil yang mengandung banyak
cairan vagina saat perangsangan seksual, dan kopulasi untuk pembuluh darah dan saraf sensorik, termasuk badan
tujuan lubrikasi pada dindingnya. Cairan ini berasal dari Meissner dan Pacini, yang sensitif saat rangsangan seksual.
transudat yang ada dalam lamina propria bergabung dengan
sekret kelenjar serviks. Kelenjar Mamma (Payudara/Kelenjar Susu)
Lapisan muskularis vagina terdiri atas sel-sel otot polos
yang tersusun demikian sehingga sebagian besar berkas yang
Kelenjar mamma merupakan kelenjar tubulo-alveolar kompleks
tersusun longitudinal pada permukaan eksternal bercampur
yang terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dari puting
dengan berkas-berkas yang tersusun sirkular dekat lumen.
dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen dan lemak.
Suatu otot sfingter, terdiri atas serat-serat otot skeletal,
melingkari vagina pada pintu eksternal
Jaringan ikat fibroelastik padat menyusun lapisan Kelenjar Mamma menyekresikan susu, suatu cairan
adventisia vagina, mengikatkannya dengan bangunan di mengandung protein, lipid, dan laktosa selain juga limfosit
sekitarnya. Di dalam lapisan adventisia terdapat banyak dan monosit, berbagai antibodi, mineral, dan vitamin-vitamin
suplai vaskular dengan suatu pleksus venosa yang amat luas yang larut dalam lemak, untuk menyediakan nutrisi bagi bayi
dan berkas-berkas saraf yang berasal dari nervus splanknikus baru lahir.
panggul. Kelenjar mamma pada kedua jenis kelamin berkembang
dengan cara yang sama dan mempunyai struktur yang sama
hingga saat pubertas, saat terjadi perubahan sekresi hormonal,
Genitalia Eksterna dan pada kaum perempuan terjadi perkembangan dan
perubahan struktural pada kelenjar tersebut. Sekresi estrogen
dan progesteron dari ovarium (dan kemudian dari plasenta)
Genitalia eksterna (vulva) terdiri atas labia mayora, labia
dan prolaktin dari asidofil kelenjar hipofisis anterior
minora, vestibulum, dan klitoris.
memulai perkembangan lobulus dan duktulus terminal.
Perkembangan sempurna bagian duktus kelenjar mama
Labia mayora merupakan dua lipatan kulit berisi banyak membutuhkan glukokortikoid dan aktivasi lebih lanjut oleh
jaringan lemak dan lapisan tipis otot polos. Pada lelaki somatotropin.
bangunan yang homolog ialah skrotum, dengan lapisan otot Bersamaan dengan peristiwa-peristiwa ini terjadi
polos yang sesuai dengan otot dartos pada skrotum. Labia peningkatan jaringan ikat dan lemak dalam stroma,
mayora diliputi rambut kasar pada permukaan luarnya menyebabkan kelenjar membesar. Perkembangan sempurna
namun tidak berambut pada permukaan dalamnya yang terjadi pada sekitar usia 20 tahun, dengan perubahan minor
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 486
yang siklis selama setiap perioda menstruasi, dan perubahan tidak ditemukan alveoli yang berkembang, yang terjadi
besar yang terjadi saat kehamilan dan menyusukan (laktasi). hanya dalam kehamilan. Dekat muaranya pada puting susu,
Setelah usia sekitar 40, bagian sekretori dan sebagian duktus duktus laktiferus dilapisi oleh epitel gepeng berlapis dengan
dan unsur jaringan ikat payudara mulai mengalami atrofi, dan lapisan tanduk. Sinus laktiferus dan duktus laktiferus yang
proses ini akan berlanjut selama menopause menuju ke puting dilapisi oleh epitel kuboid berlapis,
Kelenjar dalam payudara tergolong kelenjar sementara duktus yang lebih kecil mengarah ke duktus
tubuloalveolar kompleks, terdiri atas 15-20 lobus tersusun laktiferus dilapisi oleh epitel silindris selapis. Sel-sel
radier keluar dari puting susu dan saling dipisahkan oleh mioepitel stelata terletak antara epitel dan lamina basal juga
jaringan kolagen dan lemak. Setiap lobus mempunyai saluran melilit sekeliling alveoli yang sedang berkembang dan
keluar duktus laktiferus yang mengarah ke puting susu, menjadi fungsional selama kehamilan.
tempat bermuara ke permukaan. Sebelum mencapai puting,
setiap duktus melebar membentuk sinus laktiferus untuk
penyimpanan susu kemudian menyempit sebelum menembus Kelenjar Mamma Laktans (Aktif)
puting.
Selama kehamilan, bagian terminal duktus bercabang dan
Kelenjar Mamma Rehat tumbuh dan mengembangkan unit-unit sekresi yang dikenal
(non-sekretorik) sebagai alveoli.
Alveoli tidak berkembang pada kelenjar mamma rehat Kelenjar Mamma diaktivasi oleh peningkatan estrogen dan
progesteron selama kehamilan untuk menjadi kelenjar
laktasi untuk menghasilkan susu bagi bayi baru lahir. Saat
Kelenjar mamma rehat, atau nonsekretorik, yang terdapat ini, bagian terminal duktus bercabang dan tumbuh dan
pada perempuan yang tidak hamil mempunyai arsitektur dasar alveoli akan berkembang menjadi matang (Gambar 20-18).
yang sama seperti kelenjar mamma laktans (aktif), Dengan berlanjutnya kehamilan, payudara akan membesar
perbedaannya hanya ukuran mamma rehat lebih kecil dan akibat hipertrofi parenkim kelenjar dan penuh dengan
PAYUDARA/KELENJAR PAYUDARA/KELENJAR
MAMMA INAKTIF MAMA LAKTASI
Sel mioepitel
Lamina basal
Jaringan lemak Jaringan
lemak Lobulus Sel alveolar
Lemak susu
sekretorik yang
Sistem duktus/
membesar Duktus
saluran
laktiferus Sistem duktus/
saluran yang
rumit
sinus
laktiferus
Air susu
Muara
sinus
Gambar 20-18 Perbandingan perbeclaan kelenjar pada mamma/payudara inaktif dan laktasi. Inset menunjukkan irisan memanjang sebuah
kelenjar dan duktus/saluran kelenjar mamma aktif.
Ch020-X2945.qxd 12/8/06 3:44 PM Page 487
Protein disintesis dalam sel-sel sekretori dilepaskan dari Air susu ibu (asi), biasanya diproduksi pada hari ke 4
sel-sel dengan cara eksositosis merokrin sama seperti sel-sel setelah melahirkan, merupakan cairan yang mengandung
lain yang menyintesis dan melepas protein ke dalam ruang mineral, elektrolit, karbohidrat (termasuk laktosa),
ekstraselular. imunoglobulin (terutama imunoglobulin A), protein (termasuk
kasein), dan lipid. Produksi asi terjadi akibat rangsangan
Areola dan Puting Susu penglihatan, sentuhan, dan pengurusan bayi baru lahir, dan
persiapan menyusukan, merupakan peristiwa yang
Kulit yang berpigmen tebal dan melingkar di bagian tengah menyebabkan gejolak penglepasan prolaktin. Sekali dimulai,
payudara disebut areola. Mempunyai kelenjar keringat dan produksi asi akan kontinu, asi akan disimpan dalam sistem
kelenjar sebasea di bagian tepinya selain kelenjar areolar duktus.
(Montgomery) yang mirip kelenjar keringat dan kelenjar Bersamaan dengan produksi prolaktin, oksitosin
mamma. Di pusat areola terdapat puting susu, suatu tonjolan dilepaskan dari lobus posterior hipofisis, Oksitosin memulai
yang diliputi oleh epitel gepeng berlapis yang mengandung reflex pengeluaran asi dengan menimbulkan kontraksi sel
muara terminal duktus laktiferus. Pada Individu berkulit mioepitelial di sekeliling alveoli dan dukti, hingga asi
putih, warna puting susu agak ke-merah-muda-an sebagai dikeluarkan.
akibat warna darah dalam suplai vaskular dalam papila
dermis yang panjang dan hampir mencapai permukaan.
Selama kehamilan, warnanya akan menjadi lebih gelap oleh
karena peningkatan pigmentasi areola dan puting.
KORELASI KLINIS
Teras puting susu terdiri atas jaringan ikat kolagen padat
dengan banyak serat-serat elastis yang terhubung dengan kulit Para ibu yang tak dapat menyusukan bayi mereka
di sekitarnya atau terialin dalam jaringan ikat dan banyak menurut jadwal menyusukan yang teratur cenderung
mengandung sel-sel otot polos. Pengerutan kulit pada puting menderita laktasi yang kurang baik. Hal ini mungkin
susu disebabkan oleh adanya serat serat elastin. Serat otot akan menyebabkan motivasi untuk berhenti menyusukan,
polos yang banyak tersusun dalam dua cara: sirkular dengan akibat bayi akan kehilangan memeroleh imunitas
sekeliling puting dan radier memanjang sepanjang sumbu pasif yang seharusnya didapat dari mencerna antibodi
panjang puting susu. Kontraksi serat otot polos menyebabkan dari ibu.
ereksi puting. Kanker Payudara, kedua setelah kanker paru-paru
Sebagian besar kelenjar sebasea yang terletak di sekitar merupakan salah satu penyebab utama kematian
duktus laktiferus membuka ke permukaan atau daerah sehubungan dengan kanker pada perempuan, terdapat
samping puting, walaupun beberapa mungkin bermuara ke dua tipe kanker yang berbeda: karsinoma duktus dari
dalam duktus laktiferus tepat sebelum duktus bermuara ke sel-sel duktus dan karsinoma lobular dari duktulus
permukaan. terminal. Deteksi harus pada fase dini, atau prognosis
akan buruk oleh karena karsinoma akan metastasis ke
kelenjar limf aksilar (ketiak) dan dari sana ke paru-paru,
Sekresi Kelenjar Mamma tulang, dan otak. Dengan rekomendasi profesi
kedokteran, deteksi dini melalui periksa diri (periksa
Prolaktin bertanggung jawab atas produksi susu kelenjar payudara sendiri/sadarf) dan mammografi telah
mamma; oksitosin bertanggung jawab untuk refleks semburan membantu menurunkan angka kematian kanker
susu. payudara. Pada tahun 2005, sekitar 270.000 perempuan
dan 1.700 lelaki terdiagnosis dengan kanker payudara di
Walaupun kelenjar mamma dipersiapkan untuk bersekresi asi Amerika Serikat dan sekitar 40.000 perempuan dan 500
bahkan sebelum saat melahirkan, beberapa hormon lelaki meninggal dunia karena kanker payudara. Terdapat
menghambat hal ini. Namun, saat plasenta dilepaskan pada hubungan terbalik antara usia seorang perempuan dengan
perempuan dewasa, prolaktin dari hipofisis anterior risiko terkena penyakit ini, dalam hal pada tahun 2005 1
merangsang produksi asi, yang akan mencapai kapasitas penuh di antara 2.200 perempuan usia kurang dari 30 tahun
dalam beberapa hari. Sebelumnya, hari ke 2 atau 3 setelah terkena kanker payudara, sedangkan 1 di antara 54 dan 1
melahirkan, disekresikan suatu cairan kental yang banyak di antara 23 perempuan berusia kurang dari 50 dan 60
mengandung protein yang disebut kolostrum. Ini merupakan tahun, berturut-turut, terkena kanker payudara. Walaupun
sekret yang kaya akan vitamin A, sodium, dan chlorida, juga kanker payudara lebih mungkin terjadi pada usia lebih
mengandung limfosit dan monosit, mineral, laktalbumin, dan tua, namun perempuan yang lebih muda cenderung
antibodi (imunoglobulin A) untuk menyediakan nutrisi dan menderita kanker payudara yang lebih agresif.
imunitas pasif bagi bayi baru lahir.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 489
21 䡲 䡲 䡲
Sistem reproduksi lelaki terdiri atas sepasang testis Struktur Umum dan Suplai Vaskular
menggantung dalam skrotum, sepasang sistem saluran
kelamin (genital ducts) intra dan ekstratestikular, kelenjar Septa jaringan ikat membagi testis dalam lobul testis,
pelengkap, dan organ kopulasi lelaki, yaitu penis (Gambar masing-masing berisi satu hingga empat tubulus seminiferus.
21-1). Testis berperan untuk membentuk sel kelamin/gamet
lelaki, yaitu spermatozoa, selain sintesis, penyimpanan, dan
pelepasan hormon seks lelaki, testosteron. Setiap testis diliputi oleh kapsul yang padat, jaringan ikat
kolagen yang tersusun ireguler yaitu tunika albuginea.
Kelenjar yang terhubung dengan saluran reproduksi lelaki Tepat di bawahnya terdapat jaringan ikat longgar yang
terdiri atas sepasang vesikula seminalis, sebuah kelenjar berpembuluh darah banyak, tunika vaskulosa, yang
prostat, dan sepasang kelenjar bulbouretra (Cowper). membentuk kapsul vaskular testis. Pada aspek posterior
Semua kelenjar ini membentuk bagian nonselular semen tunika albuginea ada bagian yang menebal, membentuk
(spermatozoa berenang dalam semen, sekret kelenjar mediastinum testis, yang membentuk septa jaringan ikat
pelengkap), yang selain memberi nutrisi, juga merupakan pembagi ruang testis menjadi sekitar 250 lobul testis, yaitu
pembawa/pengangkut cair untuk mengantar spermatozoa ke ruang berbentuk piramida yang saling terhubung (Gambar
saluran reproduksi perempuan. Penis mempunyai fungsi 21-2).
ganda: mengantarkan semen ke saluran reproduksi perempuan Setiap lobulus berisi satu hingga empat tubulus
saat kopulasi dan menyalurkan urin dari kandung kemih ke seminiferus yang berujung buntu, diliputi oleh jaringan ikat
luar tubuh. jarang yang mengandung banyak serat saraf dan pembuluh
darah dari tunika vaskulosa. Tersebar dalam jaringan ikat ini
kelompokan kecil sel-sel endokrin, sel interstisial (Leydig),
TESTIS yang berperan sintesis testosteron.
Spermatozoa dibentuk oleh epitel seminiferus pada
tubulus seminiferus. Spermatozoa akan memasuki duktus
Testis, terletak dalam skrotum, merupakan organ
yang lurus dan pendek, tubuli rekti, yang menghubungkan
berpasangan pemroduksi spermatozoa dan testosteron.
ujung tubulus seminiferus dengan rete testis, suatu sistem
ruang labirin (berkelok-kelok) di dalam mediastinum testis.
Testis pada lelaki dewasa merupakan organ berbentuk oval Spermatozoa meninggalkan rete testis melalui 10-20 tubulus
berukuran lebih kurang panjang 4 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal pendek, duktuli eferentes, yang akan bermuara ke
3 cm. Semasa embriogenesis, testis berkembang dalam rongga epididimis.
retroperitoneal pada dinding posterior rongga abdomen. Selagi Suplai vaskular setiap testis berasal dari aorta abdominal
turun ke skrotum, testis membawa serta sebagian peritoneum. sebagai arteri testikular, yang turun bersama testis ke
Peritoneum yang terdorong keluar oleh testis disebut tunika skrotum, mendampingi duktus deferens (vas deferens).
vaginalis, membentuk ruang serosa yang melingkupi sisi Arteri testikular membentuk beberapa cabang sebelum
anterolateral testis, memungkinkan mobilitas terbatas bagi menembus kapsul testis membentuk unsur vaskular dalam
testis dalam ruangannya di skrotum. testis. Jaringan kapiler testis akan disalularkan
489
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 490
Kandung kemih
Pubis
Korpus kavernosum
Korpus spongiosum
Penis
Vesikula
seminalis Uretra
Kelenjar
Prostat
Duktus
ejakulatorius
Glans penis
Anus
Skrotum
Kelenjar
Bulbo-uretra Testis
Gambar 21-1 Sistem reproduksi lelaki.
Epididimis
Duktus (vas) Duktuli eferentes darah arteri, membentuk sistem pertukaran panas
deferens arus berlawanan arah (countercurrent heat
exchange system). Melalui cara ini, suhu testis
dipertahankan beberapa derajat lebih rendah dari suhu
Rete testis tubuh. Pada suhu ini (35° C [95° F]) spermatozoa
berkembang dengan normal, sedangkan pada suhu tubuh,
Epididimis Tunika spermatogenesis tidak berlangsung dengan sempurna.
albuginea Testis akan dipertahankan dalam suhu lebih sejuk dalam
skrotum, hingga membantu efek pendinginan oleh
Tubulas
seminiferus pleksus pampiniformis.
Lobulus
testis KORELASI KUNIS
Septum
Hipertermia telah dikenal sebagai salah satu
faktor infertilitas lelaki, dan telah dilaporkan
Testis
bahwa kaum lelaki yang bekerja dengan laptop di
atas pangkuannya secara kontinu selama 1 jam,
menunjukkan peningkatan suhu skrotum hingga
Gambar 21-2 Testis dan epididimidis. Lobulus dan isinya
tidak digambar menurut skala. 2.8° C. Walaupun hasil penelitian ini belum final,
dianjurkan pada anak lelaki dan lelaki muda
untuk membatasi penggunaan komputer dengan
cara memangkunya.
kebeberapa vena, yang menyusun pleksus pampiniformis, yang
meliputi arteri testikular. Arteri, vena dan duktus deferens
bersama-sama membentuk korda spermatika, yang berjalan Tubulus Seminiferus
melalui kanalis inguinalis suatu jalur dari ruang abdomen ke
skrotum. Tubulus seminiferus terdiri atas epitel seminiferus yang
Darah pada vena pleksus pampiniformis, yang bersuhu tebal dikelilingi jaringan ikat tipis, yaitu tunikallamina
lebih rendah dari arteri testikular, berperan menurunkan suhu propria.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 491
Sel Sertoli SE
Sz
Ad
SC Ap
Gambar 21-4 Tubulus Seminiferus(x540).
Perhatikan epitel seminiferus (seminiferous SE
epithelium/SE), spermatogonia A pucat
(Ap), spermatogonia A gelap (dark
spermatogonia A gelap (dark spermatogonia
A/Ad), spermatogonia B (B), sel Se rtoli
(SC), dan spermatozoa (Sz).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 492
Sel Sertoli merupakan sel silindris tinggi, membran lateralnya jumlah retikulum endoplasma kasar (RER)-nya terbatas.
membentuk lipatan yang kompleks sehingga dengan mikrosop Sel juga banyak mengandung mitokondria, aparatus
cahaya tidak mungkin dapat dikenali batas lateralnya. Membran Golgi yang berkembang sempurna, dan sejumlah besar
apikal sel juga sangat berlipat dan menonjol ke arah lumen vesikel yang termasuk kompleks endolisosom. Unsur
tubulus seminiferus. Sel-sel ini mempunyai inti yang jernih, kerangka sel Sertoli amat banyak, sesuai dengan salah
oval dengan anak inti yang besar, di tengah, letak inti ke arah satu fungsinya sebagai penyokong struktural bagi sel-sel
basal sel (lihat Gambar 21-5). Sitoplasma mengandung produk benih yang sedang berkembang.
yang disebut kristaloid CharcotBottcher, yang komposisi Membran lateral sel Sertoli yang berdampingan
dan fungsinya tidak diketahui. rnembentuk taut kedap (zonulae oklundentes) hingga
Mikrograf elektron mengungkaokan bahwa sitoplasma sel lumen tubulus seminiferus terbagi menjadi dua ruang
Sertoli dipenuhi oleh retikulum endoplasma halus (SER), tetapi konsentris yang terpisah (Gambar 21-6; lihat juga Gambar
21-5). Kompartemen basal yang lebih sempit, terletak
basal terhadap taut kedap, dan melingkupi kompartemen
Lumen
tubulus adluminal yang lebih luas. Jadi, taut kedap sel-sel ini
seminiferus membentuk sawar darah-testis yang mengisolasi ini
Spermiogenesis membentuk sawar darah-testis yang mengisolasi ruang
lanjut adluminal dari pengaruh jaringan ikat, dalam hal ini,
Spermatid
melindungi sel benih yang sedang dalam perkembangan
sistem imun. Oleh karena spermatogenesis dimulai sejak
Kompartemen
dini
pubertas, sel-sel benih yang baru terbentuk, yang
adluminal
Spermatosit
skunder mempunyai jumlah kromosom berbeda selain juga
mengekspresikan molekul dan reseptor membran
Spermatosit permukaan yang berbeda, akan dianggap sebagai 'sel
primer asing' oleh sistem imun. Apabila tidak ada sawar pemisah
Inti sel Sertoli sel benih dari jaringan ikatnya, suatu respons imun akan
terjadi terhadap sel-sel tersebut.
Kompartemen
䡲 Sintesis dan pelepasan protein pengikat androgen 䡲 Spermiogenesis: Transformasi spermatid menjadi
(androgen-binding protein/ABP), suatu malcro- spermatozoa (sperma)
molekul yang memfasilitasi peningkatan testosteron dalam
tubulus seminiferus dengan mengikatnya dan Diferensiasi Spermatogonia
mencegahnya meninggalkan tubulus
Spermatogonia (2n) dipengaruhi oleh testosteron
䡲 Sintesis dan pelepasan (semasa embriogenesis)
saat pubertas untuk memulai siklus sel.
hormon antimidlerian, yang menekan pembentukan
duktus mlilleri (prekursor sistem reproduksi Spermatogonia merupakan sel benih diploid yang kecil,
perempuan), dengan demikian memastikan kejantanan terletak dalam ruang basal tubulus seminiferus (lihat
pada embrio yang berkembang Gambar 21-5 dan 21-7). Sel-sel ini terletak di atas
䡲 Sintesis dan sekresi inhibin, suatu hormon yang lamina basal, dan setelah pubertas, dipengaruhi oleh
menghambat pelepasan hormon penstimulasi testosteron untuk memulai siklus sel. Terdapat tiga
folikel (follicle-stimulating hormonelF'SH) oleh hipofisis kategori spermatogonia:
anterior 䡲 Spermatogonia tipe A gelap merupakan sel kecil
䡲 Sekresi medium yang banyak mengandung fruktosa untuk (berdiameter 12 µm) berbentuk kubah. Intinya oval,
nutrisi dan memudahkan transportasi spermatozoa ke pipih dengan banyak heterokromatin, menyebabkan inti
duktus genital tampak padat. Spermatogonia tipe A gelap merupakan
䡲 Sintesis dan sekresi transferin testis, suatu apo-protein sel cadangan yang belum memasuki siklus sel namun
yang menerima besi dari serum transferin dan mungkin akan masuk. Sekali memulai mitosis, sel-sel
mengantarkannya ke sel benih yang sedang mengalami ini membentuk spermatogonia tipe A gelap tambahan,
di samping spermatogonia tipe A pucat.
pematangan
䡲 Spermatogonia tipe A pucat identik dengan sel
tipe A gelap, kecuali intinya mempunyai banyak
Sel-sel Spermatogenik eukromatin yang mengakibatkan tampilan yang pucat.
Sel-sel ini hanya mempunyai sedikit organel, termasuk
Proses spermatogenesis, melalui mana spermatogonia mitokondria, kompleks Golgi yang terbatas, sejumlah
berkembang menjadi spermatozoa, dibagi dalam tiga fase:
RER, dan banyak ribosom bebas. Sel-sel ini
spermatositogenesis, meiosis, dan spermiogenesis
dirangsang oleh testosteron untuk berproliferasi dan
melalui mitosis menghasilkan spermatogonia tipe A
Sebagian besar sel epitel seminiferus merupakan sel pucat lagi dan spermatogonia tipe B.
spermatogenik dalam berbagai tahap pematangan (lihat 䡲 Spermatogonia tipe B menyerupai spermatogonia
Gambar 21-5). Beberapa di antaranya, spermatogonia, tipe A, namun biasanya mempunyai inti yang bulat,
terletak dalam ruang basal, sedang-kan sebagian besar sel tidak pipih. Sel-sel ini juga membelah secara mitosis
dalam perkembangan — spermatosit primer, spermatosit menghasilkan spermatosit primer
sekunder, spermatid dan spermatozoa — menempati
ruang adluminal. Spermatogonia merupakan sel diploid yang
mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk lebih Pembelahan Meiosis Spermatosit
banyak spermatogonia dan spermatosit, yang bermigrasi dari
ruang basal ke ruang adluminal. Spermatosit primer akan Pembelahan meiosis satu spermatosit primer, diikuti
memulai pembelahan meiosis I untuk membentuk pembelahan meiosis kedua spermatosit sekunder,
spermatosit sekunder, yang mengalami pembelahan mengurangi jumlah kromosom dan kandungan
meiosis II untuk membentuk spermatid yang haploid. deoksiribonukleat (DNA) menjadi haploid (n) pada spermatid.
Sel-sel haploid ini akan mengalami transformasi menjadi
spermatozoa (sperma matang) dengan pelepasan banyak
Segera setelah spermatosit primer terbentuk, sel-sel ini
sitoplasma, penataan kembali organel, dan pembentukan
akan bermigrasi dari ruang basal ke ruang adluminal. Saat
flagela.
sel-sel ini bermigrasi di antara sel Sertoli yang
Berbagai tipe sel yang dihasilkan melalui proses berdampingan, sambil membentuk taut kedap dengan sel
pematangan sel yang disebut spermatogenesis, dibuat Sertoli, dengan demikian membantu memper-tahankan
diagramnya pada Gambar 21-7. Proses pematangan ini integritas sawar darah-testis. Spermatosit primer
terbagi dalam tiga fase: merupakan sel terbesar epitel seminiferus (lihat Gambar
䡲 Spermatositogenesis: Diferensiasi spermatogonia menjadi 21-5). Mempunyai inti besar, vesikuler dengan kromosom
spermatosit primer dalam beraneka tahap pemadatan. Segera setelah
䡲 Meiosis: Pembelahan reduksi spermatosit primer yang pembentukan, spermatosit primer menduplikasi DNAnya
diploid dengan mengurangi komplemen kromosom, untuk mendapat kandungan DNA 4n: namun, jumlah
membentuk spermatid yang haploid kromosom tetap diploid (2n).
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 494
A1 Spermatogonia
A2 Spermatogonia
A3 Spermatogonia
A4 Spermatogonia
Spermatogonia
B Spermatogonia
Spermatosif primer
Spermatosif sekunder
Spermatid
Sperma
matang
Gambar 21-7 Spermatogenesis menyajikan jembatan antarsel yang mempertahankan sinsisium selama diferensiasi dan pematangan.
(dimodifikasi dari Ren X-D. Russell L. Clonal deuelopment of interconnected germ cells in the rat and its relationship to the segmental and
subsegmental organization of spermatogenesis. Am J Anat 192: 127, 1991.)
Selama pembelahan meiosis I, kandungan DNA Profase I pembelahan meiosis satu berakhir hingga
menjadi separuh (menjadi 2n) dalam setiap sel anak dan 22 hari dan melibatkan empat tahap:
jumlah kromosom berkurang menjadi haploid (n). 䡲 Leptoten
Selama pembelahan meiosis II, kandungan DNA 䡲 Zigoten
masing-masing sel anak berkurang menjadi haploid (ln), 䡲 Pakiten
sementara jumlah kromosom tetap haploid. 䡲 Diakinesis
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 495
FASE MATURASI
Fase maturasi ditandai oleh pelepasan sitoplasma
spermatid. Dengan dilepaskannya kelebihan sitoplasma,
sinsisium akan pecah dan setiap spermatozoa akan
dilepaskan dari massa selular yang besar itu. Sisa-sisa
sitoplasma akan difagositosis oleh sel Sertoli, dan
spermatozoa yang lepas akan diarahkan ke lumen tubulus
seminiferus (spermiasi).
Perhatikan bahwa spermatozoa yang baru terbentuk
imotil dan tidak dapat membuahi oosit. Spermatozoa
baru menjadi motil dalam perjalanan di epididimis. Baru
setelah memasuki sistem reproduksi perempuan
spermatozoa mengalami kapasitasi (yaitu mampu untuk
membuahi).
Struktur Spermatozoa
Spermatozoa terdiri atas sebuah kepala, berisi nukleus
(inti), dan ekor yang terdiri atas empat bagian: leher,
bagian tengah, bagian utama, dan bagian akhir (ujung).
Gambar 21-8 Gambaran mikroskop elektron tahap tudung spermatid
seekor rodent (x18.000). AC, akrosom; G aparatus Golgi; N, nukleus
(inti); NE, sampul nukleus. (Dari Oshako S, Bunick D, Hess RA, dkk: Spermatozoa (sperma) diproduksi melalui
Characterization of a testis specific protein localized in the spermatogenesis, merupakan sel-sel panjang (-65 µm).
endoplasmic reticulum of spennatogenic cells. Anat Rec 238: Setiap spermatozoon terdiri atas sebuah kepala berisi
335-348,1994.) inti, dan sebuah ekor, yang meliputi sebagian besar
panjangnya (Gambar 21-10; juga lihat Gambar 21-9).
FASE AKROSOM
Fase akrosom ditandai oleh beberapa perubahan pada KEPALA SPERMATOZOON
bentuk spermatid. Inti menjadi padat, sel memanjang,
dan mitokondria berpindah tempat. Kepala spermatozoon yang pipih mempunyai panjang
sekitar 5 gm dan dikelilingi oleh plasmalema (lihat
Kromosom menjadi amat padat dan terkemas ketat. Gambar 21-9). Berisi inti padat elektron yang padat,
Volume kromosom mengecil, volume seluruh inti juga mengandung hanya 1 anggota dari 23 pasang kromo-som
berkurang. Tambahan inti menjadi pipih, dan mencapai (22 autosom + kromosom Y — atau 22 autosom +
bentuk spesifiknya. kromosom X), dan akrosom, yang melingkari sebagian
Mikrotubulus menyusun diri membentuk struktur dari aspek anterior inti. Akrosom akan menempel dengan
silindris, yaitu manset, yang membantu pemanjangan sel membran dari spermatozoon di bagian depan
spermatid. Selagi sitoplasma yang sedang memanjang (anterior). Mengandung berbagai enzim, termasuk
mencapai mikrotubulus aksonema flagella, neuraminidase, hialuronidase, asam fosfatase, aril
mansetmiktrotubulus mengurai. Tempatnya akan diisi sulfatase, dan protease mirip tripsin, yang dikenal
oleh anulus, suatu bangunan mirip cincin yang sebagai akrosin.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 497
FASE FASE
SPERMATID FASE GOLGI FASE MATURASI
MATURASI
AKROSOMAL PERTENGAHAN
DINI
Flagelum
Nukleus
Granula Mitokondria
akrosom
Nukleus
Vesikel akrosom Tudung/ Nukleus
akrosom
Anulus
Bagian tengah
Mitokondria
Leher
Kepala
Gambar 21-9 Spermiogenesis dan
spermatozoa dewasa.
Leher (panjang ~5 µm) menghubungkan kepala Penelitian mengikuti perjalanan timidin berlabel tritium
dengan bagian ekor lainnya. Terdiri atas susunan (3H-thymidine) yang disuntikkan ke dalam testesrelawan
sembilan kolom silindris bagian penghubung yang menunjukkan bahwa radioaktivitas terlihat dengan interval
melingkari ke dua sentriol, salah satu di antaranya 16—harian pada tahapan yang sama spermatogenesis.
biasanya remuk. Aspek posterior perpadatan kolumnar Setiap interval 16 hari dikenal sebagai siklus epitel
melanjutkan diri dengan sembilan serat padat luar. seminiferus dan proses spermatogenesis membutuhkan
Bagian tengah (~5 µm) terletak di antara leher dan waktu empat siklus, atau 64 hari. Pemeriksaan irisan
bagian utama. Ditandai oleh adanya sarung mitokondrial, melintang serial pada sebuah tubulus seminiferus
yang melingkari serat padat luar dan aksonema di menunjukkan bahwastadium/tahapan yang sama selalu
tengah-tengah. Bagian tengah berakhir pada anulus, timbul/tampil kembali pada jarak yang tetap sepanjang
suatu bangunan padat berbentuk cincin tempat tubulus. Jarang antara dua tahapan yang sama disebut
plasmalema melekat, mencegah pergeseran sarung gelombang epitel seminiferus. Jadi, pada manusia
mitokondrial ke arah kaudal ke dalam ekor. Dua di terdapat enam gelombang epitel seminiferus yang
antara sembilan serat padat luar berakhir pada anulus; berulang sesuai dengan enam tahapan.
tujuh sisanya melanjutkan diri ke bagian utama.
Bagian utama (~45 µm) merupakan segmen ekor Sel Interstisial Leydig
yang terpanjang dan membentang dari anulus ke bagian
ujung. Aksonema bagian utama berlanjut dengan bagian Sel interstisial Leydig, tersebar di antara unsur jaringan
tengah. Di sekeliling aksonema terdapat tujuh serat padat ikat tunika vaskulosa, menyekresikan testosteron.
luar yang merupakan lanjutan bagian tengah dan
dikelilingi oleh sarung fibrosa. Bagian utama mengecil Tubulus seminiferus terdapat dalam tunika vaskulosa,
dekat ujung kaudalnya, tempat serat padat luar dan jaringan ikat jarang yang banyak mengandung pembuluh
sarung fibrosa berakhir dan melanjutkan diri menjadi darah, fibroblas, sel mast, dan unsur sel lainnya yang
bagian ujung. biasa tersebar di dalamnya. Juga tersebar di dalam tunika
Bagian akhir (~5 µm) terdiri atas aksonema di tengah vaskulosa ialah sel-sel endokrin, yaitu sel interstisial
dikelilingi plasmalema. Aksonemanya tidak beraturan Leydig, yang memproduksi hormon testosteron.
pada 0,5 1,0 µm terakhir, sehingga tidak lagi tersusun Sel interstisial Leydig merupakan sel polihedral dan
dalam sembilan doublet dan dua singlet, namun terlihat berdiameter sekitar 15 µm, mempunyai inti tunggal,
20 mikrotubulus dengan susunan yang kacau. kadang berinti dua (binucleate) . Merupakan sel steroid,
mempunyai mitokondria dengan Krista tubular,
kelompokan besar SER, dan aparatus Golgi yang
berkembang baik (Gambar 21-12). Sel-sel ini
SIKLUS EPITEL SEMINIFERUS mengandung beberapa RER dan banyak butiran lemak
(lipid droplets), tanpa vesikel sekret lorik, oleh karena
Epitel seminiferus menunjukkan siklus 16-hari; terdapat testosteron kemungkinan langsung dilepaskan begitu
empat siklus untuk menyelesaikan satu proses selesai disintesis. Lisosom dan peroksisom juga
spermatogenesis. ditemukan, terdapat pigmen lipokrom (khususnya pada
lelaki yang lebih tua). Sitoplasma juga mengandung
protein yang terkristalisasi, Kristal Reinke, ciri khas
Karena sel benih yang berasal dari spermatogonium A
sel interstisial manusia.
tipe pucat saling dihubungkan oleh jembatan sitoplasma
yang membentuk sinsisium, mereka dapat saling
berkomunikasi dan menyinkronkan perkembangannya. Histofisiologi Testis
Pemeriksaan rinci pada epitel seminiferus manusia
menunjukkan enam macam ciri sehubungan dengan tipe/ Fungsi utama testis ialah memproduksi spermatozoa
jenis, yang dikenal sebagai enam tahapan dan menyintesis serta melepaskan testosteron.
spermatogenesis oleh karena meliputi berbagai
transformasi hingga mencapai bentuk spermatozoa Kedua testis membentuk 200 juta spermatozoa per hari
(Gambar 21-11). Setiap profil potong-lintang tubulus melalui proses yang mirip dengan cara sekresi holokrin.
seminiferus dapat dibagi menjadi tiga atau lebih daerah Sel Sertoli seminiferus juga memproduksi cairan yang
berbentuk baji, masing-masing memperlihatkan tahapan banyak mengandung fruktosa, yang berperan menutrisi
spermatogenesis yang berbeda. dan mengangkut spermatozoa yang baru dibentuk dari
lumen tubulus seminiferus ke duktus genital
ekstratestikular.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 499
TAHAP II
TAHAP I Spermatozoa
Spermatid lanjut
Spermatid dini/
muda
Spermatosis
primer
Sel Sertoli
Spermatogonia
Lamina basa
Spermatid
Spermatos
it primer
Sel Sertoli
Spermatogonia
Lamina basa
TAHAP V TAHAP VI
Spermatid lanjut
Hormon luteinisasi (luteinizing hormone/LH), suatu testosteron, yaitu hormonlelaki, dan akhirnya akan
gonadotropin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis dilepaskan oleh sel-sel ini (Gambar 21-13).
anterior, berikatan dengan reseptor LH pada sel Leydig,
mengaktifkan adenilat siklase untuk membentuk Karena kadar testosteron darah tidak mencukupi
adenosin monofosfat siklik (cAMP). Aktivasi protein untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis,
kinase sel-sel Leydig oleh cAMP menginduksi FSH, hormon gonadotropin lain dari hipofisis anterior,
kolesterol esterase inaktif menjadi aktif dan menginduksi sel Sertoli untuk menyintesis dan melepas
melepaskan kolesterol bebas dari droplet lipid dalam protein pengikat androgen (androgen-binding
sel. Langkah pertama dalam jaras sintesis testosteron protein/ABP) (Gambar 21-14). Sesuai dengan namanya,
juga peka terhadap LH, oleh karena LH mengaktivasi ABP mengikat testosteron, dengan demikian mencegah
desmolase kolesterol, enzim yang mengubah hormon tersebut meninggalkan daerah tubulus
kolesterol bebas menjadi pregnenolon. Berbagai produk seminiferus dan meningkatkan kadar testosteron
jalur sintesis melintas pulang-pergi (pp) (shuttled) setempat hingga cukup untuk mempertahankan
antara SER dengan mitokondria hingga terbentuk spermatogenesis.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 500
Reseptor LH Siklase
Dadenilat
Sel Leydig
Kolesterol
Pregnenolon SER bebas
Pelepasan LH dihambat oleh peningkatan kadar seks perempuan, juga diikat oleh ABP dan karenanya akan
testosteron dan dihidrotestosteron, sementara pelepasan menurunkan tingkat spermatogenesis.
FSH dihambat oleh hormon inhibin, yang diproduksi Testosteron juga dibutuhkan sebagai fungsi normal
oleh sel Sertoli (lihat Gambar 21-14). Menarik untuk vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretra,
diperhatikan bahwa estrogen, hormon juga untuk penampilan dan mempertahankan ciri
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 501
Hipotalamus
LHRH
(–)
LH menstimulasi sintesi
hormon seks lelaki oleh (–)
sel Leydig
Hipofisis anterior
Sel
Sertoli
Sel Leydig
memproduksi
testosterone
Epididimis Epitel bertingkat terdiri atas sel Jaringan ikat longgar dikelilingi Menyalurkan spermatozoa
basal yang pendek dan sel lapisan sel otot polos yang tersusun dari duktuli eferentes
principal yang tinggi (dengan sirkular ke duktus deferens
stereosilia)
Duktus (vas) Epitel bertingkat kolumnar Jaringan ikat longgar fibroelastik; Menyampaikan spermatozoa
deferens selubung otot polos tebal berlapis dari ekor epididimis ke ekor
tiga; longitudinal dalam dan luar, duktus ejakulatorius
dan lapis tengah yang sirkular
Duktus Epitel kolumnar selapis Jaringan ikat subepitel yang Menyampaikan spermatozoa
ejakulatorius berlipat, menyebabkan tampilan dan cairan semen ke uretra
lumen yang ireguler; tanpa otot prostatika di daerah kolikulus
polos seminalis
sel kuboid ini mirip dengan yang ada pada tubuli rekti, aktivitas endositosis. Sel-sel ini dipercaya menyerap
mempunyai banyak mikrovili pendek dengan sebuah sebagian besar cairan lumen yang dihasilkan oleh sel
flagelum (Gambar 21-15). Sertoli tubulus seminiferus. Silia dari sel kolumnar
kemungkinan menggerakan spermatozoa ke arah
Duktuli Eferentes epididimis.
Epitel selapis berdiri di atas lamina basal yang
Duktuli eferentes terletak antara rete testis dan epididimis. memisahkannya dari jaringan ikat longgar tipis pada
dinding setiap duktulus. Jaringan ikatnya dikitari oleh
lapisan tipis otot polos yang sel-selnya tersusun sirkular.
Sepuluh hingga 20 duktuli eferentes merupakan sa-luran
pendek yang menyalurkan spermatozoa dari rete testis
dan menembus tunika albuginea testis untuk Duktus Genital Ekstratestikular
menyampaikan sperma ke epididimis (lihat Gambar Duktus genital ekstratestikular ialah epididimis, duktus
21-2). Jadi, duktuli eferentes akan bergabung dengan deferens, dan duktus ejakulasi.
epididimis di sini.
Lapisan epitel selapis pada lumen duktulus terdiri atas
bidang-bidang dengan sel kuboid tanpa silia berseling Duktus genital ekstratestikular yang berhubungan dengan
dengan bidang bersel kolumnar bersilia. Kelompokan setiap testis ialah epididimis, duktus deferens (vas
sel epitel pendek dan tinggi yang berdampingan deferens), dan duktus ejakulasi (lihat Gambar 21-1).
memberikan ciri khas bergelombang pada permukaan Epididimis menyekresikan banyak faktor yang
lumen duktuli eferentes. Sel-sel kuboidnya banyak memfasilitasi pematangan spermatozoa, namun belum
mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya diketahui mekanisme kerjanya. Seperti telah dinyatakan
memperlihatkan banyak invaginasi yang menunjukkan sebelumnya, spermatozoa belum mampu memfertilisasi
aktivitas endositosis. Sel-sel kuboidnya banyak sebuah oosit sekunder sebelum mengalami kapasitasi,
mengandung lisosom, dan plasmalema apikalnya suatu proses yang dipicu oleh sekresi yang diproduksi
memperlihatkan banyak invaginasi yang menunjukkan dalam saluran genital perempuan.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 503
Epididimis
Epididimis, suatu tubulus yang berkelok-kelok terbagi dalam jernih, dengan hanya sedikit organel. Sel basal diduga
kepala, badan dan ekor, melanjutkan diri menjadi duktus deferens. berfungsi seperti sel punca, akan beregenerasi menjadi
sel basal dan sel prinsipal apabila dibutuhkan.
Setiap epididimis merupakan sebuah saluran yang tipis, Sel prinsipal epitel epididimis tinggi, dan
panjang (4-6 m), sangat berkelok yang terlipat dalam mempunyai inti oval yang irregular dengan satu atau
ruang yang panjangnya 7 cm pada aspek posterior testis dua anak inti yang besar. Intinya jauh lebih pucat
(Gambar 21-2). Epididimis dapat dibagi dalam tiga dibanding dengan inti sel basal, dan terletak pada bagian
bagian: kepala, badan, dan ekor. Kepala, terbentuk basal sel.
sebagai penyatuan dari 10-20 duktuli eferentes, menjadi
amat berkelok dan melanjutkan diri menjadi badan yang Sitoplasma sel prinsipal berisi banyak RER yang
juga amat berkelok. Bagian distal ekornya, yang terletak antara inti dengan plasmalema bagian basal. Inti
menyimpan spermatozoa untuk beberapa waktu, juga mempunyai kompleks Golgi besar di daerah di atas
menjadi kurang berkelok saat melanjutkan diri menjadi inti (supranuklear), banyak gambaran SER di daerah
duktus deferens. apikal, endolisosom, dan badan multivesikular. Membran
sel di bagian apikal memperlihatkan banyak vesikel
Lumen epididimis dibatasi oleh epitel bertingkat
pinositotik dan vesikel berselubung di daerah pangkal
terdiri atas dua tipe sel (Gambar 21-16):
pada banyak stereosilia yang menjulur ke lumen
䡲 Sel basal
epididimis. Juluran sel yang panjang dan bercabang ini
䡲 Sel prinsipal
merupakan kumpulan mikrovili yang saling berdekatan
Sel basal yang pendek berbentuk piramid hingga sehingga tampak membentuk kelompokan.
polihedral. Mempunyai inti yang bulat mengandung Sel-sel utama menyerap cairan lumen, yang diendositosis
kumpulan banyak heterokromatin yang memberikan melalui vesikel pinositotik dan diantarkan ke lisosom
gambaran padat. Sutoplasma yang sedikit relatif untuk dibuang. Tambahan lagi, sel-sel ini memfagositosis
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 504
KORELASI KLINIS
SM Oleh karena duktus deferens mempunya dinding
muskular dengan tebal 1 mm. maka dengan
mudah dapat dikenali melalui kulit skrotum
sebagai suatu saluran tebal yang dapat digeser.
Vasektomi (pembedahan dengan mengangkat
sebagian duktus deferens) dilakukan melalui
irisan kecil pada kantung skrotum, untuk
mensterilkan seseorang.
dan sepasang kelenjar bulbouretral (lihat Gambar 21-1). banyak mitokondria, beberapa butiran lipid dan pigmen
lipokrom, dan banyak granula sekretorik. Tinggi sel
bervariasi sesuai dengan kadar/tingkat testosteron darah.
Vesikula Seminalis (Kelenjar Vesikulosa) Jaringan ikat subepitel bersifat fibroelastis dan
dikelilingi oleh selubung otot polos, tersusun sebagai
Pasangan vesikula seminalis, terletak dekat dinding lapisan sirkular dalam dan lapisan luar yang
posterior kelenjar prostat, menyekresikan suatu cairan longitudinal. Selubung otot polos kemudian dilingkupi
viskosa yang meliputi sekitar 70% ejakulat oleh lapisan jaringan ikat fibroelastis yang sangat halus
(rapuh).
Vesikula seminalis merupakan bangunan tubular yang Vesikula seminalis pernah dianggap tempat
berjalan amat berkelok (coiled), panjang sekitar 15 cm, menyimpan spermatozoa, beberapa di antaranya selalu
terletak antara aspek posterior leher kandung kemih dan ada dalam lumen kelenjar ini. Sekarang diketahui bahwa
kelenjar prostat, dan menyatu dengan ampula duktus kelenjar ini menghasilkan cairan seminal yang
deferens tepat di atas kelenjar prostat. banyak mengandung fruktosa, meliputi 70% volume
Mukosavesikula seminalis amat berkelok, membentuk semen. Walaupun cairan seminal juga mengandung asam
ruang-ruang buntu (cul-de-sac) mirip labirin, yang secara amino, sitrat, prostaglandin, dan protein, fruktosa
tiga dimensi, mempunyai lumen yang sama di tengah. merupakan unsur utama, karena merupakan sumber
Lumen dibatasi epitel silindris bertingkat terdiri atas energi spermatozoa. Karakteristik warna kuning pucat
sel basal yang pendek dan sel kolumnar rendah (Gambar semen disebabkan oleh pigmen lipokrom yang
21-17). dilepaskan oleh vesikula seminalis.
Setiap sel silindris mempunyai banyak mikrovili
rendah dengan satu flagelum menjulur ke lumen kelenjar. Kelenjar Prostat
Sitoplasma sel-sel ini menunjukkan RER, Aparatus Golgi
Kelenjar prostat, mengitari sebagian uretra, bersekresi asam
fosfatase, fibrinolisin, dan asam sitrat langsung ke uretra.
CC
Kandung kemih
L
Prostat
Sz
Uretra
BC
Kapsula
Duktus ejakulatorius
Duktus prostat
Kelenjar mukosa
Kelenjar submukosa
diselingi sel-sel otot polos. Stroma jaringan ikat Lumen kelenjar tubuloalveolar seringkali berisi
kelenjar berasal dari kapsula dan karenanya juga konkresi prostatik (korpora amilasea) yang bundar
diperkaya dengan serat otot polos selain sel-sel jaringan hingga oval, terdiri atas glikoprotein yang terkalsifikasi,
ikat yang biasa. benda-benda ini bertambah pada penuaan individu (lihat
Kelenjar prostat, suatu kumpulan terdiri atas 30 Gambar 21-19). Kegunaan konkresi sekret ini belum
hingga 50 kelenjar tubuloalveolar kompleks, dipahami.
tersusun dalam tiga lapisan konsentrik terpisah: Sekresi prostat menyusun semen. Merupakan
䡲 Mukosa cairan putih serosa, banyak mengandung lipid, enzim
䡲 Submukosa proteolitik, asam fosfatase, fibrinolisin, dan asam sitrat.
䡲 Utama Pembentukan, sintesis, dan pelepasan sekresi prostat
diatur oleh dihidrotestosteron, yaitu bentuk aktif
Setiap kelenjar tubuloalveolar mempunyai saluran testosteron.
keluarnya sendiri yang menyalurkan produk sekresinya
ke dalam uretra prostatik.
Kelenjar mukosa paling dekat dengan uretra dan
karenanya merupakan kelenjar terpendek. Kelenjar
submukosa terletak perifer terhadap kelenjar mukosa
dan karenanya lebih besar daripada kelenjar mukosa.
Kelenjar terbesar dan berjumlah terbanyak ialah
kelenjar utama yang terletak paling perifer, yang
menyusun massa prostat.
Komponen kelenjar prostat dibatasi oleh epitel
silindris selapis hingga berlapis (Gambar 21-19), sel-
selnya mempunyai cukup banyak organel yang berperan
untuk sintesis dan pengepakkan proteinnya. Oleh
karenanya, sel-sel ini mempunyai banyak RER, sebuah
aparatus Golgi yang besar, banyak granula sekretori
(Gambar 21-20), dan banyak lisosom.
Dua di antara kolom jaringan erektil, korpora Mekanisme Ereksi, Ejakulasi, dan
kavernosa, terletak di daerah dorsal; tunika albuginea Detumesensi
di antaranya tidak lengkap memungkinkan hubungan
antara kedua jaringan erektilnya, korpus spongiosum Ereksi diatur oleh sistem saraf parasimpatis; merupakan
terletak di daerah ventral. Oleh karena korpus hasil dari stimulasi seksual, taktil, olfaktori, visual, auditori,
spongiosum dilalui uretra penilis, uretra di sini disebut danlatau psikologis. Ejakulasi diatur oleh sistem saraf
juga uretra korpus kavernosum. Korpus kavernosum simpatis.
berakhir di bagian distal dengan bagian melebar yang
disebut glans penis (kepala penis). Ujung glans penis
ditembus ujung akhir uretra sebagai celah vertikal. Saat penis flasid, ruang vaskular jaringan erektil
Ketiga korpora diliputi selubung bersama jaringan mengandung hanya sedikit darah. Dalam keadaan ini
ikat longgar, tanpa hipodermis, dan diliputi kulit tipis. banyak di antara aliran darah arteri dialihkan ke
Kulit bagian proksimal penis mempunyai rambut pubis anastomosis arteriovenosa yang menghubungkan
yang kasar dan banyak kelenjar keringat dan sebasea. cabang-cabang arteri dorsalis & profunda penis ke vena
Bagian distal penis tidak berambut dan hanya sedikit yang mengalirkan darah ke dalam vena dorsalis
kelenjar keringat. Kulit berlanjut dari distal ke glans profunda (Gambar 21-22A). Oleh karenanya, aliran
penis membentuk sarung yang dapat ditarik ke belakang, darah akan memintas ruang vaskular jaringan erektil.
prepusium, yang permukaan dalamnya dilapisi Ereksi terjadi bila aliran darah dipindahkan ke ruang
membran mukosa, epitel gepeng berlapis tanpa zat vaskular jaringan erektil (korpora kavernosa dan, dalam
tanduk. Bila seseorang disirkumsisi, bagian prepusium jumlah terbatas ke korpus spongiosum), menyebabkan
inilah yang dibuang. penis membesar dan menjadi kaku (Gambar 21-22B).
Selama ereksi, tunika albuginea yang mengitari jaringan
erektil menjadi teregang dan menipis dari 2 mm
menjadi 0,5 mm.
Struktur Jaringan Erektil
Peralihan dari aliran darah yang mengarahkan untuk
Ruang-ruang vaskular dalam jaringan erektil menjadi ereksi diatur oleh sistem saraf parasimpatis mengi-kuti
penuh dengan darah, menyebabkan ereksi pada penis. stimulasi seksual (mis. sentuhan yang menye-nangkan,
olfaktori, visual, auditori, dan psikologik). Impuls
Jaringan erektil penis mengandung banyak ruang parasimpatis memicu pelepasan nitrit oksida lokal,
berdinding endotel, beraneka bentuk yang dipisahkan menyebabkan relaksasi otot polos cabang arteri penis
satu sama lain oleh trabekula jaringan ikat dan sel-sel dorsalis dan profunda, meningkatkan aliran darah ke
jaringan ikat. Ruang-ruang vaskular korpora kavernosa dalam organ. Secara bersamaan, anastomosis
lebih besar di daerah tengah dan lebih kecil di bagian arteriovenosa mengalami konstriksi, mengalihkan aliran
perifernya, dekat tunika albuginea. Namun ruang darah ke dalam arteri helisina jaringan erektil. Dengan
vaskular di korpus spongiosum ukurannya merata. penuhnya ruang vaskular dengan darah, penis membesar
Trabekula korpus spongiosum mengandung lebih dan membengkak, dan terjadilah ereksi. Vena pada penis
banyak serat elastik dan lebih sedikit sel otot polos menjadi terjepit, dan darah terjebak dalam ruang vaskular
daripada korpora kavernosa. jaringan erektil, sehingga mempertahankan penis dalam
Jaringan erektil korpora kavernosa menerima darah keadaan tegak (lihat Gambar 21-22).
dari cabang arteri dorsalis dan profunda penis (lihat Stimulasi berlanjut pada glans penis mengakibatkan
Gambar 21-21). Cabang-cabang ini menembus dinding ejakulasi, ekspulsi kuat semen dari duktus genital lelaki.
trabekula jaringan erektil dan membentuk pleksus Setiap ejakulat, yang bervolume sekitar 3 mL pada
kapiler, yang memasok sebagian arus darah menuju manusia, terdiri dari sekresi dari kelenjar genital
ruang-ruang vaskular, atau arteri ulir (arteri helisina), pelengkap dengan 200 hingga 300 juta spermatozoa.
yang merupakan sumber penting darah untuk rongga Mengikuti ereksi, kelenjar bulbouretral melepas cairan
vaskular selama ereksi penis. kental yang melincirkan dinding lumen uretra. Tepat
Drainase vena terjadi melalui tiga kelompok vena sebelum ejakulasi, kelenjar prostat mengeluarkan
yang dialirkan oleh vena dorsalis profunda (lihat sekretnya ke uretra dan spermatozoa dari ampula kedua
Gambar 21-21). Ketiga kelompok vena berasal dari duktus deferentes dilepaskan ke dalam duktus
pangkal glans penis, dari aspek dorsal korpora ejakulatorius. Sekret prostat tampaknya membantu
kavernosa, dan dari aspek ventral korpora kavernosa spermatozoa memperoleh motilitas. Sekresi terakhir yang
dan korpus spongiosum. Tambahan pula beberapa vena ditambahkan ke dalam semen ialah cairan yang kaya
meninggalkan jaringan erektil pada pangkal penis dan akan fruktosa, dilepas dari vesikula seminalis, yang
mengalir ke dalam pleksus vena yang menampung memberi energi pada spermatozoa. Sekret ini
darah kelenjar prostat. membentuk sebagian besar dari volume ejakulat.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 509
Suatu Ejakulat secara normal mengandung sekitar 1 Kontraksi otot polos duktus genital dan kelenjar
50 hingga 100 juta spermatozoa permililiter. genital pelengkap mendorong semen ke uretra.
Seorang lelaki yang hitung spermanya kurang dari 2 Otot sfingter kandung kemih berkontraksi, mencegah
20 juta per mililiter ejakulat dianggap lepasnya urin (atau masuknya semen ke kandung
Ketidakmampuan mencapai ereksi dikenal kemih).
sebagai impotensi. Disfungsi ereksi temporer 3 Muskulus bulbospongiosus, yang mengitari ujung
prolcsimal korpus spongiosum (bulbus penis),
(sementara) dapat diakibatkan oleh faktor
psikologik atau obat-obatan (mis. alkohol); mengalami kontraksi kuat, ritmik mengakibatkan
sementara impotensi yang permanen dapat penyemprotan/ekspulsi semen dari uretra.
disebabkan oleh banyak faktor, termasuk lesi pada
area tertentu pada otak dan hipotalamus, seperti Ejakulasi diikuti oleh berkurangnya impuls
juga kerusakan sumsum tulang belakang (korda parasimpatis ke suplai vaskular penis.
spinalis), malfungsi persarafan autonom, multipel
sklerosis, dan bahkan gangguan psikologis.
Ch021-X2945.qxd 15/8/06 2:53 PM Page 510
Akibatnya, pirau arteriovenosa akan membuka darahnya melalui drainase vena. Dengan keluarnya darah
kembali, darah akan mengalir melalui arteri dorsal dari ruang vaskular, penis akan mengalami detumesensi
dan profunda penis berkurang, dan ruang vaskular dan menjadi flasid.
jaringan erektil akan perlahan mengosongkan
KORELASI KLINIS
Neurotransmitter nitrit oksida (NO) yang lain, fosfodiesterase (PDE/FDE), merusak cGMP,
dilepas oleh sel endotel sinusoid mengaktifkan memungkinkan kontraksi otot polos terjadi kembali;
guanilat sildase dari sel otot polos untuk sinusoid mulai dikosongkan dari darah dan ereksi
memproduksi siklik guanosin monofosfat (cGMP) berakhir.
dari guanosin trifosfat (GTP), oleh karenanya Walaupun sildenafil (Viagra) semula dikem-
merelaksasi sel-sel otot polos. Relaksasi sel otot bangkan sebagai pengobatan gagal jantung, dite-
polos memungkinkan akumulasi darah dalam mukan kemampuannya untuk membuat ereksi pada
sinusoid, dan pembuluh yang membesar akan banyak pasien. Penelitian lebih lanjut kemudian
menekan saluran-saluran vena kecil yang menunjukkan bahwa pengobatan di atas mencegah
mengosongkan sinusoid, berakibat pada ereksi penis. fosfodiesterasi dari mencegah degradasi cGMP
Setelah ejakulasi atau saat impuls parasimpatis sehingga terjadi ereksi.
berkurang, kadar cGMP mengurang, sebuah enzim
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 511
22 䡲 䡲 䡲
Penginderaan
Ada 2 jenis ujung saraf tepi: (1) ujung akson yang meneruskan untuk diproses menjadi kesiagaan untuk melakukan
impuls dari Sistem Saraf Pusat (SSP) ke otot skelet dan otot gerakan-gerakan tubuh untuk koreksi keseimbangan.
polos (ujung motorik) atau ke kelenjar (ujung sekretorik) Interoseptor adalah reseptor khusus yang menerima
dan (2) ujung dendrit yang juga dikenal sebagai ujung informasi sensorik dari bagian dalam organ-organ tubuh.
sensorik atau reseptor (receptor) yang menerima berbagai Modalitas yang terkait dengan fungsi ini dikenal sebagai
rangsangan dan meneruskan rangsangan sensoris ke SSP. modalitas aferen viseral umum.
Reseptor sensorik ini dikelompokkan lagi menjadi 3 jenis,
tergantung kepada sumber stimulus dan juga komponen dari
jalur somatik umum (general) atau khusus (special) dan jalur RESEPTOR PERIFER KHUSUS
viseral aferen (visceral afferent):
䡲 Eksteroseptor (Exteroceptors) Reseptor perifer khusus menerima rangsangan khusus termasuk
䡲 Proprioseptor (Proprioceptors) reseptor mekanik (mechanoreceptor), reseptor suhu tubuh
䡲 Interoseptor (Interoceptors) (thermoreceptor) dan nosireseptor (nociceptors).
Eksteroreseptor, terletak dekat permukaan tubuh yang
khusus menerima rangsangan dari lingkungan luar (external Ujung dendrit reseptor sensorik yang terletak di berbagai
environment ). Reseptor-reseptor ini peka terhadap suhu, raba, daerah tubuh, termasuk otot, tendon, kulit, fasia, dan kapsul
sendi berfungsi untuk menerima rangsangan khusus.
tekan dan nyeri, merupakan komponen dari jalur somatik
Adaptasi ini membantu dendrit bereaksi terhadap rangsangan
aferen umum (general somatic afferent) yang akan
khusus. Reseptor-reseptor ini dikelompokkan kedalam 3 tipe
dijelaskan pada bagian pertama Bab ini. Ekteroseptor lainnya,
yaitu:
khusus untuk menerima rangsangan cahaya (sense of vision)
dan suara (sense of hearing) yang merupakan komponen dari 䡲 Mekanoreseptor (Mechanoreceptors), yang bereaksi
jalur somatik aferen khusus (special somatic afferent) terhadap sentuhan (Gambar 22-1 hingga 22-3).
(akan didiskusikan nanti). Rangsang bau dan rasa diterima oleh 䡲 Termoreseptor (Ther noreceptors), yang bereaksi
ujung saraf yang khusus di dalam saluran nafas dan saluran terhadap dingin dan hangat.
cerna khususnya. Ekteroseptor ini dikelompokkan sebagai 䡲 Nosireseptor (Nociceptors), yang bereaksi terhadap rasa
modalitas aferen viseral khusus. Reseptor untuk bau (olfaction) nyeri karena stress mekanik, perbedaan temperatur tubuh
akan didiskusikan pada Bab 15 dan reseptor untuk rasa akan yang ekstrim dan substansia kimia.
didiskusikan pada Bab 16.
Walaupun reseptor-reseptor khusus ini umumnya dirangsang
Proprioseptor adalah reseptor khusus yang terletak pada
hanya oleh suatu rangsangan tertentu tetapi rangsang-
kapsul sendi, tendon, dan serat-serat intrafusal di dalam otot
rangsang lain yang cukup intensif juga dapat merangsang
(lihat Bab 8). Reseptor somatik aferen umum meneruskan
reseptor lainnya.
impuls sensorik ke SSP yang akan diterjemahkan menjadi
informasi yang berkaitan dengan kesiagaan tubuh di dalam Mekanoreseptor bereaksi terhadap rangsang mekanik yang
ruang dan dalam pergerakan. Reseptor keseimbangan mungkin mengubah reseptor atau jaringan sekitar reseptor.
(vestibular) (akan dijelaskan kemudian) terletak di dalam Rangsang yang dapat merangsang mekanoreseptor adalah
telinga tengah yang khusus untuk menerima rangsangan terkait sentuh (touch), regangan (strech), getar (vibrasi) dan tekan
dengan gerakan kepala; rangsangan ini kemudian di teruskan (pressure).
ke otak
511
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 512
A B C
D E F
OC
Ca
IC
NF
NF
N
Ca
Mekanoreseptor Berkapsul jumlah reseptor taktil. Reseptor ini juga terletak pada
kelopak mata, bibir, lidah, puting susu, kulit telapak kaki dan
Reseptor mekanik berkapsul menunjukkan struktur yang khas dan lengan sisi volar. Badan Meissner yang berukuran 30-80
terdapat pada lokasi yang tertentu. mikrometer terletak pada papil dermis dengan aksis
panjangnya terletak tegak lurus permukaan kulit (Gambar
Badan Meissner (Gambar 22-3) merupakan mekanoreseptor 22-1B). Setiap badan Meissner dibentuk oleh 3-4 ujung-
berkapsul yang khusus untuk diskriminasi taktil. Reseptor- ujung saraf dan sel-sel Schwann. Semua struktur tersebut
reseptor ini terletak pada papil dermis kulit jari dan telapak dibungkus oleh jaringan ikat. Di dalam kapsul terdapat
tangan yang tidak berambut dan keduanya mengandung tumpukan sel-sel epiteloid yang mungkin merupakan
separuh
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 514
modifikasi sel Schwann atau fibroblas yang berperan (cerebellum) dan juga korteks serebri sehingga seseorang
memisahkan cabang-cabang ujung saraf. Badan Meissner dapat merasakan secara khusus posisi otot. Organ tendo Golgi
peka untuk membedakan tepi dan titik tertentu suatu obyek dan gelendong otot didiskusikan pada bab 8.
serta gerakan obyek tersebut.
Termoreseptor
Badan Vater Paccini, merupakan satu contoh lain
mekanoreseptor yang terletak pada dermis dan hipodermis Termoreseptor (Thermoreceptors) yang bereaksi terhadap
jari-jari tangan dan payudara. Reseptor ini mempunyai perberbedaan suhu sekitar 2 °C (35.6 °F) dikelompokan menjadi 3
gambaran serupa dengan jeringan ikat pada sendi-sendi, jenis yaitu reseptor panas, reseptor dingin dan nosireseptor.
periosteum, dan mesenterika. Reseptor ini khusus menerima
rangsang tekan, sentuh dan getar. Badan Vater Paccini Walaupun reseptor yang khusus untuk panas belum
merupakan reseptor berbentuk ovoid berukuran besar dengan diidentifikasi, tetapi diduga reseptor-reseptor ini merupakan
panjang 1-2 milimeter dan diameter 0.7 milimeter (Gambar ujung akhir serat saraf tak bermielin berukuran kecil tak
22-1C dan 22-2). Setiap reseptor disusun oleh sebuah serat bersimpai yang bereaksi terhadap peningkatan suhu. Reseptor
saraf tak bermielin yang membentang sepanjang badan akhir dingin merupakan turunan ujung serat saraf bermielin
saraf ini. Bagian tengah badan Vater Paccini ini mengandung telanjang yang bercabang-cabang dan berpenetrasi kedalam
ujung-ujung saraf tak bermilein beserta sel Schwannnya, epidermis. Karena reseptor suhu tidak diaktivasi oleh stimulus
dikelilingi oleh sekitar 60 lapisan sel fibroblast yang fisik tetapi beraksi terhadap reaksi-reaksi kimiawi yang
mengalami modifikasi, setiap lapisnya dipisahkan dari lapis tergantung pada perbedaan suhu.
selanjutnya oleh ruangan yang diisi sedikit cairan. Disamping Nosireseptor
itu ada tambahan 30 lapisan sel fibroblas yang mengalami
modifikasi dan dibungkus oleh jaringan ikat membentuk Nosireseptor merupakan reseptor yang sensitive terhadap nyeri
kapsul yang mengelilingi inti. Susunan sel-sel ini dalam yang disebabkan oleh stress mekanis, suhu yang sangat ekstrim
bentuk lamel-lamel potongan histologis badan Vater Paccini dan sitokin seperti bradikinin, serotonin dan histamine.
ini tampak seperti irisan bawang.
Nosireseptor bertanggung jawab terhadap persepsi nyeri.
Badan Ruffini merupakan badan akhir saraf berkapsul Reseptor-reseptor ini merupakan ujung-ujung serat saraf
yang terletak pada dermis kulit, tempat tumbuh kuku (nail bermielin yang telanjang dan bercabang-cabang kedalam
beds), ligamentum periodontal dan kapsul sendi. Reseptor dermis sebelum memasuki epidermis. Nosireseptor
besar ini dengan panjang 1 mm dan diameter 0.2 mm dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu (1) yang bereaksi
(Gambar 22-1E) dibentuk oleh ujung-ujung saraf tak terhadap stress mekanis atau kerusakan; (2) yang bereaksi
bermielin yang diselang selingi oleh serat-serat kolagen dan di terhadap suhu dingin dan panas yang ekstrim dan (3) yang
kelilingi oleh 4-5 lapis sel-sel fibroblast yang mengalami bereaksi terhadap substansi kimiawi seperti bradikinin,
modifikasi. Kapsul jaringan ikat yang mengelilingi setiap serotonin dan histamine.
reseptor tertambat pada setiap ujungnya sehingga
meningkatkan sensibilitas peregangan dan tekanan pada kulit
dan kapsul sendi.
EYE
Badan Krause merupakan ujung saraf berbentuk sferis Bola mata disusun oleh 3 lapisan yaitu lapis fibrosa, lapisan
dan berkapsul yang terletak pada daerah papil kulit, sendi, vascular dan lapisan saraf.
konjungtiva, peritoneum, genital, dan jaringann ikat
subendotelium rongga mulut dan hidung (Gambar 22-1F). Bola mata mempunyai diameter 24 mm dan terletak di dalam
Pada awalnya reseptor ini diduga merupakan reseptor yang tulang orbita. Mata merupakan organ sensoris untuk cahaya
senstif terhadap dingin, tetapi fakta sekarang tidak (photosensory organs). Cahaya melintas melalui kornea,
mendukung konsep ini. Fungsi mereka tidak diketahui. lensa dan beberapa struktur refraksi bola mata; cahaya
kemudiasn difokuskan oleh lensa pada bagian tunika neuralis
Gelendong otot dan organ tendo Golgi keduanya mata yang peka terhadap cahaya yaitu retina yang
merupakan mekanoreseptor berkapsul yang berperan dalam mengandung sel-sel batang (rods ) dan kerucut (cones )
proprioseptif. Gelendong otot (muscle spindle ) (Gambar yang peka terhadap cahaya. Setelah melintasi beberapa lapisan
22-1G) memberikan masukan tentang perubahan-perubahan sel-sel saraf dan penyokong, informasi visual ditransinisikan
pada panjang otot misalnya laju perubahan panjang otot dan oleh nervus optikus ke otak untuk diproses.
organ tendon Golgi (Golgi tendon organs) (Gambar Mata berkembang dari 3 sumber yang berbeda pada minggu
22-1H) yang memantau tekanan pada tendon misalnya laju ke 4 selama masa perkembangan embrio. Pertumbuhan otak
tekanan saat tekanan pada tendon dihasilkan selama depan (forebrain ) ke arah luar, cikal bakal retina dan nervus
pergerakan. Informasi dari kedua struktur sensoris ini optikus adalah struktur-struktur pertama yang dapat diamati.
kebanyakan di hasilkan saat tidak sadar di dalam medula Sebagai hasil pertumbuhan struktur-struktur ini, ektoderm
spinalis, akan tetapi
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 515
pertumbuhan struktur-struktur ini, ektoderm permukaan gland) terletak di luar bola mata tetapi ia masih terdapat di
(surface ectoderm) diinduksi untuk berkembang menjadi lensa dalam rongga mata. Kelenjar ini akan mensekresikan cairan
dan beberapa stuktur tambahan yang terletak dibagian anterior lakrimallair mata (tear ) yang akan melembabkan permukaan
mata. Pada perkembangan selanjutnya mesenkim yang depan mata. Cairan Lakrimal juga melembabkan bola mata
terdapat disekitarnya memadat membentuk tunika dan dan per-mukaan dalam kelopak mata dengan melintas melalui
struktur-struktur yang berhubungan dengan bola mata kon-jungtiva (conjunctiva), suatu membrane transparan
Bola mata disusun oleh 3 tunika atau lapisan yaitu yang menutup dan melindungi permukaan depan mata
(Gambar 22-4):
䡲 Tunika fibrosa (fibrous tunic), membentuk lapisan luar Tunika Fibrosa (Tunica Fibrosa)
bola mata.
Tunika fibrosa disusun oleh sclera dan kornea.
䡲 Tunika vaskularis (vascular tunic), lapisan tengah yang
banyak mengandung pembuluh darah dan pigmen. Tunika fibrosa bola mata yaitu tunika fibrosa dibagi menjadi
䡲 Tunika neuralis (neural tunic), retina, menyusun lapisan sclera dan kornea (Gambar 22-4). Sklera yang padat bewarna
paling dalam. putih melingkupi 5/6 belakang bola mata sementara kornea
yang tidak bewarna dan transparan menutupi 1/6 depan bola
Tunika fibrosa mata juga menerima insersi otot-otot mata.
ekstrinsik mata yang bertanggung jawab untuk gerakan-
gerakan bola mata yang terkoordinasi ke berbagai lapangan Sklera
pandang. Otot-otot polos yang terletak di dalam bola mata
mengatur fokus lensa mata dan mengontrol celah pupil. Sklera yang padat bewarna putih disusun oleh serat-serat
Meskipun kelenjar lakrimalis atau kelenjar air mata (tear kolagen tipe-1 selang seling dengan serat elastik.
Badan siliar
Sklera
Proses siliar
Ligamen
penggantung lensa Kanal Schlemm
Otot mata ekstrinsik
Konjungtiva Lensa Kamera okuli
Ora serata posterior Kamera
Sklera okuli anterior Kornea
Badan vitreus Membran Descemet
Kanal hialoid Endotel
Fovea
sentralis pada
makula lutea Otot dilator pupil
Saraf optik
Sarung bulbi
Kornea
Retina
Kamera okuli anterior
Koroid lris
Kamera okuli
posterior Lensa
Badan siliar
kolagen yang terdapat pada sklera mempunyai ketebalan kira- Selanjutnya aktivitas mitosis menggantikan sel-sel yang
kira 1mm disebelah belakang, lebih langsing dibagian ekuator bermigrasi ke daerah yang terluka. Epitel kornea juga
dan lebih menebal lagi pada daerah yang berhubungan dengan berfungsi pada transfer air dan ion-ion dari stroma kedalam
kornea. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang sakus konjungtiva.
diselang-selingi oleh jala-jala serat elastin. Susunan seperti ini Membran Bowman (Bowman's membrane) terletak
memberikan bentuk untuk bola mata yang dijaga oleh tekanan lebih dalam dari epitel kornea. Mikroskop elektron
intraokular dari humor akweus (aqueous humor ) (terletak di menunjukkan bahwa membran Bowman merupakan lapisan
depan lensa) dan badan vitreus (vitreous body) (terletak fibrilar (fibrillar lamina ) dengan tebal 6-30 mikrometer yang
dibelakang lensa) tersusun dari serat-serat kolagen tipe-1 yang tersusun secara
Fibroblas yang terletak di dalam jaringan ikat sklera random. Membran Bowman diyakini dibentuk oleh epitel
merupakan sel-sel pipih yang panjang. Melanosit terletak pada kornea dan sel-sel pada stroma dibawahnya. Serabut saraf
daerah sklera yang lebih dalam. Tendon otot-otot ekstraokular sensoris melintas melalui struktur-struktur ini untuk masuk dan
berinsersi pada permukaan jaringan ikat padat sklera yang berakhir pada epitel.
dibungkus oleh kapsul Tenon (capsule of Tenon), suatu Stroma merupakan lapis kornea yang paling tebal dan
pembungkus fasia yang membungkus nervus optikus dan bola jernih yang menyusun kira-kira 90% tebal kornea. Lapisan ini
mata hingga pada daerah siliaris. Pembungkus yang disusun oleh serat-serat kolagen tipe-1 yang tersusun dalam
memisahkan bola mata dari lemak sekitar bola mata ini 200-250 lamel, setiap lamel mempunyai ketebalan 2
dihubungkan ke sklera oleh lapisan tipis jaringan ikat longgar mikrometer. Serat-serat kolagen didalam setiap lamel tersusun
yang dikenal sebagai episklera. secara parallel satu dengan lainnya. Serat-serat kolagen
berselang seling dengan serat-serat elastin yang terbenam
pada substansia dasar yang umumnya mengandung kondroitin
Kornea sulfat dan keratin sulfat. Fibroblas yang berbentuk seperti
Kornea merupakan struktur yang menonjol, jernih, yang terletak pada
selendang panjang juga muncul sepanjang berkas-berkas serat
bagian depan bola mata. kolagen. Selama proses inflamasi, limfosit dan netrofil juga
terdapat pada stroma. Limbus (taut sklerokornea)
Kornea adalah bagian tunika fibrosa yang terletak paling merupakan lekuk sklera yang sisi dalamnya pada stroma
depan, jernih, tidak mengandung pembuluh darah dan banyak mengalami depresi dan tempat terdapatnya ruang-ruang yang
mengandung serat-serat saraf yang menonjol ke arah depan dilapisi endotel yang dikenal sebagai jaring-jaring trabekula
bola mata. Kornea lebih tipis dari sklera dan disusun oleh 5 (trabecular meshwork ), yang mengarah ke kanal Schlemm
lapisan yang berbeda yaitu: yang merupakan tempat aliran keluar humor akweus dari bilik
mata depan kedalamk sistem vena.
䡲 epitel kornea Membran Descemet merupakan membrane basal tebal
䡲 membrane Bowman (Bowman's membrane) yang terletak diantara stroma dan endotel dibawahnya.
䡲 stroma Walaupun membran ini tipis (5 mikrometer saat lahir) dan
䡲 membrane Descement (Descemet's membrane) homogen pada orang muda, mikroskop elektron
䡲 endotel kornea (corneal endotheliunz) mendemonstrasikan bahwa membran tersebut menjadi lebih
Epitel kornea (corneal epithelium), lanjutan tebal (17 mikrometer) dan mempunyai garis-garis melintang
konjungtiva (suatu membran mukosa yang menutupi sklera dan gambaran serat-serat heksagonal pada orang yang lebih
bagian depan dan melapisi permukaan dalam kelopak mata/ tua.
palpebra) adalah suatu epitel gepeng berlapis tidak berkeratin Endotel kornea, yang melapisi permukaan dalam
yang dibentuk oleh 5-7 lapis sel yang menutupi permuakaan (belakang) kornea merupakan epitel selapis gepeng. Epitel ini
depan kornea. Sel-sel permukaan yang lebih besar bertanggung jawab untuk mensintesa protein yang diperlukan
mempunyai mikrovili dan menunjukkan adanya hubungan untuk mensekresi dan memelihara membran Descement. Sel-
antar sel yang dikenal sebagai zonulae occludens. Sel-sel sel ini menunjukkan banyaknya vesikel-vesikel pinositosis dan
lainnya yang membentuk kornea tersusun saling bersilangan membrannya mempunyai pompa natirum yang mengirim ion
seperti jari-jari (interdigitate ) satu sama lain dan membentuk sodium (Na+) kedalam bilik mata depan; yang secara pasif
hubungan yang dikenal sebagai desmosom. Sitoplasmanya diikuti oleh ion klorida (Cl-) dan air. Jadi kelebihan cairan di
mengandung organel yang tersusun secara teratur sepanjang dalam stroma diserap oleh endotel yang mempertahankan
filament-filamen berukuran sedang. Epitel kornea stroma dalam kondisi sedikit dehidrasi. Hal ini merupakan
mengandung banyak ujung-ujung saraf bebas. Gambaran sel suatu faktor yang berkontribusi untuk mempertahankan
yang sedang mengalami mitosis ditemukan pada bagian kualitas refraksi kornea.
pinggir kornea yang mempunyai waktu pergantian kira-kira 7
Tunika Vaskulosa (Tunica Vasculosa)
hari. Kerusakan pada kornea diperbaiki dengan cepat ketika
sel-sel bermigrasi ke daerah lesi untuk menutupi daerah yang Lapis tengah bola mata yang kaya akan pembuluh darah,
mengalami cedera. tunika vaskulosa (uvea), disusun oleh 3 bagian yaitu (1)
Koroid, (2) Korpus Siliari, dan (3) Iris (Gambar 22-4).
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:45 PM Page 517
Retina atau Tunika Neuralis terhadap cahaya dan karenanya dikenal sebagai bintik buta
(blind spot). Kira-kira 2,5 mm lateral dari lempeng optic
Retina, disusun oleh 10 lapis, mempunyai reseptor yang khusus (optic disc) terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
yang disebut sebagai sel-sel batang dan kerucut, yang berperan sebagai makula lutea/bintik kuning (macula lutea/yellow
sebagai fotoreseptor.
spot). Dibagian tengah bintik ini terdapat cekungan oval yang
dikenal sebagai fovea sentralis, tempat aktivitas visual terbesar
Retina merupakan lapisan ketiga atau lapisan terdalam bola (Gambar 22-4). Fovea merupakan daerah retina yang khusus
mata yang pada bagian neuralnya mengandung sel-sel yang hanya mengandung sel-sel kerucut.
fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut (Gambar 22-7,
Bagian retina yang berfungsi pada lintasan fotoreseptor
22-8 dan 22-9; juga Gambar 22-4). Retina berkembang dari
terletak pada sisi dalam koroid mulai dari lempeng optik
sungkup optic (optic cup ), suatu invaginasi diensefalon yang
hingga ke ora serata dan disusun oleh 10 lapisan yang berbeda
membentuk vesikel optic primer (primary optic vesicle), Pada
(Gambar 22-7 dan 22-8). Dari sisi luar yang berbatasan dengan
perkembangan selanjutnya struktur ini berinvaginasi
koroid kearah dalam adalah
membentuk vesikel optik sekunder bilaminar yang akan
berkembang menjadi mata, sementara tangkai cangkir optic
akan menjadi nervus optikus.
Retina dibentuk oleh lapisan luar yaitu lapisan pigmen
Epitel
yang berkembang dari dinding luar cangkir optic. Bagian berpigmen
saraf retina berkembang dari lapisan dalam sungkup optic dan
Fotoreseptor
dikenal sebagai retina sebenarnya (retina proper). batang
Lapisan pigmen retina menutup keseluruhan permukaan
dalam bola mata hingga ke korpus siliar dan dinding posterior Membran
limitans luar
iris, sementara retina berakhir pada ora serata.
Lempeng optic (optic disk), terletak pada dinding
Fotoreseptor
posterior bola mata, merupakan pintu keluar saraf optik. kerucut
Karena tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, daerah ini Nukleus sel-sel
tidak sensitive kerucut
Nukleus sel
batang
Pedikel kerucut
Sferul batang
Sel horisontal
1 Sel bipolar
6 Sel ganglion
Serat saraf
7 optik
8
9 Membran
10 limitans
Cahaya dari dalam
Gambar 22–7 Mikrograf cahaya retina dengan penjelasan sepuluh lensa
lapisannya (x270). (1)Epitel pigmen, (2) lamina batang dan kerucut, (3)
membran limitans eksterna (luar), (4) lapisan inti luar, (5) lapisan Gambar 22–8 Lapisan selular retina. Ruang yang terlihat di antara lapisan
pleksiform luar, (6) lapisan inti dalam, (7) lapisan pleksiform dalam, (8) pigmen dan bagian retina selebihnya merupakan artefak perkembangan dan
lapisan sel ganglion, (9) lapisan serat saraf, (10) membran limitans dalam. tidak ditemukan pada keadaan dewasa kecuali saat terjadi ablasi retina.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 521
Epitel Pigmen
Epitel pigmen, diturunkan dari lapis luar cangkir optic,
disusun oleh sel-sel silindris ( lebar 14 mikrometer dan tinggi
OS OS 10-14 mikrometer) yang mempunyai inti dibagian dasar.
Selsel ini melekta pada membrane Bruch (Bruch's membrane)
yang terletak diantara koroid dan sel-sel pigmen.
Sitoplasmanya banyak mengandung mitokondria terutama di
daerah yang berbatasan dengan membran Bruch. Desmosom,
C zonula occluden dan zonula adherens terdapat pada sisi lateral
BB IS membran yang membentuk sawar darah-retina (blood-retina
Ce barrier). Lebih jauh gap junction pada sisi lateral membran sel
memungkinkan komunikasi interselular. Puncak sel
M
mengandung mikrovili dan struktur seperti selendang yang
IS mengelilingi dan mengisolasi ujung sel-sel fotoreseptor.
Gambaran sel pigmen yang sangat khas adalah adanya
granula-granula pigmen dalam jumlah sangat banyak pada
bagian apikal sel. Sebagai tambahan, retikulum endoplasmik
halus (smooth endoplasmic reticulum/ SER), endoplasmik
retikulum kasar (rough endoplasmic reticulum/RER) dan
aparatus Golgi terdapat dalan jumlag sangat banyak
NR disitoplasma.
NR Epitel pigmen mempunyai beberap fungsi. Sel-sel pigmen
menyerap sisa cahaya setelah cahaya melintasi retina dan
menstimulus fotoreseptor, sehingga men-cegah pantulan
cahaya yang dapat mempengaruhi fokus. Sel-sel pigmen ini
juga memfagosit leinpeng membran yang sudah tak terpakai
dari ujung sel-sel batang. Sel-sel pigmen juga berperan aktif
SV
dalam penglihatan dengan esterifikasi turunan vitamin A pada
SR SR SERnya.
SV
ROD CONE
KORELASI KLINIS
Gambar 22–9 Morfologi sebuah batang dan sebuah kerucut. BB, badan basal; Karena perluasan seperti selendang dari sel-sel epitel
C, tangkai penghubung; Ce, sentriol; IS, segmen dalam; M, mitokondria; NR,
bagian inti; OS, segmen luar; SR, daerah sinaptik; SV, vesikel sinaptik. pigmen yang melingkari ujung sel-sel reseptor batang
(Dimodifikasi dari Lentz TL: Cell Fine Structure: An Atlas of Drawings dan kerucut dapat menyebabkan terjadinya pemisahan
ofWhole-Cell Structure. Philadelphia, WB Saunders, 1971.) lapis pigmen dan retina yang dikenal sebagai
terlepasnya retina (detachment of the retina) yang
merupakan penyebab umum dari kebutaan parsial.
1 epitel pigmen (pigment epithelium) Kondisi ini dapat dikoreksi secara bedah dengan "spot
2 lapis batang dan kerucut (layer of rods and cones) welding" kedua struktur dikembalikan secara bersama-
3 membran limitans luar (external (outer) limiting membrane) sama. Akan tetapi jika kondisi berlanjut tanpa diobati,
4 lapis inti luar (outer nuclear layer) sel-sel batang dan kerucut akan mati akibat tidak
5 lapis pleksiform luar (outer plexiform layer) adanya dukungan metabolik yang secara normal
6 lapis inti dalam (inner nuclear layer) disokong oleh epitel pigmen. Kematian ini akan
7 lapis pleksiform dalam (inner plexiform layer) menyebabkan terjadinya kebutaaan pada lapang
8 lapis sel-sel ganglion (ganglion cell layer) pandang yang terkait dengan daerah yang kehilangan
9 lapis serat nervus optikus (optic nerve fiber layer) fotoreseptor.
10 membran limitan dalam (inner limiting membrane).
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 522
Lapis Batang dan Kerucut menghasilkan energi yang dibutuhkan padsa proses
(Layer of Rods and Cones) penglihatan. Dasar sitoplasma kaya dengan mikrotubulus,
polisom, SER, RER dan kompleks Golgi. Protein yang
Bagian optic retina merupakan tempat terdapatnya 2 jenis sel- dihasilkan pada segmen dalam bermigrasi ke segmen luar dan
sel fotoreseptor yang dikenal sebagai sel-sel batang dan akan digabung-kan membentuk suatu lempeng. Lempeng ini
kerucut. Keduanya merupakan sel-sel yang mempunyai akan bermigrasi kebagian ujung apical segmen luar dan masuk
juluran pada bagian apikalnya yang dikenal sebagai segmen kedalam selubung sel pigmen tempat mereka difagositosis.
luar yang merupakan dendrite yang khusus. Segmen luar sel- Lama waktu yang dibutuhkan mulai dari penyatuan protein,
sel batang dan kerucut dikelilingi oleh sel-sel epitel pigmen proses migrasi dan akhirnya penyatuan kurang dari 2 minggu.
(Gambar 22-8). Dasar sel-sel batang dan kerucut membentuk Proses fotoreseptor adalah sebagai berikut:
sinaps dengan sel-sel bipolar yang terdapat dibawahnya. Ada
1 Penerimaan cahaya oleh sel-sel batang mulai dengan
kira-kira 100-120 juta sel-sel batang dan 6 juta sel-sel
kerucut. Sel-sel batang merupakan reseptor khusus untuk penyerapan cahaya oleh fotopigmen yang sensitive terhadap
cahaya redup, sementara sel-sel kerucut adalah reseptor untuk cahaya yaitu rodopsin yang disusun dari protein
cahaya terang. Sel-sel kerucut beradap-tasi dengan transmembran opsin yang terikat dengan cis retinal, suatu
penglihatan warna, sedangkan sel-sel batang hanya menerima bentuk aldehida vitamin A.
cahaya. Sel-sel batang dan kerucut terdistribusi secara tidak 2 Absopsi cahaya menyebabkan isomerisasi seluruh senyawaan
merata pada retina. Sel-sel kerucut banyak terdapat pada retinal menjadi all-trans retinal, yang kemudian
fovea, karenanya daerah ini merupakan tempat dengan berdisosiasi dari opsin.
ketajaman penglihatan yang paling tinggi. 3 Proses bleaching menghasilkan opsin yang aktif yang
memfasilitasi pengikatan guanosin triposfat (GTP) ke subunit
alfa transducin, suatu protein trimerik.
Sel-sel Batang (Rods) 4 GTP-Gaα yang dihasilkan mengaktifkan ensim cyclic
guanosine monophosphate (cGMP) phospho-diesterase, suatu
Sel-sel batang merupakan fotoreseptor yang khusus untuk ensim yang mengkatalisapemecahan dari 3', 5'-cGMP.
menerima cahaya redup. 5 Penurunan konsntrasi cGMP sitosol menyebabkan penutupan
kanal ion natrium pada membran plasma sel batang sehingga
Sel-sel batang (rods) yang hanya teraktivasi oleh cahaya ion natrium tidak dapat meninggalkan sel dan sel batang
redup, begitu sensitifnya, sehingga mereka hanya dapat mengalami hiperpolarisasi.
menghasilkan sinyal dari sebuah foton tunggal dari cahaya. 6 Hiperpolarisasi sel batang menyebabkan terjadinya
Akan tetapi mereka tidak dapat memediasi sinyal-sinyal pada penghambatan pelepasan neurotransmitter kedalam
cahaya terang dan tidak sensitive terhadap warna. Sel-sel sinaps dengan sel bipolar.
batang merupakan sel-sel panjang (panjang 50 mikrometer 7 Selama fase gelap selanjutnya, kadar cGMP mengalami
dan diameter 3 mikrometer) yang terletak paralel satu sama regenrasi, kanal ion natrium terbuka kembali dan aliran ion
lain. Sel-sel ini disusun oleh suatu segmen luar, segmen Na+ pulih seperti semula.
dalam, daerah inti dan daerah sinaps (Gambar 22-9). 8 Sisa senyawaan all-trans retinal dari proses pemecahan di
Segmen luar sel batang, ujung dendritnya mempunyai atas akan berdifusi dan dibawa masuk ke dalam epitel
beberapa ratus lamel-lamel membran pipih yang tegak lurus pigmen retina.
dengan sumbu sel batang (Gambar 22-10; juga Gambar 22-9). 9 Senyawaan all-trans retinal akan didaur ulang menjadi
Setiap lamel merepresentasikan suatu invaginasi plasmalema bentuk 11-cis retinal.
yang terlepas dari permukaan sel sehingga membentuk suatu 10 Akhirnya, cis retinal kembali ke sel batang tempat ia akan
lempeng. Setiap lempeng disusun oleh 2 membran yang berikatan kembali dengan opsin membentuk rodopsin.
terpisah satu dengan lainnya oleh celah berukuran 8
nanometer. Membran-mebran ini mengandung rodopsin Ketika sel batang tidak diaktifkan oleh cahaya, cGMP
suatu pigmen yang sensitive terhadap cahaya. Karena segmen mempertahankan kanal ion natrium pada plasmalema sel
luar sel batang lebih panjang daripada sel kerucut, sel batang batang tetap terbuka. Selama fase gelap, ion natrium dipompa
mengandung lebih banyak rodopsin, bereaksi lebih lambat keluar dari segmen dalam dan masuk ke dalam segmen luar sel
dan mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan rangsang. batang melalui pintu kanal ion natrium. Kehadiran ion natrium
Segmen dalam sel batang dipisahkan dari segmen luar pada segmen luar menyebabkan pelepasan neurotransmitter
oleh suatu penyempitan yang dikenal sebagai tangkai kedalam sinaps dengan sel bipolar.
penghubung (connecting stalk ). Tangkai penghubung ini Hiperpolarisasi yang dinduksi oleh cahaya menyebabkan
muncul pada bagian apical segmen dalam. Daerah dekat sinyal ditransmisikan melalui berbagai lapisan sel menuju ke
tangkai penghubung mengandung banyak mitokondria dan sel-sel ganglion, tempat sinyal menghasilkan potensial aksi
granul-granula glikogen yang keduanya penting untuk sepanjang akson menuju ke otak.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 523
A B
C D
Gambar 22–10 Mikrograf elektron batang dari mata seekor katak dan kerucut dari mata seekor tupai. A, Cakram pada segmen luar (kepala panah) dan
mitokondria (m) pada segmen dalam batang seekor katak (... .200). Perhatikan silium (panah) menghubungkan segmen dalam dan luar. B, pembesaran lebih kuat
cakram-cakram pada segmen luar seekor katak (x76.500). C, tautan antara segmen luar dan dalam kerucut seekor tupai (kepala panah, cakram di semgmen luar).
M. mitokondria (x28.8000. D, pembesaran lebih kuat cakram pada segmen luar mata seekor tupai, yang memperlihatkan lanjutan dari lamela dengan plasmalema
(kepala panah). (x82.800) (Dari Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA: Text-Atlas of Histology. Philadelphia, WB Saunders, 1988.)
Sel Kerucut (Cones) Ada 3 jenis sel kerucut yang masing-masingnya mengandung
fotopigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis iodopsin
Sel kerucut merupakan fotoreseptor retina yang khusus untuk mempunyai sensitivitas yang maksimum untuk satu dari 3
menerima cahaya terang dan warna.
spektrum warna — merah, hijau dan biru- dan berbeda hanya
pada protein opsinnya bukan pada 11 cis retinal.
Walaupun fungsi sel kerucut serupa dengan sel batang, sel
kerucut diaktivasi pada cahaya terang dan menghasilkan Sel kerucut merupakan sel-sel yang panjang (panjang 60
ketajaman visual yang lebih besar dibandingkan dengan sel mikrometer dan diameternya 1,5 mikrometer), lebih panjang
batang. dan lebih lebar pada daerah fovea sentralis.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 524
Mereka juga bersinaps pada sel-sel interpleksiform yang Suatu membran mukosa yang dikenal sebagai konjungtiva
berhubungan dengan badan sel bipolar. Sel Amakrin berfungsi melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva
sebagai suatu mekanisma umpan balik dengan mentransfer palpebra) dan menutupi sklera pada bagian depan mata
informasi saraf yang diturunkan dari kompleks sinaps sel (konjungtiva bulbi). Konjungtiva disusun oleh sebuah epitel
bipolar-ganglion ke sel-sel interpleksiform. Sel-sel berlapis silindris yang mengandung sel-sel goblet yang
interpleksiform mempunyai akson yang berhubungan dengan terletak di atas lamina basal dan suatu lamina propria yang
sel-sel bipolar dan horisontal. disusun dari jaringan ikat longgar. Sekret dari sel-sel goblet
Sel-sel Miiller merupakan sel-sel neuroglia yang merupakan salah satu komponen pembentuk tirai air mata
membentang antara badan vitreus dan segmen dalam sel batang (tear film) yang membantu dalam pelumasan dan
dan kerucut. Sel-sel Miiller berhubungan dengan sel-sel perlindungan epitel-epitel yang terletak pada mata bagian
fotoreseptor melalui zonula adherens yang ditampilkan sebagai depan. Pada hubungan kornea-sklera (corneoscleral junction)
membran limitan luar. Mikrovili membentang dari permukaan konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel berlapis gepeng
apikal sel. Jadi sel Miiller berfungsi sebagai sel-sel suportif kornea dan tidak mengandung sel-sel goblet.
untuk retina saraf.
Koklea
Telinga Tengah
hidung, dan menguap, lubang tuba auditori pada faring
Telinga tengah (kavum timpani) berisi tiga tulang pendengaran: membuka, memungkinkan penyamaan tekanan udara dalam
maleus, inkus, dan stapes. ruang timpani denganliang telinga luar, yang terletak di sisi
luar membran timpani. Itulah sebabnya mengapa ketiga
Telinga tengah, atau ruang timpani, merupakan ruang berisi tindakan tersebut memulihkan "tekanan telinga" yang biasa
udara yang terletak dalam pars petrosum tulang temporal. terjadi saat menurun dengan cepat saat berada dalam pesawat
Ruang ini ke arah posterior berhubungan dengan ruang-ruang terbang yang sedang menurun.
udara mastoid dan ke anterior melalui tuba auditori (tuba Pada dinding medial ruang timpani terdapat tingkap oval
Eustachius), dengan faring (lihat Gambar 22-12). Tiga tulang dan tingkap bundar, yang memisahkan ruang telinga tengah
pendengaran mengisi ruang ini, membentang antara membran dari telinga dalam. Kedua tingkap ini dibentuk oleh celah
timpani dengan membran pada tingkap oval. bertutup membran pada dinding tulang. Tulang-tulang
Ruang timpani dilapisi oleh epitel gepeng selapis, yang pendengaran, maleus, inkus, dan stapes saling dihubungkan
kontinu dengan lapisan dalam membran timpani. Pada dua melalui sendi sinovial berlapis epitel gepeng selapis. Maleus
pertiga bagian dalam ruang timpani yang semula berdinding terhubung dengan membran timpani, inkus terletak di antara
tulang akan berubah menjadi tulang rawan menjelang tuba maleus dan stapes yang melekat pada tingkap oval. Dua otot
auditori. Lapisan epitelnya berubah menjadi epitel bertingkat skelet kecil, yaitu tensor timpani dan stapedius, memodulasi
silindris bersilia saat mendekati tuba auditori. Lamina propria gerakan membran timpani dan tulang-tulang pendengaran
di daerah berdinding tulang melekat erat dan tidak untuk mencegah kerusakan akibat bunyi yang terlalu keras.
mengandung kelenjar, namun lamina propria di atas daerah Getaran membran timpani menimbulkan gerakan tulang
tulang rawan mengandung banyak kelenjar mukosa yang pendengaran dan karena aktivitas pengungkitan,
salurannya membuka ke lumen ruang timpani. Juga ditemukan pergerakannya diperkuat untuk menggetarkan membran
sel goblet dan jaringan limfoid di dekat muara tuba ke faring. tingkap oval, dengan demikian menimbulkan gerakan
Saat menelan, meniupkan udara sembari menutup lubang medium cairan bagian koklea telinga dalam.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 528
Kanal semisirkular:
Telinga Dalam Superior
Telinga dalam terdiri atas labirin tulang, sebuah ruang/ Posterior
Lateral
saluran yang berbentuk tidak teratur terletak dalam pars Ampula
petrosum tulang temporal, dan labirin membranosa, yang Cekungan untuk utrikulus
menggantung dalam labirin tulang (Gambar 22-13). Cekungan untuk sakulus
Labirin Tulang
A
Labirin tulang mempunyai tiga komponen: kanal semisirkular,
vestibulum, dan koklea.
Vestibulum
Labirin tulang dilapisi endosteum dan terpisahkan dengan Tingkap oval
labirin membranosa oleh ruang perilimfatik. Ruang ini terisi Tingkap
cairan jernih, yaitu perilimf, tempat labirin membranosa bundar
menggantung. Bagian tengah labirin tulang dikenal sebagai Koklea
Tulang
vesibulum.
Ketiga kanal semisirkular (superior, posterior, dan Duktus semisirkular:
Endolymphatic
lateral) saling terletak tegak lurus (90 derajat) satu sama lain Superior
sac
(lihat Gambar 22-13). Satu ujung pada setiap kanal melebar; Posterior
Lateral
bagian pelebaran ini disebut ampula. Ketiga kanal Duktus koklear
semisirkular bermula dari dan berakhir pada vestibulum, tetapi
dua di antara kanal tersebut bagian ujungnya menyatu
sebelum bermuara ke vestibulum; karena itu, hanya ada lima B
lubang pada vestibulum. Di dalam kanal, menggantung
duktus semisirkular yang merupakan lanjutan dari labirin
membranosa.
Vestibulum ialah bagian tengah labirin tulang yang Utrikulus
terletak antara koklea yang terletak di anterior dan kanal Sakulus
Duktus
semisirkular di posteriornya. Dinding lateralnya mempunyai reuniens
tingkap oval (fenestra vestibuli), ditutup oleh sebuah
MEMBRANOSA
membran tempat lempeng kaki stapes melekat, dan tingkap
bundar (fenestra koklea), yang hanya tertutup membran.
Krista ampularis
Vestibulum juga berisi bagian-bagian khusus labirin memb- pada duktus
ranosa (utrikulus dan sakulus). semisirkularis:
Superior
Koklea berbentuk seperti suatu spiral tulang berongga Lateral
mirip cangkang keong, yang mengitari pusatnya (suatu Posterior
kolom tulang yang disebut modiolus) sebanyak dua
setengah putaran. Dari modiolus keluar lempengan tulang C
yang berjalan spiral, yang disebut lamina spiralis tulang,
tempat berjalannya pembuluh darah dan ganglion spiralis,
yang merupakan bagian koklear saraf vestibulokoklearis.
Organ Corti
Makula utrikuli
Labirin Membranosa Makula sakuli
Labirin membranosa terdiri dari epitel yang berasal dari di atas laminal basalis (Gambar 22-14 dan 22-15). Serat saraf
ektoderm embrionik, yang memasuki tulang temporal yang dari cabang vestivular saraf vestibulokoklear, memasok sel-
masih dalam perkembangan, dan membentuk dua kantung kecil sel neuroepitel.
yaitu sakulus dan utrikulus, juga duktus semisirkular dan Setiap sel rambut tipe I atau II mempunyai sebuah kinosilium
duktus koklear (lihat Gambar 22-13). Endolimf yang dan 50 hingga 100 stereosilia yang tersusun dalam deretan
mengalir di dalam labirin membranosa merupakan cairan kental tergantung tingginya, yang tertinggi (10 µm) paling debat
yang komposisi ionnya mirip cairan ekstrasel (y.i. miskin dengan kinosilium.
natrium, tetapi kaya akan kalium). Sel rambut tipe I merupakan sel gemuk dengan bagian
Lembaran tipis jaringan ikat berikatan dengan endosteum basal yang membulat dan menyempit ke arah lehernya (lihat
labirin tulang menyeberangi perilimf dan tersisip pada labirin Gambar 22-15). Sitoplasmanya mengandung sedikit RER,
membranosa. Selain berperan mengikatkan labirin membranosa kompleks Golgi supranuklear, dan banyak vesikel kecil.
pada labirin tulang, lembar jaringan ikat ini juga membawa Setiap stereosilia, yang terikat pada jejaring terminal yang
pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi epitel labirin padat, merupakan mikrovilus panjang dengan sumbu terdiri
membranosa dari banyak filamen aktin dan di silangi oleh fimbrin.
Sumbu filamen menyebabkan stereosilia kaku, sehingga
Sakulus dan Utrikulus pelekukan-nya hanya dapat terjadi pada daerah leher, dekat
tempat asalnya pada membran plasma bagian apikal.
Sakulus dan utrikulus, bangunan mirip-kantung di dalam Sel rambut tipe II seperti juga tipe I, mempunyai
vestibulum, mengandung sel neuroepitel yang dikhususkan untuk stereosilia dan kinosilia, namun berbentuk lebih silindris dan
sensasi posisi kepala dan pergerakan linear. sitoplasmanya mengandung kompleks Golgi yang lebih besar
dengan lebih banyak vesikel (lihat Gambar 22-15).
Sakulus dan utrikulus saling dihubungan oleh saluran kecil, Sel penyokong pada makula yang terletak antara kedua
yaitu duktus utrikulosakularis. Terdapat sebuah saluran tipe sel rambut, mempunyai beberapa mikrovili. Kompleks
kecil lain dari sakulus dan utrikulus yang akan menyatu tautan yang tebal mengikatkan sel-sel satu dengan lainnya,
membentuk duktus endolimfatik, yang ujung buntunya dan juga pada sel lambut. Sel ini memperlihatkan suatu
dikenal sebagai sakus endolimfatik. Sebuah saluran kecil, kompleks Golgi yang sempurna dan granula sekretorik,
duktus reuniens, akan menggabungkan sakulus ke duktus sehingga tampaknya dapat membantu memelihara sel rambut
koklear (lihat Gambar 22-13). atau mungkin berkontribusi pada produksi endolimf.
Dinding sakulus dan utrikulus terdiri atas lapisan jaringan Persarafan sel rambut didapat dari cabang vestibular saraf
ikat vaskular bagian luar yang tipis dan lapisan dalam terdiri vestibulokoklear. Bagian bawah sel rambut tipe I yang
atas epitel gepeng dan kuboid selapis. Sakulus dan utrikulus membulat hampir seluruhnya dibungkus oleh bagian serat
merupakan daerah khusus yang berperan sebagai reseptor yang saraf aferen yang berbentuk mangkuk. Sel rambut tipe II
disebut makula sakuli dan makula utrikuli. menunjukkan bahwa serat aferen yang bersinaps pada daerah
Makula sakuli dan utrikuli terletak sedemikian rupa basal sel. Pita sinaptik sel rambut tipe II kemungkinan
sehingga saling tegak lurus (y.i. makula sakuli sebagian besar berfungsi dalam sinaps dengan saraf eferen, yang diduga
terletak pada dinding, sehingga mendeteksi percepatan linear berperan meningkatkan efisiensi penglepasan sinaptik.
yang vertikal, sedangkan makula utrikuli terletak terutama pada Stereosilia sel rambut neuroepitel diliputi dan terbenam
lantai, sehingga mendeteksi akselerasi linear yang horisontal). dalam massa glikoprotein gelatinosa, yaitu membran
Sel terang mempunyai beberapa mikrovili, dan sitoplasmanya otolitik. Daerah permukaan membran ini mengandung
mengandung beberapa vesikel pinositotik, ribosom, dan hanya kristal kecil kalsium karbonat yang dikenal sebagai otolit
sejumlah kecil mitokondria. Sedangkan sitoplasma sel gelap, atau otokonia (lihat Gambar 22-14 dan 22-15).
mengandung banyak sekali vesikel berbungkus, vesikel halus,
dan droplet lipid selain juga banyak mitokondria panjang yang
terletak dalam kompartemen yang dibentuk oleh lipatan ke Duktus Semisirkular
dalam membran plasma basal. Inta sel gelap berbentuk tidak Masing-masing ketiga duktus semisirkular mempunyai bagian
teratur dan sering kali terletak di bagian apeks. Walaupun yang melembung, yaitu ampula, tempat reseptor khusus (sel
fungsi kedua tipe sel ini tidak diketahui, diduga bahwa sel rambut neuroepitel) menerima kesan pergerakan linear dengan
terang berperan dalam absorpsi dan sel gelap mengatur angular (menyedut)
komposisi endolimf.
Makula merupakan bagian epitel yang menebal, berdiameter Setiap duktus semisirkular, lanjutan dari labirin membranosa
2 hingga 3 mm. Terdiri atas dua tipe sel neuroepitel yang yang berasal dari utrikulus, bertempat di dalam kanal
disebut sel rambut tipe I atau II, dan sel penyokong yang berdiri semisirkular dan oleh karenanya berbentuk sesuai. Setiap dari
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 530
Otolit
Membran
otolitik
Kinosilium
Stereosilis
Sel penyokong
Serat saraf
Potongan melintang
Membran otolitik melalui makula utrikulus
Endolimf
Otolit
tiga duktus melebar pada ujung lateralnya dekat utrikulus. dalam koklea tulang dan dilingkungi pada kedua sisinya oleh
Daerah melembung ini disebut ampula, dan berisi krista perilimf akan tetapi dipisahkan dari perilimf oleh dua membran
ampularis, yang merupakan daerah reseptor khusus. Setiap (Gambar 22-17 dan 22-18). Atap skala media (duktus
krista ampularis terdiri atas sebuah rigi yang permukaan koklear) ialah membran vestibular (Reissneri), sementara
bebasnya diliputi oleh epitel sensorik yang mengandung sel lantai skala mediaialah membran basilar. Ruang berisi
rambut neuroepitel dan sel penyokong (Gambar 22-16). Sel perilimf yang terletak di atas membran vestibular disebut skala
penyokong berdiri pada lamina basalis, sedangkan sel rambut vestibuli, sementara ruang perilimf di bawah membran basilar
tidak; sel rambut digendong di antara sel-sel penyokong. Sel ialah skala timpani. Kedua ruang ini berhubungan melalui
neuroepitel, dikenal sebagai sel rambut tipe I dan II, helikotrema, dekat apeks koklea.
memperlihatkan morfologi yang sama dengan sel rambut Membran vestibular terdiri atas dua lapis epitel gepeng
makula (yang dibahas sebelum ini). Kupula, suatu massa yang saling dipisahkan oleh lamina basalis. Lapisan dalam
glikoprotein gelatinosa menutupi permukaan krista ampularis, merupakan sel dinding skala media, dan lapisan luar
mirip dengan membrana otolitik dalam hal struktur dan merupakan sel dinding skala vestibuli. Sejumlah besar taut
fungsi, akan tetapi bentuknya seperti kerucut dan tidak kedap menutup kedua lapis sel, sehingga memastikan
mengandung otolit. terjadinya gradien ion yang sangat tinggi melintasi membran.
Membran basilar, membentang dari lamina spiralis pada
modiolus ke dinding lateral, mendukung organ Corti dan terdiri
Duktus Koklear dan Organ Corti atas dua zona: zona arkuata dan zona pektinata. Zona arkuata
lebih tipis, terletak lebih ke medial, dan mendukung organ
Duktus koklear dan organ Corti bertanggungjawab untuk
Corti. Zona pektinata mirip jaring fibrosa dengan beberapa
mekanisme pendengaran.
fibroblas.
Dinding lateral duktus koklear, membentang antara
Duktus koklear, sebuah penonjolan pada sakulus, merupakan
membran vestibular dan prominensia spiralis, diliputi oleh
bagian lain dari labirin membranosa. Duktus koklear
epitel bertingkat yang disebut stria vaskularis. Berbeda dari
merupakan sebuah organ reseptor berbentuk baji yang terletak
epitel lainnya, di sini ditemukan pleksus kapiler intraepitel.
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 531
Otolit
Rambut
Rambut (stereosilia) Kinosilium
(stereosilia) Kinosilium
Mikrotubulus
Endolimf dalam
duktus semisirkular
Cupula
Serat
saraf
aferen
Sel Sel
rambut rambut
tipe I tipe II
Krista ampularis pada
Gambar 22–16 Sel rambut dan sel penyokong pada
duktus semisirkular Sel penyokong
sebuah krista ampularis kanal semisirkular.
posterior
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 532
Duktus koklear
Skala vestibuli di dalam koklea
Membran
Reissner
Skala
media Skala
timpani
Stria
vaskularis
Prominensia
spiralis
Organ
Corti
Membran
tektoria
Walaupun stria vaskularis dilaporkan terdiri atas tiga tipe sel- basis sel marginal, membentuk bangunan berbentuk
sel basal, intermedia, dan marginall-tiga tipe sel ini sangat mangkuk yang mengisolasi dan menyokong sel marginal.
mirip satu sama lain pada mikrograf elektron. Kapiler intraepitel tersusun demikian rupa hingga dikitari
Sel marginal yang terwarna gelap mempunyai amat banyak oleh prosesus basal sel marginal dan prosesus naik ke atas
mikrovili pada permukaan bebasnya. Sitoplasmanya yang tebal dari sel basal dan intermedia.
mengandung banyak mitokondria dan vesikel kecil-kecil. Walaupun dinyatakan bahwa beberapa sel pada labirin
Labirintin, yaitu juluran sel sempit mengandung mitokondria membranosa, termasuk stria vaskularis kemungkinan
memanjang amat banyak pada bagian basal sel. berperan memproduksi endolimf, namun asal usul
Sel basal yang terwarna terang dan sel intermedia mempunyai sebenarnya masih belum jelas. Pemeliharaan komposisi ion
sitoplasma yang kurang padat mengandung hanya beberapa endolimf kemungkinan merupakan fungsi sel marginal pada
mitokondria. Keduanya mempunyai juluran sitoplasma yang stria vaskularis.
memancar keluar dari permukaan sel untuk berinterdigitasi Prominensia spiralis juga terletak pada bagian bawah
dengan prosesus sel marginal dan dengan sel intermedia lain. dinding lateral duktus koklear. Merupakan penonjolan kecil
Sel basal juga mempunyai prosesus selular yang menaiki bagian yang menjulur keluar dari periosteum koklea ke dalam duktus
Ch022-X2945.qxd 12/8/06 3:46 PM Page 533
berisi cairan di sekeliling daerah yang tidak disokong pada sel lateral terdapat kisi-kisi korteks, terdiri atas filamen berukuran
rambut luar. Ruang ini disebut ruang Nuel, dan ruang ini 5- hingga 7-nm, disilangi oleh filamen yang lebih tipis, yang
berhubungan dengan terowongan dalam. tampaknya menyokong sel dan mempertahankan bentuknya.
Sel falangeal dalam terletak lebih sebelah dalam terhadap Serat aferen dan eferen bersinaps pada cabang basilar sel
sel tiang dalam; berbeda dari sel falang lain, sel-sel ini rambut. Menjulur dari permukaan apikal sel rambut luar
melingkupi sel rambut dalam yang disokongnya secara sejumlah sekitar 100 stereosilia yang tersusun dalam bentuk
menyeluruh. huruf "W". Stereosilia ini berbeda-beda panjangnya, dan
Sel batas membatasi perbatasan dalam organ Corti. tersusun secara teratur menurut panjangnya. Seperti sel rambut
Merupakan sel-sel langsing yang menyokong cabangdalam dalam, sel rambut luar tidak mempunyai kinosilia tetapi
organ Corti. mempunyai badan basal.
Sel Hensen menjelaskan batas luar organ Corti. Sel-sel
tinggi ini terletak di antara sel falang luar dengan sel-sel Fungsi Vestibular
Claudius yang lebih pendek, yang terletak di atas sel Bottcher.
Semua sel-sel ini menyokong permukaan luar organ Corti Fungsi vestibular ialah merasakan posisi dalam ruang dan
(lihat Gambar 22-17). selama pergerakan.
Gambaran skematik
vestibulum dan koklea
dengan duktus koklearis
rendah dapat di deteksi dekat apeks koklea, sedangkan bunyi membrana tektoria dan membran basilar, sehingga
berfrekuensi tinggi akan dideteksi dekat basis koklea. Bukti "menyetel" membran basilar. Aksi ini kemudian mengubah
menunjukkan bahwa sel rambut luar mempunyai peranti yang respons dari sel-sel rambut dalam pendeteksi bunyi, sehingga
dibutuhkan untuk bereaksi cepat terhadap masukaneferen, mempengaruhi reaksi sel-sel ini terhadap frekuensi yang
menyebabkan sel-sel ini mengubah panjang stereosila dan berbeda.
dengan sendirinya mngubah tenaga memotong antara
KORELASI KLINIS
Tuli konduktif mungkin disebabkan oleh semua kondisi Cairan berkumpul dalam ruang telinga tengah
yang menghambat konduksi gelombang bunyi dari telinga melembabkan membran timpani, hingga menghambat
luar melalui telinga tengah dan ke dalam organ Corti di pergerakan tulang-tulang pendengaran. Antibiotik
telinga dalam. Kondisi yang dapat menyebabkan tuli merupakan pengobatan yang lazim.
konduktif termasuk adanya benda asing, otitis media, dan Tuli saraf biasanya disebabkan oleh proses penyakit
otosklerosis (fiksasi lempeng-kaki stapes pada tingkap yang mengganggu transmisi impuls saraf. Interupsi dapat
oval). terjadi di mana saja pada cabang koklear saraf akustik, dari
Otitis media merupakan infeksi yang biasa terjadi pada organ Corti ke otak. Proses penyakit yang dapat
ruang telinga tengah pada anak-anak kecil. Biasanya menyebabkan tuli saraf termasuk rubela, tumor saraf, dan
berkembang dari infeksi saluran napas yang melibatkan degenerasi saraf.
tuba auditori.
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 537
䡲 䡲 䡲
Indeks
Note: Page numbers followed by the letter b refer to boxed material; those followed by the letter f refer to figures, and those followed by t
refer to tables.
537
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 538
538 䡲 䡲 䡲 Index
Adenylate cyclase Alimentary canal, 381–411. See also Anchoring fibrils, 76t, 82f, 83f
in fat release, 117 Digestive system. in dermis, 334
in hepatocytes, 428 defined, 381 Anchoring filaments, 83f
in mast cells, 120 diffuse neuroendocrine system cells and lymphatic, 270, 270f
in signaling, 20, 21–22 hormones of, 390–391, 392t, 393f Anchoring junctions, 94
Adhesion molecules esophagus in, 383–395, 394t Anchoring plaques, of lamina reticularis,
and capillaries, 265 histology of, 381–382, 382f, 394t–395t 81f–83f
cell adhesion (CAMs), 201 innervation of, 382–383 Anchoring proteins, 99
Adhesive glycoproteins, 72 large intestine in, 395t, 407–411 Anchoring villi, 484
in connective tissue, 111 small intestine in, 394t–395t, 398–406 Androgen(s), 312t, 321
Adipose cells (adipocytes), 115–117, stomach in, 385–397, 394t in follicular development, 470
116f Alkaline phosphatase, 138b weak, 322
brown (multilocular), 115, 116, 118f, All-or-none law, 167 Androgen-binding protein (ABP), 493, 499,
128–129 All-trans retinal, 522 501f
histogenesis of, 129 Alport’s syndrome, 442b Androstenedione, 312t, 321, 322, 468
in cytoplasm, 41 Alveolar bone proper, 375, 376 Anemia, 224b
in loose connective tissue, 126 Alveolar capillary network, 355f, 358f iron deficiency, 243b
obesity related to, 129b Alveolar cells, 360, 360f–362f pernicious, 389b
storage and release of fat by, 116–117, Alveolar ducts, 346t, 357, 357f–359f sickle cell, 223b
119f Alveolar elastin network, 355f Anencephaly, 186b
structure of, 112f, 115, 117f Alveolar glands, 107, 107f Aneuploidy, 56b
tumors of, 129b Alveolar macrophages, 359f, 361, 361b, Aneurysm, 256b, 257b
white (unilocular), 115–116, 117f, 362f, 363 Angina pectoris, 269b
127–128 Alveolar pores (of Kohn), 359f, 360 Angiotensin
Aditus, laryngeal, 351 Alveolar sacs, 347t, 357, 358f functions of, 457, 457t
Adluminal compartment, of seminiferous Alveolus(i) in blood pressure regulation, 258
tubules, 492, 492f of lung, 347t, 357, 358f, 359f, 360 in chronic essential hypertension, 457b
Adluminal plasmalemma, of capillaries, of mammary glands, 486, 486f, 487, 487f in corticosteroid synthesis, 320
263, 264 of tooth, 368, 368f, 369f, 375–376 in juxtaglomerular cells, 450, 457, 457t
ADP. See Adenosine diphosphate (ADP). Amacrine cells, in retina, 520f, 524–525 in urine formation, 457
Adrenal glands. See Suprarenal (adrenal) Ameloblasts, 369, 373, 373f tunica intima and, 252
glands. Amino acid(s) Angiotensin-converting enzyme (ACE)
Adrenocorticosteroids, 312t, 318, 319, 320, derivatives of, in hormones, 303 angiotensin II produced by, 258
321–322 sulfation and phosphorylation of, 30f in juxtaglomerular cells, 450, 457, 457t
effect on thymus, 290 D-Amino acid oxidase, 36 in tunica intima, 252
Adrenocorticotropic hormone (ACTH, Amino sugar, 69, 71t Angiotensinogen
corticotropin), 307t, 309, 312t, 318, Amino-terminal regions, 280 in blood pressure regulation, 258
320, 322b Aminoacyl tRNA, 24 in urine formation, 457
Adult hemoglobin, 223 Amniotic cavity, 481f Ankyrin, 223, 224, 224f
Adventitia. See Tunica adventitia. Amphipathic molecule, 13 Annulate lamella, 41
Adventitial reticular cells, of bone marrow, Ampulla(e) Annulus(i)
237, 237b of ductus deferens, 504 of annulate lamella, 41
Aerobic energy system, 168 of oviducts, 474 of spermatozoon, 496, 497f
Afferent component, of peripheral nervous of semicircular canal, 528, 528f, 530 Annulus fibrosus, 136, 136b, 269
system, 185, 206 of Vater, 434 Anode, in electron microscopy, 4f, 9
Afferent fibers, 206 Amylase, salivary, 367, 416 Anterior chamber, of eye, 515f
Afferent lymphatic vessels, 270, 290, Anabolic steroids, 321 Anterograde reaction, to nerve injury, 216,
291f Anagen phase, of hair growth, 342 217–218
Afferent neurons, 193 Anal canal, 395t, 409–410 Anterograde transport, 29, 31
Afferent pathways Anal columns, 410 axonal, 191, 192
somatic, 511 Anal glands, 410 Anti-Rh agglutinins, 225b
visceral, 511 Anal mucosa, 410 Antibody(ies), 276, 277–278, 279t
Aggrecans, 70f, 71, 72f Anal sinuses, 410 constant (Fc) regions of, 32
in bone, 137 Anal sphincter muscle, 410 membrane-bound, 277, 279t
in cartilage, 134 Anal valves, 410 production of, by plasma cells, 232
in connective tissue, 113 Anamnestic response, 277 reaginic, 279t
Aging Anaphase, of cell cycle secretory, 279t
cartilage degeneration and, 134b meiotic, 66f, 67 structure of, 278, 278f
nucleolus and, 61b in spermatocytes, 495 Antibody-dependent cellular cytotoxicity,
Agranulocytes, 225, 226t, 231–232, mitotic, 63f, 64–65, 64f 275, 279t
232f Anaphase II, of cell cycle, 67f, 68 Antibody labeling, direct and indirect, 5,
Albinism, 332b Anaphylactic reaction, 118, 120, 120f 5f, 6f
Albumin, in blood, 220, 221t Anaphylactic shock, 122b, 230b Anticodon, 24, 59
Albuminuria, 445b Anaphylaxis Antidiuresis, 456f
Alcoholics, liver disorders in, 429b slow-reacting substance of, 230 Antidiuretic hormone (ADH), 307t, 310, 311
Aldosterone, 312t, 320 systemic, 122b as neurotransmitter, 203
and distal convoluted tubule, 449 Anastomosis, arteriovenous, 263 in blood pressure regulation, 258
in urine formation, 457 in penis, 508 in urine formation, 456f, 458
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 539
Index ■ ■ ■ 539
Antigen(s) Arrector pili muscles, 328f, 329, 335, Autonomic innervation, of salivary glands,
antibodies against, 232 341–342 416
binding of, 118, 120f Arterial blood pressure, 258, 259b Autonomic nervous system, 185, 207–210,
cytokine release due to, 276 Arteriolae rectae, 453, 453f 209f
lipid, 283 Arterioles, 254t, 256–257, 256f, 257f Autophagosomes, 35–36
thymic-independent, 280 glomerular, 440, 441f, 453, 457 Autoradiography, 5–6, 7f, 8f
Antigen-presenting cells (APCs), 284, 284t hepatic, 425 Autosomes, 55
in activation of cytotoxic T-cells, 285, of splenic pulp, 294f, 295 Axoaxonic synapse, 200
286f sheathed, 294f, 295, 298f Axodendritic synapse(s), 200, 201f–203f,
Langerhans cells as, 332 terminal, 263 212f
macrophages as, 231, 276 Arteriosclerosis, 259b in retina, 524, 525
Antigenic determinant, 276 Arteriovenous anastomosis (AVA), 263 Axolemma, 190
Antigenicity, 276b in penis, 508 Axon(s), 190–192, 191f, 192f
Antimicrobial peptides, 274 Artery(ies), 253–258. See also specific type defined, 186, 188f
Antimüllerian hormone, 493 of artery. hypothalamic, 306
Antiport transport, 18f, 19 blood pressure regulation in, 258 myelinated, 191, 191f, 192f, 196
Antral follicles, 465f, 467t, 468–469, 468f, classification of, 253–257, 254t, 255f in neuromuscular junction, 169, 171f
469t defined, 251, 253 of olfactory cell, 348
Antrum, 465f, 468 disorders of, 259b of parasympathetic nerves, 210
Anus, 410 elastic (conducting), 253–254, 254t, 255f type Ib, 175
Aorta, 253, 318 muscular (distributing), 254t, 255–256, unmyelinated, 191, 192f, 197
aneurysm of, 256b 255f Axon hillock, 188, 188f, 190
Aortic bodies, 258 specialized sensory structures in, Axon reaction, 216–218, 217f
Aortic valve, 268 257–258 Axon terminals, 170, 186–187, 202f, 203f
Apical canaliculi, 447 structure of, 252f, 253 Axonal transport, 191–192, 191b
Apical domain, of epithelium, 90–92, tunics of, 251–253, 252f Axoneme, 91, 92, 95f
91f–96f Articular cartilage, 156, 156f flagellar, 495, 497f, 498
Apical foramen, of tooth, 368, 368f, 369f Articular cavity, 156f Axoplasm, 191
Apical light zone, of lymphoid nodule, Aryl sulfatase, mast cell release of, 117, Axosomatic synapse, 200, 201f
292 120f, 121t Azures, 219
Apocrine glands, 105, 105f Aspartate, 203 Azurophilic granules
mammary, 487 Aspirin, and ulcers, 398b of basophils, 230
sweat, 338 Asthma, 122b, 356b of eosinophils, 229
Apoptosis Astral rays, 64 of monocytes, 231
granzyme-induced, 286 Astrocytes, 193, 194f, 195 of neutrophils, 225, 228f
mechanism of, 68 Astrocytomas, 192b
of hemopoietic cells, 241 Asymmetric synapse, 202 B
of myometrial muscle, 477 Atherosclerosis, 259b, 269b
Appendices epiploicae, 409 ATP. See Adenosine triphosphate (ATP). β-actin, 43
Appendicitis, 411b ATP synthase, 39f, 40 B antigens, 224, 224t
Appendix, 395t, 410–411 ATPase dynein, 92 B-cell receptors, 277, 278
Appositional growth Atresia, of oogonia, 464 β cells, 420, 421t, 422b, 423t
of bone, 151 Atretic follicles, 471 β-globulins, 221t
of hyaline cartilage, 132 Atrial muscle cell, 175, 177f B lymphoblast, 239t
Appositional stage, of odontogenesis, 374 Atrial natriuretic peptide (ANP), 175, 177f, B lymphocytes (B cells), 231–232, 278, 280
APUD cells. See Diffuse neuroendocrine 268, 269f activation of, 280
system (DNES) cells. Atriopeptin, 268 B7 molecule, 285, 286f
Aquaporins, 19, 90, 458, 459t Atrioventricular (AV) bundle, 267f, 268 effector cells of, 232
Aqueous humor, 517 Atrioventricular (AV) node, 267f, 268 features of, 226t
Arachidonic acid Atrioventricular (AV) valves, 267 formation of, 112f, 239t, 247, 249
basophils and, 230 Atrium(a) functions of, 231–232, 278, 280
in mast cell mediator synthesis, 117, 120 alveolar, 357 immunocompetent, 247, 278, 280
Arachnoid layer, 212f, 213 of heart, 267, 267f in small intestine, 404, 405f
Arachnoid trabecular cells, 213 Attachment plaques, 102, 103f interaction between T-helper cells and,
Arachnoid villi, 213 Auditory meatus, external, 526, 527f 285, 285f
Arcuate arteries Auditory tube, 527, 527f memory cells of, 232, 280, 285, 292, 293
of endometrium, 476, 477f Auerbach plexus vs. T cells, 280
of kidneys, 439f, 453 myenteric, 382, 383, 402 β particles, of glycogen, 430
of myometrium, 477, 477f of parasympathetic nervous system, 186, β-tubulin, 43f
Arcuate veins, 439f, 453, 454 210 Balance mechanism, 511, 534–535
Area cribrosa, 437 Auricle (pinna), 526–527, 527f BALT (bronchus-associated lymphoid
Areola, 488 Autocrine signaling, 20, 104 tissue), 299
Areolar connective tissue, 126, 126b Autografts, 153b Band 3 protein, 221, 223, 224, 224f
Areolar glands (of Montgomery), 488 Autoimmune diseases, 237b, 276b, 277b Band 4.1 protein, 224, 224f
Argentaffin and argyrophilic cells. See Autologous transplant, 240b Barbiturates, tolerance to, 433b
Diffuse neuroendocrine system Autonomic fibers, of periodontal ligament, Baroreceptors, 257
(DNES) cells. 375 Barr body, 55, 225
Aromatase, 468, 472 Autonomic ganglia, 208, 210, 211f Barrett’s syndrome, 385b
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 540
540 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 541
Bony ossicles, 527, 527f, 535 Brush border cAMP. See Cyclic adenosine
Bony union, 153b of proximal tubule, 90 monophosphate (cAMP).
Border cell(s), of organ of Corti, 534 of renal corpuscle, 441f cAMP response elements (CREs), 22
Border cell layer, of meninges, 211, 213 of small intestine, 399 Canal of Schlemm, 515f, 516
Böttcher’s cells, 532f, 533 Brush cells Canaliculus(i)
Botulinum toxin of gallbladder, 434, 435f apical, 447
type A (“botox”), 173b of respiratory epithelium, 352f, 353 bile, 424f, 425, 428, 429f
type B, 201 Bud stage, of odontogenesis, 372, 372f in cementum, 370
Botulism, 173b Buffy coat, 219 in eccrine sweat glands, 338
Bouin’s fluid, 1 Bulb, of eye, 515 lacrimal, 526
Bouton terminal, 187, 201 Bulbar conjunctiva, 525 of bone, 140, 143
Boutons en passage, 201 Bulbar sheath, of eye, 515f of parietal cells, 389, 390f
Bowman’s capsule, 439f, 440, 442, 443f, Bulbourethral glands, 489, 490f, 507 pancreatic, 418f
444f, 445 Bundle branch, 267f Canals of Hering, 427
Bowman’s (olfactory) glands, 347, 347f, Bundle of His, 267f, 268 Cancellous bone, 143, 144f
348f, 349 Bursa of Fabricius, 247, 280 Cancer. See also specific type.
Bowman’s membrane, 516 Burst-forming units-erythrocyte (BFU-E), adenocarcinoma as, 102b
Bowman’s space, 440, 441f, 445, 445f, 450f 241 benign pleomorphic adenoma as, 417b
Bradykinin(s) cervical carcinoma as, 478b
and capillary permeability, 264 C dermatologic, 335b
in inflammatory response, 121 gastric carcinoma as, 398b
mast cell release of, 117, 121t C-kinase, 22 meningioma as, 213b
salivary glands and, 416 C protein, 162, 165t metastasis of, to lymph nodes, 271b, 293b
Brain. See also Central Nervous System C-reactive protein (CRP), 259b neurologic, 192b
(CNS); Nervous System. C-rings, tracheal, 351, 354 of bladder, 66b
blood-brain barrier and, 195, 213–214, Cadherins, 94, 98f, 99 of breast, 488b
214b Cajal, interstitial cells of, 382 pancreatic, 420b
cerebellar cortex of, 215–216, 216f Calcification pituitary adenoma as, 213b
cerebral cortex of, 215 of bone, 151 prostatic, 507b
cerebrospinal fluid in, 214–215, 215b, zone of, 151 Cancer chemotherapy, and cell cycle, 66b
215t Calcified cartilage/calcified bone complex, Cap phase, of spermiogenesis, 495, 496f
choroid plexus of, 214, 214f 147f, 148t, 149, 150f, 151 Cap stage, of odontogenesis, 372–373, 372f
congenital malformations of, 186b Calcitonin Cap Z, in skeletal muscle, 164, 165t
demyelination disorders of, 199b functions of, 311, 312t Capacitation, of spermatozoa, 475, 496, 502
development of, 185–186 in blood calcium regulation, 154 Capillaries, 259–265, 260f, 262f
gray matter of, 210 in bone resorption, 142 blood flow regulation in, 263
meninges of, 214, 214f in parafollicular cells, 316 classification of, 259, 260f, 261–263, 262f
neurotransmitter disorders of, 204b parathyroid hormone and, 316 continuous, 259, 260f, 262, 262f
swelling of, 215b Calcium (Ca2+) of blood-brain barrier, 214
tumors of, 192b as second messenger, 20, 22, 304 of interalveolar septum, 360, 363
vasomotor center in, 258 blood level of, maintenance of, 154, 317 of lungs, 365
“Brain sand,” 325 control of, in muscles, 180t of muscle, 157
Breast(s) in cardiac muscle organelles, 178, 179b, of pia mater, 213
areola and nipple of, 488 180t of thymus, 290
cancer of, 488b in signaling, 22 defined, 251, 253
mammary glands of, 485–488, 486f, 487f parathyroid hormone and, 154, 317 general structure of, 259–261, 260f–262f
Breast-feeding, 488b Calcium-calmodulin-dependent protein histophysiology of, 263–265, 264f
Breathing, 345, 364 kinase (CaM-kinase), 22 intraepithelial, in cochlear duct, 532
Broad ligament, of uterus, 463, 464f Calcium hydroxyapatite lymphatic, 270–271, 270f
Bronchial arteries, 365 in bone, 137, 151 renal, 441, 442f, 443f, 453, 453f, 454f
Bronchial tree, 346t, 354–357, 355f in cementum, 370 sinusoidal (discontinuous), 259, 262f, 263
Bronchial veins, 365 in dentin, 370 Capillary bed, regulation of blood flow into,
Bronchioles in enamel, 368–369 263, 264f
primary, 346t, 355–357, 355f Calcium ion channels, voltage-gated, 201 Capillary plexus
respiratory, 346t, 357, 357f Calcium release channels, voltage-gated, hypophyseal, 305, 306, 306f
terminal, 346t, 356–357 167 peribiliary, 425
Bronchopulmonary segment, 354, 364 Calcium-sodium channels, 178 Capping proteins, 43
Bronchus(i) Caldesmon, 181 Capsule
lobar, 354 Callus Bowman’s, 439f, 440, 442, 443f, 444f, 445
primary (extrapulmonary), 346t, 354 external, 153 Glisson’s, 423
secondary and tertiary (intrapulmonary), internal, 152, 153f of gland, 107
346t, 354 Calmodulin of joint, 156
Bronchus-associated lymphoid tissue in epithelial microvilli, 90–91 of kidney, 437, 438f
(BALT), 299 in signaling, 22 of lens, 518
Brown adipose tissue, 115, 116, 118f, in smooth muscle, 182 of liver (Glisson’s), 423
128–129 Calmodulin-calcium complex, 182 of lymph node, 291, 291f
Bruch’s membrane, 517, 521 Calvaria, 143, 147 of Meissner corpuscles, 513f, 514
Brunner’s glands, 401–402, 401f, 403 Calyx(ces), renal, 437, 438f, 459–460 of pacinian corpuscle, 513f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 542
542 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 543
544 䡲 䡲 䡲 Index
Collagen fibers (Continued) Composite bodies, 361 Contact sites, mitochondrial membranes,
in connective tissue, 113, 113f, 126 Compound glands, 106, 107f 39
in dentin, 370 tubuloalveolar, 486 Continuous capillaries. See Capillaries,
in dermis, 334 Compound microscope, 2, 4f continuous.
in Golgi tendon organs, 175 Concentric cell layers, in tunica media, Continuous conduction, 206
in periodontal ligament, 375 252 Contractile bundles, 43
structure and function of, 73–78, 74f, Concentric lamellae, of bone, 145f Contractile ring, 65–66
75f, 76t Condenser lens, 2, 4f Contraction(s)
synthesis of, 75–78, 77f Condensing vesicles, 31 of cardiac muscle, 175, 180t
types of, 73, 74f, 75, 75f, 76t, 113, 113f Conducting arteries, 253–254, 254t, 255f of skeletal muscle, 160–161, 167–169,
wavy, 175 Conducting portion, of respiratory system, 168f, 180t
white fibers as, 73 345–357, 346t of small intestine, 405
wound healing and, 75b Conduction, of nerve impulses, 198–204, of smooth muscle, 180t, 181, 182, 184f
Collagenase, 142 199f, 200f of uterus, 477
Collateral branches, of axons, 188f, 190 continuous, 206 Cord type glands, 107, 109
Collateral ganglia, 210 saltatory, 206 Core
Collecting tubules, 451–452, 459t Conduction system, of heart, 267f, 268, of dental pulp, 371
cortical, 446f, 451 268f of Meissner corpuscles, 514
loss of water and urea from filtrate in, Conduction velocity, 206, 206t Core promoter, 57
458 Conductive deafness, 536b Corium. See Dermis.
medullary, 446f, 451 Cones, 520f, 523–524, 523f, 524f Cornea, 515f, 516, 525
papillary, 437, 439, 451 Confocal microscopy, 7, 8f, 9f Corona
structure of, 438f–439f, 446f, 451f, 452f, Conjunctiva, 515, 515f, 525 of lymphoid nodules, 292
459t Conjunctivitis, 525b of spleen, 294f
Collecting veins, of liver, 425 Connecting piece, of spermatozoon, 495, Corona radiata, 465f, 468, 482f
Colliculus seminalis, 504 498 Coronary arteries, 253
Colloid, in thyroid, 313, 313f Connecting stalk, of rod, 522 Coronary heart disease, 259b, 269b
Colloid osmotic pressure, 220 Connective tissue, 111–129 Coronary vessels, atherosclerosis of, 269b
Colon, 395t, 407, 408b, 408f, 409, 409f, adipose, 127–129, 129b Corpora amylacea, 506
410f adipose cells in, 112f, 113f, 115–117, Corpora arenacea, 325
Colony-forming unit-erythrocyte (CFU-E), 116f–119f Corpus albicans, 465f, 471
241 cellular components of, 114–125 Corpus cavernosum, 507f, 508
Colony-forming unit-granulocyte (CFU-G), classification of, 125–129, 126t Corpus cavernosum urethrae, 508
243 defined, 111 Corpus hemorrhagicum, 470
Colony-forming unit-granulocyte, dense, 126–129, 127f, 128f Corpus luteum, 465f, 470–471, 470f, 473
erythrocyte, monocyte, megakaryocyte embryonic, 125–126, 126t degeneration of, 470–471
(CFU-GEMM), 238, 239, 239t, 243 extracellular matrix of, 111, 113–114 of menstruation, 470, 474
Colony-forming unit-granulocyte- fibers in, 113–114 of pregnancy, 470–471, 474
macrophage (CFU-GM), 243 fibroblasts as, 112f, 114, 114b, 115f Corpus spongiosum, 507f, 508
Colony-forming unit-lymphocyte (CFU- fixed cells of, 114–123 Cortex
Ly), 238, 239, 239t, 247, 249 functions of, 111 cerebellar, 215–216, 216f
Colony-forming unit-macrophage (CFU- in muscles, 180t cerebral, 215
M), 243, 246 leukocytes in, 124–125 gray matter in, 210
Colony-forming unit-megakaryocyte (CFU- loose (areolar), 126, 126b of hair shaft, 341, 341f
Meg), 246 macrophages in, 122–123, 122f, 123f of lymph nodes, 291, 291f, 292f
Colony-stimulating factors (CSFs), 241, mast cells in, 112f, 117–121, 119f, 122b of lymphoid nodule, 291
242t, 274 mesenchymal, 125–126 of suprarenal glands, 312t, 318–320,
effect on bone, 154 mucous, 126 319f, 321–322, 321f
Colostrum, 487, 488 myofibroblasts in, 114–115 ovarian, 463–471, 465f, 466f
Columnar epithelium origins of cells of, 111, 112f renal, 437, 438f–439f, 440f
pseudostratified, 86t, 87f, 89–90, 90f pericytes in, 113f, 115 thymic, 288–289, 288f, 289f
simple, 86t, 87, 87f, 88f plasma cells in, 124, 124f, 125f Corti, organ of, 532f, 533–534, 533f, 535
stratified, 86t, 87f, 88 proper, 111, 126–128, 126t Cortical arch, 437
Columns of Bertin, 437 reticular, 127, 128f Cortical arteries, 318
Coma, hepatic, 432b specialized, 111, 125, 126t Cortical collecting tubules, 446f, 451
Common bile duct, 382f, 419, 434 structure of, 111, 113f Cortical columns (of Bertin), 437
Common hepatic duct, 434 transient cells of, 124–125 Cortical labyrinth, 437
Communicating junctions. See Gap Connective tissue investments, of Cortical lattice, of hair cells, 534
junctions. peripheral nerves, 205–206, 205f Cortical nephrons, 438f–439f, 439, 448t
Compact bone, 143, 144f, 147 Connexins, 101 Cortical plates, of dental alveolus, 375
haversian canal systems of, 144f, gene mutations of, 102b Cortical reaction, 481
145–146, 145f, 152 Connexons, 97f, 101, 101f Cortical sinuses, of lymph nodes, 291
lamellar systems of, 143–145, 144f Constant regions, of T-cell receptors, 280 Corticosteroids, 312t, 318
Complement proteins Constant (Fc) regions, of antibodies, 32 effect on thymus, 290
in inflammatory response, 121 Constitutive secretory pathway Corticosterone, 312t, 318, 321
in innate immune system, 273, 277, 277b of glands, 104 Corticotrophs, 308–309, 322
in phagocytosis, 32 of Golgi apparatus, 30 Corticotropic hormone, and uterine
in plasma, 221t transport along, 31 contractions, 477
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 545
Index ■ ■ ■ 545
546 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 547
Elastic lamina Endoplasmic reticulum (ER), 14f, 23–24 Ependymal cells, 196, 211
of arterioles, 256 and Golgi apparatus, 27–32, 28f–30f Epicardium, 269
of blood vessels, 252, 252f hormone synthesis in, 319–320 Epidermal growth factor (EGF), 336, 402
of elastic arteries, 253, 254 of neuron, 187 in odontogenesis, 373
of muscular arteries, 255, 255f, 256 rough (RER), 23–24 Epidermal melanin unit, 333
of trachea, 353 collagen synthesis on, 75–76, 77f Epidermal ridges, 327, 330f
Elastin in chondrogenic cells, 133 Epidermis, 327–333, 329t
in blood vessels, 252 of neurons, 187 dermal interface with, 330f, 335
in connective tissue, 114 outer nuclear membrane as, 49 keratinocytes in, 328–331
in extracellular matrix, 78, 80f protein synthesis on, 25–26, 27f Langerhans cells in, 328f, 331–332
Electrical potential difference, 19 proteoglycan synthesis on, 71 melanocytes in, 332–333, 334f
Electrical synapse, 200 structure of, 14f, 15f, 23–24 Merkel cells in, 323f, 332
Electrochemical gradient, 40 vesicles associated with, 28–29 nonkeratinocytes in, 331–333
Electron microscopy, 4f, 7–10 smooth (SER) stratum basale (stratum germinativum)
Electron transport chain, 40 hormone synthesis in, 319–320 of, 328, 328f, 329–330, 329t, 330f,
Eleidin, 331 of hepatocytes, 429 335b
Elliptocytic red blood cells, 224 of neuron, 187 stratum corneum of, 328, 328f, 329t, 331
Embedding, 2 of prostate, 506, 506f stratum granulosum of, 328, 328f, 329t,
Embolus, saddle, 237b structure of, 14f, 23, 23f 330–331
Embryoblasts, 482 transitional, 27, 30f stratum lucidum of, 328, 328f, 329t, 331
Embryonic connective tissue, 125–126, transport vesicles associated with, 28–29 stratum spinosum of, 328, 328f, 329t,
126t Endoplasmic reticulum/Golgi intermediate 330, 330f, 331f
Emphysema, 361b compartment (ERGIC), 27, 28f, 30f thick skin in, 328–329, 328f, 329t, 330f
Emulsification, of lipids, 405, 407f Endorphins, 203, 204t thin skin in, 328f, 329
En passant type of synapse, 182, 201 Endosomal carrier vesicles, 34–35 Epididymis, 489, 490f, 502t, 503–504, 504f
Enamel, 368–369, 368f, 369f, 374 Endosomal compartment, 34, 230 Epidural space, 213
Enamel cuticle, primary, 369 Endosomes, 33–35, 35f Epiglottis, 377f
Enamel epithelium, 372, 372f early (CURL), 33–34, 33f, 35f Epilepsy, 186b
Enamel knot, 372 late, 30f, 33–34 Epimysium, 158, 159f
Enamel organ, 372, 372f recycling, 34 Epinephrine
Enamel rods, 369 Endosteum, 136 as neurotransmitter, 203
Enamelins, 369 Endothelial cells, 112f functions of, 312t
End bulbs, 187, 188f of arteries, 254 in fat release, 117
Krause, 334, 512f, 514 of capillaries, 260, 261f production of, 318, 322, 324
End piece, of spermatozoon, 497f, 498 Endothelin Epineurium, 205, 205f
Endocardium, 267–268 in clot formation, 233 Epiphyseal plates, 132, 143, 148t, 149,
Endochondral bone formation, 131, secretion of, by capillaries, 265 149f, 150–151
147–150, 147f–150f, 148t Endothelium Epiphysis(es), 143, 148t
Endocrine cells, 303 of cornea, 515f, 516 Episclera, 516
Endocrine gland(s), 107–109, 304–325 of endocardium, 267 Epithelial reticular cells, 288–289, 290
defined, 104, 303 of eye, 515f Epithelial tissue, 85
pancreas as, 418f, 420–422, 420f, 421t, Enkephalins, 203, 204t, 323 Epithelioid cells, 123
422b, 422f, 423t Entactin, 73, 79 Epithelioid precursor cells, 129
parathyroid, 312t, 313f, 316–317 Enteric nervous system, 381–382 Epithelium, 85–103
pineal, 312t, 324–325, 324f Enteritis, 408b adenocarcinoma of, 103b
pituitary, 304–311 Enteroendocrine cells apical domain of, 90–92, 91f–96f
suprarenal (adrenal), 312t, 318–324, 319f of small intestine, 392t, 400, 404 basal surface specializations of, 102, 103f
thyroid, 311, 312t, 313–316 of stomach, 386f, 390–391, 392t, 393f basolateral domain of, 92, 94–102
Endocrine signaling, 20, 104 Enteroglucagon, 392t carcinoma of, 103b
Endocrine substances, of DNES cells, 391 Enterohepatic recirculation, of bile salts, cell renewal in, 102–103
Endocrine system, 303–325 430 cell-surface specializations of, 90–102
defined, 303 Enzyme-linked receptors, 21 cilia of, 91–92, 95f, 96f. See also Ciliated
hormones in, 303–304 Eosin stain, 2, 3t cells.
Endocytosis, 32–33, 33f Eosinophil(s), 228–230 classification of, 85–90, 86t, 87f
clathrin-mediated, 201 features of, 226t defined, 85
receptor-mediated, 32–33, 34f formation of, 239t, 240f, 243 desmosomes in, 97f, 99, 100f, 101b
Endocytotic vesicles, 33f, 35f functions of, 125, 229–230 enamel, 372, 372f
Endoderm, 85 granules of, 226t, 229, 229f flagella in, 90
Endogenous proteins, 283 increase or decrease in, 230b gap junctions in, 97f, 101–102, 101f,
Endolymph, 529, 531f, 532, 534 origins of, 112f 102b
Endolymphatic duct, 529 structure of, 220f, 222f, 229, 229f germinal, 463, 491, 491f, 492f
Endolymphatic sac, 528f, 529 Eosinophil chemotactic factor (ECF), 117, hemidesmosomes in, 102, 103f
Endometriosis, 478b 120f, 121, 121t junctional complexes in, 94–99, 97f
Endometrium, 464f, 476, 477f Eosinophil-derived neurotoxin, 229 lateral membrane specializations of, 92,
in menstrual cycle, 478–480, 479f, 480f Eosinophilic cationic protein, 229 94–102
Endomitosis, 247 Eosinophilic metamyelocyte, 239t, 240f mesothelial, 463, 464f, 466
Endomysium, 158, 159f Eosinophilic myelocyte, 239t, 240f metaplasia of, 103b
Endoneurium, 205f, 206 Eosinophilic stab cell, 239t, 240f microvilli in, 90–91, 91f–94f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 548
548 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 549
Fatty acids Fibrous sheath, of spermatozoon, 496, 498 Fracture face, 9, 10f
absorption and processing of, 406, 407f Fibrous subunit, of intermediate filaments, Freckles, 335b
in adipocytes, 116, 117, 119f 43f Freeze-fracture technique, 9, 10f
in hormones, 303 Fibrous tunic, of eye, 515–516, 515f Fructose-rich seminal fluid, 505, 508
Fatty acyl tails, in cell membrane, 13, 16f Filaggrin, 45, 336 Functionalis layer, of endometrium, 476,
Fatty stool, 430b Filamin, 44t 477f
Fc fragment, 278 Filiform papillae, 377, 377f necrosis of, 479
Fc receptors Filopodia, 359f Fundic glands, 385, 386f, 387–393, 388t,
of antibodies, 278 Filtrate 394t
on basophils, 230 glomerular, 442, 447, 455 Fundic stomach, 386–393, 386f, 394t
on macrophages and neutrophils, 32 monitoring of, in juxtaglomerular Fundus, of uterus, 475–477
on mast cells, 118, 120f apparatus, 457, 457t Fungiform papilla, 377, 377f, 378f
Fc (constant) regions, of antibodies, 32, 280 Filtration, glomerular, 442, 445, 455 Fusiform precursor cells, 129
Feces, 409 Filtration barrier, 441, 455 Fusiform smooth muscle fibers, 179
Feedback mechanism Filtration force, 455
for hormones, 304 Filtration slits, 442, 443f, 445f G
negative, for glucocorticoids, 322 Fimbria, 464f, 474
Female pronucleus, 481 Fimbrin, 43, 44t, 94f, 529 G-actin, 42, 164, 165t, 166
Female reproductive system, 463–486, 464f Fingerprints, 327, 335 γ-actin, 43
cervix in, 478 First polar body, 469 γ-aminobutyric acid (GABA)
external genitalia in, 485 Fixation, 1–2 functions of, 203, 204t
fertilization in, 480–481, 481f, 482f Fixatives, for transmission electron in Huntington’s chorea, 204b
hormones in, 471–474, 473t, 474t microscopy, 9 G bands, 57
implantation in, 481f, 482 Fixed cells, of connective tissue, 114–123 G cells, 420, 421t, 422
mammary glands in, 485–488 Flagella, 90 γ-globulin, 221t
menstrual cycle in, 478–480, 479f Flagellar axoneme, 495, 497f, 498 γ-motor neuron, 173, 174f, 175b
ovaries in, 463–475 Flatus, 409 G protein(s)
oviducts (fallopian tubes) in, 474–475, Flavin adenine dinucleotide (FADH2), 40 Go, cell signaling via, 22
476f Floaters, in eye, 519b Gs and Gi, cell signaling via, 21–22, 21f
placental development in, 482–484, 483f, Fluid flow, in extracellular matrix, 69, 70f hormone-receptor complexes and, 304
484f Fluid mosaic model, of membrane signaling via, 21–22, 21f
uterus in, 475–477 structure, 14, 16f types of, 21
vagina in, 484–485 Fluorescence-labeled antibodies, 5, 6f G-protein-gated channels, 18–19
Fenestra cochleae, 527, 528, 528f Fluoride, 369b G-protein-linked receptors, 21–22, 21f
Fenestra vestibuli, 527, 528, 528f, 535 5-Fluorouracil, 66b γ-tubulin ring complex, 45, 48
Fenestrated capillaries, 259, 262, 262f Focal contacts, 44 G0 (outside, stable) phase, of cell cycle, 61
glomerular, 441, 442f, 443f Foliate papillae, 377–378 G1 (gap) phase, of cell cycle, 61–62, 61f
Fenestrated membranes, 254, 255f Follicle(s) G2 phase, of cell cycle, 61f, 62
Fertilization, 480–481, 481f, 482f of hair, 328f, 329, 334, 340–342, Gallbladder, 433–436
Fetal hemoglobin, 223 340f–342f histophysiology of, 435–436
Fibrillin, 78 of thyroid, 313, 313f structure of, 434, 434f, 435f
Fibrin, 234 ovarian. See Ovarian follicles. Gallstones, 436b
Fibrinogen, 234 Follicle-stimulating hormone (FSH), 307t, GALT (gut-associated lymphoid tissue),
Fibroblast(s) 309, 310 298–299, 300f
active, 114, 115f in follicular development and ovulation, Ganglion(ia)
differentiation of, 114b 465, 468, 470, 471–474, 472f, 473t autonomic, 208, 210, 211f
fibronectin produced by, 72 in male reproductive system, 499, 500, parasympathetic, 208
in fixed connective tissue, 114, 115f 501f sensory, 186, 187f, 210
in loose connective tissue, 126 Follicular cells spiral, 528, 532f, 533f
in muscle regeneration, 183 dendritic, 292, 293 Ganglion cell(s), of suprarenal gland, 322
in periodontal ligament, 375 of endocrine glands, 109 Ganglion cell layer, of retina, 520f, 525
in renal interstitium, 452 of ovary, 465f, 466, 467t Gangliosidoses, 37t
inactive, 114 of thyroid, 313, 313f, 314–316, 314f Gap junctions
origin of, 112f Follicular phase, of menstrual cycle, of bone, 138, 140, 143
Fibroblast growth factor-4 (FGF-4), in 479–480 of capillaries, 261
odontogenesis, 373 Follicular type glands, 109 of cardiac muscle, 177, 178f
Fibrocartilage, 131, 132f, 133t, 135–136, Folliculostellate cells, 310 of cytoplasm, 20
136f Folliostatin (folliculostatin), 468, 472 of epithelium, 97f, 101–102, 101f, 102b
Fibrocytes, 114 Fontanelles, 147 of salivary glands, 416
Fibroma, 192b Foramen cecum, of tongue, 377, 377f Gap phase, of cell cycle, 61–62, 61f
Fibronectin Foreign-body giant cells, 123, 231 Gap regions
cell-surface, 73 Foreign cells, 232 in tropocollagen, 74f, 76, 77
in connective tissue, 113 Formalin, 1 of collagen, 113
in cytoskeleton, 44, 45f Formed element(s), of blood. See Blood. Gas(es)
in extracellular matrix, 72–73, 79 Fovea centralis, 515f, 520 as neuromodulators, 203
in glomerulus, 442 Foveolae, 385, 386f in colon, 409
release of, by capillaries, 264 Fracture, bone repair after, 152–153, 153b, Gas exchange, 358f, 363–364
Fibrous astrocytes, 194, 194f 153f Gas transport, 345
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 550
550 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 551
Glycosaminoglycans (GAGs), in Graves’ disease, 277b, 316b Heavy meromyosin, 164f, 165, 181
extracellular matrix, 69–70, 70f, 71t Gray matter, 191, 210, 211 Helical arteries
of bone, 137 Great alveolar cells, 360–361, 361f, 362f of endometrium, 476, 477f
of cartilage, 131 Grooves of erectile tissue, 508
of connective tissue, 111, 113 in dermal ridges, 335–336 Helicobacter pylori, 396, 398b
Glycosylation, terminal, 30f of nails, 344 Helicotrema, 535, 535f
Goblet cells, 13f Ground-substance, 69–73, 70f Hematocrit, 219
of colon, 407, 408f, 409f of connective tissue, 111, 113, 126 Hematopoiesis. See Hemopoiesis.
of glands, 105–106, 105f, 106f Growth factor(s) Hematopoietic stem cell, 112f
of respiratory epithelium, 352, 352f epidermal, 336, 402 Hematoxylin and eosin (H & E) stain, 2, 3t
of small intestine, 399–401, 399f, 401f in odontogenesis, 373 Heme, 221, 223b, 363
Goiter, 316b fibroblast, in odontogenesis, 373 Hemidesmosomes, 81f, 83f
Golgi apparatus, 27–32, 28f–30f hemopoietic, 241, 242t in epithelium, 102, 103f
alternative concept of, 31–32 insulin-like, 307t, 308 of skin, 329
collagen synthesis in, 75, 77f on keratinocytes, 336 Hemoglobin, 42, 221–223, 223b, 363–364
of prostate, 506, 506f platelet-derived, 259b Hemolytic jaundice, 432b
proteoglycan synthesis on, 71 transforming, 336 Hemophilia, 237b
structure of, 14f, 15f transforming-β, 138, 154 Hemopoiesis, 236–249
transport vesicles associated with, 28–29 Growth hormone. See Somatotropin. cells of, 238–241, 239t, 240f, 242t
Golgi complex, 187 Guanosine diphosphate (GDP), 21 defined, 236
Golgi intermediate compartment, 27 Guanosine monophosphate, cyclic (cGMP), hemopoietic growth factors (colony-
Golgi network 18, 20, 304 stimulating factors) in, 241, 242t
cis, 27, 28, 29f Guanosine triphosphate (GTP), 21 of granulocytes, 240f, 243, 247f, 248t
trans, 27–28, 28f Guillain-Barré syndrome, 199b, 364b of lymphocytes, 239t, 247, 249
collagen synthesis in, 75, 77f Gums (gingiva), 368, 368f, 369f, 376 of monocytes, 246
in spermiogenesis, 495 Gut-associated lymphoid tissue (GALT), of platelets, 237f, 246–247, 249f
sorting in, 29–31, 30f 298–299, 300f of red blood cells, 240f, 241, 243f–245f,
transport vesicles in, 29, 264f Gyri, 215 246t
Golgi phase, of spermiogenesis, 495, 497f postnatal, 238–249, 238f, 239t
Golgi stack, 27 H prenatal, 237–238
Golgi tendon organs, 171–172, 175, 175b, spleen in, 297
512f, 514 H band, in skeletal muscle, 160, 161f, 162 stem cells, progenitor cells, and
Gonadotrophs, 309 Hair(s), 328f, 339–343 precursor cells in, 238–239, 239t,
Gonadotropic hormones, 463 arrector pili muscles of, 328f, 329, 335, 240b
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), 341–342 Hemopoietic cells, 238–241, 239t, 240f, 242t
465, 472, 473t, 474t club, 342 islands of, 236
Graafian follicles, 465f, 467t, 469, 474 growth phases of, 342 Hemopoietic compartment, 236
Granular layer histophysiology of, 342–343, 343f Hemopoietic cords (islands), 237
of cerebellar cortex, 216 matrix of, 340 Hemopoietic growth factors, 241, 242t
of cerebral cortex, 215 types of, 339 Hemopoietic stem cells, 238, 239t, 240b
Granulation tissue, in bone repair, 152 Hair bulb, 340 Hemorrhage, of dental pulp, 371b
Granule(s). See also Secretory granules. Hair cells Hemorrhagic discharge (menses), 479
Birbeck (vermiform), 332 of organ of Corti, 532f, 534 Hemorrhoid(s), 267b, 410b
in mast cell cytoplasm, 117, 119f of saccule and utricle, 529, 530f, 531f Hemorrhoidal plexus, 410
keratohyalin, 331 of semicircular ducts, 530, 531f Henle’s layer, 340, 341f
membrane-coating (lamellar), 330, 336 Hair follicles, 328f, 329, 334, 340–342, Henle’s loop, 439f, 448
of eosinophils, 226t, 229, 229f 340f–342f and countercurrent multiplier system,
of juxtaglomerular cells, 450, 450f Hair root, 328f, 340, 340f 455–457, 456f
of neutrophils, 225, 226t, 227f sheaths of, 340, 341, 341f thick limb of
of platelets, 233, 233f, 236t Hair shaft, 328f, 341, 342f ascending, 446f, 448, 449, 456, 457,
trichohyalin, 341 Haploid cells, 56, 66, 68 459t
Granule cells, of cerebral cortex, 215 in spermatogenesis, 493 descending, 445, 457
Granulocyte(s), 225–230, 226t, 227f–229f Hard palate, 376 thin limbs of, 446f, 447–448, 448t, 459t
basophils as, 220f, 222f, 226t, 230 Hartmann’s pouch, 426, 433 ascending, 446f, 457, 459t
eosinophils as, 220f, 222f, 226t, 228–230, Hassall’s corpuscles, 289, 289f descending, 448, 456, 457, 459t
230b Haustra coli, 409 Hensen’s cells, 534
formation of, 240f, 243, 247f, 248t Haversian canal systems (osteons), 144f, Heparan sulfate
neutrophils as, 220f, 222f, 225, 226t, 145–146, 145f, 152 characteristics of, 70, 71t
227–228 Hay fever, 122b in basal lamina, 79, 80
Granulocyte colony-stimulating factor (G- Head, of spermatozoon, 496–497, 497f in glomerulus, 442
CSF), 241, 242t Hearing loss, 535b, 536b Heparin
Granulocyte-macrophage colony-stimulating Heart, 251, 267–269, 267f–269f. See also in extracellular matrix, 70, 71t
factor (GM-CSF), 241, 242t Cardiac; Cardio- entries. mast cell release of, 117, 120f, 121t
Granulocytopoiesis, 240f, 243, 247f, 248t Heart failure cells, 361b Heparin-like molecule, and clot formation,
Granulomere, 233, 236t Heart wall, layers of, 267–269, 267f–269f 233
Granulosa cells, 465f, 466, 467t, 468, 469t Heavy chains Hepatic. See also Liver.
Granulosa-lutein cells, 465f, 470, 471f of immunoglobulin, 278, 278f Hepatic acinus, 425f, 426
Granzymes, 286, 286f of myosin, 165 Hepatic arteries, 423, 424f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 552
552 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 553
Hypophysis. See Pituitary gland. Immune system (Continued) Inhibitory output, of Purkinje cells, 216
Hypothalamic neurosecretory hormones, T lymphocytes in. See T lymphocytes (T Inhibitory postsynaptic potential, 200
305–306 cells). Inhibitory responses, 203
Hypothalamic-releasing hormones, 203 thymus in, 288f, 289–290, 290b Initiator tRNA, 24
Hypothalamohypophyseal tract, 306f, 310 toll-like receptors in, 275–276, 275t, Inlet arterioles, of liver, 425
Hypothalamus, 305f, 311b 276b Inlet venules, of liver, 425
Hypothyroidism, 316b tonsils in, 299, 301, 301f Innate immune system, 273–276
Hypovitaminosis A Immunocompetent B lymphocytes, 247, Inner leaflet, of cell membrane, 12, 13, 14,
bone effects of, 155, 155t 278, 280 15f, 16f
cartilage effects of, 135t Immunocytochemistry, 5, 5f, 6f Inner limiting membrane, of retina, 520f,
Hypovitaminosis C Immunogen(s), 276 525
bone effects of, 155, 155b, 155t Immunogenicity, 276b Inner membrane, mitochondrial, 39–40,
cartilage effects of, 135t Immunoglobulin(s) (Ig), 276, 277–278, 39f
Hypovitaminosis D 278f, 279t Inner nuclear layer, of retina, 520f,
bone effects of, 155, 155b, 155t surface, 277, 279t 524–525
cartilage effects of, 135t Immunoglobulin A (IgA), 278f, 279t Inner nuclear membrane, 49, 51f, 52f,
hepatocytes and, 433 54f
I in small intestine, 404, 405f Inner plexiform layer, of retina, 525
secretory, 367, 404, 416 Inner table, of calvaria, 143, 147
I bands Immunoglobulin D (IgD), 278f, 279t Inner tunnel, of organ of Corti, 533
in cardiac muscle, 178f Immunoglobulin E (IgE), 278f, 279t Innervation. See Nerve supply.
in skeletal muscle, 160, 161f Immunoglobulin E (IgE)-receptor Inositol triphosphate (IP3), 22
Ibuprofen, and ulcers, 398b complex, 118, 120f as second messenger, 20
Ileocecal valve, 407 Immunoglobulin E (IgE) receptor (FcεRI), Insulin, 420–421, 421t, 422b, 423t
Ileum, 395t, 403. See also Small intestine. on basophils, 230 Insulin-like growth factors, 307t, 308
Immediate hypersensitivity reaction, 118, Immunoglobulin G (IgG), 278, 278f, Insulin receptors, 128
120, 120f 279t Integral proteins
Immotile spermatozoa, 496 Immunoglobulin M (IgM), 278f, 279t in cell membrane, 13–14, 16f
Immune response Immunological memory, 276, 277 in rough endoplasmic reticulum, 23–24
cell-mediated, 232, 276 Immunological tolerance, 277 Integrins
humorally mediated, 232, 276, 280 Implantation, 481f, 482 in capillaries, 265
Langerhans cells in, 332 Importins, 52 in cytoplasm, 44, 45f
primary, 277 Impotence, 509b in epithelium, 97f, 102
secondary, 277 Impulse(s) in extracellular matrix, 72, 79, 81, 83,
Immune system, 273–301 generation and conduction of, 198–204, 83b
adaptive, 273, 276 199f, 200f in fibronectin, 72–73
antigen-presenting cells in, 276, 284, 284t transmission of, at neuromuscular in hemidesmosomes, 102
antigens in. See Antigen(s). junctions, 169–172, 169f–172f in neutrophils, 227
B lymphocytes in. See B lymphocytes (B Inactivation gate, 199 Integument, 327–344
cells). Inactive position, of voltage-gated channels, hair in, 328f, 339–343
bronchus-associated lymphoid tissue in, 17 nails in, 343–344, 343f, 344f
299 Incisures of Schmidt-Lanterman, 196–197 sebaceous glands in, 328f, 329, 334,
cells of, 278, 280–283 Inclusions 337f, 338–339, 339b, 339f
interactions among, 284–287, cytoplasmic, 11, 41–42, 41t, 42f skin in. See Skin.
285f–287f in hepatocytes, 41, 430, 431f sweat glands in, 328f, 336–338, 336f,
clonal selection and expansion in, in neurons, 187, 189 337f
276–277 Incontinence, urinary, 462b Interalveolar septum, 357, 358f, 359f, 360,
cytokines in. See Cytokines. Incus, 527, 527f, 535 363
diffuse, 273 Indole, 409 Intercalated cells
gut-associated lymphoid tissue in, Inducible T reg cells, 283 of cortical collecting tubules, 451
298–299, 300f Induction, in drug tolerance, 433b of neurons, 211
hepatocytes in, 433 Infection(s), lymph nodes and, 293b of salivary gland, 414, 414f
immunogens in, 276 Infertility, male, 490b Intercalated disks, 175, 176f, 177,
immunoglobulins in, 277–278, 278f, 279t. Infiltration, 2 178f–179f
See also specific immunoglobulin. Inflammatory response Intercalated ducts
immunological tolerance in, 277 basophils in, 230 pancreatic, 418f, 419
innate, 273–276 edema related to, 126b salivary, 414, 414f
lymph nodes in, 290–293, 291f–293f sequence of events in, 121 Intercellular adhesion molecule type I
lymphoid organs in, 287–299 Infundibulum, of oviduct, 464f, 470, 474 (ICAM-I), 227
major histocompatibility molecules in, Inhalation, 364 Intercellular bridges, 330
275, 275b, 280–281, 283–284, 289 Inhibin Interchromatin granules (IGs), 60
mucosa-associated lymphoid tissue in, in female reproductive system, 468, 472, Intercristal space, 38, 39f
298–301, 300f 473t, 474 Interdental cells, 533
natural killer cells in, 273, 275, 275b in male reproductive system, 493, 500, Interdigitating dendritic cells, 296
overview of, 273, 274t 501f Interfascicular oligodendrocytes, 195
small intestine in, 394t, 403–404, 405f, Inhibiting hormones (inhibiting factors), Interferon(s), 274
406f 306 Interferon-α (IFN-α), 284t
spleen in, 293–298, 294f–299f Inhibitory neurotransmitters, 18 Interferon-β (IFN-β), 284t
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 554
554 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 555
556 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 557
Lymphopoiesis, 239t, 247, 249 Major histocompatibility complex (MHC) Masticatory mucosa, 367, 376
Lysosomal acid maltase deficiency, 41t molecules (Continued) Matrix granules, 40
Lysosomal hydrolases, 142 loading of epitopes on, 283–284 Matrix space, mitochondrial, 39f, 40
Lysosomal proteins, transport of, 30–31, 31f synthesis of, by Langerhans cells, 384 Maturation, of lens fibers, 518
Lysosomal storage disorders, 36b, 37t Malabsorption, 406b Maturation phase, of spermiogenesis, 496,
Lysosomes, 14f, 30f, 35–36, 36f Male infertility, 490b 497f
formation of, 35 Male pronucleus, 481 Maturation zone, 151
in leukocytes, 225 Male reproductive system, 489–510, 490f Mature (graafian) follicles, 465f, 467t, 469,
in neurons, 190f accessory genital glands in, 490f, 504–507 474
in platelets, 233, 233f, 236t bulbourethral glands in, 489, 490f, 507 McArdle’s syndrome, 41t
transport of substances into, 35–36 ductuli efferentes in, 489, 490f, 502, 502t Mechanically gated channels, 18
Lysozyme(s) ductus (vas) deferens in, 489, 490f, 502t, Mechanoreceptors, 511–514
in esophagus, 384 504 encapsulated, 335, 512f, 513–514, 513f
in lacrimal fluid, 526 ejaculatory duct in, 490f, 502t, 504 Merkel cell-neurite complexes as, 332
in oral cavity, 367 epididymis in, 489, 490f, 502t, 503–504, nonencapsulated, 512, 512f
in saliva, 416 504f Mechanotransduction, 140
in small intestine, 401 genital ducts in, 501–502, 502t Meckel’s diverticulum, 403b
in stomach, 393 interstitial cells of Leydig in, 489, 498, Median eminence, 305f, 306f
Lysyl hydroxylase deficiency, 78b 500f Mediastinum testis, 489
penis in, 489, 490f, 507–510, 507f Medulla
M prostate gland in, 490f, 505–506, 505f, of hair shaft, 341, 341f
506f of lymph nodes, 291f, 292–293, 293f
M (microfold) cells, 299, 400, 404, 405f, rete testis in, 489, 490f, 501–502, 502t, of suprarenal glands, 312t, 318, 322–324,
406f 503f 322f
M line, in skeletal muscle, 160, 162 seminal vesicles in, 489, 490f, 505, 505f ovarian, 471
M phase, 62, 62f–64f seminiferous tubules in, 489, 490–498, renal, 437, 438f–439f, 440
Macrophage(s), 122–123 490f–492f thymic, 288f, 289, 289f
activated, 123 Sertoli cells in, 491–493, 492f Medullary collecting tubules, 446f, 451
alveolar, 359f, 361, 361b, 362f, 363 spermatogenic cells in, 492f, 493–498, Medullary rays, 437, 438f, 440f
crystalloid inclusions in, 42, 42f 494f, 496f Medullary sinuses, of lymph node, 291, 291f
development and distribution of, 123, testes in, 489–498, 490f Medullipin, 452
123f, 246 tubuli recti in, 489, 501, 502t Megacolon, congenital, 186b
elicited, 123 Malignant melanoma, 335b Megakaryoblast, 239t, 246–247
fixed, 123 Malleus, 527, 527f, 535 Megakaryocyte, 237f, 239t, 247, 249f
free, 123 Malpighian layer, 328f, 330 Meibomian glands, 525
function of, 123, 231 MALT (mucosa-associated lymphoid Meiosis, 66–68
in bone marrow, 237 tissue), 298–301, 300f, 301f chromosome abnormalities due to, 68b
in fixed connective tissue, 122–123, 122f Mammary glands, 485–488 equatorial division (meiosis II), 66, 67f,
in innate immune system, 273–274 lactating (active), 486–488, 486f, 487f 68
in loose connective tissue, 126 resting (nonsecreting), 486 of oocytes, 464, 466, 469
in lymph nodes, 291 Mammotrophs, 308, 309f of spermatocytes, 492f, 493–495, 494f
in phagocytosis, 32, 231 Manchette, 496 reductional division (meiosis I), 66–67,
in renal interstitium, 452 Mannitol, 214b 66f
in spleen, 296, 297, 299f Mannose, phosphorylation and removal of, Meiosis-inducing substance, 464, 469
origin of, 112f, 231 27, 30–31, 30f, 35 Meiosis-preventing substance, 464
resident, 123 Mannose-6-phosphate receptors, 31, 35 Meissner corpuscles, 328f, 334, 512f, 513,
structure of, 122, 122f, 231 Mantle, of lymphoid nodule, 292 513f
TH1 cell activation of, 286–287, 287f Marfan syndrome, 79b, 257b Meissner’s plexus
TH1 cell interaction with, 286–287, 287f Marginal cells, in cochlear duct, 532 of digestive tract, 381, 383, 401
tingible body, 289 Marginal fold, of capillary, 260 of parasympathetic nervous system, 210
Macrophage colony-stimulating factor (M- Marginal sinuses, of spleen, 294f, 295f, 296 Melanin
CSF), 140, 242t Marginal zone, of spleen, 291f, 294f, 295f, epidermal, 332, 332b
Macula 296, 297f in cytoplasm, 42
of saccule, 528f, 529, 531f Margination, of neutrophils, 243 in neurons, 187, 189
of utricle, 528f, 529, 530f, 531f Marrow. See Bone marrow. α-Melanocyte-stimulating hormone (α-
Macula densa, 440f, 441f, 448, 449–450, Marrow cavity, 136 MSH), 310
450f, 457, 459t Martinotti cells, 215 Melanocytes
Macula lutea, 515f, 520 Masson’s trichrome stain, 3t in epidermis, 332–333, 334f, 341
Maculae adherentes, 97f, 99, 100f, 101b Mast cells, 117–121 in iris, 518
Major basic protein, of eosinophil, 229 activation and degranulation of, 118, Melanoma, malignant, 335b
Major dense line, 197 120–121, 120f Melanosomes, 332, 334f, 341
Major histocompatibiity complex (MHC) development and distribution of, Melatonin, 312t, 325, 325b
antigens, 231 117–118 Membrana granulosa, 465f, 469, 469t
Major histocompatibility complex (MHC) in inflammatory response, 121 Membrane, cell. See Cell membrane.
molecules, 283–284 in loose connective tissue, 126 Membrane attack complex, 273, 277b
and natural killer cells, 275, 275b mediators released by, 117, 120–121, 121t Membrane-bound antibodies, 277, 279t
and T lymphocytes, 280–281, 289 mucosal, 118 Membrane-coating (lamellar) granules,
classes of, 281–282, 283 structure of, 112f, 117, 119f 330, 336
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 558
558 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 559
560 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 561
562 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 563
Pepsin, 385, 396 Phalangeal cells, of organ of Corti, 532f, Plasma, 219, 220, 221t
Pepsinogen, 384, 390, 396 533, 534 Plasma cells
Peptidyl transferase, 24 Phalangeal process, 534 in immune response, 232, 277, 280, 285
Perforins, 286, 286f Pharyngeal tonsil, 299, 301f, 350 in lymphoid nodules, 292
Periarterial lymphatic sheath (PALS), 294f, Pharyngoesophageal sphincter, 385 structure and function of, 124, 124f, 125f
295, 296 Phosphate group, in cell membrane, 13 Plasma fibronectin, 73
Periaxial space, 172 Phosphatidylglycerol, 360 Plasma lipoproteins, 221t
Peribiliary capillary plexus, 425 Phosphatidylinositol metabolites, 304 Plasma membrane. See Cell membrane.
Pericarditis, 269b Phosphocreatine, in muscle contraction, Plasma membrane enfoldings, in
Pericardium, 269 168 epithelium, 102
Pericellular capsule, of hyaline cartilage Phosphocreatine kinase, 168 Plasmalemma. See Cell membrane.
matrix, 134 Phosphodiesterase (PDE), 510b Plasmin, 236
Perichondrium Phosphogen energy system, 168 Plasminogen activators, 236
in cartilage, 131, 133t Phospholipase A Plasticity, neuronal, 218
in endochondral bone formation, 148, 148t in basophil function, 230 Platelet(s), 233–236
outer and inner layers of, 132 mast cell release of, 120 abnormalities of, 237b
structure of, 131, 132f Phospholipase C, 22 activation of, 233, 236
Perichromatin granules (PCGs), 60 Phospholipid(s), in cell membrane, 12 adhesion of, 233
Pericranium, 143 Phospholipid phosphatidylinositol aggregation of, 233–234, 235f
Pericytes bisphosphate (PIP2), 22 formation of, 237f, 246–247, 249f
in capillaries, 252, 260–261, 261f, 262f Photoreception, 521f, 522–525, 523f, 524f function of, 233–234, 235f, 236
in connective tissue, 113f, 115 Photosensory organs, 514 structure of, 220f, 222f, 233, 234f, 235f
in muscle, 184 Phrenic arteries, inferior, 318 tubules and granules of, 233, 233f, 234f,
in postcapillary venules, 265–266, 266f Pia-arachnoid, 213 236t
Perikaryon, 186, 186f, 187–190, 187f Pia-glial membrane, 194 Platelet-activating factor (PAF)
Perilymph, 528, 535 Pia mater, 212f, 213 in inflammatory response, 121
Perilymphatic space, 528 Pigment(s), in cytoplasm, 42 mast cell release of, 117, 121t
Perimysium, 158, 159f Pigment stones, 436b Platelet-derived growth factor (PDGF),
Perineurium, 205, 205f Pigmented epithelium 259b
Perinuclear cisterna, 49 of ciliary body, 517 Platelet factor 3, 234
Periodic acid-Schiff (PAS) reagent, 3t, 5 of retina, 520, 520f, 521 Pleats, of pharyngeal tonsil, 299
Periodontal ligament (PDL), 375, 375f Pillar cells, 532f, 533 Plectin, 45
dental pulp and, 371, 371f Pineal gland (pineal body), 312t, 324–325, Pleura, 364
scurvy effects on, 78b, 78f 324f Pleural cavities, 364
structure and function of, 368f, 369f, Pinealocytes, 324, 324f, 325 Plexiform layer, outer, of retina, 520f, 524
375, 375f Pinna (auricle), 526–527, 527f Plexus(es). See specific plexus, e.g.,
Periosteal bud, 147f, 149 Pinocytosis, 32, 33f Auerbach plexus.
Periosteal dura mater, 211 Pinocytotic vesicles, 32, 34f Plicae circulares, 398
Periosteocytic space, 140 in capillaries, 259–260, 263, 264f Ploidy, 56, 56f
Periosteum, 136, 143 Pit cells, 426 Pluripotential hemopoietic stem cells
Peripheral nervous system (PNS), 185, Pitch, of sound, 351 (PHSCs), 238, 239, 239t, 240b
204–206, 206t Pituicytes, 311, 311f Plus end
Peripheral proteins, in cell membrane, 13, Pituitary adenomas, 311b of microtubules, 29, 45, 47
14, 16f Pituitary gigantism, 154 of thin filaments, 42, 166
Peripheral receptors, specialized, 511–514 Pituitary gland, 304–311 Pneumocytes
Perisinusoidal space (of Disse), 426, 427f, adenohypophysis of, 304, 306–310 type I, 360, 360f
428f blood supply to, 304–306, 306f type II, 360–361, 361f, 362f
Peristalsis, 381, 383, 396, 405, 504 control of secretion of, 304, 306 Podacalyxin, 442
Peristaltic rush, 405b disorders of, 311b Podocytes, 440, 441f–444f, 450f
Peristaltic waves, 405 neurohypophysis of, 304, 305f, 310–311 Podoendin, 442
Peritricial nerve endings, 512, 512f pars distalis of, 305f, 306–310, 307t, 308f Polar body
Peritubular capillary network, 453 pars intermedia of, 310 first, 469
Perivascular glia limitans, 214 pars nervosa of, 305f, 307t, 310–311, second, 481
Perivitelline space, 480 311f Polar heads, in cell membrane, 13, 16f
Perlacan, 79 pars tuberalis of, 310 Polar microtubules, 64
Pernicious anemia, 389b structure of, 304, 305f, 306f Polar molecules, 20
Peroxisomes, 36, 38f Pituitary hormones, physiological effects of, Polarization, 198
Peyer’s patches, 299, 300f, 403 306, 307t Poliomyelitis, 364b
Phagocyte system, mononuclear, 123, 140, Placenta previa, 484b Polychromatophilic erythroblast, 239t, 240f,
196, 231 Placental barrier, 484 246t
Phagocytes, 32 Placental development, 482–484, 483f, 484f Polycystic kidney disease, 438b
Phagocytosis, 32 Placental septa, 484 Polycythemia, secondary, 241b
by Kupffer cells, 433 Plakins, 45 Polydipsia, 422b
eosinophils in, 228–230 Plaque(s) Polymerization, in microtubules, 46
macrophages in, 32, 231 anchoring, of lamina reticularis, 81f–83f disruption of, 46b
neutrophils in, 227–228, 228f attachment, of hemidesmosomes, 102, Polymorphonuclear leukocytes. See
of old erythrocytes, 297 103f Neutrophil(s).
Phagosomes, 32, 35, 227, 228f of urinary bladder, 461 Polypeptides, in hormones, 303
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 564
564 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 565
Protein(s) (Continued) Purkinje cells, 12f, 215, 216, 216f Receptor(s) (Continued)
surfactant, 360–361 Purkinje fibers, 267f, 268, 268f selectin, 227
Tamm-Horsfall, 449 Purkinje neuron, 189f sensory, 511
transmembrane, 14, 16f Pus, 125, 228 sensory nerve action potential (SNARE),
transmembrane linker, 81, 99, 102 Pyloric sphincter, 396 201
vesicle coat, 201 Pyloric valve, 385 signal recognition particle, 24, 26
Protein C3, 277b Pylorus, 385, 393, 393f, 394t specialized peripheral, 511–514
Protein kinase(s) Pyramid(s), renal, 437, 438f steroid hormone, 21
A-kinase, 22 Pyramidal cells, of cerebral cortex, 215 T-cell, 277, 280
C-kinase, 22 Pyramidal layer, of cerebral cortex, 215 thermoreceptors as, 511, 514
calcium-calmodulin-dependent (CaM- Pyramidal lobe, of thyroid, 313 toll-like, 275–276, 275t, 276b
kinase), 22 Pyramidal neurons, 189f transferrin, 214b
cyclin-dependent (CDKs), 63 Pyrimidines, 57 Receptor coupling factors, 120
in cell cycle, 62 Receptor for activation of nuclear factor
myosin light chain, 180 Q kappa B (RANK), 140, 141
phosphocreatine, 166 Receptor for activation of nuclear factor
Protein synthesis, 24–26, 25f–27f Quanta, 170–171 kappa B ligand (RANKL), 138, 140, 141
by smooth muscle, 179 Receptor-mediated endocytosis, 32–33, 34f
cytosolic, 24–25, 26f R Receptor-mediated transport
in liver, 429f, 430, 430f, 431–433, 432f in blood-brain barrier, 214
on rough endoplasmic reticulum, 25–27, rab3a protein, 201 in nuclear pore, 51
27f Radial spokes, of cilia, 91 Rectal columns of Morgagni, 410
Proteoglycans, in extracellular matrix, Radiation therapy, demyelination due to, Rectal examination, 410b
70–72, 70f, 72f 199b Rectum, 395t, 409–410
of bone, 137 Radioautography, 5–6, 7f, 8f Recycling endosome, 34
of cartilage, 131, 134 Ran binding protein(s), 50, 52, 54f Red blood cells (RBCs). See
of connective tissue, 111, 113 Ranvier, nodes of, 188f, 195, 196, 197f, 206 Erythrocyte(s).
Proteolysis, 37, 321 Rappaport, acinus of, 426 Red bone marrow, 236, 237b
Prothrombin, 234, 237b Raschkow plexus, 371 Red muscle fibers, 157, 158t
Proto-oncogenes, 61, 66b Rathke’s cysts, 310 Red pulp, of spleen, 291f, 294f, 295, 296,
Protofilaments, 46 Rathke’s pouch, 304 297f, 298f
Proton motive force, 40 Reaginic antibody, 279t 5α-Reductase, 501
Protoplasm, 11 Receptor(s) Reductional division (miosis I), 66–67, 66f
Protoplasmic astrocytes, 194, 194f B-cell, 277, 278 Reflex(es), somatic vs. visceral, 207f
Proximal tubule, 440f, 441f, 445–447, 446f, cargo, 32–33 Reflex arc, simple, 175b
447f, 459t catalytic, 304 Refractory period, of voltage-gated
convoluted, 439f, 445–446, 446f cell-surface, 20, 21–22, 21f, 303 channels, 17, 199
resorption in, 455 chemoreceptors as, 258 Regeneration
Pseudomembranous colitis, 408b enzyme-linked, 21 of liver, 433
Pseudostratified epithelium, 86t, 87f, εRI, on basophils, 230 of muscles, 180t, 183–184
89–90, 90f Fc of nerves, 216–218
Psoriasis, 335b of antibodies, 278 Regenerative cells
Pterygopalatine ganglion, 209f on basophils, 230 of colon, 407, 408f
Ptyalin, 416 on macrophages and neutrophils, 32 of small intestine, 399f, 401
Puberty, ovarian cortex at onset of, on mast cells, 118, 120f of stomach, 386f, 388
464–465 for acetylcholine, 171 Regulated secretory pathway
Pulmonary artery, 355f, 364–365 pancreatic, 419 of glands, 104
Pulmonary circuit, 251 for hormones, 303, 304 of Golgi apparatus, 30
Pulmonary neuroepithelial bodies, 353 for neurons, 185, 200 Regulated secretory proteins, transport of,
Pulmonary surfactant, 360–361, 361b G-protein-linked, 21–22, 21f 30f, 31
Pulmonary trunk, 253, 267 gated ion-channel, 200 Regulatory chains, of myosin, 182
Pulmonary veins, 267, 355f, 365 glucocorticoid, on adipose cells, 128 Regulatory component, of A-kinase, 22
Pulp growth hormone, on adipose cells, 128 Regulatory T cells, 232, 282–283
of spleen immunoglobulin E, 118, 120f, 230 Regurgitation theory, of endometriosis,
red, 291f, 294f, 295, 296, 297f, 298f insulin, 128 478b
white, 291f, 294f–296f, 295, 296 ion channel-linked, 18 Reinke, crystals of, 42, 498
of tooth, 369f, 371, 371b, 371f killer-activating, 275 Reissner’s membrane, 530, 532f, 533f
Pulp arteriole, 294f, 295 killer-inhibitory, 275 Relaxin, 473t, 474
Pulp chamber, 368 luteinizing hormone, 468, 473 Release factor, in protein synthesis, 25
Pulp cords, 294f, 295f mannose-6-phosphate, 31, 35 Releasing hormones (releasing factors), 306
Pulp core, 371 mechanoreceptors as, 332, 335, 511–514, Remodeling, of bone, 140, 151–152
Pulp stones (denticles), 371 512f, 513f Renal. See also Kidney(s).
Pulp veins, 295, 295f nociceptors as, 511, 514 Renal artery, 318, 438f, 452
Pupil (pupillary aperture), 517, 518 norepinephrine, 128 Renal column, 438f
dilator muscle of, 515f, 518 nuclear thyroid hormone, 315 Renal corpuscles, 437, 440–441, 440f–441f,
sphincter muscle of, 515f, 518 olfactory, 348f, 350 459t
Pupillary zone, 518 parathyroid hormone, 140 filtration in, 455
Purines, 57 ribosome, 24 Renal cortex, 437, 438f–439f, 440f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 566
566 䡲 䡲 䡲 Index
Renal glomerulus, 262 Reticular fibers, 73, 76t, 82f RNA polymerase II, 57, 58
Renal interstitium, 452 in bone marrow, 236 Rod segments, in enamel, 369, 374
Renal medulla, 437, 438f–439f in connective tissue, 126 Rods, 520f, 521f, 522, 523f
Renal papilla, 437 in smooth muscle, 180 Root
Renal pelvis, 437, 438f, 460 in spleen, 294–295, 295f of lung, 364
Renal pyramids, 437, 438f Reticular layer, of dermis, 328f, 329t, of tongue, 377
Renal sinus, 437, 438f 334–335 of tooth, 368, 368f, 369f, 374
Renal vein, 438f, 454 Reticular tissue, 127, 128f Root canal, 368, 368f, 369f
Renin Reticulocyte, 239t, 240f, 246t Root sheath(s), of hair, 340, 341, 341f
in blood pressure regulation, 258 Reticuloendothelial system, 123 Rosettes, 41
in juxtaglomerular cells, 450 Reticulum Rough endoplasmic reticulum (RER). See
Rennin, 385, 396 of clot, 234 Endoplasmic reticulum (ER), rough
Reparative dentin, 370 stellate, in odontogenesis, 372 (RER).
Reproductive system. See Female Retina, 515f, 520–525 Round ligament, 464f
reproductive system; Male “blind spot” of, 520 Round window, 527, 528, 528f, 535f
reproductive system. detachment of, 521b Ruffini corpuscles (endings), 335, 512f, 514
Reserve cells, 493 external (outer) limiting membrane of, Ruffled border, of osteoclast, 141, 142f
Residual bodies, 35, 42 520f, 524 Rugae, 385
Resolution, of lens, 3 ganglion cell layer of, 520f, 525
Resorption inner limiting membrane of, 520f, 525 S
in proximal tubule, 455 inner nuclear layer of, 520f, 524–525
of bone, 142, 142f inner plexiform layer of, 520f, 525 S phase, of cell cycle, 61f, 62, 67
of periodontal ligament collagen, 375 optic nerve fiber layer of, 520f, 525 Saccule, 528f, 529, 530f, 531f
Respiration, 364 outer nuclear layer of, 520f, 524 Sacral (spinal) outflow, 383
external and internal, 345 outer plexiform layer of, 520f, 524 Saddle embolus, 237b
Respiratory bronchioles, 346t, 357, 358f pars ciliaris of, 517 Saliva, 415–416
Respiratory burst, 227 pigmented epithelium of, 520, 520f, 521 Salivary amylase, 367, 416
Respiratory chains, 40 rods and cones in, 521f, 522–524, 523f, Salivary glands, 413–417, 414f
Respiratory distress of the newborn, 361b 524f anatomy of, 413, 414f
Respiratory epithelium, 347 Retina proper, 520 autonomic innervation of, 416
tracheal, 352–353, 352f, 353f Retinal, in photoreception, 522 disorders of, 417b
Respiratory regulators, 353 Retrograde reaction, to nerve injury, 218 duct portions of, 414–415, 414f
Respiratory system, 345–365 Retrograde transport, 29 histophysiology of, 415–416
alveolar ducts in, 346t, 357, 357f–359f axonal, 191, 192 major, 367, 413–417
alveolar macrophages in, 359f, 361, 362f, Retroperitoneal area, 477 minor, 367, 415
363 Retzius, striae of, 369, 369f mixed, 104, 104f, 108f
alveoli in, 347t, 357, 358f, 359f, 360 RGD sequence, 72 parotid, 416, 417b
blood-gas barrier in, 360f, 363 Rh blood group, 225, 225b secretory portions of, 413–414, 414f
bronchi in, 346t, 354 Rh-negative blood, in pregnancy, 225b sublingual, 414f, 415f, 416–417
bronchial tree in, 346t, 354–357, 355f Rh-positive blood, 224 submandibular, 104, 104f, 417, 417b, 417f
bronchioles in, 346t, 355–357, 355f, 357f Rheumatic fever, 268b vascular supply to, 415
characteristic features of, 345, 346t–347t Rheumatic heart valve disease, 268b Salivon, 413
conducting portion of, 345–357, 346t Rhodopsin, 522 Saltatory conduction, 206
gas exchange in, 358f, 363–364 Rhythmicity, of cardiac muscle, 175 Sarcolemma, 157, 159f
gross structure of lungs in, 364–365 Ribonucleic acid (RNA), 57–60 Sarcoma(s)
innervation of, 365 messenger, 21, 24, 57–59, 58f liposarcoma as, 129b
interalveolar septum in, 357, 358f, 359f, precursor messenger, 58 malignant, 192b
360, 363 ribosomal, 22, 24, 59–60, 59f Sarcomere(s)
larynx in, 346t, 350–351 splicing of, 58 in cardiac muscle, 177, 180t
mechanism of ventilation in, 364 transfer, 22, 24, 59 in skeletal muscle, 160, 161f, 162, 162f,
nasal cavity in, 345, 346t, 347–350 Ribonucleoprotein particles (RNPs), 59 164f, 180t
nasopharynx in, 346t, 350 heterogeneous nuclear (hnRNPs), 58, 60 Sarcoplasm, 157, 159f
paranasal sinuses in, 350 messenger (mRNP), 58 Sarcoplasmic reticulum
pleural cavities in, 364 small nuclear (snRNPs), 58, 60 of cardiac muscle, 177–178, 180t
pneumocytes in, 360–361, 360f–362f Ribosomal RNA (rRNA), 22, 24, 59–60, 59f of skeletal muscle, 23, 157, 158t,
respiratory portion of, 346t, 357, 357f 45S rRNA (pre-rRNA), 59 160–161, 163f, 180t
trachea in, 346t, 351–354, 352f Ribosomal subunits, 22 of smooth muscle, 180t
vascular and lymphatic supply to, 355f, Ribosome(s) terminal cisternae of, 160, 162f, 167
364–365 in neurons, 190f Sarcosomes, 157
Resting potential, 171, 198, 199f protein synthesis on, 24–25 Satellite cells, 158–159, 183, 210, 211f
Rete apparatus structure and function of, 22 Satellite oligodendrocytes, 196
of lips, 368 Ribosome receptor protein, 24 Scaffold, of nuclear pore, 54f
of skin, 327 Ribozymes, 22 Scala media, 528f, 530, 532–534, 532f, 533f
Rete testis, 489, 490f, 501–502, 502t, 503f Rickets, 155, 155b, 155t, 318b Scala tympani, 530, 532f, 533f, 535
Reticular cells Rigor mortis, 167b Scala vestibuli, 530, 532f, 533f, 535
adventitial, of bone marrow, 237, 237b Rima glottidis, 351 Scaling zone, of osteoclast, 141
epithelial, 288–289 RNA. See Ribonucleic acid (RNA). Scanning electron microscopy (SEM), 4f,
stellate, of spleen, 296 RNA polymerase I, 59, 59f 9–10
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 567
Index ■ ■ ■ 567
Scar tissue, 75b Semicircular ducts, 528f, 529–530, 531f Sertoli cells, 491–493, 492f
Schlemm’s canal, 515f, 516 Semilunar valves, 268 Serum, 220
Schmidt-Lanterman, clefts of, 196–197 Seminal fluid, 507, 508–509 vs. cerebrospinal fluid, 215t
Schwann cells, 196–197, 197f, 198f fructose-rich, 505, 508 Sex chromatin, 55–56
in anterograde reaction, 217–218 Seminal vesicles, 489, 490f, 505, 505f Sex chromosomes, 55–56, 225
in endoneurium, 205f, 206 Seminiferous epithelium, 489, 491, 491f, Sexual development, phenotypic, 464
in myelinated nerve fiber, 170, 192f, 197, 492f Sharpey’s fibers
197f, 198f cycle of, 498, 499f in bone, 143, 144, 144f
in neuromuscular junction, 170, 171f Seminiferous tubules, 489, 490–498, in cementum, 370
in retrograde reaction, 218 490f–492f in periodontal ligament, 375
in unmyelinated nerve fiber, 192f, 197 differentiation of spermatogonia in, 492f, Sheath cells, 258
oligodendrocytes vs., 196, 197 493, 494f Sheathed arteriole, 294f, 295, 298f
Schwann tubes, 218 epithelium of, 489, 491, 491f, 492f Shock, anaphylactic, 230b
Sclera, 515–516, 515f cycle of, 498, 499f Sialoprotein, bone, 137, 138, 151
Sclerocorneal junction, 516 wave of, 498 Sickle cell anemia, 223b
Scrotum, 490b, 490f interstitial cells of Leydig in, 489, 498, Sieve plates, 426
Scurvy, 78b, 155b, 155t 500f Signal peptidase, 26, 27f
Sebaceous glands, 328f, 329, 334, 337f, meiotic division of spermatocytes in, Signal peptide, 25
338–339, 339b, 339f 492f, 493–495, 494f Signal recognition particle (SRP), 25–26,
Sebum, 339 Sertoli cells of, 491–493, 492f 27f
Second messenger system, 20, 22, 203, 304 spermatogenic cells of, 492f, 493–498, Signal recognition particle (SRP) receptor
Second polar body, 481 494f, 496f protein, 24, 26
Secondary active transport, 20 structure of spermatozoa in, 496–498, Signal transduction, 21, 303
Secondary bronchi, 346t, 354 497f pathways for, 61
Secondary (antral) follicles, 465f, 467t, transformation of spermatids in, Signaling
468–469, 468f, 469t 495–498, 496f, 497f autocrine, 20
Secondary response, 21 Senses, special, 511–536 endocrine, 20
Secretin, 390, 392t, 419 Sensitization, 118 paracrine, 20
Secretomotor function, 208 Sensory component synaptic, 20
Secretory activity, of small intestine, 383, of alimentary canal, 383 via G proteins, 21–22, 21f
404 of peripheral nervous system, 185, 206 Signaling cells
Secretory antibody, 279t Sensory endings, 173, 511 in cytoplasm, 20
Secretory component, of immunoglobulins, Sensory fibers, of dental pulp, 371 in glands, 104
279t, 404 Sensory ganglion, 186, 187f, 210 Signaling molecules, 20–21
Secretory endings, 511 Sensory nerve action potential-25 (SNAP- binding of, to proteoglycans, 72
Secretory granules 25), 201 cytokines as, 104
in cytoplasm, 14f, 15f, 30, 31 Sensory nerve action potential receptor mechanisms of action of, 20–21
in glands, 103 (SNARE), 201 neurotransmitters as, 203
in neurons, 189 Sensory nerve fibers receptors for, 14
in stomach, 387, 388f group Ia, 173, 174f secretion by osteoblasts, 140
pancreatic, 418f, 419, 419f group II, 173, 174f Sildenafil (Viagra), 510b
Secretory immunoglobulin A (IgA), 367, Sensory neurons, 169, 193 Silver stain, 3t
404, 416 Sensory receptors, 511 Simple diffusion, 17
Secretory pathway Septae, of glands, 107 Simple epithelium, 85, 86–87, 86t, 87f, 88f
constitutive Septal cells, 360–361, 361f, 362f Simple multicellular glands, 106, 107f
of glands, 104 Septum membranaceum, 269 Simple reflex arc, 175b
of Golgi apparatus, 30 Serine/threonine phosphoprotein Singlets, of microtubules, 91, 348
regulated phosphatases, 22 Sinoatrial node, 267f, 268
of glands, 104 Serosa Sinus(es)
of Golgi apparatus, 30 of alimentary canal, 382, 382f, 394t–395t anal, 410
Secretory phase, of menstrual cycle, 480, of colon, 395t, 409 carotid, 257
480f of esophagus, 384–385, 394t lactiferous, 486, 486f
Secretory portion of large intestine, 395t marginal, of spleen, 294f, 295f, 296
of pancreas, 418–419, 419f of oviducts, 475 of lymph nodes, 291, 291f, 292f
of salivary glands, 413–414, 414f of small intestine, 394t–395t, 402 paranasal, 350
Secretory proteins, transport of, 30f, 31 of stomach, 394t, 396 renal, 437, 438f
Secretory unit, of eccrine sweat glands, uterine, 477 splenic, 294f, 296, 298f
336f, 337–338 Serotonin, 203, 204t, 392t Sinusoid(s)
Sectioning, in tissue preparation, 2 Serous acinus(i), of salivary gland, 108f, hepatic, 424f, 425, 426, 426f, 427f
Segmental arteries, of kidney, 452 413, 414f of bone marrow, 236
Selectin molecules, 227, 265, 292 Serous cell(s) of organs and glands, 263
Selectin receptors, 227 of esophagus, 384 Sinusoidal (discontinuous) capillaries, 259,
Self-antigens, 289 of respiratory epithelium, 353 262f, 263
Self-epitopes, 290 of salivary gland, 108f, 413, 414f Sinusoidal domains, of hepatocytes, 427f,
Self-MHC molecules, 290 Serous demilunes, 104, 104f 428, 428f
Self/nonself recognition, 276 of salivary gland, 108f, 414f, 416, 417 Sinusoidal lining cells, 426, 427f
Semen, 489, 507, 508 Serous glands, 104, 104f, 377f, 378, 378f Sister chromatids, 63, 63f, 64–65
Semicircular canals, 527f, 528, 528f Serous secretion, of parotid gland, 416 Skeletal muscles. See Muscle(s), skeletal.
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 568
568 䡲 䡲 䡲 Index
Skin, 327–339. See also Integument. Smooth endoplasmic reticulum (SER). See Spermiogenesis, 493, 495–498, 496f, 497f
dermis (corium) of, 327, 334–335 Endoplasmic reticulum (ER), smooth Spherocytosis, hereditary, 224b
epidermis of. See Epidermis. (SER). Sphincter ampullae, 434, 434t
functions of, 327 Smooth muscle. See Muscle(s), smooth. Sphincter choledochus, 434, 434t
glands of, 327, 336–339 Smooth muscle cells, in dermis, 335 Sphincter muscles
histophysiology of, 336 Sneeze reflex, 350b anal, 410
hypodermis of, 327, 328f, 334 Sodium (Na+) channels esophageal, 385
structure of, 327, 328f, 329t fast, 178 of gastrointestinal system, 383
thick, 328–329, 328f, 329t, 330f slow, 178 of pupil, 515f, 518
thin, 328f, 329 voltage-gated, 199, 200f of urethra, 462, 462b
Skull base, 147 Sodium ion, as second messenger, 304 of urinary bladder, 462
Skull cap, 143 Sodium-potassium (Na+-K+) pump, 19, 198 Sphincter of Oddi, 434, 434t
Sliding filament theory of Huxley, 162, Sodium pumps, in proximal tubules, 455 Sphincter pancreaticus, 434, 434t
167 Soft palate, 376 Sphingolipidosis, 37t
Slipped disk, 136b Soluble mucus, 396 Spicules, 138f, 143, 146
Slit diaphragm, 442, 443f, 445f Soma, neuronal, 186, 186f, 187–190, 187f Spike trigger zone, 191, 198
Slow-reacting substance of anaphylaxis Somatic afferent pathways, 511 Spina bifida, 186b
(SRS-A), 230 Somatic nervous system, 185, 206–207, 207f Spinal cord
Small-granule mucous cells, 352f, 353 Somatic reflex, 207f cerebrospinal fluid in, 214–215, 215b, 215t
Small intestine, 398–406 Somatomammotropin, chorionic, 484 demyelination disorders of, 199b
absorption by, 405–406, 407f Somatomedins, 308 development of, 185–186
Auerbach’s myenteric plexus of, 402 Somatostatin gray matter of, 211
Brunner’s glands of, 401–402, 401f, 403 as neurotransmitter, 203 meninges of, 211, 212f, 213b
brush border of, 399 in pars distalis, 307t, 308 regeneration of, 218
crypts of Lieberkühn of, 398, 399f, inhibition of HCl production by, 397 Spinal dura mater, 213
400–401, 400f, 404f production of, 392t, 421, 421t Spinal nerves, 206
digestion by, 405 Somatotrophs, 308, 309f Spindle fibers, 64
disorders of, 403b, 405b Somatotropin Spine(s), of dendrites, 190
DNES (enteroendocrine) cells and and mammary gland development, 485 Spiral cells, 532f
hormones in, 392t, 400, 404 effect on cartilage, 135t Spiral ganglion, 528, 532f, 533f
epithelium of, 394t–395t, 398–400 excess of, acromegaly due to, 154b Spiral lamina
glands of, 394t–395t, 404 in bone growth, 154 limbus of, 533
goblet cells of, 399–401, 399f, 401f in T-cell development, 290 osseous, 528, 532f
histology of, 394t–395t, 398–403 physiologic effects of, 307t Spiral prominence, of cochlear duct,
histophysiology of, 403–406 receptors for, on adipose cells, 128 532–533, 532f
immunological activity of, 394t, 403–404, secretion by acidophils, 308 Spiral sulcus, internal, 533
405f, 406f Somatotropin-releasing hormone (SRH), Splanchnic nerves, preganglionic
lacteals of, 398, 402 306, 307t, 308 sympathetic, 322
lamina propria of, 394t–395t, 400, 400f, Sonic hedgehog, 373 Spleen, 293–298, 294f, 295f
401f, 403f Space of Disse, 426, 427f, 428f histophysiology of, 297–298, 299f
luminal surface of, 398, 398f–401f Space of Möll, 424 marginal zone of, 294f, 295f, 296, 297f
lymphatic and vascular supply of, Space of Nuel, 534 red pulp of, 294f, 295, 296, 298f
402–403 Specific granules rupture of, 298b
lymphoid nodules of, 399f of basophils, 226t, 230 structure of, 294–295, 294f, 295f
microfold (M) cells of, 400, 404, 405f, of eosinophils, 226t, 229 vascular supply of, 294f, 295, 295f
406f of neutrophils, 225, 226t white pulp of, 294f–296f, 295, 296
microvilli of, 398, 399 Specificity Splenic artery, 295
movement of, 405 of adaptive immune system, 276 Splenic cords, 296, 298f
mucosa of, 398–402 of antibodies, 278 Splenic phase, of prenatal hemopoiesis, 238
muscularis externa of, 394t–395t, 402 Spectrin, 44, 44t Splenic sinuses, 294f, 296, 298f
muscularis mucosae of, 394t–395t, 401, Spectrin tetramers, in erythrocyte cell Splenic vein, 295
403f membrane, 224, 224f Spliceosomes, 58
Paneth cells of, 401, 404f Spermatic cord, 490 Spongiocytes, 321
Peyer’s patches in, 403 Spermatids, 493, 494f Spongiosa, of dental alveolus, 375
plicae circulares (valves of Kerckring) of, transformation of, 495–498, 496f, 497f Spongy bone, 143, 144f
398 Spermatocytes, 492f, 493–495, 494f Spongy urethra, 462
regenerative cells of, 399f, 401 Spermatocytogenesis, 493 Sprue, 406b
regional difference in, 403 Spermatogenesis, 493, 494f, 495–498, 496f, Squames, 331
secretory activity of, 404 497f Squamous alveolar cells, 360, 360f
serosa (adventitia) of, 394t–395t, 402 cycle of, 498, 499f Squamous cell carcinoma, 335b
submucosa of, 394t–395t, 401–402, Spermatogenic cells, 492f, 493–498, 494f, Squamous epithelium
401f 496f of thin limbs of Henle’s loop, 448t
surface absorptive cells of, 398–400, Spermatogonia, 492f, 493, 494f simple, 86, 86t, 87f
399f, 401f, 402f Spermatozoa, 493 stratified
villi of, 398, 398f–401f capacitation of, 475, 496, 502 ectodermally-derived, 327
Small-molecule transmitters, 203, 204t defined, 489 keratinized, 86t, 87f, 88, 89f
Small nuclear ribonucleoprotein particles structure of, 496–498, 497f nonkeratinized, 86t, 87–88, 87f, 89f
(snRNPs), 58, 60 Spermiation, 496 of oral cavity, 367
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 569
Index ■ ■ ■ 569
570 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 571
Thymus, 287–290, 288f Tooth (teeth), 368–376, 368f, 369f Transport (Continued)
congenital disorder of, 290b accessional (molars), 368, 373 along constitutive pathway, 31
cortex of, 288–289, 288f, 289f alveolus of, 368, 368f, 369f, 375–376 anterograde, 29, 31
histophysiology of, 290 cementum of, 368f, 369f, 370, 370f, 374 axonal, 191, 192
involution of, 288 cervix of, 368, 369f antiport, 18f, 19
medulla of, 288f, 289, 289f crown of, 368, 368f, 369f coupled, 18f, 19, 20
T lymphocytes in, 232 deciduous (milk), 368, 373 of lysosomal proteins, 30–31, 31f
vascular supply to, 290 dentin of, 368f, 369–370, 369f, 370f of regulated secretory proteins, 30f,
Thyrocalcitonin, 312t, 316 development of, 371–374, 372f 31
Thyroglobulin, 313, 314, 315f disorders of, 369b, 370b, 371b passive, 17, 18f, 19
Thyroid follicle, 313, 313f enamel of, 368–369, 368f, 369f, 374 receptor-mediated, 51, 214
Thyroid gland, 311–316 gingiva (gums) of, 368, 368f, 376 retrograde, 29
cellular organization of, 313–316, 313f mineralized components of, 368–370 axonal, 191, 192
disorders of, 316b periodontal ligament of, 368, 368f, 369f, symport, 18f, 19
hormones of. See Thyroid hormone(s). 371, 371f, 375, 375f uniport, 18f, 19
structure of, 313, 313f pulp of, 369f, 371, 371b, 371f via membrane transport proteins, 16–19,
Thyroid hormone(s) root canal of, 368, 368f, 369f 18f
and thyrotrophs, 309 root of, 368, 368f, 369f, 374 via nuclear pore, 51–52, 54f
functions of, 311, 312t structures associated with, 374–376 Transport vesicles, 26, 28–29
physiological effects of, 315 succedaneous, 368, 373 Transporter, in nuclear pore complex, 50
release of, 315 Tooth germ, 373 Transverse (T) tubules
synthesis of, 314–315, 315f Toxins, detoxification of, in liver, 433 of cardiac muscle, 177–178, 180t
Thyroid hormone receptor proteins, Trabeculae of skeletal muscle, 160, 163f, 180t
nuclear, 315 arachnoid, 213 Triad(s)
Thyroid peroxidase, 314 bony, 143, 146, 146f, 147, 147f in retina, 524
Thyroid-stimulating hormone (TSH), 307t, of lymph node, 291, 291f in skeletal muscle, 160, 162f, 163f
309, 311, 312t, 315 of spleen, 294, 294f, 295, 295f Tricarboxylic acid cycle, 40
Thyroid-stimulating hormone-releasing Trabecular arteries, 294f, 295 Trichohyalin granules, 341
hormone (TRH), 306, 307t, 309 Trabecular meshwork, of scleral sulcus, 516 Tricuspid valve, 267
Thyroidectomy, 316b Trabecular veins, 295f Triglycerides
Thyrotroph(s), 309 Trachea, 346, 351–354, 352f absorption and processing of, 406,
Thyrotropin, 309 adventitia of, 351f, 352f, 354 407f
chorionic, 484 mucosa of, 351–353, 352f digestion of, 116, 117, 119f
Thyrotropin-releasing hormone, 203 submucosa of, 352f, 353 in cytoplasm, 41
Thyroxine (T4) trans Golgi network, 27–28, 28f Trigone, 461
and thyrotrophs, 309 collagen synthesis in, 75, 77f Trigonum fibrosum, 269
effect on cartilage, 135t in spermiogenesis, 495 Triidothyronine (T3)
functions of, 311, 312t sorting in, 29–31, 30f and thyrotrophs, 309
in colloid, 313 transport vesicles in, 29, 264f functions of, 311, 312t
physiological effects of, 315 Transcription, 21, 24, 57–59, 58f in colloid, 313
release of, 315 Transcription factors, 62 physiological effects of, 315
synthesis of, 314–315, 315f Transcytosis, 34, 264–265, 264f, 404 release of, 315
thymulin production and, 290 Transducin, in photoreception, 522 synthesis of, 314–315, 315f
Tight junction(s), 94, 97f–99f Transduction, 21, 61, 303 Trisomy, 68b
of capillaries, 260 Transfer RNA (tRNA), 22, 24, 59 Trisomy 21, 56b, 68b
Tight junction strands, 94, 99f Transfer vesicles, 27, 28f Tritium (3H), in autoradiography, 5–6, 7f
Tingible body macrophages, 289 Transferrin, 297 Trophic influence, 218
Tissue(s) Transferrin receptors, 214b Trophic relationships, axonal, 191
defined, 11, 71 Transforming growth factor (TGF), 336 Trophoblasts, 481f, 482
types of, 11, 69, 85 Transforming growth factor-β (TGFβ), 138, Tropocollagen molecules, 74f, 75–77, 77f,
Tissue fluid flow, 69, 70f 154 78b, 113
Tissue preparation, for light microscopy, Transient cells, of connective tissue, Tropomodulin, in skeletal muscle, 164,
1–2, 3t 124–125, 124f, 125f 164f, 165t
Tissue thromboplastin, in clot formation, Transitional endoplasmic reticulum (TER), Tropomyosin
233 27, 30f in skeletal muscle, 164f, 165t, 167
Titin, 162, 164, 165t Transitional epithelium, 86t, 87f, 88, 89f in smooth muscle, 181
Tolerance Translation, 24–26, 25f–27f Troponin
drug, 433b Transmembrane linker proteins, 81, 99, in skeletal muscle, 164f, 165t, 167
immunological, 277 102 in smooth muscle, 181
Toll-like receptors, 275–276, 275t, 276b Transmembrane proteins, 14, 16f Trypsin inhibitor, 419
Toluidine blue stain, 2 Transmission electron microscopy (TEM), Tubular glands, 107, 107f
Tomes’ process, 374 4f, 7–9 of endometrium, 476, 477f, 480
Tongue, 376–379, 377f Transneuronal degeneration, 218 simple coiled, 336
papillae in, 377–379, 377f, 378f Transport Tubular myelin, 361
taste buds in, 378–379, 378f, 379f active, 17, 18f, 19 Tubule(s). See also Microtubule(s).
Tonofibrils, 330, 331f primary, by Na+-K+ pump, 19 dentinal, 370b
Tonofilaments, 46t, 329, 330 secondary, by coupled carrier proteins, of platelets, 233, 233f, 234f, 236t
Tonsils, 299, 301, 301f, 350, 377f 20 seminiferous, 489, 490–498, 490f–492f
Index-X2945.qxd 12/8/06 3:48 PM Page 572
572 䡲 䡲 䡲 Index
Index ■ ■ ■ 573